Anda di halaman 1dari 59

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Kebidanan Komunitas

Komunitas merupakan satu kesatuan hidup manusia yang menempati

suatu wilayah nyata dan berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat,

serta terikat oleh suatu rasa identitas suatu komunitas (Koentjaraningrat,

1990) .

B idan dalam memberikan pelayanan berfokus pada perempuan, dengan

meyakini bahwa kehamilan dan persalinan bukan sekedar peristiw a klinis

tetapi juga peristiwa transisi sosial dan psikologis yang amat kritis bagi

seorang perempuan. Dengan dasar itu, seorang bidan meyakini bahwa

asuhan kebidanan secara aktif memprom osikan, melindungi, mendukung

hak-hak reproduksi perempuan dan keluarganya dan menghargai beragam

budaya, keyakinan dan suku bangsa, hal ini didasar kan pada keyakinan bidan

bahwa :

a. Perempuan adalah pribadi yang unik dan mempunyai kebutuhan,

keinginan untuk kelangsungan generasi dalam siklus reproduksi,

pengambil keputusan utam a dalam asuhannya dan m emiliki hak atas

informasi untuk meningkatkan kemampuan dalam mengambil keputusan.

b. Proses kelahiran adalah rangkaian pengalaman yang mem berilkan

makna bagi perempuan, keluarga dan masyarakat.

c. Melahirkan adalah suatu proses fisiologis yang normal.

5
d. Perempuan membutuhkan pendamping selama masa kehamilan, kelahiran

dan nifas.

e. Meyakini dan menghargai perempuan dalam kemampuannya untuk

melahirkan.

f. Perempuan bertanggung jawab terhadap kesehatan dirinya dan keluarganya.

g. Kem itraan dengan perempuan, bersifat individual, berkesi nam bungan,

dan tidak otori ter.

h. Perpaduan dari ilm u dan kiat kebidanan yang bersifat holistik,

didasarkan atas pemahaman biologis, psikologis, emosional, sosial,

kultural, spiritual, dan pengalaman fisik perempuan yang didasarkan atas

bukti-bukti terbaik yang ada. Profesionalisme pelayanan kebidanan

memiliki arti sebagai pemenuhan kontrak sosial kepada masyarakat untuk

menyediakan pelayanan kepada ibu, anak dan keluarganya secara up to

date, evidence-bas ed dan berkualitas sesuai kebutuhan perempuan dan

keluarganya dilandasi etika dan kode etik bidan dengan

mengimplementasikan konsep partnership with women, respect advocacy,

cultur al sensitivfty, health promotion and prevention .

Kebidanan Komunitas merupakan pelayanan kebidanan yang menekankan

pada aspek- aspek psikososial budaya yang ada di komunitas ( masyarakat

sekitar). Maka seorang bidan dituntut mampu memberikan pelayanan yang

bersifat individual maupun kelompok. Untuk itu bidan perlu dibekali dengan

stra tegi- strategi untuk mengatasi tantangan/kendala :

6
a. Sosial budaya (ketidakadilan gender, pendidikan, tradisi yang

merugikan/harmful tradition, nilai-nilai)

b. Ekonomi (kemiskinan)

c. Politik dan Hukum (ketidakadilan sosial)

d. Fasilitas (tidak ada peralatan cukup, pelayanan rujukan, dll)

e. Lingkungan (air bersih, daerah konflik, daerah kantong/daerah yang

terisolir, kumuh dan padat, dll)

2.2 Tujuan Pelayanan Asuhan Kebidanan di Komunitas

a. Tujuan Umum :

Seorang bidan komunitas mampu meningkatkan kesejahteraan

masyarakat, khususnya kesehatan perempuan, bayi dan balita di wilayah

kerjanya, sehingga masyarakat dapat mengatasi secara mandir i mengenal

masala h dan kebutuhannya.

b. Tujuan Khusus:

1. Meningkatkan upaya pem berdayaan perempuan dan masyarakat.

2. Meningkatkan cakupan pelayanan kebidanan kom unitas sesuai

dengan tanggung jawab bidan.

3. Meningkatkan mutu pelayanan secara terpadu sesuai ruang

lingkup pelayanan kebidanan.

4. Meningkatkan deteksi dini kasus kasus risiko dan kom plikasi.

5. Mengatasi keterlambatan pengenalan komplikasi, pengambilan

keputusan, penanganan awal dan rujukan kasus

6. Membangun jejaring kerja lintas program dan lintas sektor.


7
7. Mendukung program–program pemerintah lainnya untuk

meningkatkan status kesehatan ibu dan anak.

2.3 Prinsip Pelayanan Asuhan Kebidanan di Komunitas

a. Kebidanan kom unitas sifatnya multidisiplin m eliputi ilmu kesehatan m

asyarakat, sosial, psikologi, llm u kebidanan, dan ilmu lainnya yang

mendukung peran bidan di komunitas.

b. Berpedoman pada etika profesi kebidanan yang m enjunjung harkat

dan martabat kem anusiaan kilen.

c. Ciri kebidanan komunitas adalah menggunakan populasi sebagai unit

analisis. Populasi bisa berupa kelompok sasaran jumlah perem puan,

jumlah KK, jum lah laki-laki, jum lah neonatus, jumlah bailta) dalam

area yang bisa ditentukan sendiri oleh bidan. Contoh : jumlah perempuan

usia subur dalam 1 RT atau 1 kelurahan/ kawasan

perumahan/perkantoran.

d. Ukuran keberhasilan bukan hanya mencakup target sasaran pelayanan,

namun perubahan pola pikir dan terjalinnya kemitraan seperti: PKK,

kelompok ibu-ibu pengajian, kader kesehatan dll.

8
e. Sistem pelaporan bidan di komunitas, berbeda dengan kebidanan di

klinik. Sistem pelaporan kebidanan komunitas berhubungan dengan

wilayah kerja yang m enjadi tanggung jawabnya.

2.4 Peran Bidan di Komunitas

Sebagai bidan yang bekerja di komunitas maka bidan harus memahami

perannya di komunitas, yaitu :

a. Sebagai Pendidik

Dalam hal ini bidan berperan sebagai pendidik di masyarakat. Sebagai

pendidik, bidan berupaya merubah perilaku komunitas di wilayah kerjanya

sesuai dengan kaidah kesehatan. Tindakan yang dapat dilakukan oleh bidan

di komunitas dalam berperan sebagai pendidik masyarakat antara lain

dengan memberikan penyuluhan di bidang kesehatan khususnya kesehatan

ibu, anak dan keluarga. Penyuluhan tersebut dapat dilakukan dengan

berbagai cara seperti ceramah, bimbingan, diskusi, demonstrasi dan

sebagainya yang mana cara tersebut merupakan penyuluhan secara

langsung. Sedangkan penyuluhan yang tidak langsung misalnya dengan

poster, leaf let, spanduk dan sebagainya.

b.   Sebagai Pelaksana (Provider)

Sesuai dengan tugas pokok bidan adalah memberikan pelayanan

kebidanan kepada komunitas. Disini bidan bertindak sebagai pelaksana

pelayanan kebidanan. Sebagai pelaksana, bidan harus menguasai

9
pengetahuan dan teknologi kebidanan serta melakukan kegiatan sebagai

berikut :

1)  Bimbingan terhadap kelompok remaja masa pra perkawinan.

2)  Pemeliharaan kesehatan ibu hamil, bersalin, nifas, menyusui dan masa

interval dalam keluarga.

3) Pertolongan persalinan di rumah.

4) Tindakan pertolongan pertama pada kasus kebidanan dengan resiko

tinggi di keluarga.

5) Pengobatan keluarga sesuai kewenangan.

6) Pemeliharaan kesehatan kelompok wanita dengan gangguan reproduksi.

7) Pemeliharaan kesehatan anak balita.

c.   Sebagai Pengelola

Sesuai dengan kewenangannya bidan dapat melaksanakan kegiatan

praktek mandiri. Bidan dapat mengelola sendiri pelayanan yang

dilakukannya. Peran bidan di sini adalah sebagai pengelola kegiatan

kebidanan di unit puskesmas, polindes, posyandu dan praktek bidan.

Sebagai pengelola bidan memimpin dan mendayagunakan bidan lain atau

tenaga kesehatan yang pendidikannya lebih rendah.

Contoh : praktek mandiri/ BPS

d.   Sebagai Peneliti

Bidan perlu mengkaji perkembangan kesehatan pasien yang dilayaninya,

perkembangan keluarga dan masyarakat. Secara sederhana bidan dapat

memberikan kesimpulan atau hipotersis dan hasil analisanya. Sehingga bila

peran ini dilakukan oleh bidan, maka ia dapat mengetahui secara cepat
10
tentang permasalahan komuniti yang dilayaninya dan dapat pula dengan

segera melaksanakan tindakan.

e.   Sebagai Pemberdaya

Bidan perlu melibatkan individu, keluarga dan masyarakat dalam

memecahkan permasalahan yang terjadi.  Bidan perlu menggerakkan

individu, keluarga dan masyarakat untuk ikut berperan serta dalam upaya

pemeliharaan kesehatan diri sendiri, keluarga maupun masyarakat.

f.    Sebagai Pembela klien (advokat)

Peran bidan sebagai penasehat didefinisikan sebagai kegiatan memberi

informasi dan sokongan kepada seseorang sehingga mampu membuat

keputusan yang terbaik dan memungkinkan bagi dirinya.

g.   Sebagai Kolaborator

Kolaborasi dengan disiplin ilmu lain baik lintas program maupun

sektoral.

h.   Sebagai Perencana

Melakukan bentuk perencanaan pelayanan kebidanan individu dan

keluarga serta berpartisipasi dalam perencanaan program di masyarakat

luas untuk suatu kebutuhan tertentu yang ada kaitannya dengan kesehatan.

(Syafrudin dan Hamidah, 2009)

Dalam memberikan pelayanan kesehatan masyarakat bidan sewaktu –

waktu bekerja dalam tim, misalnya kegiatan Puskesmas Keliling, dimana

salah satu anggotanya adalah bidan.


11
2.5 Tanggung Jawab Bidan pada Pelayanan Kebidanan di Komunitas

Memberikan pelayanan kebidanan sesuai dengan tugas pokok bidan,

termasuk penyuluhan dan pelayanan individu, keluarga, dan masyarakat.

Agar dapat melaksa nakan peran dan tanggung jawabnya, bidan perlu

memiliki kemampuan klinis dan kemampuan mengelola dan leaders hip.

Di samping itu, bidan harus mampu bertindak profesional dalam bentuk :

a. Menilai tradisi yang baik dan m embahayakan, budaya yang sensitif

gender dan tidak, nilai-nilai masyarakat yang adil gender dan tidak, dan

hukun serta norma yang ternyata masih melanggar hak asasi m anusia.

b. Mampu mem isahkan antara nilai-nilai dan keyakinan pribadi

dengan tugas kemanusiaan sebagai bidan

c. Mampu bersikap non judgem ental (tidak menghakimi), non

discrim inative (tidak membeda-bedakan), dan mem enuhi standar

prosedur kepada semua klien (perem puan, laki-laki, trans-gender).

d. Mampu melakukan advokasi dan pemberdayaan perempuan.

e. Mampu bekerja sam a dan membangun jejaring kerja, secara lintas

program maupun lintas sektor.

2.6 Ruang Lingkup Pelayanan Kebidanan di Komunitas

a. Peningkatan kesehatan (promotif).

b. Pencegahan (preventif).

c. Deteksi dini komplikasi dan pertolongan kegawat daruratan.

d. Meminimalkan kesakitan dan kecacatan.

e. Pemulihan kesehatan (rehabilitasi).

12
f. Kemitraan dengan LSM setem pat, organisasi masyarakat, organisasi

sosial, kelompok masyarakat yang melakukan upaya untuk

mengembalikan individu ke lingkungan keluarga dan masyarakat.

Terutam a pada kondisi dimana stigma masyarakat perlu dikurangi

(TB, kusta, AIDS, KTD, KDRT, prostitusi, korban perkosaan, IDU).

2.7 Konsep Penerapan Gender pada Asuhan Kebidanan di Komunitas

a. Seks dan Gender

Secara umum, gender adalah konsep yang m engacu pada

pembedaan peran dan tanggung jawab lai-laki dan perem puan yang

terjadi akibat dari dan dapat berubah oleh keadaan sosial dan budaya

masyarakat (Perm endagri No 15 15/2008). Secara lebih luas, gender

diartikan sebagai perbedaan antara laki-laki dan perempuan dalam

peran, fungsi, hak, tanggung jawab, dan perilaku yang terbentuk oleh

tata nilai sosial, budaya dan adat istiadat dari kelom pok masyarakat

yang dapat berubah menurut waktu serta kondisi setempat (MOWE,

UNFPA & BKKBN 200 5). Dengan demikian, gender bersifat tidak

universal, dipengaruhi atau dipelajari dari lingkungan (disosialisasikan),

serta dapat berubah atau diubah.

b. Isu Gender : Kesenjangan dan Ketimpangan Gender

Isu gender adalah situasi, kondisi, dan posisi perempuan

dibandingkan dengan laki- laki, term asuk relasi sosial antar

13
keduanya diberbagai aspek atau dimensi kehidupan. Merujuk pada

Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPP-

PA) ,isu gender bisa berpijak pada identifikasi perbedaan antara

laki- laki dan perempuan menyangkut 4 indikator, yakni : akses,

partisipasi, kontrol, dan beneficiaries (pemanfaatan). Ada tidaknya

perbedaan menyangkut 4 hal tersebut, akan mengindikasikan ada

tidaknya kesenjangan gender (gender gap). World Bank (2000)

menegaskan bahwa gender gap bisa menyangkut 3 Aspek, yakni : Hak

(rights), Sumberdaya (resources ) dan Suara (voices). Indikator

kesenjangan gender adalah :

a. Akses

b. Partisipasi

c. Kontrol

d. Pem anfaatan

g. Analisis Gender

Kesenjangan ataupun kesenjangan gender dapat diidentif ikasi

melalui analisis gender. World Bank mendefinisikan analisis gender

sebagai: Proses mengidentifikasi sekaligus mengkaji ada tidaknya

perbedaan kondisi maupun posisi laki-laki dan perempuan, serta

relas i sosialnya baik di lingkungan keluarga, komunitas, bahkan di

tingkat negara serta global ( World B ank, 2000). Sederhananya,

analis is gender adalah upaya mengidentifikasi dan mengungkap

14
perbedaan kehidupan laki- laki dan perempuan baik dalam aspek

sosial maupun ekonomi, term asuk isu kesenjangannya. Analisis gender

juga mengidentikasi faktor-faktor penyebab ketim pangan atau

kesenjangan dan menjadi dasar untuk memperbaiki atau menghapus

kesenjangan. Hasil analis i ini bermanfaat untuk pengembangan

kebijakan pembangunan dan layanan publik.

h. Alat Analisis Gender

► Kerangka Analisis Harvard

Tujuan dari alat analisis ini adalah : (1) Membedah alokasi sumber

daya ekonomis laki- laki dan perempuan; (2) M embantu perencana

proyek untuk lebih efisien dan meningkatkan produktivitas secara

keseluruhan.

Berikut paparan 3 komponen data utama dalam Harvard Analytical

Framework :

1) Profil kegiatan

Yakni mengidentifikasi tugas-tugas produktif dan reproduktif dalam

keluarga dan komunitas. Pertanyaan utam a adalah siapa m elakukan

apa? . Parameter lain yang dapat diukur adalah dominasi gender dan

umur, alokasi waktu, tempat kegiatan, atau dapat ditambahkan kategori

kegiatan sosial kemasyarakatan, keagam aan, bahkan politik.

15
Berdasarkan waktunya, profil kegiatan ini dapat dibuat harian, bulanan

dan m usim an.

2) Profil akses dan kontrol terhadap sumber daya

Yakni m engungkap siapa saja anggota keluarga atau komunitas

yang memiliki akses ke sumber daya dan m engontrol

penggunaannya. Selain itu juga dapat ditambahkan kategori sumber

daya politik, ekonomi, serta sum ber daya waktu.

3) Faktor-faktor yang berpengaruh

Yakni identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi perbedaan

perlakuan gender (baik menyangkut kesempatan maupun hambatan

yang dihadapi laki-laki dan perempuan). Faktor-faktor ini antara lain :

norma-norma m asyarakat, kedudukan di masyarakat, kelembagaan,

pranata/institusi sosial, kondisi ekonomi, faktor politik, hukum serta

sikap masyarakat terhadap proyek atau program. Hasil identifikasi ini

dapat menjadi dasar mem prediksi peluang dan tantangan terhadap

pengembangan maupun im plem entasi program atau proyek. Dengan

demikian bisa dibangun strategi yang efe ktif dan efisien.

Tabel 2.7.1 Contoh profil kegiatan


Waktu Kegiatan Pelaku kegiata n Tipe kegiatan
Laki- Perem Anak Anak Produk R epro- Sosi
laki puan laki- perem -tif duktif al
laki - puan
0 5. 00 B an gun X X X
0 5. 30 Memasuk X X X
0 6. 00 Men cuci X X
0 6. 30 Mak an pag X X X X X
0 7. 00 iK e k eb un X X

16
D sb ..... ..

Melalui profil kegiatan akan dapat diketahui jenis kegiatan berbasis

jenis kelamin dan usis, serta alokasi waktu yang dicurahkan. Profil kegiatan

ini bermanfaat dalam perencanaan kegiatan, khususnya berkenaan dengan

waktu kegiatan. M eski demikian profil kegiatan sebetulnya juga m am pu

m engidentifikasi sasaran kegiatan dan bentuk kegiatan.

► Kerangka Analisis Mozer

Model analisis ini dikembangkan oleh Caroline Moser (1 99 3) yang

m encoba untuk m embawa satu agenda pem berdayaan perempuan ke

dalam proses perencanaan dengan cara menyusun perencanaan berbasis

perspektif gender. Salah satu faktor kekurangefektifan atau bahkan

kegagalan kebijakan program adalah ketidak tepatan dalam menganalisis :

1) Situasi

2) Masalah atau kebutuhan pokok yang perlu diintervensi

3) Kelompok sasarannya

Berkenaan dengan itu, Moser menawarkan pentingnya identifikasi kebutuhan

gender, baik yang praktis maupun strategis, dan membedakannya dengan

kebutuhan spesifik perempuan. Kerangka Moser ini juga menunjukkan

keterkaitan fokus kebijakan atau program dengan berbagai pendekatan pem

bangunan terhadap perempuan. Sebab itu, konsep-konsep yang terdapat dalam

kerangka Moser adalah :

17
1) Konsepsi Tiga Peran (triple roles) perempuan pada tiga asas : kerja

reproduksi, kerja reproduktif dan kerja komunitas. Pemilihan peran

ini berguna untuk pem etaan pembagian kerja gender dan

alokasikerja.

2) Pembedaan kebutuhan gender yang bersifat praktis dan strategis.

Kebutuhan praktis terkait dengan kondisi perempuan, sedangkan

kebutuhan strategis terkait dengan penguatan posisi perempuan dalam

relasi gendernya.

3) Pendekatan analisis kebijakan mulai dari fokus pada kesejateraan,

kesamaan, anti kemiskinan, efisiensi dan pendekatan pemberdayaan.

Fokus kebijakan ini menyiratkan bagaimana asumsi pembangunan

tentang peran perempuan : apakah perempuan diintegrasikan ke

pembangunan atau perempuan sudah terlibat dalam pembangunan

namun berstatus dan berposisi m arginal.

Tabel 2.7.2 Tiga Alat Utama Kerangka Mozer

Alat 1 A. Kerja reproduksi perempuan


B. Kerja produktif
Tiga Peran Perempuan(Triple Roles of
women) C. Kerja komunitas
Alat 2 A. Kebutuhan/Kepentingan praktis
Gender need assessment B. Kebutuhan/Kepentingan strategis
Alat 3 Siapa mengontrol apadan siapa yang
Gender disaggregated data – intra memiliki kekuasaan atas pengambilan
household keputusan

► Gender Analysis Matrix

Gender Analysis Matrix (GAM) dikembangkan oleh Rani Parker pada

tahun 1993. Analisis ini diciptakan untuk sekelompok praktisi

18
pembangunan di Timur Tengah yang bekerja untuk LSM-LSM. Tujuan

kerangka ini adalah membantu identifikasi perbedaan dampak dari berbagai

inter vensi pembangunan terhadap perempuan dan laki-laki. Hal ini

dilakukan melalui proses analisis yang mengidentifikasi dan

mempertanyakan asumsi- asumsi tentang peran-per an gender di masyarakat

dengan cara yang konstruktif /mem bangun. Kegunaan alat ini adalah untuk

melakukan perencanaan, pengawasan, dan evaluasi proyek pada suatu

tingkatan berbasis masyarakat.

Tabel 2.7.3 Deskripsi tentang Gender Analisis Matrix


A PA Su atu alat u ntuk analisis g ender d i p roy ek-pro yek p emban gu nan
d i tin gk at masyarak at
M ENGAP A U ntu k menentukan damp ak -dampak y an g berbeda d ari
interv ensi-in tervensi pemb an gunan terh ad ap perempu an d an lak i-
SI AP A Analisis d ilakukan oleh suatu kelompo k d alam masy arak at
laki
yag idealn y a terd iri d ari perempu an dan laki-laki y ang ju mlahn
KA PA N yDia Ting
b erimb
kat an g can aan u n tuk men entukan b ag aimana p o ten si
peren
pen garuh -pengaru h g ender yang d iharap k an d an sesuai
tujuan -tu juan p ro gram? D i tah ap peren can aan/desain
bagaimana pertimbang an g en der d apat men g ubah desain p roy
ek? D i tahap p en gaw asan dan evaluasi, u ntuk melihat d amp ak -
dampak yan g leb ih lu as.
Matriks ini memiliki empat tingkat analis is dan empat kategori analis is.

Keempat tingkat ini adalah perempuan, laki-laki, rumah tangga ( termasuk

anak-anak dan anggota keluarga yang hidup bersama) , dan satu unit yang

lebih besar, yakni: masyarakat

Tabel 2.7.4 Contoh Tingkat dan Kategori Analysis


Tingkat Analysis Kategori Analysis
 Perempuan adalah perempuan dari semua  Pekerjaan adalah perubahan tugas – tugas
umur yang ada dikelompok sasaran (jika (mengambil air dari sungai) Tingkat
terdapat perempuan dikelompok sasaran) keterampilan yang dibutuhkan (terampil
atau semua perempuan dikelompok dengan tidak terampil, pendidikan formal,
masyarakat pelatihan) dan kapasitas tenaga kerja
 Laki – laki adalah laki – laki dari semua Tenaga kerja (berapa jumlah orangnya dan
umur yang ada dikelompok sasaran( jika berapa banyak dikerjakan : apakah perlu
terdapat laki – laki dikelompok sasaran) mempekerjakan orang atau adapatkah
19
atau semua laki – laki dimasyarakat anggota – anggota keluarga melakukannya
 Rumah tangga adalah semua perempuan  Waktu adalah perubahan dalam jumlah
dan laki-laki dan anak – anak yang tinggal waktu (3 jam, 4 jam , dst), yang diperlukan
bersama, bahkan walaupun ada kekurangan dalam menjalankan tugas-tugas yang
keluarga inti. Meskipun jenis rumah tangga berkaitan dengan proyek atau kegiatan
mungkin macam – macam dalam suatu tersebut
masyarakat orang selalu mengenal apa  Sumberdaya adalah perubahan dalam akses
yang ada dalam “rumah tangga”atau kemodal (pendaapatan,tanah,penghargaan)
“keluarga”. Itulah analysis defenisi atau sebagai konsekuensi dari proyek, dan
unit yang mesti digunakan ini di GAM pelaksanaan control terhadap perubahan –
 Masyarakat adalah setiap orang dalam perubahan sumberdaya (lebih banyak atau
bidang proyek tersebut secara keseluruhan. lebih sedikit) unruk masing – masing
Tujuan dari tingkatan ini adalah untuk tingkat analysis
melakukan analysis diluar keluarga, jadi  Faktor –faktor budaya adalah perubahan
kesuatu masyarakat luas. Tetapi masyarakat sosial kehidupan para peserta (perubahan
bersifat kompleks dan biasanya terdiri dari peran-peran dan status gender) akibat dari
kelompok – kelompok orang yang berbeda proyek
dengan kelompok orang yang berbeda –
beda. Jadi jika “masyarakat” yang
didefenisikan dengan jelas tidak memiliki
arti dalam konteks proyek tersebut,
tingkatan analysis ini dapat dihapus.

Catatan :

 Tingkat analysis dapat juga meliputi kelompok umur, kelas kelompok etnis, atau

kategori-kategori lain yang relevan (tergantung pada tujuan proyek dan masyarakat).

 Keempat kategori analysis tersebut digunakan untuk tiap-tiap tingkat analysis.

Pr in sip Ma tr iks An alisis G en der

Penerapan GAM bersumber dari pengetahuan dan pengalaman dari semua

pihak yang dijadikan sumber data. Analisis gender bersif at partisipatif

sehingga tidak memerlukan ahli dari luar masyarakat kecuali fasilitator .

Analisis gender tidak dapat diubah jika analisis tidak dilakukan oleh orang-

orang yang dianalisa.

Tabel 2.7.5 Contoh Tabel GAM:

Tenaga Kerja Waktu Sumber daya Budaya


Perempuan ⁺ Perempuan ⁺ Hemat waktu ⁺ air lebih mudah ⁻ Mengurangi

20
tidak lagiharus ⁺ Ada waktu tersedia mobilitas
mengambil air luang ⁺ ada irigasi ⁻ Interaksi
untuk ke keun sosial
diterminal
sumber air
Laki – laki ⁺ Mendapatkan
keahlian dalam
membangun
dan merawat
system
pengairan
Rumah ?Pengaman
Tangga jaringan atau
menambah
pekerjaan
Masyarakat ⁺ Komisi
masyarakat
terlatih untuk
perawatan
system air

Atur an d ala m penggun aa n GAM:

1. Jika mungkin perempuan dan laki-laki dalam jumlah yang sama (atau

yang hampir sama) harus m elakukan analisis

2. Analisis harus dikaji ulang dan direvisi sekali sebulan selama 3 bulan

pertama dan sekali dalam 3 bulan setelah itu

3. Setiap kotak harus diverifikasi setiap kali dilakukan kaji ulang GAM

4. Hasil-hasil yang tidak ditam bahkan harus ditambahkan ke matriks

5. GAM harus digunakan dengan alat-alat analisis standar yang lain,

seperti alat-alat monitoring, pengujian-pengujian kebutuhan, dll.

► Kerangka Pemberdayaan Perempuan Sarah Longwe

21
Kerangka Longwe berfokus langsung pada situasi dan kondisi

dalam mengatasi masalah kesenjangan, diskriminasi dan subordinas i.

Masalah utama dalam pembangunan perempuan bukan membuat

bagaimana perempuan menjadi lebih produktif,

efisien, atau menggunakan tenaga mereka secara lebih efektif, teta pi

untuk memungkinkan perempuan memiliki kesetar aan dengan laki-laki

dan berpartisipasi secara sama dalam proses pembangunan guna meraih

control atas factor-faktor produksi sebagaima na laki- laki. Untuk itu

Longwe mengembangkan kerangka untuk mencapai tingkat

pemberdayaan dan kesetar aan (equality) dengan parameter (berurutan

dari rendah ketinggi) yang meliputi:

Ga mb a r 1 L evel kes ed er a j at a n d an pemb erd aya an

Eq ua lity P em ber d a ya an
Per em pu an L ak i-la ki P er em pu a n L ak i-la ki

K on tr o l

22
( decisio n ma kin g)
Partisip asi
K esadaran Kritis
( con scien ce)

A kses

Welfare ( k eb utu han


d asar-p rak tis)
Negative, Netral, Positif

Pa r a meter pemb er da ya an dan kesetar aa n ad ala h:

1) Kesejahteraan: mencakup makanan, pendapatan, perawatan kesehatan,

pendapatan dan waktu luang

2) A kses: m encakup akses terhadap lahan/tanah, pekerjaan, penghargaan,

pelatihan, fasilitas pem asaran, dan semua jasa dan keuntungan yang

tersedia secara um um. Persamaan akses dapat diperoleh dengan

menjamin adanya prinsip persam aan kesem patan, yang memerlukan

adanya reformasi hokum dan adm inistrasi guna menghapuskan segala

bentuk diskriminasi.

3) Kesadaran kritis: m encakup pem ahaman atas perbedaan antara peran

berdasarkan gender dan seks. Perbedaan ini sangat dipengaruhi oleh

factor budaya dan dapat diubah. Keyakinan juga m eliputi kepercayaan

bahwa pembagian kerja secara seksual harus adil dan disetujui oleh kedua

belah pihak tanpa dominasi baik ekonomi maupun politik dari satu

jenis kelamin. Keyakinan akan kesetaraan berdasarkan gender dan seks

23
m ember dasar bagi partisipasi bersama dalam proses pembangunan

perempuan.

4) Partisipasi: meliputi partisipasi perempuan yang setara dalam proses

pembuatan keputusan, kebijakanm perencanaan dan administrasi.

Partisipasi merupakan aspek penting dalam pem bangunan dim ana

perempuan dilibatkan dalam penilaian kebutuhan-kebutuhan, perum

usan, penerapan dan evaluasi kegiatan. Persamaan dalam partisipasi berarti

melibatkan perempuan sebagai bagian dari m asyarakat dengan

proporsi yang seimbang dalam pengambilan keputusan

5) Kontrol: keseimbangan laki-laki dan perem puan dalam mengkontrol

sumberdaya sehingga tidak ada satupun yang berposisi lebih dominan.

► P er encan aa n P ela ya na n K eb ida nan K omu nit as Ya ng T an ggap

Gend er Dan P ar tisipa tif

B erbagai program kesehatan sudah dikembangkan dan dijalankan di

masyarakat, mulai dari program kesehatan ibu dan anak (KIA) termasuk

imunisasi, kesehatan reproduksi remaja, program pencegahan infeksi

salura n reproduksi dan penyakit menular seksual (ISR /PMS), termasuk

HIV/AIDS, dll. Namun,apakah program-program tersebut dirancang sesuai

dengan kebutuhan masyarakat? Apakah program berjalan sesuai dengan

tujuan yang ingin dicapai? Dalam konsep Bryan, ada 4 hal yang menjadi

dasar pertimbangan urgensi penetapan prior ita s program, yakni :

1. Prevalence (jum lah kasus)

24
2. Seriousness (tingkat urgensi dan diinterrvensi terkait dengan

konsekuensi/dampak m asalah)

3. M anageability (kemampuan pengelolaan program terkait dengan

sumberdaya)

4. Com munity concern (kepedulian komunitas yang menjadi basis

partisipasi masyarakat).

► Perencanaan Partisipatif

Partisipasi ditem patkan sebagai keterlibatan masyarakat terutama

yang dipandang sebagai beneficiary pembangunan dalam konsultasi

atau pengambilan keputusan dalam semua tahapan siklus proyek

pembangunan dari penilaian kebutuhan, perencanaan, pelaksanaan

sampai pemantauan dan evaluasi program.

Perencanaan partisipatif adalah upaya perubahan yang didasar

kan pada keinginan, kebutuhandan direncanakan oleh mereka sendiri.

Partisipasi masyarakat dilakukan dengan menerapkan prinsip, yakni :

mengutama kan masyarakat, berbasis pengetahuan masyarakat dan

melibatkan perempuan.

Ada beberapa asumsi untuk mendorong partisipas i sosial, yakni :

a. Rakyatlah yang paling tahu kebutuhannya, karena itu rakyat

mempunyai hak untuk mengidentifikasi dan m enentukan kebutuhan

pembangunan di wilayah lokalnya

25
b. Partisipasi sosial dapat m enjamin kepentingan dan suara

kelompok- kelompok yang dimarjinalkan dalam pembangunan

hukum , ekonomi, sosial, budaya.

Partisipasi sosial dalam pengawasan terhadap proses pembangunan dapat

mengurangi terjadinya berbagai penyimpangan, penurunan kualitas dan

kuantitas program pem bangunan.

Pengembangan kapasitas masyarakat dapat dilihat dari 3 dimensi yaitu :

a. Dim ensi kapasitas sistem : merujuk pada perencanaan berkala

yang terpadu dan berkesinambungan yang dirumuskan secara

objektif, terarah dan sesuai kebijakan normatif yang menjadi rujukan

bersama

b. Dim ensi kapasitas individu : m emerlukan struktur organisasi yang

jelas, penjabaran tugas dan fungsi dari m asing-masing pelaku yang

terlibat, mekanisme koordinasi, evaluasi kerja dan monitoring

dampak untuk m enilai efe ktifitas, efisiensi dan akuntabilitas

(pertanggungjawaban) jalannya program pelayanan masyarakat.

c. Dimensi kapasitas individu : mencakup (i)keterampilalan perencanaan

(kemampuan atau kapasitas melakukan analisis situasi hingga

monitoring evaluasi); (ii) keterampilan manajerial, yakni kapasitas

memfasilitasi, memoderasi dan mengkoordinir semua pelaku dan

kepentingan ke dalam suatu proses perencanaan yang teratur; (iii)

keterampilan sosial yakni kapasitas dalam membangun kebersamaan

26
dalam keberagaman kepentingan untuk menghasilkan produk

perencanaan yang mengakomodir kepentingan dari bawah.

► Perencanaan Partisipatif yang Tanggap Gender

a. Kebijakan/program yang responsif gender yaitu perempuan dan

laki-laki mendapatkan manfaat yang sam a dari program

pembangunan perlu diupayakan dan dijamin untuk :

M on ito r in g Ev alu asi


Melihat kem ajuan kinerja program secara Menilai hasil program (outcomes)
periodik untuk tindakan korektif untuk perrbaikan program selanjutnya

Pemantauan ini dilakukan secara Evaluasi merupakan proses periodik


sistematisyang bersifat periodik dan dan sistematis untuk m enilai seluruh
berkesinambungan untuk mengetahui sedini fungsi organisasi dengan cara m enilai
mungkin apakah pelaksanaan program sesuai hasil yang akan dicapa kemudian
atau menyimpang dari rencana awal dengan dibandingkan dengan
memanfaatkan sekumpulan indikator terpilih tujuan/harapan/target yang ingin dicapai

Tujuan monitoring adalah untuk menjawab 3.Tu juan ev aluasi ad alah u ntuk men jaw
dua pertanyaan penting, yakni: ab :
Apakah program telah mencapai populasi atau · Pencapaian tujuan
target yang diinginkan
· Pengaruh program
Apakah pelaksanaan program sesuai
dengan yang direncanakan Keluaran dan dampak yang
tidak diharapkan
Penilaian program berdasar keberhasilan
dan kegagalan

27
4. M anfaat monitoring adalah : 4.Manfaat evaluasi y aitu ;

M engenali masalah program sedini m Mem berikan gambaran sampai seberapa


ungkin jauh tujuan dan sasaran telah tercapai

M elakukan perbandingan antar Mem berikan motivasi pada seseorang


lokasi/tem pat untuk bertindak

M enilai tren status situasi tertentu, Dapat membantu m enetapkan prioritas


sehingga dapat diambil tindakan- tindakan dalam mengam bil tindakan
korektif yang diperlukan
Mem bantu menguji asumsi, mengenai
strategi dan sasaran sehingga manajer
program dapat m emikirkan
kembali strategi yang tepat.

b. Memperoleh akses yang sam a terhadap sumber daya(pembangunan)


c. Mempunyai peluang berpartisipasi yang sama, term asuk dalam

proses pengambilan keputusan

d. Memiliki kontrol yang sam a atas sumberdaya (pembangunan)

e. Memperoleh m anfaat yang sam a dari hasil pembangunan.

► Monitoring dan Evaluasi yang Tanggap gender


Kegiatan monitoring maupun evaluasi dapat dilakukan secara

partisipatori, misalnya pertemuan berkala yang melibatkan seluruh

stake holders, bukan penerima programlangsung dan pengelola

program.perempuan penting untuk berpartisipasi secara aktif dalam

pertemuan-pertemuan tersebut dan terlibat dalam diskusi-dis kusinya.

Tabel 2.7.6 M on it or ing & Eva lu a si yan g T an gga p G end er


► Indikator Monitoring Dan Evaluasi
Indikator merupakan ukuran-ukuran tidak langsung (indirect) yang

digunakan dalam proses monev untuk mengukur perubahan-

perubahan yang merefleksikan keadaan sebenarnya. Contoh, Angka

Kematian bayi (AKB ), Angka Kematian Ibu (AKI ). Indikator dapat

28
dibedakan menjadi indikator input, output dan efek dan impact.

Indikator input dan output merupakan indikator di tingkat program

yang bertujuan menilai kinerja (performance)program, sedangkan

indikator efek dan impact merupakan indikator di tingkat

masyarakat/populasi yang menjadi target program/intervensi.

Indikator di tingkat masyarakat bertujuan menilai outcome

keberhasilan dari program baik bersif at efek (intemediate

outcomes) seperti peningkatan pengetahuan, peningkatan prevalens i

Kontrasepsi aupun impact ( long term outcomes) .

Apabila kita akan melakukan evaluasi program maka

memfokuskan pada indikator outcome di tingkat masyarakat,

sedangkan apabila akan melakukan monitoring maka fokus pada

indikator kinerja di tingkat program untuk mendapatkan masukan

tindakan korektif apa yang diperlukan. Keberhas ila n program

tidak dapat diukur dari satu indikator saja karena dimensi program

yang dilakukan pasti banyak.

► Langkah-langkah Monitoring dan Evaluasi untik Perencanaan

Langkah pertama dalam melakukan monitoring yaitu :

1) Tentukan kegiatan/program apa yang akan dimonitor

2) Jabarkan tujuannya

Lingkup monitoring berikut beberapa pertanyaan penting

untuk menentukan ruang lingkup monitoring, yaitu :

29
1) Seberapa luas area yang dim onitor?

2) Fasilitas apa saja yang akan dim onitor?

3) Petugas apa saja yang akan dipilih? (manajer, penyedia pelayanan,

atau relawan)

4) Berapa lama m onitoring akan dilakukan.

2.8 Konsep kesehatan masyarakat dan kaitannya dengan kebidanan

Merupakan upaya fasilitasi yang bersif at persuasif dan tidak

memerintah yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap,

perilaku, dan kemampuan masyarakat dalam menemukan,

merencanakan dan memecahkan masala h menggunakan sumber

daya/potens i yang mereka miliki term asuk partisipasi dan

dukungan tokoh-tokoh masyarakat.

Pemberdayaan keluarga di bidang kesehatan akan menghasilkan

kemandirian keluarga dalam menemukan masala h kesehatan yang ada

dalam keluarganya, kemudian mampu merencanakan dan mengambil

keputusan untuk memecahkan masala h kesehatannya sendiri tanpa atau

dengan bantuan pihak lain. Salah satu stra tegi yang dapat ditempuh

untuk menghasilkan kemandir ian di bidang kesehatan baik pada

masyarakat maupun pada keluarga adalah pendekatan komunikasi,

inform asi, edukasi (KIE), artinya harus ada komunikasi antara bidan

dengan masyarak0at.

2.9 Kebijakan pelayanan Kebidanan di Komunitas.0

30
Tujuan pembangunan kesehatan dicapai dengan dasar-dasar

dan penyelenggaraan tersebut di atas. Penyelengaraan upaya

kesehatan perlu memerhatikan kebijakan umum yang

dikelompokkan sebagai bcrikut.

a. Peningkatan kerja sama llntas-sektor

Untuk optimalisasi hasil pembangunan berwawasan

kesehatan, kerja sama lintas-sektor merupakan ha! yang utama,

karena itu perlu digalang serta dimantapkan secara saksama.

Sosialisasi masalah-masalah kesehat• an kcpada sektor lain perlu

dilakukan secara intensif danberkala. Kerja sama lintas-sektor

harus mencakup tahap perencanaan, pelaksanaan, penilaian, dan

berlandaskan dasar-dasar pembangunan kesehatan.

b. Peningkatan perilaku, pemberdayaan masyarakat dan kemitraan

Masyarakat dan swasta perlu berperan aktif dalam

penyelenggaraan upaya kcsehatan. Dalam hal ini, perilaku

hidup manusia sejak usia dini melalui berbagai kegiatan

penyuluhan dan pendidikan kesehatan, sehingga menjadi

bagian dari norma hidup dan budaya masyarakat dalamrangka

meningkatkan kesadaran dan k emandirian untuk hidup sehat.

Pcran masyarakat dalam pcmbangunan kcsehatan terutama

mclalui pcnerapan konsep pembangunan kesehatan masyarakat

tetap didorong dan bahkan dikembangkan untuk menjamin

31
terpenuhinya kebutuhan serta kesinambungan upaya

kesehatan.

Kemitraan swasta lebih dikembangkan dengan membcri

kemudahan dalam membangun terutama pelayanan kesehatan.

rujukan rumah sakit dan pelayanan mcdik Jainnya dcngan

mcmcrhatikan efisiensi seluruh sistcm pelayanan kesehatan.

Kemitraan swasta juga ditingkatkan dalam pcncegahan penyakit

dan peningkatan derajat kesehatan. Peran organisasi masyarakat

ditingkatknn tcrutamn monynngkut pcnyusunan dan pemantauan

standar kodc ctik profesi dafam pclayanan kcschatan. Organisasi

profcsi didorong untuk berpcran aktif mcngcmbangkan ilmu

pengetahuan dan teknologi kesehatan, membantu pemerintah

dalam perumusan kebijakan dan pcngolahan serta pemantauan

pelaksanaan pcmbangunan kesehatan, dan berfungsi pula

memberi masukan untuk mengembangkan sumber daya manusia

kesehatan

c. Peningkatan kesehatan lingkungan

Kcsehatan lingkungan pcrlu diselenggarakan untuk mewujudkan

kualitas lingkungan. Lingkungan yang sehat, yaitu lingkungan yang

bebas dari risiko yang membahayakan kesehatan dan keselamatan

hidup manusia. Upaya ini pcrlu untuk mcningkatkan mutu lingkungan

hid up dan meningkatkan kemauan dan kemampuan pemerintah dan

masyarakat dalam merencanakan pcmbangunan berwawasan

32
kesehatan. Kesehatan lingkungan pemukiman, tempat kerja, tempat

umum, dan tempat wisata ditingkatkan melalui penyediaan serta

pengawasan mutu air yang memenuhi persyaratan terutama

perpipaan, tern pat pembuangan sampah, pcnyediaan sarana

pembuangan air limbah, serta berbagai sarana sanitasi lingkungan

lainnya. Kualitas air, udara, dan tanah ditingkatkan

untuk menjamin hidup sehat dan produktif sehingga

masyarakat terhin dar dari keadaan yang dapat mcnimbulkan

bahaya kesehatan. Untuk itu, diperlukan peningkatan dan

perbaikan peraturan perundang-undangan, pendidikan lingkungan

sehat scjak dari usia muda, serta pembakuan standar lingkungan.

Pengendalian terhadap penyebab, pembawa, dan somber

penyakit perlu dilakukan untuk terciptanya lingkungan yang

sehat bagi segenap penduduk. Perhatian khusus diberikan pada

gangguan lingkungan kare- na. penggunaan teknologi dan bahan

berbahaya, eksplorasi sumber daya alam yang berlebihan, dan

bencana, baik oleh alam maupun ulah manusia. Dampak global

perubahan cuaca perlu diwaspadai terutama yang t.erkait dengan

terjadinya berbagai gangguan kcschatan di samping dampak negative

kelangkaan bahan pangan yang berpengaruh terhadap gizi

penduduk.

d. Peningkatan upaya kesehatan

33
Penyelenggaraan upaya kesehatan dilaksanakan secara

menye\uruh, terpadu, dan berkesinambungan melalui upaya

peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, penyembuhan

penyakit, pemulihan kesehatan, dan upaya khusus rnelalui

pelayanan kemanusiaan dan kcdaruratan atau krisis.

Selanjutnya, pemarataan dan peningkatan mutu pelayanan

kesehatan perlu terus-menerus diupayakan. Dalam rangka

mempertahankan status kesehatan masyarakat selama krisis

ekonomi, upaya keschatan diprioritaskan untuk mengatasi

dampak krisis selain tetap mempertahankan peningkatan

pembangunan kesehatan. Perhatian khusus dalam mengat.asi

dampak krisis dibcrikan kepada kelompok berisiko, yaitu

keluarga miskin agar derajat kesehatannya tidak memburuk

dan tetap hidup produktif. Pemerintah bertanggung jawab

terhadap biaya pclayanan kesehatan untuk penduduk miskin.

Setelah melcwati masa krrsis ekonomi, status kesehatan

masyarakat ditingkatkan mclalui penccgahan dan pengurangan

mobilitas, mortalitas, dan kecacatan dalam masyarakat,

terutama pada bayi, anak balita, dan wanita hamil,

melahirkan dan masa nifas, mclalui upaya peningkatan

(promosi) hidup schat, pencegahan dan pembcrantasan

penyakit menular, serta pengobatan penyakit dan rchabilitasi.

Prioritas utarna diberikan kepada penanggulangan penyakit

mcnular dan wabah yang cenderung meningkat.


34
Perhatian yang lebih besar diberikan untuk mewujudkan

produk tivitas kerja yang tinggi, melalui berbagai upaya

pelayanan kesehatan kerja termasuk perbaikan gizi dan

kebugaran jasmani, tenaga kerja, dan upaya kesehatan lain yang

menyangkut kesehatan lingkungan kerja dan lingkungan

pemukiman, terutama bagi penduduk yang tinggal di daerah

kumuh.

Peningkatan upaya kesehatan dilakukan dengan menggalang

kemitraan sektor swasta dan potensi masyarakat. Peningkatan

upaya kesehatan sektor pemerintah lebih diutamakan pada

pelayanan kesehatan yang ber• dampak luas terhadap kesehatan

masyarakat, sedangkan pelayanan kesehatan perorangan yang

bersifat penyembuhan dan pemulihan penyakit terutama

dipercayakan kepada swasta. Pelayanan kesehatan dasar yang

diselenggarakan melalui puskesmas, puskesmas pembantu, bidan di

desa, dan upaya pelayanan kesehatan swasta ditingkatkan

pemerataan dan mu tunya. Begitu pula dengan pelayanan kesehatan

rujukan yang diselengga rakan oleh rumah sakit milik pemerintah

maupun swasta. Peningkatan pemerataan dilakukan penempatan

bidang di desa. pengembangan pus kesmas yang sudah ada dan

membangun puskesmas pembantu Jengkap dengan sarananya.

Peningkatan kualitas dilakukan melalui pelaksanaan jaminan

mutu oleh puskesmas dan rumah sakit.

35
e. Peningkatan sumber daya kesehatan
Peningkatan tenaga kesehatan harus menunjang seluruh upaya

pembangunan kesehatan dan diarahkan untuk menciptakan

tenaga keschatan yang ahli dan terampil sesuai pengembangan

ilmu dan teknologi, beriman, dan bertaqwa kepada Tuhan Yang

Maha Esa, serta berpegang teguh pada pengabdian bangsa dan

negara dan etika profesi. Pengembangan tenaga kesehatan

bertujuan untuk meningkatkan pemberdayaan a tau daya guna

tenaga dan penyediaan juntlah serta mutu tenaga kesehatan

dari masyarakat dan pemerintah yang mampu melaksanakan

pembangunan kesehatan. Dalam perencanaan tenaga kesehatan,

perlu diutamakan penentuan kebutuhan tenaga di berbagai negara

di luar negeri dalam rangka globalisasi.

Pengembangan karier tenaga kesehatan masyarakat dan

pemerintah perlu ditingkatkan dengan terarah dan saksama serta

diserasikan secara bertahap. Jaminan Pemeliharaan Kesehatan

Masyarakat (JPK:M), yakni cara pelayanan kesehatan melalui

pembayaran secara pra-upaya, dikembangkan terus untuk menjamin

terselenggaranya pemeliharaan kesehatan yang lebih merata dan

bennutu dengan raga yang terkendali. JPKM diselenggarakan

sebagai upaya bersama antara masyarakat, swasta dan pemerintah

untuk memenuhi kcbutuhan biaya pelayanan kesehatan yang

terus meningkat. Tarif pelayanan kesehatan perlu disesuaikan

atas dasar nilai jasa clan barang yang diterima oleh anggota
36
masyarakat yang memperoleh pelayanan. Masyarakat yang tidak

mampu akan dibantu me- lalui sistem JPKM yang disubsidi oleh

pemerintah bersamaan dengan itu dikembangkan pula asuransi

kesehatan sebagai pelengkap/pendamping JPKM. Pengembangan

asuransi kesehatan berada di bawah pembinaan pemerintah clan

asosiasi perusahaan asuransi. Secara bertahap puskes- mas clan

rumah sak.it milik pemerintah akan dikelola secara swalana.

Dalam upaya meningkatkan perbekalan kesehatan, pengaclaan

clan produksi bahan baku obat yang secara ekonomi

menguntungkan terus di- tingkatkan. Pengadaan, produksi, clan

clistribusi obat-jacli clitingkatkan efisiensi clan mutunya sehingga

masyarakat clapat memperoleh obat yang bermutu clengan harga

terjangkau. Pemakaian obat yangrasional, terutama obat generik,

lebih digalakkan melalui upaya promosi clan penyuluhan bagi tenaga

kesehatan clan masyarakat umum. Obat-obatan traclisional yang

bermanfaat bagi kesehatan akan climanfaatkan secara terintegrasi

dalam pelayanan kesehatan masyarakat sencliri. Selain itu, akan

dikembangkan terua melalui pembinaan oleh pemerintah maupun

asosiasi profesi. Pembinaan kualitas makanan dan minuman yang

dipasarkan dan clikonsumsi oleh masyarakat ditingkatkan untuk

melindungi masyarakat dari bahan dan organisme yang

membahayakan.

2.10 Sistem Rujukan dan Jejaringan Pelayanan Kerja

37
► Definisi

Sistem rujukan adalah sistem yang dikelola secara strategis, proaktif,

pragmatif dan koordinatif untuk menjamin pemerataan pelayanan

kesehatan maternal dan neonatal yang paripurna dan komprehensif bagi

masyarakat yang membutuhkannya terutama ibu dan bayi baru lahir,

dimanapun mereka bearada dan berasal dari golongan ekonomi manapun

agar dapat dicapai peningkatan derajat kesehatan dan neonatal di wilayah

mereka berada (Depkes RI, 2006)

Menurut SK Menteri Kesehatan RI No 32 Tahun 1972 sistem rujukan

adalah suatu sistem penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang

melaksanakan pelipahan tanggung jawab timbal balik terhadap satu kasus

masalah kesehatan secara vertikal, dala arti unit yang berkemampuan

kurang kepada unit yang lebih mampu atau secara horizontal dalam arti

antar unit-ubit yang setingkat kemampuannya.

Dapat dikatakan bahwa sistem rujukan adalah suatu sistem jaringan

pelayanan kesehatan yang memungkinkan terjadinya penyerahan tanggung

jawab seacara timbal balik atas timbulnya masalah dari suatu kasus atau

masalah kesehatan masayarakat, baik secara vertikal maupun horizontal

kepada yang lebih kompeten, terjangkau dan dilakukan secara rasional.

► Tujuan

System rujukan bertujuan agar pasien mendapatkan pertoplongan pada

fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih mampu sehingga jiwanya dapat

terselamatkan, dengan demikian dapat menurunkan AKI dan AKB.

► Jenis
38
1. Menurut tata hubungannya, sistem rujukan terdiri dari : rujukan internal

dan rujukan eksternal

a.  Rujukan internal adalah rujukan horizontal yang terjadi antar unit

pelayanan di dalam institusi tersebut. Misalnya dari jejaring

puskesmas (puskesmas pembantu) ke puskesmas induk

b.  Rujukan eksternal adalah rujukan yang terjadi antar unit-unit dalam

jenjang pelayanan kesehatan, baik horizontal (dari puskesmas rawat

inap) maupun vertikal (dari puskesmas ke rumah sakit umum daerah)

2.  Menurut lingkup pelayanannya, sistem rujukan terdiri dari : rujukan

medik dan rujukan kesehatan

a.  Rujukan medik

·   konsultasi penderita, untuk keperluan diagnostik, pengobatan,

tindakan

·   Pengiriman bahan (spesimen) pemeriksaan laboratorium yang lebih

lengkap

·   Mendatangkan atau mengirim tenaga yang lebih kompeten atau ahli

untuk meningkatkan suatu pelayanan pengobatan setempat.

b.  Rujukan kesehatan adalah rujukan yang menyangkut masalah

kesehatan masayarakat yang bersifat preventif dan promotif.

 Tujuan sistem rujukan upaya keseh0atan

1)  Umum

Dihasilakannya upaya pelayanan kesehatan yang didukung mutu

pelayanan yang optimal dalam rangka memecahkan masalah kesehatan

secara berdaya guna dan berhasil guna


39
2)  Khusus

Dihasilkannya upaya pelayanan kesehatan klinik yang bersifat kuratif dan

rehabilitatif secara berhasil guna dan berdaya guna

Dihasilkannya upaya kesehatan masyarakat yang bersifat preventif dan

promotif secara berhasil guna dan berdaya guna

Tabel 2.7.7 Jenjang tingkat tempat rujukan

RUMAH SAKIT TIPE A

RUMAH SAKIT TIPE C/D

RUMAH SAKIT TIPE INAP

PUSKESMAS /BP / RB / BKIA SWASTA

PUSKESMAS PEMBANTU / BIDAN

POSYANDU / KADER / DUKUN BAYI

► Jalur Rujukan

1. Dari kader, dapat langsung merujuk ke :

a.  puskesmas pembantu

b.  pondok bersalin/ bidan desa

c.  puskesmas/ puskesmas rawat inap

d.  rumah sakit pemerintah/ swasta


40
2. Dari posyandu, dapat langsung merujuk ke :

a. puskesmas pembantu

b. pondok bersalin/ bidan desa

c. puskesmas/ puskesmas rawat inap

d. rumah sakit pemerintah/ swasta

3. Dari puskesmas pembantu dapat langsung merujuk ke rumah sakit tipe D/C

atau rumah sakit swasta

4. Dari pondok bersalin dapat langsung merujuk ke rumah sakit tipe D. atau

rumah sakit swasta

► Mekanisme rujukan

1.  Menentukan kegawadaruratan penderita

a.   Pada tingkat kader atau dukun bayi terlatih Ditemukan penderita yang

tidak dapat ditangani sendiri oleh keluarga atau kader/ dukun bayi,

maka segera dirujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan yang terdekat,

oleh karena itu mereka belum tentu dapat menerapkan ke tingkat

kegawatdaruratan.

b.   Pada tingkat bidan desa, puskesmas pembantu dan puskesmas Tenaga

kesehatan yang ada pada fasilitas pelayanan kesehatan tersebut harus

dapat menentukan tingkat kegawatdaruratan kasus yang ditemui, sesuai

dengan wewenang dan tanggung jawabnya, mereka harus menentukan

kasus mana yang boleh ditangani sendiri dan kasus mana yang harus

dirujuk.

c.   Memberikan informasi kepada penderita dan keluarga Sebaiknya bayi

yang akan dirujuk harus sepengathuan ibu atau keluarga bayi yang
41
bersangkutan dengan cara petugas kesehatan menjelaskan kondisi atau

masalah bayi yang akan dirujuk dengan cara yang baik.

d.   Mengirimkan informasi pada tempat rujukan yang dituju

1)  Memberitahukan bahwa akan ada penderita yang dirujuk

2)  Meminta petunjuk apa yan perlu dilakukan dalam rangka persiapan

dan selama dalam perjalanan ke tempat rujukan

3)   Meminta petunjuk dan cara penanganan untuk menolong penderita

bila penderita tidak mungkin dikirim.

e. Persiapan penderita (BAKSOKUDA)

Persiapan yang harus diperhatikan dalam melakukan rujukan disingkat

“BAKSOKUDA” yang diartikan sebagi berikut :

►B (Bidan) : Pastikan ibu/ bayi/ klien didampingi oleh tenaga kesehatan

yang kompeten dan memiliki kemampuan untuk melaksanakan

kegawatdaruratan

►A (Alat) : Bawa perlengkapan dan bahan-bahan yang diperlukan seperti

spuit, infus set, tensimeter dan stetoskop

►K (keluarga) : Beritahu keluarga tentang kondisi terakhir ibu (klien) dan

alasan mengapa ia dirujuk. Suami dan anggota keluarga yang lain

harus menerima ibu (klien) ke tempat rujukan.

►S (Surat) : Beri sura ke tempat rujukan yang berisi identifikasi ibu

(klien), alasan rujukan, uraian hasil rujuka, asuhan atau obat-obat

yang telah diterima ibu

►O (Obat) : Bawa obat-obat esensial yang diperlukan selama perjalanan

merujuk
42
►K(Kendaraan) : Siapkan kendaraan yang cukup baik untuk

memungkinkan ibu (klien) dalam kondisi yang nyaman dan dapat

mencapai tempat rujukan dalam waktu cepat.

►U (Uang) : Ingatkan keluarga untuk membawa uang dalam jumlah yang

cukup untuk membeli obat dan bahan kesehatan yang diperlukan di

tempar rujukan

►DA (Darah) : Siapkan darah untuk sewaktu-waktu membutuhkan

transfusi darah apabila terjadi perdarahan

f.  Pengiriman Penderita, untuk mempercepat sampai ke tujuan, perlu

diupayakan kendaraan/ sarana transportasi yang tersedia untuk mengangkut

penderita

g.  Tindak lanjut penderita

Ø  Untuk penderita yang telah dikembalikan

Ø  Harus kunjungan rumah bila penderita yang memerlukan tindakan lanjut

tapi tidak melapor.

2.11 Manajemen Asuhan Kebidanan di Komunitas

1. Asuhan Antenatal

Hal- hal yang perlu diperhatikan:

a. Bidan menggunakan seluruh keterampilannya bukan hanya untuk

memberi asuhan pada keadaan fisik normal tetapi juga membantu ibu

beradaptasi dengan perubahan karena kehamilan dan kesiapan menjadi

ibu

43
b. Mendorong ibu untuk membicarakan tentang perasaan,

kecemasannya dengan suasana yang mendukung dan terjam in

kerahasiaannya

c. Jika mem ungkinkan selama kehamilannya ibu dapat bertemu dengan

semua bidan yang akan m enolongnya di kamar bersalin dan postpartum

d. Yakinkan bahwa ibu berada dalam kondisi am an untuk bersalin di

rumah bersalin, pondok bersalin atau di rumah

e. Bidan melakukan penanganan awal kegawatdaruratan

f. Bidan merujuk ke fasilitas kesehatan yang lengkap bila ada komplikasi

g. Melakukan pendokumentasian terhadap semua asuhan yang diberikan

j. Penyebab ibu tidak ANC

1) Kurang pengetahuan

2) Kurang m otivasi

3) Tidak bisa diakses

k. Upaya mengatasi

1) Penyuluhan tentang pentingnya ANC

2) Kunjungan rumah

3) Identifikasi maslah tidak ANC dan mencari pemecahannya

4) Membantu ibu untuk merencanakan upaya-upaya pemecahan

selanjutnya
44
5) Kerja sama dengan kader, tokoh m asyarakat untuk m emotivasi

ibu ham il dan keluarga agar peduli terhadap kehamilannya

l. Pelaksanaan ANC di rumah

1) Bidan harus mem punya data keberadaan ibu hamil di wilayah

kerjanya

2) Bidan mengidentifikasi budaya, tradisi yang ada di lingkungan ibu

hamil, baik yang mendukung atau menghambat kesehatan

3) Bidan mengidentifikasi apakah ibu hamil memeriksakan

kehamilanya dengan teratur atau tidak

4) Sebelum ke rum ah klien , bidan mementukan dulu kapan bisa

berkunjung ( kontrak waktu: tanggal, hari, dan jam), diusahakan

tidka m engganggu aktifitas ibu hamil dan keluarga

5) Saat kunjungan rum ah lakukan pem eriksaan sesuai

standar, kem udian mengidentifikasi lingkungan rumah bila

ibu m em punyai rencana untuk melahirkan di rumah

6) Melibatkan keluarga dalam membeikan dukungan sesuai dengan

kebutuhan termasuk dalam persiapan m enghadapi komplikasi dan

kegawatdaruratan

7) Mempersiapkan ibu dan suami untuk m enjadi orang tua (parentcraf

education)

45
8) Penyuluhan dan konseling untuk mempersiapkan persalinan dan

penanganan komplikasi, perencanaan kontrasepsi, pelaksanaan

inisiasi menyusui dini dan pemberian ASI eksklusif

m. Pemilihan tempat pertolongan persalinan

Yang perlu diperhatikan:

1) Penentuan tempat dan penolong persalinan ditentukan oelh ibu dan

keluarga sesuai kondisi:

a) Riwayat kesehatan dan kebidanan ibu yang lalu

b) Keadaan keham ilan saat ini

c) Pengalaman melahirkan sebelum nya

d) Ketersediaan tempat tidur, kondisi rumah, air bersih, dan

sebagainya

e) Akses terhadap fasilitas rujukan

2) Memastikan ibu merasa aman dan nyaman selama proses persalinan

3) Mengorientasikan ibu ke tempat peralinan sesuai pilihanya

n. Persiapan persalinan

Pada hakikatnya, antenatal care yang dilakukan seorang bidan

adalah agar bersama- sama dengan semua ibu hamil dan suami/

keluarganya membuat perencanaan dan persiapan persalinan yang

46
bersih dan aman. Dalam perencaan ters ebut perlu juga disertakan

perencanaan menggunakan alat kontraseps i pasca persalinan

Hal- hal penting yang perlu didis kusikan dnegan ibu dan keluarganya,

yaitu:

1) Membuat perencanaan persalinan yang perlu ditetapkan:

a) Tempat persalinan

b) Tenaga penolong persalinan (bidan atau dokter)

c) Bagaimana m enjangkau tempat persalinan

d) Siapa yang akan menjadi pendamping selam a persalinan

e) Besarnya biaya persalinan yang dbutuhkan dan cara mem

perolehnya

f) Siapa yanga kan mengurus keluarga saat ibu tidak di rumah

g) Apakah rencana metode kontrasepsi pasca persalinan

2) Membuat rencana pengambilan keputusan penanganan kasus gawat

darurat, jika pengambilan keputusan utama dalam keluarga tidak ada

di tempat

Yang perlu dibicarakan:

a) Siapa yang mem buat keputusan tentang rujukan ibu kalau

diperlukan

b) Siapa pengambil keputusan utama dalam keluarga

47
c) Siapakah yang boleh mengam bil keputusan jika pengambil

keputusan utama dalam keluarga tidak ada ditempat saat terjadi

kasus gawat darurat

3) Mengatur sistem transportasi jika terjadi kasus gawat darurat

perenca-naan ini perlu dipersiapkan lebih awal selama kehamilan, m

eliputi:

a) Dimanakah ibu akan melahirkan (desa, polindes/ fasilitas

kesehatan, rumah sakit)

b) Bagaimana cara m enjangkau tingkat layanan yang lebih

lengkap jika terjadi gawat darurat

c) Ke fasilitas manakah ibu harus dirujuk

d) Bagaimana cara mem peroleh pembiayaan jika terjadi gawat

darurat

e) Bagaimana cara mem peroleh donor darah yang potensial

4) Membuat rencana tabungan

Pihak keluarga harus didorong untuk m enbung sehingga

dana yang dibutuhkan dapat tersedia untuk perawatan rutin

selama kehamilan dan kasus gawat darurat. Pengalam an

menunjukan bahwa banyak ibu-ibu yang tidak mau mencari

pertolongan lanjutan atau dirujuk karena tidak memiliki dana

yang cukup.

48
Bidan perlu m engupayakan dibentuk suatu sistem untuk m

endukung upaya menyelamatkan ibu ham il atau melalui

seseorang di lingkunagn tersebut yang bisa mengorganisir

pengadaan dukungan finansial untuk ibu jika diperlukan,

misalnya dalam bentuk tabungan ibu bersalin (tabulin).

5) Menyiapkan peralatan untuk m elahirkan

Seseorang ibu dna keluarganya dapat menyiapkan

persalinannya secara bersama-sama menyiapkan peralatan

seperti popok atau baju, sabun dan pakaian mandi yang bersih,

kain untuk bayi dan disim pat sebagia persiapan untuk peralinan

6) Memfasilitasi ibu dan keluarga untuk mendapatkan

jam inan pelayanan kesehatan

2. Asuhan Persalinan

Tabel 2.7.7. B PM/ Praktik Perorangan atau R umah B ersalin (R B)

Keunggulan (Outcome)

1. Suasana rileks, bersahabat 1. Keterbatasan alat-alat

2. Pelayanan berkesinambungan untuk m engatasi komplikasi

. Lebih diterima ibu dan keluarga 2. Lebih m ahal

4. Mudah memperoleh fasilitas

Emergensi

3. Asuhan Postpartum
49
a. Kunjungan postpartum

1) Memiliki data jumlah ibu nifas

2) Pemantauan dilakukan minimal pada 6 jam pertama, hari ke-2,

hari ke-6, 2 minggu dan 6 minggu

3) Berbicara dengan bayi dan bereakasi dengan sabar ketika bayim

enangis

4) Perlu melibatkan keluarga untuk memberikan perhatian penuh

baik verbal maupun non verbal, siap siaga dan memberikan

dukungan dalam aptasi dengan situasi baru

5) Bidan memantau status mental ibu dan sikap terhadap bayinya,

suami dan anak- anaknya

6) Bidan juga perlu mengobservasi reaksi anggota keluarga lainnya

7) Siapkan waktu agar ibu dapat mengekspresikan perasaannya,

kecemasan terhadap bayinya, anank-anak lainnya dan hubungan

antar mereka

8) Bidan mendengarkan, memberikan dukungan dan dorongan terus m

enerus dan memeberikan duknungan ekstra kepada ibu yang kurang

mendapat dukungan dari keluarga

9) Pada akhir setiap kunjungan, bidan m elengkapi catatan termasuk

saran-saran yang diberikan untuk mempermudah asuhan postpartum

selanjutnya

50
10) Sebelum hari ke-10 , bidan m enindaklanjuti kesiapan pasangan

menggunakan kontrasepsi:

a) Mendorong pasangan untuk berpikir positif tentang rencana

kehamilan berikutnya

b) Mem bantu pasangan untuk m emilih jenis kontrasepsi sesuai

dengan kondisi

c) Mendorong pasangan untuk membicarakan awal seksual intercouse

d). Jika ada kelainan/ penyim pangan bagi bayi maupun ibunya,

anjurkan untuk segera ke rum ah sakit

3. Asuhan B ayi Dan B alita

Prinsip asuhan bayi dan balita:

a. Bidan memiliki data bayi dan balita di wilayah kerjanya

b. Memastikan bahwa semua bayi mendapatkan ASI eksklusif

c. Bidan memiliki data bayi yang diim uniasidan bayi yang belum

diimunisasi

d. Bersama m asyarakat mem berikan m otivasu kepada

keluarga untuk melakukan imunisasi bayinya

e. Mendorong keluarga yang mem iliki bayi dan balita untuk m

emanfaatkan posyandu dan fasilitas kesehatan yang ada di

wilayahnya

51
f. Memberikan asuhan yang esensial pada bayi dan balita sesuai

standar

g. Melibatkan keluarga dalam stimulasi dan pemantauan tumbuh

kembang bayi dan balita

h. Memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang pola

asuh anak yang tidak memberdakan antara anak laki-laki dan

perempuan serta tidak m elakukan kekerasan fisik maupun psikis

i. Memberikan penyuluhan kepada keluarga tentang deteksi dini

penyakit yang sering menjangkit pada bayi dan balita, gizi

seimbang

j. Memfasilitasi keluarga untuk pemenuhan hak-hak anak seperti

akte kelahiran, dan lain- lain

4. Keluar ga Berencana Dan Kesehatan Reproduksi

Prinsip

a. Memiliki data PUS dan WUS di wilayah kerjanya

b. Memiliki data PUS yang belum menjadi akseptor KB

c. Bekerja sam a dengan tokoh m asyarakat dan tokoh agama

dalam mensosialisasikan program keluarga berencana

d. Melibatkan masyarakat dalam program kesehatan reproduksi

remaja

52
e. Advokasi m asyarakat untuk mendukung program usia

nikah yang sehat dan perencanaan kehamilan yang sehat

f. Menjalin kerja sam a dengan institusi pendidikan dalam

penyebarluasan program kesehatan reproduksi

g. Mempersiapkan pasangan dalam memasuki masa menopause

2.12 Metode Perumusan Masalah

A. Metode Penelitian

Menurut Sugiyono (2011:15) metode penelitian kualitatif adalah

metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme,

digunakana untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, dimana

peneliti adalah sebagai instrument kunci, pengambilan sampel sumber data

dilakukan secara purposive dan snowbal. Teknik pengumpulan dengan

trianggulasi (gabungan), analisi data bersifat induktif/kualitatif dan hasil

penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.

B. Teknik analisis data

1. Forum Group Discussion (FGD)

a. Pengertian

menurut Irwanto (1998) mengemukakan pendapatnya mengenai

definisi diskusi kelompok terarah atau Fokus Grup Discussion adalah

sebuah proses pnegumpulan informasi suatu masalah tertentu yang sanagt

spesisifik melalui diskusi kelompok. Menurut Hening dan Coloumbia

(1990) menyebutkan bahwa diskusi kelompok terarah atau Fokus Grup

Discussion merupakan wawancara dari sekelompok kecil orang yang

53
dipimpin oleh seorang narasumber atau moderator yang secara halus

mendorong peserta untuk berani berbicara terbuka dan spontan tentang hal

yang dianggap penting yang berhubungan dengan topik diskusi yang

sedang dibahas.

b. Tujuan

Tujuan dilakukannya diskusi kelompok terarah atau Fokus Grup

Discussion yaitu untuk memeproleh masukan atau informasi tentang

permasalahan yang bersifat lokal dan spesifik. Sedangkan penyelesaian

tentang masalahnya ditentukan oleh pihak lain setelah masukan diterima

dan dianalisa.

c. Jenis FGD

1) Two-way focus group (FGD dua arah) – satu kelompok disaksikan

kelompok lain dan membahas diamati interaksi dan kesimpulan

2) Dual moderator focus group (Dual moderator fokus grup) –

moderator memastikan satu sesi berlangsung lancar, sementara

yang lain memastikan bahwa semua topik yang dibahas

3) Dueling moderator focus group – dua moderator berada pada sisi

yang berlawanan saat berdiskusi.

4) Respondent moderator focus group – satu atau lebih dari

responden diminta untuk bertindak sebagai moderator sementara

5) Client participant focus groups – satu atau lebih perwakilan klien

berpartisipasi dalam diskusi, baik tertutup ataupun terbuka

6) Mini focus groups – kelompok yang terdiri dari empat atau lima

anggota bukan 8 sampai 12


54
7) Teleconference focus groups –FGD yang menggunakan jaringan

telepon

8) Online focus groups (FGD online) – menggunakan internet

2 . Urgency, Seriousness, Growth ( U S G )

Urgency, Seriousness, Growth (USG)  adalah salah satu alat untuk

menyusun urutan prioritas isu yang harus diselesaikan. Caranya dengan

menentukan tingkat urgensi, keseriusan, dan perkembangan isu dengan

menentukan skala nilai 1 – 5 atau 1 – 10. Isu yang memiliki total skor

tertinggi merupakan isu prioritas. Untuk lebih jelasnya, pengertian

urgency, seriousness, dan growth dapat diuraikan sebagai berikut :

a. Urgency

Seberapa mendesak isu tersebut harus dibahas dikaitkan dengan

waktu yang tersedia serta seberapa keras tekanan waktu tersebut untuk

memecahkan masalah yang menyebabkan isu tadi.

b. Seriousness

Seberapa serius isu tersebut perlu dibahas dikaitkan dengan akibat

yang timbul dengan penundaan pemecahan masalah yang

menimbulkan isu tersebut atau akibat yang menimbulkan masalah-

masalah lain kalau masalah penyebab isu tidak dipecahkan. Perlu

dimengerti bahwa dalam keadaan yang sama, suatu masalah yang

dapat menimbulkan masalah lain adalah lebih serius bila dibandingkan

dengan suatu masalah lain yang berdiri sendiri.

c. Growth

55
Seberapa kemungkinan-kemungkinannya isu tersebut menjadi

berkembang dikaitkan kemungkinan masalah penyebab isu akan makin

memburuk kalau dibiarkan.

Metode USG merupakan salah satu cara menetapkan urutan prioritas

masalah dengan metode teknik scoring. Proses untuk metode USG

dilaksanakan dengan memperhatikan urgensi dari masalah, keseriusan

masalah yang dihadapi, serta kemungkinan bekembangnya masalah

tersebut semakin besar. Hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

1) Urgensy atau urgensi, yaitu dilihat dari tersedianya waktu,

mendesak atau tidak masalah tersebut diselesaikan.

2) Seriousness atau tingkat keseriusan dari masalah, yakni dengan

melihat dampak masalah tersebut terhadap produktifitas kerja,

pengaruh terhadap keberhasilan, membahayakan system atau tidak.

3) Growth atau tingkat perkembangan masalah yakni apakah masalah

tersebut berkembang sedemikian rupa sehingga sulit untuk

dicegah. 

Penggunaan metode USG dalam penentuan prioriotas masalah dilaksanakan

apabila pihak perencana telah siap mengatasi masalah yang ada, serta hal yang

sangat dipentingkan adalah aspek yang ada dimasyarakat dan aspek dari

masalah itu sendiri.

Langkah – Langkah USG

1. Persiapan

56
Dalam melaksanakan penentuan prioritas masalah dengan metode

Delebecq atau NGT persiapan yang perlu dilakukan antara lain :

2. Persiapan gugus tugas

     Pembagian pekerjaan atau gugus tugas perlu dilaksanakan sebelum

pertemuan dimulai, dimana ditentukan siapa yang akan menjadi

pimpinan proses USG, siapa yang melakukan tugas sebagai notulis, dan

orang yang menulis di flipchart, siapa yang melakukan scoring dan

menghitung hasilnya untuk menetukan ranking, serta siapa yang

membacakan hasilnya.

Susunan petugas untuk metode teknik scoring dengan metode USG,

yakni sebagai berikut :

1. Pimpinan USG

2. Petugas pencatat flipchart

3. Petugas scoring dan ranking

4. Personil yang bertugas sebagai notulis

5. Persiapan ruang pertemuan

Ruang pertemuan yang akan digunakan sebaiknya menggunakan

ruangan yang cukup luas dan nyaman. Meja dan tempat duduk diatur

setengah lingkaran atau seperti hurf U yang terbuka ujungnya atau meja

bundar (Round table), dimana pada ujung meja yang terbuka ditempatkan

flipchart atau papan tulis atau white board.

57
3. Persiapan peralatan atau sarana

Sarana atau perlatan yang diperlukan dalam proses kegiatan ini adalah:

1. Daftar hadir

2. Kertas flipchart, papan tulis atau whiteboard lengkaap dengan alat

tulisnya.

3. Alat tulis dimasing-masing meja.

4. Kalkulator.

5. Peserta

Sebelum melakukan pemilihan atau seleksi untuk peserta, beberapa hal

yang perlu dijelaskan oleh pimpinan atau yang akan memimpin

pelaksanaan metode USG, yaitu:

1. Peserta yang akan bergabung dalam kelompok USG, adalah karena

kemampuan mereka untuk melakukan analisis dan mempunyai

kemampuan untuk menyelesaikan masalah.

2. Menekankan pentingnya tugas kelompok

3. Menekankan pentingnya sumbangan pikiran setiap peserta

4. Memberikan petunjuk kegunaan hasil pertemuan

58
5. Memberikan sambutan yang bersifat hangat dan ramah, selanjutnya

tentukan siapa yang akan diundang atau dilibatkan dalam pertemuan

untuk melakukan proses metode USG.

6. Jumlah peserta berkisar antara 7-10 peserta.

7. Data yang Dibutuhkan

Data atau informasi yang dibutuhkan dalam pelaksanaan metode USG,

yakni sebagai berikut:

1. Hasil analisa situasi

2. Informasi tentang sumber daya yang dimiliki

3. Dokumen-dokumen tentang perundang-undangan, peraturan, serta

kebijakan pemerintah yang berlaku.

4. Proses Dinamika Kelompok

Sebelum memasuki proses atau langkah inti pada pelaksanaan metode USG,

pimpinan kelompok metode USG memberikan sambutan dalam bentuk kata

pengantar, yang berisi:

1. Ucapan selamat datang pada peserta USG

2. Penjelasan tentang teknik non scoring, proses, terutama menyangkut

jalannya proses, dengan menekankan pada pentingnya untuk

menciptakan suasana kerjasama, saling pengertian dan kesatuan

pandangan dari setip peserata dalam melaksanakan setiap tahapan

proses.

59
3. Tujuan pertemuan diadakan, yakni berorientasi pada masalah dan

pemecahan masalah.

Beberapa contoh untuk kriteria dampak pelayanan adalah tingkat

kepentingan (urgency), tingkat kegawatan (seriousness), tingkat perkembangan

(growth), serta pengaruhnya terhadap kesehatan masyarakat, sedangkan contoh

untuk kriteria solusi antara lain dapat berupa kemudahan, ketersediaan biaya,

komitmen, ketersediaan waktu, dan kejelasan. Kriteria solusi digunakan pada

tahap penentuan alternatif pemecahan masalah.  

Contoh matriks pemecahan masalah dengan metode USG (urgency,

seriousness, growth).

No Masalah U S G Total

1 Masalah A 5 3 3 11

2 Masalah B 4 4 4 12

3 Masalah C 3 5 5 13

Tabel 2.7.8 Contoh Tabel Matriks

Keterangan : berdasarkan skala likert 1-5 (5=sangat besar, 4=besar, 3=sedang,

2=kecil, 1=sangat kecil)

Atas dasar contoh tersebut maka isu yang merupakan prioritas adalah Isu C.

2.13 Teori Analisis SWOT

a. Pengertian

60
Menurut Philip Kotler, pengertian analisis SWOT adalah evaluasi

terhadap semua kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman, yang terdapat

pada individu atau organisasi. Menurut Pearce dan Robinson, pengertian

analisis SWOT adalah bagian dari proses manajemen strategik perusahaan

yang bertujuan untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan utama

perusahaan. Menurut Yusanto dan Wijdajakusuma, pengertian analisis

SWOT adalah instrumen internal dan eksternal perusahaan yang bertumpu

pada basis data tahunan dengan pola 3-1-5.

Penjelasan mengenai pola ini adalah data yang ada diupayakan

mencakup data perkembangan perusahaan pada tiga tahun sebelum analisis,

apa yang diinginkan pada tahun saat dilakukan analisis, dan kecenderungan

perusahaan pada lima tahun pasca analisis.

b. Unsur-Unsur Analisis SWOT

1) Kekuatan (Strenght)

Analisis terhadap unsur kekuatan yang dimiliki oleh perusahaan.

Misalnya saja menganalisis tentang kelebihan apa saja yang dimiliki

perusahaan seperti dari segi teknologi, kualitas hasil produksi, lokasi

strategis, atau unsur kekuatan lainnya yang lebih menekankan pada

keunggulan perusahaan. Biasanya dalam analisis SWOT perusahaan

cenderung akan membuat sebanyak mungkin daftar kekuatan sebagai

upaya kompetisi.

2) Kelemahan (Weakness)

Selain melihat unsur kekuatan perusahaan, sangat penting untuk

mengetahui apa kelemahan yang dimiliki perusahaan. Untuk


61
mengetahui kelemahan perusahaan bisa dengan melakukan

perbandingan dengan pesaing seperti apa yang dimiliki perusahaan lain

namun tidak dimiliki perusahaan Anda. Jika ingin membuat daftar

kelemahan perusahaan secara lebih obyektif bisa dengan testimoni

konsumen yang umumnya lebih mengetahui apa yang kurang dari

sebuah perusahan.

3) Peluang (Opportunity)

Unsur peluang biasanya dibuat pada saat awal membangun bisnis.

Ini karena bisnis dibentuk berdasarkan peluang atau kesempatan untuk

menghasilkan keuntungan. Unsur peluang termasuk daftar apa saja

yang memungkinkan bisnis mampu bertahan dan diterima di

masyarakat, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.

4) Ancaman (Threats)

Analisis terhadap unsur ancaman sangat penting karena menentukan

apakah bisnis dapat bertahan atau tidak di masa depan. Beberapa hal

yang termasuk unsur ancaman misalnya banyaknya pesaing,

ketersediaan sumber daya, jangka waktu minat konsumen, dan lain

sebagainya.

c. Faktor yang Mempengaruhi Analisis SWOT

1) Faktor Internal

Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam suatu

perusahaan, yaitu kekuatan dan kelemahan dari perusahaan itu sendiri.

Adapun beberapa hal yang merupakan bagian dari faktor internal adalah;

 Sumber daya keuangan yang memadai


62
 Sumber daya manusia yang kompeten

 Properti teknologi terkini

 Kepercayaan masyarakat terhadap perusahaan

 Kemampuan pemasaran yang baik

 Kemampuan distribusi yang baik

 Dan lain-lain

2) Faktor Eksternal

Faktor eksternal adalah semua faktor yang berasal dari luar perusahaan

(ancamandan peluang) dan berpengaruh terhadap performa perusahaan

tersebut. Adapun beberapa hal yang merupakan bagian faktor eksternal

adalah;

 Tren bisnis

 Budaya masyarakat

 Sosial politik dan ideologi

 Kondisi perekonomian suatu negara

 Peraturan dan kebijakan pemerintah

 Perkembangan teknologi

 Dan lain-lain

63

Anda mungkin juga menyukai