Dinamika Emosi Pada Orang Dengan Hiv Aids Skripsi
Dinamika Emosi Pada Orang Dengan Hiv Aids Skripsi
Skripsi
Oleh :
Andre Kirana
2021001
Administrasi Kesehatan
Jakarta Pusat
Abstrak
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, yang mana atas berkat rahmat dan
karunianNya kami dapat menyelesaikan tugas skripsi dengan judul “Dinamika Emosi pada
orang dengan HIV dan AIDS” sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Makalah ini disusun untuk guna memenuhi salah tugas mata kuliah Ilmu Kesehatan
Masyarkat. Dengan tersusunya makalah ini, kami sadar bahwa dalam menyusunnya, penulis
mendapat banyak bantuan dan bimbingan dari beberapa pihak. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Martini, SKM., MPH, selaku dosen mata kuliah yang telah memberikan tugas
skripsi ini kepada kami.
2. Teman teman sarjana Adminkes Stikes R.S Husada Jakarta Barat telah membantu dan
memberikan dorongan untuk menyusun makalah ini.
3. Semua pihak yang tidak dapat diseb utkan satu persatu satu persatu yang telah
membantu tersusunya makalah ini.
Kamo menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.Maka dari itu
kami meminta maaf kepada para pembaca dan mengharapkan kritik dan saran ataupun
masukan dari pembaca.Akhir kata,Kami ucapkan Terima Kasih.
Kata Pengantar................................................................................................................................3
BAB 1................................................................................................................................................5
1.1 Latar belakang.........................................................................................................................5
1.2 Rumusan masalah................................................................................................................8
1.3 Tujuan Penelitian.................................................................................................................8
1.4 Singnifikasi Penelitian.........................................................................................................8
1.5 Definisi Operanasional..........................................................................................................8
1.6 Telaah Pustaka.....................................................................................................................9
1.7 Metode Penelitian..............................................................................................................10
1.8 Sistematika Penulisan........................................................................................................13
Bab II...................................................................................................................................................14
Tinjauan Pustaka.................................................................................................................................14
2.1 Landasan Teori....................................................................................................................14
2.1.1 Definisi HIV dan AIDS.........................................................................................................14
2.1.2 Penularan HIV dan AIDS.........................................................................................14
2.1.3 Ciri ciri terinfeksi HIV dan Aids..............................................................................15
2.1.4 Pencegahan HIV dan Aids........................................................................................16
2.2 Dinamika Emosi.................................................................................................................16
2.2.1 Definisi Dinamika Emosi...........................................................................................16
2.2.2 Bentuk Emosi.............................................................................................................17
2.2.3 Macam macam Emosi................................................................................................17
2.2.4 Ciri ciri Emosi............................................................................................................18
2.2.5 Faktor faktor yang mempengaruhi emosi................................................................18
BAB III..............................................................................................................................................19
3.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian......................................................................................19
3.2 Penyajian Data.........................................................................................................................19
3.1.1 Identitas Subjek................................................................................................................19
3.1.2 Gambaran Dinamika Emosi pada Orang dengan HIV dan AIDS................................19
3.1.3 Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi emosi pada pasien HIV dan AIDS..23
BAB IV...............................................................................................................................................25
4.1 Gambaran Dinamika Emosi Pada Orang dengan HIV dan AIDS.................................25
4.2 Faktor Yang Mempengaruhi Muncul Emosi pada Orang HIV dan AIDS....................27
BAB V.................................................................................................................................................29
5.1 Kesimpulan.........................................................................................................................29
5.2 Saran saran..........................................................................................................................29
Daftar Pustaka....................................................................................................................................30
BAB 1
Pendahuluan
Diantara berbagai virus yang telah dikenal saat ini, yang dianggap paling
berbahaya adalah Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang menyebabkan penyakit
Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS). HIV merupakan virus yang
menyerang sistem kekebalan tubuh orang yang dijangkitinya. Sedangkan AIDS
merupakan kumpulan simptom yang terjadi karena terinfeksi HIV. Jadi, HIV dan AIDS
tidak sama. Virus ini dapat ditularkan melalui kontak dengan darah yang terinfeksi, air
mani, atau cairan vagina.Dalam beberapa minggu infeksi HIV, gejala seperti flu seperti
demam, sakit tenggorokan, dan kelelahan dapat terjadi. Kemudian penyakit ini biasanya
tanpa gejala sampai berkembang menjadi AIDS. Gejala AIDS termasuk penurunan
berat badan, demam atau berkeringat saat malam, kelelahan, dan infeksi berulang.Tidak
ada obat untuk AIDS, tetapi kepatuhan yang ketat untuk mengonsumsi rejimen anti-
retroviral (ARV) dapat secara dramatis memperlambat bertambah parahnya penyakit
serta mencegah infeksi sekunder dan komplikasi.
AIDS merupakan virus yang disebabkan oleh HIV. Virus ini menyebabkan AIDS
Aquired Immunodeficiency Syndrome adalah suatu sindroma penyakit defisiensi
imunitas seluler yang pada penderitanya yang tidak dapat ditemukan defisiensi tersebut.
Akibatnya kehilangan kekebalan tubuh. Penderita AIDS mudah terkena berbagai jenis
infeksi bakteri, jamur, parasit dan virus tertentu yang bersifat opportunistic. Salah satu
virus yang merusak sistem pertahanan tubuh ( sistem imun ) sehingga orang-orang yang
menderita virus ini kemampuan untuk mempertahankan dirinya dari serangan virus
berkurang. Seseorang yang positif mengidap HIV, belum tentu mengidap AIDS.
Banyak kasus di mana seseorang positif mengidap HIV, tetapi tidak menjadi sakit
dalam jangka waktu yang lama. Namun, HIV yang ada pada tubuh seseorang akan terus
merusak sistem imun. Akibatnya, virus, jamur, dan bakteri yang biasanya tidak
berbahaya menjadi sangat berbahaya kerena rusaknya sistem imun tubuh. HIV
ditularkan dari orang ke orang lewat hubungan seksual, melalui darah, air mani, air
susu ibu (ibu yang menyusui anaknya sedangkan orang tuanya positif terinfeksi HIV
dan AIDS) dan cairan vagina.
Sampai saat ini belum ditemukan vaksin yang dapat melawan virus tersebut. Para
ahli berusaha mendapatkan obat untuk mengatasi AIDS dan obat itu disebut sebagai
Antiretroviral (ARV). Namun, ternyata obat ini tidak dapat menyembuhkan AIDS,
hanya dapat memperlambat reproduksi HIV pada tahap awal. Di Indonesia, AIDS
pertama kali dijumpai pada bulan April tahun 1987. Data situasi perkembangan HIV
dan AIDS di Indonesia yang dilaporkan oleh Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit
dan Penyehatan Lingkungan Kementrian Kesehatan Republik Indonesia menyebutkan
bahwa sampai dengan secara kumulatif jumlah kasus AIDS yang dilaporkan adalah
1.194 kasus untuk wilayah Kalimantan Selatan dari tahun 2002 sampai september 2015.
Hasil pemetaan dan laporan dari Dinas Kesehatan Provensi Kalimantan Selatan dan
KPA Provinsi Kalimantan Selatan keluar pada tanggal 1 Desember 2015 kasus
mencapai 414 kasus HIV dan AIDS di area Banjarmasin, data dari tahun 2002 sampai
Desember 2015. Seluruh kabupaten dan Kota di Kalsel sudah menemukan dan
melaporkan kasus HIV dan AIDS. Secara berurutan, kabupaten dan kota yang
menyumbangkan angka HIV dan AIDS terbanyak adalah Kota Banjarmasin (414
kasus), Kabupaten Tanah bumbu (258 kasus), Kota Banjarbaru (133 kasus), Kabupaten
Kotabaru (53 kasus), Kabupaten Tabalong (52 kasus), Kabupaten Tanah Laut (45
kasus) Kab. Banjar (39 kasus), Kabupaten Batola (35 kasus), Kabupaten Hulu Sungai
Selatan (30 kasus), Kabupaten Hulu Sungai Tengah (21 Kasus), Kabupaten Hulu
Sungai Utara (16 kasus), Kabupaten Tapin (14 kasus), Kabupaten Balangan (6 kasus),
dan dari Kabupaten Kota di luar Kalimantan Selatan sebanyak 78 kasus. Orang yang
menderita suatu penyakit dengan kondisi akut sebagian besar akan menunjukkan
adanya gangguan psikologis di antaranya depresi. Suatu penyakit dan akibat yang
diderita, baik akibat penyakit ataupun intervensi medis tertentu dapat menimbulkan
perasaan negatif seperti kecemasan, depresi, emosi yang tidak stabil (marah, sedih),
ataupun rasa tidak berdaya dan perasaanperasaan negatif tertentu yang dialami terus-
menerus ternyata dapat memperbesar kecenderungan seseorang terhadap suatu penyakit
tertentu. Kondisi ini mendesak mereka untuk melakukan perubahan-perubahan sosial
secara cepat. Namun, tidak semua orang mampu menyesuaikan diri dengan perubahan-
perubahan tersebut yang pada gilirannya yang bersangkutan dapat jatuh sakit, atau
mengalami gangguan penyesuaian diri dan adjustment disorder. Perubahan-perubahan
psikososial pada sebagian orang dapat merupakan beban atau tekanan mental yang
disebut stresor psikososial. Stresor psikososial adalah setiap keadaan atau peristiwa
yang menyebabkan perubahan dalam kehidupan seseorang, sehingga orang itu terpaksa
mengadakan adaptasi atau penyesuaian diri untuk menanggulanginya.
Penderita HIV dan AIDS memiliki tiga tantangan utama yaitu menghadapi reaksi
terhadap penyakit yang memiliki stigma, berhadapan dengan kemungkinan waktu
kehidupan yang terbatas, dan mengembangkan strategi untuk mempertahankan
kesehatan fisik dan emosi. Namun, kebanyakan penderita HIV dan AIDS dapat
bertahan dengan baik menghadapi penyakitnya. Mereka yang terinfeksi AIDS harus
bertahan dari ketakutan akan prasangka dari masyarakat umum, terutama jika mereka
Gay atau pengguna narkoba jarum suntik. Banyak orang yang menyalahkan korban
HIV dan AIDS, masyarakat juga seringkali bersikap irasional takut tertular oleh
penyakit ini meskipun mereka tidak memiliki kontak langsung dengan penderita HIV
dan AIDS. Penolakan ini memberikan perasaan tidak nyaman bagi para penderita, yang
turut mempengaruhi kondisi fisik mereka secara umum. Selain itu, penderita juga harus
menghadapi diagnosis kematian yang dapat mendorong mereka mengalami stres atau
depresi sehingga membuat mereka mengisolasi diri dari orang lain.
Ketika dokter mendiagnosis bahwa seseorang menderita penyakit kronis seperti
AIDS, ada tiga bentuk respon emosi yang secara umum mungkin muncul, yaitu
penolakan, kecemasan, dan depresi. Meskipun reaksi psikologis terhadap diagnosis
penyakit dan penanganan sangat beragam dan keadaan serta kemampuan masing-
masing penderita tergantung pada banyak faktor, tetapi ada enam reaksi psikologis
yang utama menurut Prokop yaitu, kecemasan, depresi, perasaan kehilangan kontrol,
gangguan kognitif (impairment), gangguan seksual serta penolakan terhadap kenyataan
(denial). Beberapa penderita bahkan terdorong untuk melakukan bunuh diri karena
takut akan menderita sakit ketika mengalami penyakit ini lebih lanjut. Padahal
kenyataannya, mereka masih dapat hidup cukup lama sampai di atas sepuluh tahun.
Peneliti berpendapat bahwa antara kesehatan fisik dan emosi sebenarnya saling
berkaitan satu sama lain. Ketika fisik seseorang mengalami penurunan dikarenakan
penyakit yang digolongan ke dalam penyakit serius, kondisi tersebut akan mengganggu
dan memicu munculnya emosi dari individu. Sebaliknya ketika emosi yang dirasakan
oleh individu tidak mampu dikontrol serta diekspresikan sebagaimana mestinya. Emosi
tersebut dapat membuat kondisi fisiknya menjadi semakin buruk. Dari permasalahan
yang telah dijelaskan di atas, peneliti mengasumsikan bahwa dengan infeksi HIV dan
AIDS dalam tubuhnya maka penderita HIV dan AIDS membutuhkan kemampuan
regulasi atas emosinya.
Meskipun sebenarnya semua dari kita mengalami emosi dari berbagai jenis dan
berusaha untuk mengatasi emosi-emosi ini baik cara yang efektif atau tidak efektif.
Emosi memberitahu kita tentang kebutuhan kita. Frustrasi yang kita alami, dan hak kita
memotivasi diri untuk melakukan perubahan, melarikan diri dari situasi yang sulit, atau
tahu kapan kita puas. Namun ada banyak orang yang menemukan diri mereka
kewalahan dengan emosi mereka sendiri. Perasaan takut muncul dan ketidakmampuan
mengatasi permasalahan karena mereka percaya bahwa kesedihan atau kecemasan tidak
memperbolehkan individu melakukan perilaku yang efektif untuk mengatasi emosi.
dinamika psikologis dan terutama pada dinamika emosi terjadi dalam kehidupan.
Dinamika berasal dari bahasa Yunani Dynamics yang diartikan sebuah kekuatan
(force). Dalam bahasa Indonesia kata dinamika adalah suatu yang mengandung arti
kekuatan, selalu bergerak, berkembang dan dapat menyesuaikan diri secara memadai
terhadap keadaan. Definisi emosi bermacam-macam, seperti keadaan bergejolak,
gangguan keseimbangan respon kuat dan tidak beraturan terhadap stimulus. Akar emosi
adalah movere, kata kerja Bahasa Latin yang berarti ” menggerakkan, bergerak,”
ditambah emovere yang berarti “bergerak menjauh”, menyiratkan bahwa kecendrengan
bertindak mutlak dalam emosi. Pada dasarnya, semua emosi adalah dorongan untuk
bertindak, rencana seketika untuk mengatasi masalah yang telah ditanamkan secara
berangsur-angsur oleh evolusi
1. Untuk mengetahui gambaran emosi pada diri penderita HIV dan AIDS
2. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi emosi pada penderita
HIV dan AIDS
Pada dasarnya, semua emosi adalah dorongan untuk bertindak, rencana seketika
untuk mengatasi masalah yang telah ditanamkan secara berangsur-angsur oleh
evolusi. Arti kata menyiratkan bahwa kecenderungan bertindak merupakan mutlak
dalam emosi. Kemudian emosi adalah dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti
suatu perasaan yang menyentuh atau perasaan yang mengharukan. Namun secara
umum emosi adalah suatu perasaan (efek) yang mendorong inidividu untuk
merespon atau bertingkah laku terhadap stmulus, baik yang berasal dari dalam
maupun dari luar dirinya. Istilah emosi tidak dapat dipergunakan untuk mengganti
istilah-istilah lain seperti perasaan, motif, dorongan, nafsu, dan kehendak. Emosi
yang dapat diartikan sebagai perasaan yang khas bila berhadapan dengan suatu
keadaan dalam lingkungan.
Dapat disimpulkan bahwa dinamika emosi adalah suatu gerakan perasaan dan
pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan psikologis dan serangkaian
kecenderungan untuk bertindak terhadap rangsangan dari luar dan dalam diri
individu mencakup perubahan-perubahan yang disadari, yang mendalam sifatnya,
dan perubahan perilaku pada umumnya disertai adanya ekspresi kejasmanian.
AIDS adalah suatu sindroma penyakit definiensi imunitas seluler yang didapat,
yang pada penderitanya tidak ditemukan penyebeb definiensi tersebut. Akibatnya
penderita kehilangan kekebalan tubuh, penderita AIDS mudah terkena berbagai jenis
infeksi bakteri, jamur, parasit dan virus tertentu yang bersifat Opportunistic.
Perbedaan dari skripsi yang peneliti dengan penelitian terdahulu adalah penelitian
saya terpokus dengan emosi seorang penderita HIV dan AIDS sedangkan dengan
penelitian terdahulu meneliti dari aspek psikologis seorang penderita HIV dan AIDS.
Penelitian terdahulu dengan metode analisis data pada penelitian ini dengan
menggunakan metode analisis tematik. Subyek penelitian ini dipilih dengan
menggunakan teknik sampel kriteria. Sedangkan penelitian ini bertujuan mengetahui
Gambaran emosi pada diri pasien HIV dan AIDS dan untuk mengetahui faktor-faktor
apa saja yang mempengaruhi munculnya emosi pada orang yang terinfeksi HIV dan
AIDS.
Adapun metode penelitian yang digunakan melalui metode deskritif kualititatif .
subjek dalam penelitian ini adlah individu yang terinfeksi HIV dan AIDS, khususnya
yang berada di kota Banjarmsin. Objek penelitian adalah dinamika emosi pada orang
dengan HIV dan AIDS. Data yang diperoleh dalam penelitian ini berasal dari observasi
dan wawancara. Data yang diperoleh diolah dan dianalisa dengan metode deskriptif
kualitatif.
Penelitian skripsi oleh Titi Tian Hartanti dari Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta yang berjudul “Dinamika Regulasi Emosi pada
Penderita Hipertensi (Studi Kasus pada penderita di Yogyakarta)”. Hasil penelitian ini
menunjukan bahwa terdapat ciri khas perbedaan dalam proses regulasi emosi oleh
masing-masing informan. Proses yang dilakukan memonitori emosi, modifikasi emosi
sampai mengevaluasi emosi yang dirasakan.
Dari hasil kajian pustaka ini didapat kesimpulan bahwa nampak belum ada penelitian
terdahulu yang persis sama dengan penelitian yang akan peneliti laksanakan ini
2. Lokasi Penelitian
Adapun yang menjadi lokasi dari penelitian ini adalah di Kota Banjarmasin Provinsi
Kalimantan Selatan.
8. Prosedur Penelitian
Dalam penelitian ini ada beberapa tahapan yang dilalui, yakni:
a. Tahap Pendahuluan
1) Penjajakan awal atau studi pendahuluan, yakni peneliti langsung
menemui subjek yang terinfeksi HIV dan AIDS.
2) Berkonsultasi dengan dosen mengenai rencana penelitian.
3) Membuat desain proposal penelitian.
4) Menemui dosen pembimbing untuk mengadakan perbaikan
seperlunya terhadap desain proposal penelitian.
b. Tahap Persiapan
1) Mengadakan seminar proposal.
2) Membuat instrument pengumpulan data (IPD).
c. Tahap Pelaksanaan
1) Menghubungi responden dan informan.
2) Melaksanakan intrumen pengumpulan data (IPD), yakni
melaksanakan wawancara baik dengan responden ataupun informan
sesusai dengan daftar pertanyaan yang terdapat dalam instrumen
pengumpulan data.
3) Melakukan observasi untuk menggali data-data penunjang.
4) Mengumpulkan semua data yang telah diperoleh dan kemudian
mengolahnya.
d. Tahapan Penyususan
Laporan Setelah lengkap semua data yang telah dikumpulkan dan diolah,
maka dilakukanlah penyusunan laporan hasil penelitian yang kemudian
diserahkan pada dosen pembimbing untuk mengadakan pengkoreksian,
perbaikan dan persetujuan. Setelah itu, diperbanya dan selanjutkan siap
untuk diuji dan dipertahankan di depan tim penguji pada saat sidang
munaqasah.
Tinjauan Pustaka
Pada tahun 2000 terjadi peningkatan penyebaran epidemi HIV secara nyata
melalui pekerja seks komersial, tetapi ada fenomena baru penyebaran HIV/
AIDS melalui penggunaan narkoba suntik (Injecting Drug User-IDU) dan
tahun 2002 HIV sudah menyebar hingga tingkat rumah tangga (Depkes RI,
2003)
Emosi dapat didefinisikan sebagai suatu perasaan yang timbul melebihi batas
sehingga kadang-kadang tidak dapat menguasai diri dan menyebabkan
hubungan pribadi dengan dunia luar menjadi putus (Zuhairini, 1984 : 18)
Kota Banjarmsin termasuk salah satu kota besar di Indonesia, walau luasnya yang
terkecil di Kalimantan, yakni luasnya lebih kecil dari pada Jakarta Barat. Kota yang
dijuluki kota seribu sungai ini murupakan sebuah kota delta atau kota kepulauan sebab
terdiri dari sedikitnya 25 buah pulau kecil (delta) yang merupakan bagian-bagaian kota
yang dipisahkan oleh sungai-sungai diantaranya Pulau Tatas, Pulau Kelayan, Pulau
Rantau Kelilling, Pulau Insan dan lain-lain
Kota Banjarmasin terletak pada 3º15’ sampai 3º22’ Lintang selatan dan 11º32; Bujur
Timur, ketinggian tanah asli berada pada 0,16 M di bawah permukaan laut dan hampir
seluruh wilayah digenangi air pada saat pasang. Kota Banjarmasin berlokasi di daerah
Kuala Sungai Matapura yang bermuara pada sisi timur Sungai Barito. Letak Kota
Banjarmsin nyaris ditengah-tengah Indonesia.
3.1.2 Gambaran Dinamika Emosi pada Orang dengan HIV dan AIDS
Dari hasil wawancara dan observasi, maka dapat digambarkan tentang gambaran
dinamika emosi pada orang dengan HIV dan AIDS sebagai berikut :
1. Subjek Pertama (NM)
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan peneliti kepada NM maka
dapat diketahui bahwa;
NM adalah seorang pekerja swasta di suatu hotel di sekitar Banjarmasin.
NM selain bekerja di Hotel NM dan juga bekerja sebagai wanita PSK
(Pekerja Seks Komersial) sebagai tambahan penghasilan untuk anak. NM
seorang 63 pendatang dari luar Kalimantan dari pulau Jawa. Namun NM
tinggal bersama saudara beliau di sekitar Kota Banjarmasin. NM datang ke
Banjarmasin pada tahun 2013 dan menikah pada pada tahun 2013. Pada
tahun 2014 pertengahan NM cerai dengan suaminya. Di saat NM cerai dan
bingung untuk menghidupi sorang anaknya sehingga NM berkerja di
sebuah hotel yang lumayan terkenal di kota Banjarmasin sebagai karyawan.
NM berusia 32 tahun yang statusnya sekarang janda beranak 1. NM
terinfeksi HIV dan AIDS pada tahun 2015, NM terinfeksi ini baru sekitar
setahun. Saat NM terinfeksi bukan dari suaminya namun terinfeksi
diperkirakan kerena berhubungan badan dengan pasangan yang lain
(pelanggan yang tidak mau pakai kondom). Karena kalau suaminya
terinfeksi otomatis anaknya juga, namun anaknya tidak terinfeksi
kemungkinan besar terinfeksi dari hubungan seks dengan orang lain.
Beruntung anaknya tidak menyusu pada NM namun hanya bisa menyusu
kaleng saja sehingga si anak bebas dari HIV dan AIDS.
Setelah hampir 8 bulan menjalani masa kesedihan dan masa yang sangat
sulit NM bahwa mulai sadar dari kesedihan dan kemarahannya dalam hati.
Sehingga NM mulai membenahi diri dan memperbaiki perilaku yang dulu
sering marah-marah mulai berkurang. Mulai beradaptasi lagi dengan
masyarakat dan ikut perkumpulan ODHA di Kota Banjarmasin, di sana NM
mulai mendapatkan tambahan semangat dan motivasi dari teman-teman
yang sama-sama terinfeksi HIV dan AIDS. Hampir setahun NM terinfeksi
HIV dan AIDS dia mulai terbiasa hidup seperti orang normal biasanya.
Keadaan emosi NM sekarang setelah melalui masa kritis emosi, emosinya
mulai berlapang dada dengan semua keadaan yang telah menerimanya.
Hidup NM mulai tenang dan mulai bersemangat lagi untuk berkerja lagi.
NM tidak takut lagi dengan virus yang ada didalamnya di karenakan NM
ikut berobat ODHA di Kota Banjarmasin. Jadi NM tidak khawatir dan
sedih lagi dari HIV yang ada dalam dirinya.
SA mengetahui bahwa dirinya terinfeksi HIV dan AIDS pada 2015 awal
waktu adanya pemeriksaan darah dari Dinas Kesehatan kota Banjarmasin
SA baru mengetahui bahwa dirinya terinfeksi HIV dan AIDS. SA sulit
menerima keadaan bahwa SA terinfeksi. Emosi yang muncul pertama pada
SA adalah sedih dan marah, takut dikarnakan SA tahu bahwa HIV dan
AIDS tidak ada obatnya sampai sekarang ini. Emosi lainya yang muncul
setelah itu adalah marah, takut dan bahkan pernah percobaan bunuh diri.
Namun suami tahu akan mau mencoba melakukan bunuh diri. Suami
membujuk dan menyadarkan SA agar tidak melakukan hal bodoh.
Saat suami berkata seperti itu sehingga SA sadar akan tindakan ini salah,
SA sadar benar apa yang dikatakan suaminya ini bahwa kalau SA mati
bagaimana buah hati SA yang selama ini SA sayangi dan anak masih
memerlukan SA bisa tidak bisa harus menerima kenyataan. SA saat itu
belum berani menceritakan bahwa dia terinfeksi HIV dan AIDS. SA takut
suami tidak menerimanya lagi dalam keluarga. Namun suami mendesak
agar SA bisa cerita kepada suaminya. SA pun memberanikan diri untuk
menceritakan apa yang dialami SA. Suami kaget, nangis juga dia, marah
besar suami pada SA. Sangat lama suami baru memaklumi keadaan SA ini,
lambat laun suami pun sadar bahwa dia istri ku tercinta dan menerima
keadaan SA.
Disaat SA ingat akan hal terinfeksi SA mau pergi dari keluarga dan
mau memutuskan keluarga dari pada menyusahkan keluarga. Sampai SA
mau menceraikan SA namun suami tetap bersi keras untuk hidup bersama.
SA mengatakan bahwa jika terinfeksi HIV dan AIDS ini cuman bisa
bertahan 5 tahun saja. Suami pun memberikan semangat dan motivasi
kepada SA agar SA punya semangat untuk hidup lagi.
Agar SI bisa sehat dan bahagian bersama anaknya dan juga bisa berkerja
lagi untuk memenuhi kehidupan sehari-hari. Perasaan SI mulai membaik,
kebahagian pun mulai tampak di wajah SI, setelah beberapa bulan membuat
dirinya shock dalam menjalani kehidupan. SI mendapatkan semangat untuk
menjalani kehidupan sekarang ini. Perasaan sedih, takut dan shock yang
menjadi beban dalam hidupnya sudah mulai menghilang. Yang dulunya
emosi negatif dalam dirinya menjadi beban sekarang menjadi semangat
untuk hidup lagi.
3.1.3 Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi emosi pada pasien HIV dan
AIDS
Dari hasil dan observasi dengan subjek maka dapat digambarkan tentang faktor-
faktor yang mempengaruhi emosi individu pada pasien HIV dan AIDS yaitu
sebagai berikut :
NM tidak merasa takut lagi dan khawatir lagi dengan dampak HIV dalam
dirinya disebabkan NM ikut komunitas yang rutin memperhatikan dan
mengingatkan kepada NM agar minum obat untuk menambah kekebalan
tubuh agar tidak ada penyakit menyerang pada tubuhnya.
Dari laporan hasil penelitian yang sudah peneliti sampaikan pada bab sebelumnya, peneliti akan
menganalisa hasil temuan tersebut berdasarkan sudut pandang kajian psikologi. Analisis tersebut
akan diuraikan unutk menjawab rumusan masalah yang peneliti kemukakan, yaitu sebagai berikut:
4.1 Gambaran Dinamika Emosi Pada Orang dengan HIV dan AIDS
Setelah memperhatikan data tentang dinamika emosi pada orang dengan HIV dan AIDS.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan peneliti terhadap ketika subjek yang terinfeksi
HIV dan AIDS yang dilakukan oleh peneliti bahwa ketiga subjek memiliki kesamaan,
perbedaan dan keunikan pada masing-masing subjek (NM, SA, SI), maka dapat
digambarkan bahwa pada dasarnya secara umum para subjek memiliki kesamaan bentuk
emosi yang mereka rasakan (marah, sedih dan takut). Perbedaan yang terdapat dari subjek
(NM, SA, SI) perasaan dan yang dirasakan oleh subjek masing-masing yang beda-beda.
Contoh NM yang stres berat dan hampir mengakhiri hidupnya yang dikeranakan
terinfeksinya HIV dalam dirinya, dan sama halnya dengan SA namun berbeda dengan SI
yang emosi down yang membuat dia terpuruk dalam rumah saja.
Menurut Goleman, emosi merujuk pada perasaan dan pikiran-pikiran yang khas, sesuatu
keadaan biologis dan psikologis dan serangkaian kecenderungan bertindak. Sedangkan
menurut pemikiran al-Ghazali emosi bisa digagaskan sebagai potensi rasa (al-qalb) dalam
psikologi modern, diartikan sebagai kekuatan psikologi yang masuk dalam domain efektif
seperti rasa cinta, benci, senang, sedih dan sikap-sikap tertentu terhadap diri sendiri dan
orang lain.
Emosi adalah keadaan internal yang memiliki manifestasi eksternal. Meskipun yang bisa
merasakan emosi hanyalah yang mengalaminya, namun orang lain kerap bisa
mengetahuinya karena emosi diekspresikan dalam berbagai bentuk. Pengalaman emosi
yang terjadi, diutarakan dalam suatu bentuk ekspresi emosi. Emosi negatif (emosi yang
tidak menyenangkan), yaitu emosi yang menimbulkan perasaan negatif pada ornag yang
mengalami diantaranya adalah emosi sedih, marah, benci dan takut. Emosi marah, sedih,
senang, takut, dan emosi lainnya sering diungkapkan melalui ekspresi wajah, gerak tangan,
tubuh, ataupun nada suara. Ekspresi nonverbal banyak berhubungan dengan situasi
budaya setempat dan perubahan fisiologis banyak menentukan kesehatan orang.
Dari kebanyakan responden pertanyaan emosi apa yang muncul pertama kali saat positif
terinfeksi HIV dan AIDS adalah emosi sedih, takut dan marah. Emosi tersebut ialah bentu
dari emosi negatif, yaitu emosi yang tidak menyenangkan dan menimbulkan perasaan
negatif pada orang yang mengalaminya.
Seperti pada subjek NM yang terinfeksi HIV. Ia adalah pekerja swasta di suatu hotel di
sekitar Banjarmasin. Selain bekerja di Hotel NM dan juga bekerja sebagai wanita PSK
(Pekerja Seks Komersial). NM berusia 32 tahun yang statusnya sekarang janda beranak
satu. NM terinfeksi HIV dan AIDS pada tahun 2015, NM terinfeksi ini baru sekitar setahun.
Saat NM mengetahuinya bahwa dirinya terinfeksi, NM merasa dirinya terguncang hebat,
dan adanya perasaan menolak dan tidak terima bawa dirilah yang terinfeksi. Perasaan atau
emosi yang pertama kali muncul adalah sedih, marah, bingung bimbang, kecewa, stress
dan hampir hidup putus asa yang paling NM rasakan saat itu. Emosi sedih dan marah yang
paling dominan ia rasakan pada diri sendiri, bahkan sampai melampiaskannya dengan
orang yang di dekatnya.
Emosi yang munculnya disebabkan oleh perasan yang berlebihan dan juga kehawatiran
yang berlebihan sehingga muncullah emosi marah, sedih dan takut. Hingga membuat para
subjek terpuruk akibat kehawatirannya.
Hal hampir serupa juga terjadi pada subjek SA, ia adalah seorang pekerja swasta di suatu
hotel di sekitar Banjarmasin. SA selain bekerja di Hotel NM dan juga bekerja sebagai wanita
PSK (Pekerja Seks Komersial). SA mengetahui bahwa dirinya terinfeksi HIV dan AIDS pada
2015. Saat itu ia sulit menerima keadaan bahwa ia terinfeksi. Emosi yang muncul pertama
pada SA adalah sedih dan marah dan juga takut dikarnakan SA tahu bahwa HIV dan AIDS
tidak ada obatnya sampai sekarang ini. Bahkan SA pernah melakukna percobaan bunuh
diri. Namun suaminya berhasil membujuk dan menyadarkan SA agar tidak melakukan hal
tersebut.
Subjek ketiga yaitu SI yang seorang janda beranak satu yang tinggal di pesisir kota
Banjarmasin juga seorang pekerja seks komersial (PSK), juga merasakan emosi yang hampir
sama. SI diketahui baru saja terinfeksi HIV pada bulan 9 tahun 2015 tadi. Ketika ia divonis
terinfeksi HIV, SI sangat kaget dan shock. Emosi yang ia rasakan waktu itu adalah sedih,
takut, dan marah pada diri sendiri, perasaan sedih ini yang SI mendalam membuat SI
terpuruk. SI setiap hari menangis selama hampir sebulan terus dan mengurung diri di
dalam kamar.
Emosi yang subjek rasakan pada saat pertama kali mendapat kabar atau informasi bahwa
mereka terinfeksi HIV dan AIDS mengalami perubahan saat ini. Seperti yang dikatakan
Yusup bahwa salah satu cirri emosi adalah bersifat fluktuatif ( tidak tetap) dan juga banyak
bersangkut paut dengan peristiwa pengenalan indera.
Perubahan emosi juga dirasakan oleh subjek SA, berkat suami yang selalu memberikan
dukungan juga buah hatinya, emosi yang dulu dirasakan SA perlahan mulai berkurang
intensitasnya terutama rasa kesedihannya. Selama enam bulan lamanya, SA mengaku
kembali tumbuh semangat dan motivasi dalam dirinya sekarang. Ia mulai bisa menerima
keadaannya dan penyakit yang di deritanya. SA sadar bahwa penyakit ini dia jadikan saja
teman hidupnya dan obat-obat yang disediakan itu dianggap SA sebagai vitamin untuk
hidupnya sehari-hari jadi kan bisa menambah semangat. SA juga ikut komunitas ODHA
Banjarmasin dan SA berkerja lagi seperti biasanya di tempat yang sama.
Subjek 3 SI juga merasakan hal yang sama, walaupun perubahannya kecil emosinya,
karena ia relative masih baru terkena infeksi. SI yang awalnya penuh dengan emosi negatif
yang membuat SI terpuruk dan selama hampir sebulan SI sakit di atas kasur saja tidak bisa
bekerja karena lemah baik fisik dan mental. SI juga mendapat pendampingan dari pihak
puskesmas agar bisa mendapatkan semangat untuk hidup lagi.selain itu ia juga bergabung
dengan komunitas jaringan ODHA di Banjarmasin. Sekarang emosinya mulai positif, seperti
semangat dan motivasi.
4.2 Faktor Yang Mempengaruhi Muncul Emosi pada Orang HIV dan AIDS
Sesuai dengan hasil paparan masalah dalam hal ini faktor yang mempengaruhi munculnya
emosi pada orang HIV dan AIDS, yaitu ada dua yaitu dari dalam diri (internal) yang bisa
mempengaruhi emosi seseorang dan juga faktor luar dalam dirinya (ekstren).
Semua subjek (NM, SA,dan SI) mengetahui tentang virus HIV yang sangat membahayakan
dari pekerjaannya dan pada dirinya mereka pribadi HIV dan AIDS suatu virus yang sangat
mematikan dan tidak ada penawarnya belum sampai sekarang ini. Hingga akhirnya semua
subjek takut akan dirinya mati dikarenakan oleh virus ini, dan sedih kalau teman-temanya
mengetahui kalau dia terinfeksi HIV. Sehingga teman-temannya menjauhinya dan tidak mau
lagi bergaul dengan semua subjek di penelitian ini.
Dalam hal ini nampak bahwa pengaruh lingkungan semua subjek yaitu teman satu
pekerjaan yang mempengaruhi munculnya emosi pada dirinya, seperti dalam teori faktor
yang mempengaruhi individu bisa berasal dari dalam diri (internal) maupun dari luar
(ekstern), yaitu bisa dari keluarga maupun lingkungan, tempat tinggal dimana dia tinggal,
yang dalam hal seperti yang terjadi pada semua subjek. Emosi pada semua subjek ini
dipengaruhi oleh lingkungan sekitar dia berada. Selain pengaruh ekstern dari luar yaitu
teman satu pekerjaan kemudian juga masuk kepada pengaruh pada dari dalam dirinya
sendiri (intren), yaitu persepsi dari diri subjek tersebut.
Ada pun faktor-faktor yang sering mendominasi mempengaruhi munculnya emosi seseorang
yang terinfeksi HIV adalah sebagai berikut:
1. Jenis Kelamin
Jenis kelamin membedakan suatu emosi seseorang antara kelamin wanita dan lelaki.
Secara otomatis perbedaan emosi antara Pria dan Wanita berbeda. Yang mana subjek
dipenelitin ini semunya wanita, perasaan wanita sangatlah mendalam atau bisa dibilang
emosi seorang wanita ini sangat sensitif. Maka emosi yang wanita dalam penelitian ini
82 terbukti bahwa emosi perempun sangat sensitif. Karena perasa subjek yang diderita
sangat mendalam.
2. Usia
Kematangan emosi dipengaruhi oleh tingkat pertumbuhan dan kematangan fisiologis
seseorang.Semakin bertambah usia, kadar hormonal seseorang menurun sehingga
mengakibatkan penurunan pengaruh emosil seseorang.
3. Perubahan Jasmani
Seperti halnya subjek NM adalah individu yang terinfeksi HIV dan AIDS sekitar 1 tahun
lebih belakang ini. NM terinfeksi HIV dan AIDS ini dari berhubungan badan (Seks) dengan
pelanggannya. NM merasa sedih mendengar dirinya terinfeksi. NM juga tahu bahwa virus ini
bisa menular pada siapa saja yang bergaul dengan dirinya, dan virus ini sangat ditakuti oleh
para PSK. NM merasa takut kalau teman dan pelanggannya tahu bahwa dirinya terinfeksi.
Kalau teman NM mengetahui maka dia tidak bisa bergaul bersama lagi seperti biasanya dan
bisa-bisa NM dijauhi temannya dia tidak mau jauh dari teman-temannya.
Sehingga pada saat pertama kali NM mengetahui terinfeksi HIV timbullah emosinya marah,
sedih dan takut. Faktor menyebabkan timbulnya emosi pada NM, faktor kesadaran diri
sendiri yang NM rasakan maka emosi marah muncul pada NM disebabkan NM merasa
bersalah pada dirinya sendiri. NM menyadari dirinya kenapa dia bisa terinfeksi HIV, dari
keteledorannya dalam pekerjaan sehingga NM merasakan kebersalahan pada dirinya sendiri.
Faktor lingkungan sekitar juga mempengaruhi munculnya emosi NM, karena merasa takut
akan didiskriminasi dari teman-temannya dan takut akan sebuah kematian yang disebebkan
oleh HIV dan AIDS.
Dalam hal faktor yang mempengaruhi munculnya emosi pada orang HIV dan AIDS. Teman SI
menjelaskan kalau terinfeksi virus ini kamu tidak akan bisa sembuh dan juga segala penyakit
akan mudah datang pada dirimu.
Sehingga munculah emosi takut dan sedih pada SI ini. Faktor dari dalam diri intern dalam
dirinya, dan lingkungan SI berada disekitarnya. Setelah subjek NM, SA dan SI menjalani masa
di mana membuat memereka drop atau down menjalani kehidupannya. Mereka pun
mendapat semangat dan ketenangan dalam menjalani kehidupan sekarang ini. Virus yang
ada dalam diri mereka tidak takut lagi.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari uraian dan pembahasan yang telah dijabarkan panjang lebar pada babbab sebelumnya,
maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa dinamika emosi pada orang HIV dan AIDS adalah :
1. Dinamika emosi yang terdapat pada subjek yang paling tampak muncul dari diri subjek
adalah emosi marah, sedih, dan takut menghadapi kehidupan dan kematian saat terinfeksi
HIV. Pasien HIV ini mendapat kesadaran akan HIV yang menyerangnya dalam diri. Walau
dengan proses yang lama untuk mendapatkan kesadaran dan semangat dalam diri
mereka. Semua penyakit bisa membuat mati seseorang tidak hanya HIV ini saja. Sehingga
pasien sadar dan mendapat semangat untuk hidup lagi seperti orang biasa yang tidak
mengidap penyakit dan HIV. Subjek sekarang tidak takut lagi dengan lingkungan yang
membuatnya diskriminasi didalam lingkungan dia tinggal, tidak sedih lagi teman-
temannya untuk menjauhi dan meninggalkannya dan marah pada dirinya sendiri karena
perbuatan yang mereka lakukan. Sehingga semua subjek bisa merasakan kebahagiaan lagi
dalam hidup meraka walau masih mengidap HIV dalam dirinya.
2. Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi munculnya emosi pada orang HIV dan AIDS
adalah karena persepsi diri pribadi yang di dorong oleh perasaan dalam diri individu yaitu
perasaan takut, sedih dan marah yang dirasakan oleh para subjek dan lingkungan di mana
subjek bertempat tinggal yang diskriminasi oleh lingkungan mereka tinggal. Sehingga
individu merasakan ketakutan, marah dan sedih, dikarenakan terinfeksinya HIV dalam
dirinya.
Rifki Rifani, 1101451212. Dinamika Emosi Pada Orang dengan HIV AIDS (ODHA) (Studi Kasus di Kota
Banjarmasin). Jurusan Psikologi Islam, Fakultas Ushuluddin dan Humaniora. Pembimbing: Dr. Ahmad
Suriadi, MA (I) dan Yulia Hairina, M.Psi (II)
Adawiyah, Robiatul. Peranan Tipe-tipe Pemaafan Terhadap Pengendalian Emosi pada Istri yang Menjadi
Korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT), Skripsi Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta 2008.
Andarmoyo, Sulistyo: Psikoseksual dalam pendekatan konsep dan keperawatan. Jogjakarta : Ar-Ruzz
Media, 2012.
Ardi, Muhammad, Dinamika kehidupan janda cerai Studi kasus janda dibanjarmasin 2015. Skripsi IAIN
Antasari Banjarmasin
Asa, Ilma Wishesa dan Veronika Suprapti, Dalam Jurnal “Dinamika Emosi Remaja Perempuan yang
sedang Mengalami Kekerasan Dalam Berpacaran.” Jurnal Psikologi Pendidikan dan Perkembangan
Fakultas Psikologi Airlangga Volume 3, No 3, Desember 2014.
Barni, Mahyudin. Emosi Manusia dalam Al-Qur’an, Banjarmasin: Antasari Press Banjarmasin 2014.
Basrowi dan Suwandi, Memahami Penelitian Kualitatif, Jakarta: Renika Cipta, 2008.
F. Patty, Kasmiran Woeryo, Moh. Nor Syam, Wayan Ardhana dan Indung A. Saleh’ Penganter Psikologi
Umum”, Surabaya cetakan Ke IV Tahun 1982
Hadziq, Abdullah. Meta Kecerdasan dan Kecerdasan Multikultural, Pemikiran Psikologi Sufistik al-Ghazali,
Semarang : RaSAIL Media Group,2013.
Hermawati, Pian “Hubungan Persepsi ODHA Terhadap HIV/AIDS Masyarakat dengan Interaksi Sosial pada
ODHA”, Skripsi Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2011.