Anda di halaman 1dari 19

Tugas Kelompok

PERAN DAN FUNGSI BIDAN

Dosen : Dr. Runjati, M.Mid

Disusun oleh Kelompok 7 :

Afika Uswatun Hasanah (P1337424722017)

Nathasia Elga Haryono (P1337424722018)

Cakrawati (P1337424722011)

PROGRAM PASCASARJANA

PRODI KEBIDANAN MAGISTER TERAPAN KESEHATAN

POLTEKKES KEMENKES SEMARANG

TAHUN 2023
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bidan merupakan tenaga kesehatan yang mempunyai peran penting
dalam pelayanan maternal dan perinatal dengan jumlah tenaga profesi
bidan tentu berada dekat dengan masyarakat salah satu tantangan yang
harus dihadapi adalah tuntutan masyarakat terhadap pelayanan yang
berkualitas. Untuk itu bidan harus mampu terampil memberikan pelayanan
sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh peraturan perundang undangan.
Bidan diakui sebagai tenaga yang professional dan bertanggungjawab,
bekerja sebagai mitra perempuan untuk memberikan dukungan , nasehat
dan asuhan , baik pada masa kehamilan, masa persalinan dan memberi
asuhan kepada bayi yang baru lahir, serta promosi persalinan normal,
deteksi komplikasi pada ibu dan anak, juga memberikan bantuan secara
medis atau bantuan lain yang sesuai, sekaligus melaksanakan kegawat
daruratan (Ratni and Budiana, 2021).
Tugas bidan mempunyai peranan penting dalam bimbingan
konseling dan pendidikan tentang kesehatan, bukan hanya kepada
perempuan saja akan tetapi juga kepada keluarga dan masyarakat.
Kegiatan tersebut harus mencakup juga pendidikan antenatal dan
persiapan menjadi orang tua yang dapat meluas kepada kesehatan
perempuan, kesehatan reproduksi dan asuhan anak. Oleh sebab itu peran
Bidan dalam masyarakat untuk menjalin hubungan yang dengan klien,
bidan harus memiliki etika profesi yang baik dan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang telah ditetapkan oleh Pemerintah agar bersikap
profesional dalam memberikan asuhan terhadap klien. Peran dan posisi
bidan dalam masyarakat sangat dihargai dan dihormati, karena tugasnya
yang mulia yakni memberi semangat serta membesarkan hati untuk
mendampingi dan menolong ibu yang melahirkan sampai ibu merawat
bayinya dengan baik. Bidan sebagai pekerja yang professional dalam
menjalankan tugas dan prakteknya, bekerja sebagai pandangan filosofis
yang dianut keilmuan, metode kerja, standar praktik pelayanan dan kode
etik yang dimilikinya semua mengacu kepada peraturan perundang
undangan yang berlaku.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat merumuskan bahwa
rumusan masalah yang dapat diambil adalah sebagai berikut :
1. Apa definisi peran bidan?
2. Apa peran bidan sebagai pengelola?
3. Apa peran bidan sebagai pendidik?
4. Apa peran bidan sebagai pelaksana?
5. Apa peran bidan sebagai peneliti?
C. Tujuan Makalah
1. Untuk mengetahui definisi peran bidan
2. Untuk mengetahui peran bidan sebagai pengelola
3. Untuk mengetahui peran bidan sebagai pendidik
4. Untuk mengetahui peran bidan sebagai pelaksana
5. Untuk mengetahui peran bidan sebagai peneliti
D. Manfaat Penelitian
Makalah ini diharapkan dapat menambah wawasan pengetahuan dan
dapat dijadikan sebagai referensi tentang peran seorang bidan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Peran Bidan


Peran merupakan perilaku individu yang diharapkan sesuai
dengan posisi yang dimiliki. Peran yaitu suatu pola tingkah laku,
kepercayaan, nilai dan sikap yang diharapkan dapat menggambarkan
perilaku yang seharusnya diperlihatkan oleh individu pemegang
peran tersebut dalam situasi yang umumnya terjadi (Rezky Fransilya
Sumbung, 2021).
Bidan yaitu seorang perempuan yang telah menyelesaikan
program pendidikan kebidanan baik di dalam negeri maupun di luar
negeri yang diakui secara sah oleh pemerintah pusat dan telah
memenuhi persyaratan untuk melakukan praktik kebidanan
(Undang-undang RI, 2019).
Peran bidan merupakan tingkah laku yang diharapkan oleh
orang lain terhadap seseorang sesuai dengan kedudukan dalam suatu
sistem. Dalam melaksanakan tugas profesi bidan mempunyai peran
sebagai pengelola, pendidik, pelaksana, peneliti (Anggraini et al.,
2020).

B. Bidan Sebagai Pengelola


Sebagai pengelola bidan memiliki dua tugas, yaitu tugas
pengembangan pelayanan dasar kesehatan dan tugas partisipasi
dalam tim.
1. Pengembangkan pelayanan dasar kesehatan
Bidan memiliki tugas untuk mengembangkan pelayanan dasar
kesehatan, terutama pelayanan kebnjanan untuk individu,
keluarga kelompok khusus, dan masyarakat di wilayah kerja
dengan melibatl;can masyarakat/klien.
2. Berpartisipasi dalam tim
Bidan berpartisipasi dalam tim untuk melaksanakan program
kesehatan dan sektor lain di wilayah kerjanya melalui
peningkatan kemampuan dukun bayi, kader kesehatan, serta
tenaga kesehatan lain yang berada di bawah bimbingan dalam
wilayah kerjanya (Anggraini et al., 2020).

C. Bidan Sebagai Pendidik


Sebagai pendidik bidan memiliki 2 tugas yaitu sebagai
pendidik dan penyuluh kesehatan bagi klien serta pelatih dan
pembimbing kader.
1. Memberikan pendidikan dan penyuluhan kesehatan pada klien
Bidan memberi pendidikan dan penyuluhan kesehatan kepada
klien (individu, keluarga, kelompok, serta maryarakat) tentang
penanggulangan masalah kesehatan, khususnya yang
berhubungan dengan kesehatan ibu, anak, dan keluarga
berencana.
2. Melatih dan membimbing kader
Bidan melatih dan membimbing kader, peserta didik kebidanan
dan keperawatan, serta membina dukun di wilayah atau tempat
kerjanya (Anggraini et al., 2020).

D. Bidan Sebagai Pelaksana


Sebagai pelaksana, bidan memiliki tiga kategori tugas, yaitu tugas mandiri,
tugas kolaborasi, dan tugas ketergantungan.
a. Tugas mandiri
Tugas-tugas mandiri bidan, yaitu:
1) Menetapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan
kebidanan yang diberikan.
2) Memberi pelayanan dasar pranikah pada anak remaja dan
dengan melibatkan mereka sebagai klien Membuat rencana
tindak lanjut tindakan/layanan bersama klien.
3) Memberi asuhan kebidanan kepada klien selama kehamilan
norma.
4) Memberi asuhan kebidanan kepada klien dalam masa
persalinar dengan melibatkan klien/keluarga.
5) Memberi asuhan kebidanan pada bayi baru lahir.
6) Memberi asuhan kebidanan pada klien dalam masa nifas
dengan melibatkan klien/keluarga.
7) Memberi asuhan kebidanan pada wanita usia subur yang
membutuhkan pelayanan keluarga berencana.
8) Memberi asuhan kebidanan pada wanita dengan gangguan
system reproduksi dan wanita dalam masa klimakterium serta
menopause.
9) Memberi asuhan kebidanan pada bayi dan balita dengan
melibatkan keluargatan dan pelaporan asuhan(Anggraini et al.,
2020).
b. Tugas Kolaborasi
Tugas-tugas kolaborasi (kerja sama) bidan, yaitu:
1) Menerapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan
kebidanan sesuai fungsi kolaborasi dengan melibatkan klien
dan keluarga.
2) Memberi asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan risiko
tinggi dan pertolongan pertama pada kegawatdaruratan yang
memerlukan tindakan kolaborasi.
3) Mengkaji kebutuhan asuhan pada kasus risiko tinggi dan
keadaan kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan
kolaborasi.
4) Memberi asuhan kebidanan pada ibu dalam masa persalinan
dengan resiko tinggi serta keadaan kegawatdaruratan yang
memerlukan pertolongan pertama dengan tindakan kolaborasi
dengan melibatkan klien dan keluarga.
5) Memberi asuhan kebidanan pada ibu dalam masa nifas dengan
risiko tinggi serta pertolongan pertama dalam keadaan
kegawaldaruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi
bersama klien dan keluarga.
6) Memberi asuhan kebidanan pada bay, baru lahir dengan risiko
tinggi dan pertolongan pertama dalam keadaan
kegawatdaruraran yang memerlukan tindakan kolaborasi
bersama klien dan keluarga.
7) Memberi asuhan kebidanan pada balita dengan risiko cinggi
serta pertolongan pertama dalam keadaan kegawatdaruratan
yang memerlukan tindakan kolaborasi klien dan keluarga
c. Tugas ketergantungan
Tugas-tugas ketergantungan (merujuk) bidan, yaitu:
1) Menerapkan manajamen kebidanan pada setiap asuhan
kebidanan sesuai dengan fungsi keterlibatan klien dan keluarga.
2) Memberi asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan
pada kasus kehamilan dengan risiko tinggi serta
kegawatdaruratan.
3) Memberi asuhan kebidanan melalui konsultasi serta rujukan
pada masa persalinan dengan penyulit tertentu dengan
melibatkan klien dan keluarga.
4) Memberi asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan
pada ibu dalam masa nifas yang disertai penyulit tertentu dan
kegawatdaruratan dengan melibatkan klien dan keluarga.
5) Memberi asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan
kelainan tertentu dan kegawatdaruratan yang memerlukan
konsultasi serta rujukan dengan melibatkan keluarga.
6) Memberi asuhan kebidanan kepada anak balita dengan
kelainan tertentu dan kegawatdaruratan yang memerlukan
konsultasi serta rujukan dengan melibatkan klien/keluarga
(Anggraini et al., 2020).

E. Bidan Sebagai Peneliti


Bidan melakukan investigasi atau penelitian terapan dalam
bidang kesehatan baik secara mandiri maupun berkelompok,
mencakup:
a. Mengidentifikasi kebutuhan investigasi yang akan dilakukan.
b. Menyusun rencana kerja pelatihan.
d. Melaksanakan investigasi sesuai dengan rencana.
e. Mengolah dan menginterpretasikan data hasil investigasi.
f. Menyusun laporan hasil investigasi dan tindak lanjut.
g. Memanfaatkan hasil investigasi untuk meningkatkan dan
mengembangkan program kerja atau pelayanan kesehatan
(Anggraini et al., 2020).

BAB III
ANALISIS JURNAL DAN PEMBAHASAN KASUS
A. ANALISIS JURNAL

Faktor-faktor yang Berhubungan Dengan Kemitraan


Bidan dengan Dukun Bayi dalam Melakukan
Pertolongan Persalinan di Wilayah Kerja Puskesmas
Cirinten
Yaneu Nuraineu*
, Ayi Tansah Rohaeti*
* Poltekkes Kemenkes Banten Jurusan Kebidanan Rangkasbitung

Latar Belakang
Di Indonesia pertolongan persalinan biasa dilakukan oleh
tenaga kesehatan dan non kesehatan.Berbagai upaya dilakukan
dalam rangka penurunan AKI, seperti Making Pregnancy Safer
(MPS), Program Gerakan sayang ibu, penempatan bidan di desa,
peningkatan kemampuan puskesmas menjadi puskesmas PONED
dan kerjasama antara tenaga kesehatan dan dukun. (KPPN/BPPN,
2007), dan program lainnya.Namun kematian ibu masih tetap terjadi,
masih banyak pertolongan persalinan yang dilakukan oleh tenaga
non kesehatan (Dukun), dimana masyarakat menggunakan berbagai
alasan untuk tidak melakukan persalinan di bidan.
Metode Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah survei analitik
dengan menggunakan pendekatan Cross sectional, karena dalam
penelitian ini ingin diperoleh faktorfaktor yang mempengaruhi
kemitraan dukun bayi dengan bidandalam melakukan pertolongan
persalinan. Model pendekatan atau observasi sekaligus pada satu
saat ( point time approach ), tiap subyek hanya diobservasi sekali
saja. (Notoatmodjo, 2010). Penelitian ini dilaksanakan di wilayah
kerja Puskesmas Cirinten Kabupaten Lebak Provinsi Banten pada
bulan Januari tahun 2013.
Populasi penelitian ini adalah keseluruhan dari unit didalam
pengamatan yang akan kita lakukan (Hastono, 2008) / semua dukun
bayi di wilayah kerja Puskesmas Cirinten Kabupaten Lebak provinsi
Banten, berjumlah 61 orang.
Data yang dikumpulkan merupakan data primer. Data
dikumpulkan langsung dari sumber data utama yaitu dukun bayi
yang ada di wilayah Puskesmas Cirinten Kabupaten Lebak
Instrumen yang dipakai dalam pengumpulan data yang dibutuhkan
dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan kuesioner.
Kuesioner kemitraan terdiri dari 15 soal, yang mengidentifikasi
peran fungsi dukun bayi dalam kemitraan, sedangkan variabel sikap
dukun bayi terdiri atas 9 soal, untuk mengetahui bagaimana
tanggapan dukun bayi terhadap kemitraan. Untuk kuesioner sikap
menggunakan skala Likert dimana responden memberikan
tanggapan setuju atau tidak setuju tentang pernyataan yang berisi
kemitraan bidan dengan dukun bayi. Untuk pernyataan positif, nilai
4 : jika sangat setuju (SS), nilai 3 : setuju (S), Nilai 2 : tidak setuju
(TS), nilai 1 : sangat tidak setuju (STS). Sedangkan untuk
pernyataan negatif, nilai 1 : jika sangat setuju (SS), nilai 2 : setuju
(S), Nilai 3 : tidak setuju (TS), nilai 4 : sangat tidak setuju (STS).
Cara pengumpulan data yang dilaksanakan adalah dengan
wawancara/pengisian kuesioner, selanjutnya uji validitas dan
reliabilitas. Suatu variabel (pertanyaan) dikatakan valid bila skor
variabel tersebut berkorelasi secara signifikan dengan skor totalnya.
Tehnik korelasi yang digunakan korelasi pearson product moment
(r).
Simpulan
Sebagian besar dukun bayi di wilayah kerja Puskesmas
Cirinten Kabupaten Lebak berumur ≥ 40 tahun, tidak pernah
mendapatkan pelatihan dukun bayi, memiliki sikap positif
tentangkemitraan dan melakukan kemitraan dengan bidan dalam
melakukan pertolongan persalinan. Terdapat hubungan antara
pelatihan dan sikap dengan kemitraan dukun bayi dengan bidan
dalam melakukan pertolongan persalinan. Tidak terdapat hubungan
antara umur dukun bayi dengan kemitraan dukun bayi dengan bidan
dalam melakukan pertolongan persalinan. (Nuraineu and Rohaeti,
2013)
Dari analisis jurnal ini kita dapat mengambil pelajaran bahwa
memang menjalin hubungan baik dengan dukun atau lintas sector
adalah harus. Agar masalah mengenai Angka Kematian Ibu dan Bayi
teratasi dengan cepat dan tepat, dengan berkolaborasi maka kita
lebih cepat mengambil tindakan untuk mendeteksi sedini mungkin
masalah kesehatan pasien serta tepat dalam pemberian keputusan.

B. KASUS DAN PEMBAHASAN


Berikut adalah beberapa jurnal yang berhubungan dengan peran
bidan yang berhubungan dengan deteksi dini perkembangan dan
pertumbuhan anak :
1. Upaya Peningkatan Pengetahuan Dan Ketrampilan Bidan
Tentang Stimulasi Deteksi Intervensi Dini Tumbuh Kembang
(SDIDTK) Anak Balita di Kabupaten Manggarai
2. Studi Kualitatif: Peran Bidan Dalam Implementasi Kebijakan
Stimulasi Deteksi Dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak
3. Hubungan Pemberian Asi Eksklusif, Pola Asuh Ibu dan Peran
Bidan dengan Pertumbuhan Bayi 6-24 Bulan
NO PENELITI JUDUL TAHUN METODE HASIL
1 Agustina Ina1, Yulianti Upaya Peningkatan 2022 Kegiatan ini Pretest pengetahuan, terendah
Kristiani Banhae2, Pengetahuan Dan dilakukan melalui 28, tertinggi 84 dengan nilai
Natalia Debi Subani3 Ketrampilan Bidan kerja sama bagian posttest terendah 68, tertinggi
Tentang Stimulasi KIA dinas 100, atau naik sebesar 25,1
Jurusan Keperawatan Deteksi Intervensi kesehatan provinsi poin. Bidan mampu
Poltekkes Kemenkes Dini Tumbuh NTT dengan dinas menggunakan buku SDIDTK
Kupang Kembang kesehatan dalam melakukan stimulasi,
(SDIDTK) Anak Kabupaten deteksi tumbuh kembang anak.
Balita di Manggarai. Metode
Kabupaten yang dilakukan
Manggarai yakni ceramah
tanya jawab,
diskusi, simulasi
dan pendampingan
praktek lapangan.
2 Diah Atmarina Yuliani STUDI 2022 Penelitian yang Bidan merupakan ujung
Universitas KUALITATIF: akan dilakukan tombak dalam pelaksanaan
Muhammadiyah PERAN BIDAN adalah bentuk studi kebijakan pemerintah daerah
Purwokerto DALAM kasus tunggal Kabupaten Pekalongan.
IMPLEMENTASI dengan studi kasus Pemerintah daerah Kabupaten
KEBIJAKAN terpancang Pekalongan menyelenggarakan
STIMULASI (embedded pelatihan – pelatihan dan
DETEKSI DAN research). menyediakan APE untuk
INTERVENSI menunjang program. Besarnya
DINI TUMBUH jumlah sasaran, beban kerja
KEMBANG banyak, belum ada kerjasama
ANAK lintas sektor merupakan
hambatan dalam pelaksanaan
program. Upaya untuk
menunjang program yaitu
dengan mengotimalkan buku
KIA dan mengenalkan KKA
( Kartu Kembang Anak ) yang
lebih sederhana kepada kader
dan guru.
3 Lia Gilang Ramdanis Hubungan 2022 Desain penelitian Mayoritas Pertumbuhan Bayi
Sekolah Tinggi Ilmu Pemberian Asi ini adalah 6-24 Bulan adalah normal yaitu
Kesehatan Indonesia Eksklusif, Pola deskriptif analitik sebanyak 47 (65,3%),
Maju Asuh Ibu dan Peran dengan pendekatan mayoritas anak diberikan ASI
Bidan dengan cross-sectional. Ekslusif adalah sebanyak 44
Pertumbuhan Bayi Pada penelitian ini (61,1%), mayoritas pola asuh
6-24 Bulan The yang menjadi adalah baik yaitu sebanyak 38
Relationship of populasi bayi usia (52,8%) dan mayoritas peran
Exclusive 6-24 bulan dengan bidan adalah baik yaitu
Breastfeeding, jumlah balita sebanyak 39 (54,2%). Hasil uji
Maternal Parenting sebanyak 264. statistik hubungan pemberian
and the Role of Jumlah sampel asi ekslusif dengan nilai p-
Midwives with the berdasarkan value = 0,000, hubungan pola
Growth of Infants perhitungan sampel asuh dengan nilai p-value =
6-24 Months adalah 72 0,001 dan hubungan peran
responden dengan bidan dengan nilai p-value =
Teknik Simple 0,008.
Random Sampling.
Pengumpulan data
menggunakan
kuesioner dan diuji
dengan analisis
ChiSquare
Pembahasan
Betapa berharganya masa anak usia dini sehingga dijuluki sebagai
masa keemasan (golden period). Masa ini merupakan jendela kesempatan
(the window of opportunity) untuk mengoptimalkan perkembangan anak.
Namun merupakan masa kritis (critical period) sehingga bila terjadi
penyimpangan tumbuh kembang harus ditemukan dini agar dilakukan
intervensi dini. Ciri dari masa ini yakni pesatnya pembelajaran yang penting
dalam hal memori, dan belajar secara cepat Peran bidan adalah sebagai
parenting educator yakni memberikan edukasi kepada orang tua untuk
memberikan stimulasi yang baik agar perkembangan anak balita
optimal.(Ina et al., 2022)
Kebijakan pemerintah daerah dalam melaksanakan program
pemerintah pusat yang mendukung dalam pelaksanaan SDIDTK tumbuh
kembang balita dan usia anak pra sekolah antara lain : Ada beberapa
informasi yang di sampaikan berkaitan dengan kebijakan yang di ambil
pemerintah daerah dalam melaksanakan program deteksi dini, yaitu dalam
pelaksanaannya sesuai dengan juknis / protap Pusat melalui Dinkes provinsi.
Dan ditentukan skala prioritasnya dalam pelaksanaannya yang lebih urgen
guna mendukung program SDIDTK.(Dan, Dini and Kembang, 2022)
Hambatan – hambatan dalam pelaksanaan stimulasi deteksi dini dan
stimulasi tumbuh kembang balita dan anak usia prasekolah Pelaksanaan
SDIDTK mengalami hambatan seperti tenaga ( SDM ) masih terbatas dari
segi kualitas karena belum semua telah dilatih untuk SDIDTK, sarana
prasarana, dan dana masih belum mencukupi / masih minim dalam
pelaksanaannya. Upaya yang telah dilakukan untuk mengatasinya, pada saat
rapat pembinaan bidan dilakukan sosialisasi SDIDTK, walaupun tidak ada
dana khusus. Sekarang sudah mulai di sosialisasikan kelas ibu balita dan
kelas ibu hamil. Bekerjasama dengan PAUD, Posyandu, dan ibu – ibu balita
di anjurkan untuk membawa buku KIA bersama – sama dengan kader dan
bidan bedah buku.
Riwayat pemberian ASI merupakan faktor yang berpengaruh untuk
mengalami pertumbuhan normal. Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan
cair pertama yang dihasilkan secara alami oleh payudara Ibu. ASI
mengandung berbagai zat gizi yang dibutuhkan yang terformulasikan secara
unik di dalam tubuh ibu untuk menjamin proses pertumbuhan dan
perkembangan bayi. Selain menyediakan nutrisi lengkap untuk seorang anak.
ASI mengandung semua nutrisi yang diperlukan bayi untuk bertahan hidup
pada 6 bulan pertama, meliputi hormon, antibodi, faktor kekebalan sampai
antioksidan. ASI juga memiliki kadar kalsium, fosfor, natrium dan kalium
yang lebih rendah dari pada susu formula sedangkan tembaga, kobalt dan
selenium terdapat dalam kader yang lebih tinggi. Kandungan ASI ini sesuai
dengan kebutuhan balita sehingga dapat memaksimalkan pertumbuhan
termasuk tinggi badan. Pemberian ASI Eksklusif merupakan faktor
perlindungan terhadap stunting sehingga pemberian ASI Eksklusif dapat
mengurangi prevalensi stunting pada anak di bawah usia lima tahun.
Pola asuh orang tua tentang tumbuh kembang sangat membantu anak
mencapai dan melewati pertumbuhan dan perkembangan sesuai tingkatan
usianya dengan normal. Tujuan utama pola asuh orang tua adalah untuk
mempertahankan kehidupan fisik dan meningkatkan kesehatan anak,
memfasilitasi anak untuk mengembangkan kemampuan sejalan dengan
tahapan perkembangannya, dan mendorong peningkatan kemampuan
berperilaku sesuai dengan nilai agama dan budaya yang diyakininya.
Peran bidan sangat dibutuhkan dalam proses petumbuhan bayi,
dimana peran bidan yang baik terutama dalam memberikan konseling,
edukasi maupun fasilitas kepada orangtua yang memiliki bayi 6-24 bulan
maka pertumbuhan bayi tersebut mendapatkan atau lebih banyak yang
mengalami pertumbuhan yang normal. Jika peran bidan yang kurang baik
lebih banyak yang pertumbuhan fisiknya kurus.(Interprofesi, Indonesia and
Ramdanis, 2022)
BAB IV
Penutup

Keseimpulan
Peran bidan merupakan tingkah laku yang diharapkan oleh orang
lain terhadap seseorang sesuai dengan kedudukan dalam suatu sistem.
Dalam melaksanakan tugas profesi bidan mempunyai peran sebagai
pengelola, pendidik, pelaksana, peneliti. Peran bidan sangat dibutuhkan
dalam proses petumbuhan bayi, dimana peran bidan yang baik terutama
dalam memberikan konseling, edukasi maupun fasilitas kepada orangtua
yang memiliki bayi 6-24 bulan maka pertumbuhan bayi tersebut
mendapatkan atau lebih banyak yang mengalami pertumbuhan yang normal.
Referensi

Dan, D., Dini, I. and Kembang, T. (2022) ‘STUDI KUALITATIF: PERAN


BIDAN DALAM IMPLEMENTASI KEBIJAKAN STIMULASI
DETEKSI DAN INTERVENSI DINI TUMBUH KEMBANG
ANAK’, 1(8), pp. 2131–2140.

Ina, A. et al. (2022) ‘VOLUNTEER Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat’,


1(1), pp. 15–22.

Interprofesi, J., Indonesia, K. and Ramdanis, L.G. (2022) ‘Hubungan


Pemberian Asi Eksklusif , Pola Asuh Ibu dan Peran Bidan dengan
Pertumbuhan Bayi 6-24 Bulan’, 1(4), pp. 149–155.

Nuraineu, Y. and Rohaeti, A.T. (2013) ‘Faktor-faktor yang Berhubungan


Dengan Kemitraan Bidan dengan Dukun Bayi dalam Melakukan
Pertolongan Persalinan di Wilayah Kerja Puskesmas Cirinten’, pp.
1–21.

Anggraini, D.D. et al. (2020) Konsep Kebidanan. Jakarta: Yayasan


Kita Menulis.
Ratni, R. and Budiana, I. (2021) ‘Implementasi Praktik Kebidanan
Menurut Undang Undang Nomor: 4 Tahun 2019 Tentang
Kebidanan Di Kota Tasikmalaya’, Prosiding Seminar
Nasional Lppm Ump, pp. 36–41.
Rezky Fransilya Sumbung (2021) ‘Perlindungan Hukum bagi Bidan
Praktik Mandiri dalam Menjalankan Praktik Kebidanan’,
Jurnal Hukum dan Etika Kesehatan, 1(September), pp. 64–
72. Available at: https://doi.org/10.30649/jhek.v1i1.15.
Undang-undang RI (2019) Undang-undang RI No. 38 Tahun 2019,
Tentang Kebidanan.

Anda mungkin juga menyukai