DAFTAR ISI
Koma_______________________________________________________________8
Stroke______________________________________________________________13
Gangguan Motorik____________________________________________________15
Kelainan UMN_______________________________________________________18
Kelainan LMN_______________________________________________________20
Movement Disorder___________________________________________________22
Epilepsi____________________________________________________________30
Nyeri Kepala________________________________________________________53
Demensia___________________________________________________________60
Vertigo_____________________________________________________________65
Neurobehavior Disorder_______________________________________________69
Metabolic Encephalopathy_____________________________________________77
0
@MedicalTony
b) Verbal response:
Mengucapkan kalimat tanpa disorientasi tempat & waktu 5
Mengucapkan kalimat dengan disertai disorientasi tempat & waktu (kacau) 4
Mengucapkan kata saja 3
Mengerang 2
Tak ada respon 1
c) Motoric response:
Mengikuti perintah 6
Mengetahui lokasi nyeri 5
Reaksi menghindar 4
Reaksi fleksi abnormal (decorticate) 3
Reaksi ekstensi abnormal (decerebrate) 2
Tak ada reaksi 1
B. Kepala
a) Posisi:
Normal di tengah
Tidak normal miring ke kiri/kana
b) Penonjolan (cephal hematom) ada atau tidak
C. Saraf Kranial
a) Nervus I (Olfaktorius)
Bisa mencium bau atau tidak? (untuk pemeriksaan yg sederhana)
Bisa membedakan jenis-jenis bau atau tidak? (untuk pemeriksaan yg lebih lengkap)
b) Nervus II (Optikus)
Periksa OD & OS
Visus: normalnya >3/60
Lapang pandang: normal atau menyempit
Funduskopi: dengan funduskop/oftalmoskop
1
@MedicalTony
Keterangan:
Bila ada:
a. Ptosis lesi N. III (otot levator palpebra)
b. Pupil:
- Anisokor = lesi N. III
- Refleks (-) ukuran pupil normal lesi Mesensefalon, lesi N. II
- Refleks (-) ukuran pupil melebar lesi N. III
- Refleks (+) tapi pupil sekecil jarum lesi pada Pons
c. Paresis gerak bola mata:
Lesi N. III mata tidak bisa ke arah atas & bawah; sulit naik-turun tangga
Lesi N. IV mata tertarik ke arah lateral bawah
Lesi N. VI mata juling ke arah medial
2
@MedicalTony
d) Nervus V (Trigeminus)
Sensibilitas:
N. V1 = usapkan ujung hammer di dahi ada terasa usapan atau tidak?
N. V2 = usapkan ujung hammer di pipi ada terasa usapan atau tidak?
N. V3 = usapkan ujung hammer di dagu ada terasa usapan atau tidak?
[Normalnya terasa usapan; Jika tidak terasa, ada lesi di N. V]
Motorik:
Pegang otot masseter & temporal suruh menggigit rasakan kontraksi ototnya
[Normalnya teraba kontraksi otot masseter & temporal; Jika tidak terasa, ada
lesi di N. V]
Refleks masseter:
- Letakkan ibu jari & telunjuk di dagu pasien
- Minta mulut pasien sedikit dibuka
- Ketuk ibu jari pemeriksa yg ditempelkan di dagu pasien:
Jika mulut tidak/sedikit menutup NORMAL
Jika mulut menutup Lesi N. V = Penurunan ambang batas kepekaan
Refleks kornea:
Plintir kapas menjadi panjang lalu usapkan pada korna
Jika kelopak menutup NORMAL
Jika tidak menutup Lesi N. V
2. M. Orbikularis okuli
- Istirahat
- Gerak mimik suruh pejamkan mata, apakah mata bisa nutup atau tidak?
[Mata tak bisa menutup sempurna pada sisi yg mengalami lesi]
3. M. Orbikularis oris
- Istirahat ada mulut yg miring atau tidak?
- Gerak mimik suruh mencucu, apakah mulut miring atau tidak?
[Mulut akan miring ke arah sisi yg mengalami lesi]
3
@MedicalTony
h) Nervus XI (Aksesorius)
Pasien DUDUK:
Memalingkan kepala tanpa & dengan tahanan miring kiri untuk menilai otot
Sternokleidomastoid kanan
Mengangkat bahu menilai kekuatan otot trapezius
D. Leher
a) Tanda rangsangan/peradangan selaput otak
1. Kaku Kuduk
Pasien dibaringkan, lalu tekuk/fleksikan kepala sampai dagu menyentuh dada
(+) bila ada tahanan = ada RANGSANG MENINGEAL
2. Kernig’s sign
Pasien dibaringkan, kedua kaki lurus
Fleksikan sendi panggul & sendi lutut
Luruskan/ekstensikan sendi lutut
(+) bila ada tahanan pada sudut < 1350
4
@MedicalTony
3. Lasegue sign
Pasien dibaringkan, kedua kaki lurus
Fleksikan sendi panggul dengan sendi lutut tetap lurus/ekstensi
(+) bila ada tahanan pada sudut < 700
4. Brudzinski sign I
Pasien dibaringkan dengan kedua kaki diluruskan
Tekuk kepala pasien dan lihat kaki pasien
(+) jika ada fleksi sendi panggul & sendi lutut
5. Brudzinski sign II
Pasien dibaringkan dengan kedua kaki diluruskan
Fleksikan salah satu kaki pada sendi panggul & sendi lutut
(+) jika ada fleksi sendi panggul & lutut pada kaki yang satunya
E. Abdomen
Refleks Kulit Dinding Abdomen: Gores perut dengan ujung tajam hammer
(+) jika ada kontraksi otot abdomen
F. Kolumna Vertebralis
Inspeksi
Pergerakan
Palpasi
Perkusi
5
@MedicalTony
G. Ekstermitas
a) Motorik
Superior Inferior
Motorik
Dextra Sinistra Dextra Sinistra
Pergerakan Nilai apa bisa digerakkan atau tidak (+) atau (-)
Kekuatan 0–5
Bila ada kerusakan berarti ada kerusakan pada sistem motorik baik UMN maupun LMN.
Bisa berupa:
Hemiparese/ hemiplegia lumpuh separuh
Monoparese/ monoplegia lumpuh salah satu sisi ekstremitas
Paraparese/ paraplegia lumpuh setengah tubuh
Tetraparese/ tetraplegia lumpuh seluruh tubuh
b) Refleks Fisiologis
Bila ada hiperrefleks berarti ada kerusakan UMN
Bila ada hiporefleks atau arefelks berarti ada kerusakan LMN
c) Refleks Patologis
Bila refleks (+) artinya = kerusakan Traktus Piramidal/Kortikospinal (UMN)
1. Hoffman-Trommer
Pegang jari tengah pasien lalu gores kuku jari tengah pasien
(+) jika ada fleksi jari yang lain
2. Babinski
Usap sisi lateral telapak kaki dengan hamer (+) jika ada dorsofleksi
3. Chaddock
Usap maleolus lateral (+) jika ada dorsofleksi
4. Gordon
Cubit otot betis (+) jika ada dorsofleksi
5. Schaefer
Cubit tendon Achilles (+) jika ada dorsofleksi
6
@MedicalTony
6. Oppenheim
Urut dengan kuat tibia dan otot tibia ke arah distal (+) jika ada dorsofleksi
d) Sensibilitas
Eksteroseptif = nilai apakah sensibilitasnya (+) atau (-)
1. Nyeri tusukkan jarum/ujung hammer pada keempat ekstremitas
2. Suhu
3. Rasa raba halus usapkan kapas pada keempat ekstremitas
I. Gangguan Koordinasi
Menunjukkan adanya gangguan di cerebellum
1) Tes Jari–Hidung suruh pasien menunjuk hidungnya lalu pindah ke jari pemeriksa
2) Tes Pronasi–Supinasi suruh pronasi & supinasi
3) Tes Tumit:
Luruskan kedua kaki
Tumit salah satu kaki di suruh diletakkan di lutut kaki yang sebelahnya
4) Tes Pegang Jari:
Suruh pasien tutup mata
Suruh pasien merentangkan tangan ke samping lalu kemudian mempertemukan
kedua ujung jari pasien.
J. Gangguan Keseimbangan
Tes Romberg
7
@MedicalTony
KOMA
dr.Wayan Subaghiarta, SpS
1. Koma gangguan fungsi otak di ARAS (Ascending Reticular Activating System) atau korteks
serebri
5. Pembagian Koma:
a. Koma Bihemisferik jika kelaianan di korteks serebri (sering didahului sindrom otak
organik)
b. Koma Diensefalik jika kelainan di ARAS
Penyebab koma dihemisferik:
Perdarahan hebat
Gangguan respirasi
Diare berat
Intoksikasi
Penyebab koma diensefalik penekanan di diensefalon, seperti:
Tumor serebri
Abses serebri
Stroke
Meningitis
6. Diagnosis
Ax,
PF,
P.Neurologis:
GCS
Pemeriksaan untuk menentukan letak proses (letak lesi) di batang otak
8
@MedicalTony
GCS
Motorik 3 fleksi abnormal = Decorticate
Motorik 2 ekstensi abnormal = Decerebrate
9
@MedicalTony
(Kalau apnea udah level Medulla Spinalis [Lihat bagian TRAUMA SSP])
10
@MedicalTony
15. Tatalaksana umum (bukan etiologi) 5B = Breathe, Blood, Brain, Bladder, Bowel (+Bone)
a. Breathing
Bersihkan jalan nafas
Pipa orofaring
11
@MedicalTony
Terlentang/miring
Kepala Ektensi >200 – 300
Penghisapan lendir
02 : 2 – 4 liter/mnt
b. Blood
Penurunan tekanan darah, tangani dengan:
Clonidin 0,6 – 0,9 mg/100 ml
Furosemide 40 – 80 mg. I.V
Nifedipin 20 – 30 mg
c. Brain
d. Bladder
Mengosongkan blaas + 3 x/hari
Dauer kateter à ganti tiap 48 jam
e. Bowel
Pemberian: Infus à sonde ( hari III – IV )
Makanan:
2000 kalori
Nutrisi parenteral: 30 – 40 ml/kg BB/hr
BAB:
Dengan laksativum gliserin enema lain
Bila 2 – 3 hari pdrt tdk BAB
12
@MedicalTony
STROKE
dr.Esther Sampe, SpS
1. Intro
Definisi sindrom defisit neurologis klinis yg bersifat fokal/global yg terjadi >24
jam
Bisa berupa aliran darah yg terhenti/berkurang pada daerah tertentu di otak (80%),
atau karena robekan pembuluh darah (20%)
2. Klasifikasi
a. CVD Infark
TIA
Stroke in evolusi
Stroke complete
Lacunar infark pada pembuluh2 darah kecil
b. CVD hemoragik
Intraserebral
Subaraknoid aneurisma pd dewasa muda, atherosklerosis pd lansia
3. Penyebab
a. Penyumbatan pembuluh darah baik trombus maupun emboli
b. Robek/pecahnya pembuluh darah
c. Penyakit pembuluh darah
d. Gangguan komponen darah
4. Faktor resiko
Hipertensi kerusakan endothel, atherosklerosis
Penyakit jantung trombus/emboli akibat atherosklerosis
Lansia aterosklerosis
Alkohol
Diabetes melitus angiopati
Dislipidemia peningkatan LDL dan TG, penurunan HDL
Obesitas
Kelainan darah leukemia, polisitemia
Kelainan pembuluh darah
Stress vasospasme
13
@MedicalTony
Serebelum Keseimbangan
Koordinasi
Gerakan yg halus
7. Pencegahan Stroke
Memasyarakatkan hidup sehat:
Menghindari rokok, obesitas, intake garam tinggi, stress mental, alkohol
Mengurangi kolesterol lemak dalam makanan
Mengendalikan tekanan darah (pasien hipertensi), gula darah (pasien DM)
GANGGUAN MOTORIK
14
@MedicalTony
Karakteristik dari Tiap Komponen Sistem Saraf (pada kasus ini utk menggerakkan KAKI
KIRI):
1. Upper Motor Neuron
- Badan sel berada di korteks serebri sebelah kanan
- Akson:
Turun melewati kapsula interna
Pada Medulla Oblongata menyilang ke arah kontralateral
Menuruni medula spinalis di kolumna lateral
Bersinaps dengan neuron motorik yg akan inervasi otot
3. Ganglia Basalis
Struktur yang terlibat dalam kontrol EKSTRAPIRAMIDAL
adalah Ganglia Basalis & Pedunkulus Serebri
Ganglia Basalis kontrolnya bersifat KONTRALATERAL
4. Serebelum
15
@MedicalTony
16
@MedicalTony
6. Informasi Posisi
a. Neuron Sensoris Tingkat 3 Lokasi KONTRALATERAL
Badan sel : Ada di Thalamus
Akson : Menuju korteks serebri
b. Neuron Sensoris Tingkat 2 Lokasi IPSILATERAL dan
KONTRALATERAL
Badan Sel : Nukleus Kuneata sebelah kiri Medulla Oblongata
Akson : menuju thalamus di sebelah kanan
c. Sel Ganglion Radiks Posterior
Akson distal : dari saraf perifer, pleksus, saraf spinalis
Akson proksimal : menuju Neuron Tingkat 2 di Medulla
Oblongata
Berarti utk kaki kiri Neuron #3 ada di kanan, Neuron #2 badan sel di krii tapi akson di kanan,
Sel Ganglion Radiks Posterior ada di kiri
Pada Serebri:
UMN (Motorik) berasal dari KORTEKS PRESENTRAL
Neuron Sensorik #3 menuju KORTEKS POSTSENTRAL
[Untuk organ target (homonculus) justru terbalik, dari atas ke bawah: Kaki, Tangan, Kepala]
17
@MedicalTony
Karakteristik:
1. Tidak ada wasting/atrofi
Karena refleks spinal masih ada hanya saja informasi dari korteks serebri tidak dapat disampaikan
2. Peningkatan tonus otot tipe Clasp-Knife SPASTISITAS
Karena tidak ada kesinambungan informasi dari serebri, ganglia basalis dan serebelum sehingga
pergerakan motorik volunter terganggu dan terjadi refleks spinalis yg tidak terkontrol
3. Peningkatan Refleks & Klonus
(Penjelasan seperti di atas)
Temuan Klinis:
a. Monoparesis Kontralateral Lesi pada KORTEKS SEREBRI
Karena tidak semua bagian korteks yg rusak (misal: hanya bagian kaki) sedangkan
bagian lain (misal: kepala, tangan) masih memberikan impuls motorik
18
@MedicalTony
c. Monoparesis Ipsilateral
Lesi pada medulla spinalis sebelum bersinaps di kornu anterior, TAPI di bawah level
Servikal (Pleksus Brakialis)
d. Hemiparesis Ipsilateral
Lesi din medulla spinalis sebelum bersinaps dgn LMN di kornu anterior, TAPI di atas
atau pas di level Servikal (Pleksus Brakialis)
e. Paraparesis
Lesi pada medulla spinalis di bawah level servikal (kedua sisi medulla spinalis, kiri&kanan)
f. Tetraparesis/Quadriparesis
Lesi pada medulla spinalis di atas level servikal (kedua sisi medulla spinalis, kiri&kanan)
atau pada medulla oblongata
19
@MedicalTony
Untuk LMN jangan lupa: SARAF KRANIAL JUGA TERMASUK LMN, namun nukleusnya
termasuk UMN
Karakteristik:
a. Ada Wasting/Atrofi
Karena tidak ada ada impuls yg sampai ke NMJ dan otot
b. Fasikulasi
c. Flaccid
Hipokontraksi . Akibat tidak ada impuls
d. Kelumpuhan
e. Refleks menurun atau tidak ada
Karena tidak ada impuls dari saraf spinalis
f. Respon plantar bersifat fleksor atau tidak ada [?]
Temuan Klinis:
a. Kelumpuhan seluruhnya (Tetraparesis) Motorneuron disorders, Radikulopati
20
@MedicalTony
Contoh CTS (Carpal Tunnel Syndrome), Ulnar Neuropati (ada Claw-hand), Radial
Neuropati (ada Drop-hand), Peroneal Neuropati (ada Drop-food)
MOVEMENT DISORDERS
21
@MedicalTony
dr.Asriningrum, SpS
BASAL GANGLIA
Merupakan substansia grisea (banyak soma)
Yg “mengerem” breaking mechanism
Terdiri dari:
a. Korpus striatum Nukleus lentiformis (Putamen, Globus palidus), Nukleus kaudatus
b. Thalamus
c. Subthalamus
d. Nukleus rubra
e. Substansia grisea
Penyebab:
Degeneratif, kongenital, Peny.lain stroke, metabolik
Sering: Drugs (Obat, Keracunan) yg sering: NEUROLEPTIK (Haloperidol),
ANTIVOMIT (Metolcropamid)
TIPE HIPERKINETIK
Tremor, Korea, Distonia, Atetosis, Tiks, Hemibalismus
22
@MedicalTony
2. Korea
Kontraksi otot yg cepat, tak teratur, timbul bergantian pada bagian tubuh
(ekstremitas, kepala, wajah,)
Ada ekstensi, pronasi, supinasi, semua ada
Ekstremitas milkmaid grasp, dancing gait
Lesi belum jelas, mungkin putamen atau nukleus kaudatus
3. Distonia
Gerak menetap, postur abnormal (misal: gak bisa noleh ke kanan)
Sering bgt ke UGD akibat penggunaan neuroleptik
Lesi Putamen, globus palidus, thalamus
4. Atetosis
Gerak lambat, Sinusoid/melingkar mirip korea tapi ada gerak memutar
Lesi tak diketahui
5. Tiks
Gerak stereotipik berulang
Paling banyak terkena di fasialis
6. Hemibalismus
Korea unilateral yg lebih berat krn melibatkan otot ekstremitas yg proksimal
Seperti melempar lembing (makin stress makin memberat, hilang saat tidur)
23
@MedicalTony
TIPE HIPOKINETIK
1. Penyakit Parkinson
Patogenesa: gangguan neurotransmisi Dopamin pd ganglia basalis neuron
dopaminergik rusak di substansia nigra dopamin rendah
Diagnosis pasti: Lewi bodies di subs.nigra (postmortem)
Diagnosis dengan gejala klinis
Minimal ada 2 gejala:
T = Tremor resting tremor
R = Rigiditas kalau nulis kecil2
A = Akinesia/Bradikinesia
P = Postural instability
*(Bradikinesia: motorik normal, gak lumpuh, otak nyuruh melakukan sesuatu tp
responnya lambat)
Gejala lain:
Mikrografia
Slowing finger tapping, toe tapping, kesulitan melakukan gerakan kecil
(memasang kancing, menggosok gigi)
Gerakan lambat (ayunan lengan, wajah, kedipan mata, bangun dari duduk)
Shuffling gait, festinasi, March a petit pas
Terapi:
Kadar dopamin turun diberi susbtitusi dopamin
Dopamin gak bisa langsung masuk ke otak karena akan didegradasi
Yg diberikan adalah Levodopa tapi dicombine dengan obat2 lain yg hambat
enzim2 yg memecah levodopa (enzim dekarboksilase)
Ada jg dopamin agonis
*Tapi dopamin itu punya Honeymoon period, setelah 2 tahun jd gak efektif
Farmakologis
Subtitusi dopamin (Levodopa + inhibitor dekarboksilase Carbidopa, Benzeraside,
Entacapone)
Dopamin agonis (Bromokriptin, Pramipexole)
Antikolinergik
Amantadin
COMT-Inhibitor (Entacapone)
MAO-B Inhibitor (Selegilline)
24
@MedicalTony
Traktus Piramidal:
Kortikospinal
Anterior/Ventral
Kortikospinal
Dekusasi Lateral
Lokasi Lesi
a
b
25
@MedicalTony
26
@MedicalTony
MOTORNEURON DISEASE
Lesi di : KORNU ANTERIOR
1. Contoh:
ALS, Polyomyelitis, SMA
2. MK untuk ALS (Amyotropic Lateral Sclerosis):
Tetraparesis gejala LMN atau UMN
Sraf Kranial Nervus 12 atrofi lidah
Sensoris normal
RADICULOPATHY
Lesi di: RADIKS bagian NUKLEUS
Contoh:
HNP (Hernia Nukleus Posterior) kelainan SENSORIS
GBS (Guillian Barre Syndrome) kelainan MOTORIK
1. HNP
NUKLEUS BULBOSUS keluar dari Anulus Fibrosus mengenai RADIKS
Anterior/POSTERIOR
Lebih sering yg Posterior, karena: radiks posterior menyilang ke anterior
Klinis:
Nyeri Radikuler hebat sesuai PEMBAGIAN DERMATOM
Lokasi lesi: pada L4,L5-S1
PemFisik: NYERI PLASEQUE (+) sudut terbentuk <600, nyeri hebat
2. Sindroma Konus Kauda
a. Anatomi:
Epikonus L4-S2
Konus S2-S4
Kauda equina
b. Kelumpuhan
Dorsofleksi (L4-L5)
Plantafleksi (L5-S1)
c. Sensibilitas : Saddle Back Anesthesia
d. Emergency: SISTEM OTONOM
Manifestasi Klinis: Susah BAB, Susah BAK, justru awalnya datang ke Urolog
Yang terkena Saraf Autonom masih bisa motorik, hanya refleks tertentu gak bisa
PemFisik: PANTAT MENEBAL (SADDLE BACK ANESTHESIA)
Lokasi vertebra dan saraf spinal berbeda, saraf spinal biasanya di atas vertebra,
Contoh: Konus S2 ada di L1 vertebra
POLYNEUROPATHY
27
@MedicalTony
GBS - POLYRADIKULONEOROPATI
Autoimun menyerang MYELIN
Hanya serang SEL SCHWANN di Saraf Perifer, tidak menyerang Oligodendrosit di CNS
MOTORIK dulu baru SENSORIK setelah semua motorik habis diserang
Kelumpuhan PROKSIMAL – DISTAL dari radiks dulu baru perifer
Tapi penyebaran kelumpuhannya tetap ASCENDING: dari tungkai bawah - tungkai atas
Tipe:
AIDP, AMAN, AMSAN, Miller-Fisher (Hanya saraf kranial)
MONONEUROPATI
1. Carpal Tunnel Syndrome (CPS)
Yang terkena: SARAF MEDIANUS
Patogenesis:
Saraf medianus melewati TEROWONGAN CARPAL TUNNEL mengalami
kerusakan karena: TERLALU SERING FLEKSI
Gejala Awal: Kesemutan, Nyeri, Terasa tebal
PemFisik: KETUK CARPAL TUNNEL normal gak apa2, CPS: hipersnsitif
2. Ulnar Neuropati
Ada CLAW HAND akibat kerusakan saraf ULNAR
3. Radial Neuropati
Kerusakan saraf Radial DROP HAND: pergelangan tangan TIDAK BISA EKSTENSI
4. Peroneal Neuropathy
Kena KAPUT FIBULA DROP FOOT, gak bisa Dorsofleksi
MIOPATI
DMP Duchene Muscular Progressiva
Ada WINGING SCAPULA
Pertumbuhan anak makin lama makin LORDOSIS karena KELEMAHAN OTOT
PANGGUL
PemFisik: Gower’s Sign (gak bisa bangun langsung, harus menekan lutut dulu)
28
@MedicalTony
Myasthenia Gravis
1. Patofisiologi:
AUTOIMUN Reseptor POSTSINAPS yg diserang
Kerusakan Respetor Postsinaps Asetilkolin gagal
bekerja = Gangguan Kontraksi Otot
Jarak NMJ juga melebar = Asetilkolin terpapar
ASETILKOLIN-ESTERASE lebih lama degradasi
ACh lebih banyak, level ACh menurun
2. Lokasi:
Awalnya MATA & PLIKA VOKALIS (karena
ototnya kecil dan sedikit),
Selanjutnya di seluruh tubuh
3. Obatnya:
Yang menhambat ACh-esterase: untuk mengurangi
degradasi Ach sehingga bisa terpapar lebih lama ke
reseptor
4. Khas (UKDI)
Ada FLUKTUASI bangun tidur mata & suara normal
semakin lama mata semakin PTOSIS dan SUARA
SENGAU
5. PemFisik
Lirik ke atas + Berhitung
Mata makin ptosis, Suara makin sengau
EPILEPSI
dr. Wayan Subagiartha
29
@MedicalTony
WHAT IS EPILEPSY?
Adalah gangguan neurologis kronis dgn karakteristik berupa kejang berulang tanpa ada faktor pemicu
yg spesifik (unprovoked seizure).
Kejang terjadi akibat peningkatan aktivitas berlebih dalam otak yg tidak teratur.
Epilepsi bisa dikontrol dgn obat2an tapi tidak bisa disembuhkan. Tidak semua sindrom
epilepsi berlangsug seumur hidup.
Reflex epilepsy epilepsi yg ada triger spesifiknya (misal: fotosensitif cahaya berkelip2)
Kejang 1 kali disebut: Kejang atau Konvulsi atau Seizure atau Epileptic seizure atau Tonic-Clonic Seizure
Kejang >1 kali dan episodik disebut Epilepsi
EPILEPSY ETIOLOGY
a. Primer/Idiopatik (70%)
b. Sekunder kausanya spesifik
Herediter
Genetik: pada kejang demam, breath holding spell
Kelainna kongenital otak
Metabolik: hipoglikemi, hipokalsemi, hiponatremi
Infeksi: meningitis, ensefalitis
Trauma: hematom subdural, hematom araknoid
Neoplasma otak/meningens
Kelainan pembuluh darah
Keracunan
30
@MedicalTony
EPILEPSY PATHOPHYSIOLOGY
Potensial Aksi:
31
@MedicalTony
EPILEPSY PATHOGENESIS
Mengapa ada gangguan channel ion?
Kelainan kongenital, Trauma (HSD, HSA), Infeksi, Neoplasma cedera otak jaringan
sikatrik >>>> Gangguan Metabolik
Hipoglikemi, hipokalsemi, hiponatremi >>>> Gangguan Metabolik
Gangguan Metabolik ATP tidak cukup GANGGUAN CHANNEL ION
32
EPILEPSY CLASSIFICATION
Berdasarkan serangan kejang >> Klasifikasi menurut Commission on classification and terminology
of the international league against Epilepsy:
Page | 33
Autonomik
b. Epilepsi parsial dengan gejala kompleks multipel
Automatisme
Fenomena2 psikis
3. Epilepsi Neonatal
Page | 34
Fase Klonik
Setelah Tonik diikuti oleh fase klonik (penarikan tungkai secara tiba-tiba) selama 30-60 detik atau
lebih perlahan2 akan relaksasi
Recovery
Kesadaran mulai kembali bingung dan paling sering sakit kepala
Setelah 10-30 menit baru sadar total
(Status epileptikus kejang >30 menit)
3. Tipe lain
a. Kejang tonik
Hilang kesadaran + Kontraksi terus menerus tanpa adanya fase klonik
b. Kejang klonik
Hilnag kesadaran + penarikan klonik tanpa diawali tonik
c. Kejang mioklonik
Kontraksi mendadak & singkat yg terlokalisir pada beberapa bagian otot, satu atau lebih
ekstremitas
d. Kejang atonik
Kehilangan tonus postural
Kejang Parsial
1. Kejang Parsial Sederhana kejang tanpa gangguan kesadaran
Diawali fenomena motorik, sensorik atau autonomik (bergantung area kortikal yg diserang),
misal: gerak klonik pada kelompok otot di wajah, tungkai atau faring
Gejala autonomik: pucat, merona, berkeringat, merinding, dilatasi pupil, muntah,
borborigmus, inkontinensia
Gejala psikis: deja vu, halusinasi, ilusi, takut
2. Kejang Parsial Kompleks kejang dengan gangguan kesadaran
Kesadaran, respon dan memori terganggu
Ada aura: sensasi epigastrik yg paling sering, bisa juga gejala Afektif (takut), Kognitif (deja
vu), Sensoris (halusinasi olfaktori)
35
Manifestasi motoriknya disebut “Automatisme” pergerakan orobuccolingual (75%) dan
pergerakan wajah & leher lain (50%).
36
Kejang parsial sederhana tapi kemudian jadi hilang kesadaran
Pemeriksaan Fisik
a. Pada bayi
Kelainan bawaan Disgenesis kortikal dan gangguan migrasi neuronal >> predisposisi
kongenital
Besar dan bentuk kepala mungkin: makrosefali, mikrosefali, hidrosefalus
b. Pada anak & dewasa
Pemeriksaan umum neurologis
Pemeriksaan Laboratorium
1. Periksa darah:
Kadar glukosa (Hipoglikemia, Hiperglikemia)
Kalsium
Magnesium (Hipomagnesemia)
Natrium (Hiponatremia, Hipernatremia)
Bilirubin (Hiperbilirubinemia)
Ureum dalam (uremia)
pH alkalosis mungkin bikin kejang
2. LCS/CSF adanya radang: leukosit meningkat, metastasis neoplasma
Pemeriksaan Radiologi
Rontgen kepala kelainan tengkorak
CT Scan kelainan tengkorak & intrakranium
EEG EEG mendukung namun bukan gold-standar; 50% orang epilepsi menunjukkan
gambaran EEG yg normal >> Gelombang runcing, gelombang paku ombak, runcing lambat, paku
lambat
MANAGEMENT OF EPILEPSY
Tatalaksana Epilepsi meliputi 3 aspek:
Penegakkan diagnosis: jenis bangkitan kejang, penyebab kejang
Terapi saat serangan
Rehabilitasi, sosialisasi, edukasi
37
b. Golongan Barbiturat Fenobarbital
Sifatnya Long-acting
Kerja: membatasi penjalaran aktivitas serangan dan menaikkan ambang rangsang kejang
(menaikkan ambang depolarisasi)
Indikasi Kejang umum yg Grand mal, Kejang fokal
Dosis: Dewasa 200 mg/hari, Anak 3-5 mg/kgBB/hari
c. Golongan Benzodiazepam Diazepam
Dikenal sebagai obat penenang
Indikasi Pilihan utama Status Epileptikus
Dosis: Dewasa 2-10 mg IM/IV bisa diulang tiap 4 jam, Anak >5 tahun 5-10mg IM/IV,
Anak 1 bulan – 5 tahun 0.2-2 mg IM/IV.
d. Golongan Suksinimid Etosuksimid
Indikasi epilepsi Petit Mal
Dosis: 20-30 mg/kgBB/hari
38
EXTRA INFORMATIONS
Psychogenic Seizure (Pseudo seizure) :
Mirip epileptic seizure
Kadang-kdang bentuk aneh
Cetusan emosi
Jarang melukai diri
Jarang terjadi pd waktu tidur
Automatisme
Adalah suatu gerakan/tindakan yg repetitif yg tampaknya memiliki tujuan (padahal nggak) dan
disertai gangguan/penurunan kesadaran.
Berasal dari lobus frontal dan temporal yang merambat ke area sistem limbik dan paralimbik.
Contoh:
Mengancing baju berkali-kali
Melap piring berkali-kali
Menggosok-gosokkan tangan berulang2
39
CEDERA KEPALA (TRAUMA KAPITIS)
dr. Bambang
Definisi
Cedera kepala cedera pada tengkorak/kranium, fraktur wajah, atau kerusakan jaringan lunak
pada wajah atau kepala “tanpa” defisit neurologis
Cedera otak cedera kepala + defisit neurologis (misal: amnesia, pingsan, kejang)
>> Sebagian besar terjadi akibat kecelakaan
Klasifikasi
1. Berdasarkan MEKANISME
40
3. Berdasarkan MORFOLOGI (Lokasi)
Penjelasan Klasifikasi:
a. Berdasarkan mekanisme
Tumpul laka lantas, jatuh, sport
Penetrating luka tembak luka tusuk >> yg dimaksud penetrating adalah jika sudah
menembus dura mater
b. Berdasarkan keparahan
Ada juga yg dimasukkan ke dalam Critical GCS <5
c. Berdasarkan morfologi (lokasi)
Fraktur kranial
Vault depressed (fraktur masuk ke dalam melebihi ketebalan tulang), open (lapisan
dura sudah tidak intak)
Basiler/Basis cranii
Lesi intrakranial
41
CEDERA OTAK
Bagan patofisilogi cedera muncul jika ada impact yang melebihi barrier.
Barrier Otak:
1. SCALP
2. Selain itu, ada pula Meningens dan Cairan Serebrospinal.
42
Patogenesis
Untuk cedera kepala maupun cedera otak, dibagi menjadi cedera primer dan sekunder:
a. Cedera primer proses patologi yg terjadi SEGERA; akibat langsung dari trauma
b. Cedera sekunder proses patologik yg terjadi KEMUDIAN (misal: TIK naik, Shifting otak,
Proses biokimiawi/radang, Hipoksia)
43
b. Faktor sekunder intrakranial
Peningkatan TIK herniasi otak, lesi massa (HED, HSD, HIC), edema, hidrosefalus
Vasospasme
Kejang
Infeksi
Hipoksia – iskemia
*Faktor2 sekunder ini dapat memperparah kondisi cedera kepala/otak, misal: trauma atau laserasi
ringan tapi karena hipoglikemi.
44
Observasi:
1. Setidaknya 2 jam
2. Dicatat tiap 15 menit
Vital Sign (T, N, R, t)
Keluhan: nyeri kepala, muntah, kejang
Neurologis
GCS
Pupil
Motorik
Sensorik
Indikasi Operasi
Trauma Otak Tertutup, pertimbangan operasi adalah :
a. Klinis
Deteriorasi Neurologis Progresif
Tanda-tanda herniasi
Tanda-tanda penekanan batang otak
Masih terdapat reflex batang otak
b. Radiologis, terdapat efek masa yang berarti, yaitu :
Deviasi garis tengah lebih dari 0,5 cm.
Penekanan atau penyempitan sisterna basalis
Pembuntuan aliran liquor atau kompresi batang otak pada lesi di fossa posterior
c. Fraktur impresi yang menimbulkan gejala neurologis.
45
HEMATOM INTRAKRANIAL
Terdiri dari:
1. Hematom Epidural
2. Hematom Subdural
Akut <3 hari
Subakut 3hari-3minggu
Kronis >3 minggu
3. Hematom Subaraknoid
4. Hematom Intraserebral
5. Hematom Intraventrikel
HEMATOM EPIDURAL
Pengumpulan darah antara dura mater dan periosteum
1. Patogenesis:
Trauma à fraktur tulang kepala
Darah berasal dari:
a. Robekan Arteri meningica media / cabang (>50%)
b. V. diploeica
c. V. meningica media
2. Insiden: 2-5% penderita trauma yang MRS
3. Lokalisasi:
> 60% temporal
di tempat coup, tdk pernah merupakan contra coup
4. Trias Klasik
a. Lucid interval
b. Jejas pada sisi yg trauma, pupil hidrasi, hemiparesis kontralateral
c. Bradikardia
5. Gangguan kesadaran dapat disebabkan 2 hal:
a. Ketidaksadaran inisial akibat langsung trauma
b. Ketidaksadaran akibat penekanan otak oleh hematom + gejala klinis (di bawah)
6. Gejala klinis
Pupil anisokor pada sisi ipsilateral hematom
Hemiparese kontralateral hematom
Refleks patologis kontralateral hematom
7. Variasi kesadaran
a. Gangguan kesadaran inisial stlah trauma sadar tanpa gejala (lucid interval) penurunan
kesadaran + lateralisasi (gejala neurologis pada salah satu sisi hemisfer)
b. Tetap sadar tanpa gejala sejak kecelakaan tiba2 kesadaran menurun + lateralisai
c. Tidak sadar sejak trauma
8. Perbedaan temuan klinis orang normal dan HED:
a. Normal pupil isokor, hemiparese (-), Tekanan darah 120/80, nadi 76kpm
b. HED pupil anisokor, hemiparese (+), refleks babinski (+/-), TD 150/90, nadi 60kpm
9. Diagnosis
Klinis
X-ray ada fraktur pada sisi yg hematom
CT-Scan bentuk melonjong ke dalam menekan otak, bukan semilunar
10. Terapi
46
Bedah kraniotomi + evakuasi hematom
Jika tdk ada X-ray/CT-scan Burrhole exploration, jika ada hematom: kraniotomi +
dekompresi
11. Prognosis
Mortalitas 15-40% dengan operasi, 90% tanpa operasi
47
Tidak khas
Kesadaran naik turun
Serupa pada HED & HSD (pupil edema, hemiparese, peningkatan reflek atau muncul reflek
patologik)
4. Diagnosis
X-ray kelenjar pineal tidak di tengah
CT-Scan, bergantung umur hematom:
1 minggu hiperdens
1-3 minggu isodens
>3 minggu hipodens
HEMATOM SUBARAKNOID
Stroke perdarahan selalu di bawah lapisan araknoid, baik Subaraknoid maupun Intraserebral.
Jadi perdarahan subaraknoid tidak selalu disebabkan trauma, justru lebih sering akibat CVA
1. Normalnya di subaraknoid ada: CSF, pembuluh darah, villi araknoid
2. Patogenesa spontan atau trauma,
Spontan: aneurisma pada dewasa muda, atherosklerosis pada lansia,
Trauma: robekan pembuluh darah, laserasi parenkim (nembus pia mater)
3. Patofisiologi
a. Efek kimiawi
b. Efek mekanik trauma
c. Vasospasme
d. Gangg. kardiopulmoner iskemi miokard, edema paru
4. Klinis
Sakit kepala yang luar biasa yang belum pernah dialami sebelumnya (perdarahan
subaraknoid termasuk penyebab nyeri kepala akut, baca skenario 1!! Just saying,
syalalalala...(‘0’)
Tanda dan gejala terkait:
Kehilangan kesadaran
Diplopia
Kejang kejang parsial (bisa simpleks, bisa kompleks)
Tanda neurologis fokal kejang parsial
5. Pemeriksaan klinis Hunt Hess Grade:
0 Aneurisme gak ruptur
1 Asimtomatik atau nyeri kepala ringan tanpa kaku kuduk
2 Nyeri kepala sedang-berat, kaku kuduk, Cranial nerve palsy
3 Kesadaran menurun, bingung, defisit fokal ringan
4 Stupor (antara sadar&koma), defisit fokal ringan-sedang, rigiditas decerebrate
5 Koma dalam, decerebrate, moribund BAHASA APA INI!
6. Komplikasi
a. Vasospasme neurotransmitter, jaringan sikatrik pd pembuluh darah yg ruptur
b. Hydrocephalus blok pada ventrikel akibat penekanan hematom
c. Defisit neurologis à cerebral iskemia
d. Disfungsi hypothalamus à terjadi respon simpatis berlebihan : Myokard Iskemi, Gangguan
Tekanan Darah
48
e. Hyponatremia
f. Edema Paru
7. Penanganan
Cegah dan Atasi Komplikasi
Nimodipin
Vasospasme : Hemodilusi, Hipertensi, Hipervolumia
Menurunkan TIK
Cairan dan Elektrolit
Atasi sumber perdarahan
HEMATOM INTRASEREBRAL
Pengumpulan darah di parenkim otak
Stroke perdarahan selalu di bawah lapisan araknoid, baik Subaraknoid maupun Intraserebral.
Jadi perdarahan intraserebral tidak selalu disebabkan trauma, bisa juga akibat CVA
1. Patogenesis
Vascular injury kerusakan vaskuler, timbulkan gejala
Axonal injury kerusakan vaskuler >> kerusakan akson >> gejala neurologis
2. Klinis Akibat efek massa hematom atau edema Gangguan kesadaran, kelainan neurologis
3. Diagnostik
CT-Scan hanya ada massa, belum pasti apakah hematom, abses, atau tumor
MRS
49
1. Patogenesis
a. Kompresi Tulang, Ligamen, Benda-asing dan Hematoma
(terparah bila kompresi kearah posterior corpus vertebra Hiperekstensi)
b. Regangan Jaringan Hiperflexi jar.robek (toleransi tergantung usia)
c. Gangguan Sirkulasi Arteri Spinalis anterior / posterior kausa: Kompresi
2. Epidemiologi:
AIRWAY
Fungsi ventilasi normal:
C1-C7 otot-otot aksesoris
C3-C5 diafragma
T1-T11 muskulus interkostal
T6-L1 muskulus abdominal
50
BREATHING
Fungsi batuk
Cedera C1-C3 : Gak ada
Cedera C4 : Gak fungsional
Cedera C5-T1 : Gak fungsional
Cedera T2-T4 : Lemah
Cedera T5-T10 : Buruk
Cedera T11 ke bawah : Batuk normal
4. Klasifikasi Holdsworth:
a. Cedera fleksi membungkuk: regangan pada ligamen posterior, penekukan ke arah depan
(kompresi anterior korpus vertebra) sehingga ada penonjolan diskus intervertrebralis ke
posterior dan menekan saraf
b. Cedera fleksi-rotasi
c. Cedera ekstensi kayang: regangan pada ligamen longitudinal anterior, herniasi diskus,
biasanya daerah servikal
d. Cedera kompresi vertikal
e. Cedera robekan langsung biasanya daerah torakal
5. Penatalaksanaan
a. Stabilisasi MS dengan Collar atau Backboard Philadelphia
b. ABC (perlu intubasi emergency)
CMS di atas C5 respirasi spontan menghilang
CMS di bawah C5 Insufisiensi kapasitas respirasi
c. Methyl-prednisolon terbukti dapat menurunkan defisit neurologis, secara bermakna..
51
6. Derajat paralisis berdasarkan cedera medulla spinalis:
Cedera C4 Quadriplegia/Tetraplegia
Cedera C6 Quadriplegia/Tetraplegia
Cedera T6 Paraplegia
Cedera L1 Paraplegia
7. Cervico-Medullary Syndrome
Gangguan pada Batang Otak – C4, yang ditimbulkan:
Respiratory arrest
Hypotensi
Tetraplegia
Anestesi meluas ke C1-C4
NYERI KEPALA
52
dr. Ester Sampe, SpS
1. Definisi
Nyeri kepala nyeri atau rasa tidak nyaman pada atas kepala dari daerah orbital
sampai daerah oksiput
Nyeri wajah nyeri di bawah garis orbitomeatal + diatas leher & di depan telinga
Wajah = bagian depan kepala yg tidak ditutupi rambut
2. Patofisiologi
Nyeri kepala timbul akibat rangsangan pada struktur kepala & leher yang sensitif
terhadap nyeri parenkim otak tidak peka terhadap nyeri!
Struktur yg peka terhadap nyeri:
a. Ekstrakranial
Kulit kepala,
Periosteum,
Otot (M. Frontalis, M.Temporalis superfisialis. M. Oksiditalis)
Saraf (N. frontalis, N. Aurikulotemporalis, N. oksipitalis mayor, N.
oksipitalis minor)
b. Intrakranial
Meningen sepanjang arteri-arteri meningeal yang besar pada dasar otak
Pembuluh darah dan N. Kranialis (Nervus 5, 9, 10)
Sinus venosus
53
Nyeri telah terjadi selama beberapa tahun
Contoh: Tension headache, Cluster headache, Migraine
4. Diagnosis
Anamnesis
a. Jenis nyeri
Berdenyut? migren
Seperti diikat tension
Nyeri seakan-akan mau pecah perdarahan SA
b. Onset
Mendadak (Akut) PSA, meningitis, glaukoma
Subakut meningitis, HSD
Kronis tension, migrain, cluster
c. Frekuensi & periode
Migren episodik
Cluster hari –minggu -bulan
Tension bersifat kronis.
d. Puncak & Durasi
Migrain 1-2 jam; durasi = 6-36 jam
Cluster langsung pada puncaknya saat bangun tidur
Tension memuncak beberapa jam setelah onset
e. Waktu timbulnya nyeri:
Migrain = kapan saja, biasanya pagi hari
Cluster = saat lagi asoy tidur sampai terbangun
Tension = sepanjang hari
f. Faktor pemicu:
Migrain sinar terang, perubahan cuaca, alkohol, makanan tertentu
Tension emosi
*Jika sakit kepala muncul saat mengejan, bungkuk, batuk = tanda kenaikan TIK
(fosa posterior)
g. Lokasi nyeri
Migrain = seringkali unilateral
Cluster = belakang bola mata
Tension = daerah frontal atau serviko-oksipital
h. Kualitas nyeri
Migrain = nyeri berdenyut
Cluster = nyeri luar biasa & sangar, berdenyut
Tension = terikat gak berdenyut, seperti make topi kekecilan
i. Gejala penyerta
Migrain aura, vertigo, diplopia, hemiparese
Cluster rinorea, ptosis, miosis, lakrimasi
j. Perberat:
Kenaikan TIK = batuk, mengejan
Cluster/Migrain = beraktivitas
54
k. Peringan:
Migrain istirahat, tidur, hindari cahaya
Tension masase, kompres hangat
Cluster penekanan lokal, kompres hangat/dingin
Pemeriksaan Fisik
Fisik normal
Kalau ada kenaikan TIK pupil edema
Akibat infeksi kaku kuduk
Akibat vaskuler hipertensi
MIGRAIN
55
2. Gejala penyerta : mual/muntah dan/atau fotofobia/fonofobia yang didahuli oleh aura
Aura adalah gejala dari neurologi fokal yang kompleks yang mendahului atau
menyertai serangan migren, misal :
Aura visual
Aura sensorik
Aura motorik
3. Gejala prodromal dijumpai beberapa jam atau beberapa hari sebelum serangan, misal:
Hiperaktif
Hipoaktif
Depresi
Perasaan lemah
4. Komplikasi Migrain
a. Status migrenosus
Nyeri kepala > 72 jam (interval bebas nyeri kepala kurang dari 4 jam)
b. Migren Infark/Migren komplikata
5. Terapi Migrain
a. Penanganan umum
b. Penanganan khusus Migren Akut
Terapi non spesifik
Analgetik: Paracetamol, Asam salisilat
NSAID
Antiemetik: Metoklopramid
Terapi spesifik
Ergotamin tartrat, Dihidroergotamin
5 HT1 (5 hidroksi triptamin) agonis: Sumatriptan
56
a. Migrain dengan aura tipikal = Aura berupa gangguan visual homonim,
hemisensorik, hemiparesis atau disfasia atau kombinasi
b. Migrain dengan aura yang lama (prolonged aura) = Aura >60 menit dan <7 hari
c. Migrain familial hemiplegik = aura berupa hemiparesis + ada keluarga yg alami
d. Migrain basilar = berasal dari batang otak
e. Migren aura tanpa nyeri kepala = setelah aura tidak ada nyeri kepala
f. Migrain dengan serangan aura akut = serangan aura lengkap dalam <5 menit
MIGRAIN OFTALMOPLEGIK
Nyeri kepala berulang dengan gejala paresis salah satu atau lebih saraf penggerak bola
mata tanpa menunjukkan adanya lesi/kelainan intrakranial.
MIGRAIN RETINAL
Serangan monokuler skotoma atau kebutaan yang berlangsung kurang dari 1 jam dan
dapat berulang dan diikuti nyeri kepala tanpa dijumpai adanya kelainan okuler maupun
gangguan mental.
TENSION HEADACHE
1. Patogenesis
Proses ketegangan kontraksi otot kepala, wajah, rahang dan leher yang disebabkan oleh:
a. Stres atau depresi yang kronik
b. Sikap & posisi badan atau kepala yang salah dan terus menerus dalam waktu lama
(misal: sikap duduk dari sekretaris, operator telepon, sopir dll)
c. Perangsangan yang tidak wajar akibat penyakit-penyakit kronik yang diderita di
daerah kepala dan sekitarnya (misal: osteoartritis servikal, miositis kronik, sinusitis)
3. Gejala klinis
Nyeri kepala konstan dan terus menerus selalu merasa tidak pernah bebas dari
rasa sakit
Terasa berat seperti tertekan atau seperti ikat kepala
Tempat sakitnya tidak karakteristik
57
Frekuensi dan fluktuasi dan intensitas nyeri sangat bervariasi bertambah
terutama pada: masa pubertas, baru masuk kerja, pindah sekolah, masalah
pekerjaan, perkawinan dan problem kehidupan lainnya (STRESS)
4. Tatalaksana
a. Terapi non farmakologi Fisioterapi, Psikoterapi
b. Terapi Farmakologi:
Analgetik:
Aspirin 500-1000 mg
Asetaminofen 650-1000 mg
Ibuprofen 200-800 mg
Sodium diklofenak 50-100 mg
Antidepresan
Amitriptilin 10-150 mg
Fluoxetin 20-40 mg
Relaksan otot
Efek sentral :
Diazepam 2-5 ml
Eperisol Hcl 50-150 mg
Tizaniden 6-18 ml
Baclofen 30-75 ml
Efek perifer Dantrolen Na
.
CLUSTER HEADACHE
1. Gejala
Serangan nyeri yang unilateral disekitar mata, supraorbital dan bisa menyebar di
daerah temporal
Serangan berlangsung 15-180 menit dan bisa berulang
Gejala penyerta bisa berupa injeksi kongjungtiva, lakrimasi, kongesti-nasal,
rinore, kening dan wajah berkeringat, miosis, ptosis, dan edema daerah kelopak
mata
Serangan bisa berlangsung selama beberapa minggu ataupun beberapa bulan,
kemudian ada periode remisi selama beberapa bulan ataupun tahun.
Sekitar 10% pasien bersifat kronis
2. Terapi
a. Terapi abortif:
O2 murni (100%): 7 lt/menit (10-12 menit)
Ergotamin tartrat: 1 – 2 mg.
Kombinasi oksigen & ergotamin tartrat
Sumatriptan 6 mg SC.
NSAID
b. Terapi preventif:
58
Metisergid: 1 – 2 mg (3 – 4 kali/hari).
Kortikosteroid: Prednison 50 – 70 mg/hari selama 3 hari kemudian dosis
disesuaikan.
Verapamil: 360 – 480 mg/hari.
DEMENSIA
dr. Wayan Subagiartha, SpS
59
1. Definisi
Suatu sindrom penurunan kemampuan intelektual progresif yang menyebabkan
deteriorasi kognitif dan fungsional, sehingga mengakibatkan gangguan fungsi sosial,
pekerjaan dan aktivitas sehari-hari.
2. Etiologi
a. Penyekit Alzheimer (AD – Alzheimer Dementia)
b. Penyakit vaskuler (VD – Vascular Dementia)
c. Depresi
d. Alkoholik
e. Ganggauan metabolik
f. Intoksikasi
g. Hidrosefalus
h. Anoksia otak
i. Tumor otak
j. Trauma otak
k. Hematom Subdural, dll.
60
DEMENSIA ALZHEIMER (AD)
1. Hasil otopsi kehilangn neuron, Neurufibrilary Tangles, Snile Plaques.
2. Gejala Klinis Demensia (Mnemonic - MBVEK):
a. Gangguan memori recent memory
b. Gangguan bahasa miskin kosa kata; sebutkan fungsi objek, bukan nama objek
c. Gangguan visuospasial disorientasi ruang dan waktu
Misal: gak bisa pakai baju (hilang orientasi ruang kiri & kanan)
d. Gangguan emosi & pemusatan perhatian bisa apatis, bisa paranoid, mudah beralih
e. Gangguan kognisi fungsi berpikir terganggu
3. Anamnesis
a. Penyakit mendasari
Hipotiroid, Neoplasma, Infeksi Kronis (Sifilis, AIDS), Penyakit Jantung, Hipertensi,
Hiperlipidemia, Stroke
b. Riwayat neurologi
TIA/Stroke, Trauma SSP, Epilepsi, Infeksi SSP, Tumor
c. Neurobehavior
Memori, Orientasi tempat & waktu, Fungsi eksekusi, Pengenalan orang
d. Riwayat psikiatri
Gangguan mood
e. Intoksikasi & obat-obatan
Alkoholisme kronis, Obat: Benzodiazepin, Antidepresan trisiklik, Antikolinergik
4. Pemeriksaan neuropsikologi
a. MMSE Folstein (Mini Mental Status Examination)
Untuk memantau penurunan kemampuan kognisi
Nilai maksimal = 30
Nilai terendah = 24
Nilai <27 = gangg.kognisi pada orang yg studinya setara perguruan tinggi
Nilai 24 normal pada orang berpendidikan rendah, tapi bisa juga beresiko
demensia
b. CDT(Clock Drawing Test)
Disuruh menggambar jam menilai fungsi eksekutif dan visuospasial
c. Pemeriksaan aktivitas sehari-hari
d. Pemeriksaan psikiatri ada depresi, ansietas, delirium, dsb
5. Pengobatan
Kolinesterase inhbitor Donepezil HCL, Rivasastigimin
NSAID
Estrogen
Vitamin E
61
1. Definisi sindrom demensia yg timbul akibat iskemi, perdarahan, hipoksia atau
anoksia otak
2. Pembagian:
a. Demensia Vaskuler Paska Stroke:
Infark strategis (girus angularis, talamus, basal fore brain, teritori arteri serebri
posterior dan anterior),
Demensia multiinfark, dan stroke perdarahan.
b. Demensia Vaskuler Subkortikal:
Infark lakunar subkortikal, lesi iskemik sub.alba, infark non lakuner subkortikal
c. Demensia Vakulser Tipe Campuran (patologi demensia vaskuler dengan demensia
Alzheimer)
3. Gejala Klinis
Sama seperti demensia lainnya = MBVEK Memori, Bahasa, Visuospasial, Emosis
& pemusatan perhatian, Kognisi
Akan ada Defisit Neurologis hemiparesis, monoparesis, ataksia, dsb
4. Diagnosis
a. Anamnesis seperti Demensia Alzheimer
b. Pemeriksaan fisik umum faktor resiko penyakit vaskuler: hipertensi, bruit,
penyakit jantung (kardiomegali)
c. Pemeriksaan neurologis cari defisit neurologis: hemiperase, gangguan sensorik,
gangguan keseimbangan, gangguan motorik lain, dsb
d. Pemeriksaan status mental sama, pakai MMSE
5. Tatalaksana
a. Penyakit mendasari
b. Sama seperti AD
62
PERBEDAAN VaD dan AD
63
a. Kardiovaskuler you know lah!
b. Masalah hormonal & imunitas menopause, andropause, imunitas menurun
c. Masalah muskuloskeletal osteoporosis, osteoartritis, atrofi otot
d. Masalah GI obstipasi, dispepsia, anoreksia, kapasitas pencernaan menurun
e. Masalah panca indra penglihatan, pendengaran menurun
f. Masalah kosmetik keriput
g. Masalah neuropsikologis demensia, gang. neurobehavior, masalah pergerakan
h. Masalah keganasan organ tubuh
i. Masalah metabolik DM, dislipidemia, obesitas
5. Patofisiologi Demensia:
a. Massa otak berkurang sel-sel saraf mengalami kematian yang progresif oleh
proses degeneratif
b. Kerusakan neuron karena berbagai sebab neurotransmitter yang sangat
diperlukan untuk fungsi transmisi neuronal yang berhubungan proses memori
berkurang (neurotransmitter menurun)
VERTIGO
dr. Asriningrum Sp.S
64
1. Dizziness Rasa pusing (ditangani lebih spesifik oleh Divisi Neurootologi)
Dizziness dibagi menjadi:
a. Non-vertigo:
Presinkop (Hipotensi ortostatik) terkait penurunan vaskularisasi
Disekuilibrum (Motion Sickness, Tidak tidur untuk waktu yg lama) gangguan
pada ekuilibrum
Kepala ringan (Pusing psikogenik) timbul akibat stress
b. Vertigo
Ada ilusi gerakan tubuh atau objek di sekitar (paling sering yg objek sekitar),
seringkali disertai gangguan autonom (mual muntah)
2. Klasifikasi Vertigo
Pada bagian saraf, diagnosis dibagi menjadi: Diagnosis Klinis, Topis dan Etiologik
Berdasarkan Diagnosis Topis
a. Perifer Vestibulum, Kanalis Semisirkularis, N VIII
b. Sentral Nukleus vestibularis, cerebellum, korteks vestibularis
3. Ekuilibrium
Dipengaruhi oleh 3 komponen:
1. Visual Input
2. Proprioceptive Input
3. Vestibular Input
*Jika terjadi gangguan pada salah satu komponen di atas dapat menyebabkan DISEKUILIBRUM
5. Vestibular Pathway
Vestibulum yang menghubungkan koklea dan kanalis semisirkularis
Kanalis semisirkuler
Ada yang Anterior/Superior, Horizontal/Lateral dan Posterior (yang posterior
yang paling bermasalah karena terkait arah gravitasi)
65
Di dalamnya terdapat Endolymph endolimf ini jika bergerak dan
menstimulasi sel-sel rambut pada kanalis semisirkularis dapat
7. Nistagmus
Normalnya: ada dua mata, tapi mengapa objek yang dilihat hanya satu? hal ini terjadi
karena adanya integrasi pada kedua bola mata sehingga dapat menghasilkan gambaran
yang nyata (3D)
Nistagmus: terjadi pergerakan mata yang keliru sehingga akan timbul nistagmus
66
1. Intro
Sering sekali terjadi
Penyakit paling ringan namun gejala berat (prognosis baik)
Durasi <1 menit (rata-rata <30 detik)
2. Definisi
Benign: Vertigo perifer, tidak berbahaya, prognosis baik, prognosis sangat baik (sembuh
total)
Paroxysmal: Akut (bukan kronis), gejala perlahan-lahan berkurang, hanya sementara
Positional: Dipicu akibat perubahan posisi kepala (dari berbaring-duduk/berdiri)
3. Organ Vestibular
Lokasinya di ampulla (bagian kanalis semisirkularis yg menggembung)
Ada cairan endolimf
Ada Kupula (seperti gel)
4. Penyebab
Vertigo hanya muncul ketika otolith bergerak, tapi jika diam dan otolith stop bergerak
respon juga berhenti.
Ada 2 teori:
a. Kupulolotiasis otolith tetap nempel di kupula
b. Kanalolitiasis teori yg makin lama makin terbukti
Otolith lepas dari kupula dan bergerak-gerak di dalam kanalis semisirkularis,
sehingga tiap kali posisi kepala berubah maka akan terjadi eksitasi oleh endolith
yang terdorong oleh otolith.
5. Diagnosis
a. Anamnesis
Vertigo rotatori yang jelas, ada nausea-vomit
Mendadak, <60 detik
Dipicu gerakan kepala
b. Pemeriksaan
Dix Hallpike Manouvre
Akan timbul vertigo dan nistagmus setelah latensi 1-5 detik, vertigo dan
nistagmus tidak muncul setelah dilakukan manuver latensi terjadi akibat ada
inersia dari endolimf karena bentuknya tidak cair seperti air tapi lebih berbentuk
gel
Respon ini berlangsung selama <60 detik vertigo dan nistagmus hanya
muncul ketika otolit bergerak, tapi jika diam dan otolith stop bergerak respon
juga berhenti.
6. Tatalaksana
Bukan menggunakan terapi farmakologis terapi farmakologis hanya untuk
mengurahi keluhan (misal: Mertigo, Antimo/Dimenhidrinat)
67
Terapi yang dilakukan untuk menyembuhkan adalah CANALITH
REPOSITIONING MANOUVRE (tapi sebelumnya diinjeksi obat untuk
mengurangi gejala)
Tujuannya untuk mengembalikan otolith ke kupula
Cara: Tehnik Epley, Tehnik Brandt Daroff
NEUROBEHAVIOR DISORDER
dr.Esther Sampe, SpS
68
Fisik neurologi Hard sign
Neurobehavior Soft sign = fungsi luhur
69
Gangguan yang timbul:
HEMISFER KIRI HEMISFER KANAN
1. Afasia (berbahasa) 1. Ggn pemusatan perhatian dan emosi.
2. Aleksia/Disleksia (membaca) Neglect
3. Agrafia (menulis) Motor impersistence
4. Akalkulia (berhitung) Anosognosia
5. Apraksia (gak bisa ngikutin Emotional flatness
perintah) 2. Gangguan visuospatial.
Constructional apraxia
Dressing apraxia
Prosopagnosia
Penjelasan:
1. Afasia gangguan berbahasa (gak paham bahasa, gak bisa bicara, dsb)
a. Afasia Broca = Afasia Motorik ngerti bahasa tapi gak bisa ngomong, bisa menjelaskan
secara tertulis (area broca: anterior lobus frontal)
b. Afasia Wernicke = Afasia Sensorik gak ngerti bahasa suara, tapi kalau perintah tertulis
mengerti (bagian postgirus lobus temporal)
c. Afasia Global = Afasia Sensorimotorik kerusakan di area broca dan wernicke
d. Afasia Konduksi kerusakan di Akueduktus sylvii
e. Afasia anomik gak bisa dilokalisasi ???? Berasa tempat prostitusi kalo ngomongin
lokalisasi
70
2. Sindrom Hemisfer Kanan
a. Ggn pemusatan perhatian dan emosi.
Neglect hemispatial neglect, gak kenal rangsang sensoris dari salah satu sisi
Motor impersistence
Anosognosia menyangkal sakitnya (lesi di parietal kanan – lokasi emosi)
Emotional flatness
b. Gangguan visuospatial.
Constructional apraxia gak bisa gambar objek 2D/3D
Dressing apraxia gangguan memakai baju
Prosopagnosia gak mampu mengenali wajah
*Aprosodia gak bisa memberikan intonasi saat bicara
*Environment Agnosisa gak kenal sekitarnya (lesi inferomedial temporooksipital)
3. Gangguan Memori
Hemisfer kiri memori verbal
Hemisfer kanan memori visual
1. Lobus Frontalis
Lobus prefrontal Korteks motorik anterior dan fungsi eksekutif (pengambilan keputusan)
Lobus frontal inferior respon emosi
Girus presentral mengatur gerak kontralateral, area broca (otak kiri >> bicara), produksi
musik (otak kanan)
71
Lobus Frontal, bagiannya:
a) Motor,
b) Premotor,
c) Korteks Prefrontal (penting pada perilaku)
2. Lobus Parietal
Girus post-central Lobus parietal anterior, Korteks Somatosensorik Primer (S1)
Korteks Parietal Posterior (PPC) area sensoris yg lebih tinggi, konvergensi sistem sensorik
lain
3. Lobus Temporal
72
Berbahasa dan pengenalan objek
Memori:
Memori verbal hemisfer kiri
Memori non verbal hemisfer kanan
4. Lobus Oksipital
Analisa informasi visual
Korteks visual primer (V1)
Korteks asosiasi visual:
Warna
Gerak
Bentuk
Tampilan Mental:
73
Sistem Alur Berpikir Otak:
74
The Whole Brain Model
75
76
METABOLIC ENCEPHALOPATHY
Kuliah dr.Ommy
Penyebab
1. Sangat bervariasi, meliputi:
Infeksi Gagal ginjal Toksik
Anoksia DM Poor nutrition
Alkohol (Peny.metabolik) dsb
Gagal hati Tumor otak
2. Penyebab tersering:
Infeksi Anoksia DM
Koma hepatikum Gagal ginjal Hipertens
Patofisiologi
Apapun penyebabnya, intinya adalah terjadi: Edema Sel Glia Edema otak
1. Peningkatan TD
Tekanan darah yg naik melampaui kemampuan autoregulary mechanism (BBB) ada transudasi
(hydrostatic leakage) kerusakan arteriolar + nekrosis terjadi edema sel glia edema
serebri
2. Hepatic Encephalopathy
Gagal ginjal neurotoxic (amonia) masuk ke otak gangguan permeabilitas BBB edema sel
glia
Gejala
Bervariasi, mulai dari yang subtle sampai yang severe
Hepatic encephalopathy yang Grade 1 tes yang menghubungkan garis pada dua titik gak bisa
Diagnosis
Gangguan status mental
Ada penyakit primer yg terdiagnosis
Pemeriksaan berdasarkan kecurigaan penyakit2 yg mendasari
Treatment
Underlying cause yg utama
Anoxia short term O2
Anoxia long term Rehabilitasi
Intoksikasi alkohol didiamkan
77
CATATAN KULIAH
NEUROLOGI
M Rachmat Sulthony