Nurfalak
Zulkaidah Putri
Ratih R.
Kata Pengantar
6
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan
Rahmat, Inayah, Taufik dan Hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana.
Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk
maupun pedoman bagi pembaca dalam pembelajaran pelayanan
kesehatan.Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat
memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih
baik.Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang
kami miliki sangat kurang. Oleh kerena itu kami harapkan kepada para pembaca
untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan makalah ini.
Penulis
7
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
BAB I
PENDAHULUAN
8
1.1 Latar Belakang
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk menjelaskan tentang jaringan
kerja kebidanan komunitas.
BAB II
PEMBAHASAN
9
2.1 Bekerja di Komunitas
1. Sebagai Pendidik
10
bertindak sebagai pelaksana pelayanan kebidanan.
Sebagaipelaksana, bidan harus menguasai pengetahuan dan
teknologi kebidanan serta melakukan kegiatan sebagai
berikut:
a. Bimbingan terhadap kelompok remaja masa pra
perkawinan.
b. Pemeliharaan kesehatan ibu hamil, bersalin, nifas,
menyusui dan masa interval dalam keluarga.
c. Pertolongan persalinan dirumah.
d. Tindakan pertolongan pertama pada kasus kebidanan
dengan resiko tinggi dikeluarga.
e. Pengobatan keluarga sesuaikewenangan.
f. Pemeliharaan kesehatan kelompok wanita dengan
gangguanreproduksi.
g. Pemeliharaan kesehatan anakbalita.
3. Sebagai Pengelola
Sesuai dengan kewenangannya bidan dapat melaksanakan
kegiatan praktek mandiri. Bidan dapat mengelola sendiri
pelayanan yang dilakukannya. Peran bidan di sini adalah
sebagai pengelola kegiatan kebidanan di unit puskesmas,
polindes, posyandu danpraktekbidan. Sebagai pengelola
bidan memimpin dan mendayagunakan bidan lain atau
tenaga kesehatan yang pendidikannya lebih rendah. Contoh:
praktek mandiri/ BPS.
4. Sebagai Penelitian
5. Sebagai Pemberdaya
7. Sebagai Kolaborator
8. Sebagai Perencana
13
kedudukan sosialnya menerima kehormatan dari
masyarakat atau peerintah.
Tokoh masyarakat juga dapat diartikan sebagai semua
orang yang memiliki pengaruh dimasyarakat setempat
baik yang bersifat formal (ketua RT, RW, Kades dll)
maupun tokoh non formal (tokoh agama, tokoh adat,
tokoh pemuda, kepala suku).
b) Peran Tokoh Masyarakat
Melaksanakan penggalangan, pemimpin dan
organisasi di masyarakat melalui dialoguntuk
mendapatkandukungan.
Meningkatkan kemampuan masyarakat dalam
mengenal dan memecahkan masalah kesehatan
keluarga dengan menggali dan menggerakkan
sumber daya yang dimilikinya.
Memotivasi atau mendorong masyarakat dalam
hal peningkatan partisipasi masyarakat yang
belum efektif.
c) Kemitraan atau jaringan kerja antara bidan dan tokoh
masyarakat
Jaringan sosial yang berbentuk antara provider/bidan
dengan toma dapat berupa menggerakkan masyarakat
dalam bentuk pengorganisasian masyarakat karena tokoh
masyarakat merupakan merupakan kekuatan yang sangat
besar mampu menggerakkan masyarakat di dalam setiap
uapaya pembangunan.
b) Peran tokohagama
15
mengenal kepercayaan yang
diyakinimasyarakat
Tokohagamadanbidanmembuatprogramdankeg
iatandalampelayanan kebidanan yang ada
kaitannya dengan keagamaan. Contohnya:
kegiatan penyuluhan mengenai
hokumberhubungan seksual di usia muda
3) Pemerintah
a. Pengertian
4) KADER
a. Pengertian
17
maupun masyarakat setra untuk bekerja dalam
hubungan yang amat dekat dengan tempat- tempat
pemberian pelayanan kesehatan (who, 1995).
Atau kader dapat diartikan sebagai tenaga sukarela
dalam bidang kesehatan yang langsung dipilih oleh
dan dari masyarakat yang tugasnya membantu dalam
pengembangan kesehatanmasyarakat
b. Peran Kader
Peran Kader memang sangat penting dalam
menjembatani masyarakat khususnya kelompok sasaran
posyandu. Berbagai informasi dari pemerintah lebih mudah
disampaikan kepada masyarakat melalui kader. Karena kader
lebih tanggap dan memiliki pengetahuan kesehatan diatas
rata-rata dari kelompok sasaran posyandu(umar naim, 2008).
Peran kader secara umum adalah melaksanakan kegiatan
pelayanan dan mensukseskan bersama masyarakat serta
merencanakan kegiatan pelayanan kesehatan tingkat desa.
Peran dan fungsi kader tidak lain sebagai pelaku
penggerakan masyarakat.
Menurut Rosenthal peran kader adalah menciptakan
kondisi agar masyarakat dapat meningkatkan kesehatan bagi
masyarakat itu sendiri, keluarga dan masyarakat sekitar,
sebagai anggota masyarakat yang dipercaya dan
memahami kesehatan. sementara menurut widagdo &
husodo, 2009 peran kader antara lain menjembatani
petugas/ahli kesehatan dengan masyarakat serta
membantu masyarakat mengidentifikasi dan
menghadapi/menjawab kebutuhan kesehatan mereka
sendiri. kader juga diharapkan dapat menyediakan
informasi bagi pejabat kesehatan yang berwenang
mungkin tidak dapat mencapai masyarakat langsung,
18
serta mampu mendorong para pejabat kesehatan di
sistem kesehatan agar mengerti dan merespon
kebutuhan masyarakat. kader dapat membantu
mobilisasi sumber daya masyarakat, mengadvokasi
masyarakat, serta membangun kebutuhan lokal.
c. Jaringan Kerja antara Kader dan Bidan
Bidan dan Kader dapat menjalin atau menciptakan jaringan
kerja seperti di posyandu, polindes, BKB, Pembinaan KPKIA,
Pelaksanaan Kelas Ibu dan Pelaksanaan Kelas Gizi dimana
kader bertanggung jawab dan berperan aktif dalam setiap
kegiatan. Dengan adanyajaringan kerja diantara kader
dan provider tentu kelancaran program lebih terjamin.
adapun tugas kader diposyandu antara lain:
5) Dukun Beranak
Selain beberapa kelompok sosial yang telah di bahas sebelumnya
19
provider/bidan juga sangat perlu menciptakan jejaring
kerjadengan dukun beranak/paraji karena untuk mengatasi
angka kematian ibu dan bayi yang masih tinggi tidak cukup
hanya dengan menambahkan tenaga-tenaga terdidik seperti
bidan, dan fasilitas-fasilitas ruangan persalinan, karena
pemecahannya masih akan terasa sulit dan memakan waktu
cukup lama, selain itu juga membutuhkan pembiayaan
cukup besar. Dalam mengatasi hal tersebut akan lebih
praktis jika waktu yang ada digunakan untuk mendidik dan
memanfaatkan tenaga dukun bayi yang telah ada karena
tidak dapat difungkiri bahwa dukun beranak lebih baik
pendekatannya terhadap masyarakat sehingga minat dan
kepercayaan masyarakat lebih banyak mengarah kepada
dukun bayi. Terlebih lagi masih banyaknya masyarakat
yangmasihbegitu percaya dengan mitos dan adat istiadat
setempat. Sehingga dengan melakukan kerjasama
dengan dukun bayidiharapkanprogram yang dijalankan
bidan akan jauh lebih baik kedepannya.
Beberapa contoh kerjasama antara bidan dan dukun
beranak yaitu:
Melakukan pembinaan dan pelatihan terhadap paraji
mengenai penambahan wawasan dalam bidang
kesehatan ibu, bayi baru lahir, dan keluarga
berencana, terutama tentang tanda bahaya pada
kehamilan, persalinan dan nifas
Menempatkan dan mengalih fungsikan paraji
daripenolong persalinan menjadi mitra dalam
merawat ibudanbayi pada masa nifas
Mengarahkan dukun saat mendampingipersalinan
Mengajak paraji bekerja sama dalam menjaring ibu
20
hamil diposyandu.
Memberikan reward terhadap paraji guna
menjagajaringan kerja yang sudah terbentuk
Hadir secara bersama-sama dalam
membantumelakukanpersalinan bagi ibu-ibu yang
melahirkan dimana dukunberperan sebagai
pendamping ibu guna mendukung psikologis ibu.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
21
dan setelah 3 hari kembali ke rumah. Pelayanan di rumah oleh bidan
merupakan kegiatan ke bidanan komunitas. Pelayanan kesehatan ibu
dan anak di Puskesmas, kunjungan rumah dan melayani kesehatan ibu
dan anak di lingkungan keluarga merupakan kegiatan
ke bidanan komunitas.
3.2 Saran
Dengan adanya makalah sederhana ini, penyusun mengharapkan agar para
pembaca dapat memahami. Saran dari penyusun agar para pembaca dapat
menguasai materi singkat dalam makalah ini dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Syahlan, J.H, 1996. Kebidanan Komunitas. Jakarta: yayasan Bina Sumber Daya
Kesehatan
22
23