Anda di halaman 1dari 33

DINAMIKA EMOSI PADA ORANG DENGAN HIV AIDS

Skripsi

Diajukan kepada Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (Stikes)

untuk memenuhi salah satu tugas dari matkul IKM

Oleh :

Andre Kirana

2021001

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (Stikes)

Administrasi Kesehatan

Jakarta Pusat
Abstrak

Dinamika emosi pada orang dengan HIV dan AIDS


Penelitian ini di latar belakangi pandangan orang pada orang dengan HIV/AIDS (ODHA)
yang banyak tidak terima terhadap dirinya sendiri bahwa dirinya terinfeksi virus HIV. Ketika
dokter mendiagnosis bahwa seseorang menderita penyakit kronis seperti AIDS, ada tiga
bentuk respon emosi yang secara umum mungkin muncul, yaitu penolakan, kecemasan, dan
depresi. Meskipun reaksi psikologis terhadap diagnosis penyakit dan penanganan sangat
beragam dan keadaan serta kemampuan masing-masing penderita tergantung pada banyak
faktor, tetapi ada enam reaksi psikologis yang utama menurut Prokop yaitu, kecemasan,
depresi, perasaan kehilangan kontrol, gangguan kognitif (impairment), gangguan seksual
serta penolakan terhadap kenyataan (denial). Beberapa pasien bahkan terdorong untuk
melakukan bunuh diri karena takut akan menderita sakit ketika mengalami penyakit ini lebih
lanjut. Padahal kenyataannya, mereka masih dapat hidup cukup lama sampai di atas sepuluh
tahun. Emosi yang timbul dari stigma dan diskriminasi masyarakat terhadap ODHA yang
sangat mempengaruhi kehidupan dan menimbulkan banyak dinamika psikologis dan terutama
pada dinamika emosi terjadi dalam kehidupan karena secara tidak langsung mereka
kehilangan rasa percaya diri untuk berinteraksi di lingkungan sosialnya. Kurangnya
penerimaan terhadap diri sendiri menjadi permasalahan besar yang ada pada diri mereka.
Penelitian ini bertujuan mengetahui Gambaran emosi pada diri pasien HIV dan AIDS
(ODHA) dan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi munculnya emosi
pada orang yang terinfeksi HIV AIDS. Adapun metode penelitian yang digunakan melalui
metode deskritif kualititatif . subjek dalam penelitian ini adlah individu yang terinfeksi HIV
AIDS, khususnya yang berada di kota Banjarmsin. Objek penelitian adalah dinamika emosi
pada orang dengan HIV AIDS (ODHA). Data yang diperoleh dalam penelitian ini berasal
dari observasi dan wawancara. Data yang diperoleh diolah dan dianalisa dengan metode
deskriptif kualitatif. Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa dinamika emosi pada
orang dengan HIV AIDS (persepektif psikologi) adalah Dinamika emosi yang terdapat pada
subjek yang paling tampak muncul dari diri subjek adalah emosi marah, sedih, dan takut
menghadapi kehidupan dan kematian saat pertama terinfeksi HIV. Subjek sekarang tidak
takut lagi dengan lingkungan yang membuatnya diskriminasi di dalam lingkungan dia
tinggal, tidak sedih lagi teman-temannya untuk menjauhi dan meninggalkannya dan marah
pada dirinya sendiri karena perbuatan yang mereka lakukan. Sehingga semua subjek bisa
merasakan kebahagiaan lagi dalam hidup meraka walau masih mengidap HIV dalam dirinya.
Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, yang mana atas berkat rahmat dan
karunianNya kami dapat menyelesaikan tugas skripsi dengan judul “Dinamika Emosi pada
orang dengan HIV dan AIDS” sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

Makalah ini disusun untuk guna memenuhi salah tugas mata kuliah Ilmu Kesehatan
Masyarkat. Dengan tersusunya makalah ini, kami sadar bahwa dalam menyusunnya, penulis
mendapat banyak bantuan dan bimbingan dari beberapa pihak. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Martini, SKM., MPH, selaku dosen mata kuliah yang telah memberikan tugas
skripsi ini kepada kami.
2. Teman teman sarjana Adminkes Stikes R.S Husada Jakarta Barat telah membantu dan
memberikan dorongan untuk menyusun makalah ini.
3. Semua pihak yang tidak dapat diseb utkan satu persatu satu persatu yang telah
membantu tersusunya makalah ini.
Kamo menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.Maka dari itu
kami meminta maaf kepada para pembaca dan mengharapkan kritik dan saran ataupun
masukan dari pembaca.Akhir kata,Kami ucapkan Terima Kasih.

Jakarta, Juni 2021


DAFTAR ISI
Halaman Judul....................................................................................................................................2
Abstrak...................................................................................................................................................2

Kata Pengantar................................................................................................................................3
BAB 1................................................................................................................................................5
1.1 Latar belakang.........................................................................................................................5
1.2 Rumusan masalah................................................................................................................8
1.3 Tujuan Penelitian.................................................................................................................8
1.4 Singnifikasi Penelitian.........................................................................................................8
1.5 Definisi Operanasional..........................................................................................................8
1.6 Telaah Pustaka.....................................................................................................................9
1.7 Metode Penelitian..............................................................................................................10
1.8 Sistematika Penulisan........................................................................................................13
Bab II...................................................................................................................................................14
Tinjauan Pustaka.................................................................................................................................14
2.1 Landasan Teori....................................................................................................................14
2.1.1 Definisi HIV dan AIDS.........................................................................................................14
2.1.2 Penularan HIV dan AIDS.........................................................................................14
2.1.3 Ciri ciri terinfeksi HIV dan Aids..............................................................................15
2.1.4 Pencegahan HIV dan Aids........................................................................................16
2.2 Dinamika Emosi.................................................................................................................16
2.2.1 Definisi Dinamika Emosi...........................................................................................16
2.2.2 Bentuk Emosi.............................................................................................................17
2.2.3 Macam macam Emosi................................................................................................17
2.2.4 Ciri ciri Emosi............................................................................................................18
2.2.5 Faktor faktor yang mempengaruhi emosi................................................................18
BAB III..............................................................................................................................................19
3.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian......................................................................................19
3.2 Penyajian Data.........................................................................................................................19
3.1.1 Identitas Subjek................................................................................................................19
3.1.2 Gambaran Dinamika Emosi pada Orang dengan HIV dan AIDS................................19
3.1.3 Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi emosi pada pasien HIV dan AIDS..23
BAB IV...............................................................................................................................................25
4.1 Gambaran Dinamika Emosi Pada Orang dengan HIV dan AIDS.................................25
4.2 Faktor Yang Mempengaruhi Muncul Emosi pada Orang HIV dan AIDS....................27
BAB V.................................................................................................................................................29
5.1 Kesimpulan.........................................................................................................................29
5.2 Saran saran..........................................................................................................................29
Daftar Pustaka....................................................................................................................................30
BAB 1
Pendahuluan

1.1 Latar belakang

Diantara berbagai virus yang telah dikenal saat ini, yang dianggap paling
berbahaya adalah Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang menyebabkan penyakit
Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS). HIV merupakan virus yang
menyerang sistem kekebalan tubuh orang yang dijangkitinya. Sedangkan AIDS
merupakan kumpulan simptom yang terjadi karena terinfeksi HIV. Jadi, HIV dan AIDS
tidak sama. Virus ini dapat ditularkan melalui kontak dengan darah yang terinfeksi, air
mani, atau cairan vagina.Dalam beberapa minggu infeksi HIV, gejala seperti flu seperti
demam, sakit tenggorokan, dan kelelahan dapat terjadi. Kemudian penyakit ini biasanya
tanpa gejala sampai berkembang menjadi AIDS. Gejala AIDS termasuk penurunan
berat badan, demam atau berkeringat saat malam, kelelahan, dan infeksi berulang.Tidak
ada obat untuk AIDS, tetapi kepatuhan yang ketat untuk mengonsumsi rejimen anti-
retroviral (ARV) dapat secara dramatis memperlambat bertambah parahnya penyakit
serta mencegah infeksi sekunder dan komplikasi.

AIDS merupakan virus yang disebabkan oleh HIV. Virus ini menyebabkan AIDS
Aquired Immunodeficiency Syndrome adalah suatu sindroma penyakit defisiensi
imunitas seluler yang pada penderitanya yang tidak dapat ditemukan defisiensi tersebut.
Akibatnya kehilangan kekebalan tubuh. Penderita AIDS mudah terkena berbagai jenis
infeksi bakteri, jamur, parasit dan virus tertentu yang bersifat opportunistic. Salah satu
virus yang merusak sistem pertahanan tubuh ( sistem imun ) sehingga orang-orang yang
menderita virus ini kemampuan untuk mempertahankan dirinya dari serangan virus
berkurang. Seseorang yang positif mengidap HIV, belum tentu mengidap AIDS.
Banyak kasus di mana seseorang positif mengidap HIV, tetapi tidak menjadi sakit
dalam jangka waktu yang lama. Namun, HIV yang ada pada tubuh seseorang akan terus
merusak sistem imun. Akibatnya, virus, jamur, dan bakteri yang biasanya tidak
berbahaya menjadi sangat berbahaya kerena rusaknya sistem imun tubuh. HIV
ditularkan dari orang ke orang lewat hubungan seksual, melalui darah, air mani, air
susu ibu (ibu yang menyusui anaknya sedangkan orang tuanya positif terinfeksi HIV
dan AIDS) dan cairan vagina.

Sampai saat ini belum ditemukan vaksin yang dapat melawan virus tersebut. Para
ahli berusaha mendapatkan obat untuk mengatasi AIDS dan obat itu disebut sebagai
Antiretroviral (ARV). Namun, ternyata obat ini tidak dapat menyembuhkan AIDS,
hanya dapat memperlambat reproduksi HIV pada tahap awal. Di Indonesia, AIDS
pertama kali dijumpai pada bulan April tahun 1987. Data situasi perkembangan HIV
dan AIDS di Indonesia yang dilaporkan oleh Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit
dan Penyehatan Lingkungan Kementrian Kesehatan Republik Indonesia menyebutkan
bahwa sampai dengan secara kumulatif jumlah kasus AIDS yang dilaporkan adalah
1.194 kasus untuk wilayah Kalimantan Selatan dari tahun 2002 sampai september 2015.
Hasil pemetaan dan laporan dari Dinas Kesehatan Provensi Kalimantan Selatan dan
KPA Provinsi Kalimantan Selatan keluar pada tanggal 1 Desember 2015 kasus
mencapai 414 kasus HIV dan AIDS di area Banjarmasin, data dari tahun 2002 sampai
Desember 2015. Seluruh kabupaten dan Kota di Kalsel sudah menemukan dan
melaporkan kasus HIV dan AIDS. Secara berurutan, kabupaten dan kota yang
menyumbangkan angka HIV dan AIDS terbanyak adalah Kota Banjarmasin (414
kasus), Kabupaten Tanah bumbu (258 kasus), Kota Banjarbaru (133 kasus), Kabupaten
Kotabaru (53 kasus), Kabupaten Tabalong (52 kasus), Kabupaten Tanah Laut (45
kasus) Kab. Banjar (39 kasus), Kabupaten Batola (35 kasus), Kabupaten Hulu Sungai
Selatan (30 kasus), Kabupaten Hulu Sungai Tengah (21 Kasus), Kabupaten Hulu
Sungai Utara (16 kasus), Kabupaten Tapin (14 kasus), Kabupaten Balangan (6 kasus),
dan dari Kabupaten Kota di luar Kalimantan Selatan sebanyak 78 kasus. Orang yang
menderita suatu penyakit dengan kondisi akut sebagian besar akan menunjukkan
adanya gangguan psikologis di antaranya depresi. Suatu penyakit dan akibat yang
diderita, baik akibat penyakit ataupun intervensi medis tertentu dapat menimbulkan
perasaan negatif seperti kecemasan, depresi, emosi yang tidak stabil (marah, sedih),
ataupun rasa tidak berdaya dan perasaanperasaan negatif tertentu yang dialami terus-
menerus ternyata dapat memperbesar kecenderungan seseorang terhadap suatu penyakit
tertentu. Kondisi ini mendesak mereka untuk melakukan perubahan-perubahan sosial
secara cepat. Namun, tidak semua orang mampu menyesuaikan diri dengan perubahan-
perubahan tersebut yang pada gilirannya yang bersangkutan dapat jatuh sakit, atau
mengalami gangguan penyesuaian diri dan adjustment disorder. Perubahan-perubahan
psikososial pada sebagian orang dapat merupakan beban atau tekanan mental yang
disebut stresor psikososial. Stresor psikososial adalah setiap keadaan atau peristiwa
yang menyebabkan perubahan dalam kehidupan seseorang, sehingga orang itu terpaksa
mengadakan adaptasi atau penyesuaian diri untuk menanggulanginya.

Penderita HIV dan AIDS memiliki tiga tantangan utama yaitu menghadapi reaksi
terhadap penyakit yang memiliki stigma, berhadapan dengan kemungkinan waktu
kehidupan yang terbatas, dan mengembangkan strategi untuk mempertahankan
kesehatan fisik dan emosi. Namun, kebanyakan penderita HIV dan AIDS dapat
bertahan dengan baik menghadapi penyakitnya. Mereka yang terinfeksi AIDS harus
bertahan dari ketakutan akan prasangka dari masyarakat umum, terutama jika mereka
Gay atau pengguna narkoba jarum suntik. Banyak orang yang menyalahkan korban
HIV dan AIDS, masyarakat juga seringkali bersikap irasional takut tertular oleh
penyakit ini meskipun mereka tidak memiliki kontak langsung dengan penderita HIV
dan AIDS. Penolakan ini memberikan perasaan tidak nyaman bagi para penderita, yang
turut mempengaruhi kondisi fisik mereka secara umum. Selain itu, penderita juga harus
menghadapi diagnosis kematian yang dapat mendorong mereka mengalami stres atau
depresi sehingga membuat mereka mengisolasi diri dari orang lain.
Ketika dokter mendiagnosis bahwa seseorang menderita penyakit kronis seperti
AIDS, ada tiga bentuk respon emosi yang secara umum mungkin muncul, yaitu
penolakan, kecemasan, dan depresi. Meskipun reaksi psikologis terhadap diagnosis
penyakit dan penanganan sangat beragam dan keadaan serta kemampuan masing-
masing penderita tergantung pada banyak faktor, tetapi ada enam reaksi psikologis
yang utama menurut Prokop yaitu, kecemasan, depresi, perasaan kehilangan kontrol,
gangguan kognitif (impairment), gangguan seksual serta penolakan terhadap kenyataan
(denial). Beberapa penderita bahkan terdorong untuk melakukan bunuh diri karena
takut akan menderita sakit ketika mengalami penyakit ini lebih lanjut. Padahal
kenyataannya, mereka masih dapat hidup cukup lama sampai di atas sepuluh tahun.

Kesulitan-kesulitan dan permasalahan yang dihadapi oleh penderita AIDS ini


membuat peningkatan stress dan emosi negatif seperti perasaan marah, sedih, dan takut
yang menyebabkan semakin buruknya kondisi mereka. Hal ini disebabkan karena
kurangnya kemampuan dalam meregulasi emosi. Seperti halnya depresi, pemikiran
negatif yang berkelanjutan dan terus-menerus akan mempengaruhi serta menurunkan
pikiran positif, yang berdampak pada di diagnosisnya individu mengalami episode
depresi mayor.

Peneliti berpendapat bahwa antara kesehatan fisik dan emosi sebenarnya saling
berkaitan satu sama lain. Ketika fisik seseorang mengalami penurunan dikarenakan
penyakit yang digolongan ke dalam penyakit serius, kondisi tersebut akan mengganggu
dan memicu munculnya emosi dari individu. Sebaliknya ketika emosi yang dirasakan
oleh individu tidak mampu dikontrol serta diekspresikan sebagaimana mestinya. Emosi
tersebut dapat membuat kondisi fisiknya menjadi semakin buruk. Dari permasalahan
yang telah dijelaskan di atas, peneliti mengasumsikan bahwa dengan infeksi HIV dan
AIDS dalam tubuhnya maka penderita HIV dan AIDS membutuhkan kemampuan
regulasi atas emosinya.

Meskipun sebenarnya semua dari kita mengalami emosi dari berbagai jenis dan
berusaha untuk mengatasi emosi-emosi ini baik cara yang efektif atau tidak efektif.
Emosi memberitahu kita tentang kebutuhan kita. Frustrasi yang kita alami, dan hak kita
memotivasi diri untuk melakukan perubahan, melarikan diri dari situasi yang sulit, atau
tahu kapan kita puas. Namun ada banyak orang yang menemukan diri mereka
kewalahan dengan emosi mereka sendiri. Perasaan takut muncul dan ketidakmampuan
mengatasi permasalahan karena mereka percaya bahwa kesedihan atau kecemasan tidak
memperbolehkan individu melakukan perilaku yang efektif untuk mengatasi emosi.

dinamika psikologis dan terutama pada dinamika emosi terjadi dalam kehidupan.
Dinamika berasal dari bahasa Yunani Dynamics yang diartikan sebuah kekuatan
(force). Dalam bahasa Indonesia kata dinamika adalah suatu yang mengandung arti
kekuatan, selalu bergerak, berkembang dan dapat menyesuaikan diri secara memadai
terhadap keadaan. Definisi emosi bermacam-macam, seperti keadaan bergejolak,
gangguan keseimbangan respon kuat dan tidak beraturan terhadap stimulus. Akar emosi
adalah movere, kata kerja Bahasa Latin yang berarti ” menggerakkan, bergerak,”
ditambah emovere yang berarti “bergerak menjauh”, menyiratkan bahwa kecendrengan
bertindak mutlak dalam emosi. Pada dasarnya, semua emosi adalah dorongan untuk
bertindak, rencana seketika untuk mengatasi masalah yang telah ditanamkan secara
berangsur-angsur oleh evolusi

1.2 Rumusan masalah


1. Bagaimana gambaran dinamika emosi yang dialami pada penderita HIV dan AIDS?
2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi munculnya emosi pada penderita HIV
dan AIDS?

1.3 Tujuan Penelitian


Sesuai dengan rumusan masalah di atas maka menjadi tujuan dalam penelitian ini
adalah :

1. Untuk mengetahui gambaran emosi pada diri penderita HIV dan AIDS
2. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi emosi pada penderita
HIV dan AIDS

1.4 Singnifikasi Penelitian


Dengan dilakukan penelitian ini, diharapkan dapat memberikan manfaat teoritis,
aflikatif dan praktis berupa :
1. Dari sisi teoritis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan salah satu sumber acuan atau
pendorong untuk penelitian selanjutnya.
b. Memberikan sumbangan literatur secara psikologis mengenai dinamika
emosional.

2. Dari sisi Praktis


a. Penelitian ini diharapkan bisa menjadi kajian pengetahuan bagi pribadi
peneliti dan umumnya para pembaca.
b. Menjadi bahan pelajaran untuk semua pembaca dan bisa melihat gambaran
emosional orang dengan HIV dan AIDS.
c. Menjadi masukan dan informasi terhadap dinas kesehatan dan KPA atau
yang intansi terkait tentang penanggulanan HIV dan AIDS tentang emosi.

1.5 Definisi Operanasional


Untuk memudahkan dalam memahami dan supaya lebih terarahnya penelitian ini, perlu
peneliti berikan gambaran definisi opersionalnya penelitian ini, yaitu:
1. Dinamika Emosi
Berasal dari dua gabungan kata dinamika dan emosional, kata dinamika berasal dari
Dynamics (Yunani) yang bermakna kekuatan (Force). Dalam bahasa Indonesia kata
dinamika adalah gerak dari dalam, tenaga yang menggerakan. Dinamika adalah
suatu yang mengandung arti kekuatan, selalu bergerak. Definisi Emosi bermacam-
macam, seperti keadaan bergejolak, gangguan keseimbangan respon kuat dan tidak
beraturan terhadap stimulus. Akar kata emosi adalah Movere, kata kerja Bahasa
Latin yang berarti ” menggerakkan, bergerak,” ditambah Emovere yang berarti
“bergerak menjauh”, menyiratkan bahwa kecendrengan bertindak mutlak dalam
emosi.

Pada dasarnya, semua emosi adalah dorongan untuk bertindak, rencana seketika
untuk mengatasi masalah yang telah ditanamkan secara berangsur-angsur oleh
evolusi. Arti kata menyiratkan bahwa kecenderungan bertindak merupakan mutlak
dalam emosi. Kemudian emosi adalah dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti
suatu perasaan yang menyentuh atau perasaan yang mengharukan. Namun secara
umum emosi adalah suatu perasaan (efek) yang mendorong inidividu untuk
merespon atau bertingkah laku terhadap stmulus, baik yang berasal dari dalam
maupun dari luar dirinya. Istilah emosi tidak dapat dipergunakan untuk mengganti
istilah-istilah lain seperti perasaan, motif, dorongan, nafsu, dan kehendak. Emosi
yang dapat diartikan sebagai perasaan yang khas bila berhadapan dengan suatu
keadaan dalam lingkungan.
Dapat disimpulkan bahwa dinamika emosi adalah suatu gerakan perasaan dan
pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan psikologis dan serangkaian
kecenderungan untuk bertindak terhadap rangsangan dari luar dan dalam diri
individu mencakup perubahan-perubahan yang disadari, yang mendalam sifatnya,
dan perubahan perilaku pada umumnya disertai adanya ekspresi kejasmanian.

2. HIV dan AIDS


Menurut Nugroho. T, HIV adalah singkatan dari Human Immuno Virus yang
berarti virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia. Hal ini bisa terjadi
karena HIV merupakan family retrovirus, yang menyerang sistem kekebalan tubuh
terutama limfosit. Oleh karena HIV merusak sel-sel darah putih,lama kelamaan
sistem kekebalan tubuh manusia pun ambruk. Pada saat itulah berbagai penyakit
yang dibawa virus, kuman, bakteri dan lain-lain sangat mudah menyerang seseorang
yang sudah terinfeksi HIV. Jadi, HIV adalah virus yang menyerang sistem
kekebalan tubuh manusia dan kemudian menimbulkan AIDS.

AIDS adalah suatu sindroma penyakit definiensi imunitas seluler yang didapat,
yang pada penderitanya tidak ditemukan penyebeb definiensi tersebut. Akibatnya
penderita kehilangan kekebalan tubuh, penderita AIDS mudah terkena berbagai jenis
infeksi bakteri, jamur, parasit dan virus tertentu yang bersifat Opportunistic.

1.6 Telaah Pustaka


Dari penelusuran yang dilakukan, peneliti menemukan sebagai tulisan yang dapat
menjadi penunjang dalam penelitian ini, seperti skripsi yang berjudul “Regulasi Emosi
Pada Penderita HIV dan AIDS”, oleh Mekar Duwi Indah Sari dari Fakultas Psikologi
Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta 2015. Dalam penelitianya tersebut bahwa
regulasi emosi dilakukan oleh kedua subjek untuk mengatur respon emosi dari
permasalahan yang muncul setelah kedua subjek terinfeksi HIV dan AIDS. Hasil
penelitian menunjukkan regulasi emosi dilakukan oleh kedua subjek untuk mengatur
respon emosi dari permasalahan yang muncul setelah kedua subjek terinfeksi HIV dan
AIDS.

Penelitian jurnal oleh Kusumawijaya Paputungan dari Universitas Ahmad Dahlan


Yogyakarta yang berjudul ”Dinamika Psikologis Pada Orang dengan HIV dan AIDS.
Hasil penelitian ini menemukan bahwa kedua subyek memiliki dinamika psikologis
yang berbeda sebagai reaksi akibat terinfeksi HIV. Reaksi yang dialami oleh kedua
subyek dalam penelitian ini terjadi secara berurutan.

Perbedaan dari skripsi yang peneliti dengan penelitian terdahulu adalah penelitian
saya terpokus dengan emosi seorang penderita HIV dan AIDS sedangkan dengan
penelitian terdahulu meneliti dari aspek psikologis seorang penderita HIV dan AIDS.
Penelitian terdahulu dengan metode analisis data pada penelitian ini dengan
menggunakan metode analisis tematik. Subyek penelitian ini dipilih dengan
menggunakan teknik sampel kriteria. Sedangkan penelitian ini bertujuan mengetahui
Gambaran emosi pada diri pasien HIV dan AIDS dan untuk mengetahui faktor-faktor
apa saja yang mempengaruhi munculnya emosi pada orang yang terinfeksi HIV dan
AIDS.
Adapun metode penelitian yang digunakan melalui metode deskritif kualititatif .
subjek dalam penelitian ini adlah individu yang terinfeksi HIV dan AIDS, khususnya
yang berada di kota Banjarmsin. Objek penelitian adalah dinamika emosi pada orang
dengan HIV dan AIDS. Data yang diperoleh dalam penelitian ini berasal dari observasi
dan wawancara. Data yang diperoleh diolah dan dianalisa dengan metode deskriptif
kualitatif.

Penelitian skripsi oleh Titi Tian Hartanti dari Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta yang berjudul “Dinamika Regulasi Emosi pada
Penderita Hipertensi (Studi Kasus pada penderita di Yogyakarta)”. Hasil penelitian ini
menunjukan bahwa terdapat ciri khas perbedaan dalam proses regulasi emosi oleh
masing-masing informan. Proses yang dilakukan memonitori emosi, modifikasi emosi
sampai mengevaluasi emosi yang dirasakan.
Dari hasil kajian pustaka ini didapat kesimpulan bahwa nampak belum ada penelitian
terdahulu yang persis sama dengan penelitian yang akan peneliti laksanakan ini

1.7 Metode Penelitian


1. Jenis Penelitian
Penelitian bersifat kualitatif penelitian lapangan (field research) dalam arti semua
sumber datangnya langsung diperoleh dari lapangan. Penelitian ini berbentuk studi
kasus (case study) dengan menggunakan pendekatan kualitatif dan penggalian data
dari lapangan diambil secara mendalam, luas dan menyeluruh. Tujuannya untuk
memehami dan meneliti lebih jelas tentang gambaran emosional individu yang
terinfeksi HIV dan AIDS. Dari penelitian tesebut dapat dibuat data diskriptif berupa
kata-kata tertulis ataupun hasil dari kata-kata secara lisan individual maupun prilaku
yang bisa diamati oleh peneliti.

2. Lokasi Penelitian
Adapun yang menjadi lokasi dari penelitian ini adalah di Kota Banjarmasin Provinsi
Kalimantan Selatan.

3. Subjek dan Objek Penelitian


a. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini ada 3 orang yang terinfeksi HIV dan AIDS, yang
berumur 20 - 35 tahun dan terinfeksinya 1 tahun kebelakang dikeranakan
masa inilah banyak timbulnya emosi karena masa penyesuaian diri, yang
sedang berada di kota Banjarmasin Provinsi Kalimantan Selatan.
b. Objek Penelitian
Objek Penelitian ini yaitu gambaran dinamika emosional pada orang yang
terinfeksi HIV dan AIDS.

4. Data dan Sumber Data


a. Data
yang diperlukan dalam penelitian ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu data
pokok dan data penunjang.
a. Data
Pokok Data pokok dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh dari
hasil observasi dan wawancara yang mendalam dengan responden yaitu
subjek yang terinfeksi HIV dan AIDS dan informan mengenai :
i. Gambaran dinamika emosi individu yang terinfeksi HIV dan
AIDS.
ii. Faktor-faktor yang mempengaruh munculnya emosional pada
penderita HIV dan AIDS.
b. Data Penunjang
Data penunjang dalam penelitian ini berasal dari berbagai narasumber di
lapangan dan informan yang ada di lapangan penelitian untuk
memperkuat data primer yang telah digali. Selain itu dapat juga berasal
dari literatut-literatur lain yang berasal dari internet ataupun penelitian
tentang HIV dan AIDS sebelumnya yang ada hubunganya dengan
penelitian ini.
b. Sumber Data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini, berasal dari :
1) Responden, yaitu orang yang dapat memberikan data pokok dalam
penelitian, atau orang yang menjawab pertanyaan yang diajukan untuk
kepentingan peneliti. Dalam penelitian ini respondennya adalah 3 orang
yang terinfeksi HIV dan AIDS yang berusia dari 20- 35 tahun.
2) Informan, yaitu orang yang memberikan data tambahan. Informan dalam
penelitian ini adalah rekan subjek, atau orang-orang terdekat subjek.

5. Teknik Pengumpulan Data


Teknik yang dipilih untuk digunakan dalam pengumpulan data yang diperlukan
demi penyelesaian penelitian ini dilakukan dengan cara, dokumentasi :
a) Dokumentasi, yaitu metode pengumpulan data dengan jalan melihat,
membaca, mempelajari buku catatan dari hasil mencatat data yang ada
hubungannya dengan objek penelitian.

6. Teknik Pengolahan Data


Ada empat cara yang dilakukan peneliti dalam pengolahan data yakni:
1) Koleksi data, yaitu mengumpulkan data yang diperlukan baik berkenaan
dengan data pokok maupun data pelengkap.
2) Editing data, yaitu evaluasi data yang sudah didapat dan terkumpul.
Termasuk memperbaiki sampai peyempurnaan agai sesuai dengan tujuan
penelitian.
3) Klasifikasi data, yaitu mengelompokkan data sesuai permasalahannya agar
mudah menguraikan data dalam laporan hasil penelitian.
4) Interpretasi Data, yaitu menafsirkan data dan menjelaskan data yang telah
diolah agara mudah dipahami.

7. Teknik Analisa Data


Sebuah data yang sudah terkumpul, kemudian dilakukan analisis terhadap data-data
yang penting. Metode ini merupakan metode penyederhanaan dari sejumlah data,
berupa data deskriptif kualitatif sehingga menjadi lebih mudah dipahami dan
dimengerti oleh para pembaca nantinya.Terutama mengenai halhal yang
berhubungan dengan judul ini, yaitu dinamika emosional pada orang dengan HIV
dan AIDS.

8. Prosedur Penelitian
Dalam penelitian ini ada beberapa tahapan yang dilalui, yakni:
a. Tahap Pendahuluan
1) Penjajakan awal atau studi pendahuluan, yakni peneliti langsung
menemui subjek yang terinfeksi HIV dan AIDS.
2) Berkonsultasi dengan dosen mengenai rencana penelitian.
3) Membuat desain proposal penelitian.
4) Menemui dosen pembimbing untuk mengadakan perbaikan
seperlunya terhadap desain proposal penelitian.
b. Tahap Persiapan
1) Mengadakan seminar proposal.
2) Membuat instrument pengumpulan data (IPD).
c. Tahap Pelaksanaan
1) Menghubungi responden dan informan.
2) Melaksanakan intrumen pengumpulan data (IPD), yakni
melaksanakan wawancara baik dengan responden ataupun informan
sesusai dengan daftar pertanyaan yang terdapat dalam instrumen
pengumpulan data.
3) Melakukan observasi untuk menggali data-data penunjang.
4) Mengumpulkan semua data yang telah diperoleh dan kemudian
mengolahnya.

d. Tahapan Penyususan
Laporan Setelah lengkap semua data yang telah dikumpulkan dan diolah,
maka dilakukanlah penyusunan laporan hasil penelitian yang kemudian
diserahkan pada dosen pembimbing untuk mengadakan pengkoreksian,
perbaikan dan persetujuan. Setelah itu, diperbanya dan selanjutkan siap
untuk diuji dan dipertahankan di depan tim penguji pada saat sidang
munaqasah.

1.8 Sistematika Penulisan


Dalam rangka mempermudah penulisan dalam penelitin ini, penulis membuat
sistematika penulisan yang terdiri dari 4 bab, yaitu :
1. Bab I Pendahuluan, terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan
penelitian, signifikasi penelitian, tinjauan pustaka dan sistematika penulisan.
2. Bab II landasan teori-teori tentang dinamika emosional dan bentuk-bentuk
emosional orang dengan HIV dan AIDS.
3. Bab III merupakan paparan dan pembahasan data penelitian yang berkaitan dengan
gambaran dinamika emosional pada orang dengan HIV dan AIDS didaerah
Banjarmasin dan faktor yang mempengaruhi perilaku tersebut.
4. Bab IV analisa gambaran dinamika emosional pada orang dengan HIV dan AIDS
dari hasil penelitian
5. Bab V penutup yang berisi kesimpulan dan saran-saran.
Bab II

Tinjauan Pustaka

2.1 Landasan Teori


2.1.1 Definisi HIV dan AIDS
AIDS adalah suatu kumpulan gejala penyakit kerusakan sistem kekebalan
tubuh; bukan penyakit bawaan tetapi didapat dari hasil penularan. Penyakit ini
disebabkan oleh Human Immunodeficiency Virus (HIV) (Widoyono, 2011)

HIV ( Human Immunodeficiency Virus) adalah retrovirus yang termasuk


dalam famili lentivirus. Retrovirus mempunyai kemampuan menggunakan
RNA-nya dan DNA pejamu untuk membentuk virus DNA dan dikenali selama
periode inkubasi yang panjang. Seperti retrovirus yang lain, HIV menginfeksi
tubuh dengan periode inkubasi yang panjang (klinik-laten), dan utamanya
menyebabkan munculnya tanda dan gejala AIDS. HIV menyebabkan beberapa
kerusakan system imun dan menghancurkannya.Hal tersebut terjadi dengan
menggunakan DNA dan CD4+ dan limfosit untuk mereplikasi diri. Dalam
proses itu, virus tersebut menghancurkan CD4+ dan limfosit (Nursalam,
2007).

Pada tahun 2000 terjadi peningkatan penyebaran epidemi HIV secara nyata
melalui pekerja seks komersial, tetapi ada fenomena baru penyebaran HIV/
AIDS melalui penggunaan narkoba suntik (Injecting Drug User-IDU) dan
tahun 2002 HIV sudah menyebar hingga tingkat rumah tangga (Depkes RI,
2003)

AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) adalah sindrom dengan


gejala infeksi oportunistik atau kanker tertentu akibat menurunnya sistem
kekebalan tubuh oleh infeksi HIV (Human Immunodeficiency Virus) (FKUI,
2005).

2.1.2 Penularan HIV dan AIDS


Menurut Nursalam (2007), Virus HIV menular melalui enam cara penularan,
yaitu:
1. Hubungan seksual dengan pengidap HIV/AIDS
Hubungan seksual secara vaginal, anal, dan oral dengan penderita HIV
tanpa perlindungan bisa menularkan HIV. Selama berhubungan seksual
berlangsung, air mani, cairan vagina, dan darah dapat mengenai selaput
lendir vagina, penis, dubur, atau mulut sehingga HIV yang terdapat
dalam cairan tersebut masuk ke aliran darah (PELKESI, 1995). Selama
berhubungan juga bisa terjadi lesi mikro pada dinding vagina, dubur,
dan mulut yang bisa menjadi jalan HIV untuk masuk ke aliran darah
pasangan seksual (Syaiful, 2000).
2. Ibu pada bayinya
Penularan HIV dari ibu bisa terjadi pada saat kehamilan (in utero).
Berdasarkan laporan CDC Amerika, prevalensi penularan HIV dari ibu
ke bayi adalah 0,01% sampai 0,7%. Bila ibu baru terinfeksi HIV dan
belum ada gejala AIDS, kemungkinan bayi terinfeksi sebanyak 20%
sampai 35%, sedangkan kalau gejala AIDS sudah jelas pada ibu
kemungkinannya mencapai 50% (PELKESI, 1995). Penularan juga
terjadi selama proses persalinan melalui tranfusi fetomaternal atau
kontak antara kulit atau membrane mukosa bayi dengan darah atau
sekresi maternal saat melahirkan (Lily V, 2004). Semakin lama proses
melahirkan, semakin besar resiko penularan. Oleh karena itu, lama
persalinan dapat dipersingkat dengan operasi section caesaria (HIS dan
STB, 2000). Tranmisi lain terjadi selama periode post partum melalui
ASI. Resiko bayi tertular melalui ASI dari ibu yang positif sekitar 10%
(Lily V, 2000).
3. Darah dan produk darah yang tercemar HIV/AIDS Sangat cepat
menularkan HIV karena virus langsung masuk ke pembuluh darah dan
menyebar ke seluruh tubuh.
4. Pemakaian alat kesehatan yang tidak steril Alat pemeriksaan
kandungan seperti speculum, tenakulum, dan alat-alat lain yang
menyentuh darah, cairan vagina atau air mani yang terinfeksi HIV, dan
langsung digunakan untuk orang lain yang tidak terinfeksi bisa
menularkan HIV (PELKESI, 1995).
5. Alat-alat untuk menorah kulit Alat tajam dan runcing seperti jarum,
pisau, silet, menyunat seseorang, membuat tato, memotong rambut, dan
sebagainya bisa menularkan HIV sebab alat tersebut mungkin dipakai
tanpa disterilkan terlebih dahulu.
6. Menggunakan jarum suntik secara bergantian Jarum suntik yang
dipakai di fasilitas kesehatan, maupun yang digunakan oleh para
pengguna narkoba (Injecting Drug UserIDU) sangat berpotensi
menularkan HIV. Selain jarum suntik, pada para pemakai IDU secara
bersama-sama juga menggunakan tempat pencampur, pengaduk, dan
gelas pengoplosan obat, sehingga berpotensi tinggi menularkan HIV.
HIV tidak menular melalui peralatan makan, pakaian, handuk, sapu
tangan, toilet yang dipakai secara bersama-sama, berpelukan di pipi,
berjabat tangan, hidup serumah dengan penderita HIV/AIDS, gigitan
nyamuk, dan berhubungan sosial yang lain.

2.1.3 Ciri ciri terinfeksi HIV dan Aids


1)  beberapa gejala khas pada pria yang mengalami penyakit HIV, seperti:
a) Menurunnya Keinginan Seks.
Pengidap HIV dapat mengalami kondisi ini akibat testis yang
tidak menghasilkan hormon testosteron yang cukup.
b) Luka pada Bagian Penis
Sebaiknya jangan abaikan munculnya luka pada penis. Kondisi
ini bisa menjadi tanda adanya penyakit HIV pada pria. Tidak
hanya penis, luka juga rentan muncul pada bagian anus. Segera
gunakan aplikasi Halodoc dan bertanya langsung pada dokter
mengenai kondisi luka yang hilang timbul pada beberapa bagian
tersebut.
c) Nyeri saat Buang Air Kecil
Infeksi virus HIV dapat menyebabkan pengidap pria mengalami
nyeri saat buang air kecil. Perhatikan kondisi ini lebih lanjut
untuk mendapatkan pemeriksaan pada rumah sakit terdekat ketika
menimbulkan gangguan pada aktivitas sehari-hari.

2.1.4 Pencegahan HIV dan Aids


Prinsip pencegahan HIV/AIDS berdasarkan ABCDE, yaitu :
i. A (Abstinent) Tidak melakukan hubungan seksual yang tidak sah.
ii. B (Be Faithful) Tidak melakukan hubungan seksual dengan berganti-
ganti pasangan.
iii. C (Use Condom) Pergunakan kondom saat melakukan hubungan seksual
bila berisiko menularkan/tertular penyakit.
iv. D (Don’t use Drugs) Hindari penyalahgunaan narkoba.
v. E (Education) Edukasi yaitu menyebarkan informasi yang benar tentang
HIV/AIDS dalam setiap kesempatan (Philippine National AIDS Council,
2008).

2.2 Dinamika Emosi


2.2.1 Definisi Dinamika Emosi
Emosi adalah perasaan intens yang ditujukan kepada seseorang atau sesuatu.
Emosi adalah reaksi terhadap seseorang atau kejadian. Emosi dapat ditunjukkan
ketika merasa senang mengenai sesuatu, marah kepada seseorang, ataupun takut
terhadap sesuatu (Zuhairini, 1984 : 18).

Emosi dapat didefinisikan sebagai suatu perasaan yang timbul melebihi batas
sehingga kadang-kadang tidak dapat menguasai diri dan menyebabkan
hubungan pribadi dengan dunia luar menjadi putus (Zuhairini, 1984 : 18)

Definisi emosi bermacam-macam, seperti keadaan bergejolak, gangguan


keseimbangan, respon kuat dan tidak beraturan terhadap stimulus (Mahmud,
1990 : 163). Akar kata emosi adalah movere, kata kerja bahasa latin yang berarti
27 “menggerakkan, bergerak”, ditambah awalan “e-“ untuk memberi arti
“bergerak menjauh”, menyiratkan bahwa kecenderungan bertindak merupakan
hal yang mutlak dalam emosi.
Pada dasarnya, semua emosi adalah dorongan untuk bertindak, rencana
seketika untuk mengatasi masalah yang telah ditanamkan secara berangsur-
angsur oleh evolusi (Goleman, 2003 : 411). Berdasarkan pengertian yang
diberikan oleh Goleman (2003) dan definisi dari Mahmud (1990), pengertian
dari emosi secara tidak langsung juga menggambarkan pengertian dari dinamika
emosi, yaitu perluasan atau gerak dari afeksi terhadap stimulus luar (Cahyono,
2011 : 34).
Dinamika emosi yang terjadi menurut ”Feedback Loops Plutchik”
merupakan proses yang berputar atau proses feedback, dimana perilaku yang
nampak memiliki effect yang berperan sebagai akibat dari suatu peristiwa
sebelumnya dan dapat juga menjadi stimulus yang memulai suatu kejadian
selanjutnya (Rosyidah, 2010 : 117).

2.2.2 Bentuk Emosi


Menurut Ekman (1972), emosi dapat digolongkan menjadi enam, yaitu marah,
muak, takut, bahagia, sedih dan kaget. Dalam perkebanganselanjutnya Ekman
(1999) menggolongkan emosi menjadi tujuh belas macam, yaitu: girang, marah,
jijik, suka, muak, memalukan, senang, yakut, merasa bersalah, bahagia, bangga,
lega, sedih, puas, senang, puas, malu, dan kaget.

Sylvan Tomkins menggolongkan emosi cukup sederhana. Sylvan


menggolongkan emosi menjadi delapan golongan yaitu senang, gembira, kaget,
marah, jijik, sedih, khawatir, dan malu. The Li Chi menggolongkan emosi yang
lebih rinci dikemukakan oleh prinz (2004). Mengemukakan emosi menjadi
Sembilan golongan yaitu kecewa, panic, cemas, jijik (fisik), menderita, enggan
puas, rangsangan, dan kasih sayang.

Meskipun berbeda-beda pendapat para ahli tentang penggolongan emosi, tetapi


ada beberapa persamaan bentuk-bentuk emosi yaitu senang, bahagia, jijik, sedih
dan takut. Perbedaan terletak pada emosi yang lebih khusus sperti kaget dan
merasa bersalah.

2.2.3 Macam macam Emosi


Emosi yang menggambarkan perasaan sedih, kaget, marah, dan gembira
merupakan emosi yang mendekati kesamaan yang lebih universal atau umum.
Akan tetapi perasaan emosi, takut, cinta, muak, dan jijik, merupakan emosi
yang lebih bersifat khas atau khusus dan hal ini tergantung budaya, pendapat ini
dikemukakan oleh Heider (1990).

Awalnya  Ekman (1972), emosi dapat digolongkan menjadi enam golongan,


yaitu muak, bahagia, marah, takut, kaget dan sedih. Di tahun 1999 beliau
kembali menggolongkan emosi menjadi tujuh belas golongan, yakni: terkejut,
malu, puas, senang, sedih, lega, bangga, bahagia, perasaan bersalah, senang,
takut, memalukan, muak, suka, jijik, marah, dan girang.
2.2.4 Ciri ciri Emosi
Menurut pendapat Syamsu Yusuf, terdapat 3 ciri-ciri emosi pada seseorang
antara lain sebagai berikut:
1. Subjektif, emosi ini bersifat subjektif daripada berpikir.
2. Fluktuatif, emosi ini dapat bisa berubah-ubah dalam waktu singkat.
3. Dalam hubungan dengan panca indera, suatu emosi dapat timbul ketika
seseorang melihat di depan matanya.

Sedangkan menurut pendapat dari Nana Syaodih Sukmadinata, terdapat 4 ciri-


ciri emosi seseorang antara lain sebagai berikut:

1. Perubahan fisik seseorang, emosi membuat fisik seseorang mengalami


perubahan signifikan. Contohnya, ketika seseorang mengalami
ketakutan.
2. Emosi dapat diungkapkan dengan perilaku seseorang, contohnya ketika
seseorang mengalami marah.
3. Emosi terjadi pada sifat pribadi seseorang, contohnya ketika seseorang
merasa ketakutan terhadap sebuah benda.
4. Emosi sebagai motif, misalnya seseorang melakukan tindakan
kekerasan karena dipicu oleh emosi saat marah terhadap seseorang
yang dibencinya.

2.2.5 Faktor faktor yang mempengaruhi emosi


Pengaruh emosi terhadap perilaku individu (menurut Syamsu Yusuf: 2008, 115)
merupakan warna efektif yang menyertai sikap keadaan atau perilaku individu.
Yang dimaksud dengan warna efektif adalah perasaanperasaan tertentu yang
dialami pada saat menghadapi (menghayati) suatu situasi tertentu. Contohnya,
gembira, bahagia, putus asa, terkejut, benci (tidak senang), dan sebagainya.
Dibawah ini ada beberapa contoh tentang pengaruh emosi terhadap perilaku
individu di antaranya sebagai berikut :
1. Memperkuat semangat, apabila orang merasa senang atau puas atas hasil
yang telah dicapai.
2. Melemahkan semangat, apabila timbul rasa kecewa karena kegagalan
dan sebagai puncak dari keadaan ini timbulnya rasa putus asa (frustasi).
3. Menghambat atau mengganggu konsentrasi belajar, apabila sedang
mengalami ketegangan emosi dan bisa juga menimbulkan sikap gugup
(nervous) dan gugup dalam berbicara.
4. Terganggu penyesuaian sosial, apabila terjadi rasa cemburu dan iri hati.
5. Suasana emosional yang diterima dan dialami individu semasa kecilnya
akan mempengaruhi sikapnya di kemudian hari, baik terhadap dirinya
maupun terhadap orang lain.
BAB III
PAPARAN DATA PENELITIAN

3.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian


Kota Banjarmasin (Latin: Bandiermasinensis) adalah salah satu kota sekaligus
merupakan ibu kota dari Provinsi Kalimantan Selatan, Indonesia. Kota Banjarmasin
merupakan Pusat Kegiatan Wilayah (PKW), sebagai Kota Pusat Pemerintahan (Ibu kota
Provinsi Kalimantan Selatan) serta sebagai pintu gerbang nasional dan kota-kota pusat
kegiatan ekonomi nasional. Juga merupakan kota penting di wilayah Kalimantan selatan
yang saat ini memiliki posisi yang sangat strategis secara geografis.

Kota Banjarmsin termasuk salah satu kota besar di Indonesia, walau luasnya yang
terkecil di Kalimantan, yakni luasnya lebih kecil dari pada Jakarta Barat. Kota yang
dijuluki kota seribu sungai ini murupakan sebuah kota delta atau kota kepulauan sebab
terdiri dari sedikitnya 25 buah pulau kecil (delta) yang merupakan bagian-bagaian kota
yang dipisahkan oleh sungai-sungai diantaranya Pulau Tatas, Pulau Kelayan, Pulau
Rantau Kelilling, Pulau Insan dan lain-lain

Kota Banjarmasin terletak pada 3º15’ sampai 3º22’ Lintang selatan dan 11º32; Bujur
Timur, ketinggian tanah asli berada pada 0,16 M di bawah permukaan laut dan hampir
seluruh wilayah digenangi air pada saat pasang. Kota Banjarmasin berlokasi di daerah
Kuala Sungai Matapura yang bermuara pada sisi timur Sungai Barito. Letak Kota
Banjarmsin nyaris ditengah-tengah Indonesia.

Kota Banjarmasin memiliki lima kecamatan yaitu Banjarmasin Selatan, Banjarmasin


Timur, Banjarmasin Barat, Banjarmasin Utara dan Banjarmasin Tengah, dengan luas
38,27 Km² dan jumlah penduduk sebanyak 171.391 jiwa dengan rincian penduduk laki-
laki berjumlah 86.948 jiwa dan jumlah permpuan sebanyak 84.443 jiwa.

3.2 Penyajian Data


3.1.1 Identitas Subjek
Penelitian ini dilakukan di Kota Banjarmasin, dengan jumlah keseluruhan subjek
ada 3 orang, dengan karakteristik utama adalah individu yang terinfeksi HIV dan
AIDS yang berumur dari 20 sampai 35 tahun dan terinfeksi sudah 1 tahun terakhir
ini. Ketiga subjek penelitian memiliki latar belakang yang berbeda-beda, dari segi
usia, pekerjaan, dan status pernikahan. Selengkapnya ideintitas subjek dapat
dipaparkan dalam tabel berikut ini.

3.1.2 Gambaran Dinamika Emosi pada Orang dengan HIV dan AIDS
Dari hasil wawancara dan observasi, maka dapat digambarkan tentang gambaran
dinamika emosi pada orang dengan HIV dan AIDS sebagai berikut :
1. Subjek Pertama (NM)
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan peneliti kepada NM maka
dapat diketahui bahwa;
NM adalah seorang pekerja swasta di suatu hotel di sekitar Banjarmasin.
NM selain bekerja di Hotel NM dan juga bekerja sebagai wanita PSK
(Pekerja Seks Komersial) sebagai tambahan penghasilan untuk anak. NM
seorang 63 pendatang dari luar Kalimantan dari pulau Jawa. Namun NM
tinggal bersama saudara beliau di sekitar Kota Banjarmasin. NM datang ke
Banjarmasin pada tahun 2013 dan menikah pada pada tahun 2013. Pada
tahun 2014 pertengahan NM cerai dengan suaminya. Di saat NM cerai dan
bingung untuk menghidupi sorang anaknya sehingga NM berkerja di
sebuah hotel yang lumayan terkenal di kota Banjarmasin sebagai karyawan.
NM berusia 32 tahun yang statusnya sekarang janda beranak 1. NM
terinfeksi HIV dan AIDS pada tahun 2015, NM terinfeksi ini baru sekitar
setahun. Saat NM terinfeksi bukan dari suaminya namun terinfeksi
diperkirakan kerena berhubungan badan dengan pasangan yang lain
(pelanggan yang tidak mau pakai kondom). Karena kalau suaminya
terinfeksi otomatis anaknya juga, namun anaknya tidak terinfeksi
kemungkinan besar terinfeksi dari hubungan seks dengan orang lain.
Beruntung anaknya tidak menyusu pada NM namun hanya bisa menyusu
kaleng saja sehingga si anak bebas dari HIV dan AIDS.

NM terinfeksi HIV dan AIDS pada 2015 awal waktu adanya


pemeriksaan darah dari Dinas Kesehatan kota Banjarmasin NM baru
mengetahui bahwa dirinya terinfeksi HIV dan AIDS. Saat NM
mengetahuinya bahwa dirinya terinfeksi, NM merasa dirinya terguncang
hebat, perasaan menolak ada bahwa itu bukan dirinya. Tidak terima dirinya
terinfeksi, NM sampai shock tidak terima bahwa dirinya terinfeksi

NM mengalami kesedihan hampir 2 bulan kehidupan NM tak tahu arah.


Mengurung diri dikamar dan menyendiri kalau NM mengingat kejadian ini,
NM hampir pernah terlintas untuk mengakhiri hidupnya namun dirinya
terpikir bagaimana anaknya nanti. Sehingga NM bingung mendapatkan
motivasi dan semangat untuk hidup lagi. NM mulai berani bercerita dengan
saudara kandungnya HM. Saat pertama kali cerita kepada HM memang
kaget dan marah terhadap NM namun lama kemudian saudaranya itu mulai
kasihan sehingga HM (saudaranya NM) memberi nasehat dan semangat,
HM (saudara NM) sering memberi semangat dan motivasi kepada NM agar
MN ini bisa sadar akan kehidupan sebenarnya.

Setelah hampir 8 bulan menjalani masa kesedihan dan masa yang sangat
sulit NM bahwa mulai sadar dari kesedihan dan kemarahannya dalam hati.
Sehingga NM mulai membenahi diri dan memperbaiki perilaku yang dulu
sering marah-marah mulai berkurang. Mulai beradaptasi lagi dengan
masyarakat dan ikut perkumpulan ODHA di Kota Banjarmasin, di sana NM
mulai mendapatkan tambahan semangat dan motivasi dari teman-teman
yang sama-sama terinfeksi HIV dan AIDS. Hampir setahun NM terinfeksi
HIV dan AIDS dia mulai terbiasa hidup seperti orang normal biasanya.
Keadaan emosi NM sekarang setelah melalui masa kritis emosi, emosinya
mulai berlapang dada dengan semua keadaan yang telah menerimanya.
Hidup NM mulai tenang dan mulai bersemangat lagi untuk berkerja lagi.
NM tidak takut lagi dengan virus yang ada didalamnya di karenakan NM
ikut berobat ODHA di Kota Banjarmasin. Jadi NM tidak khawatir dan
sedih lagi dari HIV yang ada dalam dirinya.

2. Subjek Kedua (SA)


Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan peneliti kepada SA maka
dapat diketahui bahwa :
SA adalah seorang pekerja swasta di suatu hotel di sekitar Banjarmasin.
SA selain bekerja di Hotel NM dan juga bekerja sebagai wanita PSK
(Pekerja Seks Komersial) sebagai tambahan penghasilan untuk anak-
anaknya. SA satu teman dari NM dan juga satu profesi dengan NM. SA
pendatang dari luar Kalimantan di daerah Jawa sejak 2011. SA ini tinggal
di pesisir daerah Banjarmasin. Namun bedanya dari NM, SA ini masih
mempunyai seorang suami dan mempunyai 2 orang anak. Walau SA
mempunyai suami namun SA sabagai PSK dia mencari tambahan buat
kebutuhan sehari-hari. Suami SA ini berkerja semberaut sehingga tidak bisa
memberikan nafkah kepada keluarga.

Pada mulanya SA sedih juga kenapa keluarga SA seperti ini. SA


melakukan pekerjaan PSK mula-mulanya melihat teman banyak
mendapatkan uang, terus SA mula-mula pengen coba melakukan hal
tersebut. Melihat dorongan kebutuhan keluarga maka SA pun mau
melakukan hubungan gelap dengan laki-laki lain. Semenjak melakukan
hubungan gelap dan suaminya mulai curiga maka SA pun menjelaskan
sejujurjujurnya kepada suaminya bahwa SA ini selain bekerja di hotel SA
juga menjadi wanita penghibur.

SA mengetahui bahwa dirinya terinfeksi HIV dan AIDS pada 2015 awal
waktu adanya pemeriksaan darah dari Dinas Kesehatan kota Banjarmasin
SA baru mengetahui bahwa dirinya terinfeksi HIV dan AIDS. SA sulit
menerima keadaan bahwa SA terinfeksi. Emosi yang muncul pertama pada
SA adalah sedih dan marah, takut dikarnakan SA tahu bahwa HIV dan
AIDS tidak ada obatnya sampai sekarang ini. Emosi lainya yang muncul
setelah itu adalah marah, takut dan bahkan pernah percobaan bunuh diri.
Namun suami tahu akan mau mencoba melakukan bunuh diri. Suami
membujuk dan menyadarkan SA agar tidak melakukan hal bodoh.
Saat suami berkata seperti itu sehingga SA sadar akan tindakan ini salah,
SA sadar benar apa yang dikatakan suaminya ini bahwa kalau SA mati
bagaimana buah hati SA yang selama ini SA sayangi dan anak masih
memerlukan SA bisa tidak bisa harus menerima kenyataan. SA saat itu
belum berani menceritakan bahwa dia terinfeksi HIV dan AIDS. SA takut
suami tidak menerimanya lagi dalam keluarga. Namun suami mendesak
agar SA bisa cerita kepada suaminya. SA pun memberanikan diri untuk
menceritakan apa yang dialami SA. Suami kaget, nangis juga dia, marah
besar suami pada SA. Sangat lama suami baru memaklumi keadaan SA ini,
lambat laun suami pun sadar bahwa dia istri ku tercinta dan menerima
keadaan SA.

Disaat SA ingat akan hal terinfeksi SA mau pergi dari keluarga dan
mau memutuskan keluarga dari pada menyusahkan keluarga. Sampai SA
mau menceraikan SA namun suami tetap bersi keras untuk hidup bersama.
SA mengatakan bahwa jika terinfeksi HIV dan AIDS ini cuman bisa
bertahan 5 tahun saja. Suami pun memberikan semangat dan motivasi
kepada SA agar SA punya semangat untuk hidup lagi.

Setelah SA melewati masa di mana masa tersebut membuat dirinya


terpuruk dan tak ada gairah untuk hidup lagi dan juga hampir membuat
keluarganya berantakan karena virus yang bersarang didalam tubuhnya
SA ini. SA menyadari dan mulai tenang, damai, tidak gelisah lagi dan
tidak takut lagi menghadapi virus yang ada didalam dirinya. Sampai SA
mengatakan bahwa virus ada di dalam dirinya ini sebagai teman dan SA
minum obat ini sebagai vitamin biar sehat untuk berkerja.

3. Subjek ketiga (SI)


Berdasarkan hasil observasi dan yang telah dilakukan peneliti kepada SI
maka dapat diketahui bahwa ;
SI adalah seorang janda beranak satu yang tinggal dipesisir kota
Banjarmasin. SI seorang pekerja seks komersial (PSK) di Kota
Banjarmasin. SI termasuk teman NM dan SA, namun SI ini tidak berkerja
di hotel dan SI ini tidak bersuami lagi. SI juga bukan asli orang
Banjarmasin, SI berasal dari pulau seberang yaitu pulau Jawa Tengah. SI
bekerja sebagai PSK karena dorongan ekonomi dan menghidupi anaknya.
SI tidak bisa berkerja lain karena ketidak mempunyai terampilan, sehingga
SI bekerja sebagai PSK.

SI berada di Banjarmasin sejak tahun 2011 dan menjanda selama 3


tahun. Sekarang SI berusia 33 tahun, SI ini baru saja terinfeksi HIV pada
bulan 9 tahun 2015 tadi. SI tahu dirinya terinfeksi saat SI ngecek darah di
Puskesmas dari hasil pemeriksaan darah tersebut SI positif terinfeksi HIV,
SI pertama tidak tahu menahu saat diberi kabar dari Dinas kesehatan bahwa
SI terinfeksi. Pertamatama SI kaget dan shock mendapat kabar dari dinas
tersebut memberi kabar kepada SI. Emosi SI waktu itu sedih, takut, dan
marah pada diri sendiri, perasaan sedih ini yang SI mendalam membuat SI
terpuruk.

SI kemungkinan besar terinfeksi dari hubungan seks dari pelanggan.


Selama terinfeksi 1 bulan yang membuat SI down, di dalam pikiran SI yang
sangat menakutkan adalah mati. SI tidak mau mati kerena SI mau bahagia
dengan anaknya. SI pernah terlintas dalam pikiran saat terpuruk kalau mau
mati, mati saja lah. Orang yang punya penyakit salain HIV pasti bisa mati
juga. Apa lagi penyakit yang SI derita ini

Agar SI bisa sehat dan bahagian bersama anaknya dan juga bisa berkerja
lagi untuk memenuhi kehidupan sehari-hari. Perasaan SI mulai membaik,
kebahagian pun mulai tampak di wajah SI, setelah beberapa bulan membuat
dirinya shock dalam menjalani kehidupan. SI mendapatkan semangat untuk
menjalani kehidupan sekarang ini. Perasaan sedih, takut dan shock yang
menjadi beban dalam hidupnya sudah mulai menghilang. Yang dulunya
emosi negatif dalam dirinya menjadi beban sekarang menjadi semangat
untuk hidup lagi.

3.1.3 Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi emosi pada pasien HIV dan
AIDS
Dari hasil dan observasi dengan subjek maka dapat digambarkan tentang faktor-
faktor yang mempengaruhi emosi individu pada pasien HIV dan AIDS yaitu
sebagai berikut :

1. Subjek Pertama (NM)


Subjek NM adalah individu yang terinfeksi HIV dan AIDS sekitar 1 tahun
lebih belakang ini, NM terinfeksi HIV dan AIDS ini kemungkinan besar dari
berhubungan badan (seks) dengan pelanggannya. Sebab dari penularan
lainya tidak mungkin.

pertama kali NM mengetahui terinfeksi HIV timbullah emosinya marah,


sedih dan takut. Faktor menyebabkan timbulnya emosi pada NM, faktor
kesadaran diri sendiri yang NM rasakan maka emosi marah muncul pada
NM disebabkan NM merasa bersalah pada dirinya sendiri. NM menyadari
dirinya kenapa dia bisa terinfeksi HIV, dari keteledorannya dalam pekerjaan
sehingga NM merasakan kebersalahan pada dirinya sendiri. Faktor
lingkungan sekitar juga mempengaruhi munculnya emosi NM, karena
merasa takut akan di diskriminasi dari teman-temannya dan takut akan
sebuah kematian yang disebebkan oleh HIV dan AIDS.

NM tidak merasa takut lagi dan khawatir lagi dengan dampak HIV dalam
dirinya disebabkan NM ikut komunitas yang rutin memperhatikan dan
mengingatkan kepada NM agar minum obat untuk menambah kekebalan
tubuh agar tidak ada penyakit menyerang pada tubuhnya.

2. Subjek Kedua (SA)


Pertama SA mengetahui dia shock dan menangis sejadi-jadinya. Emosi
yang paling tampak pada SA sedih, takut dan marah. SA tahu akan HIV ini
adalah suatu penyakit yang mematikan sehingga merasa dirinya akan mati
dikarenakan penyakit yang dideritanya dan takut akan kehilangan
keluarganya. SA merasa sedih bahwa dia terinfeksi virus yang tidak ada
obatnya hingga sekarang ini. Perasaan marah pada dirinya juga
menghampiri dalam dirinya sendiri. Faktor yang mempengaruhi munculnya
emosi pada SA ini, faktor keluarga dan lingkungan sekitarnya, sehinggan
SA menjadi pasrah akan kehidupannya sekarang ini.

Setelah menjalani masa yang sangat memberi pelajaran bagi SA. SA


sekarang ini tidak lagi merasa sedih, takut dan marah pada diri sendiri.
Perasaan bahagia dan senang mulai tampak dari SA disebabkan dari pihak
teman-temn mulai menerima apa kekurangan dari SA dan malahan teman-
teman satu propesi mendorong dan memberi semangat lagi pada SA. Tidak
merasa takut lagi SA dengan virus yang mengancam dirinya lagi. Sebab SA
mulai mengonsumsi obat yang menambah kekebalan tubuh, sehingga SA
bisa merasakan kebahagian lagi dan hidup sehat walau didalam dirinya ada
virus yang sangat ganas.

3. Subjek Ketiga (SI)


SI merasa takut yang mendalam pada dirinya, perasaan takut ini yang
sering menghantuinya disetiap hari, takut akan kematian disebabkan oleh
virus ini. Faktor yang mempengaruhi dari SI, lingkungan yang membuatnya
sedih dan takut akan terbongkarnya rahasia ini terhadap teman sekitarnya
sebab SI tidak mau dijauhi dari temantemannya dan diskriminasi. Perasaan
jasmani pada dirinya yang berlebihan terhadap penyakit yang dideritanya.

Setelah sekian lama hampir berapa bulan SI menjalani terinfeksi virus


yang membuatnya terpuruk dalam kesedihan. SI mulai mendapatkan
semangat dan kebahagiaan dalam hidupnya. Saat terinfeksi emosi yang
pertama SI sekarang telah berubah hampir 90º. SI mulai tidak takut, tidak
sedih dan marah pada dirinya sendiri. Dia tidak takut lagi dengan ancaman
dari virus yang ada dalam tubuhnya. SI mulai rajin mengunsumsi obat yang
disarankan oleh pendamping kesehatan dan dari kumonitas yang dia ikuti. SI
sudah tidak sedih lagi dijauhi teman-temannya dikarenakan teman sekarang
lebih banyak dan perhatian dan memberi semangat terhadap dirinya.
Sehingga SI bisa memuai kebahagian dan ketentraman dalam hidupnya
sekarang ini.
BAB IV
PEMBAHASAN DAN PENELITIAN

Dari laporan hasil penelitian yang sudah peneliti sampaikan pada bab sebelumnya, peneliti akan
menganalisa hasil temuan tersebut berdasarkan sudut pandang kajian psikologi. Analisis tersebut
akan diuraikan unutk menjawab rumusan masalah yang peneliti kemukakan, yaitu sebagai berikut:

4.1 Gambaran Dinamika Emosi Pada Orang dengan HIV dan AIDS
Setelah memperhatikan data tentang dinamika emosi pada orang dengan HIV dan AIDS.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan peneliti terhadap ketika subjek yang terinfeksi
HIV dan AIDS yang dilakukan oleh peneliti bahwa ketiga subjek memiliki kesamaan,
perbedaan dan keunikan pada masing-masing subjek (NM, SA, SI), maka dapat
digambarkan bahwa pada dasarnya secara umum para subjek memiliki kesamaan bentuk
emosi yang mereka rasakan (marah, sedih dan takut). Perbedaan yang terdapat dari subjek
(NM, SA, SI) perasaan dan yang dirasakan oleh subjek masing-masing yang beda-beda.
Contoh NM yang stres berat dan hampir mengakhiri hidupnya yang dikeranakan
terinfeksinya HIV dalam dirinya, dan sama halnya dengan SA namun berbeda dengan SI
yang emosi down yang membuat dia terpuruk dalam rumah saja.

Menurut Goleman, emosi merujuk pada perasaan dan pikiran-pikiran yang khas, sesuatu
keadaan biologis dan psikologis dan serangkaian kecenderungan bertindak. Sedangkan
menurut pemikiran al-Ghazali emosi bisa digagaskan sebagai potensi rasa (al-qalb) dalam
psikologi modern, diartikan sebagai kekuatan psikologi yang masuk dalam domain efektif
seperti rasa cinta, benci, senang, sedih dan sikap-sikap tertentu terhadap diri sendiri dan
orang lain.

Emosi adalah keadaan internal yang memiliki manifestasi eksternal. Meskipun yang bisa
merasakan emosi hanyalah yang mengalaminya, namun orang lain kerap bisa
mengetahuinya karena emosi diekspresikan dalam berbagai bentuk. Pengalaman emosi
yang terjadi, diutarakan dalam suatu bentuk ekspresi emosi. Emosi negatif (emosi yang
tidak menyenangkan), yaitu emosi yang menimbulkan perasaan negatif pada ornag yang
mengalami diantaranya adalah emosi sedih, marah, benci dan takut. Emosi marah, sedih,
senang, takut, dan emosi lainnya sering diungkapkan melalui ekspresi wajah, gerak tangan,
tubuh, ataupun nada suara. Ekspresi nonverbal banyak berhubungan dengan situasi
budaya setempat dan perubahan fisiologis banyak menentukan kesehatan orang.

Dari kebanyakan responden pertanyaan emosi apa yang muncul pertama kali saat positif
terinfeksi HIV dan AIDS adalah emosi sedih, takut dan marah. Emosi tersebut ialah bentu
dari emosi negatif, yaitu emosi yang tidak menyenangkan dan menimbulkan perasaan
negatif pada orang yang mengalaminya.

Seperti pada subjek NM yang terinfeksi HIV. Ia adalah pekerja swasta di suatu hotel di
sekitar Banjarmasin. Selain bekerja di Hotel NM dan juga bekerja sebagai wanita PSK
(Pekerja Seks Komersial). NM berusia 32 tahun yang statusnya sekarang janda beranak
satu. NM terinfeksi HIV dan AIDS pada tahun 2015, NM terinfeksi ini baru sekitar setahun.
Saat NM mengetahuinya bahwa dirinya terinfeksi, NM merasa dirinya terguncang hebat,
dan adanya perasaan menolak dan tidak terima bawa dirilah yang terinfeksi. Perasaan atau
emosi yang pertama kali muncul adalah sedih, marah, bingung bimbang, kecewa, stress
dan hampir hidup putus asa yang paling NM rasakan saat itu. Emosi sedih dan marah yang
paling dominan ia rasakan pada diri sendiri, bahkan sampai melampiaskannya dengan
orang yang di dekatnya.

Emosi yang munculnya disebabkan oleh perasan yang berlebihan dan juga kehawatiran
yang berlebihan sehingga muncullah emosi marah, sedih dan takut. Hingga membuat para
subjek terpuruk akibat kehawatirannya.

Hal hampir serupa juga terjadi pada subjek SA, ia adalah seorang pekerja swasta di suatu
hotel di sekitar Banjarmasin. SA selain bekerja di Hotel NM dan juga bekerja sebagai wanita
PSK (Pekerja Seks Komersial). SA mengetahui bahwa dirinya terinfeksi HIV dan AIDS pada
2015. Saat itu ia sulit menerima keadaan bahwa ia terinfeksi. Emosi yang muncul pertama
pada SA adalah sedih dan marah dan juga takut dikarnakan SA tahu bahwa HIV dan AIDS
tidak ada obatnya sampai sekarang ini. Bahkan SA pernah melakukna percobaan bunuh
diri. Namun suaminya berhasil membujuk dan menyadarkan SA agar tidak melakukan hal
tersebut.

Subjek ketiga yaitu SI yang seorang janda beranak satu yang tinggal di pesisir kota
Banjarmasin juga seorang pekerja seks komersial (PSK), juga merasakan emosi yang hampir
sama. SI diketahui baru saja terinfeksi HIV pada bulan 9 tahun 2015 tadi. Ketika ia divonis
terinfeksi HIV, SI sangat kaget dan shock. Emosi yang ia rasakan waktu itu adalah sedih,
takut, dan marah pada diri sendiri, perasaan sedih ini yang SI mendalam membuat SI
terpuruk. SI setiap hari menangis selama hampir sebulan terus dan mengurung diri di
dalam kamar.

Emosi yang subjek rasakan pada saat pertama kali mendapat kabar atau informasi bahwa
mereka terinfeksi HIV dan AIDS mengalami perubahan saat ini. Seperti yang dikatakan
Yusup bahwa salah satu cirri emosi adalah bersifat fluktuatif ( tidak tetap) dan juga banyak
bersangkut paut dengan peristiwa pengenalan indera.

Perubahan emosi juga dirasakan oleh subjek SA, berkat suami yang selalu memberikan
dukungan juga buah hatinya, emosi yang dulu dirasakan SA perlahan mulai berkurang
intensitasnya terutama rasa kesedihannya. Selama enam bulan lamanya, SA mengaku
kembali tumbuh semangat dan motivasi dalam dirinya sekarang. Ia mulai bisa menerima
keadaannya dan penyakit yang di deritanya. SA sadar bahwa penyakit ini dia jadikan saja
teman hidupnya dan obat-obat yang disediakan itu dianggap SA sebagai vitamin untuk
hidupnya sehari-hari jadi kan bisa menambah semangat. SA juga ikut komunitas ODHA
Banjarmasin dan SA berkerja lagi seperti biasanya di tempat yang sama.

Subjek 3 SI juga merasakan hal yang sama, walaupun perubahannya kecil emosinya,
karena ia relative masih baru terkena infeksi. SI yang awalnya penuh dengan emosi negatif
yang membuat SI terpuruk dan selama hampir sebulan SI sakit di atas kasur saja tidak bisa
bekerja karena lemah baik fisik dan mental. SI juga mendapat pendampingan dari pihak
puskesmas agar bisa mendapatkan semangat untuk hidup lagi.selain itu ia juga bergabung
dengan komunitas jaringan ODHA di Banjarmasin. Sekarang emosinya mulai positif, seperti
semangat dan motivasi.

4.2 Faktor Yang Mempengaruhi Muncul Emosi pada Orang HIV dan AIDS
Sesuai dengan hasil paparan masalah dalam hal ini faktor yang mempengaruhi munculnya
emosi pada orang HIV dan AIDS, yaitu ada dua yaitu dari dalam diri (internal) yang bisa
mempengaruhi emosi seseorang dan juga faktor luar dalam dirinya (ekstren).

Semua subjek (NM, SA,dan SI) mengetahui tentang virus HIV yang sangat membahayakan
dari pekerjaannya dan pada dirinya mereka pribadi HIV dan AIDS suatu virus yang sangat
mematikan dan tidak ada penawarnya belum sampai sekarang ini. Hingga akhirnya semua
subjek takut akan dirinya mati dikarenakan oleh virus ini, dan sedih kalau teman-temanya
mengetahui kalau dia terinfeksi HIV. Sehingga teman-temannya menjauhinya dan tidak mau
lagi bergaul dengan semua subjek di penelitian ini.

Dalam hal ini nampak bahwa pengaruh lingkungan semua subjek yaitu teman satu
pekerjaan yang mempengaruhi munculnya emosi pada dirinya, seperti dalam teori faktor
yang mempengaruhi individu bisa berasal dari dalam diri (internal) maupun dari luar
(ekstern), yaitu bisa dari keluarga maupun lingkungan, tempat tinggal dimana dia tinggal,
yang dalam hal seperti yang terjadi pada semua subjek. Emosi pada semua subjek ini
dipengaruhi oleh lingkungan sekitar dia berada. Selain pengaruh ekstern dari luar yaitu
teman satu pekerjaan kemudian juga masuk kepada pengaruh pada dari dalam dirinya
sendiri (intren), yaitu persepsi dari diri subjek tersebut.

Lingkungan atau masyarakat merupakan pembimbing dan pendidik kepribadian


seseorang. Karena didalam lingkunganlah kita belajar secara langsung dan tidak langsung.
Secara cara langsung artinya sesuai dengan apa yang kita lihat pada saat itu. Secara tidak
langsung artinya dengan tidak sengaja kita mendengar atau melihat orang-orang disekitar
yang pernah terinfeksi HIV dan AIDS, yang dalam hal ini lingkungan tersebut adalah teman
sebaya atau teman sepergaulan sehari hari, dan ini termasuk kepada teori faktor yang
mempengaruhi berasal darii luar (Ekstrn).

Ada pun faktor-faktor yang sering mendominasi mempengaruhi munculnya emosi seseorang
yang terinfeksi HIV adalah sebagai berikut:

1. Jenis Kelamin
Jenis kelamin membedakan suatu emosi seseorang antara kelamin wanita dan lelaki.
Secara otomatis perbedaan emosi antara Pria dan Wanita berbeda. Yang mana subjek
dipenelitin ini semunya wanita, perasaan wanita sangatlah mendalam atau bisa dibilang
emosi seorang wanita ini sangat sensitif. Maka emosi yang wanita dalam penelitian ini
82 terbukti bahwa emosi perempun sangat sensitif. Karena perasa subjek yang diderita
sangat mendalam.

2. Usia
Kematangan emosi dipengaruhi oleh tingkat pertumbuhan dan kematangan fisiologis
seseorang.Semakin bertambah usia, kadar hormonal seseorang menurun sehingga
mengakibatkan penurunan pengaruh emosil seseorang.
3. Perubahan Jasmani

Perubahan Jasmani yaitu perubahan hormon-hormon yang mulai berfungsi sesuai


dengan jenis kelaminnya masing-masing. Dalam penelitian ini adanya perubahan kondisi
fisik subjek yang berubah dikarenakan terinfeksi virus yang dianggap subjek ganas.

4. Perubahan Pandangan Luar Perubahan Pandangan Luar dapat menimbulkan konflik


dalam emosi seseorang. Yang dimaksud dalam perubahan pandangan luar dari
penelitian ini, perubahan lingkungan yang memandang subjek ini seorang yang
mempunyai penyakit yang bisa menularkan kepada siapa saja yang ada didekatnya.

Seperti halnya subjek NM adalah individu yang terinfeksi HIV dan AIDS sekitar 1 tahun
lebih belakang ini. NM terinfeksi HIV dan AIDS ini dari berhubungan badan (Seks) dengan
pelanggannya. NM merasa sedih mendengar dirinya terinfeksi. NM juga tahu bahwa virus ini
bisa menular pada siapa saja yang bergaul dengan dirinya, dan virus ini sangat ditakuti oleh
para PSK. NM merasa takut kalau teman dan pelanggannya tahu bahwa dirinya terinfeksi.
Kalau teman NM mengetahui maka dia tidak bisa bergaul bersama lagi seperti biasanya dan
bisa-bisa NM dijauhi temannya dia tidak mau jauh dari teman-temannya.

Sehingga pada saat pertama kali NM mengetahui terinfeksi HIV timbullah emosinya marah,
sedih dan takut. Faktor menyebabkan timbulnya emosi pada NM, faktor kesadaran diri
sendiri yang NM rasakan maka emosi marah muncul pada NM disebabkan NM merasa
bersalah pada dirinya sendiri. NM menyadari dirinya kenapa dia bisa terinfeksi HIV, dari
keteledorannya dalam pekerjaan sehingga NM merasakan kebersalahan pada dirinya sendiri.
Faktor lingkungan sekitar juga mempengaruhi munculnya emosi NM, karena merasa takut
akan didiskriminasi dari teman-temannya dan takut akan sebuah kematian yang disebebkan
oleh HIV dan AIDS.
Dalam hal faktor yang mempengaruhi munculnya emosi pada orang HIV dan AIDS. Teman SI
menjelaskan kalau terinfeksi virus ini kamu tidak akan bisa sembuh dan juga segala penyakit
akan mudah datang pada dirimu.

Sehingga munculah emosi takut dan sedih pada SI ini. Faktor dari dalam diri intern dalam
dirinya, dan lingkungan SI berada disekitarnya. Setelah subjek NM, SA dan SI menjalani masa
di mana membuat memereka drop atau down menjalani kehidupannya. Mereka pun
mendapat semangat dan ketenangan dalam menjalani kehidupan sekarang ini. Virus yang
ada dalam diri mereka tidak takut lagi.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dari uraian dan pembahasan yang telah dijabarkan panjang lebar pada babbab sebelumnya,
maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa dinamika emosi pada orang HIV dan AIDS adalah :

1. Dinamika emosi yang terdapat pada subjek yang paling tampak muncul dari diri subjek
adalah emosi marah, sedih, dan takut menghadapi kehidupan dan kematian saat terinfeksi
HIV. Pasien HIV ini mendapat kesadaran akan HIV yang menyerangnya dalam diri. Walau
dengan proses yang lama untuk mendapatkan kesadaran dan semangat dalam diri
mereka. Semua penyakit bisa membuat mati seseorang tidak hanya HIV ini saja. Sehingga
pasien sadar dan mendapat semangat untuk hidup lagi seperti orang biasa yang tidak
mengidap penyakit dan HIV. Subjek sekarang tidak takut lagi dengan lingkungan yang
membuatnya diskriminasi didalam lingkungan dia tinggal, tidak sedih lagi teman-
temannya untuk menjauhi dan meninggalkannya dan marah pada dirinya sendiri karena
perbuatan yang mereka lakukan. Sehingga semua subjek bisa merasakan kebahagiaan lagi
dalam hidup meraka walau masih mengidap HIV dalam dirinya.

2. Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi munculnya emosi pada orang HIV dan AIDS
adalah karena persepsi diri pribadi yang di dorong oleh perasaan dalam diri individu yaitu
perasaan takut, sedih dan marah yang dirasakan oleh para subjek dan lingkungan di mana
subjek bertempat tinggal yang diskriminasi oleh lingkungan mereka tinggal. Sehingga
individu merasakan ketakutan, marah dan sedih, dikarenakan terinfeksinya HIV dalam
dirinya.

5.2 Saran saran


1. Untuk para pemerintah, khususnya pemerintah kota Banjarmasin agar bisa lebih
memperkenalakan atau mensosialisasikan bagaimana HIV dan AIDS sebenarnya, cara
penularan, cara pencegahan dan cara pengobatan agar masyarakat kota Banjarmasin ini
tidak ada diskriminasi dan tidak ada penularan HIV dan AIDS.
2. Untuk kalangan para ulama dan kita sebagai mahasiswa, khususnya yang beragama
muslim untuk selalu menyiarkan agama, memberikan nasehat kepada mereka-mereka
yang belum mendalami ilmu agama.
3. Untuk subjek khususnya yang terinfeksi HIV sebaiknya agar bisa membuka diri pada setiap
permasalahan yang dihadapi, interaksi dn kontak sosial yang sangat penting pada dinas
kesehatan dan yang terkait dengan penanganan HIV dan AIDS di kota Banjarmasin pada
khusunya maupun dikota-kota lainnya.
4. Untuk keluarga subjek diharapkan agar lebih sering memperhatikan dan membimbing
subjek untuk selalu mengingat kepada kebaikan, dn sering mengingat kepada Allah SWT.
5. Untuk masyarakat pada umumnya diharapakan agar lebih bisa membuka wawasan
mengenai virus HIV dan AIDS. Karena virus ini merupakan virus yang penyebarannya
bukan lewat bergaul bercengkrama namun penyebarannya melalui hubungan seks.
Daftar Pustaka

Rifki Rifani, 1101451212. Dinamika Emosi Pada Orang dengan HIV AIDS (ODHA) (Studi Kasus di Kota
Banjarmasin). Jurusan Psikologi Islam, Fakultas Ushuluddin dan Humaniora. Pembimbing: Dr. Ahmad
Suriadi, MA (I) dan Yulia Hairina, M.Psi (II)

Adawiyah, Robiatul. Peranan Tipe-tipe Pemaafan Terhadap Pengendalian Emosi pada Istri yang Menjadi
Korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT), Skripsi Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta 2008.

Andarmoyo, Sulistyo: Psikoseksual dalam pendekatan konsep dan keperawatan. Jogjakarta : Ar-Ruzz
Media, 2012.

Ardi, Muhammad, Dinamika kehidupan janda cerai Studi kasus janda dibanjarmasin 2015. Skripsi IAIN
Antasari Banjarmasin

Asa, Ilma Wishesa dan Veronika Suprapti, Dalam Jurnal “Dinamika Emosi Remaja Perempuan yang
sedang Mengalami Kekerasan Dalam Berpacaran.” Jurnal Psikologi Pendidikan dan Perkembangan
Fakultas Psikologi Airlangga Volume 3, No 3, Desember 2014.

Barni, Mahyudin. Emosi Manusia dalam Al-Qur’an, Banjarmasin: Antasari Press Banjarmasin 2014.

Basrowi dan Suwandi, Memahami Penelitian Kualitatif, Jakarta: Renika Cipta, 2008.

Djufri, Sutarni.http://HIV AIDS/WOMEN,HIV AND AIDs_Midwifery Educator STIKes Aisyiyah Blog.html


diakses 3 April 2016.

F. Patty, Kasmiran Woeryo, Moh. Nor Syam, Wayan Ardhana dan Indung A. Saleh’ Penganter Psikologi
Umum”, Surabaya cetakan Ke IV Tahun 1982

Hadziq, Abdullah. Meta Kecerdasan dan Kecerdasan Multikultural, Pemikiran Psikologi Sufistik al-Ghazali,
Semarang : RaSAIL Media Group,2013.

Hermawati, Pian “Hubungan Persepsi ODHA Terhadap HIV/AIDS Masyarakat dengan Interaksi Sosial pada
ODHA”, Skripsi Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2011.

Anda mungkin juga menyukai