Anda di halaman 1dari 103

MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS PADA KELUARGA

TN “M” DI DESA BAJO INDAH DUSUN II KECAMATAN SOROPIA


KABUPATEN KONAWE
30 MARET 2018

OLEH :
NI NYOMAN SUKRIYANI
P00312014029

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI
JURUSAN DIV KEBIDANAN
2018

1
LEMBAR PENGESAHAN

MENGETAHUI,

PEMBIMBING INSTITUSI

MELANIA ASI, S.Si.T, M.Kes


NIP. 197205311992022001

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Konsep Dasar Komunitas


1.      Pengertian/ Definisi
Konsep merupakan kerangka ide yang mengandung suatu
pengertian tertentu. Kebidanan  berasal dari kata “bidan“. Menurut
kesepakatan antara ICM; IFGO dan WHO tahun 1993, mengatakan
bahwa bidan (midwife) adalah “seorang yang telah mengikuti pendidikan
kebidanan yang diakui oleh Pemerintah setempat, telah menyelesaikan
pendidikan tersebut dan lulus serta terdaftar atau mendapat izin
melakukan praktek kebidanan” (Syahlan, 1996 : 11).
Bidan di Indonesia (IBI) adalah “ seorang wanita yang mendapat
pendidikan kebidanan formal dan lulus serta terdaftar di badan resmi
pemerintah dan mendapat izin serta kewenangan melakukan kegiatan
praktek mandiri” (50 Tahun IBI). Bidan lahir sebagai wanita terpercaya
dalam mendampingi dan menolong ibu-ibu melahirkan, tugas yang
diembankan sangat mulia dan juga selalu setia mendampingi dan
menolong ibu dalam melahirkan sampai sang ibu dapat merawat bayinya
dengan baik. Bidan diakui sebagai profesional yang bertanggungjawab
yang bekerja sebagai mitra prempuan dalam memberikan dukungan yang
diperlukan, asuhan dan nasihat selama kehamilan, periode persalinan dan
post partum, melakukan pertolongan persalinan di bawahtanggung
jwabnya sendiri dan memberikan asuhan pada bayi baru lahir dan bayi.
Kebidanan (Midwifery)  mencakup pengetahuan yang dimiliki dan
kegiatan pelayanan untuk menyelamatkan ibu dan bayi. (Syahlan, 1996 :
12). Komunitas berasal dari bahasa Latin yaitu “Communitas” yang berarti
kesamaan, dan juga “communis” yang berarti sama, publik ataupun
banyak. Dapat diterjemahkan sebagai kelompok orang yang berada di
suatu lokasi/ daerah/ area tertentu (Meilani, Niken dkk, 2009 : 1). Menurut

3
Saunders (1991) komunitas adalah tempat atau kumpulan orang atau
sistem sosial.
Dari uraian di atas dapat dirumuskan definisi Kebidanan Komunitas
sebagai segala aktifitas yang dilakukan oleh bidan untuk menyelamatkan
pasiennya dari gangguan kesehatan. Pengertian kebidanan komunitas
yang lain menyebutkan upaya yang dilakukan Bidan untuk pemecahan
terhadap masalah kesehatan Ibu dan Anak balita di dalam keluarga dan
masyarakat. Kebidanan komunitas adalah pelayanan kebidanan
profesional yang ditujukan kepada masyarakat dengan penekanan pada
kelompok resiko tinggi, dengan upaya mencapai derajat kesehatan yang
optimal melalui pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan, menjamin
keterjangkauan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dan melibatkan
klien sebagai mitra dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi
pelayanan kebidanan (Spradly, 1985; Logan dan Dawkin, 1987 dalam
Syafrudin dan Hamidah, 2009 : 1).
Pelaksanaan pelayanan kebidanan komunitas didasarkan pada
empat konsep utama dalam pelayanan kebidanan yaitu : manusia,
masyarakat/ lingkungan, kesehatan dan pelayanan kebidanan yang
mengacu pada konsep paradigma kebidanan dan paradigma sehat
sehingga diharapkan tercapainya taraf  kesejahteraan hidup masyarakat
(Meilani, Niken dkk, 2009 : 8).
2.      Riwayat Kebidanan Komunitas di Indonesia
Pelayanan kebidanan komunitas dikembangkan di Indonesia
dimana bidan sebagai ujung tombak pemberi pelayanan kebidanan
komunitas. Bidan yang bekerja melayani keluarga dan masyarakat di
wilayah tertentu disebut bidan komunitas (community midwife) (Syahlan,
1996 : 12). Di Indonesia istilah “bidan komunitas”  tidak lazim digunakan
sebagai panggilan bagi bidan yang bekerja di luar Rumah Sakit. Secara
umum di Indonesia seorang bidan yang bekerja di masyarakat termasuk
bidan desa dikenal sebagai bidan komunitas.

4
Sampai saat ini belum ada pendidikan khusus untuk menghasilkan tenaga
bidan yang bekerja di komuniti. Pendidikan yang ada sekarang ini
diarahkan untuk menghasilkan bidan yang mampu bekerja di desa.
3.      Fokus/ Sasaran Kebidanan Komunitas
Menurut ( Syahlan, 1996 : 16 ) Komuniti adalah sasaran pelayanan
kebidanan komunitas. Di dalam komuniti terdapat kumpulan individu yang
membentuk keluarga atau kelompok masyarakat. Dan sasaran utama
pelayanan kebidanan komunitas adalah ibu dan anak.
Menurut UU No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan, yang dimaksud
dengan keluarga adalah suami, istri, anak dan anggota keluarga lainnya. (
Syahlan, 1996 : 16 )
Ibu         :   pra kehamilan, kehamilan, persalinan, nifas dan masa interval.
Anak      :   meningkatkan kesehatan anak dalam kandungan, bayi, balita,
pra sekolah dan sekolah.
Keluarga :  pelayanan ibu dan anak termasuk kontrasepsi, pemeliharaan
anak, pemeliharaan ibu sesudah persalinan, perbaikan gizi,
imunisasi dan kelompok usila (gangrep).
Masyarakat (community): remaja, calon ibu dan kelompok ibu.
Sasaran pelayanan kebidanan komunitas adalah individu, keluarga
dan masyarakat baik yang sehat, sakit maupun yang mempunyai masalah
kesehatan secara umum (Meilani, Niken dkk, 2009 : 9).
4.      Tujuan Pelayanan Kebidanan Komunitas
Pelayanan kebidanan komunitas adalah bagian dari upaya
kesehatan keluarga. Kesehatan keluarga merupakan salah satu kegiatan
dari upaya kesehatan di masyarakat yang ditujukan kepada keluarga.
Penyelenggaraan kesehatan keluarga bertujuan untuk mewujudkan
keluarga kecil, sehat, bahagia dan sejahtera. Kesehatan anak
diselenggarakan untuk mewujudkan pertumbuhan dan perkembangan
anak.

5
Jadi tujuan dari pelayanan kebidanan komunitas adalah
meningkatkan kesehatan ibu dan anak balita di dalam keluarga sehingga
terwujud keluarga sehat sejahtera dalam komunitas tertentu.
5.      Bekerja di Komunitas
Pelayanan kebidanan komunitas dilakukan di luar rumah sakit dan
merupakan bagian atau kelanjutan dari pelayanan kebidanan yang di
berikan rumah sakit. Misalnya : ibu yang melahirkan di rumah sakit dan
setelah 3 hari kembali ke rumah. Pelayanan di rumah oleh bidan
merupakan kegiatan kebidanan komunitas.
Pelayanan kesehatan ibu dan anak di Puskesmas, kunjungan
rumah dan melayani kesehatan ibu dan anak di lingkungan keluarga
merupakan kegiatan kebidanan komunitas.
Sebagai bidan yang bekerja di komunitas maka bidan harus memahami
perannya di komunitas, yaitu :
a.       Sebagai Pendidik
Dalam hal ini bidan berperan sebagai pendidik di masyarakat.
Sebagai pendidik, bidan berupaya merubah perilaku komunitas di wilayah
kerjanya sesuai dengan kaidah kesehatan. Tindakan yang dapat
dilakukan oleh bidan di komunitas dalam berperan sebagai pendidik
masyarakat antara lain dengan memberikan penyuluhan di bidang
kesehatan khususnya kesehatan ibu, anak dan keluarga. Penyuluhan
tersebut dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti ceramah,
bimbingan, diskusi, demonstrasi dan sebagainya yang mana cara tersebut
merupakan penyuluhan secara langsung. Sedangkan penyuluhan yang
tidak langsung misalnya dengan poster, leaf let, spanduk dan sebagainya.
b.      Sebagai Pelaksana (Provider)
Sesuai dengan tugas pokok bidan adalah memberikan pelayanan
kebidanan kepada komunitas. Disini bidan bertindak sebagai pelaksana
pelayanan kebidanan. Sebagai pelaksana, bidan harus menguasai
pengetahuan dan teknologi kebidanan serta melakukan kegiatan sebagai
berikut :

6
1) Bimbingan terhadap kelompok remaja masa pra perkawinan.
2) Pemeliharaan kesehatan ibu hamil, bersalin, nifas, menyusui dan
masa interval dalam keluarga.
3) Pertolongan persalinan di rumah.
4) Tindakan pertolongan pertama pada kasus kebidanan dengan
resiko tinggi di keluarga.
5) Pengobatan keluarga sesuai kewenangan.
6) Pemeliharaan kesehatan kelompok wanita dengan gangguan
reproduksi.
7) Pemeliharaan kesehatan anak balita.
c.       Sebagai Pengelola
Sesuai dengan kewenangannya bidan dapat melaksanakan
kegiatan praktek mandiri. Bidan dapat mengelola sendiri pelayanan yang
dilakukannya. Peran bidan di sini adalah sebagai pengelola kegiatan
kebidanan di unit puskesmas, polindes, posyandu dan praktek bidan.
Sebagai pengelola bidan memimpin dan mendayagunakan bidan lain atau
tenaga kesehatan yang pendidikannya lebih rendah.
Contoh : praktek mandiri/ BPS
d.      Sebagai Peneliti
Bidan perlu mengkaji perkembangan kesehatan pasien yang
dilayaninya, perkembangan keluarga dan masyarakat. Secara sederhana
bidan dapat memberikan kesimpulan atau hipotersis dan hasil analisanya.
Sehingga bila peran ini dilakukan oleh bidan, maka ia dapat mengetahui
secara cepat tentang permasalahan komuniti yang dilayaninya dan dapat
pula dengan segera melaksanakan tindakan.
e.       Sebagai Pemberdaya
Bidan perlu melibatkan individu, keluarga dan masyarakat dalam
memecahkan permasalahan yang terjadi.  Bidan perlu menggerakkan
individu, keluarga dan masyarakat untuk ikut berperan serta dalam upaya
pemeliharaan kesehatan diri sendiri, keluarga maupun masyarakat.

7
f.       Sebagai Pembela klien (advokat)
Peran bidan sebagai penasehat didefinisikan sebagai kegiatan
memberi informasi dan sokongan kepada seseorang sehingga mampu
membuat keputusan yang terbaik dan memungkinkan bagi dirinya.
g.      Sebagai Kolaborator
Kolaborasi dengan disiplin ilmu lain baik lintas program maupun
sektoral.
h.      Sebagai Perencana
Melakukan bentuk perencanaan pelayanan kebidanan individu dan
keluarga serta berpartisipasi dalam perencanaan program di masyarakat
luas untuk suatu kebutuhan tertentu yang ada kaitannya dengan
kesehatan. (Syafrudin dan Hamidah, 2009 : 8). Dalam memberikan
pelayanan kesehatan masyarakat bidan sewaktu – waktu bekerja dalam
tim, misalnya kegiatan Puskesmas Keliling, dimana salah satu anggotanya
adalah bidan.
6.      Jaringan Kerja
Beberapa jaringan kerja bidan di komunitas yaitu Puskesmas/
Puskesmas Pembantu, Polindes, Posyandu, BPS,  Rumah pasien, Dasa
Wisma, PKK. (Syahlan, 1996 : 235)
Di puskesmas bidan sebagai anggota tim bidan diharapkan dapat
mengenali kegiatan yang akan dilakukan, mengenali dan menguasai
fungsi dan tugas masing – masing,    selalu berkomunikasi dengan
pimpinan dan anggota lainnya, memberi dan menerima saran serta turut
bertanggung jawab atas keseluruhan kegiatan tim dan hasilnya.
Di Polindes, Posyandu, BPS dan rumah pasien, bidan merupakan
pimpinan tim/ leader di mana bidan diharapkan mampu berperan sebagai
pengelola sekaligus pelaksana kegiatan kebidanan di komunitas
Dalam jaringan kerja bidan di komunitas diperlukan kerjasama
lintas program dan lintas sektor. Kerjasama lintas program merupakan
bentuk kerjasama yang dilaksanakan di dalam satu instansi terkait,
misalnya : imunisasi, pemberian tablet FE, Vitamin A, PMT dan

8
sebagainya. Sedangkan kerjasama lintas sektor merupakan kerjasama
yang melibatkan institusi/ departemen lain, misalnya : Bulan Imunisasi
Anak Sekolah (BIAS), Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), dan
sebagainya.

B. Konsep Dasar Keluarga


1. Pengertian
Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup
bersama dengan keterikatan aturan dan emosional dan individu
mempunyai peran masing-masing yang merupakan bagian dari keluarga
(Friedman, 1998).
Keluarga adalah satu atau lebih individu yang tinggal bersama,
sehingga mempunyai ikatan emosional dan mengembangkan dalam
interelasi social, peran dan tugas (Spredley, 1996 dalam Murwani, 2008).
Menurut Salvicion G. Bailon & Aracelis Maglaya (1989) dalam
Murwani (2008) menjelaskan bahwa keluarga adalah dua atau lebih dari
dua individu yang tergabung karena hubungan darah, hubungan
perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidup dalam suatu rumah
tangga, berinteraksi satu sama lain, dan di dalam perannya masing –
masing menciptakan serta mempertahankan kebudayaan.
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa keluarga
adalah beberapa individu yang tinggal dalam sebuah keluarga yang
mempunyai ikatan perkawinan, ada hubungan keluarga, sanak famili,
maupun adopsi yang hidup bersama sesuai dengan tujuan keluarga
tersebut.

2. Tipe-tipe keluarga

Tipe-tipe keluarga secara umum menurut Friedman tahun 1998


yang dikemukakan untuk mempermudah pemahaman literatur tentang
keluarga adalah :

9
a. Keluarga inti (konjugal) adalah keluarga yang menikah, sebagai
orang tua atau pemberian nafkah. Keluarga inti terdiri dari suami,
istri dan anak mereka (anak kandung, anak adopsi atau keduanya).
b. Keluarga orientasi (keluarga asal) adalah unit keluarga yang
di dalamnya seseorang dilahirkan.
c. Keluarga besar adalah keluarga inti dan orang-orang yang
berhubungan (oleh darah), yang paling lazim menjadi anggota
keluarga orientasi yaitu salah satu teman keluarga inti.

Sedangkan menurut Wahid Iqbal (2006) tipe keluarga ada 15


antara lain :
a. Tradisional nuclear
Keluarga inti yang terdiri dari ayah, ibu dan anak yang tinggal
dalam satu rumah ditetapkan oleh sanksi-sanksi legal dalam suatu
ikatan perkawinan, satu/keduanya dapat bekerja di luar rumah.
b. Extended family
Pembentukan baru dari keluarga inti melalui perkawinan suami /
istri, tinggal dalam pembentukan satu rumah dengan anak-
anaknya, baik itu bawaan dari perkawinan lama maupun hasil
dari perkawinan baru. Satu atau keduanya dapat bekerja di luar
rumah.
c. Niddle age / aging couple
Suami sebagai pencari uang, istri dirumah / kedua-duanya bekerja
di rumah, anak-anak sudah meninggalkan rumah karena sekolah /
perkawinan / meniti karier.
d. Dyadic nuclear
Suami istri yang sudah berumur dan tidak mempunyai anak,
keduanya / salah satu bekerja diluar rumah.
e. Single parent
Satu orang tua sebagai akibat perceraian / kematian pasangannya
dan anak- anaknya dapat tinggal di rumah / di luar rumah.

10
f. Dual carrier
Suami istri / keduanya orang karier dan tanpa anak.
g. Commuter married
Suami istri / keduanya orang karier dan tinggal terpisah pada jarak
tertentu, keduanya saling mencari pada waktu-waktu tertentu.
h. Singgle adult
Wanita / pria dewasa yang tinggal sendiri dengan tidak
adanya keinginan untuk kawin.
i. Three generation
Tiga generasi atau lebih tinggal dalam satu rumah.
j. Institusional
Anak-anak / orang dewasa yang tinggal dalam suatu panti.
k. Comunal
Satu rumah terdiri dari dua / lebih pasangan yang monogami
dengan anak- anaknyadan bersama-sama dalam penyediaan
fasilitas.
l. Group marriage
Satu perumahan terdiri dari orang tua dan keturunananya di
dalam satu kesatuan keluarga dan tiap individu adalah kawin
dengan yang lain dan semua adalah orang tua dari anak-anak.
m. Unmarried parent and child
Ibu dan anak dimana perkawinan tidak dikehendaki, anaknya
diadopsi.
n. Cohibing couple
Dua orang atau satu pasangan yang tinggal bersama tanpa kawin.
Menurut Murwani (2008) tipe keluarga dibagi menjadi 2 yaitu :
a. Tipe keluarga tradisional
1) Keluarga inti yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari suami, istri
dan anak (kandung atau angkat).

11
2) Keluarga besar yaitu keluarga inti ditambah dengan keluarga lain
yang mempunyai hubungan darah, missal kakek, nenek, paman
dan bibi.
3) Keluarga Dyad yaitu suatu keluarga yang terdiri dari suami dan
istri tanpa anak.
4) Single parent yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari satu
orang tua (ayah / ibu) dengan anak (kandung / angkat). Kondisi ini
dapat disebabkan oleh perceraian / kematian.
5) Single adult yaitu suatu rumah tangga yang hanya terdiri seorang
dewasa (misalnya seorang yang telah dewasa kemudian tinggal
kost untuk bekerja atau kuliah).

b. Tipe keluarga non tradisional


1) The unmarriedtrenege mather yaitu keluarga yang terdiri dari
orang tua (terutama ibu) dengan anak dari hubungan tanpa nikah.
2) The stepparent family yaitu keluarga dengan orang tua tiri.
3) Commune family yaitu beberapa pasangan keluarga (dengan
anaknya) yang tidak ada hubungan saudara hidup bersama
dalam satu rumah, sumber dan fasilitas yang sama, pengalaman
yang sama : sosialisasi anak dengan melalui aktivitas kelompok
atau membesarkan anak bersama.
4) The non marital heterosexual cohibitang family yaitu keluarga yang
hidup bersama dan berganti-ganti pasangan tanpa melalui
pernikahan.
5) Gay and lesbian family yaitu seseorang yang mempunyai
persamaan sex hidup bersama sebagaimana suami istri (marital
partners).
6) Cohabiting couple yaitu orang dewasa yang hidup bersama diluar
ikatan perkawinan karena beberapa alasan tertentu.
7) Group marriage family yaitu beberapa orang dewasa
menggunakan alat- alat rumah tangga bersama yang saling

12
merasa sudah menikah, berbagi sesuatu termasuk seksual dan
membesarkan anak.
8) Group network family yaitu keluarga inti yang dibatasi aturan atau
nilai- nilai, hidup bersama atau berdekatan satu sama lainnya dan
saling menggunakan barang-barang rumah tangga bersama,
pelayanan, dan tanggung jawab membesarkan anak.
9) Foster family yaitu keluarga yang menerima anak yang tidak
ada hubungan keluarga atau saudara didalam waktu sementara,
pada saat orangtua anak tersebut perlu mendapatkan bantuan
untuk menyatukan kembali keluarga aslinya.
10)Homeless family yaitu keluarga yang membentuk dan tidak
mendapatkan perlindungan yang permanen karena krisis personal
yang dihubungkan dengan keadaan ekonomi dan atau problem
kesehatan mental.
11)Gang yaitu sebuah bentuk keluarga yang destruktif dari orang-
orang muda yang mencari ikatan emosional dan keluarga yang
mempunyai perhatian tetapi berkembang dalam kekerasan dan
kriminal dalam kehidupan.
3. Tahap perkembangan
keluarga
Tahap perkembangan keluarga menurut Friedman (1998) adalah :
a. Tahap 1 : Keluarga pemula
Perkawinan dari sepasang insan menandai bermulanya
sebuah keluarga baru, keluarga yang menikah atau prokreasi dan
perpindahan dari keluarga asal atau status lajang ke hubungan baru
yang intim.
b. Tahap II : Keluarga yang sedang mengasuh anak
Tahap kedua dimulai dengan kelahiran anak pertama hingga bayi
berumur 30 bulan. Biasanya orang tua bergetar hatinya dengan kelahiran
anak pertama mereka, tapi agak takut juga. Kekhawatiran terhadap bayi
biasanya berkurang setelah beberapa hari, karena ibu dan bayi tersebut

13
mulai mengenal. Ibu dan ayah tiba-tiba berselisih dengan semua
peran-peran mengasyikkan yang telah dipercaya kepada mereka. Peran
tersebut pada mulanya sulit karena perasaan ketidakadekuatan menjadi
orang tua baru.
c. Tahap III : Keluarga yang anak usia prasekolah
Tahap ketiga siklus kehidupan keluarga dimulai ketika anak
pertama berusia 2,5 tahun dan berakhir ketika anak berusia 5 tahun.
Sekarang, keluarga mungkin terdiri tiga hingga lima orang, dengan posisi
suami - ayah, istri – ibu, anak laki-laki – saudara, anak perempuan –
saudari. Keluarga menjadi lebih majemuk dan berbeda.
d. Tahap IV : Keluarga dengan anak usia sekolah
Tahap ini dimulai ketika anak pertama telah berusia 6 tahun
dan mulai masuk sekolah dasar dan berakhir pada usia 13 tahun, awal
dari masa remaja. Keluarga biasanya mencapai jumlah anggota
maksimum, dan hubungan keluarga di akhir tahap ini.
e. Tahap V : Keluarga dengan anak remaja
Ketika anak pertama melewati umur 13 tahun, tahap kelima
dari siklus kehidupan keluarga dimulai. Tahap ini berlangsung selama 6
hingga 7 tahun, meskipun tahap ini dapat lebih singkat jika anak
meninggalkan keluarga lebih awal atau lebih lama jika anak masih tinggal
dirumah hingga brumur 19 atau 20 tahun.
f. Tahap VI : Keluarga yang melepaskan anak usia dewasa muda
Permulaan dari fase kehidupan keluarga ini ditandai oleh
anak pertama meninggalkan rumah orang tua dan berakhir dengan
rumah kosong, ketika anak terakhir meninggalkan rumah. Tahap ini
dapat singkat atau agak panjang, tergantung pada berapa banyak anak
yang ada dalam rumah atau berapa banyak anak yang belum menikah
yang masih tinggal di rumah.
g. Tahap VII : Orang tua pertengahan
Tahap ketujuh dari siklus kehidupan keluarga, tahap usia
pertengahan dari bagi oarngtua, dimulai ketika anak terakhir

14
meninggalkan rumah dan berakhir pada saat pensiun atau kematian
salah satu pasangan. Tahap ini biasanya dimulai ketika orangtua
memasuki usia 45-55 tahun dan berakhir pada saat seorang pasangan
pensiun, biasanya 16-8 tahun kemudian.

h. Tahap VIII : Keluarga dalam masa pensiun dan lansia


Tahap terakhir siklus kehidupan keluarga dimulai dengan salah
satu atau kedua pasangan memasuki masa pensiun, terus berlangsung
hingga salah satu pasangan meninggal, dan berakhir dengan pasangan
lain meninggal.
4. Tugas perkembangan keluarga
Tugas perkembangan keluarga menurut Friedman (1998) yaitu :
a. Tahap I : Keluarga pemula
1) Membangun perkawinan yang saling memuaskan.
2) Menghubungkan jaringan persaudaraan secara harmonis.
3) Keluarga berencana (keputusan tentang kedudukan sebagai
orangtua).
b. Tahap II : Keluarga yang sedang mangasuh anak
1) Membentuk keluarga muda sebagai sebuah unit yang
mantap (mengintegrasikan bayi baru kedalam keluarga).
2) Rekonsilisiasi tugas-tugas perkembangan yang
bertentangan dan kebutuhan anggota keluarga.
3) Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan.
4) Memperluas persahabatan dengan keluarga besar dengan
menambahkan peran-peran orangtua dan kakek-nenek.
c. Tahap III : Keluarga dengan anak usia pra sekolah
1) Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti rumah, ruang
bermain, privasi, keamanan.
2) Mensosialisasikan anak.
3) Mengintegrasikan anak yang baru sementara tetap memenuhi
kebutuhan anak-anak yang lain.

15
4) Mempertahankan hubungan yang sehat dalam keluarga
(hubungan perkawinan dan hubungan orangtua dan anak) dan
diluar keluarga (keluarga besar dan komunitas).
d. Tahap IV : Keluarga dengan anak usia sekolah
1) Membantu sosialisasi anak dengan tetangga, sekolah dan
lingkungan
2) Mempertahankan hubungan perkawinan bahagia
3) Memenuhi kebutuhan dan biaya hidup yang semakin meningkat
4) Meningkatkan komunikasi terbuka
e. Tahap V : Keluarga dengan anak remaja
1) Menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung jawab ketika
remaja menjadi dewasa dan semakin mandiri
2) Memfokuskan kembali hubungan perkawinan
3) Berkomunikasi secara terbuka antara orangtua dan anak-anak
f. Tahap VI : Keluarga dengan melepaskan anak usia dewasa muda.
1) Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar
2) Mempertahankan keintiman pasangan
3) Membantu orang tua suami/isteri yang sedang sakit dan
memasuki masa tua
4) Membantu anak untuk mandiri di masyarakat
5) Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga
g. Tahap VII : Orangtua usia pertengahan.
1) Mempertahankan kesehatan
2) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan teman
sebaya dan anak-anak
3) Meningkatkan keakraban pasangan

h. Tahap VIII : Keluarga dengan masa pensiun dan lansia.


1) Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan
2) Adaptasi dengan perubahan, kehilangan pasangan, teman, dll
3) Mempertahankan keakraban suami-isteri dan saling merawat
4) Mempertahankan hubungan dengan anak dan sosial masyarakat

16
5) Melakukan “ Life Review”
5. Masalah-masalah kesehatan
Masalah-masalah kesehatan pada keluarga yang muncul menurut
Friedman (1998) yaitu :
a. Tahap I : Keluarga pemula
1) Penyesuaian seksual dan peran perkawinan
2) Penyuluhan dan konseling keluarga berencana
3) Penyuluhan dan konseling prenatal
4) Komunikasi
b. Tahap II : Keluarga yang sedang mangasuh anak
1) Pendidikan maternitas yang berpusat pada keluarga
2) Perawatan bayi yang baik
3) Pengenalan dan penanganan masalah-masalah kesehatan fisik
secara dini
4) Imunisasi
5) Konseling perkembangan anak
6) Keluarga berencana
7) Interaksi keluarga
8) Bidang-bidang peningkatan kesehatan umum (gaya hidup)
c. Tahap III : Keluarga dengan anak usia pra sekolah
1) Masalah kesehatan fisik yang utama adalah penyakit-penyakit
menular yang lazim pada anak dan jatuh, luka bakar
2 ) Keracunan
3) Kecelakaan-kecelakaan yang lain yang terjadi selama usia
sekolah d. Tahap IV : Keluarga dengan anak usia sekolah
e. Tahap V : Keluarga dengan anak remaja
1) Penyalahgunaan obat-obatan dan alkohol
2 ) Keluarga berencana
3 ) Kehamilan yang tidak dikehendaki
4) Pendidikan dan konseling seks

17
f. Tahap VI : Keluarga dengan melepaskan anak usia dewasa muda.
1) Masa komunikasi dewasa muda-orang tua
2 ) Transisi peran suami-isteri
3 ) Memberi perawatan (bagi orang tua lanjut usia)
4) Kondisi kesehatan kronis misalnya kolesterol tinggi, obesitas,
tekanan darah tinggi
5) Masalah menopause
6 ) Efek-efek : minum, merokok, diet
g. Tahap VII : Orangtua usia pertengahan.
1) Promosi kesehatan, istirahat yang cukup, kegiatan waktu luang
dan tidur, nutrisi yang baik, program olahraga yang teratur,
pengurangan barat badan hingga berat nadan yang optimum,
berhenti merokok, berhenti atau mengurangi alkohol, pemeriksaan
skrining kesehatan preventif.
2) Masalah berhubungan dengan perkawinan
3) Komunikasi & hubungan dengan anak-anak, ipar, cucu dan
orangtua yang lanjut usia.
4) Masalah berhubungan dengan perawatan : membantu
perawatan orangtua yang lanjut usia dan tidak mampu merawat
diri.
h. Tahap VIII : Keluarga dengan masa pensiun dan lansia.
1) Menurunnya fungsi
2) Menurunkan kekuatan fisik, sumber financial yang tidak memadai,
isolasi sosial, kesepian
3) Kerentanan psiklogis
4) Promosi kesehatan
6. Struktur keluarga
Struktur keluarga menurut Mubarak (2009) antara lain :
a) Struktur komunikasi
Komunikasi dalam keluarga dikatakan berfungsi apabila : jujur,
terbuka, melibatkan emosi, konflik selesai dan ada hirarki

18
kekuatan, komunikasi keluarga bagi pengirim : memberikan pesan,
memberikan umpan balik dan valid. Komunikasi dalam keluarga
dikatakan tidak berfungsi apabila: tertutup, adanya issu atau gosip
negatif, tidak berfokus pada satu hal dan selalu mengulang issu
dan pendapat sendiri, komunikasi keluarga bagi pengirim bersifat
asumsi, ekspresi perasaan tidak jelas, judgemental exspresi dan
komunikasi tidak sesuai. Penerima gagal mendengar, diskualifikasi,
ofensif (bersifat negatif), terjadi miskomunikasi dan kurang atau
tidak valid.
b) Struktur peran
Struktur peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan
sesuai dengan posisi sosial yang diberikan. Jadi pada struktur
peran bisa bersifat formal atau informal.
c) Struktur kekuatan
Struktur kekuatan adalah kemampuan dari individu untuk,
mengontrol, mempengaruhi atau mengubah perilaku orang lain.
d) Struktur nilai dan norma
Nilai adalah sistem ide-ide, sikap keyakinan yang mengikat
anggota keluarga dalam budaya tertentu. Sedangkan norma
adalah pola perilaku yang diterima pada lingkungan sosial tertentu,
lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat sekitar keluarga.

C. Konsep Dasar Asi Eksklusif


1.      Pengertian
ASI Eksklusif adalah pemberian Asi saja kepada bayi berumur 0-6
bulan tanpa memberikan makanan atau minuman lain, menurut ahli
kesehatan, bayi pada usia tersebut sudah terpenuhi gizinya hanya dengan
ASI saja. Manfaat ASI Eksklusif yaitu agar bayi kebal terhadap beragam
penyait pada usia selanjutnya (Depkes,2006:105).
ASI Eksklusif  adalah pemberian ASI (air susu ibu) sedini mungkin
setelah persalinan, diberikan tanpa jadwal dan tidak diberi makanan lain,

19
walupun hanya air putih sampai bayi berumur 6 bulan (Sri Purwanti
Hubertin,2004:3).
Menyusui Eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI saja tanpa tambahan
cairan lain atau makanan padat, bayi harus sering disusui serta tanpa
batasanwaktu (Suradi Rulina dan Utami Roesela,2008:32). Bayi hanya
diberi ASI saja secara eksklusif sejak lahir sampai usia 6 bulan. Setelah
itu diberi makanan padat pendamping yang cukup dan sesuai. Sedangkan
ASI tetap diberikan sampai usia 2 tahun atau lebih.
2.      Manfaat Asi
a.      Untuk Bayi
1) Pemberian ASI merupakan metode pemberian makan bayi yang
terbaik, terutama pada bayi umur kurang dari 6 bulan, selain juga
bermanfaat bagi ibu. ASI mengandung semua zat gizi dan cairan
yang dibutuhkan untuk memenuhi seluruh gizi bayi pada 6 bulan
pertama kehidupannya
2) Pada umur 6 sampai 12 bulan, ASI masih merupakan makanan
utama bayi, karena mengandung lebih dari 60% kebutuhan bayi.
Guna memenuhi semua kebutuhan bayi, perlu ditambah dengan
Makanan Pendamping ASI (MP-ASI)
3) Setelah umur 1 tahun, meskipun ASI hanya bisa memenuhi 30%
dari kebutuhan bayi, akan tetapi pemberian ASI tetap dianjurkan
karena masih memberikan manfaat.
4) ASI disesuaikan secara unik bagi bayi manusia, seperti halnya
susu sapi adalah yang terbaik untuk sapi
5) Komposisi ASI ideal untuk bayi
6) Dokter sepakat bahwa ASI mengurangi resiko infeksi lambung-
usus, sembelit, dan alergi
7) Bayi ASI memiliki kekebalan lebih tinggi terhadap penyakit.
Contohnya, ketika si ibu tertular penyakit (misalnya melalui
makanan seperti gastroentretis atau polio), antibodi sang ibu
terhadap penyakit tersebut diteruskan kepada bayi melalui ASI

20
8) Bayi ASI lebih bisa menghadapi efek kuning (jaundice). Level
bilirubin dalam darah bayi banyak berkurang seiring dengan
diberikannya kolostrum dan mengatasi kekuningan, asalkan bayi
tersebut disusui sesering mungkin dan tanpa pengganti ASI.
9) ASI selalu siap sedia setiap saat bayi menginginkannya, selalu
dalam keadaan steril dan suhu susu yang pas
10) Dengan adanya kontak mata dan badan, pemberian ASI juga
memberikan kedekatan antara ibu dan anak. Bayi merasa aman,
nyaman dan terlindungi, dan ini mempengaruhi kemapanan emosi
si anak di masa depan.
11) Apabila bayi sakit, ASI adalah makanan yang terbaik untuk
diberikan karena sangat mudah dicerna. Bayi akan lebih cepat
sembuh.
12) Bayi prematur lebih cepat tumbuh apabila mereka diberikan ASI
perah. Komposisi ASI akan teradaptasi sesuai dengan kebutuhan
bayi, dan ASI bermanfaat untuk menaikkan berat badan dan
menumbuhkan sel otak pada bayi prematur.
13) Beberapa penyakin lebih jarang muncul pada bayi ASI, di
antaranya: kolik, SIDS (kematian mendadak pada bayi), eksim,
Chron’s disease, dan Ulcerative Colitis.
14) IQ pada bayi ASI lebih tinggi 7-9 point daripada IQ bayi non-ASI.
Menurut penelitian pada tahun 1997, kepandaian anak yang
minum ASI pada usia 9 1/2 tahun mencapai 12,9 poin lebih tinggi
daripada anak-anak yang minum susu formula.
15) Menyusui bukanlah sekadar memberi makan, tapi juga mendidik
anak. Sambil menyusui, eluslah si bayi dan dekaplah dengan
hangat. Tindakan ini sudah dapat menimbulkan rasa aman pada
bayi, sehingga kelak ia akan memiliki tingkat emosi dan spiritual
yang tinggi. Ini menjadi dasar bagi pertumbuhan manusia menuju
sumber daya manusia yang baik dan lebih mudah untuk
menyayangi orang lain.

21
b.         Untuk Ibu
1) Hisapan bayi membantu rahim menciut, mempercepat kondisi
ibu untuk kembali ke masa pra-kehamilan dan mengurangi
risiko perdarahan
2) Lemak di sekitar panggul dan paha yang ditimbun pada masa
kehamilan pindah ke dalam ASI, sehingga ibu lebih cepat
langsing kembali
3) Penelitian menunjukkan bahwa ibu yang menyusui memiliki
resiko lebih rendah terhadap kanker rahim dan kanker
payudara.
4) ASI lebih hemat waktu karena tidak usah menyiapkan dan
mensterilkan botol susu, dot, dsb
5) ASI lebih praktis karena ibu bisa jalan-jalan ke luar rumah tanpa
harus membawa banyak perlengkapan seperti botol,
kaleng susu formula, air panas, dsb
6) ASI lebih murah, karena tidak usah selalu membeli susu kaleng
dan perlengkapannya
7) ASI selalu bebas kuman, sementara campuran susu
formulabelum tentu steril
8) Penelitian medis juga menunjukkan bahwa wanita yang
menyusui bayinya mendapat manfaat fisik dan manfaat
emosional
9) ASI tak bakalan basi. ASI selalu diproduksi oleh pabriknya di
wilayah payudara. Bila gudang ASI telah kosong. ASI yang
tidak dikeluarkan akan diserap kembali oleh tubuh ibu. Jadi,
ASI dalam payudara tak pernah basi dan ibu tak perlu
memerah dan membuang ASI-nya sebelum menyusui[4].
c.       Untuk Keluarga
1) Tidak perlu uang untuk membeli susu formula, botol susu kayu
bakar atau minyak untuk merebus air, susu atau peralatan.

22
2) Bayi sehat berarti keluarga mengeluarkan biaya lebih sedikit
(hemat) dalam perawatan kesehatan dan berkurangnya
kekhawatiran bayi akan sakit.
3) Penjarangan kelahiran karena efek kontrasepsi LAM dari ASI
eksklusif.
4) Menghemat waktu keluarga bila bayi lebih sehat.
5) Memberikan ASI pada bayi (meneteki) berarti hemat tenaga
bagi keluarga sebab ASI selalu siap tersedia.
6) Lebih praktis saat akan bepergian, tidak perlu membawa botol,
susu, air panas, dll.
d.      Untuk Masyarakat dan Negara
1) Menghemat devisa negara karena tidak perlu mengimpor susu
formula dan peralatan lain untuk persiapannya.
2) Bayi sehat membuat negara lebih sehat.
3) Terjadi penghematan pada sektor kesehatan karena jumlah
bayi sakit lebih sedikit.
4) Memperbaiki kelangsungan hidup anak dengan menurunkan
kematian.
5) Melindungi lingkungan karena tak ada pohon yang digunakan
sebagai kayu bakar untuk merebus air, susu dan peralatannya.
6) ASI adalah sumber daya yang terus menerus diproduksi dan
baru.
e.      Komposisi Asi
1.      Karbohidrat
2.      Lemak
3.      Protein
4.      Viitamin & Mineral
5.      Kalsium Fosfat
6.      Zat Anti infeksi
Kolostrum adalah asi yang keluar pertama kali ,berwarna jernih
kekuningan ,kaya akan zat antibodi:

23
a)      Faktor bifidus     
Faktor pemicu pertumbuhan laktobasilus bifidus ,bakteri yang
dianggap dapat mengganggu kolonisasi bakteri pathogen didalam
saluran cerna .
b)      Secretori imonoglobulin A (sIgA)
Mengikat protein asing bermolekul besar seperti virus ,bakteri dan zat
toksik yang bertujuan untuk penyerapan sehingga tidak
membahayakan bayi .
c)      Laktoferin
Protein pengikat zat besi agar tidak dapat digunakan oleh bakteri untuk
bertumbuh kembang
d)      Lizozim
Enzim yang bekerja menghancurkan bakteri dengan jalan merobek
dinding sel yang secara langsung meningkatkan keefektifan antibodi
e)      Leokosit
Mencegah Enterokolitis Nekrotikan ,penyakit mematikan yang lazim
menjangkiti bayi berberat badan rendah
f)        Makrofag
Selain menyekresi sIgA dan Interferon juga berfungsi untuk memangsa
organisme lain
g)      Komplemen ,Laktoferidase,Antistreptokokus
Faktor pertahanan yang membantu menurunkan insidensi penyakit
h)      Protein pengikat B12
f.        Pengelompokan Asi
1.      ASI stadium I
Asi stadium I adalah kolostrum. Kolostrum merupakan cairan yang
pertama dikeluarkan atau disekresi oleh kelenjar payudara pada empat
hari pertama setelah persalinan. Komposisi kolostrum ASI setelah
persalinan mengalami perubahan. Kolostrum berwarna kuning
keemasan disebabkan oleh tingginya komposisi lemak dan sel-sel
hidup.

24
Kolostrum merupakan pencahar (pembersih usus bayi) yang
membersihkan mikonium sehingga mukosa usus bayi yang baru lahir
segera bersih dan siap menerima ASI. Hal ini menyebabkan bayi
sering defekasi dan feces berwarna hitam. Jumlah energi dalam
kolostrum hanya 56 Kal /100 ml kolostrum dan pada hari pertama bayi
memerlukan 20 sampai 30 CC.
Kandungan protein pada kolostrum lebih tinggi dibandingkan
dengan kandungan protein dalam susu matur, Sedangkan kandungan
karbohidratnya lebih rendah dibandingkan ASI matur.
2.      ASI stadium II
ASI stadium dua adalah ASI peralihan. ASI ini diproduksi pada hari
kelima sampai hari kesepuluh. jumlah volume ASI semakin meningkat
tetapi komposisi protein semakin rendah, sedangkan lemak dan hidrat
arang semakin tinggi, Hal ini untuk memenuhi kebutuhan bayi karena
aktifitas bayi yang mulai aktif dan bayi sudah mulai beradaptasi
dengan lingkungan. Pada masa ini pengeluaran ASI mulai stabil.
3. ASI stadium III
ASI stadium 3 adalah ASI matur. Yaitu ASI yang desekresi pada
hari kesepuluh sampai seterusnya. ASI matur merupakan nutrisi bayi
yang terus berubah disesuaikan dengan perkembangan bayi sampai
enam bulan. Setelah enam bulan bayi mulai dikenalkan dengan
makanan pendamping selain ASI
4.      Produksi Air Susu sejak melahirkan
Dalam buku menyusui oleh Jane moody tahun 2006, volume ASI
akan berbeda tiap harinya.

25
Volume setiap hari Rata-
Usia bayi Acuan
Kisaran Rata-rata rata
7-123 ml 37 ml 7 1,3,5
Hari ke-1
(0-24 jam)
44-3345 84 ml 14 3
Hari ke-2
ml
(24-48 jam)
408 ml 38 1,2,3
Hari ke-3
98-775 ml
(48-72 jam)
624 ml 58 1,3
Hari ke-4
375-876
(72-96 jam)
ml 700 ml 70 1,3
Hari ke-5
(96-120
452-876 750 ml - 4
jam)
ml
3 bulan
800 ml - -
609-837
6 bulan
ml

5.      Alasan / faktor ibu tidak memberikan ASI pada bayinya


Keputusan untuk menyusui atau tidak menyusui bayinya adalah
keputusan yang sangat pribadi dari ibu sendiri. Keputusan ini
dipengaruhi oleh gaya hidup ibu, kedaan keuangan ibu,
kepercayaan dan faktor sosial budaya. Berkurangnya jumlah ibu
yang menyusui bayinya dimulai di kota-kota terutama pada
keluarga yang berpenghasilan cukup, yang kemudian menjalar ke
daerah pinggiran kota dan menyebar ke pedesaan. Menurut
Syahmien Moehyi, 2004 ada beberapa alasan mengapa jumlah ibu
yang menyusui bayinya cenderung menurun.
a. Semakin banyaknya ibu yang bekerja mencari nafkah
cenderung untuk tidak menyusui bayinya. Mereka dapat
melakukan tersebut ketika berada di rumah, yaitu sebelum

26
berangkat dan setelah pulang dari bekerja. Di beberapa
perusahaan atau kantor ada yang menyediakan tempat
penitipan bayi, sehingga pada waktu ibu istirahat, ibu dapat
menyusui bayinya di tempat penitipan.
b. Tersedianya bermacam-macam susu/makanan bayi tidak
dapat terpenuhi banyaknya produk susu dari pabrik makanan
bayi sudah dalam bentuk siap pakai (instant milk)sangat
memudahkan ibu untuk menggunakannya. Akan tetapi
sebaliknya telah diuraikan terdahulu, seberapa pun baiknya
susu sapi olahan, ASI tetap merupakan makanan yang paling
memenuhi syarat untuk bayi.
c. Iklan yang menyesatkan yang mempromosikan produk susu,
perusahaan promosi yang menyatakan produk susu suatu
pabrik sama baik dengan ASI sering dapat menggoyahkan
keyakinan ibu, sehingga tertarik untuk mencoba
menggunakan susu instant itu sebagai makanan bayi.
d. Ada anggapan menyusui adalah lambang keterbelakangan
budaya. Memberi susu botol dianggap sebagai lambang
budaya modern dan sebaliknya menyusui dianggap sebagai
lambang keterbelakangan sesungguhanya adalah salah.
Dewasa ini di negara maju seperti di Eropa dan Amerika justru
dilakukan gerakan “Kembali ke air susu ibu” atau “Back to
breast freding”.
e. Alasan estetika, yaitu ibu akan menjadi cepat tua, khawatir
akan hilang kecantikannya dan ibu akan tampak kelihatan tua
sungguh tidak beralasan. Menjadi tua adalah proses alami
yang tidak dapat dihindari, yang harus dilakukan ialah
memelihara kebugaran tubuh, makan makanan yang bergizi,
olahraga disamping memelihara kecantikannya, jadi tidak ada
hubungannya dengan menyusui.

27
6.      Amosi yang mempengaruhi produksi air susu
Manurut Kartono, 2007:214 bahwa aktivitas sekresi kelenjar-
kelenjar susu itu senantiasa berayun-ayun (berubah-ubah) oleh
pengaruh-pengaruh psiklis/kejiwaan tertentu, dengan kata lain,
produksi ASI sangat dipengaruhi oleh macam-macam emosi yang
tengah dialami atau mempengaruhi dirinya.
a. Interelasi antara ibu dan anak bayinya itu bisa terganggu
apabila ibu tersebut mengalami kecemasan-kecemasan,
ketegangan-ketegangan dan konflik-konflik batin serius.
Peristiwa ini biasanya ditandai oleh tangis bayi yang
berlangsung lama.
b. Ibunya tidak suka atau kurang suka menerima peranan dirinya
sebagai seorang ibu dan tidak senang menerima
kehadiran/kelahiran anaknya. Hal ini biasanya ditandai
dengan bayi menjerit-jerit kesakitan dengan tangis sangat
memilukan.
c. Berkembanganya perasaan-perasaan ketakutan dan
kecemasan kalau ia ditinggalkan atau ditelantarkan suaminya,
hal ini disebabkan kebudayaan di Afrika timur wanita yang
tidak mampu menyusui anaknya, akan kehilangan cinta kasih
suaminya, dan suaminya berhak untuk mencari wanita lian
yang memiliki payudara penuh dengan air susu. Semua
bentuk kecemasan tadi secara langsung bisa mengganggu
kelancaran keluarnya ASI.

D. Konsep Dasar Pap Smear


a. Pengertian Pap Smear
Test Pap Smear diartikan sebagai pemeriksaan epitel porsio dan
endoserviks uteri untuk pemantauan adanya perubahan diporsio atau
serviks pada tingkat pra ganas dan ganas (Sukaca, 2009, p.88). Test
Pap Smear juga diartikan suatu metode pemeriksaan sel-sel yang diambil

28
satu dari leher rahim dan kemudian di periksa di bawah mikroskop untuk
melihat perubahan-perubahan yang terjadi dari sel tersebut (Diananda,
2009, p.46).
b. Tujuan test Pap Smear
Tujuan dari test Pap Smear menurut Sukaca (2009, p.89) sebagai
berikut:
1) 1) Mencoba menemukan sel-sel yang tidak normal dan
dapat berkembang menjadi kanker serviks.
2) Alat untuk mendeteksi adanya gejala pra kanker leher rahim
bagi seseorang yang belum menderita kanker.
3) Untuk mengetahui kelainan-kelainan yang terjadi pada sel-sel
kanker leher rahim.
4) Mengetahui tingkat berapa keganasan serviks.
c. Wanita yang dianjurkan test Pap Smear
Wanita yang dianjurkan untuk melakukan test Pap Smear
biasanya mereka yang tinggi aktivitas seksualnya. Namun tidak menjadi
kemungkinan juga wanita yang tidak mengalami aktivitas seksualnya
memeriksakan diri. Wanita-wanita sasaran test Pap Smear menurut
Sukaca (2009, p.89-90) sebagai berikut:
1) Setiap 6-12 bulan untuk wanita yang berusia muda sudah
menikah atau belum namun aktivitas seksualnya sangat tinggi.
2) Setiap 6-12 bulan untuk wanita yang berganti-ganti pasangan
seksual atau pernah menderita infeksi HPV atau kutil kelamin.
3) Setiap tahun untuk wanita yang berusia di atas 35 tahun.
4) Setiap tahun untuk wanita yang memakai pil KB.
5) Setiap 2-3 tahun untuk wanita yang berusia di atas 35 tahun.
6) Pap Smear test setahun sekali bagi wanita antara umur 40-60
tahun dan juga bagi wanita di bawah 20 tahun yang seksualnya
aktif.

29
7) Sesudah 2 kali pap test (-) dengan interval 3 tahun dengan
catatan bahwa wanita resiko tinggi harus lebih sering
menjalankan pap test.
2) 8) Sesering mungkin jika hasil Pap Smear menunjukan
abnormal, sesering mungkin setelah penilaian dan pengobatan
pra kanker maupun kanker serviks.
d. Syarat pendeteksian Pap Smear
Jika ingin melakukan tes Pap Smear harus memperhatikan beberapa
hal penting. Hal-hal penting yang harus diperhatikan menurut Sukaca
(2009, p.90-91) sebagai berikut:
1) Waktu pengambilan sebaiknya memperhatikan waktu
menstruasi anda yaitu pengambilan dimulai minimal 2 minggu
setelah dan sebelum menstruasi berikutnya.
2) Pasien harus memberikan sejujur-jujurnya kepada petugas
mengenai aktivitas seksualnya dan riwayat kesehatan yang
pernah dideritanya.
3) Hindarilah hubungan intim yang tidak boleh dilakukan dalam
waktu 24 jam sebelum pengambilan bahan pemeriksaan.
4) Pembilasan vagina dengan bermacam-macam cairan kimia
tidak boleh dikerjakan dalam 24 jam sebelumnya.
5) Hindarilah pemakaian obat-obatan yang tidak
menunjang pemeriksaan Pap Smear.
6) Jika anda meminum obat maka informasikan kepada petugas
sebab beberapa obat akan mempengaruhi hasil analisis sel.
e. Mengelompokan hasil pemeriksaan Pap Smear
Mengelompokan atau pengklasifikasian Pap Smear menurut
Sukaca (2009, p.91-92) sebagai berikut:
1) Kelas I
Pada kelas I identik dengan normal smear. Pemeriksaan ulang
1 tahun sekali.

30
2) Kelas II
Pada kelas II menunjukan adanya infeksi ringan non spesifik,
terkadang disertai dengan kuman atau virus tertentu. Disertai pula
dengan kariotik ringan. Pemeriksaan akan dilakukan 1 tahun lagi.
Pengobatannya disesuaikan dengan penyebabnya. Bila ada
radang bernanah maka akan dilakukan pemeriksaan ulang setelah
pengobatan.
3) Kelas III
Kelas III dapat ditemukan sel diagnostik sedang keradangan
berat. Pemeriksaan ulang dilakukan setelah pengobatan.
4) Kelas IV
Di kelas IV telah ditemukan sel-sel yang mencurigakan dan
ganas.
5) Kelas V Ditemukan sel-sel ganas.
f. Cara pemeriksaan Pap Smear
Cara pemeriksaan Pap Smear memang agak berisiko, sebab leher
rahim berada di dalam. Namun petugas yang ahli sudah tentu mengatasi
hal ini. Adapun cara pemeriksaan Pap Smear menurut Sukaca
(2009, p.92-94) sebagai berikut:
1) Wajib mengisi wadah spesimen.
2) Preparat yang digunakan diberi label dengan diisi tulisan
tanggal serta nomer identitas pasien.
3) Menginsersi spekulum dengan ukuran tetap
4) Metode pengumpulan spesimen:
a) Menempatkan ujung spatula kayu.
Sepatula kayu harus mengenai dan masuk kedalam mulut
eksternal serviks.
b) Mengambil spesimen kanalis servikalis dengan memutar spatula
satu lingkaran penuh. Ujung kapas dilembabkan dengan normal
saline. Menginsersi aplikator berujung kapas ke dalam saluran
serviks 2 cm, memutar 360 derajat.

31
c) Menginsersi alat gosok sepanjang 1-2 cm ke dalam saluran servik
dan putar 90-180 derajat.
d) Mengumpulkan sel-sel pada spatula kayu, tempatkan dekat label
diatas setengah bagian atas preparat. Usap 1 kali sampai ujung
preparat. Setelah itu membalikkan spatula, tempatkan sisi datar
lain dekat label pada setengah bagian bawah preparat dan
usap satu kali sampai ujung preparat.
e) Memasukkan bahan preparat didalam tabung berisi larutan
fiksasi.
f) Melakukan pengamatan mikroskopik di laboratorium.
2. Kanker Serviks
a. Kanker Serviks
Kanker adalah terjadinya pembelahan sel yang tidak
terkendali. Sel-sel tersebut kemudian menyerang dan merusak
jaringa biologis lainnya, baik dengan pertumbuhan langsung di
jaringan yang bersebelahan (invasi) atau dengan migrasi sel ke
tempat yang jauh (metastasis) (Ghofar, 2009. p.11).
Leher rahim adalah bagian dari sistem reproduksi perempuan
yang terletak di bagian bawah yang sempit dari rahim (uterus
atau womb). Sedangkan, rahim adalah suatu organ berongga yang
berbentuk buah pir pada perut bagian bawah. Adapun penghubung
rahim menuju vagina adalah mulut rahim (serviks) (Sabrina, 2009,
p.77).
Kanker serviks adalah suatu proses keganasan yang terjadi pada
serviks, sehingga jaringan di sekitarnya tidak dapat melaksanakan
fungsi sebagaimana mestinya. Keadaan tersebut biasanya disertai
dengan adanya perdarahan dan pengeluaran cairan vagina yang
abnormal, penyakit ini dapat terjadi berulang-ulang (Sukaca,
2009, p.24-25).
Kanker servik adalah kanker yang tumbuh dari sel-sel serviks,
kanker serviks dapat berasal dari sel-sel di leher rahim tetapi dapat

32
pula tumbuh dari sel-sel mulut rahim atau keduanya (Nurwijaya, dkk.,
2010, p.8)
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi kanker serviks
Faktor-faktor resiko yang mempengaruhi adanya kanker serviks
adalah sebagai pemicu tumbuhnya sel tidak normal. Beberapa faktor
predisposisi kanker serviks ada tiga faktor yaitu faktor individu, faktor
resiko dan faktor pasangan laki-laki (Sukaca, 2009, p.37).
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kanker serviks
menurut Sukaca (2009, p.37-49) sebagai berikut:
1) Faktor Resiko
a) Makanan
Makanan yang mungkin juga meningkatkan resiko terjadinya
kanker serviks pada wanita adalah makanan yang rendah : beta
karoten, vit A, C, dan E.
b) Pemakaian Kontrasepsi
Penggunaan kontrasepsi pil dalam jangka waktu yang lama (5
tahun atau lebih) meningkatkan resiko kanker serviks sebanyak
2 kali.
c) Pemakaian DES (dietilstilbesterol)
Pemakain DES pada obat penguat kandungan adalah untuk wanita
hamil, yang bertujuan untuk mencegah keguguran bnyak
digunakan pada tahun 1940-1970), ini sebenarnya dapat memicu
kanker serviks.
d) Golongan ekonomi lemah
Golongan ekonomi lemah tidak mampu melakukan Pap Smear
secara rutin. Pengetahuan mereka mengenai resiko kanker serviks
juga sangat rendah. Oleh karena itu mereka banyak yang terjangkit
penyakit ini

33
2) Faktor Individu
a) HPV (Human Papillomavirus)
Infeksi HPV dapat menyebabakan kanker serviks. Dua sub tipe
HPV dengan resiko tinggi keganasan, yaitu tipe 16 dan 18 yang
ditemukan pada 70% kanker leher rahim.
b) Herpes Simpleks Virus (HVS) tipe 2
Pada awal tahun 1970 herpes simpleks tipe 2 sebagai timbulnya
kanker serviks. Virus ini hanya diduga sebagai faktor pemicu
terjadinya kanker.
c) Merokok
Sebuah penelitian menunjukkan, lendir serviks pada wanita
perokok mengandung nikotin dan zat-zat lainnya yang ada di dalam
rokok. Zat-zat tersebut akan menurunkan daya tahan serviks
disamping merupakan kokarsinogen infeksi virus.
d) Umur
Menopause memang akan dialami semua wanita. Pada masa itu
sering terjadi perubahan sel-sel abnormal pada mulut rahim. Pada
usia 35-55 tahun memiliki resiko 2-3 kali lipat untuk menderita kanker
serviks.
e) Paritas
Paritas merupakan seorang wanita yang pernah melahirkan bayi
yang dapat hidup. Paritas yang berbahaya adalah dengan memiliki
jumlah anak lebih dari dua orang atu jarak persalinan terlalu
dekat. Sebab dapat menyebabkan timbulnya perubahan sel-sel
abnormal pada mulut rahim.
3) Faktor Pasangan
a) Hubungan seks dalam usia muda
Faktor resiko ini merupakan faktor utama. Berdasarkan penelitian
para ahli, perempuan yang melakukan hubungan seks pada usia
kurang dari 17 tahun, mempunyai resiko tiga kali lebih besar daripada
yang menikah pada usia lebih dari 20 tahun.

34
b) Pasangan seksual lebih dari satu (multipartner sex)
Perilaku berganti-ganti pasangan akan meningkatkan penularan
penyakit kelamin. Penyakit yang ditularkan seperti HPV telah
terbukti dalam meningkatkan timbulnya kanker serviks. Resiko
terkena kanker serviks menjadi 10 kali lipat pada wanita yang
mempunyai teman seksual 6 orang atau lebih. Disamping itu, virus
herpes simpleks tipe -2 dapat menjadi faktor pendamping.
c. Gejala Kanker Serviks
Ada beberapa gejala dan cara pemeriksaan serviks menurut
Sukaca (2009, p.71-106) sebagai berikut:
1) Gejala penderita pra kanker serviks
Pada fase sebelum terjangkitnya kanker sering penderita tidak
mengalami gejala atau tanda khas. Beberapa gejala-gejala yang
sering ditemukan menurut Sukaca (2009, p.71-72) sebagai berikut:
i. Keluar cairan encer dari vagina (keputihan).
ii. Pendarahan setelah senggama yang kemudian berlanjut
menjadi pendarahan yang abnormal.
iii. Timbulnya pendarahan setelah masa menopause.
iv. Pada fase invasi dapat keluar cairan berwarna kekuning-
kuningan, berbau dan dapat bercampur darah.
v. Timbul gejala anemia bila terjadi pendarahan kronis.
vi. Terjadi nyeri panggul (pelvis) atau di perut bagian bawah bila
ada radang panggul.
vii. Pada stadium lanjut, badan menjadi kurus kering karena kurang
gizi, edema kaki, timbul iritasi kandung kencing dan poros usus
besar bagian bawah (rektum).
2) Gejala Kanker Serviks
Namun bila sel-sel tidak normal ini berkembang menjadi kanker
serviks, menurut Sukaca (2009, p.75) gejalanya berupa:
a) Perdarahan pada vagina dan tidak normal. Hal ini dapat ditandai
dengan pendarahan di antara periode menstruasi yang

35
regular, periode menstruasi yang lebih lama dan lebih banyak dari
biasanya, perdarahan setelah hubungan seksual atau
pemeriksaan panggul.
b) Rasa sakit saat berhubungan seksual.
c) Jika kanker berkembang makin lanjut maka dapat timbul gejala-
gejala seperti berkurangnya nafsu makan, penurunan berat
badan, kelelahan, nyeri panggul dan tungkai, keluar air kemih
dan tinja dari vagina.
d. Pemeriksaan Kanker serviks
Ada beberapa cara pemeriksaan kanker serviks menurut
Sukaca (2009, p.88-106) sebagai berikut:
1) Mendeteksi kanker serviks dengan Pap Smear
Test Pap Smear diartikan sebagai pemeriksaan epitel porsio
dan endoservik uteri untuk pemantauan adanya perubahan di porsio
atau serviks pada tingkat pra ganas dan ganas.
2) IVA (Inspeksi Visual dengan Asam Asetat) Tes
IVA tes merupakan cara sederhana untuk mendeteksi kanker leher
rahim sedini mungkin. Alat ini begitu sederhana sebab saat
pemeriksaannya tidak perlu ke laboratorium.
3) Mendiagnosis Serviks dengan Kolposkopi
Kolposkopi merupakan suatu pemeriksaan untuk melihat
permukaan leher rahim. Pemeriksaan ini menggunakan mikroskop
berkekuatan rendah yang memperbesar permukaan leher rahim.
Perbesaran dari 10-40 kali dari ukuran normal. Ini dapat membantu
mengidentifikasi area permukaan leher rahim yang menunjukkan
ketidaknormalan.
4) Vagina Inflammation Self Test Card
Vagina Inflammation Self Test Card adalah alat pendeteksian
yang dapat menjadi ’’Warning Sign”. Di tes dengan alat ini adalah
tingkat keasaman (pH), tes ini cukup akurat, sebab pada umumnya
apabila seorang wanita terkena infeksi, mioma, kista bahkan kanker

36
serviks, kadar pH nya tinggi. Dengan begitu maka melalui tes ini paling
tidak wanita dapat mengetahui kondisi vagina secara kasar.
5) Schillentest
Cara kerja pemeriksaan ini adalah :
i. Serviks diolesi dengan larutan
yodium.
ii. Sel yang sehat warnanya akan berubah menjadi
coklat.
iii. Sedangkan sel abnormal warnanya menjadi putih atau
kuning.
Epitel karsinoma serviks tidak mengandung glikogen karena tidak
mengikat yodium. Kalau porsio di beri yodium maka epitel karsinoma
yang normal akan berwarna coklat tua, sedangkan yang terkena
karsinoma tidak berwarna.
6) Kolpomikroskopi
Kolpomikroskopi adalah pemeriksaan yang bergabung dengan
Pap Smear. Kolpomikroskopi dapat melihat hapusan vagina (Pap
Smear) dengan pembesaran sampai 200 kali.
7) Sitologi
Sitologi adalah untuk mendeteksi lesi secara dini. Sejak kanker
masih dalam tingkat displasia dan NIS (Neoplasia Intraepitelial
Serviks). Ketelitian sitologi melebihi 90% bila dilakukan
dengan baik.
8) Dilatasi dan Kuretase ( D & K)
Dilatasi dan kuretase jarang digunakan. Sebab tindakan ini kadang-
kadang perlu dilakukan untuk menilai perluasan proses ke atas.
Terutama apabila diperlukan modifikasi dalam pengobatan. Kuretase
dilakukan secara bertingkat, mencakup kanalis servikalis dan
kavum uterus.

37
E. Konsep Dasar HIV/AIDS
a. Pengertian HIV/AIDS
HIV (Human Immunodeficiency virus) adalah jenis virus yang
dapat menurunkan kekebalan tubuh (BKKBN, 2007). Menurut
Depkes RI (2008) menyatakan bahwa HIV adalah sejenis retrovirus-
RNA yang menerang sistem kekebalan tubuh manusia. AIDS
adalah singkatan dari Acquired Immunodeficiency Syndrome suatu
kumpulan gejala penyakit yang didapat akibat menurunnya sistem
kekebalan tubuh yang disebabkan oleh virus HIV. HIV/AIDS adalah
suatu kumpulan kondisi klinis tertentu yang merupakan hasil akhir
dari infeksi oleh HIV (Sylvia & Wilson, 2005).
AIDS atau sindrom kehilangan kekebaan tubuh adalah kehilangan
kekebalan tubuh manusia sebuah sistem kekebalannya dirusak oleh
virus HIV. Akibat kehilangan kekebalan tubuh, penderita AIDS
mudah terkena berbagai jenis infeksi bakteri, jamur, parasit, dan
pirus tertentu yang bersipat oportunistik. Selain itu penderita AIDS
sering sekali menderita keganasan, khususnya sarkoma kaposi dan
limpoma yang hanya menyerang otak (Djuanda, 2007).
Kesimpulan dari beberapa definisi di atas adalah HIV/AIDS adalah
suatu syndrom atau kumpulan tanda dan gejala yang terjadi
akibat penurunan dan kekebalan tubuh yang didapat atau
tertular/terinfeksi virus HIV.
b. Etiologi
Penyebab penyakit AIDS adalah virus HIV dan saat ini telah
diketahui dua tipe yaitu tipe HIV-1 dan HIV-2. Infeksi yang terjadi
sebagian besar disebabkan oleh HIV-1, sedangkan HIV-2 benyak
terdapat di Afrika Barat. Gambaran klinis dari HIV-1 dan HIV-2 relatif
sama, hanya infeksi oleh HIV-1 jauh lebih mudah ditularkan dan masa
inkubasi sejak mulai infeksi sampai timbulnya penyakit lebih pendek
(Martono, 2006).

38
HIV yang dahulu disebut virus limpotrofik sel T manusia atau virus
limfadenopati (LAV), adalah suatu retrovirus manusia sitopatik dari
famili lentivirus. Retrovirus mengubah asam ribonukleatnya (RNA)
menjadi asam deoksiribonukleat (DNA) setelah masuk ke dalam sel
penjamu. HIV-1 dan HIV-2 adalah lentivirus sitopatik, dengan HIV-1
menjadi penyebab utama AIDS di seluruh dunia (Sylvia & Wilson,
2005).
Insiden HIV/AIDS lebih sering pada jenis kelamin laki-laki dari
pada perempuan. Sering terjadi pada kelompok usia produktif (20-49
tahun), dimana penularan lebih banyak melalui hubungan seksual
yang berganti-ganti pasangan
dengan rendahnya pemakain kondom dan pemakaian jarum suntik di
kalangan pemakai narkoba (Martono, 2006).
c. Perjalanan Penyakit HIV/AIDS
Perjalanan penyakit HIV/AIDS dibagi dalam tahap - tahap
berdasarkan keadaan klinis dan jumlah CD4 (Cluster of
Differentiaton). Menurut WHO (2006) tahapan infeksi HIV/AIDS
terbagi menjadi 4 stadium klinis, yaitu :
a. Stadium klinis I
1) Sejak virus masuk sampai terbentuk anti body (berlangsung 15
hari – 3 bulan).
2) Keluhan yang sering muncul seperti sakit flu biasa dan bila diberi
obat akan berkurang atau sembuh, kadang terdapat limfadenopati
generalisata.
3) Hasil tes negatif, namun orang yang sudah terinfeksi ini sudah
dapat menularkan pada orang lain.
4) CD4-nya 500 – 1000.
b. Stadium klinis II
1) Waktunya antara 3 bulan s/d 5-10 tahun.
2) Hasil tes positif.
3) Tidak ada keluhan.

39
4) CD4-nya 500 – 750.
c. Stadium klinis III (pra AIDS)
1) Sudah tampak gejala tetapi masih umum seperti penyakit
lainnya.
2) Keluhan yang sering muncul : sariawan, kandidiasis mulut
persisten, selera makan hilang, demam berkepanjangan > 1
bulan, diare kronis > 1 bulan, kehilangan BB > 10%, timbul
bercak-bercak merah di bawah kulit, TB paru, anemia yang
tidak diketahui sebabnya, trombositopenia, limfisitopenia,
pneumobakterial.
3) CD4-nya 100 – 500.
d. Stadium klinis IV
1) Penderita tampak sangat lemah sekali.
2) Daya tahan tubuh menurun.
3) Munculnya beberapa penyakit yang sangat fatal seperti
pneumonia bacterial berulang, herpes simpleks kronis,
toksoplasmosis otak, cito megalo virus, mikobakteriosis,
tuberkolosis luar paru, ensefalopati HIV, timbul tumor atau
kanker (limfoma dan sarkoma kaposi).
d. Manifestasi Klinis
Menurut Sylvia & Wilson (2005) AIDS memiliki beragam
manifestasi klinis meliputi:
a. Keganasan
Sarkoma Kaposi (SK) adalah jenis keganasan yang tersering di
jumpai pada laki-laki homoseks atau biseks yang terinfeksi oleh HIV
(20%), tetapi jarang pada orang dewasa lain (kurang dari 2%) dan
sangat jarang pada anak. Tanda lesi berupa bercak-bercak merah
kekuningan di kulit, tetapi warna juga mungkin bervariasi dari ungu
tua, merah muda, sampai merah coklat. Gejala demam, penurunan
berat badan, dan keringat malam.

40
b. Sistem Syaraf Pusat (SSP)
Gejala tanda awal limfoma sistem syaraf pusat (SSP) primer
mencakup nyeri kepala, berkurangnya ingatan jangka pendek,
kelumpuhan syaraf kranialis, hemiparesis, dan perubahan kepribadian
c. Respiratorius
Pneumonia pneumocystis carini, gejala: demam, batuk kering non
produktif, rasa lemah, dan sesak nafas.
d. Gastro Intestinal
Manifestasi gastrointestinal penyakit AIDS mencakup hilangnya
selera makan, mual, vomitus, kandidiasis oral serta esophagus dan
diare kronis.
e. Neurologik
Manifestasi dini nerologik penyakit AIDS ensefalopati HIV
mencakup gangguan daya ingat, sakit kepala, kesulitan
berkonsentrasi, konfusi progresif, pelambatan psikomotorik, apatis dan
ataksia.
f. Integumen
Manifestasi kulit menyertai infeksi HIV dan infeksi oportunis serta
malignasi. Infeksi oportunistik seperti herpes zoster dan herpes
simpleks akan disertai dengan pembentukan vesikel yang nyeri dan
merusak integritas kulit. Dermatitis seboreika.
akan disertai ruam yang difus, bersisik dengan indurasi yang
mengenai kulit kepala serta wajah. Penderita AIDS juga dapat
memperlihatkan folikulitis menyeluruh yang disertai dengan kulit yang
kering dan mengelupas atau dengan dermatitis atopik seperti exzema
atau psoriasis.
e. Cara Penularan
Empat prinsip dasar penularan HIV/AIDS (KPAD, 2010)
adalah :

41
a. Exit, yakni terdapat virus yang
keluar tubuh b. Survival, yakni
virus bertahan hidup
b. Suffient, yakni jumlah virus yang cukup
c. Enter, yakni terdapat pintu masuk bagi virus ke dalam tubuh
Menurut Martono (2006) virus HIV dapat ditularkan melalui
beberapa cara yaitu :
a. Hubungan seksual
Dengan orang yang menderita HIV/AIDS baik hubungan
seksual secara vagina, oral maupun anal, karena pada umumnya
HIV terdapat pada darah, sperma dan cairan vagina. Ini adalah cara
penularan yang paling umum terjadi. Sekitar 70-80% total kasus
HIV/AIDS di dunia (hetero seksual >70% dan homo seksual 10%)
disumbangkan melalui penularan seksual meskipun resiko terkena
HIV/AIDS untuk sekali terpapar kecil yakni 0,1-1,0%.
b. Tranfusi darah yang tercemar HIV
Darah yang mengandung HIV secara otomatis akan
mencemari darah penerima. Bila ini terjadi maka pasien secara
langsung terinfeksi HIV, resiko penularan sekali terpapar >90%.
Transfusi darah menyumbang kasus HIV/AIDS sebesar 3-5% dari
total kasus sedunia.
c. Tertusuk atau tubuh tergores oleh alat yang tercemar HIV
Jarum suntik, alat tindik, jarum tattoo atau pisau cukur yang
sebelumnya digunakan oleh orang HIV (+) dapat sebagai media
penularan. Resiko penularannya 0,5-1-1% dan menyumbangkan
kasus HIV/AIDS sebesar 5-10% total seluruh kasus sedunia.
d. Ibu hamil yang menderita HIV (+) kepada janin yang
dikandungnya dengan resiko penularan ±30% dan berkontribusi
terhadap total kasus sedunia sebesar
5-10%.
f. Pemeriksaan Diagnostik

42
Ada dua pemeriksaan yang sering dipakai untuk mendeteksi
adanya antibodi terhadap HIV. Pertama adalah ELISA (enzyme-
linked immunosorbent assay), bereaksi terhadap antibodi yang
ada adalam serum dengan memperlihatkan warna yang lebih tua
jika terdeteksi antibodi virus dalam jumlah besar.
Pemeriksaan ELISA mempunyai mempunyai sensitifitas 93%
sampai 98% dan spesifitasnya 98% sampai 99%. Tetapi hasil positif
palsu (negatif palsu) dapat berakibat luar biasa, karena akibatnya
sangat serius. Oleh sebab itu, pemeriksaan ELISA diulang dua kali,
dan jika keduanya menunjukkan hasil positif, dilanjutkan dengan
pemeriksaan yang lebih spesifik, yaitu Western blot. Pemeriksaan
Western blot juga dilakukan dua kali. Pemeriksaan ini lebih sedikit
memberikan hasil positif palsu atau negatif palsu. Jika seseorang
telah dipastikan mempunyai sero positif terhadap HIV, maka
dilakukan pemeriksaan klinis dan imunologik untuk menilai keadaan
penyakit, dan mulai dilakukan usaha untuk mengendalikan infeksi.
(Djoerban, dkk. 2006).
g. Penatalaksanaan
a. Penanganan pasien HV/AIDS meliputi penanganan umum
dengan istirahat yang cukup, dukungan nutrisi, terapi psikososial
dengan konseling serta penanganan khusus pada pasien HIV/AIDS
b. Penanganan khusus terdiri dari :
1) Penanganan pada wasting syndrom mencakup penanganan
penyebab yang mendasari infeksi oportunistik sistemik maupun
gastrointestinal. Diet seimbang merupakan terapi nutrisi yang
esensial bagi pasien HIV/AIDS. Tujuannya adalah untuk
mempertahankan berat badan ideal pasien dan jika bisa menaikkan
berat badannya (Brunner and Suddarth, 2002).
2) Prinsip dasar penanganan pasien HIV/AIDS adalah menurunkan
angka kesakitan dan kematian akibat AIDS,
memperbaiki/meningkatkan kualitas hidup pasien, mempertah

43
F. Konsep Dasar Prioritas Masalah
1. Pengertian Prioritas Masalah
Penentuan prioritas masalah untuk mengetahui sejauh mana
masalah itu penting dan apakah masalah tersebut dapat teratasi
2. Prioritas Masalah Menurut Delbecq
Delbech Technique Penetapan prioritas masalah dilakukan
melalui kesepakatan sekelompok orang yang tidak sama
keahliannya. Sehingga diperlukan penjelasan terlebih dahulu
untuk meningkatkan pengertian dan pemahaman peserta tanpa
mempengaruhi peserta.
3. Menetapkan Prioritas Masalah
Dalam menentukan prioritas masalah diperlukan sebuah
metode pemecahan masalah. Penentuan prioitas masalah dapat
di lakukan dengan cara kuantitatif atau kualitatif berdasarkan data
serta perhitungan kemudahan dan kemampuan untuk dapat
diselesaikan, keinginan masyarakat untuk mengatasi masalah,
berdasarkan situasi lingkungan sosial politik dan budaya yang ada
di masyarakat serta waktu dan dana yang diperlukan untuk
mengatasi masalah.
Untuk itu, dalam menentukan prioritas masalah, digunakan
metode Delbecq. Dalam menentukan kriteria prosesnya diawali
dengan pembentukan kelompok yang akan mendiskusikan,
merumuskan, dan menetapkan kriteria.
Sumber data dan informasi yang diperlukan dalam
penetapan prioritas berdasarkan:
a) Pengetahuan dan pengalaman masing-masing anggota
kelompok.
b) Saran dan pendapat para narasumber.
c) Peraturan perundang-undangan yang berkaitan.
d) Analisa situasi.
e) Sumber informasi atau referensi lainnya.

44
4. Langkah-langkah yang akan dilaksanakan:
a. Indentifikasi dan menginventarisasi kriteria.
Setiap anggota mengidentifikasi dan menginventarisasi
kriteria berdasarkan “serius”-nya permasalahan menurut
pendapat anggota masing-masing. Contoh beberapa kriteria
persoalan / masalah kesehatan:
1) Masalah kesehatan dengan kemampuan menyebar yang tinggi
2) Masalah kesehatan yang mengenai daerah luas.
3) Masalah kesehatan yang mengakibatkan penderitaan lama.
4) Masalah kesehatan yang berkaitan dengan kesehatan ibu dan
anak.
5) Masalah kesehatan yang dapat mengurangi penghasilan.
6) Masalah kesehatan yang mengakibatkan cacat.
7) Masalah kesehatan yang mengenai golongan umur penduduk
tertentu.
8) Masalah kesehatan yang mempunyai kecenderungan
meningkat.
9) Masalah kesehatan yang mempengaruhi produktivitas kerja.
10)Masalah kesehatan yang diproritaskan di daerah tertentu.
11)Masalah kesehatan yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan
dan teknologi kesehatan, kedokteran yang tersendiri.
5. Masalah kesehatan yang berkaitan dengan lingkungan.
Kriteria yang telah disusun ini dapat digunakan untuk
menetapkan skor dengan metode Delbecq untuk menetapkan
skor dengan metode delbecq atau metode dengan pembobotan
dan sebagainya.
Setelah menetapkan pembobotan, tahap selanjutnya adalah
menentukan skor permasalah yang dihadapi atas dasar kriteria
yang telah ditentukan. Dengan menentukan skor dari setiap
kriteria dapat diketahui nilai skor total bagi setiap masalah yang
ada. Atas dasar nilai skor total inilah diperoleh urutan atau

45
prioritas masalah kesehatan. Masing-masing kelompok memberi
nilai (antara 1-10) terhadap seluruh masalah kesehatan yang
ditemukan.
Selanjutnya masing-masing anggota menuliskan hasil nilai
skornya pada flip chart. Dengan menjumlahkan hasil nilai skor
seluruh anggota kelompok didapat prioritas masalah.
Tekhnik pemberian bobot (antara 1-10) dapat dilihat pada
kriteria-kriteria sebagai berikut:
a. Besar masalah : besarnya masalah kesehatan yang ditemukan
akibat terkena dampak dari masalah tersebut.
b. Kegawatan masalah : kecenderungan tingginya pengaruh dari
masalah kesehatan terhadap derajat kesehatan masyarakat
setempat.
c. Ketersediaan dana atau biaya : jumlah atau besar dana yang
diperlukan untuk mengatasi masalah kesehatan terkait dengan
besar anggaran yang dikeluarkan untuk mengatasi masalah
tersebut.
d. Kemudahan : tingkat kemudahan dalam penanganannya.
6. Mengkaji dan mengevaluasi kriteria
Seluruh kriteria dari masing-masing anggota dituliskan
dipapan atau flip chart. Kemudian dikaji ulang dan dikelompok-
kelompokkan, kriteria yang sama (hampir sama maksudnya)
digabung. Tujuan dari langkah ini adalah untuk klasifikasi masing-
masing kriteria. Jumlah kriteria dapat ditambah atau dikurangi
kalau dirasa perlu. Diskusi pada langkah ini diakhiri setelah semua
jelas, disepakati dan disetujui kelompok.

46
Berikut merupakan berbagai metode yang dapat digunakan:
1. Metode hanlon
Metode yang dijelaskan di sini memberikan cara untuk
membandingkan berbagai masalah kesehatan dengan cara yang relatif,
tidak absolut/mutlak, memiliki kerangka, sebisa mungkin sama/sederajat,
dan objektif.
Metode ini, yang disebut dengan Metode Hanlon maupun Sistem
Dasar Penilaian Prioritas (BPRS), dijelaskan dalam buku Public Health:
Administration and Practice (Hanlon and Pickett, Times Mirror/Mosby
College Publishing) dan Basic Health Planning (Spiegel and Hyman,
Aspen Publishers).
Metode ini memiliki tiga tujuan utama:
a. Memungkinkan para pengambil keputusan untuk mengidentifikasi
faktor-faktor eksplisit yang harus diperhatikan dalam menentukan
prioritas
b. Untuk mengorganisasi faktor-faktor ke dalam kelompok yang
memiliki bobot relatif satu sama lain
c. Memungkinkan faktor-faktor agar dapat dimodifikasi sesuai
dengan kebutuhan dan dinilai secara individual.
Berdasarkan tinjauan atas percobaan berulang yang dilakukan
dalam mengidentifikasi masalah-masalah kesehatan, pola kriteria yang
konsisten menjadi kelihatan jelas. Pola tersebut tercermin pada
komponen-komponen dalam sistem ini.
Komponen A = Ukuran/Besarnya masalah
Komponen B = Tingkat keseriusan masalah
Komponen C = Perkiraan efektivitas solusi
Komponen D = PEARL faktor ((propriety, economic feasibility,
acceptability, resource availability, legality--Kepatutan,
kelayakan ekonomi, dapat diterima, ketersediaan
sumber daya, dan legalitas)

47
Semua komponen tersebut diterjemahkan ke dalam dua rumus yang
merupakan nilai numerik yang memberikan prioritas utama kepada
mereka penyakit / kondisi dengan skor tertinggi.
Nilai Dasar Prioritas/Basic Priority Rating (BPR)> BPR = (A + B) C / 3
Nilai Prioritas Keseluruhan/Basic Priority Rating (OPR)> OPR = [(A + B)
C / 3] x D. Perbedaan dalam dua rumus akan menjadi semakin nyata
ketika Komponen D (PEARL) dijelaskan.
Penting untuk mengenal dan menerima hal-hal tersebut, karena
dengan berbagai proses seperti itu, akan terdapat sejumlah besar
subyektivitas. Pilihan, definisi, dan bobot relatif yang ditetapkan pada
komponen merupakan keputusan kelompok dan bersifat fleksibel. Lebih
jauh lagi, nilai tersebut merupakan penetapan dari masing-masing individu
pemberi nilai. Namun demikian, beberapa kontrol ilmiah dapat dicapai
dengan menggunakan definisi istilah secara tepat, dan sesuai dengan
data statistik dan akurat.
a. Komponen A - Ukuran/Besarnya Masalah
Komponen ini adalah salah satu yang faktornya memiliki
angka yang kecil. Pilihan biasanya terbatas pada persentase dari
populasi yang secara langsung terkena dampak dari masalah
tersebut, yakni insiden, prevalensi, atau tingkat kematian dan
angka.
Ukuran/besarnya masalah juga dapat dipertimbangkan dari
lebih dari satu cara. Baik keseluruhan populasi penduduk maupun
populasi yang berpotensi/berisiko dapat menjadi pertimbangan.
Selain itu, penyakit –penyakit dengan faktor risiko pada umumnya,
yang mengarah pada solusi bersama/yang sama dapat
dipertimbangkan secara bersama-sama. Misalnya, jika kanker yang
berhubungan dengan tembakau dijadikan pertimbangan, maka
kanker paru-paru, kerongkongan, dan kanker mulut dapat dianggap
sebagai satu. Jika akan dibuat lebih banyak penyakit yang juga
dipertimbangkan, penyakit cardiovascular mungkin juga dapat

48
dipertimbangkan. Nilai maksimal dari komponen ini adalah 10.
Keputusan untuk menentukan berapa ukuran/besarnya masalah
biasanya merupakan konsensus kelompok.
b. Komponen B – Tingkat Keseriusan Masalah
Kelompok harus mempertimbangkan faktor-faktor yang
mungkin dan menentukan tingkat keseriusan dari masalah.
Sekalipun demikian, angka dari faktor yang harus dijaga agar tetap
pada nilai yang pantas. Kelompok harus berhati-hati untuk tidak
membawa masalah ukuran atau dapat dicegahnya suatu masalah
ke dalam diskusi, karena kedua hal tersebut sesuai untuk
dipersamakan di tempat yang lain.
Maksimum skor pada komponen ini adalah 20. Faktor-faktor
harus dipertimbangkan bobotnya dan ditetapkan secara hati-hati.
Dengan menggunakan nomor ini (20), keseriusan dianggap dua
kali lebih pentingnya dengan ukuran/besarnya masalah.
Faktor yang dapat digunakan adalah:
1) Urgensi: sifat alami dari kedaruratan masalah; tren
insidensi, tingkat kematian, atau faktor risiko; kepentingan
relatif terhadap masayarakat; akses terkini kepada
pelayanan yang diperlukan.
2) Tingkat keparahan: tingkat daya tahan hidup, rata-rata
usia kematian, kecacatan/disabilitas, angka kematian
prematur relatif.
3) Kerugian ekonomi: untuk masyarakat (kota / daerah /
Negara), dan untuk masing-masing individu.
Masing-masing faktor harus mendapatkan bobot. Sebagai
contoh, bila menggunakan empat faktor, bobot yang mungkin
adalah 0-5 atau kombinasi manapun yang nilai maksimumnya
sama dengan 20. Menentukan apa yang akan dipertimbangkan
sebagai minimum dan maksimum dalam setiap faktor biasanya
akan menjadi sangat membantu. Hal ini akan membantu untuk

49
menentukan batas-batas untuk menjaga beberapa perspektif dalam
menetapkan sebuah nilai numerik. Salah satu cara untuk
mempertimbangkan hal ini adalah dengan menggunakannya
sebagai skala seperti:
0 = tidak ada
1 = beberapa
2 = lebih (lebih parah, lebih gawat, lebih banyak, dll)
3 = paling
Misalnya, jika kematian prematur sedang digunakan untuk
menentukan keparahan, kemudian kematian bayi mungkin akan
menjadi 5 dan gonorea akan menjadi 0.
c. Komponen C - Efektivitas dari Intervensi
Komponen ini harus dianggap sebagai "Seberapa baikkan
masalah ini dapat diselesaikan?" Faktor tersebut mendapatkan skor
dengan angka dari 0 - 10. Komponen ini mungkin merupakan
komponen formula yang paling subyektif. Terdapat sejumlah besar
data yang tersedia dari penelitian-penelitian yang
mendokumentasikan sejauh mana tingkat keberhasilan sebuah
intervensi selama ini.
Efektivitas penilaian, yang dibuat berdasarkan tingkat
keberhasilan yang diketahui dari literatur, dikalikan dengan persen
dari target populasi yang diharapkan dapat tercapai.
Sebuah keuntungan dengan mempertimbangkan populasi
target dan jumlah yang diharapkan adalah akan didapatkannya
perhitungan yang realistis mengenai sumber daya yang dibutuhkan
dan kemampuan yang diharapkan untuk memenuhi tujuan yang
ditetapkan.

50
d. Komponen D – PEARL
PEARL yang merupakan kelompok faktor itu, walaupun tidak
secara langsung berkaitan dengan masalah kesehatan, memiliki
pengaruh yang tinggi dalam menentukan apakah suatu masalah
dapat diatasi.
P – Propierity/Kewajaran. Apakah masalah tersebut berada pada
lingkup keseluruhan misi kita?
E – Economic Feasibility/Kelayakan Ekonomis. Apakah dengan
menangani masalah tersebut akan bermakna dan memberi
arti secara ekonomis? Apakah ada konsekuensi ekonomi
jika masalah tersebut tidak diatasi?
A – Acceptability. Apakah dapat diterima oleh masyarakat dan /
atau target populasi?
R – Resources/Sumber Daya. Apakah tersedia sumber daya untuk
mengatasi masalah?
L – Legalitas. Apakah hukum yang ada sekarang memungkinkan
masalah untuk diatasi?
Masing-masing faktor kualifikasi dipertimbangkan, dan angka
untuk setiap faktor PEARL adalah 1 jika jawabannya adalah "ya"
dan 0 jika jawabannya adalah "tidak." Bila penilaian skor telah
lengkap/selesai, semua angka-angka dikalikan untuk mendapatkan
jawaban akhir terbaik. Karena bersama-sama, faktor-faktor ini
merupakan suatu produk dan bukan merupakan jumlah.
Singkatnya, jika salah satu dari lima faktor yang "tidak", maka D
akan sama dengan 0. Karena D adalah pengali akhir dalam rumus ,
maka jika D = 0, masalah kesehatan tidak akan diatasi dibenahi
dalam OPR, terlepas dari seberapa tingginya peringkat masalah di
BPR. Sekalipun demikian, bagian dari upaya perencanaan total
mungkin termasuk melakukan langkah-langkah lanjut yang
diperlukan untuk mengatasi PEARL secara positif di masa
mendatang. Misalnya, jika intervensi tersebut hanya tidak dapat

51
diterima penduduk, dapat diambil langkah-langkah bertahap untuk
mendidik masyarakat mengenai manfaat potensial dari intervensi,
sehingga dapat dipertimbangkan di masa mendatang.

2. FISHBONE DIAGRAM
Dr. Kaoru Ishikawa seorang ilmuwan Jepang, merupakan tokoh
kualitas yang telah memperkenalkan user friendly control, Fishbone cause
and effect diagram, emphasised the ‘internal customer’ kepada dunia.
Ishikawa juga yang pertama memperkenalkan 7 (seven) quality tools:
control chart, run chart, histogram, scatter diagram, pareto chart, and
flowchart yang sering juga disebut dengan “7 alat pengendali
mutu/kualitas” (quality control seven tools).
Diagram Fishbone dari Ishikawa menjadi satu tool yang sangat
populer dan dipakai di seluruh penjuru dunia dalam mengidentifikasi faktor
penyebab problem/masalah. Alasannya sederhana. Fishbone diagram
tergolong praktis, dan memandu setiap tim untuk terus berpikir
menemukan penyebab utama suatu permasalahan. Diagram “tulang ikan”
ini dikenal dengan cause and effect diagram. Kenapa Diagram Ishikawa
juga disebut dengan “tulang ikan”?…..ya memang kalau diperhatikan
rangka analisis diagram Fishbone bentuknya ada kemiripan dengan ikan,
dimana ada bagian kepala (sebagai effect) dan bagian tubuh ikan berupa
rangka serta duri-durinya digambarkan sebagai penyebab (cause) suatu
permasalahan yang timbul.
Dengan menerapkan diagram Fishbone ini dapat menolong kita
untuk dapat menemukan akar “penyebab” terjadinya masalah khususnya
di industri manufaktur dimana prosesnya terkenal dengan banyaknya
ragam variabel yang berpotensi menyebabkan munculnya permasalahan.
Apabila “masalah” dan “penyebab” sudah diketahui secara pasti, maka
tindakan dan langkah perbaikan akan lebih mudah dilakukan. Dengan
diagram ini, semuanya menjadi lebih jelas dan memungkinkan kita untuk

52
dapat melihat semua kemungkinan “penyebab” dan mencari “akar”
permasalahan sebenarnya.
Kaoru Ishikawa, ilmuwan yang banyak menyumbangkan pemikiran
di bidang manajemen kualitas ini lahir pada tahun 1915 di Tokyo, Jepang.
Alumni teknik kimia Universitas Tokyo ini ingin merubah konsep pemikiran
manusia tentang bekerja. Ishikawa mengurai secara rinci prinsip plan-do-
check-act W.Edward Deming, sang kreator P-D-C-A menjadi;
1. Plan-P
>> Tentukan gol dan target
>> Tentukan cara/metode mencapai gol
2. Do-D
>> Terlibat dalam pendidikan dan pelatihan
>> Implementasi pekerjaan
3. Check-C
>> Cek akibat dari implementasi
4. Act-A
>> Mengambil tindakan yang sesuai

3. POHON MASALAH
a. Analisa masalah dengan tehnik pohon masalah
Secara visual menggambarkan hubungan ‘sebab-akibat’ dari
masalah yang ada sekarang. Gunakan kartu metaplan.
Cara menggunakan kartu metaplan:
a) Identifikasi hanya masalah yang ada, jangan yang bersifat teoritis
b) Hanya satu masalah per kartu
c) Masalah harus ditulis dengan gaya negative
d) Masalah bukan tidak adanya jawaban melainkan keadaan yang
negative. Oleh karena itu hindarkan penggunaan kalimat seperti
“kurangnya ini” atau “tidak ada”

53
Kekurangan pohon masalah yaitu membutuhkan waktu yang banyak dan
jika masalah semakin kompleks akan lebih
sulit dalam menentukan penyebab utama masalah.
Proses pelaksanaan pohon masalah
a) Membuat kerangka pohon masalah;
b) Menentukan masalah yang akan dianalisis;
c) Menuliskan masalah dan menempatkan dalam kotak paling atas
pada diagram;
d) Mengidentifikasi penyebab dari masalah yang telah ditentukan
melalui FGD ataubrainst orm ing;
e) Dengan cara yang sama seperti langkah 4, dilakukananalisis
penyebab masalah sampai tidak terjawabpertanyaan, apa yang
menjadi penyebab tersebutmelalui proses FGD maupun
brainstorming.
b. MEMILIH MASALAH INTI
1. Sebelum melakukan analisa masalah, pastikan orang yang terlibat
dengan suatu permasalahan terlibat dalam perumusanmasalah.
Contoh: ” Banyaknya kecelakaan bus”.
2. Tulislah rumusan singkat dari masalah inti pada kartu apa yang dia
anggap sebagai titik pusat dari masalah yang ada sekarang dalam
wilayah proyek.
3. Masalah inti kemudian dipilih oleh seluruh anggota kelompok
dengan menyepakati satu “masalah paling inti”. Masalah inti tidak
harus berarti masalah paling penting karena ia hanya berfungsi
sebagai titik awal dari pembuatan pohon masalah.
4. Masalah-masalah yang mencakup hubungan sebab-akibat yang
menyeluruh dalam wilayah masalah cocok menjadi masalah inti.
5. Jika kelompok tidak dapat menyetujui masalah inti, pilihlah secara
tentative satu masalah dan lanjutkan bekerja. Kemudian kembali
mendiskusikan masalah inti nanti. Contohnya: Bis sering
kecelakaan.

54
c. BUAT POHON MASALAH
1. Setelah menetapkan masalah inti, letakkan kartu ini di tengah-
tengah papan tulis atau dinding.
2. Telitilah masalah-masalah lainnya dan kondisi negatif penting yang
merupakan penyebab lansung dari masalah inti tersebut.
3. Tambahkan penyebab dari setiap masalah dan bekerjalah terus ke
bawah, sehingga membentuk sebuah pohon (pohon masalah)
4. Dengan cara yang sama, tempatkan efek langsung dan penting dari
masalah inti diatasnya.
5. Efek selanjutnya dapat ditambahkan pada setiap kartu sebelum
menyelesaikan bagian atas dari pohon.
6. Pada umumnya, terdapat beberapa sebab-akibat per masalah.
Juga kartu masalah yang mempunyai tingkat kepentingan yang
sama harus ditempatkan pada tingkatan yang sama pula.
7. Tunjukan semua hubungan sebab-akibat yang utama dan penting
dengan tanda panah.
8. Sambil menyelesaikan Pohon Masalah, periksa diagram secara
keseluruhan danperiksa penggunaan kata yang tepat, hubungan
sebab-akibat yang tepat, dan kelengkapannya. Langkah –langkah
ini pada akhirnya memunculkan satu gambar yang lengkap dan
terinci - dengan akar yang diwakili oleh penyebab masalah, dan
akibat dari masalah tersebut (lihat contoh)

4.      BRAINSTORMING (Curah pendapat)


Suatu teknik yang efektif untuk membantu melakukan identifikasi
masalah,menentukan penyebab masalah danmencari cara pemecahan
masalah,merupakan metoda yang digunakan untukmenggali ide atau
pemikiran baru yang secara efektif melibatkan seluruh anggota kelompok.

55
Kelebihan metoda brainstorming:
1. Mendapatkan masalah, penyebab masalah dan cara pemecahan
masalah dengan
2. cepat;
3. Merupakan data primer karena sumber data dapat langsung
diperoleh;
4. Dapat digunakan bila tidak mempunyai data sekunder;
5. Menghasilkan ide atau pemikiran baru yang kreatif dan inovatif
dengan cepat
Kekurangan Metode Brainstorming
tidak dapat digunakan pada sampel atau peserta yang besar serta terjadi
dan risiko terjadinya subyektivitas sangat besar bilatidak ditunjang dengan
data-data yang ada.
Manfaat
1. Dapat digunakan secara efektif untuk memperoleh ideuntuk
menentukan masalah, identifikasi masalah,memilih prioritas masalah
serta mengajukan alternatifpemecahan masalah;
2. Untuk memperoleh ide atau pemikiran baru darisekelompok orang
dalam waktu singkat denganmenggunakan dua kemampuan (kreatif
dan intuitif);
3. Memberikan kesempatan kepada semua anggotakelompok untuk
memberikan konstribusi danketerlibatan dalam memecahkan
masalah.

5.      METODE DELPHI


Metode Delphi adalah cara mendapatkan informasi, membuat
keputusan, menentukan indikator, parameter dan lain-lain yang reliabel
dengan mengeksplorasi ide dan informasi dari orang-orang yang ahli di
bidangnya, yaitu dengan menggunakan kuesioner yang diisi oleh ekpertis
atau praktisi yang kompeten di bidang yang akan diteliti, kemudian hasil
kuesioner ini direview oleh pihak fasilitator atau peneliti untuk dibuat

56
summary, dikelompok-kelompokkan, diklasifikasikan dan kemudian
dikembalikan pada ekspertis dan praktisi yang sama untuk direview,
direvisi dan begitu seterusnya dalam beberapa tahap yang berulang.
Delphin Technique Yaitu penetapan prioritas masalah tersebut
dilakukan melalui kesepakatan sekelompok orang yang sama
keahliannya. Pemilihan prioritas masalah dilakukan melalui pertemuan
khusus. Setiap peserta yang sama keahliannya dimintakan untuk
mengemukakan beberapa masalah pokok, masalah yang paling banyak
dikemukakan adalah prioritas masalah yang dicari.
Dengan metode seperti ini, partisipan yang meliputi ekspertis dan
praktisi dapat memberikan pendapat dan opini dengan bebas dan objektif,
tanpa takut disalahkan, bahkan dapat merevisi pendapat mereka yang
sebelumnya. Sehingga hasil diskusi yang diperoleh dapat bersifat
sereliabel mungkin.
langkah-langkah metode Delphi dalam 9 langkah mudah :
1. Tentukan periode waktU
2. Tentukan jumlah putaran pengambilan pendapaT
3. Tentukan apa saja yang akan didefine
4. Tentukan ahlinya
5. Tentukan input apa yang akan diharapkan dari mereka
6. Review literatur oleh para ahli tersebut (kriteria dan tujuan)
7. Pelaksanaan sesi diskusi dan feedback iteratif bersama ekspertis
8. Perumusan hasil dari sesi diskusi dengan pengelompokan,
pengkategorian, ataupun pemeringkatan
9. Menyepakati hasil diskusi dan feedback
Nama Metode Delphi memang sophisticated (udah bayangin bahasa
pemrograman aja), tapi sebenernya ide metode ini sudah ada sejak tahun
1970-an. Yang berbeda, mungkin media yang digunakan. Pengambilan
input, review, diskusi dan sebagainya dapat dilakukan dengan pertemuan
tatap muka, via telepon, e-mail, sampai dengan e-meeting.

57
6.      DELBECH TEHNIK
Delbech Technique Penetapan prioritas masalah dilakukan melalui
kesepakatan sekelompok orang yang tidak sama keahliannya. Sehingga
diperlukan penjelasan terlebih dahulu untuk meningkatkan pengertian dan
pemahaman peserta tanpa mempengaruhi peserta.

7.      NOMINAL GROUP TECHNIQUE (NGT)


(managementfile – Quality) – Nominal Group Technique adalah
salah satu quality tools yang bermanfaat dalam mengambil keputusan
terbaik. Dalam quality management, metode ini dapat digunakan untuk
berbagai hal, mulai dari mencari solusi permasalahan, hingga memilih ide
pengembangan produk baru.
NGT adalah suatu metode untuk mencapai konsensus dalam suatu
kelompok, dengan cara mengumpulkan ide-ide dari tiap peserta, yang
kemudian memberikan voting dan ranking terhadap ide-ide yang mereka
pilih. Ide yang dipilih adalah yang paling banyak skor-nya, yang berarti
merupakan konsensus bersama. Metode ini dapat menjadi alternatif
brainstorming, hanya saja konsensus dapat tercapai lebih cepat. Teknik ini
awalnya dikembangkan oleh Delbecq dan VandeVen, yang kemudian
diaplikasikan untuk perencanaan program pendidikan untuk orang dewasa
oleh Vedros.
NGT cocok diimplementasikan ketika Anda membutuhkan suatu
konsensus yang dari tim, sementara tim sendiri punya pendapat dan
perspektif yang berbeda-beda mengenai masalah tersebut. Jika butuh
konsensus yang cepat, NGT juga cocok, dibandingkan dengan
brainstorming yang memakan waktu lebih lama.
Berikut ini adalah langkah-langkah dalam mengimplementasikan
NGT:
1. Introduction
Pada tahap ini, fasilitator/moderator membuka sesi NGT, menyapa para
peserta, sekaligus menjelaskan tujuan dan prosedur dari pertemuan

58
2. Generating Ideas
Fasilitator mengutarakan pertanyaan atau masalah ke kelompok dalam
bentuk tertulis di kertas. Selanjutnya, masing-masing peserta diminta
untuk menuliskan seluruh ide yang muncul di kepalanya. Para peserta
diminta untuk bekerja secara independen, tanpa berdiskusi sama sekali
dengan peserta lain. Tahap ini membutuhkan sekitar 10 menit.
3. Sharing & Recording Ideas
Selanjutnya, fasilitator meminta peserta untuk berbagi ide-ide yang
sebelumnya sudah mereka tuliskan di kertas. Sang moderator menuliskan
ide-ide dari tiap peserta pada papan tulis, supaya semuanya dapat
melihat. Ide yang sama tidak disertakan, namun jika ada perspektif atau
penekanan yang berbeda, dapat dimasukkan. Lanjutkan proses ini hingga
seluruh ide dari tiap peserta dapat terdokumentasi. Pada tahap ini tidak
ada diskusi atau debat, dan peserta boleh menuliskan ide-ide baru yang
muncul sepanjang proses. Tahap ini membutuhkan sekitar 15-30 menit.
4. Discussing Ideas
Selanjutnya, peserta diminta untuk memberikan penjelasan yang lebih
detail mengenai ide-ide yang telah dikemukakan. Setiap peserta boleh
mengajukan komentar ataupun pertanyaan mengenai ide-ide tersebut,
dan yang menjawab tidak harus orang yang mengajukan ide tersebut.
Intinya, fasilitator bertugas untuk memastikan bahwa tiap peserta dapat
memberikan kontribusi pada diskusi, serta menjaga proses tetap netral,
tanpa ada judgement atau serangan ke pihak tertentu. Fasilitator juga
bertugas supaya seluruh ide dapat dibahas secara menyeluruh, dan tidak
terpaku pada beberapa ide saja. Dalam tahap ini, tidak ada ide yang
dieliminasi, hanya memberikan pemahaman mengenai ide-ide tersebut
kepada para peserta dan memberi gambaran mengenai pentingnya ide-
ide tersebut. Tahap ini membutuhkan waktu sekitar 30-45 menit.
5. Voting and Ranking on Ideas
Tahap terakhir, masing-masing peserta memberikan voting terhadap ide-
ide yang ada. Sebelumnya, fasilitator harus menentukan terlebih dahulu

59
kriteria-kriteria yang digunakan untuk voting ide. Jadi, misalnya tiap
peserta diminta untuk memilih 5 ide terbaik dari daftar yang ada,
kemudian mereka harus memberikan ranking prioritas bagi tiap ide
tersebut. 1 untuk ide yang kurang penting, hingga 5 untuk yang paling
penting. Ide yang memperoleh skor paling tinggi merupakan ide yang
paling disukai dan disepakati bersama oleh kelompok.
Keunggulan dan Kelemahan NGT
a) Keunggulan
o menghasilkan ide yang lebih banyak dibandingkan dengan
diskusi biasa
o menyeimbangkan peran masing-masing individu, membatasi
dominasi dari orang yang punya pengaruh dalam kelompok
o menghilangkan `persaingan` dalam kelompok juga tekanan
untuk `konformitas`
o mendorong peserta untuk menyelesaikan masalah dengan
constructive problem solving
o tiap peserta dapat memberikan prioritas idenya secara
independent dan tertutup
b) Kelemahan
 membutuhkan persiapan
 hanya memfasilitasi untuk pencapaian satu tujuan saja. Satu
pertemuan hanya membahas satu topic
 diskusi hanya terbatas, tidak seperti brainstorming yang
menstimulasi perkembangan dari ide-ide

8.      PARTICIPATORY RURAL APPRAISAL (PRA)


Participatory Rural Appraisal (PRA) adalah
penilaian/pengkajian/penelitiaan keadaan desa secara partisipatif. Maka
dari itu, metode PRA adalah cara yang digunakan dalam melakukan
pengkajian/penilaian/penelitian untuk memahami keadaa atau kondisi
desa/wilayah/lokalitas tertentu dengan melibatkan partisipasi masyarakat.

60
Robert Chambers adalah orang yang mengembangkan metode
PRA, menyatakan bahwa metode dan teknik dalam PRA terus
berkembang, sehingga sangat sulit untuk memberikan definisi final
tentang PRA. Menurutnya PRA merupakan metode dan pendekatan
pembelajaran mengenai kondisi dan kehidupan desa/wilayah/lokalitas
dari, dengan dan oleh masyarakat sendiri dengan catatan : (1) Pengertian
belajar, meliputi kegiatan menganalisis, merancang dan bertindak; (2)
PRA lebih cocok disebut metode-metode atau pendekatan-pendekatan
(bersifat jamak) daripada metode dan pendekatan (bersifat tunggal); dan
(3) PRA memiliki beberapa teknik yang bisa kita pilih, sifatnya selalu
terbuka untuk menerima cara-cara dan metode-metode baru yang
dianggap cocok.
Jadi pengertian PRA adalah sekumpulan pendekatan dan metode
yang mendorong masyarakat di suatu desa/wilayah/lokalitas untuk turut
serta meningkatkan dan menganalisis pengetahuan mereka mengenai
hidup dan kondisi mereka sendiri agar mereka dapat membuat rencana
dan tindakan.
PRINSIP-PRINSIP PRA
Prinsip-prinsip dasar Participatory Rural Appraisal (PRA) terdiri dari :
1.      Prinsip mengutamakan yang terabaikan (keberpihakan).
Prinsip ini mengutamakan masyarakat yang terabaikan agar memperoleh
kesempatan untuk memiliki peran dan mendapat manfaat dalam kegiatan
program pembangunan. Keberpihakan ini lebih pada upaya untuk
mencapai keseimbangan perlakuan terhadap berbagai golongan yang
terdapat di suatu masyarakat, mengutamakan golongan paling miskin
agar kehidupannya meningkat.
2. Prinsip pemberdayaan (penguatan) masyarakat
Pendekatan PRA bermuatan peningkatan kemampuan masyarakat,
kemampuan itu ditingkatkan dalam proses pengkajian keadaan,
pengambilan keputusan dan penentuan kebijakan, sampai pada

61
pemberian penilaian dan koreksi kepada kegiatan yang berlangsung.
3. Prinsip masyarakat sebagai pelaku dan orang luar sebagai fasilitator
PRA menempatkan masyarakat sebagai pusat dari kegiatan
pembangunan. Orang luar juga harus menyadari peranannya sebagai
fasilitator. Fasilitator perlu memiliki sikap rendah hati serta kesediannya
belajar dari masyarakat dan menempatkannya sebagai narasumber utama
dalam memahami keadaan masyarakat itu. Pada tahap awal peranan
orang luar lebih besar, namun seiring dengan berjalannya waktu
diusahakan peran itu bisa berkurang dengan mengalihkan prakarsa
kegiatan PRA para masyarakat itu sendiri.
4. Prinsip saling belajar dan menghargai perbedaan
Salah satu prinsip dasarnya adalah pengakuan akan pengalaman dan
pengetahuan tradisional masyarakat. Hal ini bukan berarti bahwa
masyarakat selamanya benar dan harus dibiarkan tidak berubah,
sehingga harusnya dilihat bahwa pengalaman dan pengetahuan
masyarakat serta pengetahuan orang luar saling melengkapi dan sama
bernilainya, dan bahwa proses PRA merupakan ajang komunikasi antara
kedua sistem pengetahuan itu agar melahirkan sesuatu yang lebih baik.
5. Prinsip Santai dan informal
Kegiatan PRA diselenggarakan dalam suasana yang bersifat luwes,
terbuka, tidak memaksa dan informal. Situasi ini akan menimbulkan
hubungan akrab, karena orang luar akan berproses masuk sebagai
anggota masyarakat, bukan sebagai tamu asing yang oleh masyarakat
harus disambut secara resmi.
6. Prinsip Triangulasi
Salah satu kegiatan PRA adalah usaha mengumpulkan dan menganalisis
data atau informasi secara sistematis bersama masyarakat. Untuk
mendapatkan informasi yang kedalamnnya bisa diandalkan kita dapat
menggunakan Triangulasi yang merupakan bentuk pemeriksaan dan
pemeriksaan ulang (check and recheck) informasi. Triangulasi dilakukan
melalui penganekaragaman keanggotaan tim (keragaman disiplin ilmu

62
atau pengalaman), penganekaragaman sumber informasi (keragaman
latar belakang golongan masyarakat, keragaman tempat, jenis kelamin)
dan keragaman teknik.
7. Prinsip mengoptimalkan hasil
Prinsip mengoptimalkan atau memperoleh hasil informasi yang tepat guna
menurut metode PRA adalah :
- Lebih baik kita "tidak tahu apa yang tidak perlu kita ketahui" (ketahui
secukupnya saja)
- Lebih baik kita "tidak tahu apakah informasi itu bisa disebut benar
seratus persen, tetap diperkirakan bahwa informasi itu cenderung
mendekati kebenaran" (daripada kita tahu sama sekali)
8. Prinsip orientasi praktis
PRA berorientasi praktis yaitu pengembangan kegiatan. Oleh karena itu
dibutuhkan informasi yang sesuai dan memadai, agar program yang
dikembangkan bisa memecahkan masalah dan meningkatkan kehidupan
masyarakat. Perlu diketahui bahwa PRA hanyalah sebagai alat atau
metode yang dimanfaatkan untuk mengoptimalkan program-program yang
dikembangkan bersama masyarakat.
9. Prinsip keberlanjutan dan selang waktu
Metode PRA bukanlah kegiatan paket yang selesai setelah kegiatan
penggalian informasi dianggap cukup dan orang luar yang memfasilitasi
kegiatan keluar dari desa. PRA merupakan metode yang harus dijiwai dan
dihayati oleh lembaga dan para pelaksana lapangan, agar problem yang
mereka akan kembangkan secara terus menerus berlandaskan pada
prinsip-prinsip dasar PRA yang mencoba menggerakkan potensi
masyarakat.
10. Prinsip belajar dari kesalahan
Terjadinya kesalahan dalam kegiatan PRA adalah suatu yang wajar, yang
terpenting bukanlah kesempurnaan dalam penerapan, melainkan
penerapan yang sebaik-baiknya sesuai dengan kemampuan yang ada.

63
Kita belajar dari kekurangan-kekurangan atau kesalahan yang terjadi,
agar pada kegiatan berikutnya menjadi lebih baik.
11. Prinsip terbuka
Prinsip terbuka menganggap PRA sebagai metode dan perangkat teknik
yang belum selesai, sempurna dan pasti benar. Diharapkan bahwa teknik
tersebut senantiasa bisa dikembangkan sesuai dengan keadaan dan
kebutuhan setempat. Sumbangan dari mereka yang menerapkan dan
menjalankannya di lapangan untuk memperbaiki konsep, pemikiran
maupun merancang teknik baru yang akan sangat berguna dalam
mengembangkan metode PRA.

9.      CARA BRYANT DAN EKONOMETRIK


Cara Bryant Cara ini telah dipergunakan di beberapa negara yaitu di
Afrika dan Thailand. Cara ini menggunakan 4 macam kriteria, yaitu:
Community Concern, yakni sejauh mana masyarakat menganggap
masalah tersebut pentingb. Prevalensi, yakni berapa banyak penduduk
yang terkena penyakit tersebutc. Seriousness, yakni sejauh mana dampak
yang ditimbulkakn penyakit tersebutd. Manageability, yakni sejauh mana
kita memiliki kemampuan untuk mengatasinya. Menurut cara ini masing-
masing kriteria tersebut diberi scoring, kemudian masing-masing skor
dikalikan. Hasil perkalian ini dibandingkan antara masalah-masalah yang
dinilai. Masalah-masalah dengan skor tertinggi, akan mendapat prioritas
yang Tinggi pula.
Cara Ekonometrik cara ini dipergunakan di Amerika Latin. Kriteria
yang dipakai adalah: Magnitude (M), yakni kriteria yang menunjukkan
besarnya masalah. Importance (I), yakni ditentukan oleh jenis kelompok
penduduk yang terkena masalah. Vulnerability (V), yaitu ada tidaknya
metode atau cara penanggulangan yang efektif. Cost (C), yaitu biaya yang
diperlukan untuk penanggulangan masalah tersebut. Hubungan keempat
kriteria dalam menentukan prioritas masalah (P) adalah sebagai berikut:
                                      P   =  M . I . V                

64
BAB II
ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS

65
MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS PADA KELUARGA
TN “M” DI DESA BAJO INDAH DUSUN II KECAMATAN SOROPIA
KABUPATEN KONAWE
30 MARET 2018
I. Identitas Keluarga
a. Kepala keluarga
Nama : Tn “L”
Umur : 36 Tahun
Pendidikan terakhir : SMA
Pekerjaan pokok : Nelayan
Penghasilan/ hari : ± Rp.2.500.000,-
Perkawinan ke : I/II
Agama : Islam
Suku/bangsa : Buton/Indonesia
Alamat : Desa Bokori

b. Data Keluarga yang Hidup


Hubunga
No
Nama Umur Agama n Pendidikan Pekerjaan
.
Keluarga
1. Ny. O 41 th Islam Istri SD IRT
2. An. A 17 th Islam Anak Tiri SMA Pelajar
3. An. E 15 th Islam Anak Tiri SMP Pelajar
4. An. Y 13 th Islam Anak SMP Pelajar
5. An. N 4 tn Islam Anak TK Pelajar
6. By. A 1 bln Islam Anak - -

c. Sifat keluarga
1. Tipe keluarga : keluarga inti
2. Hubungan kepala keluarga dengan istri dan anak sangat
baik

d. Genogram

66
70 700 + 72

36 45 44 43 41 35 32
45 43

17 15 13 4 1 bln

Keterangan :
= Laki-laki
= Perempuan
= Garis perkawinan
------------ = Garis Keturunan
+ = Meninggal

II. Pola/ Kebiasaan Keluarga Sehari-hari


1. Pola makan keluarga
a. Makanan pokok : Nasi
b. Frekuensi makan : 3 x 1 hari
c. Menu makanan keluarga : Nasi, ikan dan sayur
2. Pola rekreasi dan hiburan
Keluarga kadang-kadang melakukan rekreasi secara khusus dan
saat-saat santai digunakan untuk berkunjung ke rumah orang tua
dan keluarga yang berdekatan rumah.
3. Pola komunikasi keluarga
Dalam menghadapi suatu masalah kesehatan, yang mengambil
keputusan dalam mencari jalan pemecahannya adalah kepala
keluarga/suami, dan tidak ada konflik dalam keluarga.

67
III. Data Kesehatan Lingkungan
1. Perumahan
a. Status kepemilikan rumah : sendiri
b. Bentuk bangunan : nonpermanen
c. Komposisi ruangan dan jumlah
Ruang tamu :1
Ruang tidur :3
Ruang Keluarga :1
Dapur :1
d. Luas bangunan : 5x6 + 6x8
e. Penerangan : listrik
f. Ventilasi rumah : cukup, tiap ruangan memiliki
jendela
g. Lantai : papan
Denah Rumah

Kam WC
warung Ruang Keluarga
ar

Ruang Kam Kam Dapur


Tamu ar ar dan
Ruang
Makan

2. Sarana sanitasi Lingkungan


a. Sumber air minum : air gunung
b. Air mencuci : air gunung
c. Penggunaan air minum : air galon
d. Jarak antara sumber air minum dan tempat pembuangan
sampah ± 5 M.
e. Pembuangan air limbah : tidak ada

68
f. Pembuangan kotoran (BAB/BAK) : belakang rumah / hutan
g. Kebiasaan membuang sampah : belakang rumah
h. Status WC yang digunakan keluarg : WC gantung
i. Ternak peliharaan : tidak ada
j. Pekarangan : ada

IV. Pemanfaatan Sarana Kesehatan


1. Keluarga berobat di puskesmas
2. Jarak rumah dengan fasilitas kesehatan ± 7 km

V. Fasilitas yang Dimiliki


1. Fasilitas transporasi : motor dan kapal
2. Fasilitas komunkasi : Handphone

VI. Data Personal Hygine


1. Rambut
a. Rambut nampak bersih
b. Kebiasaan mencuci rambut 3x seminggu menggunakan shampo
c. Tidak ada anggota keluarga yang bermasalah
2. Mulut dan gigi
a. Mulut dan gigi tampak bersih
b. Kebiasaan menggososk gigi 2 kali sehari sehabis mandi
menggunakan pasta gigi
c. Tidak ada anggota keluarga yang bermasalah
3. Kulit
a. Kulit tampak bersih
b. Frekuensi mandi 2 kali sehari menggunakan sabun mandi
c. Tempat mandi di sumur umum
4. Kebersihan tangan dan kaki
a. Kebiasaan memakai alas kaki : ya
b. Mencuci tangan sebelum makan : ya

69
5. Pakaian
a. Pakaian tampak bersih
b. Kebiasaan mengganti pakaian 2 kali sehari
VII. Data KIA
1. Balita
No. Penolo Cam
BB Imunisasi Ket
N Urut Nam ng pak
La Skr BC DPT Polio Hep
o. Ana a Persali
hir g G 1 2 3 1 2 3 1 2 3
k nan
Bel
um
1. Ke-2 An.N Bidan 2,5 11 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ len
gka
p

2. Bayi
No. Penolo Cam
BB Imunisasi Ket
N Urut Nam ng pak
La Skr BC DPT Polio Hep
o. Ana a Persali
hir g G 1 2 3 1 2 3 1 2 3
k nan
Bel
um
By.
1. Ke-3 Bidan 2,7 - √ len
A
gka
p

3. Pertumbuhan dan perkembangan


a. Anak sudah ditimbang setiap bulan di posyandu
b. Anak memiliki KMS
c. Anak diberi ASI Eksklusif
d. Ada pantangan makanan pada anak, yaitu dilarang makan
kerang dan pari.
VIII. Keadaan Kesehatan
a. Kepala keluarga dalam keadaan baik dan sehat

70
b. Istri dan anaknya dalam keadaan baik
IX. Keluarga Berencana
a. Presepsi tentang KB : Ibu sudah mengerti tentang KB
b. Ibu menggunakan alat kontrasepsi suntik : 1 bulan
c. Lama pemakaian : ± 1 bulan
d. Keluhan : tidak ada
X. Sosial-Ekonomi-Budaya-Spiritual
1. Pendapatan memenuhi kebutuhan keluarga
2. Yang menentukan penggunaan keuangan keluarga adalah istri
3. Pembagian tugas masing-masing anggota keluarga
XI. Pendidikan Kesehatan
1. Keluarga belum mengetahui tentang ASI Eksklusif
2. Keluarga belum mengetahui tentang kanker serviks dan Pap’
Smear
3. Keluarga belum mengetahui tentang HIV/AIDS
XII. Harapan Keluarga Terhadap Fasilitas Kesehatan
Keluarga berharap agar petugas kesehatan melakukan pendekatan
yang lebih kepada masyarakat sehingga masyarakat dapat
menambah pengetahuan tentang ASI Eksklusif, Kanker Serviks &
Pap’smear, dan HIV/AIDS.
DATA
1. Tn. L, menikah dengan Ny. O ± 14 tahun lamanya, memiliki 3 orang
anak laki-laki dan 2 orang anak perempuan
2. Ibu mengatakan belum mengetahui tentang ASI Eksklusif
3. Ibu mengatakan belum mengerti tentang kanker serviks & pap’smear
4. Ibu mengatakan belum memahami tentang HIV/AIDS
ANALISIS DATA
Masalah kesehatan/kebidanan yang dialami oleh keluarga Tn,
“L” disebabkan oleh ketidaktahuan/ kurangnya informasi tentang
Pentingnya ASI Eksklusif, Kanker Serviks & Pap’Smear dan HIV/AIDS.
Hal ini karena rendahnya tingkat pendidikan khususnya dibidang

71
kesehatan. Disamping itu pula ditinjau dari faktor kondisi lingkungan dan
faktor sosial budaya masyarakat.
Faktor ketidaktahuan tersebut menimbulkan ketidakmampuan
keluarga sehingga masalah-masalah yang timbul dalam keluarga
dianggap suatu hal yang wajar terjadi dalam kehidupan. Hal ini dapat
dilihat secara jelas dimana pandangan keluarga mengenai kesehatan dan
tidak ada satupun keluarga yang mengerti tentang Kanker Serviks &
Pap’smear serta pentingnya ASI Eksklusif pada bayi.
Kurangnya mendapatkan informasi tentang kesehatan
merupakan salah satu hambatan yang harus dihadapi dalam membina
keluarga Tn “L” oleh karena interferensi pertama yang harus dilakukan
adalah memberi penyuluhan kepada keluarga yang dilakukan secara
bertahap. Memberikan pandangan kepada keluarga agar dapat
memahami memahami masalah kesehatan yang dapat dialami dan dapat
membangkitkan motivasi kearah perilaku sehat.
Bila respon keluarga terhadap upaya positif maka langkah
selanjutnya adalah mengadakan intervensi nyata sesuai permasalahan
dengan melibatkan keluarga secara aktif mulai dari perencanaan,
penanggulangan masalah sampai dengan pelaksanaan tindakan sehingga
membawa hasil yang nyata dan dirasakan manfaatnya oleh keluarga
dalam meningkatkan kemampuan memelihara diri dalam keluarga mereka
sendiri yang selanjutnya timbul dalam keluarga.

RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan hasil pengumpulan data dari hasil analisa data maka banyak
permasalahan yang timbul dalam keluarga Tn. “L” yang disebabkan oleh
ketidaktahuan dan kurangnya informasi tentang kesehatan, tingkat

72
pendidikan kesehatan yang rendah, faktor kondisi lingkungan sosial dan
budaya sehingga timbul masalah keluarga sebagai berikut :
4. Bayi tidak diberikan ASI Eksklusif
5. Kurangnya pengetahuan ibu tentang Pap Smear dan Kanker
Serviks
6. Kurangnya pengetahuan keluarga tentang HIV/AIDS

PERIORITAS MASALAH
Untuk mengetahui masalah Tn. “L” secara keseluruhan maka
dapat ditetapkan prioritas masalah sebagai berikut :
1. Keluarga kurang mengetahui pentingnya ASI Eksklsif
2. Keluarga belum mengetahui tentang kanker serviks dan Pap’smear
3. Keluarga belum mengetahui tentang HIV/AIDS

73
Sesuai data yang diperoleh saat pengkajian terhadap beberapa
masalah-masalah kesehatan yaitu
1. Kurangnya pengetahuan tentang ASI Eksklusif
No. Kriteria Perhitungan Nilai Pembenaran
1. Sifat masalah 2/3 x 1 2/3 Ancaman kesehatan,
ketidaktahuan ibu tentang
pentingnya pemberian ASI
eksklusif merupakan
ancaman kesehatan bagi
anaknya, sebab ASI
sangat penting untuk
kekebalan tubuh anak
agar tidak mudah
terserang penyakit
sehingga pertumbuhan
dan perkembangannya
optimal.
2. Kemungkinan ½x2 1 Masalah dapat diubah,
Masalah tetapi secara bertahap
diubah (sebagian) sesuai dengan
pemahaman keluarga.
3. Potensial 2/3 x 1 2/3 Sedang, karena masalah
Masalah dapat dicegah dengan
pendidikan kesehatan.
4. Penonjolan 0/2 x 1 0 Masalah tidak dirasakan,
masalah karena sebenarnya ibu
tidak begitu memikirkan
masalah tersebut.
Jumlah 2,3

2. Kurangnya pengetahuan tentang Kanker serviks dan Pap’Smear


No Kriteria Perhitu Nilai Pembenaran

74
ngan
1. a. Sifat masalah 2/3 x 1 2/3 a. Keluarga tidak
ancaman mengetahui Pap’Smear
kesehatan merupakan ancaman
b. Kemungkinan 1/2 x 2 b. Dapat diubah meskipun
1
masalah dapat hanya sebagian dengan
diubah dengan penyuluhan tentang Pap
mudah smear dan kanker
serviks.
c. Potensial 2/3 x 1 2/3 c. Masalah dapat diubah
masalah untuk jika melalui pembinaan
diubah cukup dan penyuluhan secara
d. Penonjolan 0/2 x 1 d. menyeluruh
masalah dapat e. Masalah sama sekali
dirasakan tidak diketahui keluarga
0
dan tidak pernah
dianggap sebagai
masalah
Total 2,3

3. Kurangnya pengetahuan tentang HIV/AIDS


No. Kriteria Perhitungan Skor Pembenaran
1. Sifat masalah 2/3 x 1 2/3 Ancaman kesehatan,
Ketidaktahuan keluarga

75
tentang HIV Aids
merupakan ancaman
kesehatan keluarga,
karena menurut keluarga
HIV Aids merupakan hal
yang tabu.
2. Kemungkinan ½x2 1 Masalah sebenarnya
Masalah dapat diubah tetapi secara
diubah bertahap (sebagian)
sesuai dengan
pemahaman keluarga dan
sumber dana yang ada.
3. Potensial 2/3 x 1 2/3 Sedang, karena masalah
Masalah dapat dicegah dengan
pendidikan kesehatan.
4. Penonjolan 0/2 x 1 0 Masalah tidak dirasakan,
masalah karena sebenarnya ibu
tidak begitu memikirkan
masalah tersebut.
Jumlah 2,3

PENENTUAN PRIORITAS MASALAH


Penentuan prioritas masalah berdasarkan score tertinggi adalah :
1. Bayi tidak diberikan ASI Eksklusif : 2,3
2. Kurangnya pengetahuan tentang Kanker serviks dan Pap’Smear : 2,3
3. Kurangnya pengetahuan tentang HIV/AIDS : 2,3

V. ASUHAN KEBIDANAN

1. Kurangnya pengetahuan tentang Asi Esklusif

a. Data

76
Ny “O” mengatakan kurang memahami tentang Asi Esklusif dan

fungsinya untuk tumbuh kembang bayi tersebut

b. Masalah kesehatan

Kurangnya pengetahuan tentang Asi Esklusif

c. Tujuan

1. Setelah diberi penyuluhan Ny “O” dan Tn “L” mengerti tentang Asi

Esklusif

2. Ibu mengerti tentang manfaat Asi Esklusif untuk bayinya

d. Rencana tindakan

Beri penyuluhan mengenai : Pengertian Asi Esklusif dan manfaat

Asi untuk bayinya.

e. Tindakan

Memberi penyuluhan mengenai : Pengertian Asi Esklusif untuk

bayinya

f. Evaluasi

Ibu dapat menjelaskan tentang Asi Esklusif dan manfaat untuk

daya kembang dan pertumbuhan janin

2. Kurangnya pengetahuan tentang Pap Smear

a. Data

Ny “O” mengatakan kurang memahami tentang Pap Smear

b. Masalah kesehatan

Kurangnya pengetahuan tentang Pap Smear

1. Tujuan

77
Setelah diberi penyuluhan Ny “O” dan Tn “L” mengerti

tentang Asi Esklusif

2. Ibu mengerti tentang manfaat Asi Esklusif untuk bayinya

c. Rencana tindakan

Beri penyuluhan mengenai : Pengertian Pap Smear dan manfaat

pemeriksaan Pap Smear.

d. Tindakan

Memberi penyuluhan mengenai : Pengertian Pap Smear untuk

deteksi dini kanker serviks

e. Evaluasi

Ibu dapat menjelaskan tentang Pap Smear dan manfaat dari

pemeriksaan Pap Smear

3. Kurangnya pengetahuan tentang HIV/AIDS

a. Data

Ibu masih belum mengetahui tentang penyakit HIV/AIDS

b. Masalah kesehatan

Kurangnya pengetahuan tentang penyakit HIV/AIDS

c. Tujuan

1. Setelah diberikan penyuluhan keluarga mampu memahami

pentingnya pengetahuan penyakit HIV/AIDS

2. Ibu mengerti tentang penyakit menular seksual dengan benar

d. Rencana tindakan

78
1. Berikan penyuluhan kesehatan mengenai anatomi fisiologi alat

reproduksi,bahaya seks bebas,PMS,dan penyimpangan-

penyimpangan seksual lain.

2. Menganjurkan keluarga untuk lebih terbuka khususnya

mengenai penyakit menular seksual

e. Tindakan

1. Memberi penyuluhan mengenai : Anatomi fisiologi alat

reproduksi,bahaya seks bebas,PMS,dan penyimpangan-

penyimpangan seksual lain

2. Menganjurkan keluarga untuk lebih terbuka khususnya

mengenai penyakit menular seksual

f. Evaluasi

Ibu mampu menjelaskan kembali : bahaya seks bebas,PMS,dan

penyimpangan-penyimpangan seksual yang lain.

79
No Masalah Tujuan Rencana Implementasi Evaluasi

Asuhan
1. Kurangnya Agar ibu Tanggal 17- Tanggal 17-07- Tanggal

pengetahu mengetahui 07-2018 2018 17-07-2018

an tentang pentingnya Pu Pukul Pukul 15.00 Pukul 15.30

ASI pemberian 14.00 wita Memperkenalkan wita

Eksklusif ASI Lakukan diri dengan Ibu

DS: Eksklusif pendekatan keluarga binaan, menerima

Ibu dengan menjelaskan kedatangan

mengatak keluarga maksud dan mahasiswa

an tidak binaan tujuan dari dengan

mengerti dengan cara kegiatan baik

tentang pengenalan pembinaan dan

ASI diri, meminta

Eksklusif menjelaskan dukungan

DO: tujuan dari dengan keluarga

kegiatan binaan agar


Ibu tidak

pembinaan, kegiatan berjalan


dapat

minta lancar
menjawab

pertanyaa dukungan

n yang dari keluarga

diberikan binaan agar

kegiatan

berjalan

lancar

Tanggal 18- Tanggal 18-07- Tanggal

80
07-2018 2018 18-07-2018

Pukul 14.00 Pukul 15.00 wita Pukul 15.30

wita Memberikan wita

Berikan penyuluhan Telah

penyuluhan kesehatan melakukan

tentang ASI tentang ASI penyuluhan

Eksklusif Eksklusif dan ibu

mengerti

Tanggal 19- Tanggal 19-07- Tanggal

07-2018 2018 19-07-2018

Pukul 14.00 Pukul 15.00 wita Pukul 15.30

wita Memberikan wita

- Berikan penyuluhan Ibu dapat

penyuluhan kembali tentang menjelaska

kembali manfaat ASI n secra

tentang Eksklusif dan sederhana

manfaat ASI merespon balik tentang

Eksklusif pemahaman ibu manfaat

tentang manfaat ASI

ASI Eksklusif Eksklusif

bagi bayi

dan ibu

No Masalah Tujuan Rencana Implementasi Evaluasi

Asuhan
2 Kurangnya Agar ibu Tanggal 17- Tanggal 17-07- Tanggal 17-

81
pengetahu mengetahui 07-2018 2018 07-2018

an tentang pentingnya PukPukul Pukul 15.00 Pukul 15.30

Pap pemeriksaa 14.00 wita Memperkenalka wita

Smear n pap Lakukan n diri dengan Ibu

DS: smear pendekatan keluarga binaan, menerima

Ibu dengan menjelaskan kedatangan

mengatak keluarga maksud dan mahasiswa

an tidak binaan tujuan dari dengan baik

mengerti dengan cara kegiatan

tentang pengenalan pembinaan dan

pap smear diri, meminta

DO: menjelaskan dukungan

tujuan dari dengan keluarga


Ibu tidak

kegiatan binaan agar


dapat

pembinaan, kegiatan
menjawab

minta berjalan lancar


pertanyaa

n yang dukungan

diberikan dari keluarga

binaan agar

kegiatan

berjalan

lancar

Tanggal 18- Tanggal 18-07- Tanggal 18-

07-2018 2018 07-2018

Pukul 14.00 Pukul 15.00 wita Pukul

82
wita Memberikan 15.300 wita

Berikan penyuluhan Telah

penyuluhan kesehatan melakukan

tentang pap tentang pap penyuluhan

smear smear dan ibu

mengerti

Tanggal 19- Tanggal 19-07- Tanggal 19-

07-2018 2018 07-2018

Pukul 14.00 Pukul 15.00 wita Pukul 15.30

wita Memberikan wita

- Berikan penyuluhan Ibu dapat

penyuluhan kembali tentang menjelaska

kembali pap smear dan n secra

tentang pap merespon balik sederhana

smear pemahaman ibu tentang pap

tentang pap smear

smear

No Masalah Tujuan Rencana Implementasi Evaluasi

Asuhan
3 Kurangnya Agar ibu Tgl 17 Juli Tgl 17 Juli 2018 Tgl 17 Juli

pengetahu mengerti 2018 Pukul 15.00 wita 2018

an tentang pentingny Pukul 14.00 Pukul 15.30

HIV/AIDS a wita Memperkenalkan wita

83
DS : Ibu mengetah Lakukan diri dengan Ibu

mengatak ui penyakit pendekatan keluarga binaan, menerima

an kurang HIV/AIDS dengan menjelaskan kedatangan

mengerti keluarga maksud dan mahasiswa

tentang binaan dengan tujuan dari dengan baik

penyakit cara kegiatan

HIV/AIDS pengendalian pembinaan dan

DO : Ibu diri. meminta

tidak dapat Menjelaskan dukungan

menjawab tujuan dari dengan keluarga

pertanyaa kegiatan binaan agar

n yang pembinaan, kegiatan berjalan

diberikan minta lancar

dukungan dari

keluarga

binaan agar

kegiatan

berjalan lancar

Tgl 18-07-2018 Tgl 18-07- 2018 Tgl 18-07-

Pukul 14.00 Pukul 15.00 wita 2018

wita Memberikan Pukul 15.30

Berikan penyuluhan wita

penyuluhan kesehatan Telah

tentang tentang dilakukan

84
HIV/AIDS HIV/AIDS penyuluhan

dan ibu

mengerti

Tgl 19-07- Tgl 19-07-2018 Tgl 19-07-

2018 Pukul 15.00 wita 2018

Pukul 14. 00 Memberikan Pukul 15.30

wita penyuluhan wita

Berikan tentang Ibu dapat

penyuluhan HIV/AIDS menjelaska

kembali n secara

tentang sederhana

HIV/AIDS tentang

HIV/AIDS

85
SATUAN ACARA PENYULUHAN

(SAP)

Tema : ASI

Sub Tema : Pentingnya ASI Eksklusif

Tanggal : 17-19 Juli 2018

Tempat : Desa Bokori

I. TUJUAN

1. Tujuan Umum

Setelah dilakukan penyuluhan, diharapkan ibu dapat mengerti

dan memahami pentingnya ASI Eksklusif

2. Tujuan Khusus

Setelah dilakukan penyuluhan ibu dapat :

a. Memahami tentang pengertian ASI eksklusif

b. Memahami tentang manfaat ASi bagi bayi

c. Memahami tentang manfaat ASi bagi ibu

d. Memahami tentang manfaat ASi bagi keluarga

e. Memahami tentang manfaat ASi bagi bangsa dan negara

f. Memahami tentang waktu pemberian ASI

g. Memahami tentang factor-faktor yang mempengaruhi

penggunaan ASI

II. RINCIAN KEGIATAN

No Kegiatan Waktu Metode Media yang

86
digunakan
1 Pembukaan 5 menit Ucapan salam dan

penyampaian tujuan

2 Penyampaian 15 menit Ceramah Materi

Materi

3 Evaluasi 10 menit Tanya jawab

4 Penutup 5 menit Salam dan ucapan terima

kasih

III. ANALISIS MATERI

Mayoritas ibu-ibu belum terlalu mengerti tentang pentingnya ASI

Eksklusif, waktu pemberian ASI serta factor-faktor yang

mempengaruhi penggunaan ASI

IV. MATERI

ASI EKSKLUSIF

a. Pengertian ASI Eksklusif

Air Susu Ibu (ASI) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan

protein, laktosa dan garam-garam anorganik yang disekresi oleh

kelenjar mamae ibu yang berguna sebagai makanan bagi

bayinya. ASI Eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan

87
dan minuman tambahan lain pada bayi berumur 0-6 bulan,

bahkan air putih tidak diberikan dalam tahap ASI Eksklusif ini.

b. Manfaat ASI Bagi Bayi

1. Mengandung hamper semua zat yang dibutuhkan oleh bayi

untuk pertumbuhan dan perkembangan

2. Mengandung berbagai zat penolak atau kekebalan tubuh

immunoglobin sehingga dapat melindungi bayi dari penyakit

infeksi

3. Lebih aman karena diberikan secara langsung kebayi, tidak

terkontaminasi, tercemar daan tetap segar

4. Mengandung Betalactoglobulin sehingga resiko alergi pada

bayi kecil

5. Suhu ASI sesuai dengan suhu bayi

6. Mudah dicerna karena tidak mengganggu alat pencernaan

bayi

7. Dapat menjalin hubungan kasih sayang antara ibu dan bayi

yang diperlukan untuk pertumbuhan fisik dan mental anak

c. Manfaat ASI Bagi Ibu

1. Hisapan bayi membantu raahim menciut, mempercepat

kondisi ibu untuk kembali kemasa pra-kehamilan dan

mengurangi resiko perdarahan

88
2. Lemak disekitar panggul dan paha yang ditimbulkan pada

masa kehamilan pindah ke dalam ASI, sehingga ibu lebih

cepat langsing kembali

3. Penelitian menunjukkan bahwa ibu yang menyusui memiliki

resiko lebih rendal terhaadap kanker rahim dan kanker

payudara

4. Mudah didapat karena merupakan makanan yang alami

daan dibawa sejak lahir

5. Mengurangi terjadinya karsinoma mammae

6. Meningkatkan hubungan batin yang lebih sempurna antara

ibu dan bayi

d. Manfaat ASI Bagi Keluarga

1. Tidak perlu uang untuk membeli susu formula, botol susu,

susu atau peralatan lainnya

2. Bayi sehat berarti keluarga mengeluarkan biaya lebih sedikit

dalam perawatan kesehatan dan berkurangnya

kekhawatiran bayi akan sakit

3. Penjarangan kelahiran karena efek kontrasepsi MAL dan ASI

Eksklusif

4. Menghemat waktu keluarga bila lebih sehat

5. Memberikan ASI pada bayi berarti hemat tenaga bagi

keluarga sebab ASI selalu siap tersedia

89
6. Lebih praktis saat akan bepergian, tidak perlu membawa

botol, susu, air panas dll

e. Manfaat ASI Bagi Bangsa Dan Negara

1. Menghemat devisa Negara karena Negara tidak perlu

mengimpor susu formula dan peralatan lain untuk

persiapannya

2. Meningkatkan kualitas yang akan datang

3. Terjadi penghematan pada sector kesehatan karena jumlah

bayi sakit lebih sedikit

4. Memperbaiki kelangsungan hidup anak dengan menurunkan

angka kematian

f. Waktu Pemberian ASI

1. ASI sebaiknya diberikan setengah jam setelah bayi lahir

2. Berikan sesering mungkin setiap bayi membutuhkan

3. Ibu harus mengkonsumsi makanan yang cukup, bergizi, dan

harus minum yang cukup ± 8-10 gelas setiap hari

4. ASI Eksklusif diberikan sampai usia 6 bulan, setelah itu

boleh diberikan makanan tambahan

g. Factor-Faktor Yang Mempengaruhi Penggunaan ASI

1. Perubahan Social Budaya

 Ibu-ibu bekerja atau kesibukan social lainnya

 Meniru teman, tetangga atau orang terkemuka yang

memberikan susu botol

90
 Merasa ketinggalan zaman jika menyusui bayinya

 Adanya tradisi dalam masyarakat

2. Factor Psikologi

 Takut kehilangan daya tarik sebagai seorang wanita

 Tekanan batin

3. Factor Fisik Ibu

Ibu sakit, misalnya : Mastitis, panas dsb

4. Factor kurangnya petugas kesehatan, sehingga masyarakat

kurang mendapatkan penerangan atau pendorong tentang

manfaat pemberian ASI

5. Meningkatkan promosi susu kaleng sebagai pengganti ASI

6. Pemberian susu tambahan untuk mencegah terjadinya

dehidrasi karena produksi ASI belum mencukupi.

91
SATUAN ACARA PENYULUHAN
(SAP)

1.    Pokok Bahasan : PAP SMEAR


2.    Sub Pokok Bahasan : PAP SMEAR/ KANKER SERVIKS
3.    Hari / Tanggal : 17-19 Juli 2018
4.    Waktu Penyuluhan : 15.30 WIB – 16.00 WIB
5.    Tempat Penyuluhan : Desa Bokori
6.    Tujuan Instruksional :
a. Tujuan Umum
Setelah mengikuti penyuluhan selama 30 menit, diharapkan
peserta penyuluhan akan dapat mengenal manfaat tentang PAP
SMEAR.
b. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan selama 30 menit, diharapkan para
peserta akan dapat
1. Memahami pengertian dan gejala dari kanker serviks
2. Memahami pengertian, manfaat, tujuan dan syarat
pemeriksaan PAP SMEAR

7.        Sasaran : Wanita Usia > 20 Tahun


8.        Metode : Ceramah dan tanya awab
9.       Media : LCD
10.    Kegiatan : Penyuluhan PAP SMEAR

92
KEGIATAN WAKTU PENYULUHAN PESERTA

1. Pembukaan 15 .30 WITA a. Memberi salam a. Menjawab salam,


s/d 15.35 b. Menyampaikan tujuan b. Mendengarkan dan
WITA pertemuan memperhatikan

a. Menjelaskan defenisi a. Mendengardan


2. ISI 15.35 WITA Kanker Serviks memperhatikan
s/d 15.40 b. Menjelaskan gejala b. Mendengar dan
WITA Kanker Serviks memperhatikan
c. Menjelaskan pengertian c. Mendengar dan
Pap Smear memperhatukan
d. Menjelaskan manfaat Pap d. Mendengar dan
Smear memperhatikan
e. Menjelaskan tujuan Pap e. Mendengar dan
Smear memperhatikan
f. Menjelaskan syarat f. Mendengar dan
pemeriksaan Pap Smear memperhatikan

a. Memberi kesempatan a. Bertanya


bertanya pada peserta b. Menjawab
3. Penutup 15.40 WIB penyuluhan pertayaan
s/d 16.00 b. Melakukan evaluasi dan c. Mendengar dan
WIB menanyakan keseluruhan memperhatikan
tujuan khusus tersebut
c. Membuat kesimpulan
d. Menutup pertemuan

93
11. Materi Penyuluhan
A. PENGERTIAN KANKER SERVIKS
Kanker serviks merupakan kanker ganas yang terbentuk dalam
jaringan serviks (organ yang menghubungkan uterus dengan
vagina).Ada beberapa tipe kanker serviks. Tipe yang paling umum
dikenal adalah squamous cell carcinoma (SCC), yang merupakan
80 hingga 85 persen dari seluruh jenis kanker serviks. Infeksi 
Human Papilloma Virus (HPV) merupakan salah satu faktor utama
tumbuhnya kanker jenis ini.
Tipe-tipe lain kanker serviks seperti adenocarcinoma, small cell
carcinoma, adenosquamous, adenosarcoma, melanoma dan
lymphoma, merupakan tipe kanker serviks yang langka yang tidak
terkait dengan HPV.Beberapa tipe kanker yang telah disebutkan,
tidak dapat ditanggulangi seperti SCC.

B. GEJALA
Kanker serviks tahap dini tidak menunjukkan gejala.Segera temui
dokter bila Anda mengalami gejala-gejala kanker serviks sebagai
berikut:
1. Pendarahan vagina
2. Sakit punggung
3. Sakit saat buang air kecil dan air seni keruh
4. Konstipasi kronis dan perasaan kembung walaupun perut
dalam keadaan kosong.
5. Rasa nyeri saat berhubungan seks dan keputihan
6. Salah satu kaki membengkak
7. Kebocoran urin atau feses dari vagina

C. Defenisi Pap Smear


Pap smear  merupakan suatu metode untuk pemeriksaan sel
cairan dinding leher rahim dengan menggunakan mikroskop, yang

94
dilakukan secara cepat, tidak sakit, serta hasil yang akurat (Wijaya,
2010).
Pap smear merupakan cara yang mudah, aman dan untuk mendeteksi
kanker serviks melalui pemeriksaan getah atau lendir di dinding
vagina. Sedangkan samadi, 2010 mengatakan Pap smear merupakan
salah satu deteksi dini terhadap kanker serviks, yang prinsipnya
mengambil sel epitel yang ada di leher rahim yang kemudian dilihat
kenormalannya.

D. Tujuan Pemeriksaan Pap Smear


Tujuan dari deteksi dini kanker servik atau pemeriksaan Pap Smear ini
adalah untuk menemukan adanya kelainan pada mulut leher rahim.
Meskipun kanker tergolong penyakit mematikan, namun sebagian
besar dokter ahli kanker menyebutkan bahwa dari seluruh jenis
kanker, kanker servik termasuk yang paling bisa dicegah dan diobati
apabila terdeteksi sejak awal. Oleh karena itu, dengan mendeteksi
kanker servik sejak dini diharapkan dapat mengurangi jumlah
penderita kanker serviks (Wijaya, 2010).
Beberapa tujuan dari pemeriksaan Pap Smear yang dikemukakan oleh
Sukaca, 2009 yaitu :
1. Untuk mendeteksi pertumbuhan sel-sel yang akan menjadi
kanker.
2. Untuk mengetahui normal atau tidaknya sel-sel di serviks
3. Untuk mendeteksi perubahan prakanker pada serviks
4. Untuk mendeteksi infeksi-infeksi disebabkan oleh virus
urogenital dan penyakit-penyakit yang ditularkan melalui
hubungan seksual.
5. Untuk mengetahui dan mendeteksi sel abnormal yang terdapat
hanya pada lapisan luar dari serviks dan tidak menginvasi
bagian dalam.
6. Untuk mengetahui tingkat berapa keganasan kanker serviks

95
E. Wanita yang diajurkan Pap smear
Wanita Usia Subur (WUS) merupakan masa terpenting bagi wanita
dan berlangsung kira-kira 33 tahun dimana organ reproduksinya
berfungsi dengan baik antara umur 17-45 tahun. Wanita dianjurkan
untuk melakukan pemeriksaan Pap Smear ke dokter, baik bagi mereka
yang telah melakukan pertama kali berhubungan seksual maupun
yang sudah sering melakukan hubungan seksual (sudah menikah).
Begitupun bagi mereka yang sama sekali yang belum pernah
berhubungan seksual. Karena pemeriksaan Pap Smear ini dapat
mendeteksi samapai 90% kasus kanker servik secara akurat dengan
biaya yang tidak terlalu mahal, dan sangat efektif untuk menurunkan
angka kematian pada wanita yang menderita kanker serviks.
Kehamilan juga tidak mencegah seorang wanita untuk  melakukan
pemeriksaan Pap Smear karena prosedur Pap Smear dapat dilakukan
secara aman selama kehamilan. Sehingga, wanita hamil juga dapat
menjalani test ini. Pemeriksaan Pap Smear tidak direkomendasikan
bagi wanita yang telah melakukan histerektomi (dengan pengangkatan
serviks) untuk kondisi yang jinak. Wanita yang pernah melakukan
histerektomi tetapi tanpa pengangkatan (histerektomi subtotal),
sebaiknya melanjutkan skrining sebagaimana halnya wanita yang tidak
melakukan histeretomi (wijaya, 2010).
Wanita yang dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan Pap Smear
sebagai berikut:
1. Wanita yang berusia muda sudah menikah atau belum namun
aktivitas seksualnya tinggi.
2. Wanita yang berganti-ganti pasangan seksual atau pernah
menderita HPV (Human Papilloma Virus) atau kutil kelamin.
3. Wanita yang berusia diatas 35 tahun.
4. Sesering mugkin jika hasil pap smear menunjukkan abnormal
5. Sesering mugkin setelah penilaian dan pengobatan prakanker
maupun kanker serviks.

96
6. Wanita yang mengunakan pil KB (sukaca, 2009).

F. Waktu untuk Melakukan Pap Smear


Pemeriksaan Pap Smear dapat dilakukan kapan saja kecuali pada
saat haid karena darah atau sel dari dalam rahim dapat mengganggu
keakuratan hasil pap smear, namun waktu yang tepat untuk
melakukan Pap Smear adalah satu atau dua minggu setelah berakhir
masa menstruasi.
Untuk wanita yang sudah menopause biasa melakukan pemeriksaan
pap smear kapan saja ( Dianada, 2008 ).
Adapun waktu untuk melakukan Pap Smear secara teratur yang
dikemukan oleh Sukaca, 2009 yaitu :
1. Setiap 6-12 bulan untuk wanita yang berusia muda sudah
menikah atau belum menikah namun aktivitas seksualnya sangat
tinggi.
2. Setiap 6-12 bulan untuk wanita yang berganti-ganti pasangan
seksual atau pernah menderita infeksi HPV (Human Papilloma
Virus) atau kutil kelamin.
3. Setiap tahun untuk wanita yang berumur diatas 35 tahun.
4. Setiap tahun untuk wanita yang mengunakan pil KB.
5. Setiap 2-3 tahun untuk wanita yang berusia diatas 35 tahun atau
untuk wanita yang telah menjalani histerektomi bukan karena
kanker, jika 3 kali berturut-turut hasil pap smear menunjukan
negative.
6. Setahun sekali bagi wanita yang berumur 40-60 tahun.
7. Sesudah 2x pap tes hasilnya negative dengan interval 3 tahun
dengan catatan bahwa wanita yang resiko tinggi harus lebih sering
menjalakan pap tes .
8. Sering mungkin jika hasil pap smear menunjukan abnormal
sesering mungkin setelah penilain dan pengobatan prakanker
maupun kanker serviks.

97
G. Syarat Pengambilan Pap Smear
Beberapa hal penting yang perlu diperhatikan dalam pemeriksaan
Pap Smear adalah sebagai berikut :
1. Waktu pengambilan minimal 2 minggu setelah menstruasi
dimulai dan sebelum menstruasi berikutnya.
2. Berikan informasi sejujurnya kepada petugas kesehatan tentang
riwayat kesehatan dan penyakit yang pernah diderita
3. Hubungan intim tidak boleh dilakukan dalam 24 jam sebelum
pengambilan bahan pemeriksaan.
4. Pembilasan vagina dengan macam-macam cairan kimia tidak
boleh dikerjakan dalam 24 jam sebelumnya.
5. Hindari pemakaian obat-obatan yang dimasukkan ke dalam
vagina 48 jam sebelum pemeriksaan.
6. Bila anda sedang minum obat tertentu, informasikan kepada
petugas kesehatan, karena ada beberapa jenis obat yang dapat
mempengaruhi hasil analisis sel.

98
SATUAN ACARA PENYULUHAN
( SAP )

Pokok pembahasan : HIV/AIDS


Sub pokok pembahasan : HIV/AIDS
1. Defenisi HIV/AIDS
2. Penyebaab HIV/AIDS
3. Penularan HIV/AIDS
4. Taanda dan gejala HIV/AIDS
5. Cara memberikan dukungan pada orang
yang terkena HIV/AIDS
Sasaran : Masyarakat
Tempat :Desa Bokori
Hari/tanggal : 17-19 Juli 2018
Waktu : 15:00 Wita
Penyuluh : Ni nyoman widiastiti

  I.    Tujuan umum


Setelah mengikuti penyuluhan selama 10 menit di harapkan
masyarakat mampu memahami dan mengerti tentang apa yang
dimaksud dengan HIV/AIDS.
II.    Tujuan khusus
Setelah mengikuti penyuluhan selama 10 menit di harapkan
masyarakat mampu memahami dan mengerti tentang:
1. Devenisi HIV/AIDS
2. Penyebaab HIV/AIDS
3. Penularan HIV/AIDS
4. Taanda dan gejala HIV/AIDS
5. Cara memberikan dukungan pada orang yang terkena
HIV/AIDS

99
III.       Metode
1.      Ceramah
2.      Diskusi
IV.       Media
1.      Sap
2.      Poster

V.    Proses kegiatan


No Kegiatan penyuluhan Waktu Respon
1 Pembukaan: 1.Menjawab
1.mengucapkan salam 2 menit salam
2.perkenalan
3.Menjelaskan tujuan
2 Isi:
Menjelaskan tentang:
1. Definisi HIV/AIDS 5 menit 1.Bertanya
2. Penyebab HIV/AIDS
3. Penularan HIV/AIDS
4. Gejala HIV/AIDS
5. Pencegahan HIV/AIDS
6. Memberi dukungan penderita
HIV /AIDS
Melakukan tanya jawab
3 Penutup:
1.Evaluasi 3 menit 1.menjawab
2.Menyimpulkan materi per tanyaan
3.Mengucapkan salam penutup 2.Menyimak
3.Jawab
salam

VI.    Evaluasi
Peserta dapat menjelaskan tentang:

100
1. Definisi HIV/AIDS
2. Penyebaab HIV/AIDS
3. Penularan HIV/AIDS
4. Tanda dan gejala HIV/AIDS
5. Cara memberikan dukungan pada orang yang terkena
HIV/AIDS
VII.   Sumber
Ambrawati.eny Retna,dkk.2011.Asuhan Kebidanan komentar
yogyakarta:Mutia medika

LAMPIRAN MATERI

A.    Defenisi HIV/AIDS


AIDS adalah singkatan dari advired immuno deviciency syndrome.
AIDS merupakan suatu penyakit relatif baru yang di tandai dengan
adannya kelainan yang kompleks dari sistem perubahan tubuh dan
menyebabkan korban menjadi sangat peka terhadap mikroganisme
oportunstif.

B.     Penyebab HIV/AIDS


HIV (Humman Immuno Deviciency ) yaitu organisme patogen yang
berdampak dalam cairan tubuh ( darah, air mani, cairan vagina )
orang yang yang terkena inveksi.

C.     Penularan
1.      Kontak seksual dengan seorang pengidap per oral, per recbal,
pervagina.
2.      Kontak langsunng dengan darah yaitu dengan jarum suntik,
tranfusi darah yang sudah terinfeksi, dan pada orang hamil yaitu
melalui plasenta, perlukaan dalam proses persalinan/melalui ASI.

101
D.    Gejala
1.      Masa laku basi 60-90 hari
2.      Fase II
3.      Fase III ( melalui gejala AIDS )
4.      Fase IV

E.     Pencegahan
A: Abstince ( tidak berhubungan sex )
B: Be Faibh ful ( setia pada pasangan )
C: Condom ( gunakan kondom saat berhubungan sex )
D: Drugs ( jangan pakai narkoba )
E: Eduipment ( hati-hati pakai alat steril )

F.      Cara memberi dukungan padaa orang yang menderita HIV/AIDS


1.      Dukungan emosi
a. Saling bertukar perasaan
b. Mendengar perasaan
c. Mendengar keinginan
d. Memberi semangat
2.      Dukungan fisik
a. Menuruti selera makan
b. Memberi waktu istirahat
c. Memberikan dengan selalu mengingatkan waktu, tanggal
dan tempat berada
d. Memberikan keyakinan keamanan

102
103

Anda mungkin juga menyukai