Anda di halaman 1dari 32

LAMPIRAN I

KEPUTUSAN KEPALA DINAS KESEHATAN


KABUPATEN LAMPUNG TIMUR
NOMOR : 440/ /03-SK/Bid-IV.3/2018
TENTANG PENETAPAN KODE ETIK PROFESI
TENAGA KESEHATAN DI LINGKUNGAN
DINAS KESEHATAN KABUPATEN LAMPUNG
TIMUR

KODE ETIK PROFESI BIDAN

Kode Etik Profesi Bidan terdiri dari 7 (tujuh) bagian yaitu :


1. Kewajiban Bidan terhadap klien/masyarakat.
a. Setiap bidan senantiasa menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan
sumpah jabatannya dalam melaksanakan tugas pengabdiannya.
b. Setiap bidan dalam menjalankan tugas profesinya menjunjung tinggi harkat
dan martabat kemanusiaan yang utuh dan memelihara citra bidan.
c. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya senantiasa berpedoman pada
peran,tugas dan tanggung jawab sesuai dengan kebutuhan klien, keluarga dan
masyarakat.
d. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya mendahulukan kepentingan klien,
menghormati hak klien dan menghormati nilai-nilai yang berlaku di
masyarakat.
e. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya senantiasa mendahulukan
kepentingan klien, keluarga dan masyarakat dengan identitas yang sama
sesuai dengan kebutuhan berdasarkan kemampuan yang dimilikinya.
f. Setiap bidan senantiasa menciptakan suasana yang serasi dalam hubungan
pelaksanaan tugasnya, dengan mendorong partisipasi masyarakat untuk
meningkatkan derajat kesehatan secara optimal.

2. Kewajiban terhadap tugasnya


a. Setiap bidan senantiasa memberikan pelayanan paripurna terhadap klien,
keluarga dan masyarakat sesuai dengan kemampuan profesi yang dimilikinya
berdasarkan kebutuhan klien, keluarga dan masyarakat.
b. Setiap bidan berhak memberikan pertolongan dan mempunyai kewenangan
dalam mengambil keputusan dalam tugasnya termasuk keputusan
mengadakan konsultasi dan atau rujukan.

c. Setiap bidan harus menjamin kerahasiaan keterangan yang dapat atau


dipercayakan kepadanya, kecuali bila diminta oleh pengadilan atau diperlukan
sehubungan kepentingan klien.

3. Kewajiban bidan terhadap sejawat dan tenaga kesehatan lainnya.


a. Setiap bidan harus menjalin hubungan dengan teman sejawatnya untuk
menciptakan suasana kerja yang serasi.
b. Setiap bidan dalam melaksanakan tugasnya harus saling menghormati baik
terhadap teman sejawatnya maupun tenaga kesehatan lainnya.

4. Kewajiban bidan terhadap profesinya.


a. Setiap bidan harus menjaga nama baik dan menjunjung tinggi citra profesinya
dengan menampilkan kepribadian yang tinggi dan memberikan pelayanan yang
bermutu kepada masyarakat.
b. Setiap bidan harus senantiasa mengembangkan diri dan meningkatkan
kemampuan profesinya sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
c. Setiap bidan senantiasa berperan serta dalam kegiatan penelitian dan kegiatan
sejenisnya yang dapat meningkatkan mutu dan citra profesinya.

5. Kewajiban bidan terhadap diri sendiri


a. Setiap bidan harus memlihara kesehatannya agar dapat melaksanakan tugas
profesinya dengan baik.
b. Setiap bidan harus berusaha secara terus menerus untuk meningkatkan
pengetahuan dan ketrampilan sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi.

6. Kewajiban bidan terhadappemerintah, Nusa Bangsa dan Tanah Air.


a. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya senantiasa melaksanakan
ketentuan-ketentuan Pemerintah dalam bidang kesehatan, khususnya dalam
pelayanan KIA/KB dan kesehatan Keluarga dan Masyarakat.
b. Setiap bidan melalui profesinya berpartisipasi dan menyumbangkan
pemikirannya kepada pemerintah untuk meningkatkan mutu jangkauan
pelayanan kesehatan terutama pelayanan KIA/KB dan kesehatan keluarga.

7. Penutup
Setiap bidan dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari senantiasa menghayati
dan mengamalkan Kode Etik bidan Indonesia.
LAMPIRAN II
KEPUTUSAN KEPALA DINAS KESEHATAN
KABUPATEN LAMPUNG TIMUR
NOMOR : 440/ /03-SK/Bid-IV.3/2017
TENTANG PENETAPAN KODE ETIK PROFESI
TENAGA KESEHATAN DI LINGKUNGAN
DINAS KESEHATAN KABUPATEN LAMPUNG
TIMUR

KODE ETIK KEDOKTERAN GIGI INDONESIA

BAB 1
KEWAJIBAN UMUM
Pasal 1

Dokter Gigi di Indonesia wajib menghayati, mentaati dan mengamalkan


Sumpah/Janji Dokter Gigi Indonesia dan Kode Etik Kedokteran Gigi Indonesia

Ayat 1
Dalam mengamalkan Sumpah/Janji Dokter Gigi dan Etika Kedokteran Gigi
Indonesia,Dokter Gigi wajib menghargai hak pasien dalam menentukan nasib dan
menjaga rahasianya, mengutamakan kepentingan pasien, melindungi pasien dari
kerugian, memperlakukan orang lain dengan adil, selalu jujur baik terhadap pasien,
masyarakat, teman sejawat maupun profesi lainnya,sesuai dengan martabat luhur
profesi Dokter Gigi.
Pasal 2
Dokter Gigi di Indonesia wajib menjunjung tinggi norma-norma kehidupan yang luhur
dalam menjalankan profesinya.
Ayat 1
Dokter Gigi di Indonesia wajib menghormati norma-norma yang hidup didalam
masyarakat.
Ayat 2
Dokter Gigi di Indonesia wajib mentaati peraturan atau undang-undang Republik
Indonesia serta aturan-aturan yang dikeluarkan oleh organisasi profesi.

Pasal 3
Dalam menjalankan profesinya Dokter Gigi di Indonesia tidak boleh dipengaruhi oleh
pertimbangan untuk mencari keuntungan pribadi.

Ayat 1
Dokter Gigi di Indonesia dilarang melakukan promosi dalam bentuk apapun seperti
memuji diri, mengiklankan alat dan bahan apapun, memberi iming-iming baik
langsung maupun tidak langsung dan lain –lain, dengan tujuan agar pasien datang
berobat kepadanya.
Ayat 2
Dokter Gigi di Indonesia dilarang menggunakan gelar atau sebutan profesional yang
tidak diakui oleh Pemerintah Indonesia.
Ayat 3
Dokter Gigi di Indonesia boleh mendaftarkan namanya dalam buku telepon atau
direktori lain dengan ketentuan tidak ditulis dengan huruf tebal, warna lain atau
dalam kotak.
Ayat 4
Informasi profil Dokter Gigi yang dianggap perlu oleh masyarakat dikeluarkan oleh
Pemerintah atau Persatuan Dokter Gigi Indonesia baik melalui media cetak maupun
elektronik.
Ayat 5
Dokter Gigi di Indonesia, apabila membuat blanko resep, kuitansi, amplop, surat
keterangan, cap dan kartu berobat harus sesuai dengan yang tercantum dalam SIP.
Seandainya tempat praktik berlainan dengan rumah dapat ditambahkan alamat dan
nomor telepon rumah.
Ayat 6
Dokter Gigi di Indonesia dalam melaksanakan upaya pelayanan kesehatan gigi swasta
dapat melalui beberapa cara;
1. praktik perorangan dokter gigi
2. praktik perorangan dokter gigi spesialis
3. praktik berkelompok dokter gigi
4. praktik berkelompok dokter gigi spesialis

Ayat 6.1
Untuk praktik berkelompok harus diberi nama tertentu yang diambil dari nama orang
yang berjasa dalam bidang kesehatan yang telah meninggal dunia atau nama lain
sesuai fungsinya.
Ayat 6.2
Dokter Gigi di Indonesia yang melakukan praktik berkelompok baik masing-masing
maupun sebagai kelompok mempunyai tanggung jawab untuk tidak melanggar Kode
Etik Kedokteran Gigi Indonesia

Ayat 7
Papan Nama Praktik
Ayat 7.1
Papan nama praktik perorangan termasuk neonbox berukuran 40 X 60 cm, maksimal
60 X 90 cm. Tulisan memuat nama, dan atau sebutan professional yang sah sesuai
dengan SIP, hari dan jam praktik, Nomor Surat Ijin Praktik, Alamat Praktik dan
nomor telepon praktik (bila ada).
Ayat 7.2
Dokter gigi yang praktik berkelompok papan nama praktiknya ukurannya tidak boleh
melebihi 250 x 100 cm. Tulisannya memuat nama praktik dokter gigi/ spesialis
berkelompok (misalnya Ibnu Sina) , hari dan jam praktik, alamat, nomor telepon,
Surat Ijin Penyelenggaraan dan Jenis pelayanan

Ayat 7.3
Selain tulisan tersebut di 7.1 dan 7.2 tidak dibenarkan menambahkan tulisan lain
atau gambar, kecuali yang dibuat oleh PDGI. Dalam hal tertentu, dapat dipasang
tanda panah untuk menunjukkan arah tempat praktik, sebanyak-banyaknya dua
papan nama praktik.

Ayat 7.4
Papan nama dasar putih, tulisan hitam dan apabila diperlukan, papan nama tersebut
boleh diberi penerangan yang tidak bersifat iklan.

Ayat 7.5
Papan nama praktek bila dianggap perlu bisa disertai bahasa Inggris. Contoh papan
praktik berkelompok Sesuai buku pedoman praktik berkelompok dokter spesialis
Dirjen Bina YANMED Depkes RI Jakarta 2006 :
PRAKTIK BERKELOMPOK DOKTER GIGI SPESIALIS
“IBNU SINA”
Izin No : ...................
Alamat : Jl. Jakarta No 15 Bandung

Spesialis Bedah Mulut


Amin , drg., Sp. BM
SIP. ...........
Senin –Jumat
Jam09.00 –14.00

Spesialis Ortodonti
Adam drg., Sp.Ort
SIP............
Senin dan Rabu
Jam 17.00 –20.00

Spesialis Prostodonti
Budi., drg.,Sp. Pros
SIP.............
Senin s/d Kamis
Jam 17.00 –20.00
Dokter Gigi
Amir, drg
Senin s/d Jumat
Jam 10.00 s/d 16.00
Pasal 4
Dokter Gigi di Indonesia harus memberi kesan dan keterangan atau pendapat yang
dapat dipertanggungjawabkan.
Ayat 1
Dokter Gigi di Indonesia tidak dibenarkan memberi jaminan dan/ atau garansi
tentang hasil perawatan.
Ayat 2
Dokter gigi di Indonesia tidak dibenarkan membuat surat/pernyataan yang tidak
sesuai dengan fakta/ kenyataan.
Pasal 5
Dokter Gigi di Indonesia tidak diperkenankan menjaring pasien secara pribadi,
melalui pasien atau agen.
Pasal 6
Dokter Gigi di Indonesia wajib menjaga kehormatan, kesusilaan, integritas dan
martabat profesi dokter gigi.
Pasal 7
Dokter Gigi di Indonesia berkewajiban untuk mencegah terjadinya infeksi silang yang
membahayakan pasien, staf dan masyarakat.
Pasal 8
Dokter Gigi diIndonesia wajib menjalin kerja sama yang baik dengan tenaga
kesehatan lainnya.
Pasal 9
Dokter Gigi di Indonesia dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat,
wajib bertindak sebagai motivator, pendidik dan pemberi pelayanan kesehatan
(promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif).

BAB II
KEWAJIBAN DOKTER GIGI TERHADAP PASIEN

Pasal 10
Dokter Gigi di Indonesia wajib menghormati hak pasien untuk menentukan pilihan
perawatan dan rahasianya.
Ayat 1
Dokter Gigi di Indonesia wajib menyampaikan informasi mengenai rencana perawatan
dan pengobatan beserta alternatif yang sesuai dan memperoleh persetujuan pasien
dalam mengambil keputusan.
Ayat 2
Dokter Gigi di Indonesia wajib menghormati hak pasien bila menolak perawatan dan
pengobatan yang diusulkan dan dapat mempersilahkan pasien untuk mencari
pendapat dari profesional lain (second opinion).
Ayat 3
Dokter Gigi di Indonesia wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya
tentang pasien, bahkan setelah pasien meninggal dunia. Rahasia pasien hanya dapat
dibuka berdasarkan ketentuan peraturan undang-undang, diminta oleh Sidang
Pengadilan, dan untuk kepentingan pasien atau masyarakat.
Pasal 11
Dokter Gigi di Indonesia wajib melindungi pasien dari kerugian.
Ayat 1
Dalam memberikan pelayanan dokter gigi di Indonesia wajib bertindak efisien efektif
dan berkualitas sesuai dengan kebutuhan dan persetujuan pasien.
Ayat 2
Dalam hal ketidakmampuan melakukan pemeriksaan atau pengobatan, dokter gigi
wajib merujuk pasien kepada dokter gigi atau profesional lainnya dengan kompetensi
yang sesuai.
Ayat 3
Dokter Gigi di Indonesia yang menerima pasien rujukan wajib mengembalikan kepada
pengirim disertai informasi tindakan yang telah dilakukan berikut pendapat dan
saran secara tertulis dalam amplop tertutup.
Ayat 4
Dokter Gigi di Indonesia wajib memberikan ijin kepada pasien yang ingin melanjutkan
perawatannya ke dokter gigi lain dengan menyertakan surat rujukan berisikan
rencana perawatan, perawatan atau pengobatan yang telah dilakukan, dilengkapi
dengan data lainnya sesuai kebutuhan.
Pasal 12
Dokter Gigi di Indonesia wajib mengutamakan kepentingan pasien.
Ayat 1
Dokter Gigi di Indonesia dalam melayani pasien harus selalu mengedepankan ibadah
dan tidak semata mata mencari materi.

Ayat 2
Dokter Gigi di Indonesia wajib memberikan pertolongan darurat dalam batas-batas
kemampuannya sebagai suatu tugas kemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada orang
lain yang lebih mampu melakukannya.
Ayat 3
Dokter Gigi di Indonesia wajib mendahulukan pasien yang datang dalam keadaaan
darurat.
Ayat 4
Dokter Gigi di Indonesia wajib memberitahukanpasien bagaimana cara memperoleh
pertolongan bila terjadi situasi darurat.
Pasal 13
Dokter gigi di Indonesia wajib memperlakukan pasien secara adil.
Ayat 1
Dokter Gigi di Indonesia tidak boleh menolak pasien yang datang ke tempat
praktiknya berdasarkan pertimbangan status sosial ekonomi, ras, agama, warna
kulit, jenis kelamin, kebangsaan , penyakit dan kelainan tertentu.
Ayat 2
Dokter Gigi di Indonesia tidak dibenarkan menuntut imbalan jasa atas
kecelakaan/kelalaian perawatan yang dilakukannya.
Pasal 14
Dokter Gigi di Indonesia wajib menyimpan,menjaga dan merahasiakan RekamMedik
Pasien.
BAB III
KEWAJIBAN DOKTER GIGI TERHADAP TEMAN SEJAWAT

Pasal 15
Dokter Gigi di Indonesia harus memperlakukan teman sejawatnya sebagaimana ia
sendiri ingin diperlakukan.
Ayat 1
Dokter Gigi di Indonesia wajib memelihara hubungan baik dengan teman sejawat,
baik dalam kehidupan pribadi maupun dalam menjalankan profesi. Pengalaman atau
pengetahuan yang diperoleh hendaknya diinformasikan kepada teman sejawat yang
lain.
Ayat 2
Sopan santun dan saling menghargai sesama teman sejawat harus selalu
diutamakan.Pembicaraan mengenai teman sejawat yang
menyangkut pribadi atau dalam memberi perawatan harus disikapi secara benar,
informatif dan dapat dipertanggung jawabkan tanpa menyalahkan pihak lain
Ayat 3
Dalam menghormati azas hidup berdampingan dan kerjasama antar sejawat, jasa
perawatan tidak selayaknya dibebankan pada teman sejawat maupun keluarganya.
Perawatan yang membutuhkan biaya bahan dan pekerjaan laboratorium hendaknya
dipungut tidak lebih dari biaya bahan dan pekerjaan laboratorium yang dikeluarkan.
Ayat 4
Dalam melaksanakan kerjasama,segala bentuk perbedaan pendapat mengenai cara
perawatan, pembagian honorarium hendaknya tidak perlu terjadi dan apabila terjadi,
hendaknya dapat diselesaikan secara musyawarah, apabila musyawarah tidak
tercapai, maka dapat meminta pertolongan kepada Organisasi Profesi tanpa
melibatkan pihak lain.
Ayat 5
Apabila akan membuka praktik disuatu tempat sebaiknya Memberitahukan terlebih
dahulu kepada teman sejawat yang praktiknya berdekatan.
Ayat 6
Dalam menulis surat rujukan seyogianya memperhatikan tata krama dengan isi
meliputi : Teman sejawat yang dituju, identitas pasien, kondisi / masalah pasien dan
bantuan yang diharapkan serta ucapan terima kasih.
Ayat 7
Apabila merujuk atau menerima rujukan pasien, para pihak tidak dibenarkan
meminta atau memberi imbalan (komisi)
Pasal 16
Dokter Gigi di Indonesia apabila mengetahui pasien sedang dirawat dokter gigi lain
tidak dibenarkan mengambil alih pasien tersebut tanpa persetujuan dokter gigi lain
tersebut kecuali pasien menyatakan pilihan lain.
Pasal 17
Dokter Gigi di Indonesia, dapat menolong pasien yang dalam keadaan darurat dan
sedang dirawat oleh dokter gigi lain , selanjutnya pasien harus dikembalikan kepada
Dokter Gigi semula, kecuali kalau pasien
menyatakan pilihan lain.
Pasal 18
Dokter Gigi di Indonesia apabila berhalangan melaksanakan praktik, harus membuat
pemberitahuan atau menunjuk pengganti sesuai dengan aturan yang berlaku.
Pasal 19
Dokter Gigi di Indonesia seyogianya memberi nasihat kepada teman sejawat yang
diketahui berpraktik di bawah pengaruh alkohol atau obat terlarang. Apabila
dianggap perlu dapat melaporkannya kepada Organisasi Profesi.

BAB IV
KEWAJIBAN DOKTER GIGI TERHADAP DIRI SENDIRI
Pasal 20
Dokter Gigi di Indonesia wajib mempertahankan dan meningkatkan martabat dirinya.
Ayat 1
Dokter Gigi di Indonesia harus meyadari bahwa kehidupan pribadinya terikat pada
status profesi.
Ayat 2
Dokter Gigi di Indonesia harus memelihara kehormatan, kesusilaan, integritas dan
martabat profesi.
Ayat 3
Dokter Gigi di Indonesia harus menghindari perilaku yang tidak profesional.
Ayat 4
Dokter Gigi di Indonesia harus menghindari penggunaan sertifikat, tanda
penghargaan dan tanda keanggotaan yang tidak sesuai dengan kompetensi yang
diakui oleh pemerintah.
Pasal 21
Dokter Gigi di Indonesia wajib mengikuti secara aktif perkembangan etika, ilmu
pengetahuan dan teknologi khususnya di bidang kedokteran gigi, baik secara mandiri
maupun yang diselenggarakan oleh Organisasi Profesi.
Pasal 22
Dokter Gigi di Indonesia tidak boleh menyelenggarakan kegiatan pendidikan dan
pelatihan kedokteran gigi tanpa izin dari Organisasi Profesi.
Pasal 23
Dokter Gigi di Indonesia wajib menjaga kesehatannya supaya dapat bekerja dengan
optimal.
BAB V
PENUTUP
Etik Kedokteran Gigi Indonesia wajib dihayati dan diamalkan oleh setiap Dokter Gigi
di Indonesia. Pengingkaran terhadapnya akan menyebabkan kerugian baik bagi
masyarakat maupun bagi dokter gigi sendiri. Akibat yang paling tidak dikehendaki
adalah rusaknya martabat dan tradisi luhur profesi kedokteran gigi yang harus dijaga
bersama. Oleh karena itu semua dokter gigi di Indonesia bersepakat, bagi dokter gigi
yang melanggar Kodekgi wajib ditindak dan diberi hukuman sesuai dengan tingkat
kesalahannya
LAMPIRAN III
KEPUTUSAN KEPALA DINAS KESEHATAN
KABUPATEN LAMPUNG TIMUR
NOMOR : 440/ /03-SK/Bid-IV.3/2017
TENTANG PENETAPAN KODE ETIK PROFESI
TENAGA KESEHATAN DI LINGKUNGAN
DINAS KESEHATAN KABUPATEN LAMPUNG
TIMUR

KODE ETIK PERAWAT GIGI INDONESIA

Mengingat profesi perawat gigi merupakan tugas mulia yang tidak terlepas dari fungsi
kemanusiaan dalam bidang kesehatan, maka perlu memiliki suatu kode etik yang
dijiwai oleh nilainilai Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945.
Seorang perawat gigi dalam menjalankan profesinya perlu membawa diri dalam sikap
dan tindakan yang terpuji. Baik dalam hubungannya terhadap penderita,
masyarakat, teman sejawat, maupun profesinya. Dengan Rachmat Tuhan Yang Maha
Esa serta didorong keinginan luhur untuk mewujudkan martabat, wibawa dan
kehormatan profesi perawat gigi, maka Perawat Gigi yang bergabung dalam wadah
Persatuan Perawat Gigi Indonesia (PPGI) dengan penuh kesadaran dan tanggung
jawab merumuskan Kode Etik Perawat Gigi Indonesia yang wajib dihayati, ditaati dan
diamalkan oleh setiap Perawat Gigi yang menjalankan profesinya di wilayah hukum
Indonesia.
BAB I
KEWAJIBAN UMUM
Pasal 1
Setiap Perawat Gigi Indonesia harus senantiasa menjalankan profesinya secara
optimal.

Pasal 2
Setiap Perawat Gigi Indonesia wajib menjunjung tinggi norma-norma hidup yang
luhur.

Pasal 3
Dalam menjalankan profesi, setiap Perawat Gigi Indonesia tidak dibenarkan
melakukan perbuatan yang bertentangan dengan Kode Etik.

Pasal 4
Setiap Perawat Gigi Indonesia harus memberikan kesan dan keterangan atau
pendapat yang dapat dipertanggung jawabkan.

Pasal 5
Setiap Perawat Gigi Indonesia agar menjalin kerja sama yang baik dengan tenaga
kesehatan lainnya.

Pasal 6
Setiap Perawat Gigi Indonesia wajib bertindak sebagai motivator dan pendidik
masyarakat.

Pasal 7
Setiap Perawat Gigi Indonesia wajib berupaya meningkatkan kesehatan gigi dan
mulut masyarakat dalam bidang promotif, preventive dan kuratif sederhana.
BAB II
KEWAJIBAN PERAWAT GIGI TERHADAP MASYARAKAT

Pasal 8
Dalam menjalankan profesinya, setiap Perawat Gigi Indonesia wajib memberikan
pelayanan yang sebaik mungkin kepada individu masyarakat.

Pasal 9
Dalam hal ini ketidakmampuan dan diluar kewenangan Perawat Gigi Indonesia
berkewajiban merujuk kasus yang ditemukan kepada tenanga yang lebih ahli.

Pasal 10
Setiap Perawat Gigi Indonesia wajib merahasiakan segala sesuatu yang ia ketahui
tentang kliennya.

Pasal 11
Setiap Perawat gigi indonesia wajib memberikan pertolongan darurat dalam batas-
batas kemampuan, sebagai suatu tugas perikemanusiaan, kecuali pada waktu itu ada
orang lain yang lebih mampu memberikan pertolongan.

BAB III
KEWAJIBAN PERAWAT GIGI TERHADAP TEMAN SEJAWATNYA

Pasal 12
Setiap Perawat Gigi Indonesia harus memperlakukan teman sejawatnya sebagaimana
ia sendiri diperlukan.

BAB IV
KEWAJIBAN PERAWAT GIGI TERHADAP DIRI SENDIRI

Pasal 13
Setiap Perawat Gigi Indonesia wajib mempertahankan dan meningkatkan martabat
dirinya.

Pasal 14
Setiap Perawat Gigi Indonesia wajib mengikuti secara aktif perkembangan
pengetahuan dan teknologi.

Pasal 15
Setiap Perawat Gigi Indonesia harus memelihara kesehatannnya supaya dapat
bekerja dengan baik.

BAB V
PENUTUP

Kode Etik Perawat Gigi Indonesia yang menjadi landasan kehidupan dan landasan
dalam melaksanakan 2 tahun, melainka jiwa dan perbuatannya untuk segala zaman,
serta untuk setiap insan yang selalu mengumandangkan.
“ APA YANG TIDAK KAU INGINKAN, ORANG LAIN BERBUAT TERHADAPMU, JANGAN
BERBUAT ITU TERHADAP ORANG LAIN “ Oleh karena itu setiap Perawat Gigi
Indonesia harus menjaga nama baik dengan ilmu, moral dan etika. Seseorang atau
beberapa orang berbuat salah, seluruh Perawat Gigi terbawa dalam kesalahan itu
ataupun mendapat nama tidak baik, seperti peribahasa : “KARENA NILA SETITIK,
RUSAK SUSU SEBELANGA“
Keberhasilan penghayatan dan pengamalan Kode Etik Perawat Gigi Indonesia
bergabung dari Etika, serta partisipasi dari seluruh Perawat Gigi Indonesia.
LAMPIRAN IV
KEPUTUSAN KEPALA DINAS KESEHATAN
KABUPATEN LAMPUNG TIMUR
NOMOR : 440/ /03-SK/Bid-IV.3/2017
TENTANG PENETAPAN KODE ETIK
PROFESI TENAGA KESEHATAN DI
LINGKUNGAN DINAS KESEHATAN
KABUPATEN LAMPUNG TIMUR

KODE ETIK KEDOKTERAN INDONESIA

KEWAJIBAN UMUM

Pasal 1
Setiap dokter harus menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan sumpah
dokter.

Pasal 2
Seorang dokter harus senantiasa berupaya melaksanakan profesinya sesuai dengan
standar profesi yang tertinggi.

Pasal 3
Dalam melakukan pekerjaan kedokterannya, seorang dokter tidak boleh dipengaruhi
oleh sesuatu yang mengakibatkan hilangnya kebebasan dan kemandirian profesi.

Pasal 4
Setiap dokter harus menghindarkan diridari perbuatan yang bersifat memuji diri.

Pasal 5
Tiap perbuatan atau nasehat yang mungkin melemahkan daya tahan psikis
maupun fisik hanya diberikan untuk kepentingan dan kebaikan pasien, setelah
memperoleh persetujuan pasien.

Pasal 6
Setiap dokter harus senantiasa berhati-hati dalam mengumumkan dan menerapkan
setiap penemuan teknik atau pengobatan baru yang belum diuji kebenarannya dan
hal-hal yang dapat menimbulkan keresahan masyarakat.

Pasal 7
Seorang dokter hanya memberi surat keterangan dan pendapat yang telah diperiksa
sendiri kebenarannya.

Pasal 7a
Seorang dokter harus, dalam setiap praktik medisnya, memberikan pelayanan medis
yang kompeten dengan kebebasan teknis dan moral sepenuhnya, disertai rasa kasih
sayang (compassion) dan penghormatan atas martabat manusia.
Pasal 7b
Seorang dokter harus bersikap jujur dalam berhubungan dengan pasien dan
sejawatnya, dan berupaya untuk mengingatkan sejawatnya yang dia ketahui memiliki
kekurangan dalam karakter atau kompetensi, atau yang melakukan penipuan atau
penggelapan, dalam menangani pasien.

Pasal 7c
Seorang dokter harus menghormati hak-hak pasien, hak-hak sejawatnya, dan hak
tenaga kesehatan lainnya, dan harus menjaga kepercayaan pasien

Pasal 7d
Setiap dokter harus senantiasa mengingat akan kewajiban melindungi hidup
makhluk insani.

Pasal 8
Dalam melakukan pekerjaannya seorang dokter harus memperhatikankepentingan
masyarakat dan memperhatikan semua aspek pelayanankesehatan yang menyeluruh
(promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif), baikfisik maupun psiko-sosial, serta
berusaha menjadi pendidik dan pengabdimasyarakat yang sebenar-benarnya.

Pasal 9
Setiap dokter dalam bekerja sama dengan para pejabat di bidang kesehatan dan
bidang lainnya serta masyarakat, harus saling menghormati.

KEWAJIBAN DOKTER TERHADAP PASIEN


Pasal 10
Setiap dokter wajib bersikap tulus ikhlas dan mempergunakan segala ilmu dan
ketrampilannya untuk kepentingan pasien. Dalam hal ini ia tidak mampu melakukan
suatu pemeriksaan atau pengobatan, maka atas persetujuan pasien, ia wajib merujuk
pasien kepada dokter yang mempunyai keahlian dalam penyakit tersebut.
Pasal 11
Setiap dokter harus memberikan kesempatan kepada pasien agar senantiasa dapat
berhubungan dengan keluarga dan penasehatnya dalam beribadat dan atau dalam
masalah lainnya.
Pasal 12
Setiap dokter wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang seorang
pasien, bahkan juga setelah pasien itu meninggal dunia.
Pasal 13
Setiap dokter wajib melakukan pertolongan darurat sebagai suatu tugas
perikemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada orang lain bersedia dan mampu
Memberikannya.
KEWAJIBAN DOKTER TERHADAP TEMAN SEJAWAT

Pasal 14
Setiap dokter memperlakukan teman sejawatnya sebagaimana ia sendiri ingin
diperlakukan.

Pasal 15
Setiap dokter tidak boleh mengambil alih pasien dari teman sejawat, kecuali dengan
persetujuan atau berdasarkan prosedur yang etis.

KEWAJIBAN DOKTER TERHADAP DIRI SENDIRI

Pasal 16
Setiap dokter harus memelihara kesehatannya, supaya dapat bekerja dengan baik.

Pasal 17
Setiap dokter harus senantiasa mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi kedokteran/kesehatan.
LAMPIRAN V
KEPUTUSAN KEPALA DINAS KESEHATAN
KABUPATEN LAMPUNG TIMUR
NOMOR : 440/ /03-SK/Bid-IV.3/2017
TENTANG PENETAPAN KODE ETIK PROFESI
TENAGA KESEHATAN DI LINGKUNGAN
DINAS KESEHATAN KABUPATEN LAMPUNG
TIMUR

KODE ETIK AHLI GIZI

Standar Profesi Nutrisionis adalah suatu pekerjaan dibidang gizi yang dilaksanakan
berdasarkan suatu keilmuan (body of knowledge), memiliki kompetensi yang diperoleh
melalui pendidikan berjenjang, memiliki kode etik, dan bersifat melayani masyarakat.
Etika Profesi terdiri dari dua kata yaitu etika yang berarti usaha untuk mengerti tata
aturan sosial yang menentukan dan membatasi tingkah laku manusia, dan kata
profesi yang berarti bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian
(keterampilan, kejuruan) tertentu.
Ahli Gizi yang melaksanakan profesi gizi mengabdikan diri dalam upaya memelihara
dan memperbaiki keadaan gizi, kesehatan, kecerdasan dan kesejahteraan rakyat
melalui upaya perbaikan gizi, pendidikan gizi, pengembangan ilmu dan teknologi gizi,
serta ilmu-ilmu terkait. Ahli Gizi dalam menjalankan profesinya harus senantiasa
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, menunjukkan sikap dan perbuatan terpuji
yang dilandasi oleh falsafah dan nilai-nilai Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945
serta Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Persatuan Ahli Gizi Indonesia
serta etika profesinya.
Dalam menerapkan kode etik, ahli gizi wajib melakukannya sesuai kewajiaban Yang
Meliputi Kewajiban Umum, Kewajiban Terhadap Klien, Kewajiban Terhadap
Masyarakat, Kewajiban Terhadap Teman Seprofesi dan Mitra Kerja, Kewajiban
Terhadap Profesi dan diri Sendiri.
Kode etik Ahli Gizi ini dibuat atas prinsip bahwa organisasi profesi bertanggung jawab
terhadap kiprah anggotanya dalam menjalankan praktek profesinya. Kode etik ini
berlaku setelah hari dari disahkannya kode etik ini oleh sidang tertinggi profesi sesuai
dengan ketentuan yang tertuang dalam anggaran dasar dan anggaran rumah tangga
profesi gizi.

A. Kewajiban Umum 
1. Meningkatkan keadaan gizi dan kesehatan serta berperan dalam meningkatkan
kecerdasan dan  kesejahteraan rakyat.
2. Menjunjung tinggi nama baik profesi gizi dengan menunjukkan sikap, perilaku,
dan budi luhur serta tidak mementingkan diri sendiri 
3. Menjalankan profesinya menurut standar profesi yang telah ditetapkan. 
4. Menjalankan profesinya bersikap jujur, tulus dan adil. 
5. Menjalankan profesinya berdasarkan prinsip keilmuan, informasi terkini, dan
dalam menginterpretasikan informasi hendaknya objektif tanpa membedakan
individu dan dapat menunjukkan sumber rujukan yang benar. 
6. Mengenal dan memahami keterbatasannya sehingga dapat bekerjasama dengan
pihak lain atau membuat rujukan bila diperlukan. 
7. Melakukan profesinya mengutamakan kepentingan masyarakat dan
berkewajiban senantiasa berusaha menjadi pendidik dan pengabdi masyarakat
yang sebenarnya. 
8. Berkerjasama dengan para profesional lain di bidang kesehatan maupun lainnya
berkewajiban senantiasa memelihara pengertian yang sebaik-baiknya.

B. Kewajiban Terhadap Klien 

1. Memelihara dan meningkatkan status gizi klien baik dalam lingkup institusi


pelayanan gizi atau di masyarakat umum. 
2. Menjaga kerahasiaan klien atau masyarakat yang dilayaninya baik pada saat
klien masih atau sudah tidak dalam pelayanannya, bahkan   juga setelah klien
meninggal dunia kecuali bila diperlukan untuk keperluan kesaksian hukum.
3. Menjalankan profesinya senantiasa menghormati dan menghargai  kebutuhan
unik setiap klien yang dilayani dan peka terhadap perbedaan budaya, dan tidak
melakukan diskriminasi dalam hal suku, agama, ras, status sosial, jenis kelamin,
usia dan tidak menunjukkan pelecehan seksual.
4. Memberikan pelayanan gizi prima, cepat, dan akurat.
5. Memberikan informasi kepada klien dengan tepat dan jelas, sehingga
memungkinkan klien mengerti dan mau memutuskan sendiri berdasarkan
informasi  tersebut.  
6. Apabila mengalami keraguan dalam memberikan pelayanan berkewajiban
senantiasa berkonsultasi dan merujuk kepada ahli gizi lain yang mempunyai
keahlian. 

C. Kewajiban Terhadap Masyarakat 

1. Melindungi masyarakat umum khususnya tentang penyalahgunaan pelayanan,


informasi yang salah dan praktek yang tidak etis berkaitan dengan gizi, pangan
termasuk makanan dan terapi gizi/diet.
2. Memberikan pelayanannya sesuai dengan informasi faktual, akurat dan
dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. 
3. Melakukan kegiatan pengawasan pangan dan gizi sehingga dapat mencegah
masalah gizi di masyarakat. 
4. Peka terhadap status gizi masyarakat untuk mencegah terjadinya masalah gizi
dan meningkatkan status gizi masyarakat.  
5. Memberi contoh hidup sehat dengan pola makan dan aktifitas fisik yang seimbang
sesuai dengan nilai paktek gizi individu yang baik. 
6. Dalam bekerja sama dengan profesional lain di masyarakat, Ahli
Gizi berkewajiban hendaknya senantiasa berusaha memberikan
dorongan, dukungan, inisiatif, dan bantuan lain dengan sungguh-sungguh
demi tercapainya status gizi dan kesehatan optimal di masyarakat. 
7. Mempromosikan atau mengesahkan produk makanan tertentu berkewajiban
senantiasa tidak dengan cara yang salah atau, menyebabkan salah interpretasi
atau menyesatkan masyarakat 

D. Kewajiban Terhadap Teman Seprofesi Dan Mitra Kerja 

1. Melakukan promosi gizi, memelihara dan meningkatkan status gizi masyarakat


secara optimal, berkewajiban senantiasa bekerjasama  dan menghargai berbagai
disiplin ilmu sebagai mitra kerja di masyarakat. 

2. Memelihara hubungan persahabatan yang harmonis  dengan semua organisasi


atau disiplin ilmu/profesional yang terkait dalam upaya meningkatkan status gizi,
kesehatan, kecerdasan dan kesejahteraan rakyat. 

3. Menyebarluaskan ilmu pengetahuan dan keterampilan terbaru kepada sesama


profesi dan mitra kerja. 

E. Kewajiban Terhadap Profesi Dan Diri Sendiri 

1. Mentaati, melindungi dan menjunjung tinggi ketentuan yang dicanangkan oleh


profesi. 

2. Memajukan dan memperkaya pengetahuan dan keahlian yang diperlukan dalam


menjalankan profesinya sesuai perkembangan ilmu dan teknologi terkini serta
peka terhadap perubahan lingkungan. 

3. Menunjukan sikap percaya diri, berpengetahuan luas, dan berani mengemukakan


pendapat serta senantiasa menunjukan kerendahan hati dan mau menerima
pendapat orang lain yang benar. 

4. Menjalankan profesinya berkewajiban untuk tidak boleh dipengaruhi oleh


kepentingan pribadi termasuk menerima uang selain imbalan yang layak sesuai
dengan jasanya, meskipun dengan pengetahuan klien/masyarakat (tempat
dimana ahli gizi diperkerjakan). 

5. Tidak melakukan perbuatan yang melawan hukum, dan memaksa orang lain


untuk melawan hukum. 
6. Memelihara kesehatan dan keadaan gizinya agar dapat bekerja dengan baik. 

7. Melayani masyarakat umum tanpa memandang keuntungan perseorangan atau


kebesaran seseorang. 

8. Selalu menjaga nama baik profesi dan mengharumkan organisasi profesi. 


LAMPIRAN VI
KEPUTUSAN KEPALA DINAS KESEHATAN
KABUPATEN LAMPUNG TIMUR
NOMOR : 440/ /03-SK/Bid-IV.3/2017
TENTANG PENETAPAN KODE ETIK PROFESI
TENAGA KESEHATAN DI LINGKUNGAN
DINAS KESEHATAN KABUPATEN LAMPUNG
TIMUR

KODE ETIK PROFESI ATLM

Etika profesi Analis Kesehatan memiliki tiga dimensi utama, yaitu :

1. Keahlian (pengetahuan, nalar atau kemampuan dalam asosiasi dan terlatih)


2. Keterampilan dalam komunikasi (baik verbal & non verbal)
3. Profesionalisme (tahu apa yang harus dilakukan dan yang sebaiknya dilakukan)

Kode Etik Profesi ATLM :

1. Kewajiban Terhadap Profesi

a. Menjunjung tinggi serta memelihara martabat, kehormatan, profesi, menjaga


integritas dan kejujuran serta dapat dipercaya.
b. Meningkatkan keahlian dan pengetahuannya sesuai dengan perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi.
c. Melakukan pekerjaan profesinya sesuai dengan standar prosedur
operasional, standar keselamatan kerja yang berlaku dan kode etik profesi.
d. Menjaga profesionalisme dalam memenuhi panggilan tugas dan kewajiban
profesi.

2. Kewajiban Terhadap Pekerjaan


a. Bekerja dengan ikhlas dan rasa syukur
b. Amanah serta penuh integritas
c. Bekerja dengan tuntas dan penuh tanggung jawab
d. Penuh semangatdan pengabdian
e. Kreatif dan tekun
f. Menjaga harga diri dan jujur
g. Melayani dengan penuh kerendahan hati

3. Kewajiban Terhadap Rekan


a. Memperlakukan setiap teman sejawat dalam batas-batas norma yang berlaku
b. Menjunjung tinggi kesetiakawanan dalam melaksanakan profesi.
c. Membina hubungan kerjasama yang baik dan saling menghormati dengan
teman sejawat dan tenaga profesional lainnya dengan tujuan utama untuk
menjamin pelayanan tetap berkualitas tinggi.
4. Kewajiban Terhadap Pasien
a. Bertanggung jawab dan menjaga kemampuannya dalam memberikan
pelayanan kepada pasien / pemakai jasa secara profesional.
b. Menjaga kerahasiaan informasi dan hasil pemeriksaan pasien/ pemakai jasa,
serta hanya memberikan kepada pihak yang berhak.
c. Dapat berkonsultasi / merujuk kepada teman sejawat atau pihak yang lebih
ahli untuk mendapatkan hasil yang akurat

5. Kewajiban Terhadap Masyarakat


a. Memiliki tanggung jawab untuk menyumbangkan kemampuan profesionalnya
kepada masyarakat luas serta selalu mengutamakan kepentingan
masyarakat.
b. Dalam melaksanakan pelayanan sesuai dengan profesinya harus mengikuti
peraturan dan perundang-undangan yang berlaku serta norma-norma yang
berkembang pada masyarakat.
c. Dapat menemukan penyimpangan pelayanan yang tidak sesuai dengan
standar norma yang berlaku pada saat itu serta melakukan upaya untuk
dapat melindungi kepentingan masyarakat.

6. Langkah Menuju Profesional


a. Self comitment (teguh pada tujuan yang ingin dicapai dan berprinsip namun
tidak kaku)
b. Self management (manajemen prioritas dan manajemen waktu)
c. Self awareness (pengelolaan kelemahan dan kelebihan diri)

7. Harapan Profesionalisme Analis Kesehatan


a. Tangibles (bukti langsung dan nyata) meliputi kemampuan hasil pengujian,
dapat menunjukkan konsep derajat kesehatan pada diri sendiri
b. Reliability (kehandalan), yaitu kemampuan memberikan pelayanan yang
dijanjikan dengan segera dan memuaskan.

c. Responsiveness (daya tanggap), yaitu tanggap dalam memberikan pelayanan


yang baik terhadap pemakai jasa (pasien, klinisi, dan profesi lain).
d. Assurance (jaminan), mencakup kemampuan, kesopanan, sifat dapat
dipercaya yang dimiliki Analis Kesehatan dan bebas dari risiko bahaya atau
keragu-raguan
e. Emphaty (empati) meliputi kemudahan dalam melakukan hubungan,
komunikasi yang baik dan memahami kebutuhan pemakai jasa (pasien,
klinisi, dan profesi lain).
LAMPIRAN VII
KEPUTUSAN KEPALA DINAS KESEHATAN
KABUPATEN LAMPUNG TIMUR
NOMOR : 440/ /03-SK/Bid-IV.3/2017
TENTANG PENETAPAN KUMPULAN KODE
ETIK PROFESI TENAGA KESEHATAN DI
LINGKUNGAN DINAS KESEHATAN
KABUPATEN LAMPUNG TIMUR

KODE ETIK IAKMI

( Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia )

 MUKADIMAH

Kesehatan dalam kehidupan manusia adalah salah satu komponen dari


kesejahteraan masyarakat. Dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat
upaya peningkatan kesehatan di pengaruhi oleh lingkungan, prilaku, pelayanan
kesehatan kesehatan dan faktor genetik. Kesehatan masyarakat sebagai ilmu dan seni
untuk mencegah penyakit, mempepanjang masa hidup dan meningkatkan kesehatan
melalui upaya bersama masyarakat secara terorganisir untuk sanitasi lingkungan,
pemberantasan penyakit, pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan dan
sebagainya, mengandung makna bahwa aspek oreventif dan promotif adalah lebih
penting daripada kuratif dalam rangka peningkatan status kesehatan masyarakat.
Pendekatan preventif-promotif yg melibatkan keikutsertaan masyarakat mempunyai
implikasi bahwa klien profesi kesehatan masyarakat bukanlah individu, tetapi
masyarakat. Dalam melaksanakan upaya kesehatan masyarakat perlu dilandasi oleh
etika yg berazazkan Pancasila dan UUD 1945.

Dengan maksud yg mewujudkan pengabdian yg luhur,kami para Profesi Kesehatan


Masyarakat Indonesia, dengan rahmat Tuhan yang Maha Esa, merumuskan KODE
ETIK PROFESI KESEHATAN MASYARAKAT INDONESIA yang di uraikan dalam Bab-
Bab dan Pasal-Pasal sebagai berikut :

BAB I
KEWAJIBAN UMUM
Pasal 1

Setiap Profesi Kesehatan Masyarakat Harus menjunjung tinggi, menghayati dan


mengamalkan etika profesi Kesehatan Masyarakat.

Pasal 2

Dalam melaksanakan tugas dan Fungsinya profesi Kesehatan Masyarakat lebih


mementingkan kepentingan umum daripada kepentingan pribadi.

Pasal 3

Dalam melaksanakan tugas dan Fungsinya, hendaknya menggunakan prinsip


efektifitas-efesiensi dan mengutamakan penggunaan teknologi tepat guna.
Pasal 4

Dalam melaksanakan tugas dan Fungsinya, tidak boleh membeda-bedakan


masyarakat atas pertimbangan-pertimbangan agama, suku, golongan,sosial politik
dan sebagainya.

Pasal 5

Dalam melaksanakan tugas dan Fungsinya hanya melaksanakan profesi atau


keahliannya. 

BAB II
KEWAJIBAN TERHADAP MASYARAKAT

Pasal 6

Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, selalu berorientasi kepadamasyarakat


sebagai salah satu kesatuan yg tidak terlepas dari aspek sosial,
ekonomi,politik,psikologis dan budaya.

Pasal 7

Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya,harus mengutamakan pembinaan


kesehatan yang menyangkut orang banyak.

Pasal 8

Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, harus mengutamakan pemerataan dan


keadilan.

Pasal 9

Dalam pembinaan kesehatan masyarakat harus mengutamakan pendekatan


menyeluruh, multidisiplin dan lintas sektoral serta mementingkan usaha-usaha
promotif, preventif, protektif dan pembinaan kesehatan.

Pasal 10

Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya dalam upaya pembinaan masyarakat,


kesehatan masyarakat hendaknya didasarkan kepada fakta-fakta ilmiah yang
diperoleh dari kajian-kajian dan penelitian-penelitian.

Pasal 11

Dalam pembinaan kesehatan masyarakat, hendaknya mendasarkan kepada prosedur


dan langkah-langkah yg profesional yang telah diuji melalui kajian-kajian ilmiah.

Pasal 12

Dalam menjalankan tugas dan funsinya harus bertanggung jawabdalam melindungi,


memelihara dan meningkatkan kesehatan penduduk.
Pasal 13

Dalam menjalankan tugas dan fungsinya harus berdasarkan antisipasi kedepan, baik
yang menyangkut masalah kesehatan maupun masalah lain yang berhubungan atau
mempengaruhi kesehatan penduduk.

BAB III
KEWAJIBAN TERHADAP PROFESI KESEHATAN LAIN
DAN PROFESI DI LUAR BIDANG KESEHATAN

Pasal 14

Dalam melakukan tugas dan fungsinya,harus bekerjasama dan saling menghormati


dengan anggota profesi lain, tanpa di pengaruhi oleh pertimbangan-pertimbangan
keyakinan, agama, suku, golongan dan sebagainya.

Pasal 15

Dalam melakukan tugas dan fungsinya bersama-sama dengan profesi lain,


hendaknya berpegang pada prinsip-prinsip : Kemitraan, Kepemimpinan, Pengambilan
Prakarsa dan Kepeloporan.

BAB IV
KEWJIBAN TERHADAP PROFESINYA

Pasal 16

Ahli kesehatan masyarakat hendaknya bersikap proaktif dan tidak menunggu dalam
mengatasi masalah.

Pasal 17

Ahli kesehatan masyarakat hendaknya senantiasa memelihara dan meningkatkan


profesi kesehatan masyarakat.

Pasal 18

Ahli kesehatan masyarakat hendaknya senantiasa berkomunikasi membagi


pengalaman dan saling membantu diantara anggota profesi kesehatan masyarakat.

BAB V
KEWAJIBAN TERHADAP DIRI SENDIRI

Pasal 19

Profesi kesehatan masyarakat harus memelihara kesehatannya agar dapat


melaksanakan tugas profesinya dengan baik.
Pasal 20

Ahli kesehatan masyarakat senantiasa berusaha untuk meningkatkan pengetahuan


dan keterampilan sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

BAB VI
PENUTUP

Pasal 21

Setiap anggota profesi kesehatan masyarakat dalam melaksanakan tugasnya sehari-


hari harus berusaha dengan sungguh-sungguh memegang teguh kode etik kesehatan
masyarakat indonesia.

LAMPIRAN VIII
KEPUTUSAN KEPALA DINAS KESEHATAN
KABUPATEN LAMPUNG TIMUR
NOMOR : 440/ /03-SK/Bid-IV.3/2017
TENTANG PENETAPAN KODE ETIK PROFESI
TENAGA KESEHATAN DI LINGKUNGAN
DINAS KESEHATAN KABUPATEN LAMPUNG
TIMUR

KODE ETIK RADIOGRAFER

A. Mukadimah

Ahli Radiografi adalah salah satu profesi yang baik langsung maupun tidak langsung
ikut berperan didalam upaya menuju kesejahteraan fisik material dan mental
spiritual bagi masyarakat Indonesia. Oleh karena itu, segala sesuatu yang
menyangkut profesi Ahli Radiografi selalu berorentasi kepada tuntutan masyarakat.
Ahli Radiografi adalah suatu profesi yang melakukan pelayanan kepada masyarakat,
bukanlah profesi yang semat-mata pekerjaan untuk mencari nafkah, akan tetapi
merupakan pekerjaan kepercayaan, dalam hal ini kepercayaan dari masyarakat yang
membutuhkan pelayanan profesi, percaya kepada ketulusan hati, percaya kepada
kesetiaannya dan percaya kepada kemampuan profesionalnya.
Adanya limpahan dari anggota masyarakat tersebut, menuntut setiap anggota profesi
agar dalam mempersembahkan pelayanan dengan cara yang terhormat, dengan
disadari sepenuhnya bahwa anggota profesi selain memikul tanggung jawab
kehormatan pribadi, juga memikul tanggung jawab terhadap kehormatan profesi
dalam mengamalkan pelayanannya. Dan disamping itu juga dengan penuh kesadaran
bahwa pelayanannya merupakan bagian dari upaya meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat. Oleh sebab itu Anggota Profesi Ahli Radiografi memandang perlu
menyusun rumusan-rumusan sebagai indikasi dengan harapan dapat menjadi ikatan
moral bagi anggota - anggotanya. Dan anggota Profesi Radiologi menyadari
sepenuhnya bahwa hanya karena bimbingan Tuhan Yang Maha Esa anggota Profesi
Ahli radiografi dapat melaksanakan tugas pengabdiannya demi kepentingan
kemanusiaan, bangsa dan Negara dengan berdasarkan pancasila dan UUD 1945.

B. Kewajiban Umum
1. Setiap Anggota Radiografi di dalam melaksanakan pekerjaan profesinya tidak
diizinkan membeda-bedakan kebangsaan, kesukuan, warna kulit, jenis kelamin,
agama, politik serta status sosial kliennya.
2. Setiap Anggota radiografi didalam melaksanakan pekerjaan profesinya selalu
memakai standar profesi.
3. Setiap Ahli radiografi Indonesia didalam melaksanakan pekerjaan profesi, tidak
diperbolehkan melakukan perbuatan yang dipengaruhi pertimbangan
keuntungan pribadi.

4. Setiap Ahli radiografi Indonesia didalam melaksanakan pekerjaan profesinya,


selalu berpegang teguh pada sumpah jabatan dan kode etik serta standar profesi
Ahli Radiografi.
C. Kewajiban Terhadap profesinya
1. Ahli Radiografi harus menjaga dari menjunjung tinggi nama baik profesinya.

2. Ahli Radiografi hanya melakukan pekerjaan radiografi, Imejing dan radioterapi


atas permintaan Dokter dengan tidak meninggalkan prosedur yang telah
digariskan.

3. Ahli Radiografi tidak dibenarkan menyuruh orang lain yang bukan Ahlinya untuk
melakukan pekerjaan radiografi, Imejing dan Radioterapi.

4. Ahli Radiografi tidak dibenarkan menentukan diagnosa Radiologi dan


perencanaan dosis Radioterapi.

D. Kewajiban Terhadap Pasien

1. Setiap Anggota radiografi dalam melaksanakan pekerjaan profesinya senantiasa


memelihara suasana dan lingkungan dengan menghayati nilai-nilai budaya, adat
istiadat, agama dari penderita, keluarga penderita dan masyarakat pada
umumnya.
2. Setiap Anggota radiografi dalam melaksanakan pekerjaan profesinya wajib
dengan tulus dan ikhlas terhadap pasien dengan memberikan pelayanan terbaik
terhadapnya. Bila ia tidak mampu atau menemui kesulitan, ia wajib
berkonsultasi dengan teman sejawat yang Ahli atau Ahli lainnya.
3. Setiap Ahli radiografi wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahui baik
hasil pekerjaan profesinya maupun dari bidang lainnya tentang keadaan pasien,
karena kepercayaan pasien yang telah bersedia dirinya untuk diperiksa.
4. Setiap Ahli Radiografi wajib melaksanakan aturan kebijakan yang telah
digariskan oleh Pemerintah di dalam bidang kesehatan.
5. Setiap Ahli Radiografi demi kepentingan penderita setiap saat bekerja sama
dengan anggota lain yang terkait dan melaksanakan tugas secara cepat, tepat
dan terhormat serta percaya diri akan kemampuan profesinya.
6. Setiap Ahli Radiografi wajib membangun hubungan kerja yang baik antara
profesinya dengan profesi lainnya demi kepentingan pelayanan terhadap
masyarakat.

E. Kewajiban Terhadap Diri Sendiri


1. Setiap Anggota Radiografi harus menjaga kesehatan dan keselamatan dirinya
baik terhadap bahaya radiasi maupun terhadap penyakitnya.

2. Setiap Anggota Radiografi senantiasa berusaha meningkatkan kemampuan


profesinya baik secara sendiri-sendiri maupun bersama dengan jalan mengikuti
perkembangan ilmu dan teknologi, meningkatkan keterampilan dan pengalaman
yang bermanfaat bagi pelayanan terhadap masyarakat. .

LAMPIRAN IX
KEPUTUSAN KEPALA DINAS KESEHATAN
KABUPATEN LAMPUNG TIMUR
NOMOR : 440/ /03-SK/Bid-IV.3/2017
TENTANG PENETAPAN KODE ETIK PROFESI
TENAGA KESEHATAN DI LINGKUNGAN
DINAS KESEHATAN KABUPATEN LAMPUNG
TIMUR

KODE ETIK DALAM KEPERAWATAN

A. KODE ETIK DALAM KEPERAWATAN

Dalam ilmu keperawatan terdapat suatu standar yang akan menjadi pedoman bagi
perawat dalam melakukan tindakan atau praktik keperawatan profesional. Standar
tersebut adalah kode etik keperawatan. Dengan kode etik tersebut, perawat dapat
bertindak sesuai hukum atau aspek legal perawat. Selain itu, kode etik juga dapat
membantu perawat ketika mengalami masalah yang tidak adil. Karena kode etik 
adalah pernyataan standar profesional yang digunakan sebagai pedoman perilaku
yang menjadi kerangka kerja dalam  membuat keputusan. Kode Etik juga
memberikan pemahaman kepada perawat untuk melakukan tindakan sesuai etika
dan moral  serta akan menghindarkan dari tindakan kelalaian yang akan
menyebabkan klien tidak nyaman atau bahkan menyebabkan nyawa klien terancam.

I. FUNGSI KODE ETIK PERAWAT

a. Kode etik perawat yang berlaku saat ini  berfungsi sebagai landasan  atau
pedoman bagi status perawat  profesional yaitu dengan cara:
b. Menunjukkan kepada masyarakat bahwa perawat diharuskan memahami
dan menerima kepercayaan dan tanggungjawab yang diberikan kepada
perawat oleh masyarakat.
c. Menjadi pedoman bagi perawat dalam  berperilaku dan menjalin hubungan
keprofesian sebagai landasan dalam penerapan praktek etikal
d. Menetapkan hubungan-hubungan profesional yang harus dipatuhi yaitu
hubungan perawat dengan pasien/klien sebagai advokator, perawat dengan
tenaga profesional kesehatan lain sebagai teman sejawat, dengan profesi
keperawatan sebagai seorang kontributor dan dengan masyarakat sebagai
perwakilan dari asuhan kesehatan.
e. Memberikan sarana pengaturan diri sebagai profesi.

II. KODE ETIK KEPERAWATAN INDONESIA

1. Tanggungjawab Perawat terhadap Individu, Keluarga, dan Masyarakat


a. Perawat berpedoman kepada tanggungjawab dari  kebutuhan akan
keperawatan individu, keluarga dan masyarakat.
b. Perawat memelihara suasana lingkungan yang menghormati nilai-nilai
budaya, adat-istiadat, dan kelangsungan hidup beragama dari individu,
keluarga, dan masyarakat.
c. Perawat senantiasa dilandasi dengan rasa tulus ikhlas sesuai dengan
martabat dan tradisi luhur keperawatan.
d. Menjalin hubungan kerja sama dengan individu, keluarga, dan masyarakat
dalam mengambil prakarsa dan mengadakan upaya kesehatan.

2. Tanggungjawab terhadap Tugas


a. Memelihara mutu pelayanan keperawatan yang tinggi disertai kejujuran
profesional dalam menerapkan pengetahuan serta ketrampilan keperawatan
sesuai dengan kebutuhan individu, keluarga dan masyarakat.
b. Perawat wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahui sehubungan
dengan tugas yang dipercayakan kepadanya kecuali jika diperlukan oleh
yang berwenang sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.
c. Perawat tidak akan menggunakan pengetahuan dan keterampilan
keperawatan untuk tujuan yang bertentangan dengan norma-norma
kemanusiaan.
d. Perawat dalam menunaikan tugas dan kewajibannya senantiasa berusaha
dengan penuh kesadaran agar tidak terpengaruh oleh pertimbangan
kebangsaan, kesukuan, warna kulit, umur, jenis kelamin, aliran politik,
dan agama yang dianut serta kedudukan sosial.
e. Perawat senantiasa mengutamakan perlindungan dan keselamatan klien
dalam melaksanakan tugas keperawatan serta matang dalam
mempertimbangkan kemampuan jika menerima atau mengalihtugaskan
tanggungjawab yang ada hubungannya dengan keperawatan.

3. Tanggungjawab terhadap Sesama Perawat dan Profesi Kesehatan Lainnya

a. Perawat senantiasa memelihara hubungan baik antara sesama perawat dan


dengan tenaga kesehatan lainnya, baik dalam memelihara kerahasiaan
suasana lingkungan kerja maupun dalam mencapai tujuan pelayanan
kesehatan secara menyeluruh.
b. Perawat senantiasa menyebarluaskan pengetahuan, keterampilan, dan
pengalamannya kepada sesama perawat serta menerima pengetahuan dan
pengalaman dari profesi lain dalam rangka meningkatkan kemampuannya.
c. Tanggungjawab terhadap Profesi Keperawatan
d. Perawat senantiasa berupaya meningkatkan kemampuan profesional secara
mandiri dan bersama-sama dengan jalan menambah ilmu pengetahuan,
keterampilan, dan pengalaman yang bermanfaat bagi perkembangan
keperawatan.
e. Perawat senantiasa menjunjung tinggi nama baik profesi keperawatan
dengan menunjukkan perilaku dan sifat pribadi yang luhur.
f. Perawat senantiasa berperan dalam menentukan pembakuan pendidikan
dan pelayanan keperawatan serta menerapkan dalam kegiatan dan
pendidikan keperawatan.
g. Perawat secara bersama-sama membina dan memelihara mutu organisasi
profesi keperawatan sebagai sarana pengabdiannya.

h. Tanggungjawab terhadap Pemerintah, Bangsa, dan Negara.


i. Perawat senantiasa melaksanakan ketentuan-ketentuan sebagai
kebijaksanaan yang diharuskan oleh pemerintah dalam bidang kesehatan
dan keperawatan.
j. Perawat senantiasa berperan secara aktif dalam menyumbangkan pikiran
kepada pemerintah dalam meningkatkan pelayanan kesehatan dan
keperawatan kepada masyarakat.

LAMPIRAN X
KEPUTUSAN KEPALA DINAS KESEHATAN
KABUPATEN LAMPUNG TIMUR
NOMOR : 440/ /03-SK/Bid-IV.3/2017
TENTANG PENETAPAN KODE ETIK PROFESI
TENAGA KESEHATAN DI LINGKUNGAN
DINAS KESEHATAN KABUPATEN LAMPUNG
TIMUR

KODE ETIK SANITARIAN

Apabila kita telah memilih Sanitrarian sebagai sebuah profesi, maka sebagai seorang
sanitarain dalam melaksanakan hak dan kewajibannya harus senantiasa dilandasi
oleh kode etik serta harus selalu menjujung tinggi ketentuan yang dicanangkan oleh
profesi. Dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya harus selalu berpedoman pada
standar kompetensi.

Sedangkan standar kompetensi itu sendiri harus senantiasa terus dilengkapi dengan
perangkat-perangkat keprofesian yang lain. Sesuai dengan Keputusan Menteri
Kesehatan Nomor: 373/ Menkes/SK/III/2007 Tanggal : 27 Maret 2007 Tentang
Standar Profesi Sanitarian, berikut merupakan Kode Etik Sanitarian/Ahli Kesehatan
lingkungan Indonesia.

A. KEWAJIBAN UMUM
1. Seorang sanitarian harus menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan
profesi sanitasi dengan sebaik-baiknya.
2. Seorang sanitarian harus senantiasa berupaya melaksanakan profesinya
sesuai dengan standar profesi yang tertinggi.
3. Dalam melakukan pekerjaan atau praktek profesi sanitasi, seorang
tidak boleh dipengaruhi sesuatu yang mengakibatkan hilangnya kebebasan dan
kemandirian profesi.
4. Seorang sanitarian harus menghindarkan diri dari perbuatan yang bersifat
memuji diri sendiri.
5. Seorang sanitarian senantiasa berhati-hati dalam menerapkan setiap penemuan
teknik atau cara baru yang belum teruji kehandalannya dan hal-hal yang dapat
menimbulkan keresahan masyarakat.
6. Seorang hanya memberi saran atau rekomendasi yang telah melalui suatu
proses analisis secara komprehensif.
7. Seorang sanitarian dalam menjalankan profesinya, harus memberikan
pelayanan yang sebaik-baiknya dengan menjunjung tinggi kesehatan dan
keselamatan manusia, serta kelestarian lingkungan.
8. Seorang sanitarian harus bersikap jujur dalam berhubungan dengan klien atau
masyarakat dan teman seprofesinya, dan berupaya untuk mengingatkan teman
seprofesinya yang dia ketahui memiliki kekurangan dalam karakter atau
kompetensi, atau yang melakukan penipuan atau kebohongan dalam
Menangani masalah klien atau masyarakat.
9. Seorang sanitarian harus menghormati hak-hak klien atau masyarakat, hak-
hak teman seprofesi, dan hak tenaga kesehatan lainnya, dan harus menjaga
kepercayaan klien atau masyarakat.
10. Dalam melakukan pekerjaannya seorang sanitarian harus memperhatikan
kepentingan masyarakat dan memperhatikan seluruh aspek kesehatan
lingkungan secara menyeluruh, baik fisik, biologi maupun sosial, serta
berusaha menjadi pendidik dan pengabdi masyarakat yang sebenar-benarnya.
11. Seorang sanitarian dalam bekerja sama dengan para pejabat di bidang
kesehatan dan bidang lainnya serta masyarakat, harus saling menghormati.

B. KEWAJIBAN SANITARIAN TERHADAP KLIEN / MASYARAKAT


1. Seorang sanitarian wajib bersikap tulus ikhlas dan mempergunakan segala ilmu
dan keterampilannya untuk kepentingan penyelesaian masalah klien atau
masyarakat. Dalam hal ia tidak mampu melakukan suatu pemeriksaan atau
penyelesaian masalah, maka ia wajib berkonsultasi, bekerjasama dan atau
merujuk pekerjaan tersebut kepada sanitarian lain yang mempunyai keahlian
dalam penyelesaian masalah tersebut.
2. Seorang sanitarian wajib melaksanakan profesinya secara bertanggung jawab.
3. Seorang sanitarian wajib melakukan penyelesaian masalah sanitasi secara tuntas
dan keseluruhan.
4. Seorang sanitarian wajib memberikan informasi kepada kliennya atas pelayanan
yang diberikannya.
5. Seorang sanitarian wajib mendapatkan perlindungan atas praktek pemberian
pelayanan.

C. KEWAJIBAN SANITARIAN TERHADAP TEMAN SEPROFESI


1. Seorang sanitarian memperlakukan teman seprofesinya sebagai bagian dari
penyelesaian masalah.
2. Seorang sanitarian tidak boleh saling mengambil alih pekerjaan dari teman
seprofesi, kecuali dengan persetujuan, atau berdasarkan prosedur yang ada.

D. KEWAJIBAN SANITARIAN TERHADAP DIRI SENDIRI


1. Seorang sanitarian harus memperhatikan dan mempraktekan hidup bersih dan
sehat supaya dapat bekerja dengan baik.

2. Seorang sanitarian harus senantiasa mengikuti perkembangan ilmu


pengetahuan dan teknologi kesehatan lingkungan, kesehatan dan bidang-
bidang lain yang terkait.

Anda mungkin juga menyukai