Anda di halaman 1dari 16

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kebidanan Komunitas


2.1 Definisi Asuhan Kebidanan Komunitas dalam Kontek Keluarga
Konsep adalah kerangka ide yang mengandung suatu pengertian tertentu.
Kebidanan berasal dari kata “Bidan”. Kebidanan adalah mencankup pengetahuan
yang dimilikai dan kegiatan pelayanan untuk menyelamtkan ibu dan bayi, kebidanan
merupakan profesi tertua didunia sejak adanya peradaban umat manusia
(Karwati,dkk. 2011).
Bidan adalah seorang yang telah mengikuti program pendidikan kebidanan
yang diakui oleh negaranya, telah lulus dari pendidikan tersebut, serta memenuhi
kualifikasi untuk didaftar (registrasi) atau memiliki ijin yang sah (lisensi) untuk
melakukan praktik kebidanan (Pudiastuti, 2011).
Berdasarkan kesepakatan antara ICM, FIGO, WHO pada tahun 1933
menyatakan bahwa bidan adalah seorang telah mengikuti pendidikan kebidanan
yang diakui oleh pemerintah setempat, telah menyelesaikan pendidikan dan lulus
serta terdaftar atau mendapatkan izin melakukan praktik kebidanan. Menurut IBI,
Bidan adalah seorang perempuan yang lulus dari pendidikan bidan yang diakui
pemerintah dan organisasi profesi diwilayah Negara Republik Indonesia serta
memiliki kualifikasi untuk diregister, sertifikasi dan atau secara sah mendapat lisensi
untuk menjalankan praktik kebidanan (Bustami, dkk. 2017).
Komunitas adalah kelompok orang yang berada disuatu lokasi atau daerah atau
area tertentu. Bidan komunitas adalah bidan yang bekerja melayani keluarga dan
masyarakat diwilayah tertentu. Kebidanan komunitas adalah konsep dasar bidan
dalam melayani keluarga dan masyarakat. Pelayanan kebidanan komunitas adalah
upaya yang dilakukan bidan untuk pemecahan terhadap masalah kesehatan ibu dan
anak balita didalam keluarga dan masyarakat (Ambarwati, 2015).
Kebidanan Komunitas adalah pelayanan kebidanan profesional yang ditujukan
kepada masyarakat dengan penekanan pada kelompok risiko tinggi dengan upaya
mencapai derajat kesehatan yang optimal melalui pencegahan penyakit, peningkatan
kesehatan menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dan
melibatkan klien sebagai mitra dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi
pelayanan kebidanan. Pelayanan

4
Kebidanan Komunitas adalah upaya yang dilakukan bidan untuk pemecahan
terhadap masalah kesehatan ibu dan balita dalam keluarga di masyarakat. Pelayanan
kebidanan komunitas dilakukan diluar rumah sakit atau institusi. Kebidanan
komunitas dapat juga merupakan bagian atau kelanjutan dari pelayanan yang
diberikan dirumah sakit dalam upaya menyelamatkan ibu dan bayi dalam proses
kelahiran. Bidan komunitas mempunyai pengetahuan yang luas dalam segala aspek
dalam kehamilan dan persalinan karena tugasnya adalah bersama-sama perempuan
sebagai partner untuk menerima secara positif pengalaman proses kehamilan dan
persalinan, serta mendukung keluarga agar dapat mengambil keputusan atau pilihan
secara individual berdasarkan informasi yang telah diberikan (Bustami, dkk. 2017).
Kebidanan komunitas adalah pelayanan kebidanan yang menekankan pada
aspekaspek psikososial budaya yang ada di komunitas (masyakart sekitar). Maka
seorang bidan dituntut mampu memberikan pelayanan yang bersifat individual
maupun kelompok. Untuk itu bidan perlu dibekali dengan strategi-strategi untuk
mengatasi tantangan/kendala seperti berikut ini (Kemenkes RI, 2014):
a. Sosial budaya seperti ketidak adilan gender, pendidikan, tradisi yang merugikan
Ekonomi, seperti kemiskinan.
b. Politik dan hukum, seperti ketidakadilan sosial.
c. Fasilitas, seperti tidak ada peralatan yang cukup, pelayanan rujukan.
d. Lingkungan, seperti air bersih, daerah konflik, daerah kantong (daerah yang
terisolir), kumuh, padat, dll.
1. Tujuan asuhan kebidanan dikomunitas
Tujuan kebidanan komunitas mencakup tujuan umum dan tujuan khusus berikut ini
(Kemenkes RI, 2014):
a. Tujuan umum
Seorang bidan komunitas mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat,
khusunya kesehatan perempuan diwilayah kerjanya, sehingga masyarakat
mampu mengenali masalah dan kebutuhan serta mampu memecahkan
masalahnya secara mandiri.

b. Tujuan Khusus
1) Meningkatkan cakupan pelayanan kebidanan komunitas sesuai dengan
tanggung jawab bidan.

5
Meningkatkan mutu pelayanan ibu hamil, pertolongan persalinan, perawatan nifas
dan perinatal secara terpadu.

2) Menurunkan jumlah kasus-kasus yang berkaitan dengan risiko kehamilan,


persalinan, nifas, dan perinatal.
3) Medukung program-program pemerintah lainnya untuk menurunkan angka
kesakitan dan kematian pada ibu dan anak.
4) Membangun jaringan kerja dengan fasilitas rujukan dan tokoh masyarakat
setempat atau terkait.
2. Metode Prioritas Masalah
Masalah yang telah diidentifikasi perlu ditentukan menurut urutan atau prioritas
masalah, untuk itu digunakan beberapa metode. Metode yang dapat digunakan
dalam menetapkan urutan prioritas masalah, pada umumnya dibagi atas, Teknik
Skoring dan Teknik Non Skoring, sebagai berikut : Teknik scoring dapat digunakan
apabila tersedia data kuantitatif atau data yang dapat terukur dan dapat dinyatakan
dalam angka, yang cukup dan lengkap. Yang termasuk teknik scoring dalam
penetuan prioritas masalah, yakni:
a. Metode USG (Urgency, Seriousness, and Growth)
b. Metode MCUA (Multi Criteria Utility Assesment)
c. Metode CARL (Capability, Accesability, Readiness & Leverage)
d. Metode Hanlon (nama penemu metode Hanlon)
3. Ruang Lingkup Pelayanan Bidan di Komunitas
a. Peningkatan kesehatan (preventif).
b. Pencegahan (preventif)
c. Diagnose dini dan pertolongan tepat guna.
d. Peminimalan kecacatan.
e. Pemulihan kesehatan (rehabilitasi).
f. Kemitraan dengan LSM setempat, organisasi masyarakat, organisasi sosial,
kelompok masyarakat yang melakukan upaya untuk mengembalikan individu ke
lingkungan keluarga dan masyarakat. Terutama pada kondisi dimana stigma
masyarakat perlu dikurangi (TB, kusta, AIDS, KTD, KDRT, korban perkosaan,
IDU).

6
4. Prinsip Pelayanan Asuhan dan Tanggung Jawab Bidan Pada Pelayanan
Kebidanan Komunitas
Prinsip pelayanan asuhan kebidanan komunitas adalah sebagai berikut (Kemenkes
RI, 2018):
a. Kebidanan komunitas sifatnya multi disiplin meliputi ilmu kesehatan
masyarakat, sosial, psikologi, ilmu kebidanan, dan lain-lain yang mendukung
peran bidan dikomunitas.
b. Berpedoman pada etika profesi kebidanan yang menjunjung harkat dan martabat
kemanusiaan klien.
c. Ciri Kebidanan komunitas adalah menggunakan populasi sebagai unit analisis.
Populasi bisa berupa kelompok sasaran (jumlah perempuan, jumlah Kepala
Keluarga (KK), jumlah laki-laki, jumlah neonatus, jumlah balita, jumlah lansia)
dalam area yang bisa ditentukan sendiri oleh bidan. Contohnya adalah jumlah
perempuan usia subur dalam 1 RT atau 1 kelurahan/ kawasan perumahan/
perkantoran.
d. Ukuran keberhasilan bukan hanya mencakup hasil upaya bidan, tetapi hasil
kerjasama dengan mitra-mitra seperti PKK, kelompok ibu-ibu pengajian, kader
kesehatan, perawat, PLKB, dokter, pekerja sosial, dll.
e. Sitem pelaporan bidan di komunitas, berbeda dengan kebidanan klinik. Sistem
pelaporan kebidanan komunitas berhubungan dengan wilayah kerja yang
menjadi tanggung jawabnya.
5. Sasaran Kebidanan Komunitas
Sasaran Kebidanan komunitas menurut Bustami, dkk (2017) yaitu:
a. Ibu : Pranikah, prakonsepsi, kehamilan, persalinan, nifas, masa interval,
menopause
b. Anak : Meningkatkan kesehatan janin dalam kandungan, bayi, balita, prasekolah,
dan anak usia sekolah
c. Keluarga : Pelayanan ibu dan anak termasuk kontrasepsi, pemeliharaan anak,
pemeliharaan ibu sesudah persalinan, perbaikan gizi, imunisasi
d. Kelompok penduduk : Kelompok penduduk rumah kumuh, daerah terisolir,
daerah tidak terjangkau
e. Masyarakat : Dari satuan masyarakat terkecil sampai masyarakat keseluruhan :
remaja, calon ibu, kelompok ibu

7
6. Ruang Lingkup Asuhan Kebidanan di Komunitas
Pelayanan/asuhan kebidanan komunitas merupakan salah satu area praktik bidan,
yang pelayanannya diberikan baik pada individu, keluarga, maupun masyarakat luas
dengan memperhatikan dan menghargai budaya dan nilai-nilai masyarakat setempat
untuk meningkatkan kualitas hidup perempuan dan keluarganya. Dalam praktiknya
menggunakan pendekatan pemecahan masalah yang dikenal dengan proses/
manajemen kebidanan. Langkah/ proses

manajemen kebidanan meliputi hal berikut ini (Kemenkes RI, 2018):


a. Mengumpulkan secara sistematis dan mengupdate secara lengkap data yang
relevan untuk pengkajian yang komprehensif keadaan kesehatan setiap klien
termasuk riwayat kesehatan dan pemeriksaaan fisik yang teliti.
b. Mengidentifikasi dan menetapkan diagnosa berdasarkan interpretasi data dasar.
Setelah ditetapkan diagnosa maka bidan harus menentukan rencana untuk
mengatasi permasalahan kesehatan yang ditemuka. Contoh: hasil pemeriksaan
Ibu hamil didapatkan konjungtiva pucat dan pemeriksaan laboratorium penunjang
hasil haemoglobin rendah di bawah normal. Maka ibu dinyatakan diagnosa hamil
dengan anemia.
c. Mengidentifikasi kebutuhan asuhan/masalah klien.
Contoh: Ibu hamil dengan anemia, maka rencana yang paling tepat adalah
memberikan tablet zat besi untuk meningkatkan kadar haemoglobin.
d. Memberikan informasi dan dukungan pada klien agar mampu mengambil
keputusan untuk kesehatannya.
Bidan melakukan pendidikan kesehatan terkait dengan kondisi kesehatan yang
ditemukan dengan harapan klien dapat mengikuti anjuran dari bidan untuk
mengatasi masalah kesehatannya.
e. Mengembangkan rencana asuhan bersama klien.
Setiap rencana yang akan dilakukan sebaiknya melibatkan klien agar klien merasa
apa yang diberikan merupakan kebutuhanya. Contoh: ibu hamil yang anemia
perlu penambah zat besi untuk kesehatan ibu dan janin.
Adapun ruang lingkup pelayanan kebidanan di komunitas adalah sebagai berikut
(Bustami, dkk. 2017) :
a. Promotif (peningkatan kesehatan)

8
Bidan lebih mengutamakan langkah promotif dalam setiap asuhannya, seperti ibu
hamil disarankan untuk melakukan pemeriksaan kehamilan di tenaga kesehatan.
Bayi dan balita dilakukan pemantauan tumbuh kembang di posyandu (Kemenkes
RI, 2018). Contoh upaya Promotif yang dilakukan bidan yaitu (Bustami, dkk.
2017) :
1) informasi tentang imunisasi pada ibu-ibu yang memiliki bayi
2) penyuluhan tentang kesehatan ibu hamil
3) informasi tentang tanda bahaya kehamilan
4) ASI Eklusif
b. Preventif (pencegahan penyakit)
1) imunisasi terhadap bayi dan anak balita serta ibu hamil
2) pemberian tablet Fe
3) pemeriksaan kehamilan, nifas, dll
4) posyandu untuk penimbangan dan pemantauan kesehatan balita
c. Kuratif (pemeliharaan dan pengobatan)
1) perawatan payudara yang mengalami masalah
2) perawatan bayi, balita, dan anak sakit dirumah
3) rujukan bila diperlukan
d. Rehabilitatif (pemulihan kesehatan)
1) latihan fisik pasca ibu bersalin
2) pemberian gizi ibu nifas
3) mobilisasi dini pada ibu pasca salin
e. Resosiantitatif (mengfungsikan kembali individu, keluarga, kelompok masyarakat
ke lingkungan sosial dan masyarakatnya)
1) menggerakkan individu–masyarakat kelingkungan masyarakatnya seperti
dasawisma, desa siaga, tabuli N
2) membuat masyarakat untuk melakukan suatu program dalam bidang
kesehatan yang dilakukan oleh masyarakat itu sendiri untuk meningkatkan
kesehatan masyarakat tersebut.

9
Sumber bustami dkk 2017

7. Tugas Utama Bidan di Komunitas


Intervensi kebidanan yang dilakukan mencakup pendidikan kesehatan (promosi
kesehatan), kesehatan ibu dan anak dengan pendekatan siklus kehidupan, melakukan
kerjasama lintas program dan lintas sektoral untuk mengatasi masalah kesehatan yang
ada di komunitas serta melakukan rujukan kebidanan bila mana ada kasus
kegawatdaruratan maternal dan neonatal. Dengan demikian, bidan dituntut harus
kompeten dalam pengetahuan dan keterampilan. Dalam upaya pelayanan kebidanan
yang berfokus pada kesehatan reproduksi ibu dan anak, maka bidan memiliki peran
sebagai pelaksana, pengelola, pendidik, dan peneliti (IBI, 2005). Peran Bidan menurut
Kemenkes RI (2018) yaitu:
a. Peran sebagai Pelaksana
Bidan sebagai pelaksana memberikan pelayanan kebidanan kepada wanita dalam
siklus kehidupannya yaitu asuhan ibu hamil, bersalin, bayi baru lahir, nifas,
neoantus, bayi anak dan balita, remaja, masa antara, keluarga berencana dan
lansia. Sebagai pelaksana bidan mempunyai tiga kategori tugas yaitu tugas
mandiri, tugas kolaborasi, dan tugas ketergantungan.

10
b. Peran sebagai Pengelola
Sebagai pengelola bidan memiliki 2 tugas, yaitu tugas pengembangan pelayanan
dasar kesehatan dan tugas partisipasi dalam tim.
1) Mengembangkan pelayanan dasar kesehatan di wilayah kerjanya.
2) Berpartisipasi dalam tim. Bidan berpartisipasi dalam tim untuk melaksanakan
program kesehatan sektor lain melalui dukun bayi, kader kesehatan, serta
tenaga kesehatan lain yang berada di bawah bimbingan dalam wilayah
kerjanya.
c. Peran sebagai Pendidik
Sebagai pendidik bidan memiliki 2 tugas yaitu:
1) Memberi pendidikan dan penyuluhan kesehatan pada klien
2) Melatih dan membimbing kader.
a. Peran Sebagai Peneliti/Investigator\
Bidan melakukan investigasi atau penelitian terapan dalam bidang kesehatan baik
secara mandiri maupun berkelompok, yaitu:

1) Mengidentifikasi kebutuhan investigasi yang akan dilakukan.


2) Menyusun rencana kerja pelatihan.
3) Melaksanakan investigasi sesuai dengan rencana.
4) Mengolah dan menginterpretasikan data hasil investigasi.
5) Menyusun laporan hasil investigasi dan tindak lanjut.
6) Memanfaatkan hasil investigasi untuk meningkatkan dan mengembangkan
program kerja atau pelayanan kesehatan.
8. Kegiatan Bidan di Masyarakat
Secara garis besar kegiatan pelayanan kebidanan dimasyarakat dapat diuraikan
sebagai berikut menurut Turrahmi (2017):
a. Pelayanan Kesew\hatan Ibu
Bertujuan meningkatkan derajat kesehatan bagi ibu yang dilakukan pada Pra
hamil, Hamil, Persalinan, Nifas, dan Menyusui
b. Pelayanan Medik Keluarga Berencana
Bertujuan meningkatkan kesehatan ibu dan anak dalam keluarga, kegiatannya
meliputi KIE (konseling, informasi, dan edukasi), pelayanan kontrasepsi,

11
pembinaan dan pengayoman medis kontrasepsipeserta KB, pelayanan rujukan
KB, pencatatan dan pelaporan
c. Pelayanan Kesehatan Anak
1) Pemeriksaan kesehatan balita
2) Penyuluhan pada orang tua
3) Imunisasi dan upaya pencegahan penyakit
4) Identifikasi tanda kelainan dan penyakit yang mungkin timbul pada bayi
d. Peran serta masyarakat
1) Pelatihan dukun
2) Pelatihan kader kesehatan masyarakat
3) Kursus ibu
4) Pengembangan kesehatan masyarakat didesa (PKMD)
5) Posyandu
6) Dana sehat
B. Asuhan Kebidanan Pada Keluarga di Komunitas
1. Definisi Keluarga
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala
keluarga dan beberapa orang yang terdiri atas kepala keluarga dn beberapa orang
yang terkumpul dan tinggal disuatu tempat dibawah suatu atap dalam keadaan saling
ketergantungan (Karwati, 2011).
Keluarga adalah perkumpulan dua atau lebih individu yang diikat oleh
hubungan darah, perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap anggota keluarga selalu
berinteraksi satu dengan yang lain (Mubarak, 2011).
2. Struktur Keluarga
Menurut Karwati (2011), struktur keluarga terdiri dari bermacam-macam,
diantaranya adalah:
a. Patrilineal
Keluarga sederhana yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa
generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ayah.
b. Matrilineal
Matrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah
dalam beberapa generasi dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu.
c. Matrilokal

12
Matrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama kelaurga sedarah
istri
d. Patrilokal
Patrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah
suami.
3. Keluarga kawinan
Keluaarga kawinan adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan
keluarga, dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian
keluarga karena adanya hubungan dengan suami atau istri. Ciri-ciri Keluarga
Menurut Karwati (2011), ciri-ciri keluarga antara lain yaitu:
a. Diikat dalam suatu tali perkawinan
b. Ada hubungan darah
c. Ada ikatan batin
d. Ada tanggung jawab masing-masing anggotanya
e. Ada pengambil keputusan
f. Kerjasama diantara anggota keluarga
g. Komunikasi interaksi antar anggota keluarga
h. Tinggal dalam satu rumah/atap
Menurut Karwati (2011), ciri-ciri keluarga Indonesia antara lain yaitu:
a. Suami sebagai pengambil keputusan
b. Merupakan suatu kesatuan yang utuh
c. Berbentuk monogram
d. Bertanggung jawab
e. Pengambil keputusan
f. Meneruskan nilai-nilai budaya bangsa
g. Ikatan keluarga sangat erat
h. Mempunyai semangat gotong royong
i. Bentuk-bentuk keluarga. Menurut Karwati (2011), bentuk keluarga antara lain:
1) Keluarga inti (nuclear family)
Keluarga inti adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak.
2) Keluarga besar (exstended family)
Keluarga besar adalah keluarga inti ditambah dengan sanak saudara,
misalnya: nenek, keponakan, saudara sepupu, paman, bibi dan sebagainya.
3) Keluarga berantai (serial family)

13
Keluarga berantai adalah keluarga yang terdiri dari wanita dan pria yang
menikah lebih dari satu kali dan merupakan satu keluarga inti.
4) Keluarga duda/ janda (single family)
Keluarga duda/janda adalah keluaga yang terjadi karena perceraian atau
kematian.
4. Fungsi-fungsi keluarga
Menurut Suprajitno (2017), fungsi keluarga antara lain:
a. Fungsi afektif adalah fungsi keluarga yang utama untuk mengajarkan segala
sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga berhubungan dengan orang
lain. Fungsi ini dibutuhkan untuk perkembangan individu dan psikososial
anggota keluarga (Suprajitno, 2017). Komponen yang perlu dipenuhi oleh
keluarga dalam melaksanakan fungsi afektif menurut Friedman,M.M et al
(2010) yaitu:
1) Saling mengasuh yaitu membnerikan cinta kasih, kehangatan, saling
menerima, saling mendukung antar anggota keluarga
2) Saling menghargai, bila anggota keluarga saling menghargai dan mengakui
keberadaan dan hak setiap anggota keluarga serta selalu mempertahankan
iklim positif maka fungsi afektif akan tercapai
3) Ikatan dan identifikasi ikatan keluarga dimulai sejak pasangan sepakat
memulai hidup baru
b. Fungsi sosialisasi dan tempat bersosialisasi adalah fungsi mengembangkan dan
tempat melatih anak berkehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah untuk
berhubunngan dengan orang lain di luar rumah.
c. Fungsi reproduksi adalah fungsi untuk mempertahankan generasi dan menjaga
kelangsungan keluarga.
d. Fungsi ekonomi yaitu keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan keuarga
secara ekonomi dan tempat untuk mengembangkan kemampuan individu
meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
e. Fungsi perawatan/ pemeliharaan kesehatan yaitu fungsi untuk mempertahankan
keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap memiliki produktivitas tinggi.

5. Tugas Keluarga
Menurut Karwati (2011), tugas keluarga ada delapan tugas pokok sebagai berikut:

14
a. Pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya
b. Pemeliharaan sumber-sumber daya yang ada dalam keluarga
c. Pembagian tugas masing-masing anggotanya sesuai dengan
kedudukannyamasing-masing
d. Sosialisasi antar anggota keluarga
e. Pengaturan jumlah anggota keluarga
f. Pemeliharaan ketertiban anggota keluarga
g. Penempatan anggota-anggota keluarga dalam masyrakat yang lebih luas
h. Membangkitkan dorongan dan semangat para anggota keluarga
6. Tahap-tahap keluarga
Bukan hanya individu saja yang memiliki tahap perkembangan, keluargapn memiliki
tahap perkembangan dengan berbagai tugas perkembangan yang harus diselesaikan
pada tahapnya. Ada perbedaan pembagian tahap perkembangan menurut Carter dan
McGoldrick (1989( dan Duvall (1985).
a. Keluarga antara: masa bebas (pacaran) dewasa muda
b. Tidak diidentifikasi karena periode waktu antara dewasa dan menikah tak dapat
ditentukan
c. Terbentuknya keluarga baru melalui suatu perkawinan
d. Keluarga baru menikah
e. Keluarga yang memiliki anak usia muda (anak usia bayi sampai usia sekolah)
f. Keluarga dengan anak baru lahir (Usia anak tertua sampai 30 bulan)
g. Keluarga dengan anak pra-sekolah (usia anak tertua 21/2-5 tahun)
h. Keluarga dengan anak usia sekolah (usia anak tertua 6-12 tahun)
i. Keluarga dengan anak remaja (usia anak tertua 13-20 tahun)
j. Keluarga yang memiliki anak dewasa
k. Keluarga mulai melepas anak sebagai dewasa (anak-anaknya mulai
meninggalkan rumah)
l. Keluarga yang hanya terdiri dari orang tua saja/ keluarga usia pertengahan
(semua anak meninggalkan rumah)
m. Keluarga yang mulai melepas anaknya untuk keluar rumah
n. Keluarga lansia
o. Keluarga lansia
C. MASALAH KEBIDANAN DALAM KOMUNITAS

15
Menurut Lusiana El Sinta Bustami, S dkk. 2017, dalam bukunya dijelaskan bahwa masalah
kebidanan dalam komunitas antara lain
1. Kematian Ibu dan Bayi
Kematian ibu adalah kematian yang terjadi pada ibu selama masa kehamilan atau
dalam 42 hari setelah berakhirnya kehamilan, tanpa melihat usia dan lokasi kehamilan,
oleh setiap penyebab yang berhubungan dengan atau diperberat oleh kehamilan atau
penanganannya tetapi bukan oleh kecelakaan atau incidental (faktor kebetulan).
AKI tersebut sudah jauh menurun, namun masih jauh dari target yang

diharapkan. Sedangkan untuk target SDGs AKI yaitu sebesar 70/100.000 KH.
Angka kematian ibu dikatakan masih tinggi karena :
a) Jumlah kematian ibu yang meninggal mulai saat hamil hingga 6 minggu setelah
persalinan per 100.000 persalinan tinggi.
b) Angka kematian ibu tinggi adalah angka kematian yang melebihi dari angka target
nasional.
c) Tingginya angka kematian, berarti rendahnya standar kesehatan dan kualitas
pelayanan kesehatan yang diberikan, dan mencerminkan besarnya masalah
kesehatan.
Kematian bayi adalah kematian yang terjadi saat setelah bayi lahir sampai bayi
belum berusia tepat 1 tahun. Berdasarkan perhitungan BPS tahun 2007 sebesar 27/1000
kelahiran hidup. Adapun target AKB pada SDG’s 2030 sebesar 12/1000 kelahiran hidup.
Penyebab kematian bayi meliputi :
a) Gangguan perinatal (34,7%)
b) Sistem pernapasan (27,6 %)
c) Diare (9,4%)
d) Sistim pencernaan (4,3%)
e) Tetanus (3,4%).

1) Unsafe Abortion
Unsafe Abortion adalah pengguguran kandungan yang dilakukan dengan tindakan yang
tidak steril serta tidak aman, secara medis. Peran bidan dalam menangani unsafe abortion
adalah memberikan penyuluhan pada klien tentang efek-efek yang ditimbulkan dari tindakan
unsafe abortion. Jika terminasi kehamilan dilakukan secara illegal maka akan mengakibatkan
perdarahan, trauma, infeksi dengan mortalitasnya 1/3 AKI serta adanya kerusakan fungsi alat

16
reproduksi. Dampak jangka panjang dari terminasi kehamilan yang illegal adalah
PID/penyakit radang panggul yang menahun, infertilitas dan kehamilan ektopik
terganggu/KET.
2) Infeksi Menular Seksual
Infeksi menular seksual merupakan salah satu dari tiga tipe infeksi saluran reproduksi
(ISR), yaitu infeksi dan penyakit menular seksual, infeksi-infeksi endogen vagina dan
infeksi-infeksi yang berhubungan dengan saluran reproduksi. Infeksi menular seksual
berhubungan dengan keadaan akut, kronik dan kondisi-kondisi lain yang berhubungan
dengan kehamilan, seperti Gonore, Chlamidia, Sifilis, Herpes kelamin, Trichomoniasis,
HIV/AIDS.
Bidan harus dapat memberikan asuhan kepada masyarakat terkait dengan infeksi menular
seksual, dan perlu memperhatikan semua jenis infeksi saluran reproduksi, sehingga dapat
mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal.
Masalah-masalah lain yang berhubungan dengan sosial budaya masyarakat adalah:
a) Kurangnya pengetahuan, salah satunya di bidang kesehatan.
b) Adat istiadat yang dianut/berlaku di wilayah setempat.
c) Kurangnya peran serta masyarakat.
d) Perilaku masyarakat yang kurang terhadap kesehatan.
e) Kebiasaan-kebiasaan/kepercayaan negatif yang berlaku negatif dan positif.

Sosial budaya yang ada di masyarakat memberi 2 pengaruh pada masyarakat tersebut
yaitu : pengaruh negatif dan positif. Sosial budaya masyarakat yang bersifat positif antara
lain:
a) Rasa kekeluargaan dan semangat gotong royong.
b) Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan.
c) Rasa tolong menolong/perasaan senasib sepenanggungan.
Sosial budaya masyarakat yang bersifat negatif antara lain:
a) Membuang sampah sembarangan sehingga timbul daerah kumuh.
b) Penyalahgunaan obat-obatan.
c) Industri-industri yang tidak memperhatikan pembuangan limbah yang baik.
d) Wanita pekerja yang tidak dapat merawat anaknya dengan baik.

KEGIATAN DALAM PELAYANAN KEBIDANAN KOMUNITAS

17
PWS KIA adalah alat manajemen untuk melakukan pemantauan program KIA di
suatu wilayah kerja secara terus-menerus, agar dapat dilakukan tindak lanjut yang cepat dan
tepat, meliputi program pelayanan ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, ibu dengan komplikasi
kebidanan, dan keluarga berencana, bayi baru lahir, bayi baru lahir dengan komplikasi, bayi,
dan balita. Definisi dan kegiatan PWS tersebut sama dengan definisi surveilans.
Kegiatan pokok PWS KIA, meliputi:
1. Peningkatan pelayanan antenatal sesuai standar bagi seluruh ibu hamil di semua fasilitas
kesehatan.
2. Peningkatan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan kompeten, diarahkan ke
fasilitas kesehatan.
3. Peningkatan pelayanan bagi seluruh ibu nifas sesuai standar disemua fasilitas kesehatan.

4. Peningkatan pelayanan bagi seluruh neonatus sesuai standar disemua fasilitas kesehatan.
5. Peningkatan deteksi dini faktor risiko dan komplikasi kebidanan
6. Peningkatan penanganan komplikasi kebidanan dan neonatus secara adekuat dan
pengamatan terus-menerus oleh tenaga kesehatan.
7. Peningkatan pelayanan kesehatan bagi seluruh bayi sesuai standar di semua fasilitas
kesehatan.
8. Peningkatan pelayanan kesehatan bagi seluruh anak balita sesuai standar di semua
fasilitas kesehatan.
9. Peningkatan pelayanan KB sesuai standar.

Indikator pemantauan PWS KIA, meliputi:


1. Cakupan pelayanan antenatal pertama kali (K1)
2. Cakupan pelayanan antenatal minimal 4 kali (K4)
3. Cakupan persalinan ditolong tenaga kesehatan (Pn)
4. Cakupan pelayanan nifas oleh tenaga kesehatan (Kf 3)
5. Cakupan pelayanan neonatus pertama kali (KN 1)
6. Cakupan pelayanan neonatus lengkap (KN Lengkap)
7. Deteksi faktor risiko dan komplikasi maternal oleh masyarakat
8. Cakupan penanganan komplikasi maternal (PK)
9. Cakupan penanganan komplikasi neonatus (NK)
10. Cakupan pelayanan kesehatan bayi (K Bayi)

18
11. Cakupan pelayanan kesehatan anak balita (K Balita)
12. Cakupan pelayanan kesehatan anak balita sakit yang dilayani dengan MTBS
13. Cakupan peserta KB aktif (contraceptive prevalence rate, CPR) dan neonatus oleh
tenaga kesehatan maupun masyarakat.
Tindakan bidan dalam rangka peningkatan kesehatan di tingkat komunitas
1. Menilai kebutuhan masyarakat, rencanakan dan sediakan komunitas tertentu terhadap
suatu program. Misalnya: kelompok untuk orangtua tunggal, kelompok dukungan
menyusui yang memberikan bantuan praktis dan moral untuk perempuan menyusui, dll.
2. Mengakses kelompok yang sulit dijangkau atau yang tidak mengakses layanan yang
disediakan.
3. Mengembangkan sumber daya untuk mendukung perbaikan
4. Menyediakan program kesehatan tingkat masyarakat sesuai evidence based misalnya
P4K, desa siaga, dll.

19

Anda mungkin juga menyukai