Anda di halaman 1dari 51

ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN.

D DENGAN
DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN
(DADRS) DI RUANG GARDENIA
RS KELUARGA KITA
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa sebab atas
berkat dan rahmat-Nya makalah “Asuhan Keperawatan Pada An. D Dengan
Dengan Gangguan Sistem Pencernaan (Dadrs) Di Ruang Gardenia Rs Keluarga
Kita” ini dapat terselesaikan dengan baik, walaupun masih memiliki banyak
kekurangan .
Makalah ini disusun dalam rangka untuk memenuhi tugas selama masa
training 3 bulan. Dalam penyusunan makalah ini penulis mengalami beberapa
hambatan dan kesulitan, namun atas bantuan serta bimbingan dari beberapa pihak
makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, pada kesempatan ini
penulis mengucapkan terima kasih kepada:

Penulis menyadari di dalam makalah ini mungkin terdapat kesalahan-


kesalahan, oleh karena itu kami mengharapkan saran dan kritik yang membangun,
guna menyempurnakan makalah ini di kemudian hari.

Tangerang, April 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... i

DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

11. Latar Belakang ................................................................................................ 1


1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................... 3
1.3 Tujuan ............................................................................................................. 3

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Konsep Diare ................................................................................................ 4


2.1.1 Definisi Diare .................................................................................... 4
2.1.2 Klasifikasi Diare ................................................................................. 4
2.1.3 Etiologi Diare .................................................................................... 5
2.1.4 Patofisiologi Diare .............................................................................. 6
2.1.5 Manifestasi Diare ............................................................................... 6
2.16 Penatalaksanaan Medis Diare ............................................................. 7
2.1.7 Pemeriksaan Penunjang Diare ............................................................ 9
2.1.8 Komplikasi Diare ............................................................................... 10
2.2 Diagnosa Keperawatan ................................................................................ 10
2.3 Pathway ........................................................................................................ 11

BAB III TINJAUAN KASUS

3.1 Analisa Data ................................................................................................ 25


3.2 Diagnosa Keperawatan ................................................................................ 26
3.3 Intervensi Keperawatan ............................................................................... 27
3.4 Implementasi dan Evaluasi Keperawatan .................................................... 29

ii
BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan ..................................................................................................... 37


4.2 Saran ................................................................................................................ 37

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 38


LAMPIRAN

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Diare adalah sindrom penyakit yang ditandai dengan perubahan bentuk
dan konsistensi tinja melambat sampai mencair, serta bertambahnya frekuensi
buang air besar dari biasanya hingga 3 kali atau lebih dalam sehari. Dengan
kata lain, diare adalahbuang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cairan
atau setengah cairan. Kandungan air pada tinja lebih banyak dari pada
biasanya (normal 100 –200 mlper jam tinja) atau frekuensi buang air besar
lebih dari 4 kali pada bayi dan 3 kali pada anak (Mahayu, 2016).
Diare adalah salah satu penyakit yang masih menjadi masalah kesehatan
masyarakat di negara-negara berkembang (Raini, 2016). Diare merupakan
penyebab kematian anak-anak nomer dua yaitu 9% dari semua kematian
anak di bawah usia 5 tahun di dunia. Pada tahun 2013, ini berarti 1.600
anak-anak meninggal setiap hari, atau sekitar 580.000 anak pertahun.
Dari tahun 2007 hingga 2013, jumlah tahunan total kematian akibat
diare di kalangan anak-anak di bawah 5 tahun menurun lebih dari 50%,
lebih, lebih dari 12 juta menjadi kurang dari 0,6 juta ( United Nations
International Children’s Fund, 2014).
Penyebab utama kematian yang disebabkan oleh diare adalah karena
dehidrasi sebagai akibat kehilangan cairan dan elektrolit melalui feses.
Penyebab kematian lain adalah disentri, kurang gizi dan infeksi yang serius
seperti pneumonia. Penyakit diare lebih sering terjadi pada bayi dan balita
dari pada anak yang lebih besar. Perbandingan kejadian diare antara anak laki
–laki hampir sama dengan anak perempuan. Cara penularan penyakit diare
adalah secara fecal oral, yaitu melalui makanan atau minuman yang sudah
tercemar (Sodikin, 2011).
Word Health Organization (WHO) pada tahun 2013 mencatat, setiap
tahunnya ada sekitar 1,7 miliar kasus diare dengan angka kematian 760.000

1
2

anak dibawah 5 tahun, secara global terdapat dua juta anak meninggal dunia
setiap tahunnya karena diare. Beberapa negara berkembang, anak-anak usia
dibawah 3 tahun rata-rata mengalami 3 episode diare pertahun. Setiap
episodenya, diare akan menyebabkan kehilangan nutrisi yang dibutuhkan
anak untuk tumbuh, sehingga diare merupakan salah satu penyebab utama
malnutrisi pada anak dan menjadi penyebab kematian kedua pada anak
berusia dibawah 5 tahun (Azmi, 2018).
Secara klinis penyebab diare pada anak yang terbanyak (60-70%)
dikarenakan infeksi Rotavirus sedangkan sekitar 12-20% adalah bakteri dan
kurang dari 10% adalah parasit. Penelitian pada anak yang mengalami diare
akibat infeksi Rotavirus, ditemukan sebanyak 30% juga mengalami
intoleransi laktosa. Penelitian di negara lain bahkan mendapatkan angka
kejadian intoleransi laktosa yang lebih tinggi, yakni sekitar 67% pada diare
karena Rotavirus dan 49% pada diarenon-Rotavirus (Silvana, 2016). Penyakit
diare di Indonesia, masih merupakan masalah kesehatan masyarakat bila
ditinjau dari angka kesakitan dan kematian yang ditimbulkannya. Penyakit
diare termasuk ke dalam sepuluh penyakit terbesar. Berdasarkan hasil Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018, kejadian diare di Baten menduduki
urutan ketujuh terbesar di Indonesia dengan prevalensi diare menurut
kelompok umur terbesar terjadi pada kelompok umur 1-4 tahun adalah 12,3%
menurut diagnose tenaga kesehatan (Kemenkes RI, 2018).
Diare bisa menyebabkan seseorang kekurangan cairan. Diare pada anak
harus ditangani karena bila tidak segera ditangani, diare dapat
menyebabkan tubuh dehidrasi yang fatal (Pudiastuti, 2011). Salah satu
manifestasi klinis yang khas pada diare adalah terjadinya kekurangan
volume cairan. Kekurangan volume cairan adalah penurunan cairan
intravaskuler, interstisial atau intraseluler, ini mengacu pada dehidrasi,
kehilangan cairan saat tanpa perubahan pada natrium (Herdman &
Kamitsuru, 2015).
3

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, penulis akan membahas mengenai
asuhan keperawatan pada An.D dengan DADRS di Ruang Gardenia RS
Keluarga Kita.

1.3 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Penulis dapat melaksanakan asuhan keperawatan pada An.D
dengan DADRS di Ruang Gardenia RS Keluarga Kita.

1.2.2 Tujuan Khusus


1. Melakukan pengkajian secara langsung pada An.D dengan DADRS
di Ruang Gardenia RS Keluarga Kita.
2. Merumuskan masalah dan membuat diagnosa keperawatan pada
An.D dengan DADRS di Ruang Gardenia RS Keluarga Kita.
3. Membuat perencanaan keperawatan pada An.D dengan DADRS di
Ruang Gardenia RS Keluarga Kita.
4. Melaksanakan intervensi keperawatan pada An.D dengan DADRS di
Ruang Gardenia RS Keluarga Kita.
5. Mengevaluasi tindakan keperawatan pada An.D dengan DADRS di
Ruang Gardenia RS Keluarga Kita.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Diare


2.1.1 Definisi Diare
Diare didefinisikan sebagai buang air besar (BAB) encer lebih dari
tiga kali sehari selama dua hari berturut-turut, yang dapat terkait atau
tidak terkait dengan kondisi patologis. Diare dapat diakibatkan oleh
penggunaan antibiotik dan dapat berlangsung selama pengobatan
dengan antibiotik tersebut. Diare juga dapat disebabkan oleh
gastroenteritis virus, keracunan makanan, sindrom malabsorpsi, yang
meliputi intoleran laktosa, malabsorpsi gluten, penyakit usus
inflamatori atau penyakit Crohn, kolitis ulseratif dan sindrom usus
rengsa (Morris, 2014).
Diare adalah peningkatan frekuensi atau penurunan konsistensi
feses. Diare pada anak dapat bersifat akut atau kronik (Carman, 2016).

2.1.2 Klasifikasi Diare


Ada beberapa macam diare diantaranya :
a. Diare akut adalah diare yang berlangsung kurang dari 14 hari.
Diare akut adalah buang air besar pada bayi atau anak lebih dari 3
kali perhari, disertai perubahan konsistensi tinja menjadi cair dengan
atau tanpa lendir dan darah yang berlangsung kurang dari satu
minggu.
b. Diare kronis adalah diare yang berlangsung lebih dari 14 hari.
Diare kronik adalah yang berlangsung lebih dari 14 hari dengan
etiologi non-infeksi.
c. Diare persisten adalah yang berlangsung lebih dari 14 hari dengan
etiologi infeksi (Muhammad Jufri et al,2012).

4
5

2.1.3 Etiologi Diare


Diare disebabkan oleh faktor infeksi, malabsorpsi, makanan, dan
faktor psikologis (Djitowiyono dan Kristiyanasari, 2011). Infeksi
merupakan penyebab utama diare akut akibat bakteri, virus, dan parasit
(Ridha, 2014).
Menurut Dwienda (2014), faktor-faktor penyebab diare adalah
sebagai berikut :
a. Faktor infeksi
1. Infeksi enteral yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan
penyebab utama pada anak. Infeksi enternal disebabkan oleh :
 Infeksi bakteri: vibrio, Escherichia coli, salmonella, shigella,
campylobacter.
 Infeksi virus: enterovirus (virus ECHO, coxsackaie,
poliomyelitis), adenovirus, retrovirus, dan lain-lain.
 Infeksi parasit: cacing (ascori, trichoris, oxyuris, histolitika,
gardia lambia, tricomonas hominis), jamur (candida albicans).
2. Infeksi parenteral yaitu infeksi diluar alat pencernaan makanan
seperti Otitis Media Akut (OMA), tonsillitis, aonsilotaringitis,
bronco pneumonia, encetalitis.
b. Faktor malabsorsi
1. Malabsorpsi karbohidrat disakarida (intolerans laktosa, maltosa,
dan sukrosa), monosakarida (intolerans glukosa, fruktosa, dan
galaktosa), pada bayi dan anak-anak yang terpenting dan tersering
adalah intoleransi laktosa.
2. Malabsorpsi lemak
3. Malabsorpsi protein
c. Faktor makanan: makanan basi, beracun, tidak higienis, tidak matang
saat dimasak, dan alergi terhadap makanan
d. Faktor psikologis: rasa takut,cemas, dan tegang pada anak dapat
menyebabkan diare.
6

2.1.4 Patofisiologi Diare


Mekanisme dasar yang menyebabkan diare ialah yang pertama
gangguan osmotik, akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak
dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalm rongga usus
meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit dalam rongga
usus, isi rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus, isi
rongga usus yang berlebih ini akan merangsang usus untuk
mengeluarkannya sehingga timbul diare.Kedua akibat rangsangan
tertentu ( misalnya toksin) pada dinding usus akan terjadi peningkatan
air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya diare timbul
karena terdapat peningkatan isi rongga usus.Ketiga gangguan motalitas
usus, terjadinya hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya
kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare
sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkanbakteri
timbul berlebihan yang selanjutnya dapat menimbulkan diare pula.
Selain itu diare juga dapat terjadi, akibat masuknya
mikroorganisme hidup kedalam usus setelah berhasil melewati
rintangan asam lambung, mikroorganisme tersebut berkembang biak,
kemudian mengeluarkan toksin tersebut terjadi hipersekresi yang
selanjutnya akan menimbulkan diare ( Titik Lestari,2016).

2.1.5 Manifestasi Klinis


a. Diare akut:
1. Akan hilang dalam waktu 72 jam dari onset.
2. Onset yang tak terduga dari BAB encer, rasa tidak enak,gas-
gasdalam perut.
3. Nyeri pada kuadran kanan bawah di sertai kram dan bunyi pada
perut.
4. Demam
b. Diare kronik :
1. Penurunan BB dan nafsu makan.
7

2. Demam indikasi terjadi infeksi.


3. Dehidrasi tanda-tandanya hipotensi takikardia, denyut lemah.
Menurut dehidrasi :
 Pada anak yang mengalami diare tanpa dehidrasi (kekurangan
cairan), tanda-tandanya : BAB cair 1-2 x sehari, nafsu makan
berkurang, masih ada keinginan untuk bermain.
 Pada anak yang mengalami diare dengan dehidrasi ringan atau
sedang, tanda-tandanya : BAB cair 4-9 x sehari, kadang
muntah 1-2 kali sehari, suhu tubuh kadang meningkat, haus,
tidak nafsu makan, badan lesu lemas.
 Pada anak yang mengalami diare dengan dehidrasi berat,tanda-
tandanya : BAB cari terus menerus, muntah terus menerus,
haus, mata cekung, bibir kering dan biru, tangan dan kaki
dingin, sangat lemas tidak nafsu makan, tidak ada keinginan
untuk bermain, tidak BAK selama 6 jam, kadang dengan
kejang tau panas tinggi. (Titik Lestari, 2016).

2.1.6 Penatalaksanaan

Menurut Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit Dan


Penyehatan Lingkungan (2011) program lima langkah tuntaskan diare
yaitu:
a. Rehidrasi menggunakan Oralit osmolalitas rendah.
Oralit merupakan campuran garam elektrolit, seperti natrium klorida
(NaCl), kalium klorida (KCl), dan trisodium sitrat hidrat, serta
glukosa anhidrat. Oralit diberikan untuk mengganti cairan dan
elektrolit dalam tubuh yang terbuang saat diare.
Berdasarkan penelitian dengan Oralit osmolaritas rendah diberikan
kepada penderita diare akan:
 Mengurangi volume tinja hingga 25%
 Mengurangi mual muntah hingga 30%
8

 Mengurangi secara bermakna pemberian cairan melalui


intravena sampai 33%.
b. Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut Zinc merupakan salah
satu zat gizi mikro yang penting untuk kesehatan dan pertumbuhan
anak. Zinc yang ada dalam tubuh akan menurun dalam jumlah besar
ketika anak mengalami diare. Untuk menggantikan zinc yang hilang
selama diare, anak dapat diberikan zinc yang akan membantu
penyembuhan diare serta menjaga agar anak tetap sehat. Zinc
merupakan salah satu zat gizi mikro yang penting untuk kesehatan
dan pertumbuhan anak. Zinc yang ada dalam tubuh akan menurun
dalam jumlah besar ketika anak mengalami diare. Untuk
menggantikan zinc yang hilang selama diare, anak dapat diberikan
zinc yang akan membantu penyembuhan diare serta menjaga agar
anak tetap sehat. Obat Zinc merupakan tablet dispersible yang larut
dalam waktu sekitar 30 detik.
Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut dengan dosis sebagai
berikut:
1. Balita umur < 6 bulan: 1/2 tablet (10 mg)/ hari
2. Balita umur ≥ 6 bulan: 1 tablet (20 mg)/ hari
c. Pemberian MakanMemberikan makanan selama diare kepada balita
(usia 6 bulan ke atas) penderita diare akan membantu anak tetap kuat
dan tumbuh serta mencegah berkurangnya berat badan. Sering sekali
balita yang terkena diare jika tidak diberikan asupan makanan yang
sesuai umur dan bergizi akan menyebabkan anak kurang gizi. Bila
anak kurang gizi akan meningkatkan risiko anak terkena diare
kembali. Oleh karena perlu diperhatikan:
1. Bagi ibu yang menyusui bayinya, dukung ibu agar tetap menyusui
bahkan meningkatkan pemberian ASI selama diare dan selama
masa penyembuhan (bayi 0 –24 bulan atau lebih).
2. Dukung ibu untuk memberikan ASI eksklusif kepada bayi berusia
0-6 bulan, jika bayinya sudah diberikan makanan lain atau susu
9

formula berikan konseling kepada ibu agar kembali menyusui


eksklusif. Dengan menyusu lebih sering maka produksi ASI akan
meningkat dan diberikan kepada bayi untukmempercepat
kesembuhankarena ASI memiliki antibodi yang penting untuk
meningkatkan kekebalantubuh bayi.
3. Anak berusia 6 bulan ke atas, tingkatkan pemberian makan.
Makanan Pendamping ASI (MP ASI) sesuai umur pada bayi 6 –
24 bulan dan sejak balita berusia 1tahun sudah dapat diberikan
makanan keluarga secara bertahap.
4. Setelah diare berhenti pemberian makanan ekstra diteruskan
selama 2 minggu untuk membantu pemulihan berat badan anak.
d. Antibiotik Selektif Antibiotik hanya diberikan jika ada indikasi,
seperti diare berdarah atau diare karena kolera, atau diare dengan
disertai penyakit lain. Efek samping dari penggunaan antibiotik yang
tidak rasional adalah timbulnya gangguan fungsi ginjal, hati dan
diare yang disebabkan oleh antibiotik.e.Nasihat kepada orang
tua/pengasuh Berikan nasihat dan cek pemahaman ibu/pengasuh
tentang cara pemberian Oralit, Zinc, ASI/makanan dan tanda-tanda
untuk segera membawa anaknya ke petugas kesehatan jika anak:
1. Buang air besar cair lebih sering
2. Muntah berulang-ulang
3. Mengalami rasa haus yang nyata
4. Makan atau minum sedikit
5. Demam
6. Tinjanya berdarah
7. Tidak membaik dalam 3 hari.

2.1.7 Pemeriksaan Penunjang


Menurut Nuraarif & Kusuma (2015) pemeriksaan penunjang pada
diagnos medis diare adalah :
10

a. Pemeriksaan tinja meliputi pemeriksaan makroskopis dan


mikroskopis, Ph dan kadar gula dalam tinja, dan resistensi feses
b. Analisa gas darah apabila didapatkan tanda-tanda gangguan
keseimbangan asam basa.
c. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal
ginjal.
d. Pemeriksaan elektrolit terutama kadar Na,K,kalsium dan Prosfat.

2.1.8 Komplikasi
Menurut Dwienda (2014), komplikasi yang dapat diakibatkan oleh diare
adalah sebagai berikut:
a. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik, hipertonik).
b. Hipokalemia (dengan gejala ineteorismus, lemah, bradikardi).
c. Hipoglikemi.
d. Kejang terutama pada dehidrasi hipertonik.

2.2 Diagnosa Keperawatan


Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai
respons klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang
dialaminya baik berlangsung aktual maupun potensial. Diagnosa keperawatan
bertujuan untuk mengidentifikasi respons klien individu, keluarga dan
komunitas terhadapsituasi yang berkaitan dengan kesehatan. Diagnosa
keperawatan yang sering muncul pada kasus diare menurut
Nuraarif&Kusuma (2015) dan PPNI (2017)sebagai berikut :
a. Diare (D.0020)1)
1. Pengertian
Diare merupakan pengeluaran feses yang sering, lunak dan tidak
berbentuk.
2. Penyebab
 Fisiologis: Proses infeksi
 Psikologis:Kecemasan, dan tingkat stress tinggi
11

 Situasional:Terpapar kontaminan, terpapar toksin, penyalahgunaan


laksatif, penyalahgunaan zat, program pengobatan(mis: agen tiroid,
analgesik, pelunak feses, ferosulfat, antasida, cimetidine dan
antibiotik), perubahan air, makanan dan bakteri pada air.
3. Kriteria Mayor dan Kriteria Minor
Kriteria Mayor
a. Subjektif : -
b. Objektif :
 Defekasi lebih dari 3 kali dalam 24 jam
 Feses lembek atau cair

Kriteria Minor:
a. Subjektif:
 Urgency
 Nyeri/ kram abdomen
b. Objektif:
 Frekuensi peristaltic meningkat
 Bising usus hiperaktif

b. Hipovolemia (D.0023)
1. Pengertian
Hipovolemi merupakan penurunan volume cairan intravaskuler,
interstisiel dan /atau intraseluler.
2. Penyebab
 Kehilangan cairan aktif
 Kekurangan intake cairan
3. Kriteria Mayor dan Minor
Kriteria Mayor
a. Subjektif: -
b. Objektif:
12

 Frekuensi nadi meningkat


 Nadi teraba lemah
 Tekanan darah menurun
 Tekanan nadi menyempit
 Turgor kulit menurun
 Membran mukosa kering
 Volume urin menurun
 Hematokrit meningkat
Kriteria Minor:
a. Subjektif:
 Merasa lemah
 Merasa haus
b. Objektif:
 Pengisian vena menurun
 Status mental berubah
 Suhu tubuh meningkat
 Konsentrasi urin meningkat
 Berat badan turun tiba-tiba

c. Gangguan Integritas Kulit (D.0129)1)


1. Pengertian
Gangguan integritas kulit merupakan kerusakan kulit (dermis dan/atau
epidermis) atau jaringan (membran mukosa, kornea, fasia, otot, tendon,
tulang, kartilago, kapsul sendi, dan/atau ligamen)
2. Penyebab
 Perubahan sirkulasi
 Penurunan mobilitas
 Faktor mekanis (gesekan)
 Kurang terpapar informasi tentang upaya mempertahankan/
melindungi integritas jaringan
13

3. Kriteria Mayor dan Minor


Kriteria Mayor
a. Subjektif: -
b. Objektif:
 Kerusakan jaringan dan atau lapisan kulit
Kriteria Minor:
a. Subjektif: -
b. Objektif:
 Nyeri
 Perdarahan
 Kemerahan
 Hematoma

d. Defisit Nutrisi (D.0019)


1. Pengertian
Defisit nutrisi merupakan asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi
kebutuhan metabolisme.
2. Penyebab
 Kurangnya asupan makanan
 Ketidakmampuan mengabsorbsi nutrient
 Faktor psikologis (mis: stress, keengganan untuk makan)
3. Kriteria Mayor dan Minor
Kriteria Mayor
a. Subjektif: -
b. Objektif:
 Berat badan menurun minimal 10% dibawah rentang ideal
Kriteria Minor:
a. Subjektif:
 Cepat kenyang setelah makan
 Kram/nyeri abdomen
14

 Nafsu makan menurun


b. Objektif:
 Bising usus hiperaktif
 Otot pengunyah lemah
 Otot menelan lemah
 Membrane mukosa pucat
 Sariawan
 Serum albumin turun
 Rambut rontok berlebihan
 Diare

e. Risiko Syok (D.0039)


1. Pengertian
Risiko syok merupakan risiko untuk mengalami ketidakcukupan aliran
darah ke jaringan tubuh, yang dapat mengakibatkan disfungsi seluler
yang mengancam jiwa.
2. Faktor Risiko
 Hipotensi
 Kekurangan volume cairan
15

2.3Pathway
BAB III

TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian
I. Biodata
a. Identitas Kien
Nama : An. D
Tanggal Lahir : 20 Februari 2020
No. RM : 68 11 07
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pendidikan : Belum sekolah
Diagnos Medis : DADRS
Alamat : Perum Grand View Karawaci Blok D7 No 14
Tanggal Masuk : 27-03-2021

II. Keluhan Utama


Orang tua klien mengatakan anaknya mengalami BAB cair ± 5 kali, mual
dan muntah sejak kemarin (26-03-2021).

III. Riwayat Kesehatan


a. Riwayat Kesehatan Sekarang :
Ibu klien mengatakan BAB cair dan muntah ± 5 kali.
b. Riwayat Kesehatan Lalu :
Ibu klien mengatakan pernah mengalami batuk, pilek, demam.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga :
Ibu klien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit menular atau
riwayat penyakit keturunan. An. D juga tidak memiliki riwayat alergi
makanan maupun obat.

16
17

IV. Riwayat Imunisasi

Reaksi setelah
NO Jenis immunisasi Waktu pemberian
pemberian

1. BCG Setelah lahir Tidak ada reaksi

2. DPT (I,II,III) Usia 3, 4 bulan Tidak ada reaksi

3. Polio (I,II,III,IV) Usia 2, 4 bulan Tidak ada reaksi

4. Campak Usia 9 bulan Demam

5. Hepatitis Sejak baru lahir Tidak ada reaksi

V. Riwayat Tumbuh Kembang

A. Pertumbuhan Fisik
1. Berat badan : 10 kg
2. Tinggi badan : 90 cm
3. Waktu tumbuh gigi 12 bulan

B. Perkembangan Tiap tahap


Usia anak saat ini
An.D mulai berguling usia 2 bulan, duduk 8 bulan, merangkak usia 8
bulan, berdiri saat usia 12 bulan. An.D senyum pertama kali sejak
baru lahir.

VI. Riwayat Nutrisi

A. Pemberian ASI
1. Pertama kali disusui : sejak lahir

2. Cara pemberian : Setiap kali menangis

17
18

3. Lama pemberian 6 bulan

B. Pemberian susu formula


1. Alasan pemberian : Asi sedikit

2. Jumlah pemberian : 100-200 ml/hari

3. Cara pemberian : dengan dot

C. Pola perubahan nutrisi tiap tahap usia sampai nutrisi saat ini
Usia Jenis Nutrisi Lama Pemberian

1. 0 – 4 Bulan ASI 6 bulan


2. 4 – 12 Bulan ASI, susu formula 12 bulan
3. Saat ini Nasi, lauk, sayur, air Dari usia 8 bulan
mineral sampai sekarang

VII. Riwayat Psikososial

An.D tinggal bersama kedua orang tuanya, disebuah pedesaan dan dekat
dengan sekolahan, An.D diasuh oleh orang tuanya sendiri dan tinggal
dengan harmonis.

VIII. Riwayat Spiritual

 Support sistem dalam keluarga : keluarga selalu mendidik dari kecil


 Kegiatan keagamaan : orang tua klien mengajarkan berdoa dan
bershalawat

IX. Reaksi Hospitalisasi

A. Pengalaman keluarga tentang sakit dan rawat inap

An.D belum pernah dirawat di rumah sakit sebelumnya.

18
19

X. Aktivitas sehari-hari

A. Nutrisi
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit

1. Selera makan Susah makan Susah makan


2. Menu makan
Nasi, lauk, sayur Bubur
3. Frekuensi makan
4. Makanan 2x 1 hari 3x 1 hari
pantangan
Tidak ada pantangan Tidak ada pantangan
5. Pembatasan pola
karena
makan Tidak ada batasan
6. Cara makan Tidak ada batasan
7. Ritual saat makan
Diberikan oleh orang
Diberikan oleh orang tua
tua
Tidak ada ritual
Tidak ada ritual

B. Cairan
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit

1. Jenis minuman Air mineral Air Mineral


2. Frekuensi minum Setiap kali haus Setiap haus
3. Kebutuhan cairan Susu dan air putih RL

C. Eliminasi (BAB&BAK)
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit

BAB (Buang Air Besar ) :


1. Tempat pembuangan Diapers Diapers
20

2. Frekuensi (waktu) 2x sehari 6x sehari


3. Konsistensi Padat Cair
4. Warna Kuning Kuning
5. Kesulitan Tidak ada Tidak ada
BAK (Buang Air Kecil) :
1. Tempat Diapers Diapers
pembuangan
2. Frekwensi Tidak pernah dihitung 5 kali
3. Warna Kuning jernih Kuning jernih
4. Bau Khas urine Khas urine
5. Kesulitan Tidak ada Tidak ada

D. Istirahat tidur
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit

1. Jam tidur
- Siang 2 jam 1 jam
- Malam 10 jam 9 jam
2. Pola tidur Normal Normal
3. Kebiasaan sebelum tidur Minum susu Minum susu
4. Kesulitan tidur Tidak ada Tidak ada

E. Personal Hygiene
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit

1. Mandi
- Cara Dimandikan Di lap
- Frekuensi 2 x sehari 1 x sehari
- Alat mandi Sabun, sampo, gayung Waslap
2. Cuci rambut
- Frekuensi Setiap mandi Belum keramas
21

3. Gunting kuku 2 x seminggu Belum gunting kuku


- Frekuensi Digunting oleh ibu
4. Gosok gigi
- Frekuensi Tidak Tidak

F. Aktifitas/Mobilitas Fisik
Sebelum
Kondisi Saat Sakit
Sakit

1. Kegiatan sehari-hari Bermain berbaring di tempat


2. Kesulitan pergerakan tubuh Tidak ada Tidak ada

XI. Pemeriksaan Fisik


A. Keadaan Umum : Sakit sedang
Tingkat kesadaran : Kompos mentis

B. Tanda-tanda vital :
a. Suhu : 38,4°C
b. Nadi : 112 x/menit
c. Respirasi : 24 x/menit
C. pernapasan
Hidung :
An.D tampak simetris, tidak terdapat pernapasan cuping hidung, bentuk
dada An.D normal dan suara napas vasikuler.
Leher :
Tidak terdapat pembesaran kelenjar pada leher.
D. Cardiovaskuler
Jantung : tidak terdapat kelainan
22

E. Pencernaan
Bibir kering, tidak ada labioskizis, palatoskizis dan stomatitis, kemampuan
menelan An.D baik, peristaltic usus meningkat didapatkan hasil bising
usus 32 x/menit, didapatkan konsistensi bab cair dan muntah 5 kali.
F. Pendengaran
Fungsi pendengaran An.D baik keadaan telinga bersih.
G. Persyarafan
Tidak terdapat gangguan persyarafan
H. Muskulo Skeletal
Bentuk kepala An.D bulat dan tidak memiliki kelainan bentuk kepala,
gerakan normal dan tidak didapatkan pembengkakan pada bagian kaki dan
tangan An.D
I. Integumen
Pada saat pemeriksaan didapatkan hasil adanya fistula dan furunkle pada
seluruh lapisan kulit An.D.
J. Perkemihan
Pada saat pemeriksaan pada An.D didapatkan hasil tidak ada oedema
palpebra, tidak ada moon face, tidak ada oedema anasarka, kandung kemih
normal, tidak ada nocturia, dan dysuria.
K. Reproduksi
Pada saat pemeriksaan pada An.D didapatkan hasil keadaan glans penis
normal, testis sudah turun.
L. Imunitas
Pada saat pemeriksaan pada An.D tidak memiliki riwayat alergi
23

XII. Pemeriksaan Penunjang


A. Pemeriksaan Laboratorium
Ruang : Gardenia 1 Nama : An.D
Tanggal : 27 Maret 2021 No. RM : 68.11.07
Umur : 1 tahun No. Lab : 27970321
PEMERIKSAAN HASIL NILAI SATUAN
RUJUKAN
HEMATOLOGI
Darah Lengkap
Hemoglobin 13.5 9.6-15.6 g/dl
Lekosit 42 38-48 10^3/ul
Hematokrit 12.0 5.5-17.5 %
Trombosit 425 150-450 10^3/ul
Eritrosit 5.36* 3.4-5.2
Hitung Jenis
Basofil 0 <2 %

Eosinofil 1 1-4 %

Neutrofil 57* 22-51 %

Limfosit 29* 37-73 %

Monosit 13* 2-11 mm/jam


LED
KARBOHIDRAT
Glukosa Sewaktu 80 <180 mg/dl
ELEKTROLIT & GAS DARAH
Natrium 141.3 136-145 mEq/L
Kalium 4.06 3.5-5.1 mEq/L
Clorida 110.1 97-111 mEq/L
24

Ruang : Gardenia 1 Nama : An.D


Tanggal : 27 Maret 2021 No. RM : 68.11.07
Umur : 1 tahun No. Lab : 28050321
PEMERIKSAAN HASIL NILAI SATUAN
RUJUKAN
FESES
Feses Rutin
Makroskopis Feses
Warna (Feses) Kuning
Konsistensi Lunak
Bau Khas
Darah (Feses) Negative Negative
Pus Negative Negative
Lendir Positive* Negative
Mikrokopis Feses

Leukosit (Feses) 2-3 1-3 /LpB


Eritrosit (Feses) 1-2 <1 /LpB
Amoeba Negative Negative
Lain-lain (Feses) Bakter (+2)

XII. Terapi saat ini

1. Ondancetron 3x1mg
2. Paracetamol 100 mg (jika demam)
3. Zink 1x20mg
4. Lacto B 2x1 sachet

3.1 Analisa Data


25

DATA FOKUS DIAGNOSA ETIOLOGI


KEPERAWATAN
Ds : Kategori Fisiologis Bakteri, parasite,
- Ibu Klien mengatakan Subkategori Nutrisi dan makanan
mengatakan BAB Cairan terkontaminasi
cair ± 5 kali D.0023 Hipovolemia ↓
- Ibu klien mengatakan Berkembang dalam
tidak nafsu makan usus
- Ibu klien mengatakan ↓
muntah ± 5 kali Mengiritasi otot
dan lapisan mukosa
Do : intestinum
- BAB 5 kali, warna ↓
kuning, konsistensi Hiperperistaltik
cair ↓
- Tampak mukosa bibir Diare
kering ↓
- Tampak menyusu Frekuensi BAB
menurun meningkat
- Tugor kulit tampak ↓
elastis Hipovolemi
- Mata tampak cekung
- Klien tampak rewel
- Ubun-ubun tampak
lunak dan cekung
- Ttv
Nadi : 112
Suhu : 38,4˚C
Rr : 24 x/m
Ds : Kategori : Lingkungan Bakteri, parasite,
- Ibu klien mengatakan Subkategori : makanan
26

demam Keamanan dan Proteksi terkontaminasi


D.0130 : Hipertermia ↓
Do : Berkembang dalam
- Tampak mukosa bibir usus
kering ↓
- Tubuh terasa panas Mengiritasi otot
- Kulit tampak dan lapisan mukosa
memerah intestinum
- Ttv ↓
Nadi : 112 Inflamasi
Suhu : 38,4˚C ↓
Rr : 24 x/m Merangsang
hipotalamus

Hipertermia
Ds : Kategori Psikologis Bakteri, parasite,
- Ibu klien mengatakan Subkategori Integritas makanan
BAB cair ± 5 kali Ego terkontaminasi
- Ibu klien mengatakan Frekuensi BAB
D.0080 Ansietas
khawatir tentang meningkat
kondisi anaknya ↓
Hipovolemi
Do : ↓
- Ibu klien tampak Anak rewel,
cemas dan gelisah menangis
- Ibu klien menanyakan ↓
kondisi anaknya terus Ansietas
menerus

3.2 Diagnosa Keperawatan


27

1. Hipovolemi
2. Hipertermi
3. Ansietas

3.3 Intervensi Keperawatan

No SDKI SLKI SIKI


1. Kategori Fisiologis L.03028 Status cairan I.02116 Manajemen
Subkategori Nutrisi dan Setelah dilakukan hipovolemia
Cairan tindakan keperawatan Tindakan ;
D.0023 Hipovolemia selama 31-45 menit 1. Pantau tanda dan
Kriteria hasil yang gejala hypovolemia
diharapkan : 2. Memonitor TTV
- Kekuatan nadi 3. Monitor intake dan
- Turgor kulit output cairan
- Output urine 4. Berikan asupan
cairan oral
5. Anjurkan
memperbanyak
asupan cairan oral
6. Kolaborasi
pemberian cairan
IV (mis, NaCl, RL)
2. Kategori : Lingkungan L.14134 I.15506 : Manajemen
Subkategori : Termoregulasi Hipertermia
Keamanan dan Proteksi Setelah dilakukan Tindakan :
D.0130 : Hipertermia tindakan keperawatan 1. Identifikasi
selama 16-30 menit. penyebab
Kriteria hasil yang hipertermia
diharapkan : (dehidrasi, terpapar
- Suhu tubuh lingkungan panas,
28

- Suhu kulit penggunaan


- Menggigil incubator)
- Kejang 2. Monitor suhu
- Kulit merah tubuh
- Hipoksia 3. Longgarkan atau
- Pucat lepaskan pakaian
- Tekanan darah 4. Beri kompres
- Takikardia hangat
- Takipnue 5. Kolaborasi
- Bradikardia pemberian
antipiretik
6. Kolaborasi
pemberian cairan
dan elektrolit
3. Kategori Psikologis l.09093 Tingkat I.09314 Reduksi
Subkategori Integritas ansietas ansietas
ego Setelah dilakukan Tindakan ;
D.0080 Ansietas tindakan keperawatan 1. Identifikasi saat
selama 31-45 menit tingkat berubah
Kriteria hasil yang 2. Monitor tanda-
diharapkan : tanda ansietas
- Verbalisasi (verbal dan
kebingungan nonverbal)
- Verbalisasi 3. Ciptakan suasana
khawair dengan terapetik untuk
kondisi yg menumbuhkan
dihadapi kepercayaan
- Prilaku gelisah 4. Gunakan
pendekatan yang
meyakinkan
5. Identifikasi situasi
29

yang memicu
kecemasan
6. Informasikan
secara factual
mengenai
diagnose,
pengobatan, dan
prognosis

3.4 Implementasi Keperawatan

Nama Pasien : An. D No. RM : 68.11.07

Umur : 1 tahun Ruang : Gardenia 1

Hari ke 1 perawatan

Dx Hari/ Implementasi Evaluasi Ttd


. Tanggal
1 Sabtu 1. Memantau tanda dan S :
27-03-21 gejala hypovolemia - Ibu klien
Jam Hasil: mukosa bibir mengatakan
11:00 kering, mata cekung, BAB cair dan
anak rewel, ubun- muntah ± 5 kali.
ubun cekung - Ibu klien
2. Memonitor TTV mengatakan
Hasil: Nadi : 112 anaknya demam
Suhu : 38,4˚C - Ibu klien
Rr : 24 x/m mengatakan
3. Memonitor intake khawatir tentang
dan output cairan kondisi anaknya
Hasil: intake 200ml O :
30

dan output 500ml - Klien tampak


IWL = 290 lemas, mukosa
BC = -590 bibir kering,
4. Menganjurkan mata cekung,
memperbanyak anak rewel,
asupan cairan oral ubun-ubun
Hasil: sedikit minum cekung
tapi sering (300ml) - Tubuh klien
1,2 5. Memberikan cairan teraba panas
IV (mis, NaCl, RL) - Ibu klien
Hasil: diberikan tampak cemas
cairan RL 10 tpm dan
2 6. Mengidentifikasi menanyakan
penyebab hipertermia kondisi anaknya
Hasil: dehidrasi terus menerus
ringan sedang - Ttv
7. Monitor suhu tubuh Nadi : 112
Hasil: suhu 38,4°c Suhu : 38,4˚C
8. Melonggarkan atau - Rr : 24 x/m
lepaskan pakaian A:
Hasil: pakaian di - Hipovolemi
longgarkan, tidak belum teratasi
memakai pakaian - Hipertermi
tebal belum teratasi
9. Memberi kompres - Ansietas belum
hangat teratasi
Hasil: pasien P :
diberikan kompres - Monitor TTV
hangat - Monitor intake
10. Memberikan dan output
Jam antipiretik - Monitor tanda-
31

13:00 Hasil: pemberian tanda ansietas


paracetamol 100mg (verbal dan
3 11. Mengidentifikasi nonverbal)
saat tingkat berubah - Identifikasi
Hasil: ibu merasa situasi yang
cemas saat anaknya memicu
bab cair terus kecemasan
menerus - Berikan
12. Memonitor tanda- kompres hangat
tanda ansietas (verbal jika demam
dan nonverbal) - Kolaborasi
Hasil: ibu pemberian
menanyakan keadaan cairan IV
anaknya terus - Kolaborasi
menerus pemberian
13. Menciptakan suasana antipiretik
terapetik untuk
menumbuhkan
kepercayaan
Hasil: meyakinkan
ibu tentang kondisi
kesehatan klien
14. Menggunakan
pendekatan yang
tenang dan
meyakinkan
Hasil: memberikan
ketenangan dan
meyakinkan ibu
tentang kondisi klien
15. Mengidentifikasi
32

situasi yang memicu


kecemasan
Hasil: ibu cemas
karena anaknnya bab
cair terus menerus
dan menangis rewel
16. Menginformasikan
secara factual
mengenai diagnose,
pengobatan, dan
prognosis
Hasil: memberikan
informasi terkait
diare yang dialami
klien

Hari ke 2 perawatan

Dx Hari/ Implementasi Evaluasi Ttd


. Tanggal
1 Minggu 1. Memantau tanda dan S :
27-03-21 gejala hypovolemia - Ibu klien
Jam Hasil: mukosa bibir mengatakan
11:00 kering, mata cekung, BAB cair 3 kali
anak rewel, ubun- dan muntah 1
ubun cekung kali.
2. Memonitor TTV - Ibu klien
Hasil: Nadi : 110 mengatakan
Suhu : 38,2˚C anaknya demam
Rr : 24 x/m - Ibu klien
3. Memonitor intake mengatakan
33

dan output cairan khawatir tentang


Hasil: intake 450 ml kondisi anaknya
dan output 350ml O:
Jam IWL = 290 - Klien tampak
08:00 BC = -240 lemas, mukosa
4. Menganjurkan bibir kering,
memperbanyak mata cekung,
asupan cairan oral anak rewel,
Hasil: sedikit minum ubun-ubun
tapi sering (450ml) cekung
1,2 5. Memberikan cairan - Tubuh klien
IV (mis, NaCl, RL) teraba panas
Jam Hasil: diberikan - Ibu klien
17:00 cairan RL 10 tpm tampak cemas
2 6. Monitor suhu tubuh dan
Hasil: suhu 38,2°c menanyakan
7. Melonggarkan atau kondisi anaknya
lepaskan pakaian terus menerus
Hasil: pakaian di - Ttv
longgarkan, tidak Nadi : 110
memakai pakaian Suhu : 38,2˚C
tebal - Rr : 25 x/m
8. Memberi kompres A :
hangat - Hipovolemi
Hasil: pasien belum teratasi
diberikan kompres - Hipertermi
hangat belum teratasi
9. Memberikan - Ansietas belum
antipiretik teratasi
Hasil: pemberian P :
paracetamol 100mg - Monitor TTV
34

11. Mengidentifikasi - Monitor intake


saat tingkat berubah dan output
Hasil: ibu merasa - Monitor tanda-
cemas saat anaknya tanda ansietas
bab cair terus (verbal dan
3 menerus nonverbal)
12. Memonitor tanda- - Identifikasi
tanda ansietas (verbal situasi yang
Jam
dan nonverbal) memicu
11:00
Hasil: ibu kecemasan
menanyakan keadaan - Berikan
anaknya terus kompres hangat
menerus jika demam
13. Menciptakan suasana - Kolaborasi
terapetik untuk pemberian
menumbuhkan cairan IV
kepercayaan - Kolaborasi
Hasil: meyakinkan pemberian
ibu tentang kondisi antipiretik
kesehatan klien
14. Mengidentifikasi
situasi yang memicu
kecemasan
Hasil: ibu cemas
karena anaknnya bab
cair terus menerus
dan menangis rewel

Hari ke 3 perawatan

Dx Hari/ Implementasi Evaluasi Ttd


35

. Tanggal
1 Senin 1. Memantau tanda dan S :
27-03-21 gejala hypovolemia - Ibu klien
Jam Hasil: mukosa bibir mengatakan
10:00 lembab, mata cekung, BAB 3 kali
anak tidak rewel, ampas
ubun-ubun normal - Ibu klien
2. Memonitor TTV mengatakan
Hasil: Nadi : 115 anaknya tidak
Suhu : 37,0˚C demam
Rr : 25 x/m O:
3. Memonitor intake - Mukosa bibir
dan output cairan tampak lembab,
Hasil: intake 800 ml mata cekung,
dan output 300ml anak tidak
Jam IWL = 290 rewel, ubun-
08:00 BC = 210 ubun normal
4. Menganjurkan - Tubuh klien
memperbanyak teraba hangat
asupan cairan oral - Ibu klien tidak
Hasil: sedikit minum tampak cemas
tapi sering (800ml) dan gelisah
1,2 5. Memberikan cairan - Ttv
IV (mis, NaCl, RL) Nadi : 115
Jam Hasil: diberikan Suhu : 37,0˚C
10:00 cairan RL 10 tpm - Rr : 25 x/m
2 6. Monitor suhu tubuh A:
Hasil: suhu 37,0°c - Hipovolemi
7. Memberi kompres belum teratasi
hangat jika demam - Hipertermi
Hasil: klien tidak teratasi
36

demam, suhu 37,0°c - Ansietasi


8. Memberikan teratasi
antipiretik jika P :
demam - Monitor TTV
Jam Hasil: klien tidak - Monitor intake
10:00 demam, suhu 37,0°c dan output
3 15. Memonitor tanda- - Berikan
tanda ansietas (verbal kompres hangat
dan nonverbal) jika suhu ≥
Hasil: ibu klien 37,5°c
tampak tidak cemas - Kolaborasi
16. Mengidentifikasi pemberian
situasi yang memicu cairan IV
kecemasan - Kolaborasi
Hasil: ibu tidak pemberian
cemas karena antipiretik jika
anaknya sudah suhu ≥ 37,5°c
membaik
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Diare adalah peningkatan frekuensi atau penurunan konsistensi feses.
Diare pada anak dapat bersifat akut atau kronik. Klasifikasi diare meliputi
diare akut dan diare kronik. Beberapa faktor penyebab diare diantaranya
faktor infeksi, makanan dan psikologis. Tanda dan gejala diare pada anak
yang mengalami diare dengan dehidrasi ringan atau sedang, tanda-tandanya :
BAB cair lebih dari 3 x sehari, kadang muntah 1-2 kali sehari, suhu tubuh
kadang meningkat, haus, tidak nafsu makan, badan lesu lemas.
Asuhan keperawatan pada pasien Diare Akut Dehidrasi Tingan Sedang
(DADRS) dilakukan secara menyeluruh meliputi pengkajian, diagnosis
keperawatan, rencana tindakan keperawatan, implementasi keperawatan, dan
evaluasi. Pada tahap awal, perawat melakukan pengkajian melalui
wawancara. Berdasarkan hasil pengkajian didapatkan beberapa masalah
kesehatan yang akhirnya dapat memuncu masalah keperawatan yaitu
hipovolemi, hipertermi dan diare.
Dari masalah keperawatan tersebut maka disusun beberapa rencana
intervensi untuk menyelesaikan masalah kesehatan tersebut. Rencana
intervensi disusun berdasarkan masalah yang ditetapkan dan mengacu pada
teori-teori terkait yang kemudian dirangkum dalam rencana kegiatan.

4.2 Saran
4.2.1 Bagi Ruangan
Dengan dibuatnya makalah ini, diharapkan dapat memberikan manfaat
serta pemahaman bagi pembaca tentang DADRS. Semoga prevalensi
DADRS pada anak dapat menurun dengan dilakukan penangan yang
cepat dan tepat.

37
DAFTAR PUSTAKA

Azmi, Jamaluddin Sakung, Herlina Yusuf. 2018. Hubungan SanitasiLingkungan


Dengan Kejadian Diare Pada Anak Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas
Bambaira Kabupaten Pasangkayu: Jurnal Kesehatan Masyarakat.

Carman. 2016. Buku AjarKeperawatan Pediatrik. Edisi 2.Jakarta: EGC.

Dwienda, O. 2014. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi / Balita dan
Anak Prasekolah untuk Para Bidan. Yogyakarta : Deepublish

Juffrie, Muhammad, dkk. 2015. Buku Ajar Gastroenterologi-Hepatologi Jilid 1.


Jakarta: UKK Gastroenterologi-Hepatologi IDAI.

Lestari , T. 2016.Asuhan Keperawatan Anak. Yogyakarta: Nuha Medika

Mahayu, Puri. 2016. Buku Lengkap Perawatan Bayi dan Balita. Yogyakarta :
Saufa.

Morris JC. 2014. Pedoman gizi pengkajian dan dokumentasi. Jakarta: EGC.

Raini, M., Isnawati, A. 2016. Profil Obat Diare Yang Disimpan Di Rumah Tangga
Di Indnesia Tahun 2013.Media Litbangkes, 26 (4),227-234.

Ridha, H. N. 2014.Buku ajarKeperawatan Anak. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Sodikin. 2011. Keperawatan Anak: Gangguan Pencernaan. Jakarta: EGC

Tim Pokja Sdki PPNI. 2016. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia.Jakarta


Selatan.

Tim Pokja Siki PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta
Selatan.

Tim Pokja Slki PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia.Jakarta


Selatan.

38

Anda mungkin juga menyukai