Anda di halaman 1dari 31

Dosen Pembimbing : Henni Kumala Dewi H, SKM M.

kes

Mata Kuliah : Epidemiologi penyakit tidak menular

MAKALAH EPIDEMIOLOGI PENYAKIT ANEMIA

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK XIII
FUJI ARDIWINATA (218240014)
SRI WAHYUNI(218240024)
HANDAYANI(218240047)
TRIMURTI WULANDARI(218240061)
VERA LONIKA PALILING(218240078)

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PAREPARE
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan atas kehadiran Allah yang Maha Esa, karena berkat
kemurahan-Nya tugas makalah ini dapat penulis selesaikan dengan semaksimal mungkin.
Adapun tugas makalah ini yang berjudul “MAKALAH EPIDEMIOLOGI PENYAKIT
ANEMIA”
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh Ibu henni kumaladewi hengki,
SKM, M.Kes.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka penulis
sangat menerima segala saran dan kritik dari Ibu dosen agar kedepannya kami bisa menyusun
makalah yang lebih baik dari sebelumnya.
Akhir kata penulis ucapkan terima kasih kepada Ibu dosen karena telah memberikan tugas ini
dan penulis berharap semoga makalah tentang penyakit anemia ini dapat diterima oleh Ibu
dosen dengan baik.

Parepare,06 mei 2020

Kelompok XIII

ii
DAFTAR ISI

Table of Contents
KATA PENGANTAR.........................................................................................................................ii

DAFTAR ISI......................................................................................................................................iii

BAB I..................................................................................................................................................1

PENDAHULUAN...............................................................................................................................1

A. LATAR BELAKANG................................................................................................................1

B. RUMUSAN MASALAH...........................................................................................................2

C. TUJUAN.....................................................................................................................................2

D. MANFAAT................................................................................................................................2

BAB II.................................................................................................................................................4

TINJAUAN PUSTAKA......................................................................................................................4

A. DEFENISI ANEMIA..................................................................................................................4

B. KLASIFIKASI PENYAKIT ANEMIA...................................................................................................5

C. SIGNIFIKANSI ANEMIA.........................................................................................................7

D. PATOFISIOLOGI ANEMIA......................................................................................................8

E. KELOMPOK RISIKO TINGGI ANEMIA...............................................................................10

F. DISTRIBUSI GOEGRAFI ANEMIA.................................................................................................11

G. TREND WAKTU ANEMIA....................................................................................................12

H. FAKTOR RISIKO ANEMIA...................................................................................................12

I. PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN ANEMIA..............................................................18

BAB III.............................................................................................................................................22

PENUTUP.........................................................................................................................................22

iii
A..............................................................................................................................KESIMPULAN
22

B. SARAN....................................................................................................................................24

BAB IV.............................................................................................................................................25

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................25

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar hemoglobin (Hb) dalam darah
kurang dari normal.Faktor-faktor penyebab anemia gizi besi adalah status gizi yang
dipengaruhi oleh pola makanan, sosial ekonomi keluarga, lingkungan dan status
kesehatan.Khumaidi (1989)yang mengemukakan bahwa faktorfaktor yang
melatarbelakangi tingginya prevalensi anemia gizi besi di negara berkembang adalah
keadaan sosial ekonomi rendah meliputi pendidikan orang tua dan penghasilan yang
rendah serta kesehatan pribadi di lingkungan yang buruk. Meskipun anemia disebabkan
oleh berbagai faktor, namun lebih dari 50 % kasus anemia yang terbanyak diseluruh dunia
secara langsung disebabkan oleh kurangnya masukan zat gizi besi. Selain itu penyebab
anemia gizi besi dipengaruhi oleh kebutuhan tubuh yang meningkat,akibat mengidap
penyakit kronis dan kehilangan darah karena menstruasi dan infeksi parasit (cacing).
Di negara berkembang seperti Indonesia penyakit kecacingan masih
merupakan masalah yang besar untuk kasus anemia gizi besi, karena diperkirakan cacing
menghisap darah 2-100 cc setaip harinya. Kekurangan zat besi dapat menimbulkan
gangguan atau hambatan pada pertumbuhan, baik sel tubuh maupun sel otak. Kekurangan
kadar Hb dalam darah dapat menimbulkan gejala lesu, lemah, letih, lelah dan cepat lupa.
Akibatnya dapat menurunkan prestasi belajar, olah raga dan produktifitas kerja. Selain itu
anemia gizi besi akan menurunkan daya tahan tubuh dan mengakibatkan mudah terkena
infeksi. Upaya pencegahan dan penanggulangan anemia yang telah dilakukan selama ini
ditujukan pada ibu hamil, sedangkan remaja putri secara dini belum terlalu diperhatikan.
Agar anemia bisa dicegah atau diatasi maka harus banyak mengkonsumsi makanan yang
kaya zat besi. Selain itu penanggulangan anemia defisiensi besi dapat dilakukan dengan
pencegahan infeksi cacaing dan pemberian tablet Fe.1

1
B. RUMUSAN MASALAH
Adapun beberapa rumusan masalah dalam pembahasan materi/ makalah yaitu :

1. Apakah defenisi penyakit anemia ?


2. Apakah klasifikasi penyakit anemia ?
3. Apakah signifikasi penyakit anemia ?
4. Apakah patofisiologi penyakit anemia ?
5. Ada berapa kelompok resiko tinggi penyakit anemia ?
6. bagaimana distrubusi geografi penyakit anemia ?
7. Bagaimana trend waktu penyakit anemia ?
8. Apa saja faktor risiko penyakit anemia ?
9. bagaimana pencegahan dan penanggulangan penyakit anemia ?

C. TUJUAN
Adapun beberapa tujuan dibuatnya makalah yaitu :

1. untuk mengetahuai apa yang di maksud penyakit anemia


2. mengetahui klasifikasi penyakit anemia
3. untuk mengetahui signifikasi penyakit anemia
4. untuk mengetahui patofisiologi penyakit anemia
5. untuk mampu mengelompokkan resiko tinggi penyakit anemia
6. untuk mengetahui distrubusi geografi penyakit anemia
7. mengetahui kapan trend waktu penyakit anemia
8. untuk mengetahui apa saja faktor risiko penyakit anemia
9. agar mampu mencegah dan mengendalikan penyakit anemia

D. MANFAAT
Adapun manfaat dari makalah ini yaitu :

1. sebagai ilmu pengetahuan


2. untuk masyarakat
3. untuk mahasiswa

2
4. untuk memberikan informasi sekaligus promosi kesehatan kepada pembaca
utamanya bagi pelajar,generasi mudah dan masyarakat

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFENISI ANEMIA
Kurang darah atau anemia adalah kondisi ketika tubuh kekurangan sel
darah merah yang sehat atau ketika sel darah merah tidak berfungsi dengan baik.
Akibatnya, organ tubuh tidak mendapat cukup oksigen, sehingga membuat penderita
anemia pucat dan mudah lelah. Anemia dapat terjadi sementara atau dalam jangka
panjang, dengan tingkat keparahan yang bisa ringan sampai berat. Anemia terjadi
ketika kadar hemoglobin (bagian utama dari sel darah merah yang mengikat oksigen)
berada di bawah normal. Orang dewasa dikatakan menderita anemia bila kadar
hemoglobinnya di bawah 14 gram per desiliter untuk laki-laki, dan di bawah 12 gram
per desiliter untuk wanita. Untuk mengatasi anemia tergantung kepada penyebab
yang mendasarinya, mulai dari konsumsi suplemen zat besi, transfusi darah, sampai
operasi. 2
Anemia adalah suatu kondisi tubuh yang terjadi ketika sel-sel darah merah
(eritrosit) dan/atau Hemoglobin (Hb) yang sehat dalam darah berada di bawah nilai
normal (kurang darah). Nilai normal hemoglobin pada pria dewasa 13- 17,5 gr/dl dan
pada wanita dewasa 12-15,5 gr/dl. Hemoglobin adalah bagian utama dari sel darah
merah yang berfungsi mengikat oksigen. Jika seseorang kekurangan sel darah merah,
atau hemoglobin yang normal, maka sel-sel dalam tubuh tidak akan mendapatkan
oksigen yang cukup, akibatnya tumbullah gejala anemia. Gejala anemia seperti
lemah, letih dan lesu terjadi karena organ-organ tidak mendapatkan apa yang mereka
butuhkan untuk berfungsi dengan baik, yaitu oksigen dan nutrisi. Kurang darah
(anemia) ini berbeda dengan darah rendah. Darah rendah merupakan rendahnya
tekanan darah, sedangkan anemia adalah kurangnya sel darah merah atau
hemoglobin seperti telah disebutkan di atas. Hal ini perlu perjelas di sini karena
masih banyak pasien yang salah dalam mengartikan anemia (kurang darah)3.

4
B. KLASIFIKASI PENYAKIT ANEMIA
Secara patofisiologi anemia terdiri dari :

1. Penurunan produksi : anemia defisiensi, anemia aplastik.

2. Peningkatan penghancuran : anemia karena perdarahan, anemia hemolitik.

Secara umum anemia dikelompokan menjadi :

1. Anemia mikrositik hipokrom

a. Anemia defisiensi besi

Untuk membuat sel darah merah diperlukan zat besi (Fe). Kebutuhan Fe sekitar
20 mg/hari, dan hanya kira-kira 2 mg yang diserap. Jumlah total Fe dalam tubuh
berkisar 2-4 mg, kira-kira 50 mg/kg BB pada pria dan 35 mg/kg BB pada wanita.
Anemia ini umumnya disebabkan oleh perdarahan kronik. Di Indonesia banyak
disebabkan oleh infestasi cacing tambang (ankilostomiasis), inipun tidak akan
menyebabkan anemia bila tidak disertai malnutrisi. Anemia jenis ini dapat pula
disebabkan karena :

 Diet yang tidak mencukupi


 Absorpsi yang menurun
 Kebutuhan yang meningkat pada wanita hamil dan menyusui
 Perdarahan pada saluran cerna, menstruasi, donor darah
 Hemoglobinuria
 Penyimpanan besi yang berkurang, seperti pada hemosiderosis paru.
b. Anemia penyakit kronik

Anemia ini dikenal pula dengan nama sideropenic anemia with


reticuloendothelial siderosis. Penyakit ini banyak dihubungkan dengan berbagai
penyakit infeksi seperti infeksi ginjal, paru ( abses, empiema, dll ).

2. Anemia makrositik

a. Anemia Pernisiosa

5
Anemia yang terjadi karena kekurangan vitamin B12 akibat faktor intrinsik karena
gangguan absorsi yang merupakan penyakit herediter autoimun maupun faktor
ekstrinsik karena kekurangan asupan vitamin B12.

b. Anemia defisiensi asam folat

Anemia ini umumnya berhubungan dengan malnutrisi, namun penurunan absorpsi


asam folat jarang ditemukan karena absorpsi terjadi di seluruh saluran cerna. Asam
folat terdapat dalam daging, susu, dan daun – daun yang hijau.

3. Anemia karena perdarahan

a. Perdarahan akut

Mungkin timbul renjatan bila pengeluaran darah cukup banyak, sedangkan


penurunan kadar Hb baru terjadi beberapa hari kemudian.

b. Perdarahan kronik

Pengeluaran darah biasanya sedikit – sedikit sehingga tidak diketahui pasien.


Penyebab yang sering antara lain ulkus peptikum, menometroragi, perdarahan
saluran cerna, dan epistaksis.

4. Anemia hemolitik

Pada anemia hemolitik terjadi penurunan usia sel darah merah ( normal 120 hari ),
baik sementara atau terus menerus. Anemia ini disebabkan karena kelainan
membran, kelainan glikolisis, kelainan enzim, ganguan sistem imun, infeksi,
hipersplenisme, dan luka bakar. Biasanya pasien ikterus dan splenomegali.

5. Anemia aplastik

Terjadi karena ketidaksanggupan sumsum tulang untuk membentuk sel-sel darah.


Penyebabnya bisa kongenital, idiopatik, kemoterapi, radioterapi, toksin, dll.

d.      Manifestasi Klinis

Gejala-gejala umum yang sering dijumpai pada pasien anemia antara lain : pucat,
lemah, cepat lelah, keringat dingin, takikardi, hypotensi, palpitasi. (Barbara C.
Long, 1996). Takipnea (saat latihan fisik), perubahan kulit dan mukosa (pada
anemia defisiensi Fe). Anorexia, diare, ikterik sering dijumpai pada pasien anemia
pernisiosa

e.       Pemeriksaan Penunjang

1. Jumlah Hb lebih rendah dari normal ( 12 – 14 g/dl )

6
2. Kadar Ht menurun ( normal 37% – 41% )

3. Peningkatan bilirubin total ( pada anemia hemolitik )

4. Terlihat retikulositosis dan sferositosis pada apusan darah tepi

5. Terdapat pansitopenia, sumsum tulang kosong diganti lemak ( pada anemia


aplastik )4

C. SIGNIFIKANSI ANEMIA
Angka anemia gizi besi di Indonesia sebanyak 72,3%. Kekurangan besi
pada remaja mengakibatkan pucat, lemah, letih, pusing, dan menurunnya
konsentrasi belajar. Penyebabnya, antara lain: tingkat pendidikan orang tua,
tingkat ekonomi, tingkat pengetahuan tentang anemia dari remaja putri, konsumsi
Fe, Vitamin C, dan lamanya menstruasi. Jumlah penduduk usia remaja (10-19
tahun) di Indonesia sebesar 26,2% yang terdiri dari 50,9% laki-laki dan 49,1%
perempuan4. Selain itu, berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2013, prevalensi
anemia di Indonesia yaitu 21,7% dengan penderita anemia berumur 5-14 tahun
sebesar 26,4% dan 18,4% penderita berumur 15-24 tahun. Data Survei Kesehatan
Rumah Tangga (SKRT) tahun 2012 menyatakan bahwa prevalensi anemia pada
balita sebesar 40,5%, ibu hamil sebesar 50,5%, ibu nifas sebesar 45,1%, remaja
putri usia 10-18 tahun sebesar 57,1% dan usia 19-45 tahun sebesar 39,5%. Wanita
mempunyai risiko terkena anemia paling tinggi terutama pada remaja putri. Angka
prevalensi anemia di Indonesia, yaitu pada remaja wanita sebesar 26,50%, pada
wanita usia subur sebesar 26,9%, pada ibu hamil sebesar 40,1% dan pada balita
sebesar 47,0%5. Anemia merupakan suatu keadaan di mana

ada penurunan hemoglobin (pemberi warna merah dan pengakut oksigen


darah) per unit volume darah di bawah kadar normal yang sudah di tentukan
untuk usia dan jenis kelamin tertentu. Ketentuan WHO mengenai anemia ialah di
bahwa 12 gm Hb/dl darah bagi perempuan dan di bawah 14 gm Hb/dl darah
untuk laki-laki dan hematocrit di bawah 34%. Faktor-faktor pendorong anemia
pada remaja putri .adalah :

a. Adanya penyakit infeksi

7
Penyakit infeksi mempengaruhi metabolisme dan utilisasi zat besi yang diperlukan
dalam pembentukan hemoglobin dalam darah. Selain itu, Penyakit infeksi
tertentu dapat mengganggu pencernaan dan mengganggu produksi sel darah
merah.

b. Menstruasi yang berlebihan pada remaja putri

Menstruasi pada remaja putri biasanya mengakibatkan anemia, karena setiap bulan
remaja putri mengeluarkan darah haid. Remaja putri lebih sering terkena anemia
dibanding remaja putra

c. Perdarahan yang mendadak seperti kecelakaan

Perdarahan ini bisa saja akibat mimisan, luka karena jatuh atau kecelakaan.

d. Jumlah makanan atau penyerapan diet yang buruk

Kekurangan zat besi adalah penyebab utama anemia. Apabila remaja mendapatkan
makanan bergizi yang cukup, sangat kecil kemungkinannya mengalami
kekurangan zat besi, namun banyak remaja dari kalangan tidak mampu yang
kurang mendapatkan makanan bergizi sehingga mengalami anemia dan gejala
kurang gizi lainnya. Remaja dari kalangan mampu juga dapat terkena anemia bila
memiliki gangguan pola makan atau berpola makan tidak seimbang.

e. Penyakit cacingan pada remaja

Meskipun penyakit cacingan tidak mematikan, namun cacingan bisa Menurunkan


kualitas hidup

penderitanya, bahkan mengakibatkan kurang darah (anemia) dan dapat


mengakibatkan kebodohan. Sekitar 40 hingga 60 persen penduduk Indonesia
menderita cacingan dan data WHO menyebutkan lebih dari satu miliar penduduk
dunia juga menderita cacingan.5

8
D. PATOFISIOLOGI ANEMIA
Berdasarkan proses patofisiologi terjadinya anemia, dapat digolongkan pada tiga
kelompok:
 Anemia akibat produksi sel darah merah yang berkurang atau gagal
 Anemia akibat penghancuran sel darah merah
 Anemia akibat kehilangan darah
1. Anemia Akibat Produksi Yang Berkurang Atau Gagal
Pada anemia tipe ini, tubuh memproduksi sel darah yang terlalu sedikit atau sel
darahmerah yang diproduksi tidak berfungsi dengan baik. Hal ini terjadi akibat
adanya abnormalitas sel darah merah atau kekurangan mineral dan vitamin yang
dibutuhkan agar produksi dan kerja dari eritrosit berjalan normal. Kondisi kondisi
yang mengakibatkan anemia ini antara lain Sickle cell anemia, gangguan sumsum
tulang dan stem cell, anemia defisiensi zat besi, vitamin B12, dan Folat, serta
gangguan kesehatan lain yang mengakibatkan penurunan hormon yang diperlukan
untuk proses eritropoesis.
2. Anemia akibat penghancuran sel darah merah
Bila sel darah merah yang beredar terlalu rapuh dan tidak mampu bertahan
terhadap tekanan sirkulasi maka sel darah merah akan hancur lebih cepat sehingga
menimbulkan anemia hemolitik. Penyebab anemia hemolitik yang diketahui atara
lain:
 Keturunan, seperti sickle cell anemia dan thalassemia
 Adanya stressor seperti infeksi, obat obatan, bisa hewan, atau beberapajenis
makanan
 Toksin dari penyakit liver dan ginjal kronis
 Autoimun
 Pemasangan graft, pemasangan katup buatan, tumor, luka bakar, paparan kimiawi,
hipertensi berat, dan gangguan trombosis
 Pada kasus yang jarang, pembesaran lien dapat menjebak sel darah merah dan
menghancurkannya sebelum sempat bersirkulasi.
3. Anemia Akibat Kehilangan Darah
Anemia ini dapat terjadi pada perdarahan akut yang hebat ataupun pada perdarahan
yang berlangsung perlahan namun kronis. Perdarahan kronis umumnya muncul akibat
gangguan

9
gastrointestinal ( misal ulkus, hemoroid, gastritis, atau kanker saluran pencernaan ),
penggunaan obat obatan yang mengakibatkan ulkus atau gastritis (misal OAINS),
menstruasi, dan proses kelahiran. 6

E. KELOMPOK RISIKO TINGGI ANEMIA


Remaja putri merupakan salah satu kelompok yang rawan menderita
anemia,Remaja putri berisiko lebih tinggi terkena anemia dibandingkan dengan
remaja lakilaki karena alasan pertama Remaja perempuan setiap bulan mengalami
siklus menstruasi dan alasan kedua yaitu karena memiliki kebiasaan makan yang
salah,hal ini terjadi karena para remaja putri ingin langsing untuk menjaga
penampilannya sehingga mereka berdiet dan mengurangi makan, akan tetapi diet yang
dijalankan merupakan diet yang tidak seimbang dengan kebutuhan tubuh sehingga
dapat menyebabkan tubuh kekurangan zat-zat penting ,seperti zat besi. Anemia dapat
terjadi pada semua usia, jenis kelamin dan ras/etnis. Wanita usia subur dan wanita
hamil memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengalami anemia. Bayi dan anak-anak
usia pertumbuhan juga memiliki risiko tinggi mengalami anemia terutama anemia gizi
akibat kekurangan zat besi7.
Anemia pada remaja akan berdampak pada penurunan konsentrasi belajar,
penurunan kesegaran jasmani, dan gangguan pertumbuhan sehingga tinggi badan dan
berat badan tidak mencapai normal. Kehamilan pada usia remaja juga memberi efek
yang panjang yaitu menyebabkan kematian ibu, bayi, atau risiko melahirkan bayi
dengan BBLR (Berat Bayi Lahir Rendah). Pada siklus hidup manusia,remaja wanita
(10-19 tahun) merupakan salahkelompok yang rawan terhadap anemia.Menurut Survei
Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Tahun 2007, prevalensi anemia pada wanita usia
subur (WUS) usia 15-19 tahun mencapai 26,5% (Depkes RI, 2008). Ada sekitar 370
juta wanita yang menderita anemia karena defisiensi zat besi. Status zat besi didalam
tubuh manusia tergantung pada penyerapan zat besi tersebut. Di antaranya yang dapat
meningkatkan penyerapan besi atau enhancer dari sumber vitamin C seperti pada jeruk,

10
pepaya serta sumber protein hewani tertentu contohnya daging sapi, daging ayam dan
ikan . Vitamin C sebagai enhancer karena vitamin C membantu penyerapan besi non
heme dengan merubah bentuk feri menjadi fero yang mudah diserap.Vitamin C
membentuk gugus besioksalat yang tetap larut pada pH yang lebih tinggi seperti di
duodenum sehingga mudah diserap, Oleh karena itu sangat disarankan untuk
mengkonsumsi makanan sumber vitamin C tiap kali makan untuk meningkatkan
absorbasi besi nonhem, Zat yang dapat menghambat penyerapan besi atau inhibitor
antara lain Herta Masthalina, dkk / Pola Konsumsi (Faktor Inhibitor dan Enhancer Fe)
adalah kafein, tanin, oksalat, fitat, yang terdapat dalam produk-produk kacang kedelai,
teh, dan kopi. Kopi dan teh yang mengandung tanin dan oksalat merupakan bahan
makanan yang sering dikonsumsi oleh masyarakat. Faktor diet lainnya yang membatasi
tersedianya zat besi adalah fitat, sebuah zat yang ditemukan dalam gandum

F. DISTRIBUSI GOEGRAFI ANEMIA


Remaja putri merupakan salah satu kelompok yang rawan menderita
anemia,Remaja putri berisiko lebih tinggi terkena anemia dibandingkan dengan remaja
lakilaki karena alasan pertama Remaja perempuan setiap bulan mengalami siklus
menstruasi dan alasan kedua yaitu karena memiliki kebiasaan makan yang salah,hal ini
terjadi karena para remaja putri ingin langsing untuk menjaga penampilannya sehingga
mereka berdiet dan mengurangi makan, akan tetapi diet yang dijalankan merupakan
diet yang tidak seimbang dengan kebutuhan tubuh sehingga dapat menyebabkan tubuh
kekurangan zat-zat penting ,seperti zat besi. Anemia pada remaja akan berdampak
pada penurunan konsentrasi belajar, penurunan kesegaran jasmani, dan gangguan
pertumbuhan sehingga tinggi badan dan berat badan tidak mencapai normal. Kehamilan
pada usia remaja juga memberi efek yang panjang yaitu menyebabkan kematian ibu,
bayi, atau risiko melahirkan bayi dengan BBLR (Berat Bayi Lahir Rendah). Pada siklus
hidup manusia,remaja wanita (10-19 tahun) merupakan salah
satu kelompok yang rawan terhadap anemia.Menurut Survei Kesehatan Rumah
Tangga (SKRT) Tahun 2007, prevalensi anemia pada wanita usia subur (WUS) usia
15-19 tahun mencapai 26,5% 8

11
G. TREND WAKTU ANEMIA
WHO (World Health Organization) mendefinisikan bahwa anemia merupakan
suatu keadaan dimana kadar hemoglobin kurang dari 12 g/dL pada perempuan yang
berusia diatas 15 tahun dan tidak hamil. Anemia defisiensi besi merupakan masalah gizi
yang lazim di dunia dan diderita oleh remaja putri lebih dari 600 juta manusia.
Perkiraan prevalensi anemia defisiensi besi secara global adalah 13,4% di Thailand dan
85,5% di India (Arisman, 2010). Tiga puluh enam persen (1400 juta orang) dari
perkiraan populasi 3800 juta orang di negara sedang berkembang remaja menderita
anemia defisiensi besi, sedangkan prevalensi di negara maju hanya sekitar 8% (100 juta
orang) dari perkiraan populasi 1200 juta orang (Arisman, 2010)9

Anemia dikatakan menjadi suatu masalah kesehatan masyarakat apabila


prevalensinya diatas 20%. Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun
2012, menunjukkan bahwa prevalensi anemia pada remaja putri usia 10-18 tahun
sebesar 57,1% dan pada Wanita Usia Subur (WUS) usia 19-45 tahun sebesar 39,5%.
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 di Indonesia prevalensi anemia
defisiensi besi banyak ditemukan pada remaja perempuan karena kebutuhan yang tinggi
untuk pertumbuhan. Prevalensi anemia gizi besi di Indonesia sebesar 84,6%

H. FAKTOR RISIKO ANEMIA


Terdapat beberapa penyebab utama anemia, diantaranya :

1. Kehilangan darah akibat perdarahan akut atau kronis


Penyebab ini dapat berupa perdarahan akibat kecelakaan, saat menstruasi, atau
perdarahan saat melahirkan atau akibat mengalami penyakit kronis seperti ulcus
pepticum, varices esophagus, gastritis, hernia hiatus, diverikulitis, karsinoma
lambung, karsinoma sekum, karsinoma kolon, maupun karsinoma rektum, infestasi
cacing tambang, atau angiodisplasia.

12
2. Kebutuhan yang meningkat
Penyebab ini sebenarnya dapat diatasi apabila seseorang mencukupi kebutuhan zat
besinya sesuai kebutuhan saat kondisi khusus. Adapun kondisi khusus yang
membutuhkan peningkatan zat besi diantaranya pada masa pertumbuhan,
kehamilan, menyusui, dan saat menstruasi.
3. Rendahnya konsumsi sumber zat besi
Rendahnya konsumsi zat besi ini dapat dipengaruhi oleh akses pangan sumber zat
besi yang kurang akibat rendahnya perekonomian sehingga tidak dapat membeli
sumber makanan kaya zat besi terutama dari sumber hewani yang mengandung
heme, kurangnya pengetahuan terkait pemilihan bahan makanan sumber zat besi
atau tingginya konsumsi zat gizi yang menghambat absorpsi zat besi dalam tubuh.
4. Penyebab lain
Anemia dapat disebabkan akibat status kecacingan seseorang. Pemberantasan
kecacingan saat ini diketahui memiliki manfaat dalam menjaga status kesehatan.
Penelitian di Tanzania oleh Bobonis menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara
kecacingan dengan kejadian anemia. Selain itu, malabsorpsi juga dapat
menyebabkan seseorang mengalami anemia. Infeksi Helicobacter phlori diketahui
menyebabkan gangguan penyerapan pada usus halus bagian atas yang merupakan
lokasi penyerapan zat besi(Pratiwi, 2018).

Banyak faktor medis yang dapat menyebabkan anemia di antaranya :

a. Menstruasi
Anemia yang terjadi pada remaja putri disebabkan masa remaja merupakan masa
pertumbuhan yang membutuhkan zat gizi lebih tinggi termasuk zat besi. Selain itu
pada masa remaja, seseorang akan mengalami menstruasi. Menstruasi adalah
perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus disertai pelepasan endometrium28.
Lama menstruasi biasanya antara 3-6 hari. Beberapa faktor yang mengganggu
kelancaran siklus menstruasi yaitu faktor stres, perubahan berat badan, olahraga
yang berlebihan, dan keluhan menstruasi. Saat menstruasi terjadi pengeluaran darah
dari dalam tubuh. Hal ini menyebabkan zat besi yang terkandung dalam
hemoglobin, salah satu komponen sel darah merah, juga ikut terbuang. Semakin

13
lama menstruasi berlangsung, maka semakin banyak pengeluaran dari tubuh. Hal ini
mengakibatkan pengeluaran besi meningkat dan keseimbangan zat besi dalam tubuh
terganggu. Menstruasi menyebabkan wanita kehilangan besi hingga dua kali jumlah
kehilangan besi laki-laki. Apabila darah yang keluar saat menstruasi cukup banyak,
berarti jumlah zat besi yang hilang dari tubuh juga cukup besar. Setiap orang
mengalami kehilangan darah dalam jumlah yang berbeda-beda. Hal ini dipengaruhi
oleh banyak faktor seperti keturunan, keadaan kelahiran, dan besar tubuh. Beberapa
penelitian menunjukkan bahwa jumlah darah yang hilang selama satu periode
menstruasi berkisar antara 20-25 cc dan dianggap abnormal jika kehilangan darah
menstruasi lebih dari 80 ml. Jumlah 20-25 cc menyiratkan kehilangan zat besi
sebesar 12,5- 15 mg/bulan atau kira-kira samadengan 0,4-0,5 mg sehari. Jika jumlah
tersebut ditambah dengan kehilangan basal maka jumlah total zat besi yang hilang
sebesar 1.25 mg per hari. Wanita usia muda relatif lebih sedikit kehilangan darah
menstruasi dibandingkan dengan wanita usia lanjut yang masih mendapat
menstruasi. Kebanyakkan wanita dengan tingkat menstruasi yang berat sangat
mungkin terkena anemia ringan.
b. Status Gizi
Salah satu cara untuk mengetahui status gizi seseorang adalah dengan pengukuran
antropometri. IMT merupakan cara pengukuran status gizi secara langsung yang
berkontribusi secara signifikan dalam anemia. IMT pada orang dengan anemia
secara signifikan lebih rendah dibandingkan dengan IMT pada orang tanpa anemia.
Remaja yang memiliki IMT kurus berisiko anemia 1,4 kali lebih besar dibandingkan
remaja yang memiliki IMT normal dan gemuk. Hal ini menunjukkan bahwa ukuran
antropometri berhubungan dengan risiko terjadinya anemia defisiensi zat gizi pada
remaja . Adapun penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa ada hubungan yang
bermakna antara status gizi dengan anemia pada remaja putri. Remaja putri yang
memiliki status gizi yang kurang akan mengalami anemia, hal ini disebabkan karena
asupan gizi dalam tubuh kurang dan juga menyebabkan kebutuhan zat gizi dalam
tubuh tidak terpenuhi terutama kebutuhan gizi seperti zat besi dimana zat besi
merupakan salah satu komponen terpenting dalam pembentukan hemoglobin,
dengan kurangnya asupan zat besi dalam tubuh akan menyebabkan berkurangnya

14
bahan pembentukan sel darah merah, sehingga sel darah merah tidak dapat
melakukan fungsinya dalam mensuplai oksigen yang akan mengakibatkan tejadinya
anemia.
c. Asupan Gizi yang Tidak Adekuat
Asupan zat gizi meliputi asupan energi, protein, karbohidrat, lemak, vitamin dan
mineral dalam tubuh. Asupan energi, protein dan zink berhubungan dengan status
gizi remaja putri. Semakin tinggi asupan zat gizi, maka semakin tinggi pula kadar
hemoglobin dalam eritrosit, karena protein, zat besi dan vitamin mempengaruhi
kadar hemoglobin dalam eritrosit, sehingga kemungkinan seseorang terkena anemia
akan lebih kecil apabila asupan zat gizinya baik. Kecukupan asupan Fe dalam tubuh
tidak hanya dipengaruhi oleh konsumsi makanan sumber Fe, namun juga
dipengaruhi oleh variasi penyerapan Fe. Variasi penyerapan Fe dalam tubuh dapat
dipengaruhi oleh perubahan fisiologis tubuh seperti hamil, menyusui, nifas dan
menstruasi.
d. Pola makan
Kebiasaan makan adalah cara seseorang dalam memilih dan memakannya sebagai
reaksi terhadap pengaruh psikologis, fisiologi, budaya dan sosial. Kebiasaan makan
adalah suatu perilaku yang berhubungan dengan makan seseorang, pola makanan
yang dimakan, pantangan, distribusi makanan dalam keluarga, preferensi terhadap
makanan dan cara memilih makanan. Pola dan gaya hidup modern membuat remaja
cenderung lebih menyukai makan di luar rumah bersama kelompoknya. Remaja
putri sering mempraktikkan diet dengan cara yang kurang benar seperti melakukan
pantangan-pantangan, membatasi atau mengurangi frekuensi makan untuk
mencegah kegemukan. Pada umumnya remaja mempunyai kebiasaan makan yang
kurang baik. Beberapa remaja khususnya remaja putri sering mengkonsumsi
makanan dalam jumlah yang tidak seimbang dibandingkan dengan kebutuhannya
karena takut kegemukan dan menyebut makan bukan hanya dalam konteks
mengkonsumsi makanan pokok saja tetapi makanan ringan juga dikategorikan
sebagai makan.
e. Pengetahuan

15
Pengetahuan merupakan hasil tahu, dan terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan atau kognitif merupakan
domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Anemia bagi
wanita usia subur khususnya dan masyarakat umumnya bukannya masalah yang
perlu mendapatkan perhatian untuk dicegah maupun ditanggulangi. Para penderita
anemia seharusnya perlu mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung zat
besi atau minum tablet Fe tambah darah, namun hal itu juga tidak dilakukan karena
mereka belum mengetahui secara jelas mengenai anemia. Pengetahuan dalam studi
ini adalah pengetahuan putri mengenai pengertian anemia itu sendiri, dimulai dari
tanda-tanda orang yang menderita anemia penyebab, akibat dan penanggulangannya
bagi penderita anemia serta pengetahuan sumber-sumber Fe dalam makanan.
f. Riwayat penyakit
Penyakit kronis, seperti kanker dan penyakit ginjal dapat menyebabkan tubuh tidak
mampu memproduksi sel darah merah yang cukup. Orang yang memiliki
HIV/AIDS juga dapat mengembangkan anemia akibat infeksi atau obat yang
digunakan untuk pengobatan penyakit. Anemia dapat menurunkan daya tahan tubuh
sehingga mudah terkena infeksi. Telah diketahui secara luas bahwa infeksi
merupakan faktor yang penting dalam menimbulkan kejadian anemia, dan anemia
merupakan konsekuensi dari peradangan dan asupan makanan yang tidak memenuhi
kebutuhan zat besi. Kehilangan darah akibat schistosomiasis, infestasi cacing, dan
trauma dapat menyebabkan defisiensi zat besi dan anemia. Angka kesakitan akibat
penyakit infeksi meningkat pada populasi defisiensi besi akibat efek yang
merugikan terhadap sistem imun. Malaria karena hemolisis dan beberapa infeksi
parasit seperti cacing, trichuriasis, amoebiasis, dan schistosomiasis menyebabkan
kehilangan darah secara langsung dan kehilangan darah tersebut mengakibatkan
defisiensi besi.
g. Aktivitas fisik
Anemia dapat mempengaruhi tingkat kesegaran jasmani seseorang. Aktivitas fisik
erat kaitannya dengan kesehatan tubuh secara keseluruhan. Tubuh yang sehat
mampu melakukan aktivitas fisik secara optimal, sebaliknya aktivitas fisik yang
dilakukan secara rutin dalam porsi yang cukup mempunyai dampak positif bagi

16
kesehatan badan. Pola aktivitas remaja didefinisikan sebagai kegiatan yang biasa
dilakukan oleh remaja sehari-hari sehingga akan membentuk pola. Aktivitas remaja
dapat dilihat dari bagaimana cara remaja mengalokasikan waktunya selama 24 jam
dalam kehidupan sehari-hari untuk melakukan suatu jenis kegiatan secara rutin dan
berulang-ulang. Menurut Framingham Study diacu dalam Awisaba aktivitas fisik
selama 24 jam dibagi menjadi lima yaitu aktivitas tidur, aktivitas berat (olah raga
seperti jogging, sepak bola, atletik, dan sebagainya), aktivitas sedang (belajar, naik
tangga, mencuci, mengepel, menyetrika, menyapu, dan sebagainya), aktivitas ringan
(kegiatan sambil berdiri), dan aktivitas rileks (duduk, berbaring, dan sebagainya)6 .
Aktivitas fisik penting untuk mengetahui apakah aktivitas tersebut dapat mengubah
status zat besi. Performa aktivitas akan menurun sehubungan dengan terjadinya
penurunan konsentrasi hemoglobin dan jaringan yang mengandung zat besi. Zat besi
dalam hemoglobin, ketika jumlahnya berkurang, secara ekstrim dapat mengubah
aktivitas kerja dengan menurunkan transpor oksigen. Menstruasi pada wanita dapat
meningkatkan risiko terjadinya defisiensi zat besi terkait aktivitas fisiknya tanpa
memperhatikan kehilangan darah yang dialami setiap bulan. Pengeluaran zat besi
dapat melalui keringat, feses dan urine, atau hemolisis intravaskular. Studi yang
dilakukan pada atlet wanita menunjukkan bahwa kehilangan zat besi melalui
keringat menurun sejalan dengan waktu. Konsentrasi zat besi terbesar dalam
keringat terjadi selama 30 menit pertama olahraga dan konsentrasi zat besi tersebut
lebih rendah pada lingkungan yang panas dibandingkan lingkungan bersuhu ruang.
Pada berbagai kasus zat gizi mikro, wanita cenderung mempunyai asupan pangan
yang kurang, dan defisiensi memberikan dampak yang merugikan pada aktivitas
fisik.
h. Sosial-Ekonomi
Tempat tinggal juga dapat berhubungan dengan kejadian anemia, remaja yang
tinggal di wilayah perkotaan lebih banyak memiliki pilihan dalam menentukan
makanan karena ketersediaannya yang lebih luas di bandingkan pedesaan. Hasil
Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 juga menunjukan bahwa masyarakat pedesaan
(22,8%) lebih banyak mengalami anemia di bandingkan dengan masyarakat yang
tinggal di perkotaan (20,6%)10

17
I. PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN ANEMIA
Selain karena kurang jumlah sel darahnya, anemia juga dapat terjadi ketika sel
darah merah yang sudah ada tidak mengandung cukup hemoglobin. Hemoglobin
adalah protein khusus yang membantu sel-sel darah merah mengangkut oksigen dari
paru-paru ke seluruh tubuh. Gejala anemia dapat melemahkan dan mengganggu
aktivitas harian. Maka sebelum anemia telanjur kambuh kembali, terapkan langkah
pencegahan berikut ini karena mencegah lebih baik daripada mengobati

1. Makan makanan kaya zat besi

Meski mungkin Anda memiliki cukup jumlah sel darah merah, perannya
mungkin tidak akan maksimal jika kadar hemoglobin di dalamnya sedikit. Hal
ini dapat terjadi jika tubuh Anda tidak mendapatkan cukup asupan zat besi.
Padahal, tubuh membutuhkan asupan zat besi yang cukup untuk menghasilkan
hemoglobin. Hemoglobin adalah zat yang memberi warna merah dan
memungkinkan sel darah membawa oksigen ke seluruh tubuh Anda. Maka dari
itu, Anda bisa melakukan tindak pencegahan anemia sedini mungkin dengan
memperbanyak makan makanan tinggi zat besi. Anda bisa mendapatkannya
dengan makan makanan berikut ini:

 Daging tanpa lemak


 Telur
 Sayuran hijau, seperti bayam dan sawi
 Sereal yang diperkaya zat besi
2. Makan makanan mengandung vitamin B12 

Cara lain untuk mencegah anemia adalah dengan makan makanan tinggi
vitamin B12. adalah nutrisi penting yang dapat membantu menjaga kesehatan
saraf, membuat DNA, dan berperan penting dalam pembentukan sel darah merah
sehat. Masih mengutip tabel AKG milik Kemenkes, orang dewasa disarankan
mencukupi kebutuhan vitamin B12 sebanyak 2,6 mcg setiap hari sebagai langkah
pencegahan anemia.

18
 Anda bisa mendapatkannya lewat makan makanan berikut:
Hati hewan, seperti sapi dan ayam
 Kerang laut 
 Ikan
 Daging
 Unggas 
 Telur
3. Makan makanan mengandung asam folat

Asam folat (vitamin B9) adalah salah satu nutrisi penting yang harus Anda
dapatkan setiap hari untuk mencegah anemia. Asam folat membantu tubuh
membuat sel-sel baru, termasuk sel darah merah baru untuk menggantikan sel
darah merah yang mati.  Tubuh Anda membutuhkan sel darah merah dalam jumlah
yang cukup untuk membawa oksigen ke seluruh tubuh. Jadi, penting agar Anda
mendapatkan asam folat yang cukup setiap hari.Anda bisa mengonsumsi sajian
mengandung asam folat dengan makan makanan berikut ini:

 Sayuran hijau berdaun seperti bayam.


 Buah jeruk
 Kacang polong
 Roti
 Sereal
 Nasi
 Pasta 
4. Mengonsumsi makanan mengandung vitamin C

Sering mengonsumsi makanan atau buah yang mengandung vitamin C


dapat menjadi cara mencegah anemia secara alami. Orang dewasa setidaknya
butuh 75 mg vitamin C dalam sehari untuk menjaga kesehatan sel darah dan
fungsi tubuh lainnya tetap sehat. Vitamin C  berperan dalam penyerapan zat besi
di dalam usus halus. Inilah alasannya mengapa orang yang kekurangan vitamin C
dapat mengalami anemia.

5. Berikan anak susu sapi mulai usia 1 tahun ke atas

19
Menurut American Academy of Pediatrics (AAP), mulai memberikan bayi
minum susu sapi di usia satu tahun dapat menjadi cara pencegahan anemia sejak
dini. AAP justru menekankan jangan memberikan susu sapi terlalu cepat jika anak
belum genap berusia satu tahun. Ada dua alasan mengapa anak bayi di bawah 1
tahun tidak perlu diberikan susu sapi. Pertama susu formula yang terbuat dari sapi
kandungannya zat besinya rendah. Kedua, susu sapi dapat mengiritasi lapisan usus
bayi sehingga memicu perdarahan dan hilangnya zat besi di dalam tubuh
anak. Risikonya memang kecil, tapi kadar zat besi dalam darahnya lama-lama dapat
menurun bila bayi terlalu cepat dan terlalu lama mengonsumsi susu sapi. Maka jika
Anda berniat untuk memberi susu pengganti ASI sebelum bayi genap berusia
setahun, coba berikan dulu susu alternatif lain seperti susu kedelai sebagai cara
mencegah anemia pada bayi. 

6. Berhenti minum alkohol

Apabila Anda memiliki anemia tapi gemar mengonsumsi alkohol, baiknya segera
hentikan kebiasaan tersebut. Pasalnya, mengonsumsi alkohol berlebihan dapat
berdampak buruk pada kesehatan sel darah.Menurut alcohol.org, minuman
memabukkan dapat menurunkan produksi sel darah merah di sumsum tulang. Ini
karena alkohol menyebabkan nutrisi dari makanan lain tidak dapat terserap tubuh
dengan baik. Nutrisi yang banyak berkurang karena minum alkohol umumnya
adalah vitamin B12 dan folat. Vitamin B12 dan folat berguna diserap kedalam usus
untuk digunakan dalam memproduksi sel darah merah. Maka dari itu segera
hentikan kebiasaan buruk minum alkohol sebagai langkah pencegahan agar
terhindar dari anemia.

7. Masak pakai peralatan yang terbuat dari besi

Pencegahan anemia juga dapat dilakukan dengan memasak menggunakan


peralatan berbahan besi (flat iron). Panci dan wajan yang terbuat dari besi akan bantu
memasukkan kadar zat besi ke dalam masakan Anda. Meskipun belum dipastikan apa
hubungannya, beberapa penelitian menemukan bahwa wajan atau panci dari besi dapat
melepaskan zat besi dari makanan yang dimasak. Namun tidak semua bahan masakan

20
bisa mengeluarkan zat besi saat dimasak di wajan besi. Cara mencegah anemia ini
hanya bisa dilakukan pada makanan yang rasanya asam, misalnya saus tomat dan
hidangan yang diolah dengan cuka,lemon, atau jus jeruk nipis. Keuntungan
pencegahan anemia satu ini juga berlaku apabila bahan-bahan alami yang rasanya
asam tersebut dimasukkan terakhir, beberapa saat sebelum makanan matang dan harus
dihidangkan.

21
BAB III

PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Kurang darah atau anemia adalah kondisi ketika tubuh kekurangan sel darah merah
yang sehat atau ketika sel darah merah tidak berfungsi dengan baik. Akibatnya,
organ tubuh tidak mendapat cukup oksigen, sehingga membuat penderita anemia
pucat dan mudah lelah.
2. Anemia dapat dibagi 2 secara patofisiologi dan secara umum
Secara patofisiologi anemia terdiri dari :
1. Penurunan produksi : anemia defisiensi, anemia aplastik.
2. Peningkatan penghancuran : anemia karena perdarahan, anemia hemolitik.
Secara umum anemia dikelompokan menjadi :
a. Anemia mikrositik hipokrom
b. Anemia makrositik
c. Anemia karena perdarahan
d. Anemia hemolitik
e. Anemia aplastik
3. Angka anemia gizi besi di Indonesia sebanyak 72,3%. Kekurangan besi pada
remaja mengakibatkan pucat, lemah, letih, pusing, dan menurunnya konsentrasi
belajar. Penyebabnya, antara lain: tingkat pendidikan orang tua, tingkat ekonomi,
tingkat pengetahuan tentang anemia dari remaja putri, konsumsi Fe, Vitamin C,
dan lamanya menstruasi.
4. Berdasarkan proses patofisiologi terjadinya anemia, dapat digolongkan
pada tiga kelompok:
a. Anemia akibat produksi sel darah merah yang berkurang atau gagal
b. Anemia akibat penghancuran sel darah merah
c. Anemia akibat kehilangan darah
5. Remaja putri merupakan salah satu kelompok yang rawan menderita
anemia,Remaja putri berisiko lebih tinggi terkena anemia dibandingkan
dengan remaja lakilaki.dan anemia juga terjadi pada semua usia,jenis kelamin
22
dan ras/etnis. Wanita usia subur,wanita usia hamil memiliki resiko lebih
tinggi
6. Distribusi geografi anemia , anemia merupakan masalah kesehatan utama di
masyarakat yang sering di jumpai di seluruh dunia terutama di negara
berkembang seperti indonesia. Kelainan tersebut merupakan penyebab
disabilitas kronik yang berdampak besar terhadap kondisi kesehatan,ekonomi
dan kesejahteraan sosial. Penduduk dunia yang mengalami anemia berjumlah
sekitar 30% atau 2,20 miliar orang dengan sebagian besar di antaranya
tinggal di daerah tropis.
7. WHO (World Health Organization) mendefinisikan bahwa anemia
merupakan suatu keadaan dimana kadar hemoglobin kurang dari 12 g/dL
pada perempuan yang berusia diatas 15 tahun dan tidak hamil.
8. Terdapat beberapa penyebab utama anemia, diantaranya :
1. Kehilangan darah akibat perdarahan akut atau kronis
2. Kebutuhan yang meningkat
3. Rendahnya konsumsi sumber zat besi
4. Penyebab lain
9. Untuk mencegah dan mengendalikan
Gejala anemia dapat melemahkan dan mengganggu aktivitas harian.
Maka sebelum anemia telanjur kambuh kembali, terapkan langkah
pencegahan berikut ini karena mencegah lebih baik daripada mengobati.
1. Makan makanan kaya zat besi
2. Makan makanan mengandung vitamin B12
3. Makan makanan mengandung asam folat
4. Mengonsumsi makanan mengandung vitamin C
5. Berikan anak susu sapi mulai usia 1 tahun ke atas
6. Berhenti minum alkohol
7. Masak pakai peralatan yang terbuat dari besi

23
B. SARAN
1. Bagi  Mahasiswa

Diharapkan makalah ini dapat menambah pengetahuan mahasiswa dalam


memberikan pelayanan keperawatan dan dapat menerapkannya dalam kehidupan
sehari-hari.

2. Bagi petugas-petugas Kesehatan

Diharapkan dengan makalah ini sebagai tenaga kesehatan kita harus mampu
mengenali tanda-tanda anemia dan memberikan asuhan keperawatan pada
pasien .

24
BAB IV

DAFTAR PUSTAKA

1. (Masrizal,2007)

2. (Alodokter, 2019)

3. (Penyakit Anemia_ Pengertian, Penyebab, dan Gejala _ HonestDocs, n.d.)

4. (https://gudangmakalah96.blogspot.com/2017/09/makalah-penyakit-
anemia.html/GudangMakalah  Makalah Penyakit Anemia, n.d.)(Klasifikasi Anemia dan Jenis
Penyakitnya yang Paling Umum, n.d.)

5 . (Ilmiah & Kesehatan, 2017)

6. (Masthalina, 2015)

7. (Anemia_ Kenali Jenis Anemia dan Pemeriksaan Laboratoriumnya, n.d.)

8. (Masthalina, 2015)

9. (Meidayati, 2017). (Rahayu, Yulidasari, Putri, & Anggraini, 2019).

10. (Agusta, Puspitasningrum, & Astuti, 2017).

11. Agusta, A. dini, Puspitasningrum, D., & Astuti, R. (2017). FAKTOR YANG BERHUBUNGAN
DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA REMAJA PUTRI Studi Kasus di SMA Islam Terpadu Abu Bakar
Yogyakarta 1.

Alodokter, T. (2019). Anemia - Gejala, penyebab dan mengobati - Alodokter. Diakses


Tanggal5 April 2020.

Anemia_ Kenali Jenis Anemia dan Pemeriksaan Laboratoriumnya. (n.d.).

Fahrizal, K. (n.d.). Hubungan antara usia dan status nutrisi terhadap anemia pada pasien kanker
kolorektal. 5–17.

GudangMakalah Makalah Penyakit Anemia. (n.d.).

25
Ilmiah, J., & Kesehatan, M. (2017). JURNAL ILMIAH MAHASISWA KESEHATAN MASYARAKAT VOL.
2/NO.6/Mei 2017; ISSN 250-731X ,. 2(6), 1–10.

Klasifikasi Anemia dan Jenis Penyakitnya yang Paling Umum. (n.d.).

Masrizal. (2007). Anemia defisiensi besi. Jurnal Kesehatan Masyarakat, II(1), 140–145.

Masthalina, H. (2015). Pola Konsumsi (Faktor Inhibitor Dan Enhancer Fe) Terhadap Status Anemia
Remaja Putri. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 11(1), 80. https://doi.org/10.15294/kemas.v11i1.3516

Meidayati, R. dwi. (2017). PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN TENTANG PENCEGAHAN ANEMIA


TERHADAP SIKAP DALAM PENCEGAHAN ANEMIA PADA REMAJA PUTRI DI SMA NEGERI 1
YOGYAKARTA. 14(7), 450. https://doi.org/10.1177/0309133309346882

patofisiologi anemia - Penelusuran Google. (n.d.).

Pratiwi, I. K. A. R. (2018). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Anemia Postpartum Di


Wilayah Kerja Puskesmas Wates Tahun 2018 Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian
Anemia Postpartum Di Wilayah Kerja Puskesmas Wates Tahun 2018. Skripsi, 1–103.

Rahayu, A., Yulidasari, F., Putri, A. O., & Anggraini, L. (2019). BUKU REFERENSI Metode Orkes-Ku
(Raport Kesehatanku) dalam Mengindentifikasi Potensi kejadian Anemia Gizi pada Remaja.

26
27

Anda mungkin juga menyukai