Pelanggaran atau kurangnya perhatian terhadap hak asasi manusia berdampak buruk bagi kondisi
kesehatan (misal praktik tradisional yang membahayakan, perlakuan menganiaya/tidak
berperikemanusiaan, kekerasan terhadap perempuan dan anak). Oleh karena itu bidan harus
mendukung kebijakan dan program yang dapat meningkatkan hak asasi manusia didalam menyusun
dan melaksanakannya (misal tidak ada diskriminasi, otonomi individu, hak untuk perpartisipasi).
Karena perempuan lebih rentan terhadap penyakit, dapat dilakukan langkah-langkah untuk
menghormati dan melindungi perempuan (misal terbebas dari diskriminasi berdasarkan ras, jenis
kelamin, peran gender, hak atas kesehatan, makanan, pendidikan dan perumahan).
ICM menyatakan keyahinannya, sesuai dengan Kode Etik Kebidanan (1993), visi dan strategi global
ICM (1996), definisi bidan yang dikeluarkan oleh ICM/FIGO/WHO dan deklarasi universal PBB
tentang Hak Asasi Manusia yang menyatakan bahwa perempuan patut dihormati harkat dan
martabatnya sebagai manusia dalam segala situasi dan pada seluruh peran yang dilalui sepanjang
hidupnya.
Konfederasi juga meyakini bahwa seluruh individu harus diperlakukan dengan rasa hormat, atas
dasar kemanusiaan, dimana setiap orang harus merujuk pada hak asasi manusia dan bertanggung
jawab atas konsekuensi atau tindakan untuk menegakkan hak tersebut dan salah satu peran penting
bidan adalah untuk memberikan secara lengkap, komprehensif, penuh pengertian, Up to date, dan
berdasarkan ilmu pendidikan serta informasi dasar sehingga dengan pengetahuannya
perempuan/keluarga dapat berpartisipasi di dalam memilih dan memutuskan serta menyusun dan
menerapkan pelayanan kesehatan mereka.
Penerapan sebuah etika dan pendekatan hak asasi manusia pada pelayanan kesehatan harus
menghormati budaya, etnis.ras, gender dan pilihan individu yang tidak membahayakan kesehatan
dan kesejahteraan.
5. Bekerja di Komunitas
Pelayanan kebidanan komunitas dilakukan di luar rumah sakit dan merupakan bagian atau
kelanjutan dari pelayanan kebidanan yang di berikan rumah sakit. Misalnya : ibu yang
melahirkan di rumah sakit dan setelah 3 hari kembali ke rumah. Pelayanan di rumah oleh bidan
merupakan kegiatan kebidanan komunitas. Pelayanan kesehatan ibu dan anak di Puskesmas,
kunjungan rumah dan melayani kesehatan ibu dan anak di lingkungan keluarga merupakan
kegiatan kebidanan komunitas. Sebagai bidan yang bekerja di komunitas maka bidan harus
memahami perannya di komunitas, yaitu :
a. Sebagai Pendidik
Dalam hal ini bidan berperan sebagai pendidik di masyarakat. Sebagai pendidik, bidan berupaya
merubah perilaku komunitas di wilayah kerjanya sesuai dengan kaidah kesehatan. Tindakan
yang dapat dilakukan oleh bidan di komunitas dalam berperan sebagai pendidik masyarakat
antara lain dengan memberikan penyuluhan di bidang kesehatan khususnya kesehatan ibu,
anak dan keluarga. Penyuluhan tersebut dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti ceramah,
bimbingan, diskusi, demonstrasi dan sebagainya yang mana cara tersebut merupakan
penyuluhan secara langsung. Sedangkan penyuluhan yang tidak langsung misalnya dengan
poster, leaf let, spanduk dan sebagainya.
b. Sebagai Pelaksana (Provider)
Sesuai dengan tugas pokok bidan adalah memberikan pelayanan kebidanan kepada komunitas.
Disini bidan bertindak sebagai pelaksana pelayanan kebidanan. Sebagai pelaksana, bidan harus
menguasai pengetahuan dan teknologi kebidanan serta melakukan kegiatan sebagai berikut :
1) Bimbingan terhadap kelompok remaja masa pra perkawinan.
2) Pemeliharaan kesehatan ibu hamil, bersalin, nifas, menyusui dan masa interval dalam keluarga.
3) Pertolongan persalinan di rumah.
4) Tindakan pertolongan pertama pada kasus kebidanan dengan resiko tinggi di keluarga.
5) Pengobatan keluarga sesuai kewenangan.
6) Pemeliharaan kesehatan kelompok wanita dengan gangguan reproduksi.
7) Pemeliharaan kesehatan anak balita.
c. Sebagai Pengelola
Sesuai dengan kewenangannya bidan dapat melaksanakan kegiatan praktek mandiri. Bidan
dapat mengelola sendiri pelayanan yang dilakukannya. Peran bidan di sini adalah sebagai
pengelola kegiatan kebidanan di unit puskesmas, polindes, posyandu dan praktek bidan.
Sebagai pengelola bidan memimpin dan mendayagunakan bidan lain atau tenaga kesehatan
yang pendidikannya lebih rendah.
Contoh : praktek mandiri/ BPS
d. Sebagai Peneliti
Bidan perlu mengkaji perkembangan kesehatan pasien yang dilayaninya, perkembangan
keluarga dan masyarakat. Secara sederhana bidan dapat memberikan kesimpulan atau
hipotersis dan hasil analisanya. Sehingga bila peran ini dilakukan oleh bidan, maka ia dapat
mengetahui secara cepat tentang permasalahan komuniti yang dilayaninya dan dapat pula
dengan segera melaksanakan tindakan.
e. Sebagai Pemberdaya
Bidan perlu melibatkan individu, keluarga dan masyarakat dalam memecahkan permasalahan
yang terjadi. Bidan perlu menggerakkan individu, keluarga dan masyarakat untuk ikut
berperan serta dalam upaya pemeliharaan kesehatan diri sendiri, keluarga maupun masyarakat.
f. Sebagai Pembela klien (advokat)
Peran bidan sebagai penasehat didefinisikan sebagai kegiatan memberi informasi dan sokongan
kepada seseorang sehingga mampu membuat keputusan yang terbaik dan memungkinkan bagi
dirinya.
g. Sebagai Kolaborator
Kolaborasi dengan disiplin ilmu lain baik lintas program maupun sektoral.
h. Sebagai Perencana
Melakukan bentuk perencanaan pelayanan kebidanan individu dan keluarga serta
berpartisipasi dalam perencanaan program di masyarakat luas untuk suatu kebutuhan tertentu
yang ada kaitannya dengan kesehatan. (Syafrudin dan Hamidah, 2009 : 8)
Dalam memberikan pelayanan kesehatan masyarakat bidan sewaktu – waktu bekerja dalam
tim, misalnya kegiatan Puskesmas Keliling, dimana salah satu anggotanya adalah bidan.
6. Jaringan Kerja
Beberapa jaringan kerja bidan di komunitas yaitu Puskesmas/ Puskesmas Pembantu,
Polindes, Posyandu, BPS, Rumah pasien, Dasa Wisma, PKK. Di puskesmas bidan sebagai
anggota tim bidan diharapkan dapat mengenali kegiatan yang akan dilakukan, mengenali dan
menguasai fungsi dan tugas masing – masing, selalu berkomunikasi dengan pimpinan dan
anggota lainnya, memberi dan menerima saran serta turut bertanggung jawab atas keseluruhan
kegiatan tim dan hasilnya. Di Polindes, Posyandu, BPS dan rumah pasien, bidan merupakan
pimpinan tim/ leader di mana bidan diharapkan mampu berperan sebagai pengelola sekaligus
pelaksana kegiatan kebidanan di komunitas. (Meilani, dkk, 2009 : 11)
Dalam jaringan kerja bidan di komunitas diperlukan kerjasama lintas program dan lintas
sektor. Kerjasama lintas program merupakan bentuk kerjasama yang dilaksanakan di dalam
satu instansi terkait, misalnya : imunisasi, pemberian tablet FE, Vitamin A, PMT dan sebagainya.
Sedangkan kerjasama lintas sektor merupakan kerjasama yang melibatkan institusi/
departemen lain, misalnya : Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS), Pendidikan Anak Usia Dini
(PAUD), dan sebagainya.
Dalam Modul Making Pregnancy Safer (MPS) dijelaskan 3 pesan kunci sebagai salah satu upaya
penurunan AKI di Indonesia :
1) Semua pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan.
2) Semua komplikasi obstetri & neonatal mendapat pelayanan yang adequat
3) Setiap Wanita Usia Subur (WUS) memperoleh akses terhadap pencegahan & penatalaksanaan
KTD & unsafe AB.
e. Indikator Upaya Penurunan AKI
1) Indikator Dampak
a) Angka Kematian Ibu (Maternal Mortality Ratio)
(1) Kematian ibu dalam periode 1 tahun per 100.000 kelahiran hidup pada periode yang sama.
(2) Angka ini menggambarkan menggambarkan resiko kematian pada wanita hamil dan tidak
mengukur resiko kematian pada wanita usia subur.
b) Rate Kematian Ibu (Maternal Mortality Rate)
(1) Jumlah kematian ibu dalam 1 tahun per 100.000 wanita usia subur (15–20 tahun).
(2) Indikator ini dipengaruhi oleh upaya pengamanan persalinan dan upaya KB.
c) Resiko Kematian Ibu Seumur Hidup (Lefetime Risk)
(1) Yaitu resiko kematian ibu yang terjadi sepanjang usia subur.
(2) Setiap kali wanita hamil akan menghadapi resiko kematian.
(3) Indikator ini dipengaruhi oleh rata-rata resiko kematian pada kehamilan dan tingkat fertilitas
tetapi tidak dibandingkan terhadap populasi WUS melainkan terhadap rata-rata resiko wanita
untuk mengalami kematian.
d) Proporsi Kematian Ibu pada Wanita Usia Reproduksi (Proportional Mortality Ratio)
(1) Merupakan prosentase kematian ibu dari kematian total pada WUS.
(2) Angka berkisar antara 1 – 60 %
(3) Di negara berkembang menyumbang 25 – 30 % dari seluruh kematian pada masa reproduksi.
(4) Bermanfaat untuk melihat kematian ibu relatif terhadap kematian akibat penyebab lainnya.
2) Indikator Proses
Adalah prosentase bidan terlatih dalam penanganan kegawatan obstetri, pelatihan APN, Bidan
DIII.
3) Indikator Output
Adalah cakupan ANC, cakupan pertolongan persalinan oleh Nakes meningkat.
4) Indikator Outcome
Adalah proporsi komplikasi obstetri yang mendapatkan penanganan adequat, CFR dari
komplikasi obstetri .
Kematian Bayi
a. Penyebab Kematian Bayi
Beberapa penyebab kematian bayi di Indonesia yang terutama adalah asfiksia, infeksi dan
hipotermi. Disamping ada sebagian yang disebabkan karena BBLR, trauma persalinan,
pemberian makan yang terlalu dini, ketidaktahuan keluarga tentang perawatan bayi,
ketidakpercayaan masyarakat terhadap tenaga kesehatan (kaitan dengan tradisi) serta kurang
efektifnya sistem rujukan yang berlaku.
b. Pencegahan Kematian Bayi
1) Peningkatan kegiatan Imunisasi pada bayi yaitu UCI tercapai di setiap desa
2) Peningkatan ASI Eksklsif, status gizi serta deteksi dini & stimulasi tumbang
3) Pencegahan & pengobatan penyakit infeksi (ISPA, diare, malaria) di daerah endemik
4) Pemeriksaan kesehatan saat hamil & pertolongan nakes yang terampil saat persalinan
5) Diterapkannya metode kanguru untuk mencegah hipotermi pada bayi baru lahir.
6) Keluarga memiliki pengetahuan, pemahaman, dan perawatan pasca persalinan yang baik.
7) Penerapan program MTBS dan MTBM di pelayanan kesehatan.
Pertisipasi Bidan dalan upaya penurunan AKB adalah dengan pelaksanaan program “ASUH”
yaitu Awal Sehat Untuk Hidup sehat, yang memfokuskan kegiatan pada keselamatan dan
kesehatan bayi baru lahir ( 1-7 hari) yang lebih mengintensifkan kegiatan “ Kunjungan Rumah
7 Hari Pertama Pasca Persalinan” berisi pelayanan dan konseling perawatan bayi dan ibu nifas
yang bermutu.
Partisipasi masyarakat dalam upaya penurunan AKB :
1) Menyebarluaskan pengetahuan tentang pentingnya 7 hari pertama pasca persalinan bagi
kehidupan bayi selanjutnya.
2) Meningkatkan kesadaran tentang pentingnya kunjungan rumah 7 hari pertama pasca
persalinan oleh Bidan di Desa
3) Mencatat dan melaporkan adanya ibu hamil, ibu melahirkan, dan bayi meninggal pada Bidan di
Desa, agar diperoleh masukan untuk merencanakan tindakan/ kunjungan dan memecahkan
sekaligus mengantisipasi masalah kematian bayi
4) Mendukung dan mempertahankan keberadaan Bidan di Desa.
2 2. Unsafe abortion
a. Definisi
Adalah prosedur penghentian kehamilan oleh tenaga kurang trampil (tng medis/ non medis),
alat tdk memadai, lingk tdk memenuhi syarat kesh (WHO, 1998).
Unsafe Abortion adalah upaya untuk terminasi kehamilan muda dimana pelaksanaan tindakan
tersebut tidak mempunyai cukup keahlian dan prosedur standar yang aman sehingga dapat
membahayakan keselamatan jiwa pasien.
b. Faktor Penyebab Unsafe Abortion
1) Alasan kesehatan, dimana ibu/ wanita tidak cukup sehat untuk hamil dan bila kehamilan
dilanjutkan dapat membahayakan nyawa ibu.
2) Alasan psikososial, dimana ibu tidak siap punya anak lagi.
3) Kehamilan di luar nikah.
4) Masalah ekonomi, menambah anak akan menambah beban ekonomi.
5) Masalah sosial, misalnya khawatir adanya penyakit turunan.
6) Kehamilan yang terjadi akibat perkosaan.
7) Kegagalan pemakaian alat kontrasepsi
c. Alat yang digunakan :
Bahan – bahan tradisional seperti batang kayu, akar pohon, tangkai daun bergetah, batang
plastik,wortel yang dikeringkan kemudian dimasukkan ke cavum uteri sbg dilatator sehingga
servik membuka dan keluarlah janin yang ada dalam kandungan.
Upaya lain : pemijatan corpus uteri, minum jamu atau pil peluntur dsb.
d. Dampak Unsafe Abortion
Aborsi memiliki resiko yang tinggi terhadap kesehatan maupun keselamatan seorang wanita
bahwa jika seseorang melakukan aborsi,ia tidak merasakan apa – apa danlangsung boleh
pulang, nidalah informasi yang sangat menyesatkan bagi setiap wanita terutama mereka ayng
sedang kebingungan karena tidak menginginkan kehamilan yang sudah terjadi.
Ada 2 macam resiko kesehatan terhadap wanita yangmelakukan aborsi :
1) Resiko kesehatan dan keselamatan secara fisik /dampak kebidanan.
Pada saaatmelakukan aborsi dan setelah melakukan aborsi ada beberapa resikoyang akan
dihadapi seorang wanita seperti : yang dijelaskan dalam buku “fact of life” yang ditulis oleh
Brian klowes :
a) Kematian mendadak karena pembiusan hebat.
b) Kematian mendadak karena pembiusan yang gagal.
c) Kematian secara lambat akibat infeksi serius disekitar kandungan
d) Rahim yang sobek (uterine perforation)
e) Kerusakan leher rahim (cervical lacerations) yan gakan menyebabkan cacat pada
anakberikutnya.
f) Kanker payudara (karena ketidakseimbangan hormone esterogen pada wanita).
g) Kanker indung telur (ovarian cancer).
h) Kanker leher rahim ( cervical cancer).
i) Kanker hati (liver cancer)
j) Kelainan pada placenta / ari-ari (placenta previa) yang akan menyebabkan cacat pada anak
berikutnyada perdarahan hebat pada saat kehamilan berikutnya.
k) Menjadi mandul/tidak mampu memiliki keturunan lagi (ectopic pregnancy)
l) Infeksi rongga pangul (pelvic inflammatory disease).
m) Infeksi pda lapisan rahim (endometris)
2) Resiko kesehatan mental
Proses aborsi bukan saj suatu proses yang memiliki resikotingi dari segi kesehatan dan
keselamatan seorang wanita secara fisik,tetapijuga memiliki dampak yang sangat hebat
terhadap keadaan mental seorang eanita
Gejala ini dikenal dalam dunia psikologi sebagai “Post Abortion Syndrome” (sindrom passca
Aborsi/PAS). Gejala-gejala ini dicatat dalam psychological Reaction Reporter after abortion di
dalam penerbitan the post abortion review (1994). Pada dasarnya seorang wanita yang
melakukan aborsi akan mengalami hal-hal sebagai berikut :
a) Kehilangan harga diri
b) Berteriak histeris.
c) Mimpi buruk berkali-kali mengenai bayi.
d) Ingin melakukan bunuh diri.
e) Mulai mencoba menggunakan obat – obatterlarang.
f) Tidak bisa menikmati lagi hubungan seksual.
e. Peran Bidan
Peran Bidan sehubungan dengan pencegahan unsafe abortion adalah :
1) Memberikan konseling pada wanita yang akan melakukan aborsi
2) Konseling kontrasepsi merupakan salah satu syarat mutlak untuk dapat mengurangi kejadian
aborsi, terutama aborsi berulang, selain faktor lainnya.
3) Pemberian pendidikan seks pada remaja
4) Pendekatan dengan tokoh agama sehubungan dengan pendidikan keagamaan.
3 3. Kehamilan Remaja
a. Pengertian
Kehamilan Remaja adalah kehamilan yang terjadi pada remaja yang merupakan akibat perilaku
seksual baik disengaja (sudah menikah) maupun tidak disengaja (belum menikah).
b. Penyebab Kehamilan Remaja
1) Penundaan dan peningkatan usia kawin, menarch dini.
2) Kurangnya pengetahuan tentang perilaku sex.
3) Tidak menggunakan kontrasepsi bagi wanita yang sudah menikah.
4) Kegagalan kontrasepsi.
5) Hamil karena perkosaan.
6) Persoalan ekonomi, alasan sekolah/ karir
c. Dampak Kehamilan Remaja
Menurut Manuaba (1998) penyulit kehamilan remaja disebabkan belum matangnya alat
reproduksi untuk hamil. Keadaan tersebut makin menyulitkan bila ditambah dengan tekanan
(stress), psikologi, sosial ekonomi sehingga memudahkan terjadi :
1) Keguguran
2) Prematur
3) Mudah terjadi infeksi
4) Anemia kehamilan
5) Keracunan kehamilan
6) Kematian ibu tinggi
d. Peran Bidan Dalam Pencegahan dan Penanganan Kehamilan Remaja
1) Tidak melakukan hubungan seksual sebelum menikah.
2) Melakukan kegiatan positif
3) Menghindari kegiatan negative khususnya perilaku seksual yang menyimpang.
4) Melakukan penyuluhan tentang Kesehatan Reproduksi Remaja, KB, kegiatan rohani dengan
melakukan pendekatan dengan tokoh agama.
5) Bagi pasangan menikah dianjurkan pakai alat kontrasepsi yang tingkat kegagalan rendah
seperti MOW, AKBK, AKDR, & suntik.
6) Sikap bersahabat kepada klien, jangan merendahkan/ mencibir.
7) Konseling remaja dan keluarga sehubungan dengan kehamilan dan persalinan.
8) Melakukan pemeriksaan kehamilan sesuai standart.
9) Bila ingin menggugurkan diberikan konseling resiko aborsi.
Untuk mendapat gambaran yang lebih jelas tentang masalah kehamilan remaja, berikut
akan diuraikan secara rinci faktor-faktor yang perlu mendapatkan perhatian (manuaba, 1998 :
26):
a. Masalah kesehatan reproduksi
Kesehatan reproduksi mempunyai masalah penting untuk mendapat perhatian terutama
kalangan remaja (manuaba, 1998 : 26). Menurut BKKBN usia untuk hamil dan melahirkan
adalah 20 – 30 tahun, lebih kurang dari usia tersebut adalah beresiko. Kesiapan seorang
perempuan untuk hamil melahirkan di tentukan oleh kesiapan fisik, mental/psikologi dan
kehidupan ekonomi.
b. Masalah psikologis pada kehamilan remaja
Kehamilan diusia remaja menghadapi berbagai masalah psikologis yaitu rasa takut, kecewa
menyesal dan rendah diri terhadap kehamilannya
c. Masalah sosial ekonomi keluarga
Perkawinan yang dianggap cepat menyelesaikan masalah kehamlan remaja tidak lepas dari
kemelut seperti :
Penghasilan terbatas
Putus sekolah
Putus kerja
Ketergantungan sosial ekonomi pada keluarga menimbulkan stress.
Nilai gizi relatif rendah (manuaba, 2002 : 27)
5 5. Tingkat kesuburan,
a. Pengertian fertilitas
Adalah kemampuan istri menjadi hamil dan melahirkan anak hidup oleh suami yang mampu
menghamilinya.
b. Pengertian Infertilitas
1) Infertilitas Primer
Infertilitas primer adalah PUS yang telah melakukan hubungan suami istri teratur 2 – 3 kali
seminggu tanpa memakai alat kontrasepsi selama 1 tahun dan belum terjadi kehamilan.
2) Infertil sekunder
Infertilitas sekunder adalah PUS yang telah mempunyai anak dan sudah tidak menggunakan
alat kontrasepsi serta melakukan hubungan suami istri teratur 2 – 3 kali tetapi tidak menjadi
hamil.
c. Penyebab
1) Pada suami : kelainan alat kelamin dan faktor fungsional.
2) Pada istri : kelainan anatomis alat kelamin dan kelainan fungsi.
3) Kurang pengetahuan
4) Reaksi imunologi.
d. Peran bidan di komunitas terhadap tingkat kesuburan
1) Fertilitas
Untuk menekan meningkatnya angka kelahiran, maka seorang bidan perlu memberikan
pelayanan kontrasepsi
2) Infertilitas
1) Melakukan rujukan agar pasangan infertil mendapat penanganan yg tepat.
2) Pemberian konseling/nasehat mengenai variasi hub seksual, cara menghitung masa subur,
serta makanan yang dapat meningkatkan kesuburan suami/istri.
3) Pasangan disarankan untuk menjaga ketenangan psikologis
9) Beberapa PMS seperti halnya HIV/AIDS dan Hepatitis B dapat menyebabkan kematian.
Hamil :
Upacara adat mitoni dilakukan pada kehamilan pertama dengan usia kehamilan 28 minggu. Upacara
ini bertujuan agar ibu dan bayi selamat.
2) Mengidam
Mengidam merupakan suatu keinginan yang berlebihan yang dialami pada ibu hamil di awal
kehamilan.
3) Pantang Nazar
Saat hamil ibu dan suami tidak boleh nazar, sebab jika nazar tersebut tidak dilakukan maka bayinya
akan meneteskan air liur terus menerus.
Seorang ibu hamil tidak boleh menjalin rambut karena dapat menyebabkan lilitan tali pusat pada
bayi yang dikandungnya.
5) Pantang keluar pada waktu magrib
Seorang ibu hamil tidak boleh keluar waktu magrib sebab dapat membahayakan ibu dan janin yang
dikandungnya.
Di Jawa Tengah ada kepercayaan tidak boleh makan telur karena akan mempersulit persalinan dan
pantang makan daging dapat menyebabkan perdarahan. Pada kenyataan ibu hamil dianjurkan untuk
makan makanan yang bergizi seperti telur dan daging tetapi tidak berlebihan karena jika berlebihan
bayinya menjadi besar.
Di kalangan masyarakat desa ada larangan makan buah nanas karena nanas dan durian dapat
menyebabkan keguguran. Menurut medis ini benar karena nanas dan durian dapat menyebabkan
perut panas jika berlebihan.
Persalinan
Minyak tidak berfungsi sebagai pelicin. Pelicin dari jalan lahir adalah ketuban dimasukkan ke dalam
vagina dapat menyebabkan infeksi, karena keadaan minyak belum tentu bersih kalaupu bersih itu
merupakan barang asing yang dapat menyebabkan infeksi.
Akar dumput fatimah, dipercaya sebagai pelancar persalinan, yaitu pembukaan. Ini tidak benar
karena pembukaan sendiri dipengaruhi oleh kontraksi uterus.
Ini dipercaya dalam adat Jawa karena seorang laki-laki merupakan pemimpin dalam keluarga dan
sekaligus pembawa nama baik dalam keluarga. Dan keputusan pun juuga diputuskan oleh pihak laki-
laki jika sudah menjadi suami.
Ini dipercaya karena seorang perempuan tugasnya untuk melahirkan seorang anak. Ini kurang benar
karena untuk menghasilkan keturunan juga dibutuhkan seorang laki-laki yang dapat memberikan
komposisi calon embrio.
Nifas
Seorang ibu nifas dilarang untuk keluar rumah sebelum 40 hari karena bisa terkena sawan. Mitos ini
tidak benar, jika ibu tidak keluar rumah sebelum 40 hari di khawatirkan ibu akan bosan.
2) Tidak boleh makan telur dan daging
Ibu nifas tidak boleh makan telur dan daging karena lukanya sulit kering dan tidak cepat sembuh.
Mitos ini tidak benar karena telur dan daging mengandung protein yang dapat mempercpat
penyembuhan luka.
Ibu nifas tidak boleh makan pedas karena dipercaya ASI ibu menjadi pedas dan mengakibatkan mata
bayi menjadi berair (orang Jawa mengatakan mblobok/ melodok).
Upacara adat ini dilakukan agar bayinya sehat dan selamat. Adat ini boleh dilakukan atau boleh tidak
dilakukan karena ini hanya syukuran kelahiran bayi dan tidak ada hubungannya dengan kesehatan.
Menurut orang Jawa dengan menaruh ramuan pada tali pusat dapat mempercepat keringnya tali
pusat sehingga tali pusat cepat lepas. Mitos ini tidak benar karena ramuan ini dapat menyebabkan
infeksi.
Perilaku Lain
Di dalam desa biasanya pendidikan antara laki-laki dan perempuan di bedakan, laki-laki lebih tinggi
pendidikannya dibanding perempuan sebab anak laki-laki dapat menjadi kepala keluarga dan
penerus dalam keluarga, sedangkan anak perempuan hanya menjadi ibu rumah tangga.
Di desa biasanya laki-laki bekerja di luar rumah, sedangkan perempuan hanya bekerja di rumah saja
tetapi kenyataannya sekarang sudah persamaan gender antara laki-laki dan perempuan.
Di desa biasanya laki-laki porsi makanannya lebih diprioritaskan sebab laki-laki dianggap putra
kebanggan dalam keluarga.
1) Memberikan KIE bahwa segala sesuatu sudah diatur Tuhan YME, mitos-mitos yang tidak benar
ditinggalkan.
2) Pendekatan kepada tokoh masyarakat sehingga dapat mengubah tradisi yang negatif yang
berpengaruh buruk kepada kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir.
3) Memberikan KIE kepada ibu hamil supaya menjaga kehamilannya dengan ANC secara teratur,
konsumsi makanan yang bergizi dan membatasi aktifitas fisik dan tidak perlu pantang makan.
Setiap petugas kesehatan yang bekerja di masyarakat perlu memahami masyarakat yang
dilayanainya, baik keadaan, budaya, maupun tradisi setempat sehingga dapat menentukan cara atau
strategi yang harus ditempuh dalam menyelesaikan masalah kebidanan. Beberapa strategi yang
dapat dilakukan oleh bidan dalam pelayanan kebidanan di komunitas adalah sebagai berikut:
a. Pengertian
Secara umum Pendekatan edukatif suatu rangkaian kegiatan yang dilaksanakan secara sistematis,
terencana dan terarah dengan pertisipasi aktif dari individu, kelompok maupun masyarakat umum
untuk memecahkan masalah masyarakat dengan mempertimbangkan faktor sosial ekonomi dan
budaya.
Secara khusus pendekatan edukatif merupakan satu bentuk atau model pelaksanaan organisasi
sosial masyarakat dalam memecahkan masalah yang dirasakan oleh masyarakat dengan pokok
penekanan pada : pemecahan masalah dan proses pemecahannya serta pengembangan provider
merupakan bagian dari proses pengembangan masyarakat secara keseluruhan (Syafrudin, 2009)
b. Pengembangan provider
Provider adalah sektor yang bertanggungjawab secara teknis terhadap program yang dikembangkan
dalam pengembangan kemampuan masyrakat untuk dapat memecahkan maslahnya sendiri secara
swadaya dan gotong royong.
Tujuan dari pengembangan provider ialah pangembangan kesamaan pengertian dan sikap mental
yang positif serta adanya kesepakatan bersama (komitmen) untuk pengembangan pembangunan
kesehatan masyarakat, maka perlu diperhatikan beberapa pertimbangan sebagai berikut :
1) Adanya keterbukaan dan komunikasi dua arah yang baik (pertemuan lintas sektor) yang terkait,
sehingga program dari masing-masing sektor dapat saling diketahui
2) Adanya suatu wadah lintas sektoral (tim pembina LKMD, posyandu, UKS dll)
3) Adanya kerjasama yang sebaik-baiknya dan dilandasi hubungan antara manusia yang baik pula
4) Adanya kewenangan dari masing-masing sektor terkait harus diketahui dan dihormati
5) Adanya tujuan yang akan dicapai bersama dan peranan masing-masing sekor harus dimengerti
oleh semua sektor dan dirumuskan secara jelas dalam suatu perjanjian peran atu role nnegosiation
6) Adanya perencanaan terpadu dari sektor terkait harus dilakukan bersama (Bapelkes Salaman,
2004)
2) Mengembangkan kemampuan masyarakat untuk bisa memecahkan masalah yang dihadapi atas
dasar swadaya sebatas kemampuannya.
e. pertemuan provider dan tokoh masyarakat untuk menetapkan suatu kebijakan alternatif
pemecahan masalah dalam rangka : perenecanaan, pelaksanaan dan evaluasi
f. menjalin hubungan sosial yang baik dengan menghadiri upacara-uapacara agama, perkawinaa,
kematian dst
pendekatan kepda provider diadakan pada waktu pertemuan tingkat kecamatan, desa atau
kelurahan dan tingkat dusun atau lingkungan.
a. data umum
Pelayanan seorang bidan yang bekerja di masyarakat berarti melayani masyarakat dengan memberi
pelayanan kesehatan yang mereka butuhkan. Masyarakat juga diajak bekerjasama agar mampu
berperilaku hidup sehat dan mempromosikan kepada orang lain di lingkungan sekitarnya.
Masyarakat juga dapat memberikan masukan tentang bentuk bagaimana bentuk pelayanan yang
diharapkan. Dengan demikian, keberhasilan bidan dalam bekerja di masyarakat sangat ditentukan
oleh kemampuannya untuk mendengarkan, dan memenuhi harapan masyarakat serta melibatkan
masyarakat dalam upaya memperbaiki tingkat kesehatan masyarakat.
a. Tokoh masyarakat
Tokoh masyarakat adalah semua orang yang memiliki pengaruh di masyarakat setempat baik yang
bersifat formal ( ketua RT, RW, Kades dll) maupun tokoh non formal (tokoh agama, tokoh adat,
tokoh pemuda, kepala suku).
Tokoh masyarakat merupakan kekuatan yang sangat besar yang mampu menggerakkan masyarakat
di dalam setiap upaya pembangunan.
b. Dana masyarakat
pada golongan masyarakat tertentu penggalangan dana masyrakat merupakan upaya yang tidak
kalah pentingnya, tapi pada golongan masyarakat yang tingkat ekonominya pra sejahtera
penggalangan dana masyarakat hendaknya dilakukan sekedar agar mereka marasa ikut memiliki dan
bertanggungjawab terhadap upaya pemelaiharaan dan peningkatan derajat kesehatnnya. Cara lain
yang dapat ditempuh adalah dengan model tabungan atau sistem asuransi yang bersifat subsidi
silang.
c. Organisasi kemasyarakatan
Organisasi yang ada di masyarakat seperti lembaga persatuan pemuda, pengajian dan sebagainya
merupakanwadah berkumpulnya para anggota dari organisasi tersebut sehingga upaya
pemberdayaan masyarakat akan lebih berhasil guna apabila pemerintah/ tenaga kesehatan
memanfaatkanya dalam upaya pembangunan kesehatan
Pendayagunaan sarana dan material yang dimiliki masyarakat seperti batu kali, bambu, dan lain
sebagainya untuk pembangunan kesehatan akan menimbulkan rasa tanggung jawab dan ikut
memiliki dari masyarakat.
e. Pengetahuan masyarakat
Masyarakat memiliki tehnologi sendiri dalam memecahkan masalahnya, biasanya bersifat sederhana
tetapi tepat guna. Untuk itu sebaiknya pemerintah memanfaatkan tehnologi tersebut dan apabila
memungkinkan dapat memberikan saran teknis guna meningkatkan hasil gunanya.
Apabila penemuan masalah dan perencanaan pemecahan masalah kesehatan Telah dapat
dilakukan oleh masyarakat maka pengambilan keputusan terhadap upaya pemecahan masalah akan
lebih baik dilakukan oleh masyarakat sendiri. Dengan demikian, kegiatan pemecahan masalah
kesehatan akan berkesinambungan karena masyarakat merasa memiliki dan bertanggung jawab
terhadap kegiatan yang mereka rencanakan sendiri.(Depkes RI, 2007)
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI. 2007. Modul 2 Penggerakan dan Pemberdayaan Masyarakat melalui Kemitraan. Jakarta:
Depkes RI
Syahlan, J.H, 1996. Kebidanan Komunitas. Jakarta: Yayasan Bina Sumber Daya Kesehatan.