Anda di halaman 1dari 43

HAND OUT KEBIDANAN KOMUNITAS

“ Konsep Dasar Pelayanan Kebidanan Komunitas ”

Disusun Oleh

1. Fhanny Maininda Utami ( P00340220018 )


2. Fina Maise Nandia Fitri ( P00340220019 )
3. Gevilena Mulyaningsi ( P00340220020 )
4. Jenny Sulistia ( P00340220023 )
5. Jessa Fransisca ( P00340220024 )

Dosen Pembimbing : Indah Fitri Andini, SST, M.Keb

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLTEKKES KEMENKES BENGKULU

PRODI D III KEBIDANAN CURUP

T.A 2022/2023
Hand Out
Konsep Dasar Pelayanan Kebidanan Komunitas

Mata Kuliah : Kebidanan Komunitas

Semester : 5 ( Lima )

Topic : Konsep Dasar Pelayanan Kebidanan Komunitas

Waktu : 200 Menit

Dosen : Indah Fitri Andini, SST, M.Keb

Kelompok : 1 ( Satu )

Nama Kelompok :

1. Fhanny Maininda Utami ( P00340220018 )


2. Fina Maise Nandia Fitri ( P00340220019 )
3. Gevilena Mulyaningsi ( P00340220020 )
4. Jenny Sulistia ( P00340220023 )
5. Jessa Fransisca ( P00340220024 )

D3 Kebidanan Page 2
Hand Out
Konsep Dasar Pelayanan Kebidanan Komunitas

REFERENSI

Ani, Maryunani. (2016). Managemen Kebidanan Terlengkap. Jakarta : CV. Trans Info
Media

Arnold C. E, Boggs U. K. (2020). Interpersonal Relationships: Profesional Communication


Skills For Nurses. Elsevier: Sixth Edition

Arwani. (2019). Komunikasi Dalam Keperawatan. Jakarta. EGC

Blum, H.L. (2018). Planning Health Development and Application of Social Change Teory.

New York: Human Sciences Press.

Green, L. & Kreuter, M.W. (2020). Health Promotion Planning, An Educational and
Environmental Approach, Second Edition. Mayfield Publishing Company. Jan Bowden &
Vicky

D3 Kebidanan Page 3
Hand Out
Konsep Dasar Pelayanan Kebidanan Komunitas

PENDAHULUAN

Para ahli mendefinisikan komunitas atau masyarakat dari sudut pandang yang
berbeda. WHO mendefinisikan komunitas sebagai kelompok social yang ditentukan oleh
batas  –  batas wilayah, nilai – nilai keyakinan dan minat yang sama, serta adanya saling
mengenal dan berinteraksi Antara anggota masyarakat yang satu dengan yang lainnya.

Kebidanan komunitas merupakan konsep dasar bidan dalam melayani keluarga dan
masyarakat di wilayah tertentu. Kebidanan komunitas adalah bidan yang melayani keluarga
dan masyarakat di luar rumah sakit. Di dalam konsep tersebut tercakup berbagai unsur. Unsur
– unsur tersebut adalah bidan sebagai pelaksana pelayanan, pelayanan kebidanan, dan
komunitas sebagai sarana pelayanan, ilmu dan teknologi kebidanan, serta factor yang
mempengaruhi seperti lingkungan, masing-masing usnur memiliki karekteristik.

Pendekatan baru mengenai kualitas pelayanan menuntut pergeseran titik tekan


pelayanan kesehatan terutama kebidanan dari yang berorientasi target peencapaian menjadi
berorientasi penjagaan mutu pelayanan. Pendekatan semacam ini mengharuskan pihak
pengelola program untuk mengoordinasi semua kegiatan yang berbasis klinik seperti rumah
sakit, puskesmas, klinik, swasta atau yanh berbasis pada masyarakat seperti posyanddu,
polindes, bidan di desa, petugas penyalur kontrasepsi (CBD), dan lainnya.

Praktik bidan adalah suatu perwujudan dari kewenangan bidan dalam melakukan
tugasnya melayani pasien. Pratik bidan adalah salah satu kegiatan kebidanan komunitas,
kegiatan praktik kerja dikelola oleh bidan sendiri sesuai dengan kewenangannya. Dala
kegiatan praktik ini, bidan dapat dibantu oleh tenaga kesehatan atau tenaga lainnya yang
kuallifikasi pendidikannay lebih rendah.

Bidan yang bekerja di desa mempunyai wilayah kerja atau wilayah pelayanan.
Masyarakat yang berada di dekat tempat aktivitas bidan merupakan sasaran utama pelayanan
kebidanan komunitas mendorong bidan bekerja aktif, tidak menunggu pasien dating ketempat
kerjanya. Bidan harus aktif memberi pelayanan terhadap ibu dan anak balita baik di dalam
maupun di luar unit kerjanya. Untuk itu bidan harus mengetahui perkembangan kesehatan

D3 Kebidanan Page 4
Hand Out
Konsep Dasar Pelayanan Kebidanan Komunitas

masyarakat dari waktu ke waktu. Pemantauan kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya


harus dilakukan oleh bidan komunitas.

Konsep kebidanan terdiri dari beberapa kompenen yang membentuk suatu konsep
kebidanan komunitas . unsur- unsur yang tercakup dalam keidanan komunitas adalah bidan,
pelayanan kebidanan, sasaran pelayanan, lingkungan dan pengetahuan, serta teknologi.

Ciri kebidanan komunitas adalah menggunakan populasi sebagai unit analisis.


Populasi dapat kelompok sasaran (jumlah perempuan, jumlah kepala keluarga, jumlah laki-
laki, jumlah neonates, jumlah balita) dalam area yang dapat ditentukan sendiri oleh bidan.
Analisis situasi merupakan proses sistematis untuk melihat fakta, data atau kondisi yang ada
dalam suatu lingkup wilayah.

D3 Kebidanan Page 5
Hand Out
Konsep Dasar Pelayanan Kebidanan Komunitas

URAIAN MATERI
KONSEP DASAR PELAYANAN KEBIDANAN KOMUNITAS

A. Definisi Konsep Dasar Pelayanan Kebidanan Komunitas


Berdasarkan kesepakatan antara ICM, FIGO, WHO pada tahun 1933 menyatakan
bahwa bidan adalah seorang telah mengikuti pendidikan kebidanan yang diakui oleh
pemerintah setempat, telah menyelesaikan pendidikan dan lulus serta terdaftar atau
mendapatkan izin melakukan praktik kebidanan.
Menurut IBI, Bidan adalah seorang perempuan yang lulus dari pendidikan bidan
yang diakui pemerintah dan organisasi profesi diwilayah Negara Republik Indonesia serta
memiliki kualifikasi untuk diregister, sertifikasi dan atau secara sah mendapat lisensi
untuk menjalankan praktik kebidanan.

Komunitas Berasal dari bahasa latin:

─ Comunicans : kesamaan
─ Communis : sama, public, banyak
─ Community : masyarakat setempat
Menurut J.H Syahlan bidan komunitas adalah bidan yang berkerja melayani
keluarga dan masyarakat diwilayah tertentu. Menurut United Kingdom Central Council for
Nursing Midwifery Health para praktisi bidan yang berbasis komunitas harus dapat
memberikan supervise yang dibutuhkan oleh perempuan selama masa kehamilan,
persalinan, nifas, dan BBL secara komprehensif.
Kebidanan Komunitas adalah pelayanan kebidanan profesional yang ditujukan
kepada masyarakat dengan penekanan pada kelompok risiko tinggi dengan upaya
mencapai derajat kesehatan yang optimal melalui pencegahan penyakit, peningkatan
kesehatan menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dan melibatkan
klien sebagai mitra dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pelayanan kebidanan.
Pelayanan Kebidanan Komunitas adalah upaya yang dilakukan bidan untuk pemecahan
terhadap masalah kesehatan ibu dan balita dalam keluarga di masyarakat. Pelayanan
kebidanan komunitas dilakukan diluar rumah sakit atau institusi. Kebidanan komunitas
dapat juga merupakan bagian atau kelanjutan dari pelayanan yang diberikan dirumah sakit
dalam upaya menyelamatkan ibu dan bayi dalam proses kelahiran. Bidan komunitas
mempunyai pengetahuan yang luas dalam segala aspek dalam kehamilan dan persalinan
D3 Kebidanan Page 6
Hand Out
Konsep Dasar Pelayanan Kebidanan Komunitas

karena tugasnya adalah bersama-sama perempuan sebagai partner untuk menerima secara
positif pengalaman proses kehamilan dan persalinan, serta mendukung keluarga agar dapat
mengambil keputusan atau pilihan secara individual berdasarkan informasi yang telah
diberikan.
Kebidanan komunitas memberi perhatian terhadap pengaruh factor lingkungan
meliputi fisik, biologis, psikologis, social, kultural, dan spiritual terhadap kesehatan
masyarakat dan memberi prioritas pada strategi pencegahan, peningkatan dan
pemeliharaan kesehatan.

Kebidanan komunitas didasarkan pada asumsi berikut.

1. System pelayanan kesehatan bersifat kompleks.


2. Pelayanan kesehatan primer, sekunder, dan tersier merupakan komponen system
pelayanan kesehatan.
3. Kebidanan merupakan subsistem pelayanan kesehatan, hasil pendidikan dan
penelitian yang melandasi praktik.
4. Focus utama adalah pelayanan kesehatan primer sehingga kebidanan komunitas perlu
dikembangkan di tatanan pelayanan kesehatan utama.

Kebidanan komunitas perlu dikembangkan di tatanan pelayanan kesehatan dasar


yang melibatkan komunitas secara aktif dans sesuai keyakinan komunitas. Beberapa
keyakinan yang mendasari praktik kebidanan komunintas adalah sebagai berikut.

1. Pelayanan kesehatan sebaiknya tersedia, dapat dijangkau, dan dapat diterima semua
orang.
2. Penyusunan kebijakan seharusnya melibatkan penerima pelayanan, dalam hal ini
komunitas.
3. Bidan sebagai pemberi pelayanan dan klien sebagai penerima pelayanan perlu
menjalin kerja sama yang baik.
4. Lingkungan dapat mempengaruhi kesehatan komunitas, baik yang mendukung
maupun mengahambat sehingga hal ini perlu diantisipasi.
5. Pencegahan penyakit dilakukan dalam upaya meningkatkan kesehatan.
6. Kesehatan merupakan tanggung jawab setiap orang.

Tujuan umum kebidanan komunitas adalah meningkatkan kemampuan


masyarakat agar dapat menjalankan fungsinya secara optimal. Tujuan khusus kebidanan

D3 Kebidanan Page 7
Hand Out
Konsep Dasar Pelayanan Kebidanan Komunitas

komunitas sebagai berkut.

1. Meningkatkan kemampuan individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat dalam


pemahaman tentang pengertian sehat dan sakit.
2. Meningkatkan kemampuan individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat dalam
mengatasi masalah kesehatan.
3. Menciptakan dukungan bagi individu yang terkait.
4. Mengendalikan lingkungan fisik dan social untuk menuju keadaan sehat yang
optimal.
5. Mengembangkan ilmu dan melaksanakan kebidanan kesehatan masyarakat.

Kebidanan komunitas merupakan bentuk pelayanan/asuhan langsung yang


berfokus pada kebutuhan dasar komunitas, yang berkaitan dengan kebiasaan atau pola
perilaku masyarakat yang tidak sehat, ketidakmampuan masyarakat untuk beradaptasi
dengan lingkungan internal dan eksternal. Intervensi kebidanan yang dilakukan
mencakup pendidikan kesehatan, mendemonstrasikan keterampilan dasar yang dapat
dilakukan oleh komunitas, melalui intervensi kebidanan yang memerlukan keahlian bidan
(konseling pasangan yang akan menikah, melakukan kerja sama lintas-program dan
lintas-sektoral) untuk mengatasi masalah komunitas serta melakukan rujukan kebidanan
dan non kebidanan jika perlu.

Intervensi kebidanan tersebut difokuskan pada tiga level pencegahan yaitu


sebagai berikut.

1. Prenvensi primer. Prevensi primer adalah pencegahan dalam arti yang sebenarnya,
ketika teridentifikasi factor risiko di masyarakat. Pencegahan primer mencakup
peningktan kesehatan pada umumnya dan perlindungan khusus terhadap penyakit,
health promotion, health education, specific protection dan environmental protection.
Contoh kegiatan di bidang prevensi primer, seperti imunisasi, penyuluhan tentang
gizi, dan penyuluhan untuk mencegah keracunan.
2. Prevensi sekunder. Pencegahan sekunder menekankan pada diagnosis dini dan
intervensi yang tepat untuk menghambat proses patologis sehingga memperpendek
waktu sait dan tingkat keparahan/keseriusan penyakit, contoh: mengkaji
keterbelakangan tumbuh kembang seorang anak/belita atau memotivasi keluarga
untuk melakukan pemeriksaan kesehatan berkala termasuk pemeriksaan gigi dan mata

D3 Kebidanan Page 8
Hand Out
Konsep Dasar Pelayanan Kebidanan Komunitas

secara berkala.
3. Prevensi sekunder. Pencegahan tersier dilakukan pada kasus kecacatan atau
ketidakmampuan atau tidak dapat diperbaiki. Rehabilitasi sebagai tujuan pencegahan
primer lebih dari upaya menghambat proses penyakitnya sendiri, yaitu
mengembalikan individu pada tingkat berfungsi yang optimal dari
ketidakmampuannya. Contoh: bidan mengajarkan kepada keluarga untuk melakukan
perawatan anak dengan kolostomi di rumah atau membantu keluarga yang
mempunyai anak dengan kelumpuhan anggota gerak untuk latihan secara teratur di
rumah.
B. Tujuan Kebidanan Komunitas
Tujuan umum :
1. Meningkatkan kesehatan ibu dan anak, balita dalam keluarga sehingga terwujud
keluarga sehat sejahtera dalam komunitas tertentu
2. Meningkatkan kemandirian masyarakat dalam mengatasi masalah kebidanan
komunitas untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal
Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi masalah kebidanan komunitas
2. Melakukan upaya promotif dan preventif pelayanan kesehatan
3. Dipahaminya pengertian sehat dan sakit oleh masyarakat
4. Mengidentifikasi struktur masyarakat daerah setempat
5. Meningkatkan kemampuan individu/keluarga/masyarakat untuk melaksanakan
askeb dalam rangka mengatasi masalah
6. Tertanganinya kelainan resiko tinggi/rawan yang perlu pembinaan dan pelayanan
kebidanan
7. Tertanganinya kasus kebidanan dirumah
8. Tertanganinya tidak lanjut kasus kebidanan dan rujukan
9. Mengidentifikasi status kesehatan ibu dan anak
10.Pelayanan KIA/KB/imunisasi
11.Menggambarkan keadaan wilayah kerja dengan daerah
12.Mengidentifikasi faktor penunjang KIA/KB diwilayah
13.Bimbingan pada kader posyandu/kesehatan/dukun bayi
14.Mengidentifikasikan kerjasama LP/LS
15.Kunjungan rumah
16.Penyuluhan laporan dan seminar dan evaluasi
D3 Kebidanan Page 9
Hand Out
Konsep Dasar Pelayanan Kebidanan Komunitas

17.Askeb pada sasaran KIA


18.Menolong persalinan rumah
19.Melakukan tindakan kegawatdaruratan kebidanan sesuai kewenang

C. Bekerja di Komunitas dan Jaringan Kerja Kebidanan Komunitas

Bidan yang bekrja di komunitas membutuhkan suatu kemitraan yang berguna


untuk pengambilan keputusan secara kolaboratif dalam rangka meningkatkan kesehatan
dan memecahkan masalah-masalah kesehatan ibu dan anak. Kemitraan dibentuk dengan
klien, keluarga, dan masyarakat. Keterlibatan komponen tersebut sangat penting demi
keberhasilan upaya-upaya kesehatan yang dilakukan kebidanan.

Program kemitraan komunitas mencakup konsep pemberdayaan dan


pengembangan komunitas. Kemitraan adalah proses kompleks sebagai upaya untuk
mengarahkan para akademisi, pemuka masyarakat, dan pemberi pelayanan kesehatan
untuk bersama-sama mencapai perubahan. Unsur yang penting dalam menjalin jaringan
di komunitass adalah sensitivitas terhhadap aspek kultural, yang berarti bahwa pelayanan
yang diberikan harus sesuai dengan presepsi masyarakat.

Ada 10 pelayanan kesehatan komunitas yang sangat penting dan dapat


digunakan untuk menjamin praktik kebidanan komunitas yang komperhensif.

1. Memantau status kesehatan untuk mengidentifikasi masalah kesehatan melalui


pengkajian komunitas dengan menggunakan data statistk vital atau profil risiko.

2. Mendiagnosis dan menyelidiki masalah kesehatan komunitas dan hal-hal yang dapat
membahayakan kesehatan komunitas, contohnya pengawasan melekat di komunitas.

3. Menginformasikan, mendidik, dan memberdayakan masyarakat mengenai issue.

4. Memobilisasi kemitraan komunitas dan tindakan untuk mengidentifikasi dan


memecahkan masalah kesehatan contoh, mendiskusikan dan memfasilitasi kelompok
komunitas untu promosi kesehatan.

5. Menyusun rencana dan kebijakan yang mendukung masalah kesehatan kounitas


individu.

6. Mendorong kepatuhan masyarakat terhadap undang-undang dan peraturan yang

D3 Kebidanan Page 10
Hand Out
Konsep Dasar Pelayanan Kebidanan Komunitas

melindungi dan menjamin keamanan.

7. Menghubungkan masyarakat kepada fasilitas pelayanan kesehatan personal yang


dibutuhkan dan memastikan penyediaan layanan kesehatan tersebut.

8. Memastikan kompetensi petugas pemberi layanan kesehatan masyarakat atau


individu.

9. Mengevaluasi efektivitas, keterjangkauan, dan kualitas layanan kesehatan individu


dan masyarakat.

10. Melakukan riset atau penelitian untuk mendapatkan wawasan baru dan solusi terhadap
masalah kesehatan masyarakat.

Bekerja di komunitas juga tidaklah mudah, agar dapat diterima masyarakat


setidaknya seorang bidan harus memliki profil berikut:

1. Mempunyai kemampuan intelektual yang luas berkaitan dengan kebidanan,


kesehatan masyarkat dan pengetahuan social.
2. Terampil dalam teknik kebidanan.
3. Menguasai teknik pemecahan masalah kesehatan dan prioritas pemecahan masalah
kesehatan.
4. Mempunyai keterampilan dalam berhubungan dengan orang lain (hubungan antar
manusia).
5. Luwes dan melakukan pendekatan kepada masyarakat.
6. Memiliki kemampuan komunikasi yang bagus (komunikatif).
7. Memiliki kemampuan berorganisassi.
8. Memiliki kemampuan bekerjasama dengan orang lain.

Bekerja di komunitas mempunyi keunikan tersendiri. Ada beberapa strategi


umum dalam melaksanakan asuhan kebidanan komunitas yaitu:

1. Pendekatan pada masyarakat


─ Pengenalan masyarakat (dengan cara survey tentang keberadaan masyarakat yang
berkaitan dengan kesehatan ibu bayi, dan anak serta kesehatan reproduksi dengan
mengikutsertakan masyarakat).
─ Bersama masyarakat menganalisis survey dan melihat masalah yang ada di

D3 Kebidanan Page 11
Hand Out
Konsep Dasar Pelayanan Kebidanan Komunitas

masyarakat.
─ Bersama masyarakat menentukan proritas masalah kesehatan yang ada.
─ Penanganan masalah kesehatan bersama dengan masyarakat.
2. Pemasaran social
3. Menginformasikan pelayanan kebidanan tingkat dasar dan rujukan.
4. Mengikutsertakan masyarakat dalam upaya peningkatan kesehatan serta pelaksanaan
program kesehatan di masyarakat.

Ruang lingkup kerja dikomunitas meliputi upaya peningkatan kesehatan


(promotif), pencegahan penyakit (preventif), pemeliharaan atau pengobatan (kuratif),
pemulihan embali (rehabilitaif), serta mengembalikan serta memfungsikan kembali
individu, keluarga, kelompok masyarakat ke lingkungan social dan masyarakatnya
(resosiantitatif). Bidan dapat melakukan asuhan primer meliputi :

1. Pencegahan penyakit
2. Skrinining atau deteksi dini untuk di rujuk.
3. Asuhan kegawatdaruratan ibu dan neonatal.
2. Pertolongan pertama pada penyakit akut untuk kemudian dirujuk.
3. Pengobatan ringan.
4. Asuhan pada kondisi kronik.
5. Memberikan pendidikan kesehatan.
6. Mempertahankan dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

Selain memberikan asuhan primer kegiatan-kegiatan kemasyarakatan yang


dilakukan bidan di komunitas adalah sebagai berikut :

1. Memberikan asuhan langsung kepada individu keluarga dan kelompok khusus.


2. Penyuluhan dan pendidikan kesehatan kepada masyarakat.
3. Konsultasi dan pemecahan masalah.
4. Penemuan kasus
5. Sebagai penghubung antara masyarakat dengan unit pelayanan kesehatan.
6. Melaksanakan asuhhan kesehatan komunitas melalui pengenalan masalah, kesehatan
masyarakat, perencanaan kesehatan, pelaksanaan dan penilaian kegiatan.
7. Mengadakan koordinasi.
8. Mengadakan kerjasama lintas program dan sektoral.

D3 Kebidanan Page 12
Hand Out
Konsep Dasar Pelayanan Kebidanan Komunitas

D. Strategi pelayanan kebidanan dikomunitas

A.    Pendekatan Edukatif Dalam Peran Serta Masyarakat

Pelayanan kebidanan komunitas dikembangkan berawal dari pola hidup

masyarakat yang tidak lepas dari faktor lingkungan, adat istiadat, ekonomi, sosial

budaya, dll. Sebagian masyarakat sehingga perlu melibatkan masyarakat secara

aktif. Keberadaan kader kesehatan dari masyarakat sangat penting untuk

meningkatkan rasa percaya diri masyarakat terhadap kemampuan yang mereka

miliki.

1.      Definisi

a.       Secara Umum

Rangakaian kegiatan yang dilaksanakan secara sistematis, terencana dan

terarah dengan partisipasi aktif individu, kelompok, masyarakat secara

keseluruhan untuk memecahkan masalah yang dirasakan masyarakat dengan

mempertimbangkan  factor sosial, ekonomi dan budaya setempat

b.      Secara Khusus

Merupakan model dari pelaksanaan organisasi dalam memecahkan masalah

yang dihadapi masyarakat dengan pendekatan pokok yaitu pemecahan

masalah dan proses pemecahan masalah tersebut.

2.      Tujuan Pendekatan Edukatif

a.       Memecahkan masalah yang dihadapi oleh masyarakat yang merupakan

masalah kebidanan komunitas

b.      Kembangkan kemampuan masyarakat, hal ini berbeda dengan

memecahkan masalah yang dihadapi atas dasar swadaya sebatas

kemampuan

D3 Kebidanan Page 13
Hand Out
Konsep Dasar Pelayanan Kebidanan Komunitas

3.      Strategi Dasar Pendekatan Edukatif

a.       Mengembangkan Provider

Perlu adanya kesamaan persepsi dan sikap mental positif terhadap

pendekatan yang ditempuh serta sepakat untuk mensukseskan.

Langkah-langkah pengembangan provider :

-        Pendekatan terhadap pemuka atau pejabat masyarakat

Bertujuan untuk mendapat dukungan, sehingga dapat menentukan

kebijakan nasional atau regional. Bentuknya pertemuan perorangan,

dalam kelompok kecil, pernyataan beberapa pejabat yang berpengaruh.

-        Pendekatan terhadap pelaksana dari sector di berbagai tingkat

administrasi sampai dengan tingkat desa

Tujuan yang akan dicapai adalah adanya kesepahaman, memberi

dukungan dan merumuskan kebijakan serta pola secara makro.

Berbentuk lokakarya, seminar, raker, musyawarah.

-        Pengumpulan data oleh sector kecamatan/desa

Merupakan pengenalan situasi dan masalah menurut pandangan

petugas/provider. Macam data yang dikumpulkan meliputi data umum,

data khusus, dan data perilaku.

b.      Pengembangan Masyarakat

Pengembangan masyarakat adalah menghimpun tenaga masyarakat

untuk mampu dan mau mengatasi masalahnya sendiri secara swadaya

sebatas kemampuan. Dengan melibatkan partisipasi aktif masyarakat untuk

menentukan masalah, merencanakan alternatif, melaksanakan dan menilai

usaha pemecahan masalah yang dilaksanakan. Langkah-langkahnya meliputi

D3 Kebidanan Page 14
Hand Out
Konsep Dasar Pelayanan Kebidanan Komunitas

pendekatan tingkat desa, survey mawas diri, perencanaan, pelaksanaan dan

penilaian serta pemantapan dan pembinaan.

B.     Pelayanan Yang Berorientasi Pada Kebutuhan Masyarakat

Proses dimana masyarakat dapat mengidentifikasi kebutuhan dan tentukan

prioritas dari kebutuhan tersebut serta mengembangkan keyakinan masyarakat

untuk berusaha memenuhi kebutuhan sesuai skala prioritas berdasarkan atas

sumber-sumber yang ada di masyarakat sendiri maupun berasal dari luar secara

gotong royong. Terdiri dari 3 aspek penting meliputi proses, masyarakat dan

memfungsikan masyarakat.

Terdiri Dari 3 Jenis Pendekatan :

1.      Specifict Content Approach

Yaitu pendekatan perorangan atau kelompok yang merasakan masalah melalaui

proposal program kepada instansi yang berwenang.

Contoh: pengasapan pada kasus DBD

2.      General Content Objective Approach

Yaitu pendekatan dengan mengkoordinasikan berbagai upaya dalam bidang

kesehatan dalam wadah tertentu.

Contoh: posyandu meliputi KIA, imunisasi, gizi, KIE dsb.

3.      Proses Objective Approach 

Yaitu pendekatan yang lebih menekankan pada proses yang dilaksanakan

masyarakat sebagai pengambil prakarsa kemudian dikembangkan sendiri sesuai

kemampuan.

Contoh: Kader

D3 Kebidanan Page 15
Hand Out
Konsep Dasar Pelayanan Kebidanan Komunitas

C.    Menggunakan atau memanfaatkan fasilitas dan potensi yang ada di

masyarakat

Masalah kesehatan pada umumnya disebabkan rendahnya status sosial-

ekonomi yang diakibatkan ketidaktahuan dan ketidakmampuan memelihara diri

sendiri (self care) sehingga apabila berlangsung terus akan berdampak pada status

kesehatan keluarga dan masyarakat juga produktifitasnya.

  

1.      Definisi

a.   Usaha membantu manusia mengubah sikapnya terhadap masyarakat,

membantu menumbuhkan kemmapuan orang, berkomunikasi dan menguasai

lingkungan fisiknya.

b.   Pengembangan manusia yang tujuannya adalah mengembangkan potensi

dan kemampuan manusia mengontrol lingkungannya.

2.      Langkah-Langkah

a.       Ciptakan kondisi agar potensi setempat dapat dikembangkan dan

dimanfaatkan

b.      Tingkatkan mutu potensi yang ada

c.       Usahakan kelangsungan kegiatan yang sudah ada

d.      Tingkatkan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan

3.      Prinsip-Prinsip Dalam Pengembangan Masyarakat

a.       Program ditentukan dalam mengembangkan masyarakat

b.      Program disesuaikan dengan kemampuan masyarakat 

D3 Kebidanan Page 16
Hand Out
Konsep Dasar Pelayanan Kebidanan Komunitas

c.   Dalam pelaksanaan kegiatan harus ada bimbingan, pengarahan, dan

dorongan agar dari satu kegiatan dapat dihasilkan kegiatan lainnya.

d. Petugas harus bersedia mendampingi dengan mengambil fungsi sebagai

katalisator untuk mempercepat proses.

4.      Bentuk-Bentuk Program Masyarakat

a. Program intensif yaitu pengembangan masyarakat melalui koordinasi

dengan dinas terkait/kerjasama lintas sektoral

b. Program adaptif yaitu pengembangan masyarakat hanya ditugaskan pada

salah satu instansi/departemen yang bersangkutan saja secara khusus untuk

melaksanakan kegiatan tersebut/kerjasama lintas program

c.       Program proyek yaitu pengembangan masyarakat dalam bentuk usaha-

usaha terbatas di wilayah tertentu dan program disesuaikan dengan

kebutuhan wilayah tersebut.

E. Aspek perlindungan hokum bagi bidan dikomunitas sesuai dengan standar


pelayanan kode etik bidan dan kewenangan bidan dikomunitas meliputi asuhan
antenatal, postnatal, BBL, dan Balita

Dalam masyarakat tradisional orang sering kali memandang hukum sebagai suatu
aturan yang tidak di ubah yang harus dipatuhi. Akan tetapi, tetapi, sekarang ini para
pembuat hukum sekarang ini para pembuat hokum membuat atau memperlakukan
hukum sebagai suatu alat atau instrument yang fleksibel untuk  atau instrument yang
fleksibel untuk menyelesaik menyelesaikan tujuan-tujuan an tujuan-tujuan yang akan di a
akan di ambil/dipilih. Hukum men mbil/dipilih. Hukum mengatur tujuan-tu gatur tujuan-
tujuan spesifik lebih lanjut, dimana hukum sebagai suatu keseluruhan yang melayani
fungsi-fungsi social umum. Diatara fungsi-fungsi hukum yang paling penting:

1) Penjaga kedamaian/menye Penjaga kedamaian/menyelesaikan masalah lesaikan


masalah perselisihan antara perselisihan antara individu individu
2) Menjaga ketertiban masyarakat
D3 Kebidanan Page 17
Hand Out
Konsep Dasar Pelayanan Kebidanan Komunitas

3) Menciptakan keadilaan social


4) Melindungi atau menjaga Melindungi atau menjaga lingkungan. lingkungan.
5) Hukum sebagai alat control social
6) Merekayasa masyarakat(social engineering)
Definisi mengenai hukum kesehatan menurut H.J.J Leneen, adalah keseluruhan
aturan hukum yang mengatur hubungan langsung dengan pemeliharaan kesehatan, yang
berupa penerapan hukum perdata,hukum pidana,dan hukum administrasi Negara dalam
kaitan dengan pemeliharaan kesehatan dan yang bersumber dari hukum otonom yang
berlaku untuk  kalangan tetentu saja hukum kebiasaan,hukum yuriprudensi,aturan-aturan
internasional ilmu pengetahuan dan literature yang ada kaitannya dengan pemeliharaan
kesehatan .disamping itu, hukum kesehatan dan itu, hukum kesehatan dan hukum medis
adalah rambu-r hukum medis adalah rambu-rambu lain yang mengataur ambu lain yang
mengataur pelayanna pelayanna kesehatan,dalam hal ini etika dan hukum yang sama-
sama berakar pada moral yang saling mengisi
Aspek Perlindungan Hukum Bagi Bidan Di Komunitas yg akan dibahas kali ini adalah :
1. Standar Pelayanan kebidananStandar Pelayanan kebidanan
2. Kode Etik Kebidanan
3. Standar Asuhan KebidananStandar Asuhan Kebidanan
4. Registrasi Praktek Bidan
5. Kewenangan Bidann Bidan di Komunita

F. Riwayat kebidanan komunitas di Indonesia dan beberapa negeri lain


a. Indonesia

Pelayanan kebidanan komunitas dikembangkan di Indonesia dimana bidan


sebagai ujung tombak pemberi pelayanan kebidanan komunitas. Bidan yang bekerja
melayani keluarga dan masyarakat di wilayah tertentu disebut bidan komunitas. Di
Indonesia istilah “bidan komunitas” tidak lazim digunakan sebagai panggilan bagi bidan
yang bekerja di luar Rumah Sakit. Secara umum di Indonesia seorang bidan yang bekerja
di masyarakat termasuk bidan desa dikenal sebagai bidan komunitas.

Sampai saat ini belum ada pendidikan khusus untuk menghasilkan


tenaga bidan yang bekerja di komuniti. Pendidikan yang ada sekarang ini diarahkan
untuk menghasilkan bidan yang mampu bekerja di desa.

D3 Kebidanan Page 18
Hand Out
Konsep Dasar Pelayanan Kebidanan Komunitas

Pendidikan tersebut adalah program pendidikan bidan A (PPB A), B (PPB B), C


(PPB C) dan Diploma III Kebidanan. PPB-A,lama pendidikan 1 tahun, siswa berasal dari
lulusan SPK (Sekolah Perawat Kesehatan). PPB-B,lama pendidikan 1 tahun, siswa
berasal dari lulusan Akademi Perawat. PPB-C, lama pendidikan 3 tahun, siswa berasal
dari lulusan SMP (Sekolah Menengah Pertama). Diploma III Kebidanan : lama
pendidikan 3 tahun, berasal dari lulusan SMU, SPK maupun PPB-A  mulai tahun 1996.
Kurikulum pendidikan bidan tersebut diatas disiapkan sedemikian rupa
sehingga bidan yang dihasilkan mampu memberikan pelayanan kepada ibu dan anak
balita di masyarakat terutama di desa. Disamping itu Departemen Kesehatan melatih
para bidan yang telah dan akan bekerja untuk memperkenalkan kondisi dan masalah
kesehatan serta penanggulangannya di desa terutama berkaitan dengan kesehatan ibu dan
anak balita. Mereka juga mendapat kesempatan dalam berbagai kegiatan untuk
mengembangkan kemampuan, seperti pertemuan ilmiah baik dilakukan oleh pemerintah
maupun oleh organisasi profesi seperti IBI. Bidan yang bekerja di desa, puskesmas,
puskesmas pembantu; dilihat dari tugasnya berfungsi sebagai bidan komunitas.

Sebenarnya sejarah pelayanan kebidanan komunitas di Indonesia diawali dari


masa penjajahan Belanda. Pada tahun 1849seiring dengan dibukanya pendidikan jawa di
Batavia (di rmah sakit militer Belanda sekarang RSPAD Gatot Subroto), pada tahun
1851 dibuka pendidikan bidan bagi wanita pribumi di Batavia oleh dokter Belanda (dr.
W. Rosch). Fokus peran bidan hanya sebatas pelayanan di rumah sakit (bersifat klinis)

Pada tahun 1953 di Yogyakarta diadakan kursus tambahan bagi bidan (KTB),


Yang berfokus pada kesehatan masyarakat. Dengan demikian pemerintah mengakui
bahwa peran bidan tidak hanya terbatas pada pelayanan masyarakat, yang berbasis di
balai kesehatan ibu dan anak (BKIA) di tingkat kecamatan. Ruang lingkup pelayanan
BKIA meliputi : pelayanan antenatal (pemberian pendidikan kesehatan, nasehat
perkawinan,perencanaan keluarga dll), intranatal, postnatal (kunjungan rumah, tremasuk
pemeriksaan dan imunisasi bayi, balita dan remaja), penyuluha gizi, pemberdayaan
masyarakat, serta pemberian makanan tambahan. Pengakuan ini secara formal dalam
bentuk adanya bidan coordinator yang secara struktural tercatat di jenjang inspektorat
kesehatan, mulai daerah tingkat I (Propinsi) sampai dengan II (Kabupaten)

Ketika konsep puskesmas dilaksanakan pada tahun 1967, pelayanan BKIA


menjadi bagian dari pelayanan Puskesmas. Secara tidak langsung, hal ini menyebabkan

D3 Kebidanan Page 19
Hand Out
Konsep Dasar Pelayanan Kebidanan Komunitas

penyusutan peran bidan di masyarakat. Bidan di puskesmas tetap memberikan pelayanan


KIA dan KB di luar gedung maupun didalam gedung, namun hanya sebagai staf
pelaksana pelayanan KIA, KB, Posyandu, UKS dan bukan sebagai perencana dan
pengambil keputusan pelayanan di masyarakat. Tanpa disadari, bidan kehilangan
keterampilan menggerakan masyarakat, karena hanya sebagai pelaksana.

Pada tahun 1990-1996 konsep bidan di desa dilaksanakan untuk mengatasi


tingginya angka kematian ibu. Pemerintah (BKKBN) menjalankan program
pendidikan bidan secara missal (SPK + 1 tahun) (SPK : Sekolah Perawat Kesehatan,
lulusan SMP + 3 tahun). Bidan di desa (BDD) merupakan staf Polindes. Ruang lingkup
tugas BDD mencakup peran sebagai penggerak masyarakat, memiliki wilayah kerja dan
narasumber berbagai hal. Sayangnya materi dan masa pendidikan BDD tidak
memberikan bekal yang cukup untuk bisa berperan maksimal.

Gerakan Sayang Ibu (GSI) saat Departemen Kesehatan menerapkan inisiatif safe
motherhood malah diprakarsai oleh Kantor Menteri Pemberdayaan Perempuan tahun
1996 dengan tujuan meningkatkan partisipasi masyarakat untuk menurunkan AKI. Pada
tahun yang sama (1996), Ikatan Bidan Indonesia (IBI) melakukan advokasi pada
pemerintah yang melahirkan program pendidikan Diploma III Kebidanan (setingkat
akademi). Program baru ini memasukkan lebih banyak mateeri yang dapat
membekalli bidan untuk bisa menjadi agen pembaharu di masyarakat, tidak hanya di
fasilitas klinis. 

b. Selandia Baru

Selandia Baru telah mempunyai peraturan tentang cara kerja kebidanan sejak
tahun 1904, tetapi lebih dari 100 tahun yang lalu, lingkup praktik bidan telah berubah
secara berarti sebagai hasil dari meningkatnya siste m perumahsakitan dan pengobatan
atau pertolongan dalam kelahiran. Karena danya otonomi bagi pekerja yang bergerak
dalam porakteknya dengan lingkup praktek yang penuh di awal tahun 1900, secara
perlahan bidan menjadi ‘asisten’ dokter.

Bidan bekerja di masyarakat di mulai dengan bekerja di rumah sakit dalam area


tertentu, seperti klinik antenatal, ruang bersalin dan
ruang nifas, kehamilan dan persalinan menjadi terpisah menjadi khusus dan tersendiri
secara keseluruhan. Dalam proses ini, bidan kehilangan pandangan

D3 Kebidanan Page 20
Hand Out
Konsep Dasar Pelayanan Kebidanan Komunitas

bahwa persalinan adalah suatu peristiwa yang normal dan dengan peran mereka


sendiripun sebagai pendamping pada peristiwa normal tersebut. Di samping
itu bidan menjadi berpengalaman memberikan intervensi dan asuhan maternitas yang
penuh dengan pengaruh medis, dimana seharusnya para dokter dan rumah sakit secara
langsung yang lebih tepat untuk memberikannya.

Model di atas ditujukan untuk memberikan pelayanan pada maternal dan untuk
mengurangi angka kematian dan kesakitan ibu dan janin hal ini berlangsung pada
tahun 1920 sampai dengan tahun 1980 dimana yang memberlakukan model tersebut
adalah negara-negara barat seperti Selandia Baru, Australia, Inggris dan Amerika.
Tetapi strategi seperti itu tidak mencapai kesuksesan.

Di Selandia Baru, para wanitalah yang melawan model asuh persalinan tersebut


dan menginginkan kembalinya bidan ‘tradisional’ yaitu seseorang yang
berpengalaman dari mulainya kehamilan sampai dengan enam minggu
setelah persalinan. Mereka menginginkan bidan yang berkerja dipercaya
kemampuannya untuk menolong persalinan tanpa intervensi dan memberikan
dukungan bahwa persalinan adalah peristiwa yang normal .

Wanita-wanita Selandia Baru menginginkan untuk mengambil alih kembali


kontrol dalam persalinan mereka dan menempatkan diri emreka di tempat yang tepat
sebagai pusat kontrol di dalam memilih apa yang berkenaan dengan diri mereka.
Pada era 80-an, bidan bekerjasama dengan para wanita untuk menegaskan kembali
otonomi bidan dan bersama-sama sebagai partner mereka telah membawa kebijakan
politik yang diperkuat dengan legalisasi tentang prfoesionalisme praktek bidan.

Sebagian besar bidan di Selandia Baru mulai memilih untuk bekerja secara


mandiri dengan tanggungjawab penuh kepada klien dan asuhannya dalam lingkup
yang normal. Lebih dari 10 tahun yang lalu, pelayanan mmaternitas telah berubah
secara dramatis. Saat ini, 86% wanita mendapatkan pelayanan
dari bidan selama kehamilan sampai nifas, dan asuhan berkelanjutan
pada persalinan dapat dilakukan di rumah ibu. Sekarang, di samping dokter, 63%
wanita memilih bidan sebagai satu-satunya perawat maternitas, dalam hal ini terus
meningkat.

Ada suatu keinginan dari para wanita agar dirinya menjadi pusat pelayanan

D3 Kebidanan Page 21
Hand Out
Konsep Dasar Pelayanan Kebidanan Komunitas

maternitas. Di rumah sakit pun memberikan pelayanan bagi yang menginginkan


tenaga kesehatan profesional yaitu pusat pelayanan maternitas.
Model kebidanan yang digunakan di Selandia Baru adalah partnership
antara bidan dan wanita. Bidan dengan pengetahuan, keterampilan dan
pengalamannya, dan wanita dengan pengetahuan tentang kebutuhan diri dan
keluarganya, serta harapan-harapan terhadap kehamilan dan persalinan. Pada
awal kehamilan, anatara bidan dan wanita harus saling mengenal dan menumbuhkan
rasa saling percaya di antara keduanya. Dasar dari model partnership adalah
komunikasi dan negosiasi.

Di Selandia Baru, bidan harus dapat membangun hubungan partnership dengan


wanita yang menjadi kliennya, disamping bidan harus mempunyai kemampuan yang
professional.

c. Belanda
Perkembangan Kebidanan di Belanda.
Seiring dengan meningkatnya perhatian pemerintah Belanda terhadap
kelahiran dan kematian, pemerintah mengambil tindakan terhadap masalah tersebut.
Wanita berhak memilih apakah ia mau melahirkan di rumah atau di Rumah Sakit,
hidup atau mati. Belanda memiliki angka kelahiran yang sangat tinggi sedangkan
kematian prenatal relatif rendah. Satu dari tiga persalinan lahir di rumah dan ditolong
oleh bidan dan perawat sedang yang lain di rumah sakit, tetapi juga ditolong oleh
bidan. Dalam kenyataannya ketiga kelahiran tersebut.
Prof. Geerit Van Kloosterman pada konferensinya di Toronto tahun 1984
menyatakan bahwa setiap kehamilan adalah normal dan harus selalu di pantau dan
mereka bebas memilih untuk tinggal di rumah atau di rumah sakit dimana bidan yang
sama akan memantau kehamilannya. Yang utama dan penting, kebidanan di Belanda
melihat suatu perbedaan yang nyata antara kebidanan keperawatan. Astrid Limburg
mengatakan : Seorang perawat yang baik tidak akan menjadi seorang bidan yang baik
karena perawat dididik untuk merawat orang yang sakit, sedangkan bidan untuk
kesehatan wanita. Tidak berbeda dengan ucapan Maria De Broer yang mengatakan
bahwa kbiedanan tidak memiliki hubungan dengan keperawatan, kebidanan adalah
profesi yang mandiri.
Pendidikan kebidanan di Amsterdam memiliki prinsip yakni sebagaimana

D3 Kebidanan Page 22
Hand Out
Konsep Dasar Pelayanan Kebidanan Komunitas

memberi anastesi dan sedatif pada pasien begitulah kita harus mengadakan
pendekatan dan memberi dorongan pada ibu saat persalinan. Jadi padaprakteknya
bidan harus memandang ibu secara keseluruhan dan mendorong ibu untuk menolong
dirinya sendiri.
Pada kasus resiko rendah dokter tidak ikut menangani, mulai dari prenatal,
natal, dan post natal, pada resiko menengah mereka selalu memberi job tersebut
pada bidan dan pada kasus resiko tinggi dokter dan bidan saling bekerjasama.
Bidan di Belanda 75% bekerja secara mandiri, karena kebidanan adalah profesi yang
mandiri dan aktif. Sehubungan dengan hal tersebut bidan harus menjadi role model di
masyarakat dan harus menganggap kehamilan adalah sesuatu yang normal sehingga
apabila seorang wanita merasa dirinya hamil dia dapat langsung memeriksakan diri
ke bidan atau dianjurkan oleh keluarga atau teman atau siapa saja.

Pendidikan Kebidanan di Belanda


Pendidikan kebidanan di Amsterdam memiliki prinsip yakni sebagaimana memberi
anastesi dan sedatif pada pasien begitulah kita harus mengadakan pendekatan dan
memberi dorongan pada ibu saat persalinan. Jadi padaprakteknya bidan harus
memandang ibu secara keseluruhan dan mendorong ibu untuk menolong dirinya
sendiri.
Pada kasus resiko rendah dokter tidak ikut menangani, mulai dari prenatal, natal, dan
post natal, pada resiko menengah mereka selalu memberi job tersebut pada bidan dan
pada kasus resiko tinggi dokter dan bidan saling bekerjasama. Selama pendidikan di
ketiga institusi tersebut menekankan bahwa kehamilan, persalinan, dan nifas sebagai
proses fisiologis. Ini diterapkan dengan menempatkan mahasiswa untuk praktek di
kamar bersalin dimana wanita dengan resiko rendah melahirkan. Persalinan,
walaupun di rumah sakit, seperti di rumah, tidak ada dokter yang siap menolong dan
tidak terdapat Cardiograph. Mahasiswa akan teruju keterampilan kebidanan yang
telah terpelajari. Bila ada masalah, mahasiswa baru akan berkonsultasi dengan Ahli
kebidanan dan seperti di rumah, wanita di kirim ke ruang bersalin patologi.
Mahasiswa diwajibkan mempunyai pengalaman minimal 40 persalinan selama

D3 Kebidanan Page 23
Hand Out
Konsep Dasar Pelayanan Kebidanan Komunitas

pendidikan. Ketika mereka lulus ujian akhir akan menerima ijazah yang didalamnya
tercanbtum nilai ujian

Pelayanan Antenatal Bidan menurut peraturan Belanda lebih berhak praktek mandiri


daripada perawat. Bidan mempunyai ijin resmi untuk praktek dan menyediakan
layanan kepada wanita dengan resiko rendah, meliputi antenatal, intrapartum dan
postnatal tanpa Ahli Kandungan yang menyertai mereka bekerja di bawah Lembaga
Audit Kesehatan. Bidan harus merujuk wanita denganresiko tinggi atau
kasus patologi ke Ahli Kebidanan untuk di rawat dengan baik.

Untuk memperbaiki pelayanan kebidanan dan ahli kebidanan dan untuk


meningkatakan kerjasama antar bidan dan ahli kebidanan dibentuklah dafatar indikasi
oleh kelompok kecil yang berhubungan dengan pelayanan maternal di Belanda.
Daftar itu berisi riwayat sebelum dan sesudah pengobatan, riwayat kebidanan yang
akan berguna dalam pelayanan kebidanan. Penelitian Woremever menghasilkan data
tentang mortalitas dan morbilitas yang menjamin kesimpulan :dengan suystem
pelayanan kebidanan yang diterapkan di Belanda memungkinkan mendapatkan hasil
yang memuaskan melalui seleksi wanita. Suksesnya penggunaan daftar indikasi
merupakan dasar yang penting mengapa persalinan di rumah disediakandan menjadi
alternatif karena wanita dengan resiko tinggi dapat diidentifikasi dan kemudaian di
rujuk ke ahli Kebidanan.

Selama kehamilan bidan menjumpai wanita hamil 10-14 kali di Klinik bidan. Sasaran


utama praktek bidan adalah pelayanan komunitas. Jika tidak ada masalah, wanita
diberi pilihan untuk melahirkan dirumah atau di rumah sakit. Karena pelayanan
antenatal yang hati8-hati sehingga kelahiran di rumah sama amannya dengan
kelahiran di rumah sakit.
Tahun 1969 pemerintah pemerintah Belanda menetapkan bahwa melahirkan di rumah
harus dipromosikan sebagai alternatif persalinan. Di Amsterdam 43% kelahiran
(Catatan bidan dan Ahli Kebidanan) terjadi di rumah. Di Holland diakui bahwa rumah
adlaah tempat yang aman untuk melahirkan selama semuanya normal.

Pelayanan Intrapartum

D3 Kebidanan Page 24
Hand Out
Konsep Dasar Pelayanan Kebidanan Komunitas

Pelayanan intrapartum dimulai dari waktu bidan dipanggil sampai satu jam setelah


lahirnya plasenta dan membrannya. Bidan mempunyai kemampuan untuk melakukan
episiotomi tapi tidak diijinkan menggunakan alat kedokteran.
Biasanya bidan menjahit luka perineum atau episiotomi, untuk luka yang parah
dirujuk ke Ahli Kebidanan. Syntometrin dan Ergometrin diberikan jika ada indikasi.
Kebanyakan Kala III dibiarkan sesuai fisiologinya. Analgesik tidak digunakan
dalam persalinan.

Pelayanan Postpartum

Di Kebidanan Belanda, pelayanan post natal dimulai setelah.


Pada tahun 1988, persalinan di negara Belanda 80% telah ditolong oleh bidan, hanya
20% persalinan di RS. Pelayanan kebidanan dilakukan pada community –
normal, bidan sudah mempunyai indefendensi yuang jelas. Kondisi kesehatan ibu dan
anak pun semakin baik, bidan mempunyai tanggung jawab yakni melindungi dan
memfasilitasi proses alami, menyeleksi kapan wanitya perlu intervensi, yang
menghindari teknologi dan pertolongan dokter yang tidak penting.
Pendidikan bidan digunakan sistem Direct Entry dengan lama pendidikan 3 tahun.
d. Kanada
Meskipun bidan telah mempraktikkan di Kanada sejak orang pertama tinggal di sini,
dan kemudian bidan imigran membawa bersama mereka ke negara baru, hanya baru-
baru ini bahwa legislasi kebidanan telah mulai diperkenalkan. Untuk waktu yang lama
Kanada adalah salah satu dari sembilan negara yang tidak mengenali kebidanan, dan
masih ada beberapa yurisdiksi di Kanada di mana bidan tidak diatur. Di Kanada,
seperti di sebagian besar negara, istilah "bidan" digunakan tanpa awalan.. Hal ini
sesuai dengan WHO / Figo / ICM International Definisi dari Bidan. (The USA
menyimpang dan diawali kata-kata seperti "perawat").

G. Karakteristik bidan di komunitas


a. Mampu memisahkan antara nilai-niai dan keyakinan pribadi dengan tugas kemanusiaan
sebagai bidan, dan

D3 Kebidanan Page 25
Hand Out
Konsep Dasar Pelayanan Kebidanan Komunitas

b. Mampu bersikap non judgemental (tidak menghakimi), non discriminative (tidak membeda-
bedakan), dan memenuhi standar prosedur kepada semua klien (perempuan, laki-laki,
transgender).

H. Tugas dan tangung jawab bidan dikomunitas


Kebidanan sebagai pelayanan profesional mempunyai wilayah pelayanan tersendiri
sehingga tidak tumpang tindih dengan profesi yang lain. Peran, fungsi, tugas/tanggung
jawab, dan kompetensi bidan dirumuskan sesuai dengan wewenang yang diberikan
pemerintah kepada bidan dalam melaksanakan tugasnya. Asuhan mendasar kebidanan
komunitas mencakup pencegahan, deteksi dini untuk rujukan, asuhan kegawatdaruratan,
maternal dan neonatal, pertolongan pertama pada penyakit, pengobatan ringan, asuhan
pada kondisi kronik, dan pendidikan kesehatan. Untuk menangani hal tersebut maka
bidan perlu melaksanakan kegiatan seseuai dengan kewenangannya dalam menjalankan
praktik mandiri. Bidan mempunyai peran, fungsi, tugas/ tanggung jawab yang besar
dalam melaksanakan asuhan kebidanan komunitas.
1. Peran Bidan
Intervensi kebidanan yang dilakukan mencakup pendidikan kesehatan (promosi
kesehatan), kesehatan ibu dan anak dengan pendekatan siklus kehidupan, melakukan
kerjasama lintas program dan lintas sektoral untuk mengatasi masalah kesehatan
yang ada di komunitas serta melakukan rujukan kebidanan bila mana ada kasus
kegawatdaruratan maternal dan neonatal. Dengan demikian, bidan dituntut harus
kompeten dalam pengetahuan dan keterampilan. Dalam upaya pelayanan kebidanan
yang berfokus pada kesehatan reproduksi ibu dan anak, maka bidan memiliki peran
sebagai pelaksana, pengelola, pendidik, dan peneliti.
2. Fungsi Bidan
Fungsi merupakan pekerjaan yang harus dilakukan sesuai dengan peranannya.
Berdasarkan peran bidan seperti yang dikemukakan di atas, maka fungsi bidan
adalah sebagai berikut.
3. Tugas Tambahan Bidan di Komunitas
Sesuai dengan kewenangannya, bidan dapat melaksanakan kegiatan praktik mandiri.
Peran bidan di sini sebagai pengelola kegiatan kebidanan di unit kesehatan ibu dan
anak, puskesmas, polindes, posyandu, klinik, dan praktik bidan perorangan. Bidan di
komunitas harus mengenal kondisi kesehaan masyarakat yang selalu mengalami

D3 Kebidanan Page 26
Hand Out
Konsep Dasar Pelayanan Kebidanan Komunitas

perubahan. Kesehatan komunitas dipengaruhi oleh perkembangan yang terjadi baik


di masyarakat itu sendiri maupun ilmu pengetahuan dan teknologi serta kebijakan-
kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah. Bidan harus tetap tanggap terhadap
perubahan tersebut.
4. Bidan Praktik Swasta (BPS)
Bidan selain bertugas di puskesmas atau di Rumah Sakit, sesuai dengan
kewenangannya bidan serta peraturan yang ada dapat juga melakukan praktik secara
mandiri. Hal ini lebih dikenal dengan istilah Bidan Praktik Swasta (BPS). Apakah
yang dimaksud dengan BPS itu, yaitu suatu institusi pelayanan kesehatan secara
mandiri yang memberikan asuhan dalam lingkup praktik kebidanan. Menurut
Permenkes no 28 tahun 2017 tentang izin dan penyelenggaraan praktik bidan, BPS
disebut juga dengan Praktik Mandiri Bidan (PMB) adalah tempat pelaksanaan
rangakaian kegiatan pelayaan kebidanan yang dilakukan oleh bidan secara
perseorangan, dengan memenuhi persyaratan yang berlaku antara lain kepemilikan
STRB (Surat Tanda Registrasi Bidan), SIPB (Surat Izin Praktik Bidan), serta sarana
dan prasarana yang memadai dan administrasi lainnya.
Praktik Mandiri Bidan (PMB) merupakan bentuk pelayanan kesehatan di bidang
kesehatan dasar meliputi serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang diberikan
oleh bidan kepada pasien (individu, keluarga dan masyarakat) sesuai dengan
kewenangan dan kemampuannya. Bidan yang bertugas mempunyai tanggung jawab
yang besar karena harus mempertanggungjawabkan sendiri apa yang dilakukan.

I. Tugas utama bidan dikomunitas


a. PELAKSANA ASUHAN
• Melakukan bimbingan terhadap kelompok remaja masa pra nikah.
• Memberikan asuhan kebidanan dengan standar professional
• Melaksanakaan asuhan kebidanan ibu hamil normal dengan komplikasi,patologis
dan resiko tinggi dengan melibatkan klien/keluarga
• Melaksanakan asuhan ibu bersalin normal dengan komplikasi, patologis dan resiko
tinggi dengan melibatkan keluarga/klien
• Melaksanakan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir normal dengan komplikasi,
patologis dan resiko tinggi dengan melibatkan keluarga/klien

D3 Kebidanan Page 27
Hand Out
Konsep Dasar Pelayanan Kebidanan Komunitas

• Melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu nifas dan menyusui normal dengan
komplikasi, patologis dan resiko tinggi dengan melibatkan keluarga/klien
• Melaksanakan asuhan kebidanan pada bayi dan balita dengan melibatkan
klien/keluarga
• Melaksanakan asuhan kebidanan pada wanita atau ibu dengan gangguan system
reproduksi dengan melibatkan klien/keluarga
• Melaksanakan asuhan kebidanan komunitas melibatkan klien/keluarga
• Melaksanakan pelayanan keluarga berencana melibatkan klien/keluarga
• Melaksanakan pendidikan kesehatan di dalam pelayanan kebidanan
a. Pengelola pelayanan KIA-KB
• Peran Bidan adalah sebagai pengelola kegiatan kebidanan di unit KIA,
puskesmas, polindes, posyandu dan praktek bidan.
• Sebagai pengelola bidan memimpin dan mengelola bidan lain atau tenaga
kesehatan yang pendidikannya lebih rendah
• Mengembangkan pelayanan kesehatan masyarakat terutama pelayanan
kebidanan untuk individu, keluarga, kelompok khusus dan masyarakat di wilayah
kerjanya dengan melibatkan keluarga dan masyarakat
• Berpartisipasi dalam tim untuk melaksanakan program kesehatan dan program
sektor lain di wilayah kerjanya melalui peningkatan kemampuaan dukun bayi,
kader kesehatan dan tenaga kesehatan lain yang berada diwilayah kerjanya
b. Pendidikan individu, keluarga dan masyarakat
Pendindik
• Melaksanakan bimbingan, penyuluhan, pendidikan pada klien, masyarakat dan
tenaga kesehatan termasuk siswa bidan/keperawatan, kader, dukun bayi yang
berhubungan dengan KIA/KB
c. Peneliti dalam asuhan kebidanan

• Melaksanakan penelitian secara mandiri atau bekerjasama secara kolaboratif


dalam tim penelitian tentang askeb

• Dasar-dasar penelitian perlu diketahui oleh Bidan seperti pencatatan,


pengolahan dan analisa data.

• Secara sederhana Bidan dapat memberikan kesimpulan atau hipotesa atas hasil
analisisnya.

D3 Kebidanan Page 28
Hand Out
Konsep Dasar Pelayanan Kebidanan Komunitas

• Berdasarkan data ia dapat menyusun rencana dan tindakan sesuai dengan


permasalahan yang ditemui, ia juga harus mampu melaksanakan evaluasi atas
tindakan yang dilakukannya

J. Bidan prantek swasta dan bidan delima


a. Pengertian
Bidan Delima adalah suatu program terobosan strategis yang mencakup : ƒ
- Pembinaan peningkatan kualitas pelayanan bidan dalam lingkup Keluarga Berencana
(KB) dan Kesehatan Reproduksi. ƒ
- Merk Dagang/Brand. ƒ
- Mempunyai standar kualitas, unggul, khusus, bernilai tambah, lengkap, dan memiliki
hak paten. ƒ
- Rekrutmen Bidan Delima ditetapkan dengan kriteria, system, dan proses baku yang
harus dilaksanakan secara konsisten dan berkesinambungan. ƒ
- Menganut prinsip pengembangan diri atau self development, dan semangat tumbuh
bersama melalui dorongan dari diri sendiri, mempertahankan dan meningkatkan
kualitas, dapat memuaskan klien beserta keluarganya. ƒ
- Jaringan yang mencakup seluruh Bidan Praktek Swasta dalam pelayanan Keluarga
Berencana dan Kesehatan Reproduksi.
b. Logo Bidan Delima
Makna yang ada pada Logo Bidan Delima adalah:
Bidan Æ Petugas Kesehatan yang memberikan pelayanan yang berkualitas, ramahtamah,
aman-nyaman, terjangkau dalam bidang kesehatan reproduksi, keluarga berencana dan
kesehatan umum dasar selama 24 jam.
Delima Æ Buah yang terkenal sebagai buah yang cantik, indah, berisi biji dan cairan
manis yang melambangkan kesuburan (reproduksi).
Merah Æ Warna melambangkan keberanian dalam menghadapi tantangan dan
pengambilan keputusan yang cepat, tepat dalam membantu masyarakat.
Hitam Æ Warna yang melambangkan ketegasan dan kesetiaan dalam melayani kaum
perempuan (ibu dan anak) tanpa membedakan.
Hati Æ Melambangkan pelayanan Bidan yang manusiawi, penuh kasih sayang (sayang
Ibu dan sayang Bayi) dalam semua tindakan/ intervensi pelayanan.

D3 Kebidanan Page 29
Hand Out
Konsep Dasar Pelayanan Kebidanan Komunitas

Bidan Delima melambangkan :


Pelayanan berkualitas dalam Kesehatan Reproduksi dan Keluarga Berencana yang
berlandaskan kasih sayang, sopan santun, ramah-tamah, sentuhan yang manusiawi,
terjangkau, dengan tindakan kebidanan sesuai standar dan kode etik profesi.

Logo/branding/merk Bidan Delima menandakan bahwa BPS tersebut telah memberikan


pelayanan yang berkualitas yang telah diuji/diakreditasi sesuai dengan standar yang telah
ditetapkan, memberikan pelayanan yang berorientasi pada kebutuhan dan kepuasan
pelanggannya (Service Excellence).

K. Konsep promosi kesehatan


b. Pengertian
1) Menurut WHO, berdasarkan Ottawa charter (1986) “Health promotion is the
process of enabling people to control over and improve their health. To reach a state
of complete physical, mental, and social-well being, an individual or group must be
able to identify and realize aspiration, to satisfy needs, and to change or cope with or
cope with the environment” dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa
promosi kesehatan merupakan suatu proses yang bertujuan untuk memelihara serta
meningkatkan kesehatan baik pada tingkat individu, keluarga dan masyarakat. Untuk
mencapai keadaan fisik, mental dan sosial yang baik maka diperlukan kesadaran atau
kemauan agar mampu melaksanakan perilaku hidup sehat (self empowerment) sesuai
dengan sosial budaya setempat sehingga dapat mengubah atau mengatasi lingkungan
(ekonomi, kebijakan atau perundang-undangan dan lain sebagainya).
2) Green (2019), promosi kesehatan adalah segala bentuk kombinasi dan intervensi
kesehatan terkait dengan politik, ekonomi serta organisasi yang dirancang untuk
memudahkan perubahan perilaku dan lingkungan yang kondusif bagi kesehatan.
3) Gillies (2021), promosi kesehatan merupakan payung dan digunakan untuk
menggambarkan suatu rentang aktivitas yang mencakup pendidikan kesehatan dan
pencegahan penyakit. Dari pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa promosi
kesehatan merupakan suatu proses kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat
untuk meningkatkan derajat kesehatan dan memperbaiki lingkungan sesuai dengan
sosial budaya setempat dan didukung oleh kebijakan publik yang berwawasan

D3 Kebidanan Page 30
Hand Out
Konsep Dasar Pelayanan Kebidanan Komunitas

kesehatan.
c. Tujuan Promosi Kesehatan
Berdasarkan beberapa pandangan pengertian tersebut diatas, maka tujuan dari
penerapan promosi kesehatan pada dasarnya merupakan visi promosi kesehatan itu
sendiri, yaitu menciptakan/membuat masyarakat yang:
1. Mau (willingness) memelihara dan meningkatkan kesehatannya.
2. Mampu (ability) memelihara dan meningkatkan kesehatannya.
3. Memelihara kesehatan, berarti mau dan mampu mencegah penyakit,
4. Melindungi diri dari gangguan-gangguan kesehatan.
5. Meningkatkan kesehatan, berarti mau dan mampu meningkatkan kesehatannya.
Kesehatan perlu ditingkatkan karena derajat kesehatan baik individu, kelompok
atau masyarakat itu bersifat dinamis tidak statis.
Sekarang, mari kita bahas apa saja yang menjadi tujuan dari promosi kesehatan...??!
Tujuan promosi kesehatan dapat dilihat dari beberapa hal, yaitu:
1. Tujuan Promosi Kesehatan menurut WHO
a. Tujuan Umum
Mengubah perilaku individu/masyarakat di bidang Kesehatan

b. Tujuan Khusus
1) Menjadikan kesehatan sebagai sesuatu yang bernilai bagi masyarakat
2) Menolong individu agar mampu secara mandiri/berkelompok
mengadakan kegiatan untuk mencapai tujuan hidup sehat.
3) Mendorong pengembangan dan penggunaan secara tepat sarana
pelayanan kesehatan yang ada.

2. Tujuan Operasiona
a. Agar orang memiliki pengertian yang lebih baik tentang eksistensi dan
perubahan-perubahan sistem dalam pelayanan kesehatan serta cara
memanfaatkannya secara efisien & efektif.
b. Agar klien/masyarakat memiliki tanggung jawab yang lebih besar pada
kesehatan (dirinya), keselamatan lingkungan dan masyarakatnya.
c. Agar orang melakukan langkah2 positip dlm mencegah terjadinya sakit,

D3 Kebidanan Page 31
Hand Out
Konsep Dasar Pelayanan Kebidanan Komunitas

mencegah berkembangnya sakit menjadi lebih parah dan mencegah


keadaan ketergantungan melalui rehabilitasi cacat karena penyakit.
d. Agar orang mempelajari apa yang dapat dia lakukan sendiri dan bagaimana
caranya, tanpa selalu meminta pertolongan kepada sistem pelayanan
kesehatan yang normal.
d. Visi misi promkes

Promosi kesehatan memiliki visi misi dan strategi yang jelas, sebagaimana tertuang dalam


SK Menkes RI No. 1193/2004 tentang kebijakan nasional promosi kesehatan, apabila dilihat
kembali hal ini sejalan dengan visi global. Visi promosikesehatan adalah PHBS 2010 yang
mengindikasikan tentang terwujudnya masyarakat indonesia baru yang berbudaya sehat.
Visi tersebut menunjukkan dinamika atau gerak maju dari suasana lama (ingin diperbaiki)
suasana baru (ingin dicapai).

Visi ini diperlukan agar promosi kesehatan yang diharapkan mempunyai arah yang jelas,
dalam hal ini adalah apa yang menjadi harapan dari promosi kesehatan sebagai penunjang
dalam program kesehatan yang lain. Visi promosi kesehatanadalah meningkatkan
kemampuan masyarakat dalam memelihgara dan meningkatkan status kesehatannya, baik
fisik, mental, sosial dan diharapkan pula mampu produktif secara ekonomi maupun sosial
sebagaimana dituangkan dalam undang-undang kesehatan No. 23 Tahun 1992 serta
organisasi kesehatan dunia WHO.

Empat kata kunci Visi Promosi Kesehatan:

1. Mau (willingness) memelihara dan meningkatkan kesehatan


2. Mampu (ability) memelihara dan meningkatkan kesehatan 
3. Memelihara kesehatan, berarti mau dan mampu mencegah penyakit, melindungi diri
dari gangguan-gangguan kesehatan, dan mencari pertolongan pengobatan yang
professional bila sakit. 
4. Meningkatkan kesehatan, berarti mau dan mampu meningkatkan kesehatannya .
Kesehatan perlu ditingkatkan, karena derajat kesehatan baik individu, kelompok , atau
masyarakat itu bersifat dinamis, tidak elastis.
Untuk mencapai visi tersebut diatas perlu upaya-upaya yang dilakukan dan biasanya

dituangkan dalam misi. Misi promosi kesehatan secara garis besar dirumuskan sebagai

berikut:

1. Advokat (Advocate), melakukan kegiatan advokasi / upaya –upaya terhadap para


pengambil keputusan diberbagai program / sektor yang terkait dengan kesehatan. Dengan
maksud agar program kesehatan yang ditawarkan dipercayai dan perlu dukungan melalui
kebijakan-kebijakan / keputusan politik.
2. Menjembatani (Mediate), menjadi jembatan dan menjalin kemitraan dengan
berbagai program dan sektor yang terkait dengan kesehatan. Kegiatan pelaksanaan
program-program kesehatan perlu adanya suatu kerja sama dengan program lain
dilingkungan kesehatan , maupun lintas sektor yang terkait. Untuk itu perlu adanya suatu
jembatan dan menjalin suatu kemitraan (partnership) dengan berbagai program dan

D3 Kebidanan Page 32
Hand Out
Konsep Dasar Pelayanan Kebidanan Komunitas

sektor-sektor yang memiliki kaitannya dengan kesehatan. Karenanya masalah kesehatan


tidak hanya dapat diatasi oleh sektor kesehatan sendiri, melainkan semua pihak juga perlu
peduli terhadap maslah kesehatan tersebut. oleh karena itu promosi kesehatan memilikiu
peran yang penting dalam mewujudkan kerjasama atau kemitaraan ini. 
3. Memampukan (Enable), memberikan ketrampilan / kemampuan pada masyarakat
agar mereka mempercayai dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri secara mandiri.
Hal ini dimaksudkan agar masyarakat mampunyai kemauan dan kemampuan yang mandiri
dibidang kesehatan termasuk kemampuan dalam memelihara dan meningkatkan
kesehatan diri masing-masing.

e. Stategis promkes
Strategi dasar promosi kesehatan adalah gerakan pemberdayaan masyarakat
sebagai ujung tombak yang didukung oleh advokasi dan bina suasana yang harus
diintegrasikan semangat dan dukungan kemitraan yang dilandasi oleh kesamaan
(equality), keterbukaan (transparency) dan saling memberi manfaat (mutual benefit)
dengan berbagai stakeholders agar masyarakat mampu dan mempraktikkan perilaku
untuk mencegah dan mengatasi masalah kesehatannya.

Gambar, Strategi promosi kesehatan


1) Advokasi, diperlukan untuk mendapatkan dukungan baik berupa peraturan
perundangundangan, dana maupun sumber daya lain. Advokasi merupakan
upaya/proses strategis dan terencana, menggunakan informasi yang akurat dan
teknik yang tepat. Advokasi kesehatan sangat perlu dilakukan karena sasaran
adalah pengambil keputusan di jajaran pemerintahan maupun di setiap tatanan
masyarakat, agar diperoleh dukungan baik secara lisan maupun tertulis serta
dukungan anggaran. Advokasi kesehatan dilakukan di semua jenjang administrasi
pusat, provinsi, kabupaten/kota, kecamatan dan desa/kelurahan. Advokasi
kesehatan yang bersifat publik dapat dilakukan melalui media massa secara intensif
dengan penyiaran televisi, radio surat kabar bahkan internet yang dapat
menjangkau sasaran yang lebih luas.
2) Bina suasana, upaya untuk menciptakan lingkungan sosial yang mendorong

D3 Kebidanan Page 33
Hand Out
Konsep Dasar Pelayanan Kebidanan Komunitas

perubahan perilaku. Strategi Bina Suasana perlu ditetapkan untuk menciptakan


norma-norma dan kondisi/situasi yang konduktif di masyarakat dalam mendukung
PHBS. Bina Suasana sering dikaitkan dengan pemasaran sosial dan kampanye.
Karena pembentukan opini memerlukan kegiatan pemasaran sosial dan kampanye.
Namun perlu diperhatikan bahwa Bina Suasana dimaksud untuk menciptakan
suasana yang mendukung penggerak pemberdayaan masyarakat secara partisipatif
dan kemitraan.
Metode Bina Suasana dapat berupa:
a. Pelatihan
b. Mini lokakarya
c. Konferensi pers
d. Dialog terbuka
e. Sarasehan
f. Promosi
g. Pertunjukkan, dan lain lain.
Untuk menjaga kelanggengan dan kesinambungan bina suasana diperlukan:
a. Forum untuk komunikasi
b. Data yang selalu baru
c. Mengikuti perkembangan tentang kebutuhan masyarakat
d. Hubungan yang terbuka, dan dinamis dengan mitra.
e. Menumbuhkan perilaku hidup sehat.
f. Memanfaatkan dan mengelola kegiatan dan sumber dana untuk mendukung
perilaku sehat pada individu,keluarga dan masyarakat.
g. Adanya umpan balik

3) Gerakan pemberdayaan masyarakat merupakan proses pemberian informasi


menuju perubahan pada diri sasaran, dari tidak tahu menjadi tahu, dari tahu
menjadi mau, dan dari mau menjadi mampu mempraktikkan PHBS. Secara
keseluruhan pendekatan gerakan pemberdayaan masyarakat dilakukan melalui :
KIE, Pengembangan masyarakat, pendekatan hukum dan regulasi, penghargaan,
serta pendekatan ekonomi produktif . Sedangkan daerah berperan dalam
penyediaan sumber daya yang meliputi "4M" (Man, Money, Material and Method)
serta pelaksanaan operasional dan pemantauan di wilayah setempat

D3 Kebidanan Page 34
Hand Out
Konsep Dasar Pelayanan Kebidanan Komunitas

Dalam melaksanakan Gerakan Masyarakat perlu memperhatikan karakteristik


masyarakat setempat yang dapat dikelompokkan sebagai berikut:
a. Masyarakat Pembina (Caring Community) yaitu masyarakat yang peduli
kesehatan, misalnya LSM Kesehatan, Organisasi profesi yang bergerak di
bidang kesehatan.
b. Masyarakat Setara (Coping Community) merupakan masyarakat yang karena
kondisinya kurang memadai sehingga tidak dapat memelihara kesehatannya.
Misalnya seorang ibu sadar akan pentingnya pemeriksaan kehamilan, namun
karena keterbatasan ekonomi dan tidak adanya transportasi maka ibu hamil
tidak pergi ke sarana pelayanan kesehatan.
c. Masyarakat Pemula (Crisis Response Community) merupakan masyarakat
yang tidak tahu akan pentingnya kesehatan dan belum didukung oleh fasilitas
yang tersedia. Misalnya masyarakat yang ada didaerah terpencil.
Cara pendekatan gerakan masyarakat terbagi 2(dua), yaitu
a. Makro
a) Membangun komitmen di setiap jenjang
b) Membangun masyarakat
c) Menyediakan juklak dan biaya operasional
d) Memonitoring dan evaluasi serta koordinasi
b. Mikro:
a) Menggali potensi yang belum disadari masyarakat. Potensi dapat muncul dari
adanya kebutuhan masyarakat (demand creation), yang diperoleh melalui
pengarahan, pemberian masukan, dialog, kerjasama dan pendelegasian.
b) Membuat model-model percontohan pengembangan masyarakat, seperti
menerapkan Pendekatan Edukatif dan Manajemen ARRIF (Analisis,
Rumusan, Rencana, Intervensi, Forum Komunikasi) .
c) Beberapa tolak ukur keberhasilan gerakan masyarakat dapat disebutkan
antara lain: Peningkatan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat, peningkatan
peserta dana sehat/JPKM.
4) Kemitraan, adalah kerjasama yang formal antara individu individu, kelompok-
kelompok atau organisasi-organisasi untuk mencapai suatu tugas atau tujuan
tertentu. Dalam kerjasama ada kesepakatan tentang komitmen dan harapan
masing-masing, tentang peninjauan kembali terhadap kesepakatan –kesepakatan

D3 Kebidanan Page 35
Hand Out
Konsep Dasar Pelayanan Kebidanan Komunitas

yang telah dibuat, dan berbagi baik dalam risiko maupun keuntungan. Kemitraan
inilah yang mendukung dan menyemangati penerapan 3 (tiga) strategi dasar.
Prinsip kemitraan, antara lain :
a. Kesetaraan (equity)

Semua harus diawali dengan kesediaan menerima bahwa masing-masing


berada dalam kedudukan yang sama (berdiri sama tinggi, duduk sama rendah).
Keadaan ini dapat dilihat dari pihak bersedia mengembangkan hubungan
kekeluargaan. Yaitu hubungan yang dilandasi kebersamaan atau kepentingan
bersama.

b. Keterbukaan (Transparancy)
Dalam setiap langkah diperlukan adanya kejujuran dari masing-masing pihak.
Setiap usul/saran/komentar harus disertai dengan alasan yang jujur, sesuai
fakta, tidak menutupi sesuatu. Pada awalnya hal ini mungkin akan
menimbulkan diskusi yang seru layaknya “pertengkaran”. Akan tetapi
kesadaran akan kekeluargaan dan kebersamaan, akan mendorong timbulnya
solusi yang adil dari “pertengkaran” tersebut.
c. Saling menguntungkan (mutual benefit)
Solusi yang adil ini terutama dikaitkan dengan adanya keuntungan yang
didapat oleh semua pihak yang terlibat.

f. Sasaran Promosi Kesehatan


Dalam pelaksanaan promosi kesehatan terdapat 3 (tiga) jenis sasaran, yaitu:

1) Sasaran primer Upaya promosi kesehatan yang difokuskan sesuai dengan masalah
kesehatan (individu, dan keluarga ) dengan harapan dapat merubah perilaku hidup
yang tidak sehat menjadi perilaku sehat.

2) Sasaran sekunder Individu atau kelompok yang memeiliki pengaruh atau disegani
oleh sasaran primer seperti Tokoh masyarakat (tokoh agama, tokoh adat, petugas
kesehatan, pejabat pemerintahan dan lain lain), organisasi kemasyarakatan, media
massa diharapkan dapat turut serta dalam meningkatkan kesehatan pada individu dan
keluarga, dengan cara berperan sebagai panutan dalam melaksanakan praktik hidup
bersih dan sehat, menyebarluaskan informasi dan menciptakan suasana yang kondusif

D3 Kebidanan Page 36
Hand Out
Konsep Dasar Pelayanan Kebidanan Komunitas

berperan sebagai kelompok penekan (preasure group) untuk mempercepat


terbentuknya perilaku hidup bersih dan sehat.

3) Sasaran tersier Para pembuat kebijakan publik berupa peraturan perundang-


undangan di bidang kesehatan dan bidang lain yang berkaitan sehingga mereka yang
dapat memfasilitasi atau menyediakan sumber daya, dengan adanya kebijakan yang
dikeluarkan oleh kelompok tersier diharapkan dapat mempengaruhi perilaku sehat
pada sasaran sekunder dan sasaran primer . Disadari bahwa untuk merubah perilaku
tidaklah mudah, maka harus didukung oleh sistem nilai dan norma sosial serta norma
hukum yang ada. suasana lingkungan yang kondusif, sumber daya atau fasilitas harus
didukung dan diupayakan oleh stakeholders, pemerintahan, dan dunia usaha agar
tercipta gerakan hidup sehat di masyarakat contohnya memberlakukan kebijakan yang
mendukung PHBS, membantu menyediakan sumber daya (dana, sarana dan lain lain)

g. Ruang lingkup promkes


Sesungguhnya, ruang lingkup sasaran promosi kesehatan adalah keempat determinan
kesehatan dan kesejahteran seperti terlihat dalam model klasik dari Bloom (Forcefield
Paradigm of Health and Wellbeing), yaitu:
1. Lingkungan,
2. Perilaku,
3. Pelayanan kesehatan, dan
4. Faktor genetik (atau diperluas menjadi faktor kependudukan).

Dalam paradigma ini diungkapkan pula bahwa antara keempat faktor tadi
terjadi saling mempengaruhi. Perilaku mempengaruhi lingkungan dan lingkungan
mempengaruhi perilaku. Faktor pelayanan kesehatan, akan berperan dalam
meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat bila pelayanan yang
disediakan digunakan (perilaku) oleh masyarakat. Faktor genetik yang tidak

D3 Kebidanan Page 37
Hand Out
Konsep Dasar Pelayanan Kebidanan Komunitas

menguntungkan akan berkurang resikonya bila seseorang berada dalam lingkungan


yang sehat dan berperilaku sehat. Dengan demikian, perilaku memainkan peran yang
penting bagi kesehatan.
Oleh karena itu, ruang lingkup utama sasaran promosi kesehatan adalah
perilaku dan akar-akarnya serta lingkungan, khususnya lingkungan yang berpengaruh
terhadap perilaku. Green mengkategorikan akar-akar perilaku ke dalam 3 kelompok
faktor, yaitu faktor-faktor predisposisi (yang merupakan prasyarat terjadinya perilaku
secara sukarela), pemungkin (enabling, yang memungkinkan faktor predisposisi yang
sudah kondusif menjelma menjadi perilaku), dan faktor penguat (reinforcing, yang
akan memperkuat perilaku atau mengurangi hambatan psikologis dalam berperilaku
yang diinginkan).
Menurut bagan teori Green, diketahui bahwa factor perilaku kesehatan
ditentukan oleh 3 faktor, yaitu :
Pertama, faktor predisposisi (predisposing factor), yaitu faktor yang
mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang, antara lain:
pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan, nilai-nilai, tradisi, dsb.

Contoh: seorang ibu mau membawa anaknya ke posyandu untuk dilakukan


penimbangan agar mengetahui pertumbuhannya. Tanpa adanya pengetahuan, ibu
tersebut mungkin tidak akan membawa anaknya ke posyandu
Kedua, faktor pemungkin (enabling factor), yaitu faktor yang memungkinkan
atau yang menfasilitasi perilaku atau tindakan, antara lain: prasarana, sarana,
ketersediaan sdm. Contoh konkritnya, ketersediaan puskesmas, ketersediaan tong
sampah, adanya tempat olah raga, dsb.
Ketiga, faktor penguat (reinforcing factor), yaitu faktor yang mendorong atau
memperkuat terjadinya perilaku, antara lain: sikap petugas kesehatan, sikap tokoh
masyarakat, dukungan suami, dukungan keluarga, tokoh adat, dsb

D3 Kebidanan Page 38
Hand Out
Konsep Dasar Pelayanan Kebidanan Komunitas

Hal tersebut sesuai dengan tujuan dari promosi kesehatan yaitu tercapainya
derajat kesehatan dan kesejahteraan masyarakat yang tinggi, dengan dijalankannya
perilaku yang menguntungkan kesehatan. Untuk itu upaya-upaya promosi kesehatan
adalah penciptaan kondisi yang memungkinkan masyarakat berperilaku sehat dan
membuat perilaku sehat sebagai pilihan yang mudah dijalankan.
Promosi kesehatan juga merupakan salah satu bentuk tindakan mandiri
keperawatan untuk membantu klien baik individu, kelompok maupun masyarakat
dalam mengatasi masalah kesehatannya melalui kegiatan pembelajaran yang
didalamnya perawat perperan sebagai perawat pendidik. Perubahan perilaku yang
diharapkan pada klien berupa perubahan pola pikir, sikap, dan keterampilan yang
spesifik terhadap kesehatan. Hubungan pembelajaran yang terjadi tersebut harus
bersifat dinamis dan interaktif
Promosi kesehatan pada proses keperawatan tersebut merupakan tahap
pengkajian dan intervensi keperawatan yang diarahkan pada faktor predisposisi,
faktor pemungkin dan faktor penguat masalah perilaku (materi tentang pengkajian
kebutuhan promosi kesehatan dalam keperawatan ini akan anda temukan dan baca
pada topik-1, bab-2).
Supaya lebih mudah memahami, anda bisa gabungkan teori Blum dan Green
seperti skema berikut…

Ruang lingkup dalam promosi kesehatan tidak dibatasi oleh ruang dan waktu,
sehingga dapat dilihat dari berbagai sudut pandang, yaitu:

5. Ruang Lingkup Berdasarkan Area

Masalah Dilihat dari area masalah, ruang lingkup upaya promosi mencakup
berbagai ideologi dari kesehatan dan penyakit seperti kesehatan ibu, kesehatan
anak, penyakit infeksi dan penyakit infeksi menular, penyakit tidak menular,
D3 Kebidanan Page 39
Hand Out
Konsep Dasar Pelayanan Kebidanan Komunitas

kecelakaan dan bencana, kesehatan manula. Pada saat ini, model kesehatan yang
baru yaitu social model of health, mulai diterima, meninggalkan medical model.
Pada model sosial, masalah kesehatan dilihat lebih pada penyebabnya, bukan
semata-mata dengan mengobati penyakit yang merupakan akaibat dari masalah
kesehatan.

6. Ruang Lingkup Berdasarkan Tingkat Pencegahan


Oleh karena masyarakat berada dalam berbagai status atau kondisi, maka
promosi kesehatan harus bersifat komprehensif. Di dalam upaya kesehatan,
dikenal 5 tingkat pencegahan dari Leavell and Clark (1967):
a. Pencegahan primer, yang terdiri dari:
I. Peningkatan derajat kesehatan (health promotion)
II. Perlidungan khusus (specific protection)
b. Pencegahan sekunder

III Diagnosis dini dan pengobatan segera (early diagnosis and prompt
treatment)

IV Pembatasan cacat (disability limitation)

c. Pencegahan tertier:
V. Rehabilitasi (rehabilitation)
7. Ruang Lingkup Pelayanan Kesehatan Dasar
Deklarasi Alma Ata (1978) yang terkenal dengan visi “Sehat untuk semua
tahun 2000” menghasilkan konsep Pelayanan Kesehatan dasar (Primary Health
Care), yang meliputi: Acute primary care; Health education; Health promotion;
Disease surveilance and monitoring; Community Development.
Sigerist (1945) mengkategorikan upaya-upaya seperti di atas menjadi 4 tingkat
pelayanan dan menyebutnya sebagai fungsi kedokteran (Tones and Green, 2004:
14)
a. Peningkatan derajat kesehatan (health promotion)
b. Pencegahan penyakit (prevention of disease)
c. Perawatan/pengobatan penyakit (curation of disease)
d. Pemulihan dari sakit (rehabilitation)
WHO menggarisbawahi seperangkat kegiatan minimal yang harus

D3 Kebidanan Page 40
Hand Out
Konsep Dasar Pelayanan Kebidanan Komunitas

dilaksanakan dalam pelayanan kesehatan dasar, beberapa diantaranya sangat


berkaitan dengan determinan kesehatan yang telah diuraikan sebelumnya.
Kegiatan-kegiatan itu ialah:
a. Pendidikan kesehatan masyarakat untuk mengenal masalah-masalah kesehatan
serta cara-cara untuk mencegah dan menanggulangi
b. Peningkatan ketersediaan pangan dan nutrisi
c. Penyediaan air bersih dan kebutuhan sanitasi dasar
d. Pelayanan kesehatan ibu dan anak termasuk keluarga berencana
e. Imunisasi
f. Pencegahan dan penaggulangan penyakit endemik local
g. Pengobatan yang memadai untuk penyakit-penyakit umum dan kecelakaan
h. Penyediaan obat yang esensial

8. Ruang lingkup aktivitas


Diperluasnya peran Pendidikan Kesehatan menjadi Promosi Kesehatan oleh
WHO menggambarkan juga luasnya ruang lingkup aktivitas promosi kesehatan.
Ottawa Charter mengemukakan 5 (lima) pilar utama/cara untuk mempromosikan
kesehatan (yang bunyi pernyataannya sesungguhnya bersifat perintah), yaitu:
a. Build Healthy Public Policy (Buat kebijakan publik yang sehat)
b. Create Supportive Environment (Ciptakan lingkungan yang mendukung)
c. Strengthen Community Action (Perkuat kegiatan masyarakat)
d. Develop Personal Skills (Kembangkan / tumbuhkan keterampilan pribadi)
e. Reorient Health Services (Orientasi ulang pelayanan kesehatan)
Ruang lingkup aktivitas yang lebih operasional dapat kita rujuk ke definisi
yang dikemukakan Green dan Kreuter serta Kerangka Precede-Proceed, yang
meliputi (1) aktivitas pendidikan kesehatan, (2) pembuatan dan pelaksanaan
kebijakan, peraturan serta upaya organisasi. Kedua aktivitas ini merupakan
intervensi yang bersifat langsung terhadap perilaku, akar-akar perilaku atau
lingkungan. Aktivitas lain yang sangat mutlak agar aktivitas yang disebut di atas
dapat dihasilkan dan dijalankan adalah (3) advokasi.

9. Ruang Lingkup Perilaku Kesehatan


Becker menguraikan perilaku kesehatan menjadi tiga domain, yakni pengetahuan

D3 Kebidanan Page 41
Hand Out
Konsep Dasar Pelayanan Kebidanan Komunitas

kesehatan (Health knowledge), sikap terhadap kesehatan (health attitude) dan


praktik kesehatan (health practice). Konsep perilaku sehat ini merupakan
pengembangan dari konsep perilaku yang dikembangkan Benjamin Bloom. Hal
ini berguna untuk mengukur seberapa besar tingkat perilaku kesehatan individu
yang menjadi unit analisis. Becker mengklasifikasikan perilaku kesehatan
menjadi tiga dimensi:
a. Pengetahuan Kesehatan
Pengetahuan tentang kesehatan mencakup apa yang diketahui oleh seseorang
terhadap cara-cara memelihara kesehatan, seperti pengetahuan tentang
penyakit menular, pengetahuan tentang faktor-faktor yang terkait dan atau
mempengaruhi kesehatan, pengetahuan tentang fasilitas pelayanan kesehatan,
dan pengetahuan untuk menghindari kecelakaan.
b. Sikap terhadap kesehatan.
Sikap terhadap kesehatan adalah pendapat atau penilaian seseorang terhadap
hal-hal yang berkaitan dengan pemeliharaan kesehatan, seperti sikap
terhadap penyakit menular dan tidak menular, sikap terhadap faktor-faktor
yang terkait dan atau memengaruhi kesehatan, sikap tentang fasilitas
pelayanan kesehatan, dan sikap untuk menghindari kecelakaan.
c. Praktek kesehatan.
Praktek kesehatan untuk hidup sehat adalah semua kegiatan atau aktivitas
orang dalam rangka memelihara kesehatan, seperti tindakan terhadap
penyakit menular dan tidak menular, tindakan terhadap faktor-faktor yang
terkait dan atau mempengaruhi kesehatan, tindakan tentang fasilitas
pelayanan kesehatan, dan tindakan untuk menghindari kecelakaan.
h. Meode dan teknik promise
Metode atau teknik penyuluhan adalah sutau kombinasi antara cara-cara dan alat-alat
bantu atau media yang digunakan dalam setiap pelaksanaan promosi kesehatan.
Menurut (Notoatmodjo, 2010), metode dan teknik promosi kesehatan dibagi menjadi
3 yaitu:
1. Metode promosi kesehatan individual
Metode ini digunakan apabila antara promotor kesehatan dan sasaran atau
kliennya dapat berkomunikasi langsung, baik bertatap muka (face to face)
maupun melalui sarana komunikasi lainnnya, misalnya telepon.

D3 Kebidanan Page 42
Hand Out
Konsep Dasar Pelayanan Kebidanan Komunitas

2. Metode promosi kesehatan kelompok Teknik dan metode promosi kesehatan


kelompok ini digunakan untuk sasaran kelompok. Sasaran kelompok dibedakan
menjadi dua, yaitu:
a. Metode dan teknik promosi kesehatan untuk kelompok kecil, disebut
kelompok kecil karena terdiri dari 6-15 orang. Misalnya; diskusi kelompok,
metode curahan pendapat (brain storming), bola salju (snow ball), bermain
peran (role play) dan metode permainan simulasi (simulation game).
b. Metode dan teknik promosi kesehatan untuk kelompok besar, disebut
kelompok besar karena terdiri dari 15 sampai dengan 50 orang. Misalnya;
ceramah, seminar dan loka karya

3. Metode promosi kesehatan massa


Metode dan teknik promosi kesehatan untuk massa yang sering digunakan adalah:
a. Ceramah umum (public speaking), misalnya di lapangan terbuka dan
tempattempat umum (public places).
b. Penggunaan media massa elektronik, seperti radio dan televisi.
c. Penggunaan media cetak, seperti koran, majalah dan buku.
d. Penggunaan media di luar ruang, misalnnya; billboard, spanduk dan
umbulumbul.

L. Membuat Konsep promise kesehatan sesuai metode dan teknik promise pada
a. Asuhan anternatal
b. Asuhan intranatal
c. Asuhan ibu postpartum

D3 Kebidanan Page 43

Anda mungkin juga menyukai