Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

PENGARUH TERAPI PIJAT REFLEKSI KAKI TERHADAP


TEKANAN DARAH PADA PENDERITA HIPERTENSI

Disusun Oleh:

MOH. ILHAM FIRDAUS

1019031083

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS FALETEHAN

DESEMBER, 2020
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan


rahmat dan inayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Pengaruh Terapi Pijat Refleksi Kaki Terhadap Penurunan Tekanan
Darah Pada Penderita hipertensi ”.

Saya mengucapkan terimakasih kepada orang orang yang mendukung dan


membantu saya dalam pengerjaan makalah ini. Saya berterimakasih kepada dosen
pembimbing yang telah mengarahkan dalam pembuatan makalah ini, dan saya
berterimakasih juga kepada keluarga serta teman teman yang mendukung saya
dalam pengerjaan makalah ini.

Tidak ada manusia yang sempurna di dunia ini, maka dari itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk menuju ke arah yang
lebih baik sehingga makalah ini layak untuk digunakan sebagai bahan acuan dan
semoga bermanfaat bagi para pembaca.

Serang, Desember 2020

Penulis

DAFTAR ISI

1
KATA PENGANTAR......................................................................................................1
DAFTAR ISI.....................................................................................................................2
BAB I.................................................................................................................................3
PENDAHULUAN.............................................................................................................3
A. Latar Belakang.....................................................................................................3
B. Rumusan Masalah................................................................................................5
BAB II...............................................................................................................................6
TINJAUAN TEORI.........................................................................................................6
A. Konsep Hipertensi................................................................................................6
1. Definisi Hiipertensi............................................................................................6
2. Klasifikasi Hipertensi.........................................................................................6
3. Manifestasi Klinis Hipertensi.............................................................................7
4. Mekanisme Terjadinya Hipertensi......................................................................8
B. Konsep refleksi.....................................................................................................9
1. Definisi Pijat Refleksi........................................................................................9
2. Manfaat Pijat Refleksi........................................................................................9
3. Teknik pijat refleksi...........................................................................................9
4. Langkah-langkah pijat refleksi kaki.................................................................11
BAB III............................................................................................................................13
KESIMPULAN...............................................................................................................13

BAB I

PENDAHULUAN

2
A. Latar Belakang
Hipertensi atau disebut juga dengan tekanan darah tinggi
merupakan dimana peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140
mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali
pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup
istirahat dan tenang. Peningkatan tekanan darah dapat menimbulkan
kerusakan ginjal (gagal ginjal), jantung (penyakit jantung koroner) dan
otak (menyebabkan stroke) bila tidak dideteksi secara dini dan tidak
mendapat pengobatan yang memadai. (Riskesdas, 2013).
Menurut WHO tahun 2015 ada sekitar 1,13 Miliar orang di dunia
ini, artinya 1 dari 3 orang di dunia ini terdiagnosis penderita hipertensi.
Jumlah hipertensi terus sangatlah meningkat setiap tahunnya,diperkirakan
pada tahun 2025 akan ada 1,5 Miliar orang yang penderita hipertensi, dan
setiap tahunnya diperkirakan ada 9,4 juta orang meninggal akibat
penderita hipertensi dan komplikasinya. (WHO, 2019)
Berdasarkan data Riskesdes 2018 prevalensi hipertensi berdasarkan
hasil pengukuran pada penduduk usia 18 tahun sebesar 34,1%, tertinggi di
Kalimantan Selatan (44.1%), sedangkan terendah di Papua sebesar
(22,2%). Hipertensi itu terjadi pada kelompok umur 31-44 tahun (31,6%),
45-54 tahun (45,3%), 55-64 tahun (55,2%) (Kemenkes RI, 2019).
Keadaan hipertensi mengakibatkan jantung bekerja lebih keras
untuk mengedarkan darah ke seluruh tubuh melalui dari pembuluh darah.
Hal ini dapat menggangu aliran darah, merusak pembuluh darah, hingga
kemudian kematian (Nur, 2017)
Pengobatan hipertensi dapat dilakukan dengan farmakologis dan
non farmakologis. Pengobatan farmakologis adalah pengobatan
menggunakan obat-obatan yang dapat membantu menurunkan serta
menstabilkan tekanan darah. non farmakologis meurpakan intervensi
dengan selain obat-obatan, dimana salah satunya yaitu dengan teknik
relaksasi.Teknik relaksasi dapat menurunkan denyut jantung dan TPR
dengan cara menghambat respons stres saraf simpatis (Susilo &

3
Wulandari, 2017). Salah satu teknik relaksasi yang dapat dijadikan terapi
alternatif untuk hipertensi adalah pijat refleksi kaki. Pijat refleksi kaki
memberikan manfaat yaitu mengurangi rasa sakit pada tubuh, bisa juga
mencegah berbagai macam penyakit (Desiartama, 2017).
Pijat refleksi merupakan suatu metode memijat titik-titik tertentu
pada tangan dan kaki. Manfaat pijat refleksi untuk kesehatan sudah tidak
perlu diragukan lagi. Salah satu khasiatnya yang paling populer adalah
untuk mengurangi rasa sakit pada tubuh. Manfaat lainnya adalah
mencegah berbagai penyakit, meningkatkan daya tahan tubuh, membantu
mengatasi stress, meringankan gejala migrain, membantu penyembuhan
penyakit kronis, dan mengurangi ketergantungan terhadap obat obatan
(Arianto, Prastiwi, & Sutriningsih, 2018). Terapi pijat kaki refleksi efektif
untuk menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi dibuktikan
dalam sebuah riset bahwa tekanan darah setelah terapi pijat kaki kelompok
eksperimen pada penderita hipertensi seluruhnya (100%) mengalami
penurunan tekanan darah tetapi masih tergolong dalam hipertensi stadium
1(DrSoedarso Pontianak, 2017).
Ada teknik-teknik dasar yang sering dipakai yaitu: teknik
merambatkan ibu jari, memutar tangan dan kaki pada satu titik, serta
melakukan teknik menekan dan menahan. Rangsangan-rangsangan yang
diberikan berupa tekanan pada tangan dan kaki ini dapat memancarkan
gelombang-gelombang relaksasi ke seluruh tubuh(Rindang Azhari Rezki,
Yesi Hasneli, 2018).
Dibuktikan dari hasil pendahulu yang telah di lakukan oleh Desi
marisna (2017) bahwa adanya pengaruh terapi pijat refleksi kaki efektif
dengan penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi di wilayah
kerja Puskesmas Kampung Dalam Kecamatan Pontianak Timur dengan
nilai mean tekanan darah sistol sebelum dan setelah intervensi sebanyak
147,07 dan 136,00 sedangkan nilai mean tekanan darah diastol sebelum
dan sesudah sebanyak 88,67 dan 84,27(Hipertensi, 2018)

4
Berdasarkan latar belakangh diatas, maka penulis tertarik
membahas lebih rinci konsep mengenai pijat refleksi kaki yang memiliki
mekanisme kerja untuk membantu menurunkan tekanan darah.

B. Rumusan Masalah
Data WHO tahun 2015 menunjukkan sekitar 1,13 Miliar orang di
dunia menyandang hipertensi, yang berarti 1 dari 3 orang di dunia
terdiagnosis hipertensi. Jumlah penyandang hipertensi terus meningkat
setiap tahun, diperkirakan pada tahun 2025 akan ada 1,5 Miliar orang
yang terdiagnosis hipertensi, dan diperkirakan setiap tahunnya 10,44 juta
orang meninggal akibat hipertensi. Salah satu alternatif yang paling tepat
untuk menurunkan tekanan darah tanpa ketergantungan obat dan efek
samping adalah dengan menggunakan non farmakologis. Pijat refleksi
yaitu suatu praktik memijat titik tertentu pada area tangan dan kaki.
Manfaatnya sudah tidak perlu diragukan lagi. Salah satu khasiatnya yang
paling populer adalah untuk mengurangi rasa sakit pada tubuh(Desiartama,
2017).
Berdasarkan pemaparan tersebut maka dapat dibuat rumusan
masalah yaitu apakah “Apakah terapi pijat refleksi kaki berpengaruh
terhadap tekanan darah pada penderita hipertensi?”

BAB II

TINJAUAN TEORI

5
A. Konsep Hipertensi

1. Definisi Hiipertensi
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah tinggi yang
dimana tekanan sistolik diatas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya di atas
90 mmHg. Pada populasi manula, hipertensi dapat didefinisikan sebagai
tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg (Rindang
Azhari Rezki, Yesi Hasneli, 2018). Hipertensi adalah peningkatan
menetap tekanan arteri sistemik. Jadi tekanan di atas dapat di artikan
sebagai peningkatan secara abnormal dan terus menerus pada tekanan
darah yang disebabkan satu atau beberapa faktor yang tidak berjalan
sebagaimana mestinya dalam mempertahankan tekanan darah secara
normal(Rindang Azhari Rezki, Yesi Hasneli, 2018).
Hipertensi terbagi menjadi beberapa jenis seperti hipertensi renal
atau Goldblatt yang disebabkan kontriksi salah satu arteri ginjal sehingga
terjadi peningkatan tekanan darah yang menetap. Selain itu, kira-kira 20
persen penderita hipertensi mempunyai tekanan darah lebih tinggi di
kantor dokter dibandingkan dengan aktivitas normal sehari-hari yang biasa
disebut hipertensi jas putih. Pada 90 persen pasien yang mengalami
peningkatan tekanan darah yang tidak diketahui penyebabnya biasa
disebut menderita hipertensi esensial(Hipertensi, 2018).

2. Klasifikasi Hipertensi
Penyakit hipertensi dapat dikenal dengan 2 tipe klasifikasi, di
antaranya adalah Hipertensi Primary dan Hipertensi Secondary.
a. Hipertensi primary
Suatu dimana terjadinya tekanan darah tinggi akibat dampak dari gaya
hidup seseorang dan lingkungannya. Seseorang yang pola makannya
tidak terkontrol dan mengakibatkan kelebihan berat badan, merupakan
pencetus awal untuk dapat terkena penyakit hipertensi. Begitu pula
pada seorang yang berada dalam lingkungan atau kondisi stressor yang
tinggi sangat mungkin mudah terkena penyakit tekanan darah tinggi

6
atau hipertensi, termasuk orang-orang yang kurang olahraga bisa
mengalami tekanan darah tinggi.(Asrizal, 2014).
b. Hipertensi secondary
Suatu dimana kondisi terjadinya peningkatan tekanan darah sebagai
akibat seseorang menderita penyakit lainnya seperti gagal jantung,
gagal ginjal, atau kerusakan sistem hormon tubuh. Sedangkan pada ibu
hamil, tekanan secara umum meningkat saat kehamilan berusia 20
minggu, terutama pada wanita yang berat badannya di atas normal atau
gemuk(Asrizal, 2014).

3. Manifestasi Klinis Hipertensi


Hipertensi sulit disadari oleh seseorang karena hipertensi tidak
memiliki gejala khusus(Putra, 2020). Gejala-gejala yang mungkin diamati
antara lain yaitu:
a. Gejala ringan seperti pusing atau sakit kepala.
b. Sering gelisah.
c. Wajah merah.
d. Tengkuk terasa pegal.
e. Mudah marah.
f. Telinga berdengung.
g. Sukar tidur.
h. Sesak nafas
i. Rasa berat di tengkuk.
j. Mudah lelah.
k. Mata berkunang-kunang.
l. Mimisan.

4. Mekanisme Terjadinya Hipertensi


Hipertensi dapat terjadi melalui terbentuknya angiotensin II dari
angiotensin I oleh Angiotensin-Converting Enzyme(ACE). ACE
memegang peran yang sangat penting dalam mengatur tekanan pada darah

7
yang mengandung angiotensinogen yang diproduksi di hati. Selanjutnya
hormon renin diproduksi oleh ginjal yang akan dirubah menjadi
angiotensin I. ACE yang terdapat didalam paru-paru, mengubah
angiotensin I menjadi angiotensin II. Angiotensin II yang memiliki
peranan kunci dalam menaikkan tekanan darah tinggi melalui dua aksi
paling utama(Waghe, 2017).
Pertama, dengan meningkatkannya sekresi hormon antidiuretik
(ADH) dan rasa haus. ADH diproduksi di hipotalamus dan bekerja pada
ginjal untuk mengatur osmolalitas dan volume urine. Meningkatnya ADH,
menyebabkan urine yang diekskresikan ke luar tubuh sangat sedikit
(antidiuresis), sehingga menjadi pekat dan tinggi osmolalitasnya. Untuk
mengencerkan, volume cairan ekstra seluler akan ditingkatkan dengan cara
menarik cairan dari bagian intraseluler. Kemudian terjadi peningkatan
volume darah, sehingga tekanan darah akan meningkat(Sastrawan, 2017).
Kedua, dengan cara menstimulasi sekresi aldosteron (hormon
steroid yang memiliki peranan penting pada ginjal) dari korteks adrenal.
Pengaturan volume cairan ekstraseluler oleh aldosterone dapat juga
dilakukan dengan cara mengurangi ekskresi NaCl dengan mereabsorbsi
dari tubulus ginjal. Pengurangan ekskresi NaCl menyebabkan naiknya
konsentrasi NaCl, yang kemudian diencerkan kembali dengan cara
meningkatkan volume cairan ekstraseluler. Maka terjadilah peningkatan
volume dan tekanan darah (Sari, 2014).

B. Konsep refleksi

1. Definisi Pijat Refleksi


Pijat refleksi merupakan ilmu yang mempelajari tentang pijat pada
titik-titik tertentu di tubuh yang dapat dilakukan dengan tangan atau benda
seperti kayu, atau karet(Renardiyarto, 2018). Pijat refleksi juga bisa

8
diartikan sebagai jenis pengobatan yang mengadopsi kekuatan dan
ketahanan tubuh, dengan cara memberikan sentuhan pijatan pada lokasi
dan tempat yang sudah dipetakan sesuai zona terapi(Renardiyarto, 2018).

2. Manfaat Pijat Refleksi


Pijat refleksi memiliki beberapa manfaat diantaranya melancarkan
sirkulasi darah, merangsang produksi hormone endorphine, memperbaiki
fungsi saraf, meningkatkan energi, relaksasi dan rekreasi, meredakan sakit
kepala, stimulasi sistem saraf, mempercepat penyembuhan luka,
melepaskan racun, mengurangi gejala pra-menstruasi dan menstruasi, dan
penyembuhan penyakit(DrSoedarso Pontianak, 2017).
Penelitian yang dilakukan Mohammadpour, Dehnoalian, Mojtabavi
(2013) menunjukkan hasil efek positif dari reflexology untuk mengurangi
tekanan darah pada pasien stroke secara signifikan setelah kelompok
eksperimen menerima foot reflexology selama kurang lebih 30 menit. Hal
ini sejalan dengan penelitian Nugroho, Asrin, & Sarwono (2012) yang
menunjukkan foot reflexology lebih efektif menurunkan tekanan darah
tinggi dibandingkan hipnoterapi. Park & Cho (2012) membuktikan bahwa
foot reflexology adalah intervensi keperawatan yang efektif untuk
menurunkan tekanan sistolik dan trigliserida dan untuk meningkatkan
kepuasan hidup tetapi tidak menurunkan kolesterol darah(Asrizal, 2014).

3. Teknik pijat refleksi


Teknik pijat umumnya berupa mengusap, meremas, menekan,
menggetar, dan memukul. Mengusap berarti meluncurkan tangan
menggunakan telapak tangan atau bantalan tangan di permukaan tubuh
searah dengan peredaran darah menuju jantung dan kelenjar-kelenjar getah
bening, dimana gerakan ini dilakukan diawal dan diakhir pemijatan
dengan manfaat merelaksasi otot dan ujung-ujung saraf(Desiartama,
2017).

9
Meremas berarti memijit atau meremas menggunakan telapak atau
jari-jari telapak tangan di area tubuh yang berlemak dan jaringan otot yang
tebal sehingga terjadi pengosongan dan pengisian pembuluh darah vena
dan limfe sehingga suplai darah yang lebih banyak di bawa ke otot yang
sedang di pijit. Menekan bertujuan untuk melepaskan bagian-bagian otot
yang kejang serta menyingkirkan akumulasi dari sisa-sisa metabolisme.
Teknik menggetar bermanfaat untuk memperbaiki atau memulihkan serta
mempertahankan fungsi saraf dan otot dengan menggetarkan bagian tubuh
menggunakan telapak tangan ataupun jari-jari tangan(Rindang Azhari
Rezki, Yesi Hasneli, 2018).
Teknik terakhir yaitu memukul yang bermanfaat untuk
memperkuat kontraksi otot saat di stimulasi dan selain itu berguna untuk
mengurangi deposit lemak dan bagian otot yang lembek. Waktu yang
dibutuhkan dalam melakukan pijat refleki berbeda antara satu dengan yang
lainnya karena kondisi tubuh pada masing-masing orang berbeda, begitu
juga dengan kemampuan untuk menahan rasa sakit. Dalam pijat refleksi,
untuk kondisi tubuh normal masing-masing titik refleksi membutuhkan
waktu sekitar lima menit setiap pemijatannya (Fitriani, 2019).
Tubuh yang sedang sakit keras proses pemijatannya berlangsung
lebih lama yaitu sekitar sepuluh menit dan tidak lebih, berbeda dengan
seseorang yang menderita penyakit jantung, kencing manis, liver, kanker
hanya boleh dipijat selama dua menit. Jadi total waktu yang dibutuhkan
untuk memijat seluruh titik refleksi yang bersangkutan kurang lebih 30
menit atau bisa juga 45 sampai 60 menit tergantung pada penguasaan
teknik serta pengalaman pemijat. Frekuensi dalam pemberian pijat refleksi
antara tiga sampai enam hari sekali untuk mencegah penyakit dan dua
sampai tiga hari sekali untuk mengatasi gangguan penyakit yang dilakukan
antara empat sampai delapan minggu untuk memperoleh hasil yang
efektif(Waghe, 2017).

10
4. Langkah-langkah pijat refleksi kaki
Duduklah di kursi dengan nyaman kemudian taruh kaki kiri di atas,
pijat dengan jempol kanan ke seluruh bagian kaki mulai dari tumit hingga
jempol kaki lalu beralih ke jari-jari kaki pijat setiap jari kaki memakai
jempol dan jari telunjuk dengan gerakan melingkar setelah itu, pegang
jari-jari kaki dalam satu genggaman, lalu tekuk ke arah telapak kaki dan
punggung kaki secara bergantian untuk membuatnya lentur dan rileks
tekan seluruh permukaan telapak kaki lalu goyang-goyangkan akhiri
dengan memutar pergelangan kaki beberapa kali lalu ulangi gerakan diatas
pada kaki kanan(Hipertensi, 2018)

Sumber: sehatq.com

Pada sebuah eksperiment mengenai hubungan pijat refleksi kaki


terhadap tekanan darah, diketahui bahwa data rata-rata tekanan darah
tekanan darah pengukuran akhir penderita hipertensi untuk sesi pagi
diperoleh tekanan darah akhir sistolik sebesar 149,1 mmHg dan tekanan
darah akhir diastolik sebesar 94.6 mmHg sedangkan sesi sore diperoleh
tekanan darah sistolik sebesar 143,9 mmHg dan tekanan darah diastolik
sebesar 90,3 mmHg(DrSoedarso Pontianak, 2017)

Dibuktikan juga pada eksperiment yang lainnya bawasannya


diketahui bahwa rata-rata tekanan darah sistolik dan diastolik pada

11
kelompok eksperiment sebelum intervensi adalah 158,66 mmHg dan 94,17
mmHg dengan standar deviasi 4,40 dan 2,09 sedangkan pada kelompok
control rata-rata tekanan darah sistolik dan diastoliknya adalah 159,51
mmHg dan 94,62 mmHg dengan standar deviasi 2,50 dan 2,94(Hipertensi,
2018)

12
BAB III

KESIMPULAN

A. Kesimpulan
Dari penelitian tersebut dapat disimpulkan dan dianalisa bahwa
terapi pijat refleksi kaki yang dilakukan secara teratur bisa menurunkan
tekanan darah sistolik dan diastolik, menurunkan kadar hormon stress
cortisol, menurunkan sumber depresi dan kecemasan, sehingga tekanan
darah akan terus turun dan fimgsi tubuh semakin membaik.

B. Intervensi yang dapat dipilih dan dilaksnakan di Indonesia


Intervensi atau pelaksanaan yang dapat dijadikan sebagai terapi
komlementer dalam intervensi keperawatan diri dalam asuhan
keperawatan klien hipertensi dan dapat diterapkan di Indonesia kareana
intervensi ini mudah dilakukan dan tidak menimbulkan efek samping pada
pasien.

C. Dampak untuk asuhan keperawatan pasien


Dampak diberikannya pijat refleksi kaki memiliki efek yang
positif, dengan dilakukannya pijat refleksi secara rutin dapat menurunkan
tekanan sistolik dan diastolik.

13
DAFTAR PUSTAKA

Asrizal, R. A. (2014). Closed Fracture 1/3 Middle Femur Dextra. Putra, S. A.,
Habiburrahma, E., Wicaturatmashudi, S., Sulistini, R., & Agustin, I. (2020). Pijat
Refleksi Berpengaruh Terhadap Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi Di Klinik
Atgf 8 Palembang Reflexology Masssage Is Affecting the Blood Pressure on
Hyperten, 2(3), 94–100. file:///C:/Users/User/Downloads/335-649-1-SM.pdf
Desiartama, A. (2017). Gambaran Karakteristik Pasien Fraktur Femur Akibat Kecelakaan
Lalu Lintas Pada Orang Dewasa Di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar
Tahun 2013. Putra, S. A., Habiburrahma, E., Wicaturatmashudi, S., Sulistini, R., &
Agustin, I. (2020). Pijat Refleksi Berpengaruh Terhadap Tekanan Darah Pada Pasien
Hipertensi Di Klinik Atgf 8 Palembang Reflexology Masssage Is Affecting the Blood
Pressure on Hyperten, 6(5), 1–4.
DrSoedarso Pontianak, R., Marisna, D., & Budiharto, I. (2017). The Effect Of Foot
Reflexology Therapy On Chanfges In Blood Pressure In People With Hypertension In
The Work Area Of Health Center Of Kampung Dalam East Pontianak. Putra, S. A.,
Habiburrahma, E., Wicaturatmashudi, S., Sulistini, R., & Agustin, I. (2020). Pijat
Refleksi Berpengaruh Terhadap Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi Di Klinik
Atgf 8 Palembang Reflexology Masssage Is Affecting the Blood Pressure on
Hyperten, 1–11.
Fitriani, F., R, R. H., Ratnasari, R., & Azhar, M. U. (2019). Effect of Foot Massage on
Decreasing Blood Pressure in Hypertension Patients in Bontomarannu Health
Center. Putra, S. A., Habiburrahma, E., Wicaturatmashudi, S., Sulistini, R., &
Agustin, I. (2020). Pijat Refleksi Berpengaruh Terhadap Tekanan Darah Pada Pasien
Hipertensi Di Klinik Atgf 8 Palembang Reflexology Masssage Is Affecting the Blood
Pressure on Hyperten, 3(3S), 141–145. https://doi.org/10.29080/jhsp.v3i3s.304
Hipertensi, P. (2018). PENGARUH TERAPI PIJAT REFLEKSI TELAPAK KAKI TERHADAP
PERUBAHAN TEKANAN DARAH PADA PENDERITA HIPERTENSI Agus Arianto 1) ,
Swito Prastiwi 2) , Ani Sutriningsih 3). Putra, S. A., Habiburrahma, E.,
Wicaturatmashudi, S., Sulistini, R., & Agustin, I. (2020). Pijat Refleksi Berpengaruh
Terhadap Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi Di Klinik Atgf 8 Palembang
Reflexology Masssage Is Affecting the Blood Pressure on Hyperten, 3, 584–594.
Putra, S. A., Habiburrahma, E., Wicaturatmashudi, S., Sulistini, R., & Agustin, I. (2020).
Pijat Refleksi Berpengaruh Terhadap Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi Di
Klinik Atgf 8 Palembang Reflexology Masssage Is Affecting the Blood Pressure on
Hypertention Patients At Atgf 8 Clinic of Palembang. Putra, S. A., Habiburrahma, E.,
Wicaturatmashudi, S., Sulistini, R., & Agustin, I. (2020). Pijat Refleksi Berpengaruh
Terhadap Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi Di Klinik Atgf 8 Palembang
Reflexology Masssage Is Affecting the Blood Pressure on Hyperten, 4(1), 5–9.
Renardiyarto, L. M., Widigdo, D. A. M., & Hastuti, T. P. (2018). The Effect of the Foot
Reflection Therapy toward Systolic Blood Pressure in Patients with Primary
Hypertension. Putra, S. A., Habiburrahma, E., Wicaturatmashudi, S., Sulistini, R., &

14
Agustin, I. (2020). Pijat Refleksi Berpengaruh Terhadap Tekanan Darah Pada Pasien
Hipertensi Di Klinik Atgf 8 Palembang Reflexology Masssage Is Affecting the Blood
Pressure on Hyperten, 1(3), 200–204. https://doi.org/10.24198/jnc.v1i3.17069
Rindang Azhari Rezki, Yesi Hasneli, O. H. (2018). Pengaruh Terapi Pijat Refeleksi Telapak
Kaki Terhadap Perubahan Tekanan Darah pada Penderita Hipertensi. Putra, S. A.,
Habiburrahma, E., Wicaturatmashudi, S., Sulistini, R., & Agustin, I. (2020). Pijat
Refleksi Berpengaruh Terhadap Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi Di Klinik
Atgf 8 Palembang Reflexology Masssage Is Affecting the Blood Pressure on
Hyperten, 3(1), 584–594.
https://publikasi.unitri.ac.id/index.php/fikes/article/view/830
Sari, L. T., Renityas, N. N., & Wibisono, W. (2014). The Effectiveness Of Reflexology
Massage In Lowering The Blood Pressure In Elderly With Hypertension. Putra, S. A.,
Habiburrahma, E., Wicaturatmashudi, S., Sulistini, R., & Agustin, I. (2020). Pijat
Refleksi Berpengaruh Terhadap Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi Di Klinik
Atgf 8 Palembang Reflexology Masssage Is Affecting the Blood Pressure on
Hyperten, 1(3), 200–204. https://doi.org/10.26699/jnk.v1i3.art.p200-204
Sastrawan, A. D., Sjamsudin, E., & Faried, A. (2017). Penatalaksanaan emergensi pada
trauma oromaksilofasial disertai fraktur basis kranii anterior. Putra, S. A.,
Habiburrahma, E., Wicaturatmashudi, S., Sulistini, R., & Agustin, I. (2020). Pijat
Refleksi Berpengaruh Terhadap Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi Di Klinik
Atgf 8 Palembang Reflexology Masssage Is Affecting the Blood Pressure on
Hyperten, 3(2), 111. https://doi.org/10.22146/majkedgiind.12606
Waghe, R. B. (2017). ‘ Effect of Foot Reflexology on Blood Pressure & level of Stress
among hypertensive patients .’ Putra, S. A., Habiburrahma, E., Wicaturatmashudi,
S., Sulistini, R., & Agustin, I. (2020). Pijat Refleksi Berpengaruh Terhadap Tekanan
Darah Pada Pasien Hipertensi Di Klinik Atgf 8 Palembang Reflexology Masssage Is
Affecting the Blood Pressure on Hyperten, VII(I), 88–92.

15
LAMPIRAN

A. BAB I PENDAHULUAN

16
B. BAB II TINJAUAN TEORI

17
18
19
20
BAB III PENUTUP

21

Anda mungkin juga menyukai