Anda di halaman 1dari 40

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu masalah kependudukan yang cukup besar di Indonesia adalah jumlah kepadatan
penduduk yang sangat besar. Hal ini menimbulkan berbagai macam masalah lain. Untuk itu,
pemerintah mencanangkan program Keluarga Berencana (KB) yaitu program pembatasan jumlah
anak yakni dua untuk setiap keluarga. Program KB di Indonesia mengalami kemajuan yang cukup
pesat dan diakui keberhasilannya di tingkat Internasional. Hal ini terlihat dari angka kesertaan ber-
KB meningkat dari 26% pada tahun 1980, menjadi 50% pada tahun 1991, dan terakhir menjadi
57% pada tahun 1997.
Rentang tahun 1800-1900 jumlah penduduk Indonesia bertambah tiga kali lipatnya.
Sedangkan 1900 -2000 terjadi pertambahan penduduk lima kali lipat dari 40,2 juta orang menjadi
205,8 juta orang. Selama rentang 1900-2000, progran Keluarga Berencana (KB) berhasil
mencegah kelahiran 80 juta orang. "Tanpa program KB jumlah penduduk hingga tahun 2000
diprediksi 285 juta orang, " ungkap Kepala Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional
(BKKBN).
Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu pelayanan kesehatan preventif yang paling
dasar dan utama bagi wanita, meskipun tidak selalu diakui demikian. Peningkatan dan perluasan
pelayanan keluarga berencana merupakan salah satu usaha untuk menurunkan angka kesakitan dan
kematian ibu yang sedemikian tinggi akibat kehamilan yang dialami oleh wanita. Banyak wanita
harus menentukan pilihan kontrasepsi yang sulit, tidak hanya karena terbatasnya jumlah metode
yang tersedia tetapi juga karena metode-metode tertentu mungkin tidak dapat diterima sehubungan
dengan kebijakan nasional KB, kesehatan individual dan seksualitas wanita atau biaya untuk
memperoleh kontrasepsi (Depkes RI, 1998).
Kepadatan penduduk yang terjadi tentu saja menjadi suatu masalah bagi negara Indonesia yang
perlu diperhatikan oleh pemerintah sehingga banyak upaya yang dipilih atau diprogramkan oleh
pemerintah Indonesia untuk mengurangi kepadatan penduduk tersebut dengan cara melakukan
program Keluarga Berencana atau dikenal dengan singkatan KB. Oleh karena itu, penulis ingin
mengetahui beberapa hal yang berkaitan dengan program keluarga berencana sehingga penulis

1
membuat Asuhan Kebidanan Komunitas Pada Keluarga Tn. W Dengan Pasangan Usia Subur
Tidak Menggunakan Kb Di Kelurahan Bonkawir Rt 03 Rw 01 Kabupaten Raja Ampat.

B. Rumusan Masalah
1. Apa masalah kebidanan pada keluarga Tn. W?
2. Bagaimana asuhan Kebidanan dan Keperawatan keluarga Tn W Di komunitas?

C. Tujuan
1. Tujuan umum
Mahasiswa dapat memberikan Asuhan Kebidanan dan keperawatan keluarga Tn.W di RT
03 RW 01 Kelurahan Bonkawir Kabupaten Raja Ampat,
2. Tujuan khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada Tn. W di RT 03 RW 01 Kelurahan
Bonkawir Kabupaten Raja Ampat.
b. Mahasiswa mampu melakukan klasifikasi data dasar masalah Kebidanan dan
keperawatan pada keluarga Tn. W di RT 03 RW 01 Kelurahan Bonkawir Kabupaten
Raja Ampat.
c. Mahasiswa mampu menyusun prioritas masalah Kebidanan pada keluarga Tn. W di
RT 03 RW 01 Kelurahan Bonkawir Kabupaten Raja Ampat.
d. Mahasiswa menyusun intervensi terhadap masalah Kebidanan dan keperawatan
yang ditemukan pada keluarga Tn. W di RT 03 RW 01 Kelurahan Bonkawir
Kabupaten Raja Ampat.
e. Mahasiswa mampu mengimplementasikan asuhan Kebidanan dan keperawatan yang
ditemukan pada keluarga Tn. W di RT 03 RW 01 Kelurahan Bonkawir Kabupaten
Raja Ampat.
f. Mahasiswa mampu mengevaluasi hasil asuhan Kebidanan dan keperawatan yang
ditemukan pada keluarga Tn. W di RT 03 RW 01 Kelurahan Bonkawir Kabupaten
Raja Ampat.
g. Mahasiswa mampu mendokumentasikan hasil asuhan Kebidanan keperawatan yang
ditemukan pada keluarga Tn. W di RT 03 RW 01 Kelurahan Bonkawir Kabupaten
Raja Ampat.

2
D. MANFAAT
1. Manfaat Teoritik
Sebagai salah satu gambaran pelaksanaan pelayanan kesehatan di komunitas dan sebagai
bahan referensi untuk asuhan keperawatan dan kebidanan yang lebih baik di masa yang
akan datang.

2. Manfaat Praktis
Memberikan pengalaman dan kesempatan bagi mahasiswa dalam melakukan asuhan
keperawatan dan kebidanan komunitas pada keluarga Tn. W di RT 03 RW 01 Kelurahan
Bonkawir Kabupaten Raja Ampat sehingga dapat menumbuhkan dan menciptakan calon
perawat dan bidan yang terampil dan profesional.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Komunitas


a) Definisi
Definisi komunitas oleh para ahli dari berbagai sudut pandang adalah sebagai berikut:
1) World Health Organization – WHO (2012)
Menurut WHO, komunitas merupakan kelompok sosial yang ditentukan oleh batas-
batas wilayah, nilai-nilai keyakina dan minat yang sama, serta adanya saling mengenal
dan interaksi antara anggota masyarakat yang satu dengan yang lainnya.
2) Spradley (2013)
Menurut Spradley, komunitas merupakan sekumpulan orang yang saling bertukar
pengalaman penting dalam hidupnya.
3) Koentjaraningrat (2010)
Menurut Koentjaraningrat, komunitas merupakan suatu kesatuan hidup manusia
yang menempati suatu wilayah nyata dan yang berinteraksi menurut suatu sistem adat-
istiadat serta terikat oleh suatu rasa identitas dalam komunitas.
4) Sounders (2009)
Menurut Sounders, komunitas merupakan tempat atau kumpulan orang-orang atau
sistem sosial.
5) Wahit (2012)
Menurut Wahit, komunitas merupakan sekelompok individu yang tinggal pada
wilayah tertentu, memiliki nilai-nilai keyakinan dan minat yang relatif sama, serta
adanya interaksi satu sama lain untuk mencapai tujuan.

b) Definisi Kebidanan Komunitas


1) Harnilawati (2013) menjelaskan bahwa kebidanan komunitas mencakup perawatan
kesehatan keluarga (midwife health family) juga kesehatan dan kesejahteraan
masyarakat luas, membantu masyarakat mengindentifikasi masalah kesehatan tersebut
sesuai dengan kemampuan yang ada pada mereka sebelum mereka meminta bantuan
kepada orang lain.

4
2) Kesatuan yang unik dari praktik kebidanan dan kesehatan masyarakat yang ditujukan
pada pengembangan serta peningkatan kemampuan kesehatan, baik diri sendiri
sebagai perorangan maupun secara kolektif sebagai keluarga, kelompok khusus atau
masyarakat (Ruth B. Freeman, 2012).
3) Praktik kebidanan komunitas (community health midwife practice) merupakan sintesi
teori kebidanan dan teori kesehatan masyarakat untuk promosi, pemeliharaan dan
perawatan kesehatan populasi melalui pemberian pelayanan kebidanan pada individu,
keluarga dan kelompok yang mempunyai pengaruh terhadapat kesehatan komunitas
(Stanhope dan Lancaster, 2010).
4) Kebidanan kesehatan komunitas adalah praktek melakukan promosi kesehatan dan
melindungi kesehatan masyarakat dengan menggunakan pendekatan ilmu kebidanan,
ilmu sosial dan ilmu kesehatan masyarakat yang berfokus pada tindakan promotif dan
pencegahan penyakit yang sehat (Anderson & McFarlane, 2011)

c) Tujuan dan Fungsi Kebidanan Komunitas


Tujuan Kebidanan Komunitas
Tujuan proses kebidanan dalam komunitas adalah untuk pencegahan dan peningkatan
kesehatan masyarakat melalui upaya-upaya sebagai berikut :
1) Pelayanan kebidanan secara langsung (direct care ) terhadap individu, keluarga, dan
keluarga dan kelompok dalam konteks komunitas.
2) Perhatian langsung terhadap kesehatan seluruh masyarakat ( health general
community ) dengan mempertimbangkan permasalahan atau isu kesehatan masyarakat
yang dapat mempengaruhi keluarga, individu, dan kelompok.
Selanjutnya, secara spesifik diharapkan individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat
mempunyai kemampuan untuk :
(1) Mengindentifikasi masalah kesehatan yang dialami
(2) Menetapkan masalah kesehatan dan memprioritaskan maslah tersebut
(3) Merumuskan serta memecahkan masalah kesehatan
(4) Menanggulangi masalah kesehatan yang mereka hadapi
(5) Mengevaluasi sejauh mana pemecahan masalah yang mereka hadapi
Fungsi Kebidanan Komunitas

5
1) Memberikan pedoman dan bimbingan yang sistematis dan ilmiah bagi kesehatan
masyarakat dan kebidanan dalam memecahkan masalah klien melalui asuhan
kebidanan.
2) Agar masyarakat mendapatkan pelayan yang optimal sesuai dengan kebutuhannnya di
bidang kesehatan.
3) Memeberikan asuhan kebidanan melalui pendekatan pemecahan masalah, komunikasi
yang efektif dan efisien serta melibatkan peran serta masyarakat.
4) Agar masyarakat bebas mengemukan pendapat berkaitan dengan permasalahan atau
kebutuhannya sehingga mendapatkan penanganan dan pelayanan yang cepat dan pada
akhirnya dapat mempercepat proses penyembuhan (Mubarak, 2015).

d) Tingkat Pencegahan Kebidanan Komunitas


Pelayanan yang diberikan oleh kebidanan komunitas mencakup kesehatan komunitas
yang luas dan berfokus pada pencegahan yang terdiri dari tiga tingkat yaitu (Mubarak,
2015) :
a) Pencegahan primer
Pelayanan pencegahan primer ditunjukkan kepada penghentian penyakit sebelum
terjadi karena itu pencegahan primer mencakup peningkatan derajat kesehatan secara
umum dan perlindungan spesifik. Promosi kesehatan secara umum mencakup
pendidikan kesehatan baik pada individu maupun kelompok. Pencegahan primer juga
mencakup tindakan spesifik yang melindungi individu melawan agen-agen spesifik
misalnya tindakan perlindungan yang paling umum yaitu memberikan imunisasi pada
bayi, anak balita dan ibu hamil, penyuluhan gizi bayi dan balita.
b) Pencegahan sekunder
Pelayanan pencegahan sekunder dibuat untuk menditeksi penyakit lebih awal dengan
mengobati secara tepat. Kegiatan-kegiatan yang mengurangi faktor resiko
dikalifikasikansebagai pencegahan sekunder misalnya memotivasi keluarga untuk
melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala melalui posyandu dan puskesmas.
c) Pencegahan tersier
Mencakup pembatasan kecacatan kelemahan pada seseorang dengan stadium dini dan
rehabilitasi pada orang yang mengalami kecacatan agar dapat secara optimal berfungsi

6
sesuai dengan kemampuannya, misalnya mengajarkan latihan fisik pada penderita
patah tulang.

B. Konsep Dasar Keluarga Berencana (KB)


1. Pengertian Keluarga Berencana
Menurut WHO (dalam Hartanto, 2003),
Keluarga Berencana adalah program yang bertujuan membantu pasangan suami istri untuk
menghindari kelahiran yang tidak dinginkan, mengatur interval diantara kehamilan, mengontrol
waktu saat kelahiran (dalam hubungan dengan suami istri), dan menentukan jumlah anak dalam
keluarga. Menurut UU RI Nomor 52 Tahun 2009, Keluarga Berencana adalah upaya mengatur
kelahiran anak, jarak dan usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan melalui promosi,
perlindungan, serta bantuan sesuai dengan hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga yang
berkualitas.
Program Keluarga Berencana Nasional diatur dalam Undang-undang Nomor 10 tahun
1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera, serta
Peraturan Presiden Nomor 7 tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional (RPJMN) tahun 2004-2009. Dalam Peraturan presiden tersebut, pembangunan
Keluarga Berencana diarahkan untuk mengendalikan pertumbuhan penduduk serta
meningkatkan keluarga kecil berkualitas. Untuk mencapai tujuan tersebut, pembangunan
Keluarga Berencana diselenggarakan melalui 4 program pokok, yaitu: Program Keluarga
Berencana dan Kesehatan Reproduksi, Program Kesehatan, serta Program Penguatan
Kelembagaan Keluarga Kecil Berkualitas (BKKBN, 2008).

2. Tujuan Program Keluarga Berencana


Program Keluarga Berencana bertujuan untuk membangun manusia Indonesia sebagai
obyek sekaligus subyek pembangunan melalui peningkatan kesejahteraan ibu, anak, dan
keluarga. Pelaksanaan program KB juga diarahkan untuk menurunkan tingkat kelahiran atas
dasar kesadaran dan tanggung jawab seluruh masyarakat dengan cara memilih metode
kontrasepsi secara sukarela. Dengan demikian program KB merupakan cermin upaya
menurunkan tingkat kelahiran, sekaligus membangun keluarga sejahtera (Bappenas, 1996).
Menurut UU RI Nomor 52 Tahun 2009, kebijakan Keluarga Berencana diarahkan untuk:

7
a) Mengatur kelahiran yang diinginkan
b) Menjaga kesehatan dan menurunkan angka kematian ibu, bayi, dan anak
c) Meningkatkan akses dan kualitas informasi, pendidikan, serta konseling keluarga
Berencara dan Kesehatan Reproduksi
d) Meningkatkan partisipasi dan kesertaan pria dalam praktek Keluarga Berencana
e) Mempromosikan penyusuan bayi sebagai upaya menjarangkan jarak kehamilan

Tujuan umum Keluarga Berencana adalah membentuk keluarga kecil sesuai dengan
kemampuan sosial ekonomi keluarga dengan cara mengatur kelahiran anak agar diperoleh
keluarga bahagia dan sejahtera yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya (Mochtar, 1998).

3. Sasaran dan Target Program Keluarga Berencana


Sasaran dan target yang ingin dicapai dengan program Keluarga Berencana adalah
segera tercapai dan melembaganya Norma Keluarga Kecil yang Bahagia dan Sejahtera
(NKKBS) pada masyarakat Indonesia. Menurut Depkes RI (2002), sasaran yang mesti digarap
untuk mencapai target tersebut adalah:
a. Pasangan Usia Subur (PUS), yaitu pasangan suami istri yang hidup bersama dimana
istrinya berusia 15-49 tahun harus dimotivasi terus-menerus sehingga menjadi peserta
Keluarga Berencana lestari
b. Non PUS, yaitu anak sekolah, orang yang belum kawin, pemuda-pemudi, pasangan suami
istri di atas usia 45 tahun, dan tokoh masyarakat
c. Institusional, yaitu berbagai organisasi, lembaga masyarakat, pemerintahan, dan swasta.

4. Manfaat Keluarga Berencana


Dalam penelitian Ekarini (2008), sekitar 500.000 perempuan setiap tahunnya
meninggal akibat masalah kehamilan, persalinan, dan pengguguran kandungan (aborsi)
yang tak aman. KB bisa mencegah sebagian besar kematian itu. Di masa kehamilan
umpamanya, KB dapat mencegah munculnya bahaya-bahaya akibat:

a. Kehamilan terlalu dini


Perempuan yang sudah hamil dimana umurnya belum mencapai 17 tahun sangat
terancam oleh kematian sewaktu persalinan, karena tubuhnya belum sepenuhnya

8
tumbuh dan belum cukup matang atau siap untuk dilewati oleh bayi. Selain itu,
bayinya pun dihadang oleh resiko kematian sebelum usianya mencapai 1 tahun

b. Kehamilan terlalu “telat”


Perempuan yang usianya sudah terlalu tua untuk mengandung dan melahirkan
terancam berbagai bahaya, khususnya bila ia mempunyai problema-problema
kesehatan lain, atau sudah terlalu sering hamil dan melahirkan

c. Kehamilan yang terlalu berdekatan jaraknya


Kehamilan dan persalinan menuntut banyak energi dan kekuatan tubuh perempuan.
Kalau ia belum pulih dari satu persalinan tapi sudah hamil kembali, tubuhnya tak sempat
memulihkan kebugaran, sehingga timbul berbagai masalah bahkan ancaman kematian
yang mungkin terjadi

d. Terlalu sering hamil dan melahirkan


Perempuan yang sudah punya lebih dari 4 anak terancam bahaya kematian akibat
pendarahan hebat, serta macam-macam kelainan, apabila ia terus hamil dan bersalin
kembali.

C. Partisipasi Pria dalam Keluarga Berencana


Keterlibatan pria didefinisikan sebagai bentuk partisipasi dalam proses pengambilan
keputusan KB, pengetahuan pria tentang KB, dan penggunaan kontrasepsi pria. Lebih
lanjut, keterlibatan pria dalam KB diwujudkan melalui perannya berupa dukungan
terhadap KB, penggunaan alat kontrasepsi, serta merencanakan jumlah keluarga untuk
merealisasikan tujuan terciptanya Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera
(Ekarini, 2008).

Menurut BKKBN (2005), bentuk partisipasi pria dalam Keluarga Berencana dapat
dilakukan secara langsung maupun tidak langsung, antara lain:

9
a. Sebagai peserta KB
Partisipasi pria dalam program KB dapat bersifat langsung maupun tidak langsung.
Partisipasi pria/suami secara langsung dalam program KB adalah menggunakan
salah satu cara atau metoda pencegahan kehamilan, seperti metode senggama
terputus, metode pantang berkala, kontrasepsi kondom, vasektomi, atau kontrasepsi
lain yang telah dikembangkan.

b. Mendukung istri dalam ber-KB


Apabila disepakati bahwa istri yang akan ber KB, peranan suami adalah mendukung
dan memberikan kebebasan kepada istri untuk menggunakan kontrasepsi atau metode
KB yang akan dipilih. Dukungan tersebut antara lain meliputi :
1. Memilih kontrasepsi yang cocok, yaitu kontrasepsi yang sesuai dengan
keinginan dan kondisi istrinya.
2. Membantu pasangannya dalam menggunakan kontrasepsi secara benar,
seperti mengingatkan saat minum pil KB, serta mengingatkan istri untuk
control.
3. Membantu mencari pertolongan bila terjadi efek samping maupun
komplikasi.
4. Mengantar istri ke fasilitas pelayanan kesehatan untuk kontrol atau rujukan
5. Mencari alternatif lain bila kontrasepsi yang digunakan terbukti tidak
memuaskan.
6. Menggantikan pemakaian kontrasepsi bila keadaan kesehatan istri tidak
memungkinkan.
7. Membantu menghitung waktu subur apabila menggunakan metode pantang
berkala.

c. Sebagai motivator
Pria/suami dapat berperan sebagai motivator yang dapat memberikan motivasi
kepada anggota keluarga/saudara yang sudah berkeluarga, dan masyarakat di
sekitarnya untuk menjadi peserta KB dengan menggunakan salah satu alat
kontrasepsi. Seorang calon motivator harus sudah menjadi peserta KB karena
keteladanannya sangat dibutuhkan. Untuk itu, calon motivator harus mengetahui:

10
1. Keuntungan dan kelemahan memakai salah satu alat kontrasepsi
2. bersedia melakukan KIE KB kepada masyarakat di sekitarnya dengan
idealisme yaitu melahirkan yang aman setelah umur istri lebih dari 20 tahun,
cukup 2 anak (laki-laki perempuan sama saja), jarak kelahiran yang aman
adalah 3 tahun, dan stop melahirkan setelah umur istri lebih dari 30 tahun
3. bersedia menjadi kader atau relawan penggerak massa di pedesaan

d. Merencanakan jumlah anak


Merencanakan jumlah anak dalam keluarga perlu dibicarakan antara suami dan istri
dengan mempertimbangkan berbagai aspek, antara lain kesehatan dan kemampuan
untuk memberikan pendidikan dan kehidupan yang layak. Perencanaan keluarga
menuju keluarga berkualitas perlu memperhatikan usia reproduksi istri, yaitu masa
menunda kehamilan anak pertama bagi pasangan yang istrinya berumur di bawah 20
tahun, masa mengatur jarak kelahiran untuk usia istri 20 – 30 tahun, dan masa
mengakhiri kehamilan untuk usia istri di atas 30 tahun.
Wanita merasa dirugikan apabila mempertahankan hubungan yang baik dengan laki-
laki hanya untuk memuaskan mereka dengan menanggung semua bentuk resiko sebagai
individu (personal cost), misalnya wanita harus menggunakan jamu atau produk-produk
serupa untuk mengaborbsi sekresi vagina karena laki-laki lebih suka vagina kering
selama hubungan kelamin. Dalam hubungannya dengan suami, diperlukan keputusan
wanita secara sukarela untuk mempunyai anak lagi atau tidak, ketakutan akan efek
samping, hak mengambil keputusan secara independen, dan lepas dari pengaruh suami.
Hal itu disebabkan karena pembentukan keluarga (family formation) merupakan
tanggungjawab bersama (joint responsibility) antara laki-laki dan wanita. Praktik KB
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam kehidupan keluarga.

11
7 Langkah Manajemen Kebidanan Menurut Varney
a. Langkah 1 Mengumpulkan Data
Pada langkah pertama ini dilakukan pengkajian dengan mengumpulkan semua data yang
diperlukan untuk mengevaluasi keadaan klien secara lengkap, yaitu:

– Riwayat kesehatan
– Pemeriksaan fisik pada kesehatan
– Meninjau catatan terbaru atau catatan sebelumnya
– Meninjau data laboratorium dan membandingkan dengan hasil studi

Pada langkah pertama ini dikumpulakan semua informasi yang akurat dari semua sumber yang
berkaitan dengan kondisi klien. Bidan mengumpulkan data dasar awal yang lengkap. Bila
klien mengalami komplikasi yang perlu dikonsultasikan kepada dokter dalam manajemen
kolaborasi bidan akan melakukan konsultasi.

b. Langkah II (kedua): Interpretasi Data Dasar


Pada langkah ini dilakukan interpretasi data yang benar terhadap diagnosa atau masalah dan
kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan.
Data dasar yang sudah dikumpulkan di interpretasikan sehingga ditemukan masalah atau
diagnosa yang spesifik. Masalah sering berkaitan dengan pengalaman wanita yang di
identifikasikan oleh bidan. Masalah ini sering menyertai diagnosa. Sebagai contoh yaitu
wanita pada trimester ketiga merasa takut terhadap proses persalinan dan persalinan yang
sudah tidak dapat ditunda lagi. Perasaan takut tidak termasuk dalam kategori “nomenklatur
standar diagnosa” tetapi tentu akan menciptakan suatu masalah yang membutuhkan
pengkajian lebih lanjut dan memerlukan suatu perencanaan untuk mengurangi rasa sakit.

c. Langkah III (ketiga): Mengidentifikasikan diagnosa atau masalah Potensial


Pada langkah ini kita mengidentifikasikan masalah atau diagnosa potensial lain berdasarkan
rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan
antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan, sambil mengamati klien, bidan
diharapkan dapat bersiap-siap bila diagnosa atu masalah potensial benar-benar terjadi.

12
d. Langkah IV (keempat): Mengidentifikasi dan Menetapkan Kebutuhan yang
Memerlukan Penanganan segera
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan/atau untuk
dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai
kondisi klien.
Langkah keempat mencerminkan kesinambunagan dari proses manajemen kebidanan. Jadi
manajemen bukan hanya selama asuhan primer periodik atau kunjungan prenatal saja, tetapi
juga selama wanita tersebut bersama bidan terus menerus, misalnya pada waktu wanita
tersebut dalam persalinan.
Data baru mungkin saja perlu dikumpulkan dan dievaluasi. Beberapa data mungkin
mengindikasikan situasi yang gawat dimana bidan harus bertindak segera untuk kepentingan
keselamatan jiwa ibu atau anak (misalnya, perdarahan kala III atau perdarahan segera setelah
lahir, distocia bahu, atau nilai APGAR yang rendah).
Dari data yang dikumpulkan dapat menunjukan satu situasi yang memerlukan tindakan
segera sementara yang lain harus menunggu intervensi dari seorang dokter, misalnya prolaps
tali pusat. Situasi lainya bisa saja tidak merupakan kegawatan tetapi memerlukan konsultasi
atau kolaborasi dengan dokter.

e. Langkah V(kelima) : Merencanakan Asuhan yang menyeluruh


Pada langkah ini direncanakan asuahan yang menyeluruh ditentukan oleh langkah-langkah
sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen terhadap diagnosa atau masalah
yang telah diidentifikasi atau diantisipasi, pada langkah ini informasi/ data dasar yang tidak
lengkap dapat dilengkapi. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang
sudah teridentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah yang berkaitan tetapi juga dari
kerangka pedoman antisipasi terhadap wanita tersebut seperti apa yang diperkirakan akan
terjadi berikutnya apakah diberikan penyuluhan, konseling, dan apakah merujuk klien bila ada
masalah-masalah yg berkaitan dengan sosial ekonomi,kultur atau masalah psikologis. Semua
keputusan yg dikembangkan dalam asuhan menyeluruh ini harus rasional dan benar- benar
valid berdasarkan pengetahuan dan teori yg up to date serta sesuai dengan asumsi tentang apa
yang akan atau tidak akan dilakukan oleh klien.

13
f. Langkah VI (keenam) : Melaksanaan perencanaan
Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada
langkah ke 5 dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan ini bisa dilakukan oleh bidan
atau sebagian dilakukan oleh bidan dan sebagian lagi oleh klien, atau anggota tim kesehatan
yang lain. Jika bidan tidak melakukanya sendiri ia tetap memikul tanggung jawab untuk
mengarahkan pelaksanaanya. Manajemen yang efisien akan menyingkat waktu dan biaya serta
meningkatkan mutu dari asuhan klien.

g. Langkah VII (Terakhir) : Evaluasi


Pada langkah ke-7 ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan
meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai
dengan sebagaimana telah diidentifikasi didalam masalah dan diagnosa. Rencana tersebut
dapat dianggap efektif jika memang benar efektif dalam pelaksananya. Ada kemungkinan
bahwa sebagian rencana tersebut telah efektif sedang sebagian belum efektif.

14
BAB III

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS PADA KELUARGA TN. W

DENGAN PASANGAN USIA SUBUR TIDAK MENGGUNAKAN KB

DENGAN HIPERTENSI DI KELURAHAN BONKAWIR RT 03 RW 01

KABUPATEN RAJA AMPAT

Tanggal Pengkajian : 06 Oktober 2019

Tempat : Rumah keluarga Tn.W

I. PENGKAJIAN DATA
1. DATA UMUM
A. DATA DEMOGRAFI
Identitas Kepala Keluarga
1. Nama : Tn. W
2. Umur : 60 Tahun
3. Status : Kawin
4. Pekerjaan : Petani
5. Pendidikan : SMA
6. Agama : Kristen
7. Alamat : RT 03

15
Anggota Keluarga

No Nama Umur JK Pekerjaan Status Pendidikan Jenis Gol


Imunisasi
Darah
yang sdh
didapat

1. Tn. W 60 L Petani Suami SMA Lengkap O

Tahun

2. Ny. E 51 P IRT Istri SMA Lengkap O


Tahun

3. An. Y 29 P Belum Anak SD Lengkap O


Bekerja
Tahun

4. An. R 19 P Belum Anak SMP Lengkap O


Bekerja
Tahun

5. An. N 12 P Belum Anak SD Lengkap O


Bekerja
Bulan

16
Genogram

Paternal Family Maternal Family

Keterangan :

: Laki-laki sudah meninggal : Garis keturunan

: Perempuan sudah meninggal : Garis pernikahan

: Laki-laki : Perempuan

……. : Tinggal 1 rumah

B. STATUS SOSIAL EKONOMI


1. Berapa penghasilan keluarga dalam sebulan ?
- Hanya Suami yang bekerja
a. Kurang dari Rp. 500.000,- ( )
b. Rp. 500.000,- s/d 1.000.000,- (√ )
c. Lebih dari Rp. 1.000.000,- ( )
2. Apakah keluarga memiliki asuransi ?
a. Askes (√ )
b. Askeskin ( )
c. Jamsostek ( )
d. Tidak punya ( )

17
C. FAKTOR LINGKUNGAN
1. Apakah keluarga memanfaatkan pekarangan yang dimiliki ?
a. Ya ( √ )
b. Tidak ( )
2. Bagaimana kondisi ventilasi rumah ?
a. Baik (>20% luas lantai) (√ )
b. Cukup (15-20% luas lantai) ( )
c. Kurang (<15% luas lantai) ( )

3. Bagaimana kondisi pencahayaan rumah ?


a. Baik (25 cm jarak baca) (√ )
b. Kurang (<25 cm jarak baca) ( )

4. Bagaimana kondisi kebersihan rumah ?


a. Bersih (√ )
b. Tidak bersih ( )

D. KEPEMILIKAN TERNAK
1. Apakah keluarga memiliki kandang ternak, dimanakah letak kandang ?
Tidak memiliki ternak/hewan peliharaan
E. PEMBUANGAN SAMPAH
1. Kondisi pembuangan sampah keluarga ?
a. Ya, terbuka ( )
b. Ya, tertutup (√ )
c. Tidak ( )
d. Lain-lain, sebutkan ( )
2. Cara pembuangan sampah keluarga ?
a. Di bakar (√ )
b. Di buang disungai ( )

18
c. Di timbun ( )
d. Di sembarang tempat ( )
F. SUMBER AIR
1. Dari mana sumber air keluarga ?
a. Sumur gali (√ )
b. Sungai ( )
c. Mata air ( )
d. PDAM ( )

2. Tempat penyimpanan air keluarga ?


a. Ember/gentong terbuka ( )
b. Ember/gentong tertutup (√ )
c. Tidak ada ( )
3. Kualitas sumber air keluarga ?
a. Berbau ( )
b. Berwarna ( )
c. Berasa ( )
d. Tidak berbau, berasa, berwarna (√ )

G. PEMBUANGAN AIR LIMBAH


1. Jarak sumber air dengan pembuangan limbah ?
a. Kurang 10 meter ( )
b. Lebih 10 meter (√ )
2. Jenis pembuangan air limbah keluarga ?
a. Got/saluran terbuka (√ )
b. Sungai ( )
c. Bak penampung ( )
d. Got/selokan tertutup ( )
e. Dibuang sembarangan ( )
3. Kondisi saluran limbah keluarga ?

19
a. Saluran tertutup lancar ( )
b. Saluran tertutup tergenang ( )
c. Saluran terbuka lancar (√ )
d. Saluran terbuka tergenang ( )
4. Tempat pembuangan tinja keluarga ?
a. Septik tank (√ )
b. Jumbleng ( )
c. Kolam
d. Sungai ( )
e. Sembarang tempat ( )
5. Kepemilikan tempat pembuangan tinja keluarga ?
a. WC pribadi (√ )
b. WC umum ( )
6. Kondisi tempat pembuangan tinja ?
a. Terpelihara (√ )
b. Tidak terpelihara ( )

H. KOMUNIKASI DAN TRANSPORTASI


1. Sarana transportasi yang dimiliki keluarga ?
a. Kendaraan roda 2 (√ )
b. Sepeda ( )
c. Kendaraan roda 4 ( )
d. Lain-lain, sebutkan ( )
2. Jarak ke sarana pelayanan kesehatan ?
a. Kurang dari 5 km (√ )
b. Lebih dari 5 km ( )

I. SISTEM NILAI
1. Apakah keluarga mempunyai keyakinan yang mendukung kesehatan ?
a. Tidak ada ( )
b. Ada, sebutkan (√ )

20
- Ya, seperti Keluarga memiliki kartu jaminan kesehatan dan memeriksakan
kesehatan di fasilitas kesehatan
J. DERAJAT KESEHATAN
1. Apakah anggota keluarga ada yang menderita sakit ?
- Tidak ada

2. Apa yang dilakukan keluaraga ketika ada anggota keluarga yang sakit ?
a. Periksa ke Yankes (√ )
b. Beli obat sendiri ( )
c. Tidak periksa ( )
d. Dukun ( )
e. Lain-lain, sebutkan ( )

1. DATA UMUM
A. SATATUS SOSIAL EKONOMI
No. Penghasilan keluarga dalam sebulan Total

1. Kurang dari Rp. 500.000,-

2. Rp. 500.000,- s/d 1.000.000,- Rp. 1.000.000

3. Lebih dari Rp. 1.000.000,-

No. Keluarga yang memiliki Asuransi Total

1. Askes

2. BPJS Mandiri 5

3. Jamsostek

4. Tidak punya

21
B. FAKTOR LINGKUNGAN
No. Pemanfaatan Lingkungan Total

1. Ya

2. Tidak 2

No. Kondisi Ventilasi Rumah Total

1. Baik (>20% luas lantai) 1

2. Cukup (15-20% luas lantai)

3. Kurang (<15% luas lantai)

No. Kondisi Pencahayaan Rumah Total

1. Baik (25 cm jarak baca) 1

2. Kurang (< 25 cm jarak baca)

No. Kondisi Kebersihan Rumah Total

1. Bersih 1

2. Tidak bersih

22
C. KEPEMILIKAN TERNAK
No. Letak Kandang Total

1. Dalam rumah

2. Luar rumah

3. Tidak punya 3

D. PEMBUANGAN SAMPAH
No. Cara Pembuangan Sampah Total

1. Di bakar 1

2. Di buang di sungai/pantai

3. Di timbun

4. Di sembarang tempat

E. SUMBER AIR
No. Sumber Air Keluarga Total

1. Sumur gali

2. Sungai

3. Mata air

4. PDAM 4

23
No. Tempat Penyimpanan Air Keluaraga Total

1. Ember/gentong terbuka

2. Ember/gentong tertutup 2

3. Tidak ada

No. Kualitas Sumber Air Keluarga Total

1. Berbau

2. Berwarna

3. Berasa

4. Tidak berbau, berasa, berwarna 4

F. PEMBUANGAN AIR LIMBAH


No. Jarak Sumber Air dengan Pembuangan Total
Tinja
1. Kurang 10 meter

2. Lebih 10 meter 2

24
No. Jenis Pembuangan Air Limbah Keluarga Total

1. Got/saluran terbuka 1

2. Sungai

3. Bak penampungan

4. Got/selokan tertutup

5. Dibuang sembarangan

No. Kondisi Saluran Limbah Keluarga Total

1. Saluran tertutup lancar

2. Saluran tertutup tergenang

3. Saluran terbuka lancar 3

4. Saluran terbuka tergenang

No. Tempat Pembuangan Tinja Keluarga Total

1. Septic tank 1

2. Jumbleng

3. Kolam

4. Sungai

5. Sembarang tempat

25
No. Kepemilikan Tempat Pembuangan Tinja Total

1. WC Pribadi 1

2. WC Umum

No. Kondisi Tempat Pembuangan Tinja Total

1. Terpelihara 1

2. Tidak terpelihara

No. Jarak Sumber Air dengan Pembuangan Total


Tinja
1. Kurang 10 meter

2. Lebih 10 meter 2

G. KOMUNIKASI DAN TRANSPORTASI


No. Sarana Transportasi yang Dimiliki Total
Keluarga
1. Kendaraan roda 2 1

2. Sepeda

3. Kendaraan roda 4

4. Lain-lain

26
No. Jarak Ke Sarana Yankes Total

1. Kurang dari 5 km

2. Lebih dari 5 km 2

H. SISTEM NILAI
No. Keluarga mempunyai keyakinan yang Total
mendukung kesehatan
1. Tidak ada

2. Ada 2

I. DERAJAT KESEHATAN
No. Keluarga yang menderita sakit Total

1. Asma 0

2. TBC 0

3. Hipertensi 0

4. Asam urat 0

27
No. Yang dilakukan keluarga ketika ada Total
anggota keluarga yang sakit
1. Periksa ke yankes 1

2. Beli obat sendiri

3. Tidak periksa

4. Dukun

5. Lain-lain

Kunjungan Pertama
Tanggal Pengkajian : 06 Oktober 2019
Nama Pengkaji : Debri Tobing dan Demon Yumame
Tempat Pengkaji : Rumah Tn. W
Jam Pengkajian : 14.00 WIT

a. Identifikasi Data
1) Data Subyektif
a) Identifikasi/Biodata
Nama Ibu : Ny. E Nama Suami : Tn. W
Umur : 51 th Umur : 60 th
Suku : Biak Suku : Jayapura
Agama : Kristen Agama : Kristen
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Petani
Alamat : RT 03
b) Status Kesehatan
1) Datang pada 06 Oktober 2019
2) Keluhan-keluhan : Tidak ada

28
c) Riwayat Menstruasi
1) Haid pertama : 13 Tahun
2) Siklus : 28 Hari
3) Banyaknya : ± 3-4 kali ganti pembalut
4) Dismenorhoe : Tidak
5) Teratur/Tidak : Teratur
6) Lamanya : 5-6 hari
7) Sifat Darah : Normal
8) Keputihan : Tidak

d) Pola Sehari-hari
Tabel 3.1 Pola Sehari-hari
No Pola Sehari-hari Saat ini

1 Pola Nutrisi
a. Makan
Frekuensi Ibu mengatakan ibu makan 2-3 kali/hari
Jenis Makanan Nasi, Sayur, Ikan
Makanan Pantangan Tidak Ada
b. Minum
Frekuensi Ibu mengatakan minum dengan baik 6-7 kali/hari
Jenis minum Air Putih

2 Pola Eliminasi
a. BAB
Warna Ibu mengatakan 2 kali/hari Kuning kecoklatan
Bau Khas feses
Konsisten Lunak
Keluhan Tidak ada

29
b. BAK
Warna 5-6 kali/hari Kuning jernih
Bau Khas urine
Keluhan Tidak ada

c. Pola aktifitas Mengerjakan pekerjaan rumah,seperti memasak


dan membersihkan rumah.

d. Istirahat Siang 1 jam/hari


Malam 8-9 jam

e. Seksualitas Ibu mengatakan 1 minggu 3x


Frekuensi

h) Immunisaasi TT
Imunisasi Lengkap

i) Kontrasepsi yang Pernah Digunakan : Ibu mengatakan tidak pernah


menggunakan kontrasepsi
j) Riwayat Penyakit Sistemik Yang Pernah Di Derita : Tidak Ada
k) Riwayat Penyakit Keluarga ( Boleh Narasi)
1. Jantung : Tidak Ada
2. Ginjal : Tidak Ada
3. Asma/TBC : Tidak Ada
4. Hipertensi : Tidak Ada
5. Diabetes : Tidak Ada
6. Epilepsi : Tidak Ada

30
7. Lain-lain : Tidak Ada

l) Riwayat Sosial
1. Status Perkawinan : I (Pertama)
2. Usia Ibu Saat Menikah : 18 Tahun
3. Pengambil Keputusan Dalam Keluarga Adalah : Suami
4. Ibu Tidak Mempunyai Kebiasaan Merokok : Tidak Merokok

2. DATA OBJEKTIF

1. Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan umum : Baik
kesadaran : Compos Mentis
Tanda-Tanda Vital
Tekanan darah : 150/90 mmHg
Nadi : 88 kali/menit
Pernafasan : 20 kali/menit
Suhu : 36,5oC
TB : 158 cm
BB : 51 kg
IMT : 20,42
LILA : 25 cm
b) Kepala
Rambut : Hitam, keritng dan Bersih
Muka : Simetris dan Tidak ada Odem
Mata : Konjungtiva : Tidak Pucat/Merah Muda
Sklera : Tidak Ikterus

Telinga : Bersih, Simetris dan Tidak Ada Sekret


Hidung : Bersih Tidak Ada Polip dan Sekret
Mulut dan Gigi : Bersih

31
c) Leher
TVJ : Tidak ada pembengkakan
KGB : Tidak ada pembengkakan
Kelenjar Tiroid :Tidak ada pembengkakan
d) Dada dan Payudara
Dada : Tidak di lakukan pemeriksaan
Payudara (Kanan dan Kiri)
Bentuk : Tidak di lakukan pemeriksaan
Keadaan : Tidak di lakukan pemeriksaan
Putting susu : Tidak di lakukan pemeriksaan
Pengeluaran : Tidak di lakukan pemeriksaan
Rasa Nyeri : Tidak ada
Benjolan : Tidak di lakukan pemeriksaan

e) Abdomen
a. Inspeksi : Tidak ada strie gravidarum
f) Ekstremitas Atas dan Bawah
1) Atas : Normal, LILA : 25 cm
2) Bawah : Normal, tidak ada odem dan varices
g) Genetalia (tidak dilakukan pemeriksaan)
1) Vulva/vagina
Oedem : Tidak dilakukan pemeriksaan
Keadaan : Tidak dilakukan pemeriksaan
Pengeluaran pervaginam : Tidak dilakukan pemeriksaan
a. Kelenjar Bartholini
Pembengkakan : Tidak dilakukan pemeriksaan
b. Kelenjar Skene : Tidak dilakukan pemeriksaan
c. Perineum : Tidak dilakukan pemeriksaan
d. Kelainan lain : Tidak dilakukan pemeriksaan
2) Anus

32
Haemoroid : Tidak dilakukan pemeriksaan
3) Pemeriksaan Laboratorium
a. Hb : Tidak di lakukan pemeriksaan
b. Urine : Tidak dilakukan pemeriksaan
h) Ekstremitas Atas dan Bawah
3) Atas : Normal, LILA : 25 cm
4) Bawah : Normal, tidak ada odem dan varices
Diagnosa : Ny. E Usia 51 Tahun Tidak Menggunakan KB dengan Hipertensi

II. ANALISA MASALAH dan SKALA PRIORITAS


a. Analisa Masalah
1. PUS tidak ber KB
No Kriteria Skor

1. Sifat Masalah 2

2. Kemungkinan Masalah untuk diubah 3

3. Potensi Masalah untuk dicegah 3

4. Menonjolnya Masalah 4

TOTAL 12

2. Kurangnya Pengetahuan tentang Keluarga Berencana (KB)

33
No Kriteria Skor

1. Sifat Masalah 3

2. Kemungkinan Masalah untuk diubah 3

3. Potensi Masalah untuk dicegah 3

4. Menonjolnya Masalah 4

TOTAL 13

b. Skala Prioritas

No. Kriteria Skor

1. Sifat Masalah 2

2. Kemungkinan Masalah untuk Diubah 3

3. Potensi Masalah untuk Dicegah 3

4. Menonjolnya Masalah 4

TOTAL 12

Keterangan Nilai :

 1 = Sangat Rendah
 2 = Rendah
 3 = Cukup
 4 = Tinggi
 5 = Sangat Tinggi

34
III. PRIORITAS MASALAH
Berdasarkan Hasil analisa masalah maka susunan prioritas masalahnya yaitu :
1. Kurangnya pengetahuan tentang Keluarga Berencana (KB) ( Skor 13 point )
2. PUS tidak ber KB ( Skor 12 point )

Berdasarkan analisa prioritas masalah diatas, maka dapat disimpulkan prioritas masalahnya
adalah Ny. E dengan kurangnya pengetahuan tentang keluarga Berencana (KB) Dengan
Hipertensi

IV. INTERVENSI

Tanggal : 06 Oktober 2019 Jam : 14.00 WIT

Diagnosa : Ny. E Usia 51 Tahun Tidak Menggunakan KB

Tujuan : Setelah dilakukan asuhan kebidanan diharapkan keluarga dapat mengerti dan
menerapkan tentang penjelasan yang diberikan.

Intervensi Rasional

1. Lakukan pendekatan dengan Keluarga dapat kooperatif


keluarga
2. Berikan penyuluhan tentang Menambah wawasan dan dapat merubah
keluarga berencana (KB) pola hidup atau kebiasaan sehari-hari
menjadi kebiasaan hidup bersih dan
sehat

35
V. IMPLEMENTASI

Jam Implementasi

14.00 Melakukan pendekatan pada keluarga


dengan memperkenalkan diri dan
bersikap ramah

14.10 Mengkaji penyebab klien Tidak ingin


menggunakan KB

14.15 1. Penyuluhan tentang cara


memilih alat kontrasepsi yang
tepat
2. Penyuluhan tentang kekurangan
dan kelebihan memakai alat
kontrasepsi

IV. EVALUASI
Tanggal : 06 Oktober 2019 Jam : 14.40 WIT

1. Keluarga menerima dan bersedia dilakukan wawancara oleh mahasiswa/i


2. Ibu telah menjawab pertanyaan dengan baik
3. Keluarga mengatakan telah paham dengan penjelasan yang disampaikan oleh
mahasiswia/i dan akan mengikuti apa yang telah disarankan.

36
BAB IV

PEMBAHASAN

A. Pengumpulan Data
Pada tahap pengkajian ini data diperoleh melalui observasi dan wawancara yang
dilakukan secara kunjungan rumah. Kegiatan pengkajian dilakukan pendekatan, tabulasi,
analisis data dan perumusan masalah. Dalam kegiatan pengkajian ditemukan data subjektif
dan objektif pada keluarga Tn. “W” dengan prioritas masalah Ny. “E”dengan Pasangan
Usia Subur tidak Ber-KB dengan Hipertensi
B. Perencanaan
Tahap perencanaan yang terdiri atas rumusan dan penyusunan rencana tindakan telah
dilaksanakan sesuai dengan prioritas masalah yang ada. Rencana yang disusun merupakan
rencana kerja berupa asuhan keperawatan dan kebidanan komunitas pada keluarga Tn. “W”
yang berfokus pada Ny. “E” dengan pasangan usia subur tidak menggunakan KB dengan
Hipertensi
C. Pelaksanaan
Pelaksanaan disesuaikan dengan waktu senggang anggota keluarga Tn. “W”pada
prioritas ini kegiatan dilaksanakan berdasarkan kebutuhan dengan menekan upaya
promotif dan preventif sesuai dengan masalah yang ada. Pelaksanaan dilakukan
berdasarkan asuhan kebidanan dan Keperawatan komunitas keluarga berdasarkan teori
atau sumber yang ada.
D. Evaluasi
Evaluasi dilakukan berdasarkan kegiatan yang telah dilakukan, sesuai dengan asuhan
kebidanan dan keperawatan komunitas keluarga berdasarkan tinjauan teori yang ada.

37
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Menurut WHO, komunitas merupakan kelompok sosial yang ditentukan oleh batas-batas
wilayah, nilai-nilai keyakina dan minat yang sama, serta adanya saling mengenal dan
interaksi antara anggota masyarakat yang satu dengan yang lainnya World Health
Organization – WHO (2012)
Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu pelayanan kesehatan preventif yang paling
dasar dan utama bagi wanita, meskipun tidak selalu diakui demikian. Peningkatan dan
perluasan pelayanan keluarga berencana merupakan salah satu usaha untuk menurunkan
angka kesakitan dan kematian ibu yang sedemikian tinggi akibat kehamilan yang dialami
oleh wanita. Banyak wanita harus menentukan pilihan kontrasepsi yang sulit, tidak hanya
karena terbatasnya jumlah metode yang tersedia tetapi juga karena metode-metode tertentu
mungkin tidak dapat diterima sehubungan dengan kebijakan nasional KB, kesehatan
individual dan seksualitas wanita atau biaya untuk memperoleh kontrasepsi (Depkes RI,
1998).

B. Saran
Dalam memberikan asuhan kebidanan di komunitas, asuhan yang diberikan sebaiknya
bersifat komprehensif kebidanan, karena ini sesuai dengan salah satu Visi dan Misi
Indonesia Tahun 2000 yaitu tentang Indonesia Sehat. Karena negara yang kuat di mulai
dari rakyat yang sehat.

38
DAFTAR PUSTAKA

1. Boedihartono, 1994, Proses Keperawatan di Rumah Sakit, Jakarta.

2. Brooker, Christine. 2001. Kamus Saku Keperawatan Ed.31.EGC : Jakarta.

3. Brooker, Christine. 2001. Kamus Saku Keperawatan Ed.31.EGC : Jakarta.

4. DEPKES. 1993. Proses Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem


Kardiovaskuler. EGC : Jakarta.

5. Doenges, E. Marilynn. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Ed. 3.EGC : Jakarta.

6. Nasrul Effendi, 1995, Pengantar Proses Keperawatan, EGC, Jakarta.

7. Achmadi, U.F, 2003.Waspadai Penyakit Menular, Badan Peneliti


danPengembangan Depkes RI, Jakarta. Agustama., 2005.Kajian Infeksi Saluran
Pernapasan Akut (ISPA) pada Balita

39
40

Anda mungkin juga menyukai