7. Penutup
Setiap bidan dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari senantiasa menghayati
dan mengamalkan Kode Etik bidan Indonesia.
LAMPIRAN II
KEPUTUSAN KEPALA DINAS KESEHATAN
KABUPATEN LAMPUNG TIMUR
NOMOR : 440/ /03-SK/Bid-IV.3/2017
TENTANG PENETAPAN KODE ETIK PROFESI
TENAGA KESEHATAN DI LINGKUNGAN
DINAS KESEHATAN KABUPATEN LAMPUNG
TIMUR
BAB 1
KEWAJIBAN UMUM
Pasal 1
Ayat 1
Dalam mengamalkan Sumpah/Janji Dokter Gigi dan Etika Kedokteran Gigi
Indonesia,Dokter Gigi wajib menghargai hak pasien dalam menentukan nasib dan
menjaga rahasianya, mengutamakan kepentingan pasien, melindungi pasien dari
kerugian, memperlakukan orang lain dengan adil, selalu jujur baik terhadap pasien,
masyarakat, teman sejawat maupun profesi lainnya,sesuai dengan martabat luhur
profesi Dokter Gigi.
Pasal 2
Dokter Gigi di Indonesia wajib menjunjung tinggi norma-norma kehidupan yang luhur
dalam menjalankan profesinya.
Ayat 1
Dokter Gigi di Indonesia wajib menghormati norma-norma yang hidup didalam
masyarakat.
Ayat 2
Dokter Gigi di Indonesia wajib mentaati peraturan atau undang-undang Republik
Indonesia serta aturan-aturan yang dikeluarkan oleh organisasi profesi.
Pasal 3
Dalam menjalankan profesinya Dokter Gigi di Indonesia tidak boleh dipengaruhi oleh
pertimbangan untuk mencari keuntungan pribadi.
Ayat 1
Dokter Gigi di Indonesia dilarang melakukan promosi dalam bentuk apapun seperti
memuji diri, mengiklankan alat dan bahan apapun, memberi iming-iming baik
langsung maupun tidak langsung dan lain –lain, dengan tujuan agar pasien datang
berobat kepadanya.
Ayat 2
Dokter Gigi di Indonesia dilarang menggunakan gelar atau sebutan profesional yang
tidak diakui oleh Pemerintah Indonesia.
Ayat 3
Dokter Gigi di Indonesia boleh mendaftarkan namanya dalam buku telepon atau
direktori lain dengan ketentuan tidak ditulis dengan huruf tebal, warna lain atau
dalam kotak.
Ayat 4
Informasi profil Dokter Gigi yang dianggap perlu oleh masyarakat dikeluarkan oleh
Pemerintah atau Persatuan Dokter Gigi Indonesia baik melalui media cetak maupun
elektronik.
Ayat 5
Dokter Gigi di Indonesia, apabila membuat blanko resep, kuitansi, amplop, surat
keterangan, cap dan kartu berobat harus sesuai dengan yang tercantum dalam SIP.
Seandainya tempat praktik berlainan dengan rumah dapat ditambahkan alamat dan
nomor telepon rumah.
Ayat 6
Dokter Gigi di Indonesia dalam melaksanakan upaya pelayanan kesehatan gigi swasta
dapat melalui beberapa cara;
1. praktik perorangan dokter gigi
2. praktik perorangan dokter gigi spesialis
3. praktik berkelompok dokter gigi
4. praktik berkelompok dokter gigi spesialis
Ayat 6.1
Untuk praktik berkelompok harus diberi nama tertentu yang diambil dari nama orang
yang berjasa dalam bidang kesehatan yang telah meninggal dunia atau nama lain
sesuai fungsinya.
Ayat 6.2
Dokter Gigi di Indonesia yang melakukan praktik berkelompok baik masing-masing
maupun sebagai kelompok mempunyai tanggung jawab untuk tidak melanggar Kode
Etik Kedokteran Gigi Indonesia
Ayat 7
Papan Nama Praktik
Ayat 7.1
Papan nama praktik perorangan termasuk neonbox berukuran 40 X 60 cm, maksimal
60 X 90 cm. Tulisan memuat nama, dan atau sebutan professional yang sah sesuai
dengan SIP, hari dan jam praktik, Nomor Surat Ijin Praktik, Alamat Praktik dan
nomor telepon praktik (bila ada).
Ayat 7.2
Dokter gigi yang praktik berkelompok papan nama praktiknya ukurannya tidak boleh
melebihi 250 x 100 cm. Tulisannya memuat nama praktik dokter gigi/ spesialis
berkelompok (misalnya Ibnu Sina) , hari dan jam praktik, alamat, nomor telepon,
Surat Ijin Penyelenggaraan dan Jenis pelayanan
Ayat 7.3
Selain tulisan tersebut di 7.1 dan 7.2 tidak dibenarkan menambahkan tulisan lain
atau gambar, kecuali yang dibuat oleh PDGI. Dalam hal tertentu, dapat dipasang
tanda panah untuk menunjukkan arah tempat praktik, sebanyak-banyaknya dua
papan nama praktik.
Ayat 7.4
Papan nama dasar putih, tulisan hitam dan apabila diperlukan, papan nama tersebut
boleh diberi penerangan yang tidak bersifat iklan.
Ayat 7.5
Papan nama praktek bila dianggap perlu bisa disertai bahasa Inggris. Contoh papan
praktik berkelompok Sesuai buku pedoman praktik berkelompok dokter spesialis
Dirjen Bina YANMED Depkes RI Jakarta 2006 :
PRAKTIK BERKELOMPOK DOKTER GIGI SPESIALIS
“IBNU SINA”
Izin No : ...................
Alamat : Jl. Jakarta No 15 Bandung
Spesialis Ortodonti
Adam drg., Sp.Ort
SIP............
Senin dan Rabu
Jam 17.00 –20.00
Spesialis Prostodonti
Budi., drg.,Sp. Pros
SIP.............
Senin s/d Kamis
Jam 17.00 –20.00
Dokter Gigi
Amir, drg
Senin s/d Jumat
Jam 10.00 s/d 16.00
Pasal 4
Dokter Gigi di Indonesia harus memberi kesan dan keterangan atau pendapat yang
dapat dipertanggungjawabkan.
Ayat 1
Dokter Gigi di Indonesia tidak dibenarkan memberi jaminan dan/ atau garansi
tentang hasil perawatan.
Ayat 2
Dokter gigi di Indonesia tidak dibenarkan membuat surat/pernyataan yang tidak
sesuai dengan fakta/ kenyataan.
Pasal 5
Dokter Gigi di Indonesia tidak diperkenankan menjaring pasien secara pribadi,
melalui pasien atau agen.
Pasal 6
Dokter Gigi di Indonesia wajib menjaga kehormatan, kesusilaan, integritas dan
martabat profesi dokter gigi.
Pasal 7
Dokter Gigi di Indonesia berkewajiban untuk mencegah terjadinya infeksi silang yang
membahayakan pasien, staf dan masyarakat.
Pasal 8
Dokter Gigi diIndonesia wajib menjalin kerja sama yang baik dengan tenaga
kesehatan lainnya.
Pasal 9
Dokter Gigi di Indonesia dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat,
wajib bertindak sebagai motivator, pendidik dan pemberi pelayanan kesehatan
(promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif).
BAB II
KEWAJIBAN DOKTER GIGI TERHADAP PASIEN
Pasal 10
Dokter Gigi di Indonesia wajib menghormati hak pasien untuk menentukan pilihan
perawatan dan rahasianya.
Ayat 1
Dokter Gigi di Indonesia wajib menyampaikan informasi mengenai rencana perawatan
dan pengobatan beserta alternatif yang sesuai dan memperoleh persetujuan pasien
dalam mengambil keputusan.
Ayat 2
Dokter Gigi di Indonesia wajib menghormati hak pasien bila menolak perawatan dan
pengobatan yang diusulkan dan dapat mempersilahkan pasien untuk mencari
pendapat dari profesional lain (second opinion).
Ayat 3
Dokter Gigi di Indonesia wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya
tentang pasien, bahkan setelah pasien meninggal dunia. Rahasia pasien hanya dapat
dibuka berdasarkan ketentuan peraturan undang-undang, diminta oleh Sidang
Pengadilan, dan untuk kepentingan pasien atau masyarakat.
Pasal 11
Dokter Gigi di Indonesia wajib melindungi pasien dari kerugian.
Ayat 1
Dalam memberikan pelayanan dokter gigi di Indonesia wajib bertindak efisien efektif
dan berkualitas sesuai dengan kebutuhan dan persetujuan pasien.
Ayat 2
Dalam hal ketidakmampuan melakukan pemeriksaan atau pengobatan, dokter gigi
wajib merujuk pasien kepada dokter gigi atau profesional lainnya dengan kompetensi
yang sesuai.
Ayat 3
Dokter Gigi di Indonesia yang menerima pasien rujukan wajib mengembalikan kepada
pengirim disertai informasi tindakan yang telah dilakukan berikut pendapat dan
saran secara tertulis dalam amplop tertutup.
Ayat 4
Dokter Gigi di Indonesia wajib memberikan ijin kepada pasien yang ingin melanjutkan
perawatannya ke dokter gigi lain dengan menyertakan surat rujukan berisikan
rencana perawatan, perawatan atau pengobatan yang telah dilakukan, dilengkapi
dengan data lainnya sesuai kebutuhan.
Pasal 12
Dokter Gigi di Indonesia wajib mengutamakan kepentingan pasien.
Ayat 1
Dokter Gigi di Indonesia dalam melayani pasien harus selalu mengedepankan ibadah
dan tidak semata mata mencari materi.
Ayat 2
Dokter Gigi di Indonesia wajib memberikan pertolongan darurat dalam batas-batas
kemampuannya sebagai suatu tugas kemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada orang
lain yang lebih mampu melakukannya.
Ayat 3
Dokter Gigi di Indonesia wajib mendahulukan pasien yang datang dalam keadaaan
darurat.
Ayat 4
Dokter Gigi di Indonesia wajib memberitahukanpasien bagaimana cara memperoleh
pertolongan bila terjadi situasi darurat.
Pasal 13
Dokter gigi di Indonesia wajib memperlakukan pasien secara adil.
Ayat 1
Dokter Gigi di Indonesia tidak boleh menolak pasien yang datang ke tempat
praktiknya berdasarkan pertimbangan status sosial ekonomi, ras, agama, warna
kulit, jenis kelamin, kebangsaan , penyakit dan kelainan tertentu.
Ayat 2
Dokter Gigi di Indonesia tidak dibenarkan menuntut imbalan jasa atas
kecelakaan/kelalaian perawatan yang dilakukannya.
Pasal 14
Dokter Gigi di Indonesia wajib menyimpan,menjaga dan merahasiakan RekamMedik
Pasien.
BAB III
KEWAJIBAN DOKTER GIGI TERHADAP TEMAN SEJAWAT
Pasal 15
Dokter Gigi di Indonesia harus memperlakukan teman sejawatnya sebagaimana ia
sendiri ingin diperlakukan.
Ayat 1
Dokter Gigi di Indonesia wajib memelihara hubungan baik dengan teman sejawat,
baik dalam kehidupan pribadi maupun dalam menjalankan profesi. Pengalaman atau
pengetahuan yang diperoleh hendaknya diinformasikan kepada teman sejawat yang
lain.
Ayat 2
Sopan santun dan saling menghargai sesama teman sejawat harus selalu
diutamakan.Pembicaraan mengenai teman sejawat yang
menyangkut pribadi atau dalam memberi perawatan harus disikapi secara benar,
informatif dan dapat dipertanggung jawabkan tanpa menyalahkan pihak lain
Ayat 3
Dalam menghormati azas hidup berdampingan dan kerjasama antar sejawat, jasa
perawatan tidak selayaknya dibebankan pada teman sejawat maupun keluarganya.
Perawatan yang membutuhkan biaya bahan dan pekerjaan laboratorium hendaknya
dipungut tidak lebih dari biaya bahan dan pekerjaan laboratorium yang dikeluarkan.
Ayat 4
Dalam melaksanakan kerjasama,segala bentuk perbedaan pendapat mengenai cara
perawatan, pembagian honorarium hendaknya tidak perlu terjadi dan apabila terjadi,
hendaknya dapat diselesaikan secara musyawarah, apabila musyawarah tidak
tercapai, maka dapat meminta pertolongan kepada Organisasi Profesi tanpa
melibatkan pihak lain.
Ayat 5
Apabila akan membuka praktik disuatu tempat sebaiknya Memberitahukan terlebih
dahulu kepada teman sejawat yang praktiknya berdekatan.
Ayat 6
Dalam menulis surat rujukan seyogianya memperhatikan tata krama dengan isi
meliputi : Teman sejawat yang dituju, identitas pasien, kondisi / masalah pasien dan
bantuan yang diharapkan serta ucapan terima kasih.
Ayat 7
Apabila merujuk atau menerima rujukan pasien, para pihak tidak dibenarkan
meminta atau memberi imbalan (komisi)
Pasal 16
Dokter Gigi di Indonesia apabila mengetahui pasien sedang dirawat dokter gigi lain
tidak dibenarkan mengambil alih pasien tersebut tanpa persetujuan dokter gigi lain
tersebut kecuali pasien menyatakan pilihan lain.
Pasal 17
Dokter Gigi di Indonesia, dapat menolong pasien yang dalam keadaan darurat dan
sedang dirawat oleh dokter gigi lain , selanjutnya pasien harus dikembalikan kepada
Dokter Gigi semula, kecuali kalau pasien
menyatakan pilihan lain.
Pasal 18
Dokter Gigi di Indonesia apabila berhalangan melaksanakan praktik, harus membuat
pemberitahuan atau menunjuk pengganti sesuai dengan aturan yang berlaku.
Pasal 19
Dokter Gigi di Indonesia seyogianya memberi nasihat kepada teman sejawat yang
diketahui berpraktik di bawah pengaruh alkohol atau obat terlarang. Apabila
dianggap perlu dapat melaporkannya kepada Organisasi Profesi.
BAB IV
KEWAJIBAN DOKTER GIGI TERHADAP DIRI SENDIRI
Pasal 20
Dokter Gigi di Indonesia wajib mempertahankan dan meningkatkan martabat dirinya.
Ayat 1
Dokter Gigi di Indonesia harus meyadari bahwa kehidupan pribadinya terikat pada
status profesi.
Ayat 2
Dokter Gigi di Indonesia harus memelihara kehormatan, kesusilaan, integritas dan
martabat profesi.
Ayat 3
Dokter Gigi di Indonesia harus menghindari perilaku yang tidak profesional.
Ayat 4
Dokter Gigi di Indonesia harus menghindari penggunaan sertifikat, tanda
penghargaan dan tanda keanggotaan yang tidak sesuai dengan kompetensi yang
diakui oleh pemerintah.
Pasal 21
Dokter Gigi di Indonesia wajib mengikuti secara aktif perkembangan etika, ilmu
pengetahuan dan teknologi khususnya di bidang kedokteran gigi, baik secara mandiri
maupun yang diselenggarakan oleh Organisasi Profesi.
Pasal 22
Dokter Gigi di Indonesia tidak boleh menyelenggarakan kegiatan pendidikan dan
pelatihan kedokteran gigi tanpa izin dari Organisasi Profesi.
Pasal 23
Dokter Gigi di Indonesia wajib menjaga kesehatannya supaya dapat bekerja dengan
optimal.
BAB V
PENUTUP
Etik Kedokteran Gigi Indonesia wajib dihayati dan diamalkan oleh setiap Dokter Gigi
di Indonesia. Pengingkaran terhadapnya akan menyebabkan kerugian baik bagi
masyarakat maupun bagi dokter gigi sendiri. Akibat yang paling tidak dikehendaki
adalah rusaknya martabat dan tradisi luhur profesi kedokteran gigi yang harus dijaga
bersama. Oleh karena itu semua dokter gigi di Indonesia bersepakat, bagi dokter gigi
yang melanggar Kodekgi wajib ditindak dan diberi hukuman sesuai dengan tingkat
kesalahannya
LAMPIRAN III
KEPUTUSAN KEPALA DINAS KESEHATAN
KABUPATEN LAMPUNG TIMUR
NOMOR : 440/ /03-SK/Bid-IV.3/2017
TENTANG PENETAPAN KODE ETIK PROFESI
TENAGA KESEHATAN DI LINGKUNGAN
DINAS KESEHATAN KABUPATEN LAMPUNG
TIMUR
Mengingat profesi perawat gigi merupakan tugas mulia yang tidak terlepas dari fungsi
kemanusiaan dalam bidang kesehatan, maka perlu memiliki suatu kode etik yang
dijiwai oleh nilainilai Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945.
Seorang perawat gigi dalam menjalankan profesinya perlu membawa diri dalam sikap
dan tindakan yang terpuji. Baik dalam hubungannya terhadap penderita,
masyarakat, teman sejawat, maupun profesinya. Dengan Rachmat Tuhan Yang Maha
Esa serta didorong keinginan luhur untuk mewujudkan martabat, wibawa dan
kehormatan profesi perawat gigi, maka Perawat Gigi yang bergabung dalam wadah
Persatuan Perawat Gigi Indonesia (PPGI) dengan penuh kesadaran dan tanggung
jawab merumuskan Kode Etik Perawat Gigi Indonesia yang wajib dihayati, ditaati dan
diamalkan oleh setiap Perawat Gigi yang menjalankan profesinya di wilayah hukum
Indonesia.
BAB I
KEWAJIBAN UMUM
Pasal 1
Setiap Perawat Gigi Indonesia harus senantiasa menjalankan profesinya secara
optimal.
Pasal 2
Setiap Perawat Gigi Indonesia wajib menjunjung tinggi norma-norma hidup yang
luhur.
Pasal 3
Dalam menjalankan profesi, setiap Perawat Gigi Indonesia tidak dibenarkan
melakukan perbuatan yang bertentangan dengan Kode Etik.
Pasal 4
Setiap Perawat Gigi Indonesia harus memberikan kesan dan keterangan atau
pendapat yang dapat dipertanggung jawabkan.
Pasal 5
Setiap Perawat Gigi Indonesia agar menjalin kerja sama yang baik dengan tenaga
kesehatan lainnya.
Pasal 6
Setiap Perawat Gigi Indonesia wajib bertindak sebagai motivator dan pendidik
masyarakat.
Pasal 7
Setiap Perawat Gigi Indonesia wajib berupaya meningkatkan kesehatan gigi dan
mulut masyarakat dalam bidang promotif, preventive dan kuratif sederhana.
BAB II
KEWAJIBAN PERAWAT GIGI TERHADAP MASYARAKAT
Pasal 8
Dalam menjalankan profesinya, setiap Perawat Gigi Indonesia wajib memberikan
pelayanan yang sebaik mungkin kepada individu masyarakat.
Pasal 9
Dalam hal ini ketidakmampuan dan diluar kewenangan Perawat Gigi Indonesia
berkewajiban merujuk kasus yang ditemukan kepada tenanga yang lebih ahli.
Pasal 10
Setiap Perawat Gigi Indonesia wajib merahasiakan segala sesuatu yang ia ketahui
tentang kliennya.
Pasal 11
Setiap Perawat gigi indonesia wajib memberikan pertolongan darurat dalam batas-
batas kemampuan, sebagai suatu tugas perikemanusiaan, kecuali pada waktu itu ada
orang lain yang lebih mampu memberikan pertolongan.
BAB III
KEWAJIBAN PERAWAT GIGI TERHADAP TEMAN SEJAWATNYA
Pasal 12
Setiap Perawat Gigi Indonesia harus memperlakukan teman sejawatnya sebagaimana
ia sendiri diperlukan.
BAB IV
KEWAJIBAN PERAWAT GIGI TERHADAP DIRI SENDIRI
Pasal 13
Setiap Perawat Gigi Indonesia wajib mempertahankan dan meningkatkan martabat
dirinya.
Pasal 14
Setiap Perawat Gigi Indonesia wajib mengikuti secara aktif perkembangan
pengetahuan dan teknologi.
Pasal 15
Setiap Perawat Gigi Indonesia harus memelihara kesehatannnya supaya dapat
bekerja dengan baik.
BAB V
PENUTUP
Kode Etik Perawat Gigi Indonesia yang menjadi landasan kehidupan dan landasan
dalam melaksanakan 2 tahun, melainka jiwa dan perbuatannya untuk segala zaman,
serta untuk setiap insan yang selalu mengumandangkan.
“ APA YANG TIDAK KAU INGINKAN, ORANG LAIN BERBUAT TERHADAPMU, JANGAN
BERBUAT ITU TERHADAP ORANG LAIN “ Oleh karena itu setiap Perawat Gigi
Indonesia harus menjaga nama baik dengan ilmu, moral dan etika. Seseorang atau
beberapa orang berbuat salah, seluruh Perawat Gigi terbawa dalam kesalahan itu
ataupun mendapat nama tidak baik, seperti peribahasa : “KARENA NILA SETITIK,
RUSAK SUSU SEBELANGA“
Keberhasilan penghayatan dan pengamalan Kode Etik Perawat Gigi Indonesia
bergabung dari Etika, serta partisipasi dari seluruh Perawat Gigi Indonesia.
LAMPIRAN IV
KEPUTUSAN KEPALA DINAS KESEHATAN
KABUPATEN LAMPUNG TIMUR
NOMOR : 440/ /03-SK/Bid-IV.3/2017
TENTANG PENETAPAN KODE ETIK
PROFESI TENAGA KESEHATAN DI
LINGKUNGAN DINAS KESEHATAN
KABUPATEN LAMPUNG TIMUR
KEWAJIBAN UMUM
Pasal 1
Setiap dokter harus menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan sumpah
dokter.
Pasal 2
Seorang dokter harus senantiasa berupaya melaksanakan profesinya sesuai dengan
standar profesi yang tertinggi.
Pasal 3
Dalam melakukan pekerjaan kedokterannya, seorang dokter tidak boleh dipengaruhi
oleh sesuatu yang mengakibatkan hilangnya kebebasan dan kemandirian profesi.
Pasal 4
Setiap dokter harus menghindarkan diridari perbuatan yang bersifat memuji diri.
Pasal 5
Tiap perbuatan atau nasehat yang mungkin melemahkan daya tahan psikis
maupun fisik hanya diberikan untuk kepentingan dan kebaikan pasien, setelah
memperoleh persetujuan pasien.
Pasal 6
Setiap dokter harus senantiasa berhati-hati dalam mengumumkan dan menerapkan
setiap penemuan teknik atau pengobatan baru yang belum diuji kebenarannya dan
hal-hal yang dapat menimbulkan keresahan masyarakat.
Pasal 7
Seorang dokter hanya memberi surat keterangan dan pendapat yang telah diperiksa
sendiri kebenarannya.
Pasal 7a
Seorang dokter harus, dalam setiap praktik medisnya, memberikan pelayanan medis
yang kompeten dengan kebebasan teknis dan moral sepenuhnya, disertai rasa kasih
sayang (compassion) dan penghormatan atas martabat manusia.
Pasal 7b
Seorang dokter harus bersikap jujur dalam berhubungan dengan pasien dan
sejawatnya, dan berupaya untuk mengingatkan sejawatnya yang dia ketahui memiliki
kekurangan dalam karakter atau kompetensi, atau yang melakukan penipuan atau
penggelapan, dalam menangani pasien.
Pasal 7c
Seorang dokter harus menghormati hak-hak pasien, hak-hak sejawatnya, dan hak
tenaga kesehatan lainnya, dan harus menjaga kepercayaan pasien
Pasal 7d
Setiap dokter harus senantiasa mengingat akan kewajiban melindungi hidup
makhluk insani.
Pasal 8
Dalam melakukan pekerjaannya seorang dokter harus memperhatikankepentingan
masyarakat dan memperhatikan semua aspek pelayanankesehatan yang menyeluruh
(promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif), baikfisik maupun psiko-sosial, serta
berusaha menjadi pendidik dan pengabdimasyarakat yang sebenar-benarnya.
Pasal 9
Setiap dokter dalam bekerja sama dengan para pejabat di bidang kesehatan dan
bidang lainnya serta masyarakat, harus saling menghormati.
Pasal 14
Setiap dokter memperlakukan teman sejawatnya sebagaimana ia sendiri ingin
diperlakukan.
Pasal 15
Setiap dokter tidak boleh mengambil alih pasien dari teman sejawat, kecuali dengan
persetujuan atau berdasarkan prosedur yang etis.
Pasal 16
Setiap dokter harus memelihara kesehatannya, supaya dapat bekerja dengan baik.
Pasal 17
Setiap dokter harus senantiasa mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi kedokteran/kesehatan.
LAMPIRAN V
KEPUTUSAN KEPALA DINAS KESEHATAN
KABUPATEN LAMPUNG TIMUR
NOMOR : 440/ /03-SK/Bid-IV.3/2017
TENTANG PENETAPAN KODE ETIK PROFESI
TENAGA KESEHATAN DI LINGKUNGAN
DINAS KESEHATAN KABUPATEN LAMPUNG
TIMUR
Standar Profesi Nutrisionis adalah suatu pekerjaan dibidang gizi yang dilaksanakan
berdasarkan suatu keilmuan (body of knowledge), memiliki kompetensi yang diperoleh
melalui pendidikan berjenjang, memiliki kode etik, dan bersifat melayani masyarakat.
Etika Profesi terdiri dari dua kata yaitu etika yang berarti usaha untuk mengerti tata
aturan sosial yang menentukan dan membatasi tingkah laku manusia, dan kata
profesi yang berarti bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian
(keterampilan, kejuruan) tertentu.
Ahli Gizi yang melaksanakan profesi gizi mengabdikan diri dalam upaya memelihara
dan memperbaiki keadaan gizi, kesehatan, kecerdasan dan kesejahteraan rakyat
melalui upaya perbaikan gizi, pendidikan gizi, pengembangan ilmu dan teknologi gizi,
serta ilmu-ilmu terkait. Ahli Gizi dalam menjalankan profesinya harus senantiasa
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, menunjukkan sikap dan perbuatan terpuji
yang dilandasi oleh falsafah dan nilai-nilai Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945
serta Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Persatuan Ahli Gizi Indonesia
serta etika profesinya.
Dalam menerapkan kode etik, ahli gizi wajib melakukannya sesuai kewajiaban Yang
Meliputi Kewajiban Umum, Kewajiban Terhadap Klien, Kewajiban Terhadap
Masyarakat, Kewajiban Terhadap Teman Seprofesi dan Mitra Kerja, Kewajiban
Terhadap Profesi dan diri Sendiri.
Kode etik Ahli Gizi ini dibuat atas prinsip bahwa organisasi profesi bertanggung jawab
terhadap kiprah anggotanya dalam menjalankan praktek profesinya. Kode etik ini
berlaku setelah hari dari disahkannya kode etik ini oleh sidang tertinggi profesi sesuai
dengan ketentuan yang tertuang dalam anggaran dasar dan anggaran rumah tangga
profesi gizi.
A. Kewajiban Umum
1. Meningkatkan keadaan gizi dan kesehatan serta berperan dalam meningkatkan
kecerdasan dan kesejahteraan rakyat.
2. Menjunjung tinggi nama baik profesi gizi dengan menunjukkan sikap, perilaku,
dan budi luhur serta tidak mementingkan diri sendiri
3. Menjalankan profesinya menurut standar profesi yang telah ditetapkan.
4. Menjalankan profesinya bersikap jujur, tulus dan adil.
5. Menjalankan profesinya berdasarkan prinsip keilmuan, informasi terkini, dan
dalam menginterpretasikan informasi hendaknya objektif tanpa membedakan
individu dan dapat menunjukkan sumber rujukan yang benar.
6. Mengenal dan memahami keterbatasannya sehingga dapat bekerjasama dengan
pihak lain atau membuat rujukan bila diperlukan.
7. Melakukan profesinya mengutamakan kepentingan masyarakat dan
berkewajiban senantiasa berusaha menjadi pendidik dan pengabdi masyarakat
yang sebenarnya.
8. Berkerjasama dengan para profesional lain di bidang kesehatan maupun lainnya
berkewajiban senantiasa memelihara pengertian yang sebaik-baiknya.
MUKADIMAH
BAB I
KEWAJIBAN UMUM
Pasal 1
Pasal 2
Pasal 3
Pasal 5
BAB II
KEWAJIBAN TERHADAP MASYARAKAT
Pasal 6
Pasal 7
Pasal 8
Pasal 9
Pasal 10
Pasal 11
Pasal 12
Dalam menjalankan tugas dan fungsinya harus berdasarkan antisipasi kedepan, baik
yang menyangkut masalah kesehatan maupun masalah lain yang berhubungan atau
mempengaruhi kesehatan penduduk.
BAB III
KEWAJIBAN TERHADAP PROFESI KESEHATAN LAIN
DAN PROFESI DI LUAR BIDANG KESEHATAN
Pasal 14
Pasal 15
BAB IV
KEWJIBAN TERHADAP PROFESINYA
Pasal 16
Ahli kesehatan masyarakat hendaknya bersikap proaktif dan tidak menunggu dalam
mengatasi masalah.
Pasal 17
Pasal 18
BAB V
KEWAJIBAN TERHADAP DIRI SENDIRI
Pasal 19
BAB VI
PENUTUP
Pasal 21
LAMPIRAN VIII
KEPUTUSAN KEPALA DINAS KESEHATAN
KABUPATEN LAMPUNG TIMUR
NOMOR : 440/ /03-SK/Bid-IV.3/2017
TENTANG PENETAPAN KODE ETIK PROFESI
TENAGA KESEHATAN DI LINGKUNGAN
DINAS KESEHATAN KABUPATEN LAMPUNG
TIMUR
A. Mukadimah
Ahli Radiografi adalah salah satu profesi yang baik langsung maupun tidak langsung
ikut berperan didalam upaya menuju kesejahteraan fisik material dan mental
spiritual bagi masyarakat Indonesia. Oleh karena itu, segala sesuatu yang
menyangkut profesi Ahli Radiografi selalu berorentasi kepada tuntutan masyarakat.
Ahli Radiografi adalah suatu profesi yang melakukan pelayanan kepada masyarakat,
bukanlah profesi yang semat-mata pekerjaan untuk mencari nafkah, akan tetapi
merupakan pekerjaan kepercayaan, dalam hal ini kepercayaan dari masyarakat yang
membutuhkan pelayanan profesi, percaya kepada ketulusan hati, percaya kepada
kesetiaannya dan percaya kepada kemampuan profesionalnya.
Adanya limpahan dari anggota masyarakat tersebut, menuntut setiap anggota profesi
agar dalam mempersembahkan pelayanan dengan cara yang terhormat, dengan
disadari sepenuhnya bahwa anggota profesi selain memikul tanggung jawab
kehormatan pribadi, juga memikul tanggung jawab terhadap kehormatan profesi
dalam mengamalkan pelayanannya. Dan disamping itu juga dengan penuh kesadaran
bahwa pelayanannya merupakan bagian dari upaya meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat. Oleh sebab itu Anggota Profesi Ahli Radiografi memandang perlu
menyusun rumusan-rumusan sebagai indikasi dengan harapan dapat menjadi ikatan
moral bagi anggota - anggotanya. Dan anggota Profesi Radiologi menyadari
sepenuhnya bahwa hanya karena bimbingan Tuhan Yang Maha Esa anggota Profesi
Ahli radiografi dapat melaksanakan tugas pengabdiannya demi kepentingan
kemanusiaan, bangsa dan Negara dengan berdasarkan pancasila dan UUD 1945.
B. Kewajiban Umum
1. Setiap Anggota Radiografi di dalam melaksanakan pekerjaan profesinya tidak
diizinkan membeda-bedakan kebangsaan, kesukuan, warna kulit, jenis kelamin,
agama, politik serta status sosial kliennya.
2. Setiap Anggota radiografi didalam melaksanakan pekerjaan profesinya selalu
memakai standar profesi.
3. Setiap Ahli radiografi Indonesia didalam melaksanakan pekerjaan profesi, tidak
diperbolehkan melakukan perbuatan yang dipengaruhi pertimbangan
keuntungan pribadi.
3. Ahli Radiografi tidak dibenarkan menyuruh orang lain yang bukan Ahlinya untuk
melakukan pekerjaan radiografi, Imejing dan Radioterapi.
LAMPIRAN IX
KEPUTUSAN KEPALA DINAS KESEHATAN
KABUPATEN LAMPUNG TIMUR
NOMOR : 440/ /03-SK/Bid-IV.3/2017
TENTANG PENETAPAN KODE ETIK PROFESI
TENAGA KESEHATAN DI LINGKUNGAN
DINAS KESEHATAN KABUPATEN LAMPUNG
TIMUR
Dalam ilmu keperawatan terdapat suatu standar yang akan menjadi pedoman bagi
perawat dalam melakukan tindakan atau praktik keperawatan profesional. Standar
tersebut adalah kode etik keperawatan. Dengan kode etik tersebut, perawat dapat
bertindak sesuai hukum atau aspek legal perawat. Selain itu, kode etik juga dapat
membantu perawat ketika mengalami masalah yang tidak adil. Karena kode etik
adalah pernyataan standar profesional yang digunakan sebagai pedoman perilaku
yang menjadi kerangka kerja dalam membuat keputusan. Kode Etik juga
memberikan pemahaman kepada perawat untuk melakukan tindakan sesuai etika
dan moral serta akan menghindarkan dari tindakan kelalaian yang akan
menyebabkan klien tidak nyaman atau bahkan menyebabkan nyawa klien terancam.
a. Kode etik perawat yang berlaku saat ini berfungsi sebagai landasan atau
pedoman bagi status perawat profesional yaitu dengan cara:
b. Menunjukkan kepada masyarakat bahwa perawat diharuskan memahami
dan menerima kepercayaan dan tanggungjawab yang diberikan kepada
perawat oleh masyarakat.
c. Menjadi pedoman bagi perawat dalam berperilaku dan menjalin hubungan
keprofesian sebagai landasan dalam penerapan praktek etikal
d. Menetapkan hubungan-hubungan profesional yang harus dipatuhi yaitu
hubungan perawat dengan pasien/klien sebagai advokator, perawat dengan
tenaga profesional kesehatan lain sebagai teman sejawat, dengan profesi
keperawatan sebagai seorang kontributor dan dengan masyarakat sebagai
perwakilan dari asuhan kesehatan.
e. Memberikan sarana pengaturan diri sebagai profesi.
LAMPIRAN X
KEPUTUSAN KEPALA DINAS KESEHATAN
KABUPATEN LAMPUNG TIMUR
NOMOR : 440/ /03-SK/Bid-IV.3/2017
TENTANG PENETAPAN KODE ETIK PROFESI
TENAGA KESEHATAN DI LINGKUNGAN
DINAS KESEHATAN KABUPATEN LAMPUNG
TIMUR
Apabila kita telah memilih Sanitrarian sebagai sebuah profesi, maka sebagai seorang
sanitarain dalam melaksanakan hak dan kewajibannya harus senantiasa dilandasi
oleh kode etik serta harus selalu menjujung tinggi ketentuan yang dicanangkan oleh
profesi. Dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya harus selalu berpedoman pada
standar kompetensi.
Sedangkan standar kompetensi itu sendiri harus senantiasa terus dilengkapi dengan
perangkat-perangkat keprofesian yang lain. Sesuai dengan Keputusan Menteri
Kesehatan Nomor: 373/ Menkes/SK/III/2007 Tanggal : 27 Maret 2007 Tentang
Standar Profesi Sanitarian, berikut merupakan Kode Etik Sanitarian/Ahli Kesehatan
lingkungan Indonesia.
A. KEWAJIBAN UMUM
1. Seorang sanitarian harus menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan
profesi sanitasi dengan sebaik-baiknya.
2. Seorang sanitarian harus senantiasa berupaya melaksanakan profesinya
sesuai dengan standar profesi yang tertinggi.
3. Dalam melakukan pekerjaan atau praktek profesi sanitasi, seorang
tidak boleh dipengaruhi sesuatu yang mengakibatkan hilangnya kebebasan dan
kemandirian profesi.
4. Seorang sanitarian harus menghindarkan diri dari perbuatan yang bersifat
memuji diri sendiri.
5. Seorang sanitarian senantiasa berhati-hati dalam menerapkan setiap penemuan
teknik atau cara baru yang belum teruji kehandalannya dan hal-hal yang dapat
menimbulkan keresahan masyarakat.
6. Seorang hanya memberi saran atau rekomendasi yang telah melalui suatu
proses analisis secara komprehensif.
7. Seorang sanitarian dalam menjalankan profesinya, harus memberikan
pelayanan yang sebaik-baiknya dengan menjunjung tinggi kesehatan dan
keselamatan manusia, serta kelestarian lingkungan.
8. Seorang sanitarian harus bersikap jujur dalam berhubungan dengan klien atau
masyarakat dan teman seprofesinya, dan berupaya untuk mengingatkan teman
seprofesinya yang dia ketahui memiliki kekurangan dalam karakter atau
kompetensi, atau yang melakukan penipuan atau kebohongan dalam
Menangani masalah klien atau masyarakat.
9. Seorang sanitarian harus menghormati hak-hak klien atau masyarakat, hak-
hak teman seprofesi, dan hak tenaga kesehatan lainnya, dan harus menjaga
kepercayaan klien atau masyarakat.
10. Dalam melakukan pekerjaannya seorang sanitarian harus memperhatikan
kepentingan masyarakat dan memperhatikan seluruh aspek kesehatan
lingkungan secara menyeluruh, baik fisik, biologi maupun sosial, serta
berusaha menjadi pendidik dan pengabdi masyarakat yang sebenar-benarnya.
11. Seorang sanitarian dalam bekerja sama dengan para pejabat di bidang
kesehatan dan bidang lainnya serta masyarakat, harus saling menghormati.