i
1
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masalah kesehatan jiwa merupakan masalah yang tidak dapat dianggap
remeh. Masalah kesehatan mental tidak hanya dapat menggangu kesehatan fisik
tetapi juga dapat memengaruhi kinerja dan produktifitas seseorang. Stres dan cemas
merupakan masalah umum yang seringkali dianggap sepele, padahal stres dan
cemas apabila sudah berlebihan atau yang dapat disebut sebagai gangguan dapat
membahaya kesehatan fisik bahkan kehidupannya.
Stres dan faktor-faktor lainnya juga yang dapat memicu kecemasan.
Gangguan kecemasan berkembang dari berbagai faktor yang kompleks seperti
genetika, neurokimia, kepribadian dan peristiwa hidup. Keterkaitan dengan
gangguan mental lainnya seperti gangguan stres, gangguan tidur, fobia dan depresi
juga dapat menjadi penguat rasa cemas. Kecemasan bisa menghampiri hidup siapa
saja. Faktanya, bersdasarkan data dari Global Health Data Exchange, kecemasan
(anxiety disorder) merupakan gangguan kejiwaan yang paling banyak ditemukan di
Indonesia. (Sari, Oktarlina and Septa, 2017)
Upaya masyarakat dalam pencegahan gangguan kesehatan mental dapat
dikatakan masih cukup rendah. Minimnya pendidikan, pengetahuan, dan stereotipe
semakin membuat kesehatan mental menjadi pokok yang kian terabaikan(Sidi &
Midin, 2015). Menurut World Health Organization (WHO), satu dari empat orang
di dunia terjangkit gangguan mental dalam beberapa waktu di dalam hidup mereka.
WHO juga menyebutkan bahwa sekitar 450 juta orang saat ini menderita gangguan
mental, dan hampir 1 juta orang melakukan bunuh diri tiap tahun . Di Indonesia,
berdasarkan data hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, prevalensi
gangguan mental emosional pada penduduk berumur 15 tahun ke atas sebesar 9,8%
atau sekitar 25 juta orang. Jumlah ini mengalami peningkatan jika dibandingkan
dengan pada data hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013, yang hanya
sebesar sebesar 6% atas atau sekitar 14 juta orang untuk prevalensi gangguan
mental emosional pada penduduk berumur 15 tahun ke atas.
Dari pemaparan di atas, maka permasalahan ini perlu untuk segera disikapi.
Yang menjadi permasalahan saat ini adalah pemanfaatan teknologi yang masih
kurang tepat untuk mengatasi stres dan kecemasan secara tiba-tiba. Tanda-tanda
fisik dari gangguan stres dan cemas dapat dideteksi dengan bantuan berbagai
sensor. Pendeteksian ini dapat berguna sebagai Anti bagi penderitanya. Oleh karena
itu perlu alat untuk mengatasi semua masalah tersebut. Dengan memanfaatkan ide
kesederhanaan dan efektivitas, digagaslah sebuah produk inovatif yaitu gelang anti
stres dan cemas yang dilengkapi dengan sensor pendeteksi. Gelang dipilih karena
meruapakn salah satu aksesoris yang umum digunakan oleh banyak orang serta
dapat digunakan kapanpun. Sehingga, gelang anti stres dan cemas ini mampu
memberikan kemudahan bagi banyak orang untuk melakukan pendeteksian dini
atas stres dan cemas dimanapun dan kapanpun tanpa perlu merasa susah mencari
seorang psikolog. Kemudahan penggunaan ini diharapkan kedepannya dapat
2
seseorang ke arah yang negatif. Secara umum stres berimpilasi pada fisik dan
psikologis seseorang. Stres yang melebihi batasan normal dan berlangsung secara
terus-menerus dapat menyebabkan penurunan pada self esteem serta self efficiacy
yang pada akhirnya akan dapat meyebabkan kelelahan emosional, fisik, dan mental
yang berakibat pada penurunan produktivitas seseorang (Baron, 1990).
2.2 Kecemasan
Kecemasan merupakan suatu kondisi dimana seseorang merasa bahwa suatu
hal yang buruk akan mucul dengan adanya perasaan tegang, takut, dan juga ditandai
dengan aktifnya sistem syaraf pusat. Kecemasan dapat berfungsi sebagai motivasi
yang dapat meningkatkan produktivitas apabila masih berada dalam batasan
normal, namun kecemasan dapat juga menggangu sistem kerja fisik serta psikis
apabila terjadi secara terus (Mu’arifah, 2005).
2.3 Galvanic Skin Response (GSR) Sensor
GSR Sensor (Galvanic Skin Response), merupakan sensor yang digunakan
untuk mengukur konduktansi listrik pada kulit. Emosi yang kuat dapat
menyebabkan rangsangan pada sistem saraf simpatik sehingga kelenjar keringat
menghasilkan lebih banyak keringat. Grove - GSR mampu menunjukkan emosi
yang kuat tersebut dengan menempelkan dua elektroda ke dua jari di satu tangan /
pergelangan tangan. Sensor ini merupakan sebuah alat yang dapat digunakan untuk
membuat proyek yang berhubungan dengan emosi, seperti monitor kecemasan
seseorang, dalam sensor pengukur emosi.(Bakti and Wardati, 2019)
2.4 Electromyography (EMG) Sensor
Sensor EMG adalah sensor yang dapat digunakan untuk memeriksa dan
merekam aktivitas sinyal otot dengan memanfaatkan aktivitas elektrik saat otot
dalam kondisi kontrasi dan relaksasi. Saat otot berkontraksi secara berlebihan, hasil
dari analisis sensor EMG akan dikirimkan dalam bentuk data digital ke LCD yang
akan memberikan informasi mengenai tingkat pengukuran kelelahan otot (Firdhan
Tri Abyanto, 2018). Kelehan otot dapat dipengaruhi oleh stres serta dapat juga
sebagai akibat dari kecemasan yang berlebihan.
2.5 Pulse Sensor
Sensor pulse dapat bekerja dengan cara diletakkan dipermukaan kulit.
Ketika jantung memompa darah melalui tubuh, dari setiap denyut yang terjadi,
timbul gelombang pulsa (jenis seperti gelombang kejut) yang bergerak di sepanjang
arteri dan menjalar ke jaringan kapiler di mana sensor pulsa terpasang. Sensor pulsa
dirancang untuk mengukur inter beat interval (IBI). IBI adalah selang waktu pada
denyut jantung dalam mili detik dengan waktu momen sesaat dari jantung berdetak
(Hendi, 2018).
2.6 Heart Rate Sensor
Heart rate Sensor terdiri dari rangkaian pemancar yang disebut transmitter
dan rangkaian penerima yang disebut receiver. Rangkaian transmitter terdiri dari
resistor sebagai pembatas arus dan LED infrared, sedangkan rangkaian receiver
terdiri dari resistor sebagai pembatas arus dan photodiode. Yang kemudian
4
diteruskna ke rangkaian penguat dan mikrokontroler untuk di olah lebih lanjut, yang
kemudian dikuatkan dan menggunakan band pass filter untuk mendapatkan sinyal
denyut jantung per menitnya. Yang kemudian dikirimkan ke rangkaian ADC untuk
diubah menjadi data digital dan diolah dalam mikrokontroler. Setelah itu
ditampilkan pada layar LCD dan dikirimkan secara paralel ke PC.(Wijaksono,
2011)
2.7 Keunggulan GAS MAS dari alat yang hampir mirip sebelumnya
2.7.1 Kekuarangan pada alat sebelumnya
a) Masih ada aplikasi pihak ke 3 ( handphone /Matlab)
b) Harus terhubung dengan internet
c) Alat berdiameter lebih besar dan berat
d) Belum ada touchscreen
2.7.2 Kelebihan yang di tawarkan pada GAS MAS pada peneliti alat
sebelumnya
a) Tanpa bantuan pihak ke 3. Alat langsung memeberikan informasi pada
panel layar
b) Tidak harus terhubung ke internet
c) GAS MAS lebih berbentuk compact dan mudah untuk di bawa ke
manapun
d) Desain kekinian
e) Layer sudah menggunakan panel Amoled bukan lagi IPS
f) Bateri lebih besar
g) Pengisian daya baterai cepat
BAB 3. TAHAP PELAKSANAAN
3.1 Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan cara studi literatur. Studi literatur
dilakukan dengan mengacu pada spesifikasi alat yang dirancang dan dasar teori
pendukung yang diperlukan guna merealisasikan alat studi literatur yang diakukan
meliputi studi mengenai teori dasar cara perancangan (pendeteksi Stres).
3.2 Metode Pengembangan Alat
3.2.1 Sistem Kerja Alat
Sistem kerja alat ditunjukkan pada Gambar 3.1
5
1. Menyalakan gelang
2. Setelah gelang dinyalakan tap pada layar gelang untuk mulai
3. Untuk mulai, pengguna perlu menekan tombol guna menghubungkan
yang tertera pada layar gelang.
4. Selanjutnya secara otomatis akan merespon pemberitahuan pada
pengguna apabila pengguna mengalami peningkatan detak jantung dan
jumlah keringat secara berlebih serta mengalami kekakuan otot.
5. Layar pada gelang akan memberikan kumpulan pemberitahuan mengenai
seberapa seringnya pengguna mengalami gangguan stress dan
kecemasan.
3.2.2 Perancangan Prototype
Perancangan prototype atat pendekteksi stres meliputi tahapan-tahapan
sebagai berikut :
1. Penentuan spesifikasi alat.
2. Perancangan perangkat keras masing-masing bagian yang meliputi
perencanaan dan pembuatan rangkaian dari masing-masing blok.
3. Menggabungkan beberapa bagian menjadi keseluruhan sistem yang
direncanakan.
4. Mengujicoba rangkaian dan sensor sebelum dipasang pada Gelang
pendekteksi stres
3.2.3 Realisasi Pembuatan Prototype
Pembuatan prototype gelang pendektesi stres sebagai berikut :
1. Pembuatan mekanik sistem berdasarkan pada perancangan.
2. Pembuatan perangkat keras sistem dengan menggunakan komponen
elektronika yang telah direncanakan.
3. Pembuatan perangkat rangkaian sesuai gambar rangkaian yang sudah
direncanakan.
3.2.4 Pengujian Prototype
Pengujian yang dilakukan meliputi :
1. Pengujian sensor dilakukan dengan cara mengecek rangkaian yang telah
dibuat, kemudian jika sudah selesai maka disambungkan dengan gelang
pendeteksi stres
2. Pengujian Rangkaian gelang pendeteksi stress dilakukan dengan cara
menghidupkan rangkaian kemudian menguji perubahan dan hasil setelah
memakai gelang tersebut
7
Perangkaian pembuatan
5 Fadhil Ramadhan
alat
DAFTAR PUSTAKA
Bakti, W. T., & Wardati, N. K. (2019). Alat Deteksi Tingkat Stres Manusia
Berbasis Android Berdasarkan Suhu Tubuh, Heart Rate dan Galvanic
Skin Response (GSR). Jurnal Teknik Elektro Dan Komputasi (ELKOM),
1(2), 93–98. https://doi.org/10.32528/elkom.v1i2.3089
LAMPIRAN
Lampiran 1. Biodata Ketua, Anggota, dan Dosen Pembimbing
11
12
13
14
15
16
17