Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB BIDAN DI KOMUNITAS


DALAM PELAYANAN PADA BAYI, BALITA DAN ANAK
PRA SEKOLAH
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Tugas Mata Kuliah Intervensi Kespro

Disusun Oleh:
Intan Megasari (07210400053) Ita Agustina (07210400056)
Suhelianah (07210400074) St. Jojiah (07210400043)
Nurlaila (07210400057) Yeni (07210400085)
Dini Lestari (07210400037) Dini Mei Rahmawati (07210400049)
Hj. Rika Noorianti (07210400055) Neneng Fatmawati (07210400026)
Sylvia Sri Febriyanti (07210400054) Vina Susaningtyas (07210400099)
Resha Restiana (07210400100) Emi Rosita (07210400097)

SARJANA TERAPAN KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA MAJU
JAKARTA SELATAN
2021

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Undang-Undang Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak dan
Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, menegaskan bahwa
seorang anak berhak untuk hidup, tumbuh dan berkembang secara optimal,
terhindar dari kekerasan dan diskriminasi. Selain itu, Undang Undang
Perlindungan Anak juga mengamanahkan bahwa pemerintah, masyarakat,
keluarga dan orang tua berkewajiban dan  bertanggung jawab terhadap
penyelenggaraan  perlindungan anak; Pemerintah wajib menyediakan fasilitas
dan menyelenggarakan upaya kesehatan yang komprehensif bagi anak agar
setiap anak memperoleh derajat kesehatan yang optimal sejak dalam kandungan.
Untuk menjamin kelangsungan hidup, tumbuh kembang, dan terlindung
dari diskriminasi,kekerasan seperti penculikan dan perdagangan bayi baru lahir,
maka pemenuhan Hak bayi mendapat kebutuhan dasar harus diberikan , seperti
Inisiasi Menyusu Dini (IMD), ASI Eksklusif, dan imunisasi serta pengamanan
dan perlindungan bayi baru lahir dari upaya penculikan dan perdagangan bayi.
Program kesehatan anak merupakan salah satu kegiatan dari penyelenggaraan
perlindungan anak di bidang kesehatan, yang dimulai sejak bayi berada di dalam
kandungan, masa bayi, balita, usia sekolah dan remaja. Program tersebut
bertujuan untuk menjamin kelangsungan hidup bayi baru lahir, memelihara dan
meningkatkan kesehatan anak sesuai tumbuh kembangnya, dalam rangka
meningkatkan kualitas hidup anak yang akan menjadi sumber daya
pembangunan bangsa di masa mendatang.
Tenaga bidan merupakan tenaga kesehatan utama yang merupakan salah
satu ujung tombak pembangunan kesehatan dalam upaya percepatan penurunan
angka kematian ibu dan bayi baru lahir dimana bidan dituntut untuk dapat
mengantisipasi semua perubahan tersebut. (Adyani, 2010)
Standart profesi bidan menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia No.369 tahun 2007, dimana bidan merupakan seorang wanita yang
telah menyelesaikan program pendidikan yang telah diakui oleh negara serta
kompeten dibidangnya dalam menjalankan praktek kebidanan. Bidan termasuk
tenaga kesehatan pemberi pelayanan terdepan kepada masyarakat yang
mempunyai kedudukan penting agar dapat melaksanakan tugas dan tanggung
jawabnya dengan baik, maka bidan harus dapat mempunyai sikap profesional
serta dedikasi yang tinggi. Sikap profesional perlu dimiliki oleh bidan untuk
meningkatkan mutu pelayanan kepada masyarakat karena harus kompeten dalam
bidang pengetahuan, ketrampilan dan sikap. Dari ketiga hal tersebut dapat
dicapai ketika menjalani pendidikan. (Sumiatun, 2013)
Sesuai peraturan Menteri Kesehatan RI NO.28 tahun 2017 pada
Wewenang Bidan Pasal 20 dalam menjalankan praktek profesinya berwenang
untuk memberikan pelayanan yang meliputi pemantauan tumbuh kembah pada
bayi, balita dan pra-sekolah. Pasal 20, dalam memberikan pelayanan kesehatan
terhadap tumbuh kembang anak sebagaimana dimaksud pada ayat (5),
pemantauan tumbuh kembang bayi, anak, balita, dan pra-sekolah meliputi
penimbangan berat badan, pengukuran lingkar kepala, pengukuran tinggi badan,
stimulasi deteksi dini, dan intervensi dini penyimpangan tumbuh kembang balita
dengan menggunakan Kuesioner Pra Scrining Perkembangan (KPSP).
(Permenkes, 2017)

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka rumusan masalah dari
makalah ini yaitu “apa saja pelayanan kesehatan yang diberikan pada bayi, balita
dan anak pra sekolah?”

C. Tujuan Penulisan
a. Tujuan Umum
Meningkatkan pelayanan kesehatan bayi, balita dan anak pra sekolah berbasis
perlindungan anak di puskesmas dan jaringannya.

b. Tujuan Khusus
1. Meningkatkan pemahaman tenaga kesehatan tentang upaya perlindungan bagi
ibu bersalin dan bayi, balita serta anak pra sekolah.
2. Terselenggaranya pelayanan kesehatan yang komprehensif bagi bayi, balita dan
anak pra sekolah.

D. Manfaat Penulisan
Diharapkan hasil penulisan ini dapat menjadi sumber informasi dan
menambah pengetahuan serta bahan acuan untuk penulis lainnya.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 TUGAS UTAMA BIDAN DI KOMUNITAS
Kebidanan sebagai pelayanan profesional mempunyai wilayah pelayanan
tersendiri sehingga tidak tumpang tindih dengan profesi yang lain. Peran, fungsi,
tugas/tanggung jawab, dan kompetensi bidan dirumuskan sesuai dengan
wewenang yang diberikan pemerintah kepada bidan dalam melaksanakan
tugasnya. Asuhan mendasar kebidanan komunitas mencakup pencegahan, deteksi
dini untuk rujukan, asuhan kegawatdaruratan, maternal dan neonatal, pertolongan
pertama pada penyakit, pengobatan ringan, asuhan pada kondisi kronik, dan
pendidikan kesehatan. Untuk menangani hal tersebut maka bidan perlu
melaksanakan kegiatan seseuai dengan kewenangannya dalam menjalankan
praktik mandiri.
Bidan mempunyai peran, fungsi, tugas/ tanggung jawab yang besar dalam
melaksanakan asuhan kebidanan komunitas.
2.2.1 Peran Bidan
Intervensi kebidanan yang dilakukan mencakup pendidikan kesehatan
(promosi kesehatan), kesehatan ibu dan anak dengan pendekatan siklus
kehidupan, melakukan kerjasama lintas program dan lintas sektoral untuk
mengatasi masalah kesehatan yang ada di komunitas serta melakukan rujukan
kebidanan bila mana ada kasus kegawatdaruratan maternal dan neonatal. Dengan
demikian, bidan dituntut harus kompeten dalam pengetahuan dan keterampilan.
Dalam upaya pelayanan kebidanan yang berfokus pada kesehatan reproduksi ibu
dan anak, maka bidan memiliki peran sebagai pelaksana, pengelola, pendidik, dan
peneliti (IBI, 2005).
1. Peran sebagai Pelaksana
Bidan sebagai pelaksana memberikan pelayanan kebidanan kepada
wanita dalam siklus kehidupannya yaitu asuhan ibu hamil, bersalin, bayi baru
lahir, nifas, neoantus, bayi anak dan balita, remaja, masa antara, keluarga
berencana dan lansia. Sebagai pelaksana bidan mempunyai tiga kategori tugas
yaitu tugas mandiri, tugas kolaborasi, dan tugas ketergantungan.
1) Tugas Mandiri
Tugas mandiri bidan meliputi hal – hal berikut ini.
a) Menetapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan yang
diberikan.
b) Memberi pelayanan dasar pranikah pada anak remaja dan dengan
melibatkan mereka sebagai klien. Membuat rencana tindak lanjut
tindakan/layanan bersama klien.
c) Memberi asuhan kebidanan kepada klien selama kehamilan normal.
d) Memberi asuhan kebidanan kepada klien dalam masa persalinan dengan
melibatkan klien / keluarga.
e) Memberi asuhan kebidanan pada bayi baru lahir.
f) Memberi asuhan kebidanan pada klien dalam masa nifas dengan
melibatkan klien/keluarga.
g) Memberi asuhan kebidanan pada wanita usia subur yang membutuhkan
pelayanan keluarga berencana.
h) Memberi asuhan kebidanan pada wanita dengan gangguan sistem
reproduksi dan wanita dalam masa klimakterium serta menopause.
i) Memberi asuhan kebidanan pada bayi dan balita dengan melibatkan
keluarga dan pelaporan asuhan.

2) Tugas Kolaborasi

Tugas-tugas kolaborasi (kerja sama) bidan, yaitu:

a) Menerapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan sesuai fungsi


kolaborasi dengan melibatkan klien dan keluarga.

b) Memberi asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan risiko tinggi dan pertolongan
pertama pada kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi.

c) Mengkaji kebutuhan asuhan pada kasus risiko tinggi dan keadaan


kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi. d) Memberi asuhan
kebidanan pada ibu dalam masa persalinan dengan risiko tinggi serta keadaan
kegawatdaruratan yang memerlukan pertolongan pertama dengan tindakan
kolaborasi dengan melibatkan klien dan keluarga.
e) Memberi asuhan kebidanan pada ibu dalam masa nifas dengan risiko tinggi serta
pertolongan pertama dalam keadaan kegawatdaruratan yang memerlukan
tindakan kolaborasi bersama klien dan keluarga.

f) Memberi asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan risiko tinggi dan
pertolongan pertama dalam keadaan kegawatdaruratan yang memerlukan
tindakan kolaborasi bersama klien dan keluarga.

g) Memberi asuhan kebidanan pada balita dengan risiko tinggi serta pertolongan
pertama dalam keadaan kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan
kolaborasi bersama klien dan keluarga.

3) Tugas ketergantungan

Tugas-tugas ketergantungan (merujuk) bidan, yaitu:

a) Menerapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan sesuai dengan


fungsi keterlibatan klien dan keluarga.

b) Memberi asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan pada kasus


kehamilan dengan risiko tinggi serta kegawatdaruratan.

c) Memberi asuhan kebidanan melalui konsultasi serta rujukan pada masa


persalinan dengan penyulit tertentu dengan melibatkan klien dan keluarga.

d) Memberi asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan pada ibu dalam masa
nifas yang disertai penyulit tertentu dan kegawatdaruratan dengan melibatkan
klien dan keluarga.

e) Memberi asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan kelainan tertentu dan
kegawatdaruratan yang memerlukan konsultasi serta rujukan dengan melibatkan
keluarga.

f) Memberi asuhan kebidanan kepada anak balita dengan kelainan tertentu dan
kegawatdaruratan yang memerlukan konsultasi serta rujukan dengan melibatkan
klien/keluarga.

2. Peran sebagai Pengelola

Sebagai pengelola bidan memiliki 2 tugas, yaitu tugas pengembangan pelayanan


dasar kesehatan dan tugas partisipasi dalam tim.
1) Mengembangkan pelayanan dasar kesehatan di wilayah kerjanya.

2) Berpartisipasi dalam tim. Bidan berpartisipasi dalam tim untuk melaksanakan


program kesehatan sektor lain melalui dukun bayi, kader kesehatan, serta tenaga
kesehatan lain yang berada di bawah bimbingan dalam wilayah kerjanya.

3. Peran sebagai Pendidik Sebagai pendidik bidan memiliki 2 tugas yaitu:

1) Memberi pendidikan dan penyuluhan kesehatan pada klien

2) Melatih dan membimbing kader.

4. Peran Sebagai Peneliti/Investigator

Bidan melakukan investigasi atau penelitian terapan dalam bidang kesehatan baik
secara mandiri maupun berkelompok, yaitu:

1) Mengidentifikasi kebutuhan investigasi yang akan dilakukan.

2) Menyusun rencana kerja pelatihan.

3) Melaksanakan investigasi sesuai dengan rencana.

4) Mengolah dan menginterpretasikan data hasil investigasi.

5) Menyusun laporan hasil investigasi dan tindak lanjut.

6) Memanfaatkan hasil investigasi untuk meningkatkan dan mengembangkan


program kerja atau pelayanan kesehatan.

2.2 Pengertian Bayi

Menurut Soetjiningsih (2012), bayi adalah usia 0 bulan hingga 1 tahun, 10


dengan pembagian sebagai berikut:

1. Masa neonatal, yaitu usia 0 – 28 hari dimana masa neonatal dibagi menjadi
2 masa yaitu:

a. Masa neonatal dini, yaitu usia 0 – 7 hari

b. Masa neonatal lanjut, yaitu usia 8 – 28 hari


2. Masa pasca neonatal, yaitu usia 29 hari – 1 tahun.

Bayi merupakan manusia yang baru lahir sampai umur 1 tahun, namun tidak
ada batasan yang pasti. Pada masa ini manusia sangat lucu dan menggemaskan
tetapi juga rentan terhadap kematian.

2.2.1 Pelayanan Kesehatan Bayi

Perawatan Kesehatan Bayi Setelah bayi lahir, bidan segera memeriksa bayi
yang lahir untuk mengetahui apakah ada kelainan atau cacat bawaan.
Pemeriksaan fisik yang dilakukan segera setelah bayi lahir yaitu:
1. APGAR
2. Warna kulit
3. Denyut jantung
4. Refleks atau rangsangan terhadap respon
5. usaha bernafas
Setelah dilakukan pemeriksaan pada bayi baru lahir, jika tidak ditemukan
adanya kelainan, maka bayi ditetapkan (diagnose) lahir dengan keadaan normal,
dilanjutkan dengan memberikan asuhan berikutnya, yaitu:
1. Membersihkan rongga mulut dan hidung
2. Mengeringkan bayi
3. Meletakan bayi diatas perut ibu
4. Memotong tali pusat
5. Memberi salep mata dan suntikan vitamin K

Selanjutnya dapat melakukan perawatan rutin, mengajarkan orang tua cara


perawatan harian untuk bayi, memberikan konseling tentang pemberian ASI,
perawatan tali pusat dan mengecek tanda bahaya.

Pelayanan kesehatan bayi adalah pelayanan kesehatan sesuai standar yang


diberikan oleh tenaga kesehatan kepada bayi sedikitnya 4 kali, selama periode 29
hari sampai dengan 11 bulan setelah lahir. Pelaksanaan pelayanan kesehatan bayi
meliputi (Wahyuni. 2018):
1. Kunjungan bayi satu kali pada umur 29 hari – 2 bulan.

2. Kunjungan bayi satu kali pada umur 3 – 5 bulan.

3. Kunjungan bayi satu kali pada umur 6 – 8 bulan.

4. Kunjungan bayi satu kali pada umur 9 – 11 bulan.

Kunjungan bayi bertujuan untuk meningkatkan akses bayi terhadap


pelayanan kesehatan dasar, mengetahui sedini mungkin bila terdapat kelainan
pada bayi sehingga cepat mendapat pertolongan, pemeliharaan kesehatan dan
pencegahan penyakit melalui pemantauan pertumbuhan, imunisasi, serta
peningkatan kualitas hidup bayi dengan stimulasi tumbuh kembang. Dengan
demikian hak anak mendapatkan pelayanan kesehatan terpenuhi. Pelayanan
kesehatan tersebut meliputi:

1. Pemberian imunisasi dasar lengkap (BCG, Polio 1,2,3,4, DPT/HB 1,2,3,


Campak) sebelum bayi berusia 1 tahun.

2. Stimulasi deteksi intervensi dini tumbuh kembang bayi (SDIDTK).

3. Pemberian vitamin A 100.000 IU (6 – 11 bulan).

4. Konseling ASI eksklusif, pemberian makanan pendamping ASI, tanda –


tanda sakit dan perawatan kesehatan bayi di rumah menggunakan Buku
KIA.

5. Penanganan dan rujukan kasus bila diperlukan. Tenaga kesehatan yang dapat
memberikan pelayanan kesehatan bayi adalah dokter spesialis anak, dokter,
bidan , perawat dibantu oleh tenaga kesehatan lainnya seperti petugas gizi.

(Wahyuni, 2018)

2.3 Pengertian Balita Dan Pra Sekolah


2.3.1 Pengertian balita

Balita adalah istilah umum bagi anak usia 1-3 tahun (batita) dan anak
prasekolah (3-5 tahun). Saat usia batita, anak masih tergantung penuh kepada
orang tua untuk melakukan kegiatan penting, seperti mandi, buang air dan makan.
Perkembangan berbicara dan berjalan sudah bertambah baik. Namun kemampuan
lain masih terbatas. Masa balita merupakan periode penting dalam proses tumbuh
kembang manusia. Perkembangan dan pertumbuhan di masa itu menjadi penentu
keberhasilan pertumbuhan dan perkembangan anak di periode selanjutnya. Masa
tumbuh kembang di usia ini merupakan masa yang berlangsung cepat dan tidak
akan pernah terulang, karena itu sering disebut golden age atau masa keemasan
(Saputri & Soenarlin, 2015).

2.3.2 Pengertian Anak Pra Sekolah


Anak pra sekolah adalah anak yang berusia antara 3-6 tahun. Dalam usia ini
anak umumnya mengikuti program anak (3-5 tahun) dan kelompok bermain (Usia
3 Tahun), sedangkan pada usia 4-6 tahun biasanya mereka mengikuti program
Taman Kanak Kanak. (Ruhaena, 2015)

Masa prasekolah adalah masa belajar, tetapi bukan dalam dua dunia dimensi
(pensil dan kertas) melainkan belajar pada dunia nyata, yaitu dunia tiga dimensi.
Dengan kata lain masa prasekolah merupakan time for play. Masa prasekolah
dapat merupakan masa-masa bahagia dan amat memuaskan dari seluruh masa
kehidupan anak. Untuk itulah kita perlu menjaga hal tersebut berjalan
sebagaimana adanya. (Susilowati, 2012).

2.4. Pelayanan Kesehatan Balita dan Anak Prasekolah

Lima tahun pertama kehidupan, pertumbuhan mental dan intelektual


berkembang pesat. Masa ini merupakan masa keemasan atau golden period
dimana terbentuk dasardasar kemampuan keindraan, berfikir, berbicara serta
pertumbuhan mental intelektual yang intensif dan awal pertumbuhan moral. Pada
masa ini stimulasi sangat penting untuk mengoptimalkan fungsi-fungsi organ
tubuh dan rangsangan pengembangan otak. Upaya deteksi dini gangguan
pertumbuhan dan perkembangan pada anak usia dini menjadi sangat penting agar
dapat dikoreksi sedini mungkin dan atau mencegah gangguan ke arah yang lebih
berat (Wahyuni, 2018).

Bentuk pelaksanaan tumbuh kembang anak di lapangan dilakukan dengan


mengacu pada pedoman Stimulasi, Deteksi, dan Intervensi Tumbuh Kembang
Anak (SDIDTK) yang dilaksanakan oleh tenaga kesehatan di Puskesmas dan
jajarannya seperti dokter, bidan perawat, ahli gizi, penyuluh kesehatan masyarakat
dan tenaga kesehatan lainnya yang peduli dengan anak(Wahyuni, 2018).

Kematian bayi dan balita merupakan salah satu parameter derajat


kesejahteraan suatu negara. Sebagian besar penyebab kematian bayi dan balita
dapat dicegah dengan teknologi sederhana di tingkat pelayanan kesehatan dasar,
salah satunya adalah dengan menerapkan Manajemen Terpadu Balita Sakit
(MTBS), di tingkat pelayanan kesehatan dasar. Bank Dunia, 1993 melaporkan
bahwa MTBS merupakan intervensi yang cost effective untuk mengatasi masalah
kematian balita yang disebabkan oleh Infeksi Pernapasan Akut (ISPA), diare,
campak, malaria, kurang gizi dan yang sering merupakan kombinasi dari keadaan
tersebut.

Sebagai upaya untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian balita,


Departemen Kesehatan RI bekerja sama dengan WHO telah mengembangkan
paket pelatihan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) yang mulai
dikembangkan di Indonesia sejak tahun 1996 dan implementasinya dimulai 1997
dan saat ini telah mencakup 33 provinsi. Pelayanan kesehatan anak balita meliputi
pelayanan pada anak balita sakit dan sehat. Pelayanan yang diberikan oleh tenaga
kesehatan sesuai standar yang meliputi:

1. Pelayanan pemantauan pertumbuhan minimal 8 kali setahun yang tercatat


dalam Buku KIA/KMS. Pemantauan pertumbuhan adalah pengukuran berat
badan anak balita setiap bulan yang tercatat pada Buku KIA/KMS. Bila berat
badan tidak naik dalam 2 bulan berturut-turut atau berat badan anak balita di
bawah garis merah harus dirujuk ke sarana pelayanan kesehatan.

2. Stimulasi Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) minimal


2 kali dalam setahun. Pelayanan SDIDTK meliputi pemantauan
perkembangan motorik kasar, motorik halus, bahasa, sosialisasi dan
kemandirian minimal 2 kali pertahun (setiap 6 bulan). Pelayanan SDIDTK
diberikan di dalam gedung (sarana pelayanan kesehatan) maupun di luar
gedung.

3. Pemberian Vitamin A dosis tinggi (200.000 IU), 2 kali dalam setahun.

4. Kepemilikan dan pemanfaatan buku KIA oleh setiap anak balita. 5. Pelayanan
anak balita sakit sesuai standar dengan menggunakan pendekatan MTBS.

BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Bidan dalam menjalankan praktek profesinya berwenang untuk memberikan
pelayanan yang meliputi pemantauan tumbuh kembah pada bayi, balita dan pra-
sekolah. Dalam memberikan pelayanan kesehatan terhadap tumbuh kembang
anak, bidan melakukan pemantauan tumbuh kembang bayi, anak, balita, dan pra-
sekolah meliputi penimbangan berat badan, pengukuran lingkar kepala,
pengukuran tinggi badan, stimulasi deteksi dini, dan intervensi dini penyimpangan
tumbuh kembang balita dengan menggunakan Kuesioner Pra Scrining
Perkembangan (KPSP).

3.2 SARAN
Penulis sangat mengharapkan agar makalah ini dapat menjadi acuan dalam
mempelajari tentang pelayanan kesehatan pada bayi, balita dan anak pra sekolah.
Dan harapan penulis makalah ini tidak hanya berguna bagi penulis tetapi juga
berguna bagi semua pembaca.

DAFTAR PUSTAKA

Diana, F. M. (2007). Pemantauan Perkembangan Anak Balita. Jurnal Kesehatan


Masyarakat,4(2), 116–129.
Menteri Kesehatan RI. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 28 Tahun 2017 tentang Izin
Penyelenggaraan Bidan. 2017.
Ruhaena, L. (2015). Model Multisensori: Solusi Stimulasi Literasi Anak Prasekolah.
Jurnal Psikologi, 42(1), 47. https://doi.org/10.22146/jpsi.6942.
Saputri, S. N., & Soenarlin. (2015). Studi Mengenai Perkembangan Motorik Balita
Dengan Dukungan Dari Kedekatan Orang Tua Dan Pola Asuh Sehari-Hari. Biomed
Science,3(1). Retrieved fro http://biomed.unitri.ac.id/index.php/biomed/article/view/363
Soetjiningsih. (2012). Terapi Bermain Pada Anak. Universitas Sumatera Utara, 1–7.
Suryani Soepardan, Dadi Anwar Hadi. 2007. Etika Kebidanan & Hukum Kesehatan.
ECG:Jakarta.
Susilowati, E. (2012). Pola Asuh Orang Tua dan Perkembangan Anak Usia Pra Sekolah.
Majalah Ilmiah Sultan Agung, 87–111.
Wahyuni, Elly, D. 2018. Buku Kebidanan Komunitas: Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai