Tahun 2017-2018
Disusun Oleh :
1. Asih Widyati
2. Heni Purwanti
3. Ida Nurmalita
4. Iriani
5. Rini Dwi Wahyuni
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah seminar yang berjudul “Asuhan
Keperawatan Jiwa Pada Tn. HT dengan Masalah Utama Halusinasi Pendengaran di
Panti Rehabilitasi Mental Griya Bhakti Medika Tangerang“. Makalah seminar ini
merupakan salah satu bentuk penugasan dalam profesi keperawatan jiwa yang kami
laksanakan selama 3 minggu, dari tanggal 18 Desember 2017 sampai dengan 5 Januari 2018.
Penyusunan makalah seminar ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu
kami mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1. Bapak H. Sirwan, S.Sos, MM selaku Ketua Yayasan Panti Rehabilitsai Mental Griya
Bhakti Medika Tangerang.
2. Bapak Ir. Peters M. Simanjuntak, MBA selaku Ketua StiKes IMC Bintaro
3. Ibu Ns. Sri Supami, S.Kep, S.Pd, M.Kes selaku Pembimbing Materi di IMC Bintaro.
4. Bapak Ns. Muhammad Syaiful, S.Kep, selaku Pembimbing Lapangan di Panti
Rehabilitasi Griya Bhakti Tangaerang.
5. Teman-teman kelompok 2 yang telah bekerja dan berusaha semaksimal mungkin untuk
menyelesaikan makalah seminar ini.
6. Seluruh pihak yang telah membantu dalam proses pembuatan makalah ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih banyak kekurangannya, oleh
karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari semua pihak.
Kelompok 2
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................1
3
BAB V PEMBAHASAN..................................................................................24
5. Diagnosa Keperawatan: GSP: Halusinasi............................................25
4.2 Diagnosa Keperawatan: Isolasi Sosial...............................................20
4.3 Diagnosa Keperawatan: Harga Diri Rendah......................................25
4.4 Diagnosa Keperawatan: Resiko Perilaku Kekerasan.........................26
BAB VI PENUTUP..........................................................................................27
6.1 Kesimpulan........................................................................................27
6.2 Saran .................................................................................................28
Daftar Pusataka
4
BAB I
PENDAHULUAN
WHO, (2009) memperkirakan terdapat 450 juta jiwa diseluruh dunia yang
mengalami gangguan mental, sebagian besar dialami oleh orang dewasa muda antara usia
18-21 tahun, hal ini dikarenakan pada usia tersebut tingkat emosional masih belum
terkontrol. Di indonesia sendiri prevalensi penduduk yang mengalami gangguan jiwa
cukup tinggi, data WHO, (2006) mengungkapkan bahwa 26 juta penduduk Indonesia atau
kira-kira 12-16 % mengalami gangguan jiwa. Berdasarkan data Departemen Kesehatan,
jumlah penderita gangguan jiwa di Indonesia mencapai 2,5 juta jiwa.
Secara umum gangguan jiwa bisa di bedakan menjadi dua kategori yaitu psikotik
dan non-psikotik yang meliputi gangguan cemas, psikoseksual, kepribadian, alkoholisme,
dan menarik diri. Gangguan jiwa psikotik meliputi gangguan jiwa organik dan non-
organik. Gangguan jiwa organik meliputi delirium, epilepsi dan dimensia, sedangkan
1
gangguan jiwa non-organik meliputi skizofrenia, waham, gangguan mood, psikosa
(mania, depresi), gaduh, gelisah, dan halusinasi (Kusumawati, 2010).
Pasien dengan halusinasi jika tidak segera ditangani akan memberikan dampak
yang buruk bagi penderita, orang lain, ataupun lingkungan disekitarnya, karena pasien
dengan halusinasi akan kehilangan kontrol dirinya. Pasien akan mengalami panik dan
perilakunya dikendalikan oleh halusinasinya, pada situasi ini pasien dapat melakukan
bunuh diri (suicide), membunuh orang lain (homicide), bahkan merusak lingkungan.
Untuk meminimalkan dampak yang ditimbulkan dibutuhkan peran perawat yang optimal
dan cermat untuk melakukan pendekatan dan membantu klien memecahkan masalah yang
dihadapinya dengan memberikan penatalaksanaan untuk mengatasi halusinasi.
Penatalaksanaan yang diberikan antara lain meliputi farmakologis dan non-farmakologis.
Penatalaksanaan farmakologis antara lain dengan memberikan obat-obatan antipsikotik.
Adapun penatalaksanaan non-farmakologis dari halusinasi dapat meliputi pemberian
terapi-terapi modalitas (Direja, 2011).
Dari data 3 bulan terakhir yang didapatkan di Panti Rehabilitasi Griya Bhakti
Medika Tangerang tercatat ada 38 pasien yang dirawat dimana masalah halusinasi
2
menjadi urutan yang pertama yaitu sebanyak 23 orang, kemudian disusul dengan DPD 6
orang, RPK 4 orang, isolasi sosial 3 orang dan waham 2 orang. Halusinasi adalah salah
satu diagnosa yang paling sering menjadi alasan kenapa seseorang di rawat di RS Jiwa
atau Panti Rehabilitasi. Pasien yang mengalami halusinasi apabila tidak dilakukan asuhan
keperawatan akan mengakibatkan perilaku kekerasan. Melihat fenomena dan data yang
telah diperoleh maka kelompok tertarik untuk memilih kasus halusinasi
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mengaplikasikan asuhan keperawatan dalam mengatasi permasalahan kesehatan
masalah utama halusinasi.
3
cukup kompleks. Tn. HT (42 th)pernah mendengar suara-suara perempuan yang
mengatakan bahwa dirinya “berhati busuk” dengan frekuensi tidak menentu, dari
halusinasinya itu klien mengatakan pernah merusak pintu kamar dan sering melempar
barang-barang yang beresiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan. Sebelum
dirawat di Panti Rhabilitasi Griya Bhakti Medika Tangerang Tn. HT sebelumnya juga
pernah dirawat jalan di Klinik Duta Merlin dengan masalah yang sama. Menurut
pengakuan Tn. HT dan data dari rekam medis Tn. HT mengalami gangguan jiwa sudah
20thn yang lalu.
Asuhan keperawatan pada Tn.HT dilakukan sejak tanggal 19Desember 2017.
Strategi yang dilakukan kelompok adalah menunjuk salah satu anggota kelompok untuk
memulai interaksi untuk membina hubungan saling percaya dengan klien. Selanjutnya
implementasi dan evaluasi dilakukan sesuai masalah yang ditemukan secara bergantian
oleh anggota kelompok yang lain. Pada setiap terminasi, tim melakukan tindak lanjut
pada klien dan evaluasi oleh anggota kelompok yang selanjutnya kelompok melakukan
diskusi untuk membahas masalah keperawatan klien dan dikonsultasikan dengan
pembimbing akademik dan pembimbing lahan untuk mendapat masukan atau saran
sehingga malakah/laporan ini diseminarkan. Setelah beberapa kali konsultasi dengan
pembimbing maka makalah seminar siap untuk dipresentasikan pada tangggal 5 Januari
2018 di aulaPanti Rehabilitasi Griya Bhakti Medika Tangerang
4
BAB II
GAMBARAN KASUS
2.1 Pengkajian
Tn.HT umur 42 tahun, belum menikah, pendidikan SMA, alasan masuk rumah
sakit klien sering marah-marah tanpa sebab, berbicara sendiri dan suka melempar barang-
barang di rumahnya. Saat pengkajian diperoleh data klien mengatakan pernah mendengar
suara perempuan, bisikan Tuhan dari kipas angin dan suara air kran yang tidak berhenti
saat sedang menyendiri di kamar. Sebelumnya klien pernah dirawat jalan di Klinik Duta
Merlin dengan keluhan yang sama yaitu halusinasi. Pada saat berbincang-bincang sikap
klien kooperatif, bicara kadang inkohern, klien berbicara sendiri dan tidak jelas namum
saat ditanya klien menyangkal adanya halusinasi.
Dari hasil wawancara dengan klien dan dari data rekam medis, klien mengatakan
anak ketiga dari lima bersaudara, saat ini klien tinggal bersama dengan orang tua dan 1
orang kakak laki-lakinya yang sudah menikah.Klien mengatakan sebelumnya klien adalah
seorang karyawan bengkel dan pedagang kopi keliling namun klien tidak pernah
merasakan hasil dari jerih usahanya karena duitnya sering dipinjam oleh salah satu
anggota keluarganya dan sering tidak dikembalikan, sehingga klien merasa kesal. Klien
mengatakan jika ada masalah dipendam sendiri dan memilih mengurung diri di kamar.
Klien mengatakan disaat sendiri timbul suara-suara perempuan yang mengatakan bahwa
dirinya “berhati busuk” yang membuat klien bertambah kesal sehingga merusak pintu
kamar dan melempar barang-barang di rumahnya.Klien mengatakan suara-suara yang
membisikkan telinganya datang pada saat malam hari dan sendiri dengan frekuensi tidak
menentu.
5
2.2 Masalah Kesehatan
1. Halusinasi Pendengaran
Data Subyektif:
- Klien mengatakan pernah mendengar suara air kran terus menerus tanpa berhenti
saat malam hari
Data Obyektif :
- Klien mengucap suara yang tidak jelas jika diajak bercakap-cakap terlalu lama
- Bicara pelan
- Afek datar
2. Isolasi Sosial
Data subyektif:
Data Obyektif :
- Klien terlihat menyendiri dan melihat orang lain dari jendela kamarnya
- Bicara seperlunya
6
- Klien lebih sering terlihat tidur
- Afek datar
Data Subyektif:
- Klien mengatakan tidak mau berjualan kopi keliling lagi, hanya ingin bekerja
menjadi karyawan bengkel
- Klien mengatakan takut jika berjualan lagi maka duitnya akan habis karena
dipinjam dan tidak dikembalikan.
- Klien mengatakan jarang bergaul dengan tetangga rumahnya karena malu dengan
kondisinya.
Data Obyektif :
Data Subyektif:
Data Obyektif :
7
2.3 Pohon Masalah dan Diagnosis Keperawatan
1. Pohon Masalah
Resiko mencedarai diri sendiri, orang
lain dan lingkungan
GSP: Halusinasi
Pendengaran
Isolasi Sosial
2. Diagnosa keperawatan
2) Isolasi Sosial
8
BAB III
LANDASAN TEORI
3.1.1 Definisi
Gangguan persepsi sensori merupakan ketidakmampuan individu dalam
mengidentifikasi dan menginterpretasi stimulus sesuai dengan informasi yang
diterima melalui pancaindera.
Halusinasi adalah persepsi klien terhadap lingkungan tanpa stimulus yang nyata
artinya klien menginterpretasikan sesuatu yang nyata tanpa stimulus / rangsangan
dari luar (eksternal) (Budi Anna Keliat, 1998)
2. Halusinasi penglihatan
Klien melihat gambaran yang jelas atau samar tanpa adanya stimulus yang
nyata dari lingkungan, dengan kata orang yang berada di sekitar tidak
melihat gambaran seperti apa yang dikatakan klien.
3. Halusinasi penciuman
Klien mencium sesuatu yang bau yang muncul yang muncul dari sumber
tertentu tanpa stimulus yang nyata, artinya orang yang berada di sekitar
tidak mencium sesuatu seperti apa yang dirasakan klien
9
4. Halusinasi Pengecapan
Klien merasakan sesuatu yang tidak nyata, biasanya merasakan makanan
yang tidak enak.
5. Halusinasi Perabaan
Klien merasakan sesuatu pada kulitnya tanpa stimulus yang nyata.
10
pedagang kopi merasa dirinya tidak pernah menikmati hasil jerih
payahnya karena duit dari hasil bekerjanya selalu dipinjam dan tidak
pernah diganti. Klien merasa kesal namun disimpan sendiri sehingga
emosinya tidak stabil yang menyebabkan klien mengurung diri di kamar.
Proses halusinasi timbul ketika klien mengurung diri, penyebab dari
tingkat stressor yang tinggi menyebabkan emosi klien berlebihan
sehingga proses pikir terganggu dan menyebabkan klien merasa ada yang
membisikkan dan mengganggu jiwanya, sehingga klien juga beresiko
mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungannya. Karena
pandangan teman-temanya tentang Tn.HT yang mengalami gangguan
jiwa membuat klien malu dan malas berinteraksi dengan lingkungan
dirumah.
Pada kasus Tn. HT, faktor presipitasi adalah dari stressor lingkungan dan
pemicu gejala. Tn.HTmengatakan dirinya merasa kesal karena faktor
ekonomi sehingga klien mengurung diri di kamar dan pemicu gejalanya
11
adalah stimuli dari proses pikirnya yang menimbulkan episode baru suatu
penyakit yaitu halusinasi. Dari data wawancara dengan klien, klien
mengatakan sering berbicara sendiri, melempar barang-barang rumah dan
merusak pintu kamar. Sedangkan dari data rekam medis didapatkan bahwa
klien pernah mengalami gangguan jiwa 20thn yang lalu. Perilaku klien
sebelum dibawa ke Panti Rehabilitasi Mental Griya Bhakti Medika, klien
menunjukkan perilaku yang aneh sampai-sampai memasukkan kotorannya
sendiri ke dalam lemari es. Sehingga keluarga memutuskan untuk
membawa dan merawat Tn.HT di Panti Rehabilitasi Griya Bhakti Medika 1
thn yang lalu.
Rentang respon
Neurobiologik
Respon Adaptif
Respon mal adaptif
12
3.4 Halusinasi dibagi menjadi empat fase
1. Fase pertama
Klien mengalami perasaan cemas, perasaan yang terpisah dari kelurga dan
lingkungan, bisa juga mengakibatkan stres dan rasa kesepian.
2. Fase kedua
Kecemasan meningkat sehubungan dengan pengalaman internal dan eksternal.
3. Fase ketiga
Pada fase ini halusinasi lebih menonjol dan dapt mengontrol serta menguasai
klien.
4. Fase keempat
Klien menjadi tidak berdaya melpaskan diri dari hal-hal yang menyenangkan
berubah jadi ancaman, memarahi, memerintah klien tidak dapat berhubungan
dengan orang lain karena sibuk dengan dunianya.
Pada kasus Tn. HT, dari hasil pengkajian Tn. HT berada di rentang respon
neurobiologik.
1. Menarik diri
2. Duduk terpaku dengan pandangan mata kesatu arah
3. Senyum dan bicara sendiri
4. Menyatakan mendengar suara atau melihat, mengecap, menghirup dan merasa
sesuatu tidak nyata
5. Merusak diri sendiri / orang lain / lingkungan.
6. Tidak dapat memusatkan perhatian dalam konsentrasi
7. Ketakutan, nadi cepat, napas terengah-engah
8. Gelisah
13
3.6 Mekanisme Koping
Menurut Kelliat (1998) perilaku yang mewakili untuk menanggulangi diri sendiri
dari pengalaman yang menakutkan berhubungan degan respon neurobiologik.
Isolasi sosial
14
3.9 Masalah Keperawatan dan Data yang perlu Dikaji
a) Masalah Keperawatan :
1. GSP: Halusinasi Pendengarn
2. Isolasi Sosial
3. Harga Diri Rendah
4. Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
b) Data yang perlu dikaji:
1. Data Subjektif
Klien mengatakan: pernah mendengar suara/ bisikan perempuan, klien
pernah mendengar suara Tuhan, klien pernah mendengar suara air kran
tanpa berhenti, suara perempuan dan bisikan Tuhan datang saat klien
sedang sendiri.
2. Data Objektif
Klien tampak melamun saat sendiri, bicara inkohern, klien mengucap suara
yang tidak jelas jika diajak bercakap-cakap terlalu lama, klien tampak
bicara sendiri saat sedang sendiri, bicara kadang tidak fokus namun masih
bisa diarahkan, afek datar.
3.10Tindakan Keperawatan
1. GSP : Halusinasi Pendengaran
Tujuan umum : klien dapat mengontrol halusinasi
Tujuan khusus :
1) Klien dapat membina hubungan saling percaya
2) Klien dapat mengenal halusinasi
3) Klien dapat mengontrol halusinasi
4) Klien dapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol halusinasinya
5) Klien dapat memanfaatkan obat dengan baik
Prinsip tindakan yang telah dilakukan yaitu :
SP 1 : Mengidentifikasi jenis, isi, waktu, frekuensi, respon pasien
terhadap halusinasi, mengajarkan klien cara mengontrol
halusinasi dengan cara yang pertama yaitu menghardik,
15
caranya menutup telinga dan berkata pergi-pergi kamu suara
palsu
SP 2 : Melatih klien cara mengontrol halusinasi dengan cara
yang ke 2 yaitu bercakap-cakap dengan orang lain
SP 3 : Melatih klien cara mengontrol halusinasi dengan cara
yang ke 3 yaitu melakukan kegiatan yang biasa dilakukan.
SP 4 : Memberikan penkes tentang penggunaan obat secara
teratur.
2. Isolasi Sosial
Tujuan Umum : klien dapat melakukan interaksi sosial secara optimal
Tujuan Khusus :
1) Klien dapat membina hubungan saling percaya
2) Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri
3) Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain
dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain
4) Klien dapat melaksanakan hubungan secara bertahap
5) Klien dapat menjelaskan perasaannya setelah berhubungan social
6) Klien mendapat dukungan dari keluarga dalam memperluas hubungan
social
16
3. Harga Diri Rendah
Tujuan umum : klien dapat meningkatkan harga dirinya
Tujuan Khusus :
1) Klien dapat membina hubungan saling percaya
2) Klien dapat mengidentifikasi aspek positif dan kemampuan yang
dimiliki
3) Klien dapat menilai kemampuan yang dimiliki untuk dilaksanakan
4) Klien dapat merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang
dimiliki
5) Klien dapat melakukan kegiatan sesuai rencana yang dibuat
6) Klien dapat memanfaatkan system pendukung yang ada
Prinsip tindakan yang telah dilakukan yaitu :
SP 1 : Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki klien, membantu klien menilai kemampuan klien
yang masih dapat digunakan, membantu klien memilih
kegiatan yang akan dilatih sesuai dengan kemampuan
klien, melatih klien sesuai kemampuan yang dipilih,
memberikan pujian yang wajar terhadap keberhasilan klien,
menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan
harian.
SP 2 : Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien, melatih
kemampuan kedua, menganjurkan klien memasukkan
dalam jadwal kegiatan harian.
17
5) Klien dapat mengidentifikasi cara yang konstruktif dalam merespon
terhadap kemarahan
6) Klien dapat melakukan cara mengontrol perilaku kekerasan
7) Klien dapat dukungan keluarga dalam mengontrol perilaku kekerasan
8) Klien dapat menggunakan obat yang benar
Prinsip tindakan yang telah dilakukan yaitu :
SP 1 : Mengidentifikasi penyebab, tanda-tanda dan akibat perilaku
kekerasan, menyebutkan cara mengontrol perilaku
kekerasan, mengajarkan klien cara mengontrol perilaku
kekerasan dengan cara latihan fisik yang pertama yaitu
dengan tekhnik relaksasi “tarik napas dalam”.
SP 2 : Mengajarkan klien cara mengontrol perilaku kekerasan
dengan cara latihan fisik yang kedua yaitu dengan memukul
bantal.
SP 3 : Mengajarkan klien cara mengontrol perilaku kekerasan
dengan cara sosial dan spiritual
SP 4 : Memberikan penkes tentang penggunaan obat secara teratur
18
BAB IV
PELAKSANAAN TINDAKAN
19
sedang sendirian dan melamun. Klien merasa kesal jika suara itu muncul kadang
senang sehingga membuatnya marah dan melempar barang atau merusak benda yang
ada diskitar klien.
Setelah 7 kali interaksi klien mampu membina hubungan saling percaya, klien
mampu mengenal halusinasinya, klien mampu mengontrol halusinasinya dengan
cara menghardik, bercakap-cakap dengan orang lain, melakukan kegiatan yang
sudah terjadwal, dan mampu mengontrol halusinasinya dengan minum obat secara
teratur, jenis obat yang diminum adalah Haloperidol 3x5mg, Cloramazine 1x25mg,
Trihexpenidil (jika perlu). Tindakan yang dilakukan perawat: motivasi klien untuk
memilih cara yang konstruktif dalam mengontrol halusinasi klien dan anjurkan klien
untuk minum obat secara teratur, anjurkan membuat jadwal kegiatan harian sesuai
cara yang dipilih untuk mengontrol halusinasi. Tindakan yang dilakukan klien
anjurkan klien untuk mengisi dan menandai jadwal harian klien.
20
mengenal penyebab menarik diri, mampu mengidentifikasi keuntungan mempunyai
teman, klien baru mampu berinteraksi dengan beberapa perawat. Klien mampu
mengungkapkan perasaannya selama berteman.
Rencana tindak lanjut untuk klien adalah mengingatkan dan mendorong klien
untuk terus berhubungan dengan orang lain baik dengan perawat maupun dengan
klien lain, sementara untuk perawat adalah diskusikan dengan klien tentang jadwal
kegiatan harian yang dapat dilakukan dan berdayakan sistem pendukung (keluarga)
dalam perawatan klien menarik diri. Pendidikan kesehatan ini dilakukan saat
keluarga berkunjung.
2. Implementasi
Dilakukan tindakan keperawatan SPIP pada Tn.HT yaitu dengan
mendiskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien, menghindarkan
klien dari memberi penilaian negatif pada setiap pertemuan, mengutamakan
memberi pujian yang realistis, mendiskusikan dengan klien kemampuan yang masih
dapat digunakan selama sakit, mendiskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan
kemampuannya, merencanakan bersama klien aktifitas yang dapat dilakukan setiap
hari sesuai dengan kemampuan yaitu dengan merapikan tempat tidur, menganjurkan
klien untuk memasukan kegiatan ke dalam jadwal kegiatan harian.
3. Evaluasi
Setelah beberapa kali berinteraksi yaitu mulai hari pertama sampai hari kelima
klien mengatakan pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan adalah klien
merasa dirinya dibedakan dengan adik oleh orang tuanya, dan klien juga selalu
dibandingkan-bandingkan dengan teman-temannya, klien sudah bekerja dan
berjualan kopi keliling namun tidak pernah merasakan hasilnya, uang hasil usahanya
selalu dipinjam oleh orang tuanya sendiri dan jarang dikembalikan. Hal ini yang
menyebabkan klien merasa kecewa dengan nasibnya dan klien sering dikucilkan
oleh tetangganya karena keadaannya.
21
Pada hari berikutnya interaksi klien menunjukkan ekspresi wajah yang
bersahabat, menunjukan rasa senang, ada kontak mata, mau berjabat tangan, klien
mau duduk berdampingan dengan perawat. Klien sudah bisa membuat jadwal
kegiatan harian. klien bisa mengidentifikasi aspek positif yang dimiliki klien dan
melakukan kegiatan itu selama berada di panti rehabilitasi mental. Tindakan yang
dilakukan oleh perawat: motivasi klien untuk melakukan aktivitas yang mampu
dilakukan klien selama berada di panti seperti membantu mengambilkan makanan
dan merapikan piring-piring yang telah digunakan oleh klien lainnya. Anjurkan
membuat jadwal kegiatan harian yang dapat dilakukan. Tindakan yang dilakukan
oleh klien: anjurkan klien untuk melakukan aspek positif atau kemampuan yang
dapat digunakan selama berada panti dan anjurkan klien mengisi jadwal kegiatan
harian klien.
22
menganjurkan klien untuk mencegah perilaku kekerasan dengan cara latihan fisik
: tarik nafas dalam dan memukul bantal, cara sosial dan spiritual serta dengan
minum obat secara teratur dan masukan dalam jadwal kegiatan harian.
23
BAB V
PEMBAHASAN
Pada Bab ini akan dibahas mengenai keberhasilan yang telah dicapai oleh klien dan
hambatan yang ditemukan pada saat merawat klien serta pemecahan masalah yang telah
dilakukan :
24
Maka pada diagnosa gangguan sensori persepsi : halusinasi pendengaran
dilakukan sesuai dengan konsep yang ada. Kendalanya adalah klien menyangkal
adanya halusinasi walaupun pada saat pengkajian didapatkan data objektif dari klien
yang menunjukkan bahwa klien mengalami halusinasi. GSP: Halusinasi pendengaran
masih beresiko tinggi karena klien masih sering menyendiri dan melamun.
Berdasarkan teori terdapat 3 SP klien pada isolasi sosial dan 3 untuk Sp keluarga.
Kelompok telah melaksanakan Sp 1 (mengidentifikasi penyebab isolasi sosial
mendiskusikan dengan klien tentang keuntungan berinteraksi dan kerugian tidak
berinteraksi dengan orang lain, mengajarkan klien cara berkenalan menganjurkan klien
untuk memasukkan dalam jadwal kegiatan harian, memberikan reinforcement positif
atas kemampuan klien).Pada diagnosa Isolasi sosial dilakukan tidak sesuai dengan
konsep teori, karena melihat kondisi pada pasien Tn.HT, setelah dilakukan SP1 Tn.HT
sudah ada motivasi untuk berbincang dan bergaul dengan teman-temannya, hanya ada
sedikit kendala saat berbincang dengan perawat lainnya, kontak mata klien kurang dan
belum bisa memulai pembicaran tanpa ada motivasi dari perawat.
25
percaya dan mengidentifikasi keampuan dan aspek positif yang dimiliki klien,
membantu klien menilai kemmapuan pasien yang masih dapat digunakan, membantu
pasien memilih kegiatan yang akan dilatih sesuai dengan kemampuan pasien, melatih
pasien sesuai kemampuan yang dipilih, memberikan pujian yang wajar terhadap
keberhasilan klien, menganjurkan pasien masukan kedalam jadwal harian). Kelompok
tidak melakukan SP1K pada keluarga Tn. HT dikarenakan tidak dilakukan home visit
dan pada saat praktek tidak bertemu dengan keluarga Tn.HT.
26
BAB VI
PENUTUP
Tn.HT umur 42 tahun, belum menikah, pendidikan SMA, alasan masuk rumah sakit
klien sering marah-marah tanpa sebab, berbicara sendiri dan suka melempar barang-barang di
rumahnya. Saat pengkajian diperoleh data klien mengatakan pernah mendengar suara
perempuan, bisikan Tuhan dari kipas angin dan suara air kran yang tidak berhenti saat sedang
menyendiri di kamar. Sebelumnya klien pernah dirawat jalan di Klinik Duta Merlin dengan
keluhan yang sama yaitu halusinasi. Pada saat berbincang-bincang sikap klien kooperatif,
bicara kadang inkohern, klien berbicara sendiri dan tidak jelas namum saat ditanya klien
menyangkal adanya halusinasi.
6.1 KesPimpulan
Berdasarkan pengkajian yang perawat lakukan pada Tn. HT didapatkan diagnosa
keperawatan yaitu GSP: Halusinasi pendengaran, isolasi sosial, harga diri rendah, dan
resiko mencederai diri sendiri, lingkungan dan orang lain. Semua diagnosa telah
dilakukan diagnosa walaupun pada beberapa diagnosa hanya dilakukan satu sampai 2 SP
dikarenakan melihat kondisi Tn.HT yang secara umum bisa dikategorikan stabil. Hanya
perlu motivasi dari perawat agar Tn.HT mampu melakukan SP yang telah dilatih dan
memasukkannya ke dalam jadwal kegiatan harian.
27
relaksasi dengan tarik nafas dalam dan mengekpresikan kekesalannya dengan memukul
bantal dan cara spiritual.
6.2 Saran
Untuk mengatasi hambatan yang ditemukan dalam merawat klien dengan GSP:
Halusinsi dibutuhkan perhatian dari mahasiswa/i:
28
DAFTAR PUSTAKA
Keliat Budi Ana, Gangguan Konsep Diri, Edisi I, Jakarta : EGC, 2005
Tim Direktorat Keswa, Standar Asuhan Keperawatan Jiwa, Edisi 1, Bandung, RSJP
Bandung, 2000
29