Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Metode belajar dalam praktek klinik kebidanan merupakan strategi yang
digunakan untuk mencapai kompetensi dalam pendidikan kebidanan. Metode
ini tentunya berbeda dengan yang diterapkan pada pendidikan akademik baik
dilakukan di kelas maupun laboratorium. Sampai saat ini permasalahan pada
pembelajaran klinik kebidanan masih cukup komplek antara lain: 1)
diperlakukan seperti pembantu bidan/dokter, 2) mengerjakan pekerjaan diluar
kompetensi, 3) kesempatan belajar sangat sedikit, 4) belum ada pembimbing
yang bisa dijadikan model, 5) Jarang dikunjungi dan dibimbing oleh
pembimbing akademi, 6) fasilitas yang tidak memadai, 7) sering beda persepsi
antara pembimbing klinik dengan pembimbing akademi, 8) nilai kurang
memuaskan, 9) feedback sering terlambat, dan 10) sistem informasi dan
administrasi tidak jelas (Afandi, 2014). Salah satu penyebab terjadinya
permasalahan diatas adalah ketidak tepatan metode belajar yang digunakan.
Dampak yang ditimbulkan akibat ketidaktepatan metode belajar akan dirasakan
oleh mahasiswa, dosen/bidan pembimbing, klien dan keluarga. Bagi
mahasiswa akan menghambat pencapaian kompetensi belajar, suasana belajar
yang kurang menyenangkan, nilai yang dicapai kurang maksimal, dan proses
adaptasi tidak terlaksana dengan baik. Bagi bidan pembimbing kehadiran
mahasiswa tidak dirasakan sebagai bagian pendidikan calon bidan profesional
tetapi justru menambah beban kerja dan mengganggu kinerja asuhan. Bagi
klien dan keluarga metode belajar yang tidak tepat akan berdampak pada
persepsi bahwa klien adalah subyek uji coba mahasiswa dalam mempraktekkan
ilmu pengetahuan kebidanan. Akibatnya klien dan keluarga akan merasa ragu-
ragu apakah diri/keluarganya bisa sembuh, ketika asuhan diberikan oleh
mahasiswa. Persepsi ini akan merugikan citra rumah sakit karena dianggap
sebagai rumah sakit uji coba. Melihat berbagai permasalahan dan dampak
yang ditimbulkan maka diperlukan metode belajar yang tepat, salah satu yang
bisa dikembangkan adalah model pembelajaran klinik keperawatan terpadu.

1
Model ini berupaya untuk mengoptimalkan kemandirian mahasiswa, interaksi
klien/keluarga dengan mahasiswa, daya nalar dan pola pikir mahasiswa, sikap
etik dan profesional. Model ini disusun dengan pendekatan preseptoship yang
menggunakan berbagai macam metode pembelajaran antara lain: konferensi
klinik, tutorial klinik, bedsite teaching action and observation, asuhan klien,
presentasi kasus, presentasi jurnal, pengayaan klinik, dan lain sebagainya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari Clinical Tour/Field Trip ?
2. Apa peran pembimbing dalam Clinical Tour/Field Trip?
3. Apa kelemahan dan keuntungan dari Clinical Tour/Field Trip?
4. Apa saja hambatan dalam Clinical Tour/Field Trip?
5. Bagaimana Proses Clinical Tour/ Feild Trip?

C. Tujuan
1. Agar mahasiswa mengetahui definisi Clinical Tour/Field Trip
2. Agar mahasiswa mengetahui peran pembimbing dalam Clinical Tour/Field
Trip
3. Agar mahasiswa mengetahui dan memahami tentang kelemahan dan
keuntungan dari Clinical Tour/Field Trip
4. Agar mahasiswa mengetahui hambatan dalam Clinical Tour/Field Trip
5. Agar mahasiswa memahami bagaimana proses dari Clinical Tour/ Field
Trip

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Definisi Clinical Tour/ Field Trip


Metode field trip ialah cara mengajar yang dilaksanakan dengan
mengajak peserta didik ke suatu tempat atau objek tertentu diluar kampus
untuk mempelajari atau menyelidiki suatu. ( Roestiyah,2001 : 85 ) Menurut
Syaiful Sagala ( 2006 : 214 ) Metode field trip ialah pesiar ( ekskursi ) yang
dilakukan oleh para peserta didik untuk melengkapi pengalaman belajar
tertentu dan merupakan bagian integral dari kurikulum instansi pendidikan.

B. Peran Pembimbing
a. Merumuskan tujuan pembelajaran klinik
b. Membantu dan membimbing peserta didik memcapai tujuan pembelajaran
c. Memberikan saran untuk menyelesaikan masalah
d. Menindaklanjuti hasil diskusi dan mengevaluasi keberhasilan belajar peserta
didik secara terus menerus berdasarkan tujuan

C. Kelemahan dan Keuntungan


1. Kelemahan
Menurut Saiful Bahri Djamarah ( 2006 : 94 ) mengemukakan bahwa
metode field trip mempunyai kekurangan yaitu :
a) Fasilitas yang diperlukan dan biaya yang dipergunakan sulit untuk
disediakan oleh peserta didik atau intansi pendidikan.
b) Sangat memerlukan persiapan atau perencanaan yang matang.
c) Memerlukan koordinasi dengan para pengajar agar tidak terjadi
tumpang tindih waktu selama kegiatan karyawisata.
d) Dalam field trip sering unsur rekreasi lebih prioritas, sedang unsur studi
nya terabaikan.
e) Sulit mengatur peserta didik yang banyak dalam perjalanan dan sulit
mengarahkan mereka pada kegiatan yang menjadi permasalahan.
Menurut Saiful Sagala ( 2006 : 215 ) mengemukakan bahwa metode
field trip mempunyai kekurangan, yaitu :
a) Memerlukan persiapan oleh banyak pihak. 2.
b) Jika karyawisata sering dilakukan akan menggangu kelancaran
pelaksanaan pembelajaran, apalagi jika tempat-tempat yang
dikunjungi jauh dari instansi pendidikan.
c) Kadang-kadang terjadi kesulitan dalam pengangkutan.

3
d) Jika tempat yang dikunjungi itu sukar untuk diamati akibatnya
peserta didik menjadi bingung dan tidak akan mencapai tujuan yang
diharapkan.
e) Memerlukan pengawasan yang tepat.
f) Memerlukan biaya yang relatif tinggi.
2. Keuntungan
Metode karyawisata atau field trip mempunyai beberapa kelebihan
antara lain ( Saiful Bahri Jamarah 2006 : 94 ) :
a) Field trip memiliki pengajaran modern yang memanfaatkan lingkungan
nyata dalam pengajaran.
b) Membuat apa yang dipelajari di lingkungan pendidikan lebih relevan
dengan kenyataan dan kebutuhan masyarakat.
c) Pengajaran yang serupa ini bisa lebih meranggsang kreatifitas peserta
didik.
d) Informasi sebagai bahan pelajaran lebih luas dan actual.
Menurut Saiful Sagala ( 2006 : 215 ) mengemukakan bahwa kelebihan
metode field trip adalah :
a) Peserta didik dapat mengamati kenyataan-kenyataan yang beraneka
ragam dari dekat.
b) Peserta didik dapat menghayati pengalaman-pengalaman baru dengan
mencoba turut serta dalam suatu kegiatan.
c) Peserta didik dapat menjawab masalah-masalah atau pertanyaan-
pertanyaan dengan melihat, mendengar, mencoba dan membuktikan
secara langsung.
d) Peserta didik dapat memperoleh informasi dengan jalan mengadakan
wawancara atau mendengar ceramah yang diberikan selama kegiatan
pembelajaran berlangsung.
e) Peserta didik dapat mempelajari sesuatu secara intensif dan
komperhensif.

D. Hambatan
Menurut Suhardjono ( 2004 : 85 ) hambatan dalam metode field trip adalah
sebagai berikut :
1. Memakan waktu bila lokasi yang dikunjungi jauh dari pusat latihan.
2. Kadang-kadang sulit untuk mendapat izin dari pimpinan kerja atau kantor
yang akan dikunjungi.
3. Biaya transportasi dan akomodasi mahal.

E. Proses

4
Untuk mewujudkan pembelajaran dengan menerapkan metode field trip
ada beberapa langkah yang dilakukan oleh pembimbing. Menurut Sanders
(2008 : 2-13), ada 5 langkah untuk mewujudkan field trip yang menakcupkan
(the best field trip ever). Kelimah langkah menurut Sanders tersebut adalah :
1. Determine goals and objective ( menentukan tujuan dan sasaran utama).
2. Explore all options ( menjelajah semua pilihan).
3. Create your itenenary ( membuat rencana perjalanan ).
4. Check your checklist ( memeriksa daftar cek).
5. Follow-up in the classroom (tindak lanjut)

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pengalaman belajar klinik dan lapangan merupakan proses
pembelajaraan yang pnting di berikan kepada mahasiswa untuk
memepersiapkan diri menjadi tenaga kesehatan profesional. Melalui
pengalaman belajar klinik dan lapangan diharapkan dapat membentuk
kemampuan akademik dan profesional, mampu mengembangkan keterampilan
dalam memberikan pelayanan atau asuhan yang sesuai dengan standar serta
dapat berorientasi dengan peran profesional.

B. Saran
1. Untuk mahasiswa diharapkan mampu memahami dan mengaplikasikan
metode pembelajaran klinik dengan presentasi jurnal
2. Untuk para pembimbing yang akan mengaplikasikan metode
pembelajaraan jurnal presentasi kepada para peserta didik hendaknya
benar-benar mempersiapkan segala sesuatunya secra mendetail dan matang
agar proses pembelajaran dpat berjalan dengan efektif dan dapat mencapai
target sesuai tujuan pemebelajaran.

5
DAFTAR PUSTAKA

Nusi, K. (2016). PENETAPAN METODE FIELD TRIP DALAM


MENINGNGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA PADA SISWA KELAS
V SD INPRES 2 TANAMODINDI PALU. E-Journal Bahasatondea, 79-88.

Tika Yulianti, N. K. (2014). Efektivitas Penerapan Metode Field Trip untuk


Meningkatkan Hasil Belajar dan Kepedulian Siswa Terhadap Lingkungan.
Jurnal Pendidikan Matematika dan Sains Tahun II, No. 2, 179-185.

Anda mungkin juga menyukai