Anda di halaman 1dari 42

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA NY.

DENGAN DIAGNOSA MEDIS HIPERTENSI

DI PPSLU CEPIRING KENDAL

Di Susun Oleh:

Dian Fazira K SK321013

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KENDAL

TAHUN AJARAN 2021/2022

KATA PENGANTAR
Kami mengucapkan puja dan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas berjudul “Laporan Kasus Hipertensi Pada Ny.S Di PPSLU
Cepiring Kendal” ini dengan baik. Tugas ini tidak dapat selesai tanpa dukungan
moral dan materi yang diberikan dari berbagai pihak, maka penulis mengucapkan
terimakasih kepada:
1. Allah SWT. Yang telah meridhoi pembuatan makalah dengan baik.
2. Ns. Rina Anggraeni,M.Kep selaku dosen pembimbing pengampu keperawatan
gerontik.
3. Orang tua penulis yang telah memberikan dorongan dan motivasi.
4. Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak
membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan makalah ini. Penulis
menyadari bahwa penulisan tugas ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu,
kritik dan saran yang membangun dari rekan- rekan pembaca sangat
dibutuhkan demi penyempurnaan tugas ini.

Kendal, 07 juli 2022

Dian Fazira Khoirunisa, S.Kep

DAFTAR ISI
HALAMAN
JUDUL....................................................................................................... i
KATAPENGANTAR................................................................................ ii
DAFTARISI.............................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1
1.2 Tujuan................................................................................................. 2
BAB II TEORI PENUNJANG
2.1 Hipertensi............................................................................................ 3
2.1.1 Pengertian........................................................................................ 3
2.1.2 Klasifikasi Hipertensi....................................................................... 4
2.1.3 Etiologi Hipertensi .......................................................................... 6
2.1.4 Faktor Risiko Hipertensi ................................................................. 7
2.1.5 Patofisiologi Hipertensi.................................................................... 7
BAB III TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian ......................................................................................... 20
3.2 Analisa Data ...................................................................................... 27
3.3 Diagnosa Keperawatan ...................................................................... 28
3.4 Rencana Asuhan Keperawatan .......................................................... 29
3.5 Implementasi Keperawatan ............................................................... 30
3.6 Evaluasi Keperawatan ....................................................................... 44
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hipertensi merupakan kondisi yang paling umum dijumpai dalam perawatan
primer. Hipertensi menurut World Health Organization (WHO) adalah suatu
kondisi dimana pembuluh darah memiliki tekanan darah tinggi (tekanan darah
sistolik ≥140 mmHg atau tekanan darah diastolik ≥90 mmHg) yang menetap.
Tekanan darah adalah kekuatan darah untuk melawan tekanan dinding arteri
ketika darah tersebut dipompa oleh jantung ke seluruh tubuh. Semakin tinggi
teknan darah maka semakin keras jantung bekerja (WHO, 2013).
Pada orang yang berusia diatas 50 tahun, tekanan darah sistolik lebih besar
dari140 mmHg dan lebih beresiko terjadinya penyakit kardiovaskuler bila
dibandingkan dengan tekanan darah diastolik, namun pada tahun 2008 terdapat
sekitar 40% orang dewasa di seluruh dunia berusia 25 tahun ke atas didiagnosa
mengalami hipertensi. Angka kejadian hipertensi begitu meningkat, dari sekitar
600 juta jiwa pada tahun 1980 menjadi 1 milyar jiwa pada tahun 2008 (WHO,
2013).
Riskesdas 2018 menunjukkan prevalensi Penyakit Tidak Menular mengalami
kenaikan jika dibandingkan dengan Riskesdas 2013, antara lain kanker, stroke,
penyakit ginjal kronis, diabetes mellitus, dan hipertensi. Prevalensi hipertensi naik
dari 25,8% menjadi 34,1%. Kenaikan prevalensi penyakit tidak menular ini
berhubungan dengan pola hidup, antara lain merokok, konsumsi minuman
beralkohol, aktivitas fisik, serta konsumsi buah dan sayur (Riskesdas, 2018).
Stres dapat memicu timbulnya hipertensi melalui aktivasi sistem saraf simpatis
yang mengakibatkan naiknya tekanan darah secara intermitten (tidak menentu)
(Andria, 2013). Pada saat seseorang mengalami stres, hormone adrenalin akan
dilepaskan kemudian akan meningkatkan tekanan darah melalui kontraksi arteri
(vasokontriksi) dan peningkatan denyut jantung. Apabila stres berlenjut, tekanan
darah akan tetap tinggi sehingga orang tersebut akan mengalami hipertensi
(Suoth, 2014).Mengatasi hipertensi dapat dilakukan pengobatan farmakologi dan
non
farmakologi (Nirmawati, 2014). Pengobatan farmakologi yang diberikan
padaklien adalah dengan obat, obat-obatan standar hipertensi adalah obat yang
meliputi golongan diuretik, menekan simpatetik (simpatolitik), vasodilator
arteriol, antagonis angiotensin (ACE inhibitor), penghambat saluran kalsium
(blocker calsium antagonis) (Muttaqin, 2012). Penggunaan obat pada penderita
hipertensi memiliki beberapa kelemahan, antara lain biaya mahal, membutuhkan
kepatuha karena membutuhkan waktu yan relatif lama untuk dapat menurunkan
tekanan darah serta sering timbul kebosanan mengkonsumsi obat pada pasien
hipertensi (Udijianti, 2011).
Penatalaksanaan hipertensi non farmakologi dapat dilakukan dengan cara:
mengurangi berat badan bila kelebihan berat badan, hindari merokok, hindari
minum kopi, hindari minum alkohol, kurangi konsumsi garam berlebih, hindari
makanan berlemak tinggi (gajih, usus, kulit ayam), melakukan senam secara
teratur dan melakukan terapi relaksasi (Nuraini, 2015). Berbagai macam bentuk
relaksasi yang sudah ada adalah relaksasi nafas dalam, guided imagery, relaksasi
progresif, terapi musik, distraksi, massage, dan terapi relaksasi benson (Nurman,
2017). Berdasarkan fenomena di atas penulis tertarik untuk melakukan studi kasus
dengan pemberian asuhan keperawatan terhadap pasien hipertensi.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Penulis mampu untuk dapat memberikan asuhan keperawatan medikal
bedah pada Ny.S dengan Hipertensi Krisis di RSI Muhammadiyah Kendal.
2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khususnya :
a) Penulis mampu melakukan pengkajian data pada klien dengan
Hipertensi.
b) Penulis mampu menganalisa dan menegakkan diagnosa atau
masalah keperawatan pada klien dengan Hipertensi.
c) Penulis mampu menentukan intervensi keperawatan secara
enyeluruh pada klien dengan Hipertensi.
d) Penulis mampu mengimplementasikan rencana tindakan
keperawatan yang nyata pada klien dengan Hipertensi.
e) Penulis mampu mengevaluasi dan mendokumentasikan asuhan
keperawatan pada klien dengan Hipertensi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Hipertensi
1. Definisi
Hipertensi adalah suatu keadaan ketika seseorang mengalami peningkatan tekanan
darah di atas normal yang mengakibatkan peningkatan angka kesakitan
(morbiditas) dan angka kematian (mortalitas) (Smeltzer, 2016). Hipertensi adalah
peningkatan tekanan darah sistolik dan diastolik dengan konsisten di atas 140/90
mmHg. Tekanan darah harus diukur dalam posisi duduk dan berbaring
(KemenkesRI, 2013).
Hipertensi merupakan keadaan ketika tekanan darah sistolik lebih dari 120 mmHg
dan tekanan diastolik lebih dari 80 mmHg (Muttaqin, 2012). Hipertensi atau
tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan abnormal tekanan darah dalam
pembuluh darah arteri secara terusmenerus lebih dari suatu periode. Hal ini terjadi
bila arteriole-arteriole konstriksi. Kontriksi arteriole membuat darah sulit mengalir
dan meningkatkan tekanan melawan dinding arteri (Udijianti, 2011).
2. Klasifikasi
Hipertensi dapat di bagi menjadi tiga golongan yaitu hipertensi sistolik, hipertensi
diastolik, dan hipertensi campuran. Hipertensi sistolik (isolated sistolic
hypertension) merupakan peningkatan tekanan sistolik tanpa diikuti peningkatan
tekanan diastolik dan umumnya ditemukan pada usia lanjut. Tekanan sistolik
berkaitan tekanan dengan tingginya pada arteri apabila jantung berkontraksi
(denyut jantung). Tekanan sistolik merupakan tekanan maksimum dalam arteri
tercermin pada hasil pembacaan tekanan darah sebagai tekanan atas yang nilainya
lebih besar (Garnadi, 2012).
Hipertensi diastolik (diastolic hypertension) merupakan peningkatan tekanan
diastolik tanpa diikuti pengkatan tekanan sistolik, biasanya ditemukan pada anak-
anak dan dewasa muda. Hipertensi diastolik terjadi apabila pembuluh darah kecil
menyempit secara tidak normal, sehimgga memperbesar tahanan terhadap aliran
darah yang melaluinya dan meningkatkan tekanan diastolik. Tekanan darah
diastolit berkaitan dengan tekanan arteri bila jantung berada dalam keadaan
relaksasi diantara dua denyutan. Hipertensi campuran merupakan pengingkatan
pada tekanan sistolik dan diastolik.
Berdasarkan penyebabnya hipertensi terbagi menjadi dua, yaitu hipertensi esensial
(primer) dan hipertensi sekunder. Hipertensi esensial (primer) merupakan
hipertensi yang disebabkan oleh gaya hidup yang tidak baik seperti makan yang
tidak terkontrol sehingga menyebabkan berat badan berlebih atau bahakn terjadi
obesitas dimana hal tersebut dapat mencetus terjadinya hipertensi. Hipertensi
sekunder merupakan tekanan darah tinggi yang akibat dari seseorang yang
mengalami penyakit seperti gagal jantung, gagal ginjal, dan kerusakan sistem
hormon dalam tubuh (Pudiastuti, 2011). Kehamilan, tumor, serta penyempitan
arteri renalis atau penyakit parenkim ginjal juga dapat mengakibatkan terjadinya
hipertensi sekunder (Hall & Guyton, 2014).
3. Etiologi
Pada umumnya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik. Hipertensi
terjadi sebagai respons peningkatan curah jantung atau peningkatan tekanan
perifer. Akan tetapi, ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya
hipertensi:
a. Genetik : Respons neurologi terhadap stres atau kelainan ekskresi atau transpor
Na.
b. Obesitas : Terkait dengan tingkat insulin yang tinggi yang mengakibatkan
tekanan darah meningkat.
c. Stres karena lingkungan.
d. Hilangnya elastisitas jaringan dan aterosklerosis pada orang tua serta pelebaran
pembuluh darah. Pada orang lanjut usia, penyebab hipertensi disebabkan
terjadinya
perubahan pada elastisitas dinding aorta menurun, katup jantung menebal dan
menjadi kaku, kemampuan jantung memompa darah, kehilangan elastisitas
pembuluh darah, dan meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer. Setelah
usia 20 tahun kemampuan jantung memompa darah menurun 1% tiap tahun
sehingga menyebabkan menurunnya kontraksi dan volume. Elastisitas pembuluh
darah menghilang karena terjadi kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer
untuk oksigenasi (Aspiani, 2014).
Sekitar 90% hipertensi dengan penyebab yang belum diketahui pasti disebut
dengan hipertensi primer atau esensial, sedangkan 7% disebabkan oleh kelainan
ginjal atau hipertensi renalis, dan 3% disebabkan oleh kelainan hormonal atau
hipertensi hormonal dan penyebab lain (Muttaqin, 2012). Sebagai faktor
predisposisi dari hipertensi esensial adalah penuaan, riwayat keluarga, asupan
lemak jenuh atau natrium yang tinggi, obesitas, ras, gaya hidup yang menuntut
sering duduk dan tidak bergerak, stress, merokok (Kowalak, 2014)
3. Faktor-Faktor Risiko Hipertensi
Faktor risiko terjadinya hipertensi antara lain:
a) Usia
Tekanan darah cendrung meningkat dengan bertambahnya usia. Pada laki-
laki meningkat pada usia lebih dari 45 tahun sedangkan pada wanita
meningkat pada usia lebih dari 55 tahun.
b) Ras
Hipertensi bisa mengenai siapa saja. Bagaimanapun, biasa sering muncul
pada etnik Afrika Amerika dewasa dari pada Kaukasia atau Amerika
Hispanik.
c) Jenis kelamin
Pria lebih banyak mengalami kemungkinan menderita hipertensi dari pada
wanita.
d) Kebiasaan gaya hidup tidak sehat
Gaya hidup yang tidak sehat yang dapat meningkatkan hipertensi, antara
lain minum-minuman beralkohol, kurang berolahraga, mengkonsumsi
makan- makanan yang berlebih dan merokok
4. Patofisiologis
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak di
pusat vasomotor pada medula otak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf
simpatis, yang berlanjut kebawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna
medula spinalis ke ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat
vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak kebawah melalui
sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron pre-ganglion
melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke
pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan
konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor, seperti kecemasan dan ketakutan
dapat mempengaruhi respons pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriktor.
Klien dengan hipertensi sangan sensitif terhadap norepinefrin, meskipun tidak
diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut dapat terjadi.Pada saat bersamaan
ketika saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respons rangsang
emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas
vasokonstriksi. Medula adrenal menyekresi epinefrin, yang menyebabkan
vasokonstriksi. Korteks adrenal menyekresi kortisol dan steroid lainnya, yang
dapat memperkuat respons vasokonstriksi pembuluh darah. Vasokonstriksi yang
mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal, menyebabkan pelepasan renin.
Renin yang dilepaskan merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian
diubah menjadi angiotensin II, vasokonstriktor kuat, yang pada akhirnya
merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan
retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume
intravaskuler. Semua faktor tersebut cenderung mencetuskan hipertensi (Kowalak,
2014).
FORMAT PENGKAJIAN
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK DENGAN HIPERTENSI

A. RIWAYAT KESEHATAN
a. Nama : Ny. S
b. Alamat : Karangayu
c. Umur : 68 Tahun
d. TTL : Kendal, 12 Juli 1952
e. Pcndidikan terakhir : SD
f. Orang yang paling dekat dan dapat dihubungi : saudara
g. Alamat dan telepon :-
h. Tanggal masuk ke panti wreda : 04 April 2022
B. RIWAYAT KELUARGA
Dalam keluarga PM mempunyai riwayat keluarga yang menderita penyakit
serupa yaitu hipertensi.
C. RIWAYAT LINGKUNGAN HIDUP
PM tinggal di panti dengan bangunan semi permanen, yang terdiri dari kamar
mandi, kamar tidur dan ruang konseling, kondisi panti yang di tempati PM
dengan lantai keramik dan sirkulasi udara di peroleh dari pintu depan dan
jendela penerang, yang memounyai tempat tidur 18 dengan keadaan panti PM
bersih dan bersanitas, PM sudah lama tinggaldi panti sudah lama dan sudah
merasa nyaman dan PM Kegiatan dipanti hanya berbaring ditempat tidur,
beribadah dan tidur
D. RIWAYAT REKREASI
Tidak ada
E. SUMBER / SYSTEM PENDUKUNG YANG DIGUNAKAN
Sumber pendukung pelayanan dari perawat panti
F. DESKRIPSI HARI KHUSUS
Tidak ada
G. RIWAYAT KESEHATAN LALU
Ny. S mengatakan dulu sering pusing
H. TINJAUAN SISTEM
1. Tanda – Tanda Vital:
a. Tekanan Darah : 200/120 mmHg
b. Nadi : 90 x/menit
c. Suhu : 36,3oC
d. RR : 20 x/menit
2. Pemeriksaan kulit
a. Inspeksi : Kulit keriput
b. Palpasi : Tidak nyeri tekan
3. Pemeriksaan kuku:
b. Inspeksi : Tampak bersih, kuku bersih
c. Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
4. Pemeriksaan kepala:
a. Inspeksi : Rambut beruban
b. Palpasi : Tidak ada benjolan dikepala
c. Auskultasi : Tidak terkaji
5. Pemeriksaan muka:
a. Inspeksi: Wajah simetris
b. Palpasi: Tidak ada nyeri tekan
c. Tes sensasi wajah: Elastisitas berkurang
6. Pemeriksaan mata:
a. Inspeksi: Mata sedikit keruh, sclera berwarna sedikit kuning
b. Palpasi: Tidak ada nyeri tekan
c. Tes ketajaman visual: ketajaman penglihatan kurang
d. Tes lapang pandang: Luas lapang pandang kurang
7. Pemeriksaan telinga:
a. Inspeksi: Bersih tidak ada serumen
b. Palpasi: Tidak ada benjolan
c. Tes ketajaman pendengaran: Mendengar berbicara dengan nada sedikit
keras

8. Pemeriksaan hidung dan sinus:


d. Inspeksi:Hidung bersih, tidak ada sinus
e. Palpasi: Tidak ada nyeri tekan
f. Tes penciuman: Normal, bisa membedakan aroma kopi, the dan syrup
9. Pemeriksaan mulut dan tenggorokan:
g. Inspeksi: Lidah bersih, mulut bersih, gigi geraham habis
h. Palpasi: Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid
i. Tes rasa: Normal, bisa membedakan pahit, asam, manis
10. Pemeriksaan leher:
j. Inspeksi: Simetris, tidak ada odema
k. Palpasi: .Tidak ada nyeri tekan saat menelan, ada nyeri yang pasien
keluhkan pada area leher dan punuk
l. Auskultasi: Tidak terkaji
m. Tes ROM: sedikit dulit menggerakan kaki
11. Pemeriksaan system pernafasan:
n. Inspeksi: Tidak menggunakan otot bantu nafas, vocal fremitus teraba
sama, pengembangan dada kanan dan kiri seimbang
o. Palpasi: Tidak terkaji
p. Perkusi: Tidak terkaji
q. Auskultasi: Tidak terkaji
12. Pemeriksaan sistem kardiovaskuler:
r. Inspeksi: Ictus cordis tidak terlihat
s. Palpasi: Ictus cordis teraba
t. Perkusi:
a) Batas kanan atas : ICS II linea para sternalis dextra
b) Batas kanan bawah : ICS IV linea para sternalis dextra
c) Batas kiri atas : ICS II linea para sternalis sinistra
d) Batas kiri bawah : ICS IV linea mid clavikula sinistra
u. Auskultasi:
S1: Terdengar bunyi lup diruang ICS 5 sebelah kiri sternum
S2: Terdengar bunyi dup di ICS 2 sebelah kanan sternum

13. Pemeriksaan payudara dan aksila: Tidak terkaji


14. Pemeriksaan abdomen:
v. Inspeksi: Perut simetris tidak ada edema
w. Palpasi: Tidak ada pembesaran hepar, tidak ada nyeri di kuadran
bawah kanan.
x. Perkusi: Tymphani
y. Auskultasi: Bising usus 18x / menit
15. Pemeriksaan ekstermitas atas:
z. Bahu: Tidak ada dislokasi
aa. Siku: Tidak ada luka, reflek tendon (+), kulit bersih
bb. Pergelangan dan telapak tangan: Tidak ada luka, kulit bersih
16. Pemeriksaan ekstermitas bawah:
cc. Panggul: Tidak ada dislokasi
dd. Lutut: reflek tendon (+)
ee. Pergelangan dan telapak kaki: Kedua punggung kaki berwarna putih,
pasien tampak kesakitan sehingga tidak bisa berjalan
I. PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL DAN SPIRITUAL
a. Psikososial
1. Konsep Diri
a. Gambaran diri : Ny. S mengatakan tidak tau
b. Identitas diri : Ny. S mengatakan tidak mengerti
c. Peran :-
d. Ideal diri :-
e. Harga diri :-
2. Psikologis
a. Apakah mengenal masalah-masalah utamanya / yang dialami klien saat
ini?
Ny. S mengatakan sering mengalami pusing
b. Bagaimana sikapnya terhadap proses penuaan?
-
c. Apakah dirinya merasa dibutuhkan atau tidak?
-
d. Apakah optimis dalam memandang suatu kehidupan?
Ny.S mengatakan ingin berumur panjang dan penuh berkah
e. Bagaimana menghadapi sters yang dialami?
-
f. Apakah mudah dalam menyesuaikan diri?
Ny.S mudah menyesuaikan diri
g. Apakah lanjut usia sering mengalami kegagalan?
Ny.S mengatakan tidak mengerti
h. Apakah harapan saat ini dan akan datang
Ny.S mengatakan ingin berumur panjang dan sehat
3. Sosial Ekonomi
a. Dari mana sumber keuangan lanjut usia?
Tidak ada
b. Apa saja kesibukan lansia dalam mengisi waktu luang?
Ny. S berada di panti hanya berbaring, tidur dan pagi senam
c. Dengan siapa saja dia tinggal?
Bersama teman-teman di panti
d. Kegiatan organisasi apa yang di ikuti lansia
Ny.S Tidak mengikuti senam pagi
e. Bagaimana pandangan lanjut usia terhadap lingkungannya
Ny.S tidak mengetahui
f. Apakah dapat menyalurkan hobi atau keinginannya dengan fasilitas
yang ada?
Tidak ada
b. Identifikasi masalah emosional
Pertanyaan tahap pertama
a) Apakah klien mengalami kesulitan tidur?
Tidak ada masalah tidur
b) Apakah klien sering mengalami gelisah ?
Terkadang gelisah
c) Apakah klien sering murung dan menangis sendiri ?
Tidak pernah
d) Apakah klien sering was – was dan khawatir ?
Tidak pernah
Pertanyaan tahap kedua
a) Keluhan 3 bulan lebih dari 3 bulan atau lebih dari satu kali dalam satu
bulan ? Tidak pernah
b) Ada atau banyak pikiran ? Tidak pernah
c) Ada gangguan atau masalah dengan anggota keluarga lain ? Tidak
pernah
d) Menggunakan obat tidur atau penenang atas anjuran dokter ? Tidak
pernah
e) Cenderung mengurung diri ? Tidak pernah
MASALAH EMOSIONAL (-)
c. Spiritual
1. Apakah secara teratur melakukan ibadah sesuai dengan keyakinan
agamanya.
Ny.S berdoa sesuai dengan kemampuannya
2. Apakah secara teratur mengikuti atau terlibat aktif dalam kegiatan
keagamaan? -
3. Apakah lanjut usia kelihatan sabar dan tawakal
Ny.S terlihat sabar dan tawakal

J. PENGKAJIAN FUNGSIONAL KLIEN


1. INDEKS KATZ
Seberapa besar ketergantungannya?
Kemampuan Perawatan Diri 0 1 2 3 4

Kemampuan melakukan ROM V

Kemampuan Mobilitas di tempat tidur V

Kemampuan makan/minum v

Kemampuan toileting V

Kemampuan Mandi v

Kemampuan berpindah V

Kemampuan berpakaian v

Keterangan: 0 = Mandiri 1= Menggunakan alat bantu 2 = dibantu orang lain


3 = Dibantu orang lain dan alat 4 = Tergantung Total.
2. MODIFIKASI DARI BARTHEL INDEKS
Termasuk manakah klien?

KRITERIA DENGAN MANDIRI KETERANGAN


BANTUAN
Makan 5 10 Frekuensi 3 kali sehari
Jumlah 1 porsi
Jenis lauk dan sayur
Minum 5 10 Frekuensi 8 gelas
Jumlah 1600 cc
Jenis Air putih
Berpindah dari kursi roda 10 15 Tidak bisa berjalan di bantu
ketempat tidur / sebaliknya
Personal toilet (cuci muka, 5 5 Toilet di bantu
menyisir rambut, gosok gigi)
Keluar masuk toilet (mencuci 10 5 Frekuensi 4 kali
pakaian, menyeka tubuh,
menyiram)
Mandi 10 10 2 kali pagi dan sore
Jalan dipermukaan datar 0 5 Sering
Naik turun tangga 5 10 Tidak ada
Mengenakan pakaian 5 10 Mandiri
Control bowel (BAB) 5 10 Frekuensi 1 kali
Konsistensi padat
Control bladder (BAK) 5 10 Frekuensi 9 kali
Warna kuning agak putih
Olah raga/ latihan 5 10 Frekuensi tidak ada
Jenis
Rekreasi/ pemanfaatan waktu 5 10 Frekuensi Tidak ada
Jenis
Keterangan:
130 : Mandiri
65 – 125 : Ketergantungan Sebagian
60 : Ketergantungan Total
K. PENGKAJIAN STATUS MENTAL GERONTIK
1. Identifikasi tingkat intelektual dengan short portable mental status
questioner (SPSMQ)
Benar Salah No Pertanyaan
√ 1. Tanggal berapa hari ini?
Jawab: Pasien menjawab 12 Juni 2021
√ 2. Hari apa sekarang?
Jawab: Pasien menjawab hari Sabtu
√ 3. Apa nama tempat ini?
Jawab: Pasien menjawab Rumah
√ 4. Dimana Alamat anda?
Jawab: Pasien menjawab berasal dari Kendal
√ 5. Berapa Alamat anda?
Jawab: Pasien menjawab Nomer 9
√ 6. Kapan anda lahir?
Jawab: Pasien menjawab 10 April 1962
√ 7. Siapa presiden Indonesia sekarang?
Jawab: Pasien menjawab Jokowi
√ 8. Siapa presiden Indonesia sebelumnya?
Jawab: Pak Soekarno
√ 9. Siapa nama ibu anda?
Jawab: Ibu Suminah
√ 10. Kurangi 3 dari 20 dan tetap pengurangan 3 dari
setiap angka baru, semua secara menurun.
20-3 berapa?
Jawab: Pasien menjawab 17
17-3 berapa?
Jawab: Pasien menjawab 14
14-3 berapa?
Jawab: Pasien menjawab 10
10-3 berapa?
Jawab: Pasien menjawab 5
5-3 berapa?
Jawab: Pasien menjawab 2
Jumla 8 2 Fungsi intelektual utuh
h
2. Identifikasi aspek kognitif dari fungsi mental dengan menggunakan MMSE
(Mini Mental Status Exam)

ASPEK NILAI NILAI KRITERIA


KOGNITIF MAKSIMUM KLIEN

Orientasi 5 5 Menyebutkan dengan benar


 Tahun
 Musim
 Tanggal
 Bulan
 Hari

Orientasi 5 5 Dimana kita sekarang


 Negara Indonesia
 Propinsi…
 Kota…
 Panti wreda…
 Wisma…

Registrasi 3 2 Sebutkan 3 objek (oleh


pemeriksa) satu detik untuk
mengatakan masing -
masing objek. Kemudian
tanyakan pada klien ke 3
objek tadi untuk disebutkan.

Perhatian dan 5 4 Minta klien untuk memulai


dri angka 100 kemudian
kalkulasi
dikurangi 7 sampai 5 kali :
 93
 86
 79
 72
 65
Mengingat 3 3 Minta klien untuk
mengulangi ke 3 objek tadi
pada nomor 2 (registrasi)
tadi, bila benar 1point untuk
masing – masing objek

Bahasa 9 6 Tunjukan pada klien suatu


benda dan tanyakan
namanya pada klien (misal
jam tangan/ pensil)
Minta pada klien untuk
mengulang kata berikut
tidak ada jika, dan, atau,
tetapi” .bila benar nilai 1
point. Pernyatan benar2
buah tidak, ada, tetapi
Minta klienuntuk mengikuti
perintah berikunt terdiri dari
langkah: ”ambil kertas
ditangan anda, lipat dua dan
taruh dilantai”.
 Ambil kertas
 Lipat dua
 Taruh dilantai
Perintah kepada kien
untuk hal berikut(bila
aktivitas sesuai perintah
nilai 1point)
 Tutup mata anda
Perintahkan pada klien
untuk menulis satu
kalimatdan menyalin
gambar
 Tulis satu
Kalimat
 Menyalin gambar

Jumlah 25 Aspek kognitif dari fungsi


mental baik
FORMAT ANALISA DATA
Nama Klien : Ny.S
Nama Mahasiswa : Dian fazira
Alamat :-
NO Data Masalah Keperawatan
1. DS: Hambatan Mobilitas
1. Pasien mengatakan kakinya sulit digerakkan Fisik
sehingga untuk melakukan aktivitas dibantu
DO:
1. Ny.S tampak lemah
2. Pasien tampak kesakitan sehingga tidak bisa berjalan
3. Indeks KATZ: E

2. DS: Gangguan perfusi


2. Pasien memiliki riwayat suka memakan makanan jaringan serebral
asin dan masakan bersantan
L. Ny.M mengatakan sering pusing, dan sakit kepala,
sering tegang pada daerah leher bagian belakang
DO:
Hasil TTV :
Tekanan Darah : 200/120 mmHg
Nadi : 90 x/menit
Suhu : 36,3oC
RR : 20 x/menit

Diagnosa keperawatan
1. Hambatan mobiltas fisik
2. Gangguan perfusi jaringan serebral
FORMAT RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Nama Klien : Ny.S
Nama Mahasiswa : Dian fazira
Alamat :-
Diagnosa keperawatan Tujuan (NOC) Intervensi (NIC)
Hambatan Mobilitas Fisik Setelah dilakukan tindakan keperawatan Perawatan Jantung (4040)
berhubungan dengan selama 3 x Hambatan Mobilitas Fisik dapat Monitor
hipertensi (00200) berkurang dengan kriteria hasil: 1. Monitor tanda-tanda vital
Mandiri
Outcomes: Pergerakan (0208) 2. Evaluasi perubahan tekanan darah
1. Berjalan ditingkatkan dari cukup 3. Susun waktu latihan dan istirahat untuk
terganggu (3) menjadi sedikit terganggu mencegah kelelahan
(4) 4. Identifikasi metode pasien dalam menangani
2. Bergerak dengan mudah ditingkatkan stres
dari cukup terganggu (3) menjadi sedikit 5. Berikan dukungan teknik yang efektif untuk
terganggu (4) mengurang stres
Edukasi
Outcomes: Keparahan Hipertensi (2112) 6. Berikan pendkes mengenai cara pencegahan
1. Tekanan darah sistol ditingkatkan dari
160-179 (2) menjadi ringan (4) hipertensi dan diit rendah garam untuk
2. Sakit kepala diturunkan dari sedang (3) penderita hipertensi
menjadi ringan (4) 7. Ajarkan teknik relaksasi benson
3. Pusing diturunkan dari s\edang (3) Kolaborasi
menjadi ringan (4) 8. Pemberian Amlodipin 1 x 5 mg oral

Manajemen Risiko Jantung (3550)


Monitor
9. Monitor pasien tentang kebiasaannya yang
berisiko yang berhubungan dengan dengan
kejadian yang tidak diharapkan pada jantung
(misalnya: tekanan darah tinggi, Riwayat
keluarga dengan serangan jantung)
10. Monitor pasien mengenai kemungkinan
terjadinya stress
Mandiri
11. Berikan posisi semi fowler
Edukasi
12. Instruksikan pasien dan keluarga untuk
memonitor tekanan darah dan denyut jantung
secara rutin dengan berolahraga sebagaimana
mestinya
13. Instruksikan pasien untuk melakukan olahraga
yang progresif secara teratur, sebagaimana
mestinya
Kolaborasi :-

Dukungan mobilisasi
Monitor
14. Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah
sebelum memulai mobilisasi
15. Monitor kondisi umum selama melakukan
mobilisasi
Mandiri
16. Kaji tingkat mobilisasi pasien dengan (tingkatan
0-4) secara berkala.
17. Kaji kekuatan otot/kemampuan fungsional
mobilitas sendi dengan menggunakan (skala
kekuatan otot 0-5) secara teratur.
18. Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik
lainnya
19. Identifikasi toleransi fisik melakukan
pergerakan
20. Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat bantu
(mis; duduk diatas tempat tidur
21. Fasilitasi melakukan pergerakan
Edukasi
22. Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi
23. Anjurkan melakukan mobilisasi dini
24. Ajarkan mobilisasi sederhana yang harus
dilakukan (mis: duduk diatas tempat tidur).
Kolaborasi
25. Kolaborasi dengan ahli terapi fisik (Fisioterapi)
atau okupasi dan atau rehabilitasi spesialis.
FORMAT CATATAN PERKEMBANGAN

Nama Klien : Ny.S


Nama Mahasiswa : Dian fazira
Alamat :-
DIAGNOSA TANDA
TGL/WAKTU IMPLEMENTASI EVALUASI
KEP. TANGAN
27 juni 2022 Hambatan Memonitor TTV pasien S: Pasien mengatakan Dian fazira
Mobilitas Fisik RS: Ny. S mengatakan masih pusing dan leher masih sedikit pusing dan
belakang tegang leher belakang masih
RO: Tekanan Darah : 200/120 mmHg, Nadi: 75 kaku
x/menit, Pernafasan: 25 x/menit, Suhu : 36,3˚C O: Pasien tampak sedikit
lemah, TD masih tinggi
Pemberian Posisi Semi Fowler 200/120 mmHg, Sering
RS: Pasien mengatakan masih sedikit merasa sesak memijat kepala dan
nafas sering memegang leher
RO: Penggunaan otot bantu pernafasan, SpO2= belakang.
97% A: Masalah teratasi
sebagian
Memberikan Obat Amlodipin 5 mg P: Pertahankan intervensi
RS: -
RO: Obat langsung diminum oleh pasien setelah
diberikan via oral
28 Juni Memonitor TTV pasien S: - Dian fazira
2022 RS: - O: Pasien tidur, tenang,
RO: Tekanan Darah : 180/100 mmHg, Nadi: 79 TD 160/100 mmHg
x/menit, Pernafasan: 22 x/menit, Suhu : 35,8˚C A: Masalah teratasi
P: Pertahankan intervensi
Memberikan Obat Amlodipin 5 mg
RS: -
RO: Obat langsung diminum oleh pasien setelah
diberikan via oral

Membantu pasien untuk ambulasi


RS: pasien mengatakan kaki masih terasa sakit
untuk berjalan
RO: pasien tampak masih kesusahan untuk berjalan
sendiri, pasien masih berpegangan dengan benda di
sekitar ketika hendak melakukan mobilisasi
29 Juni 2022 Memonitor TTV pasien S: Pasien mengatakan Dian fazira
RS: Ny. S mengatakan leher belakang tegang masih sedikit pusing dan
RO: Tekanan Darah : 150/100 mmHg, Nadi: 75 sakit kepala
x/menit, Pernafasan: 20 x/menit, Suhu : 36˚C O: pasien tampak
menahan sakit dengan
Memberikan Obat Amlodipin 5 mg memegang kepala, TD
RS: - 150/100 mmHg
RO: Obat langsung diminum oleh pasien setelah A: Masalah teratasi
diberikan via oral P: Pertahankan intervensi

30 Juni 2022 Memonitor TTV pasien S: Pasien mengatakan Dian fazira


RS: Ny. S mengatakan masih pusing dan leher leher belakang agak kaku
belakang agak kaku O: TD 150/90 mmHg,
RO: Tekanan Darah: 150/90 mmHg, Nadi: 75 pasien tampak memijat
x/menit, Pernafasan: 20 x/menit, Suhu : 36,1˚C leher belakang.
A: Masalah teratasi
Memberikan Obat Amlodipin 5 mg P: Pertahankan intervensi
RS: -
RO: Obat langsung diminum oleh pasien setelah
diberikan via oral

Memberikan pendidikan kesehatan tentang


hipetensi/ tekanan darah tinggi pada lansia
RS: Pasien mengatakan sudah paham tanda dan
gejala, pencegahan hipertensi, pasien mengatakan
setuju dengan pemilihan makanan yang sudah
direkomendasikan oleh perawat
RO: Pasien memperhatikan pendidikan kesehatan
sampai selesai, pasien kooperatif, pendidikan
kesehatan berjalan dengan lancar.
1 Juli 2022 Memonitor TTV pasien S: - Dian fazira
RS: - O: Pasien tenang, tidak
RO: Tekanan Darah : 150/100 mmHg, Nadi: 75 ada keluhan, TD 150/100
x/menit, Pernafasan: 25 x/menit, Suhu : 36,8˚C mmHg
A: Masalah teratasi
Memberikan Obat Amlodipin 5 mg sebagian
RS: - P: Pertahankan intervensi
RO: Obat langsung diminum oleh pasien setelah
diberikan via oral

Membantu pasien untuk ambulasi


RS: pasien mengatakan sakit di kaki sudah mulai
berkurang
RO: pasien sudah mulai lancar untuk berjalan
sendiri tetapi masih berpegangan dengan benda di
sekitarnya
2 Juli 2022 Memonitor TTV pasien S: Pasien mengatakan Dian fazira
RS: pasien mengatakan tadi sempat sakit kepala ingin bisa segera lancar
tapi hanya sebentar berjalan dan beraktivitas
RO: Tekanan Darah : 180/100 mmHg, Nadi: 85 O: Pasien tampak
x/menit, Pernafasan: 18 x/menit, Suhu : 36,1˚C mengantuk, TD 17/100
mmHg
Memberikan Obat Amlodipin 5 mg
A: Masalah teratasi
RS: -
P: Pertahankan intervensi
RO: Obat langsung diminum oleh pasien setelah
diberikan via oral

Mengajarkan Teknik Relaksasi Benson


RS: Pasien mengatakan badan lebih rileks
RO: Pasien mampu melakukan relaksasi benson
dengan baik dan benar

3 Juli 2022 Memonitor TTV pasien S: - Dian fazira


RS: - O: TD 140/100 mmHg,
RO: Tekanan Darah : 140/100 mmHg, Nadi: 77 tampak memijat kepala
x/menit, Pernafasan: 20 x/menit, Suhu : 36,2˚C A: Masalah teratasi
P: Pertahankan intervensi
Memberikan Obat Amlodipin 5 mg
RS: -
RO: Obat langsung diminum oleh pasien setelah
diberikan via oral

Membantu pasien untuk ambulasi


RS: pasien mengatakan pusing
RO: pasien tampak masih kesusahan untuk berjalan
sendiri, pasien masih berpegangan dengan benda di
sekitar ketika hendak melakukan mobilisasi
4 Juli 2022 Memonitor TTV pasien S: - Dian fazira
RS: - O: Pasien tampak sedikit
RO: Tekanan Darah : 150/90 mmHg, Nadi: 67 lemah, TD 150/90
x/menit, Pernafasan: 20 x/menit, Suhu : 36,4˚C mmHg.
A: Masalah teratasi
Memberikan Obat Amlodipin 5 mg sebagian
RS: - P: Pertahankan intervensi
RO: Obat langsung diminum oleh pasien setelah
diberikan via oral

Mengajarkan Teknik Relaksasi Benson


RS: Pasien mengatakan badan lebih rileks
RO: Pasien mampu melakukan relaksasi benson
dengan baik dan benar

5 Juli 2022 Memonitor TTV pasien S: Pasien mengatakan Dian fazira


RS: - pusing tapi mau untuk
RO: Tekanan Darah : 150/100 mmHg, Nadi: 70 tidur dulu
x/menit, Pernafasan: 20 x/menit, Suhu : 36,3˚C O: TD 150/100 mmHg
A: Masalah teratasi
Memberikan Obat Amlodipin 5 mg P: Pertahankan intervensi
RS: -
RO: Obat langsung diminum oleh pasien setelah
diberikan via oral

Membantu pasien untuk ambulasi


RS: pasien mengatakan sakit dikaki sudah mulai
berkurang
RO: pasien sudah lancar untuk berjalan sendiri
6 Juli 2022 Memonitor TTV pasien S: - Dian fazira
RS: - O: TD 140/80 mmHg,
RO: Tekanan Darah : 140/80 mmHg, Nadi: 78 tampak mengantuk
x/menit, Pernafasan: 20 x/menit, Suhu : 36,7˚C A: Masalah teratasi
P: Pertahankan intervensi
Memberikan Obat Amlodipin 5 mg
RS: -
RO: Obat langsung diminum oleh pasien setelah
diberikan via oral

Mengajarkan Teknik Relaksasi Aromaterapi


RS: Pasien mengatakan badan lebih rileks
RO: Pasien mampu melakukan relaksasi
Aromaterapi menggunakan freshcare lavender
dengan baik dan benar

7 Juli 2022 Memonitor TTV pasien S: - Dian fazira


RS: - O: Pasien sudah berjalan-
RO: Tekanan Darah : 150/90 mmHg, Nadi: 95 jalan sendiri
x/menit, Pernafasan: 22 x/menit, Suhu : 35,8˚C A: Masalah teratasi
P: lanjutkan intervensi
Memberikan Obat Amlodipin 5 mg - observasi KU,
RS: - - aktivitas
RO: Obat langsung diminum oleh pasien setelah - mobilisasi
diberikan via oral
Membantu pasien untuk ambulasi
RS: pasien mengatakan belum bisa berjalan sendiri
RO: pasien belum bisa berjalan sendiri
8 juli 2022 Memonitor TTV pasien S: - Dian Fazira
RS: - O: Pasien sudah berjalan-
RO: Tekanan Darah : 150/90 mmHg, Nadi: 95 jalan sendiri
x/menit, Pernafasan: 22 x/menit, Suhu : 35,8˚C A: Masalah teratasi
P: Pertahankan
Memberikan Obat Amlodipin 5 mg intervensi
RS: -
RO: Obat langsung diminum oleh pasien setelah
diberikan via oral

Membantu pasien untuk ambulasi


RS: pasien mengatakan sudah bisa berpindah dari
tempat tidur ke kursi roda
RO: pasien belum bisa berjalan sendiri

Anda mungkin juga menyukai