Anda di halaman 1dari 3

FORM NOTULEN

PLENO 1:
STRATEGI PROMOSI KESEHATAN DALAM
PENCAPAIAN TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

Hari/Tanggal : Rabu, 13 September 2017

Waktu : 08.00-10.00 WIB

Tempat : Ballroom Krakatau

Moderator : dr. Budihardja, DTM & H, MPH

Pembahas : Prof. dr. Laksono Trisnatoro MSc, PhD

No. JUDUL PEMATERI


1. Pengarusutamaan Kesehatan dalam SDGs Deputi SDM Bappenas (Dr. Ir.
Subandi, M.Sc
2. Tindak lanjut Shanghai Declaration di Perwakilan WHO Indonesia
Regional SEARO
3. Peran Promosi Kesehatan dalam SDGs dr. Anung Sugihantono, M.Kes
(Dirjen Kesmas Kemenkes)

KISI-KISI PAPARAN (dapat diperoleh dari bahan paparan pemateri)


Paparan 1:
1. Strategi Nasional pencapaian SDGs
2. Sinergisme lintas sektor dalam pencapaian SDGs
Paparan 2:
1. Tindaklanjut Shanghai Declaration di Regional,
2. Penerapan strategi Promosi Kesehatan dalam pencapaian SDGs
Paparan 3:
1. Gambaran interaksi fokus 2,3,5,6 SDGs di Indonesia
2. Kesehatan sebagai input, prosus, output dan outcome pembangunan berkelanjutan
3. Promosi Kesehatan merupakan pendekatan strategis
4. Konseptual pelaksanaan 3 pilar Promosi Kesehatan
5. Pentingnya peningkatan kapasitas promotor kesehatan untuk percepatan pencapaian
SDGs

PROSES DISKUSI DAN TANYA JAWAB (dibuat poin-poin rangkuman dari setiap
pertanyaan)
Afianto dari Jawa Timur

Perlu ada pendididkan formal promkes untuk ditempatkan di puskesmas


(prospek yang jelas). Pengalaman di puskesmas banyak tenaga promkes yang
bukan dari lulusan promkes.

Dedeh dari Jawa Barat

Jawa Barat sudah sangat peduli tentang jabfung promkes, namun dirasakan tim
penilai jabfung sangat idealis sehingga sulit untuk memenuhi kebutuhan
jabfung.

TANGGAPAN PEMBICARA

1. Perwakilan WHO Indonesia (Paparan 1)

2. Deputi SDM BAPENAS (Paparan 2)

3. Dirjen Kesehatan Masyarakat (Paparan 3)

Pembahas:

Pelaksanaan merupakan problem utama di lapangan berbeda dengan pendapat pak


anung yang melihat bahwa segala sesuatunya sudah siap secara konseptual, tinggal
pelaksanaannya. Bupati dan walikota seringkali terkooptasi oleh berbagai kepentingan
sehingga tidak mudah untuk melaksanakan kebijakan hidup sehat. Kasus rokok
sebagai contoh betapa kepala daerah tidak sepenuhnya bisa melaksanakan secara
baik. Kompetensi promotor juga dipersoalkan oleh pembahas sehingga tantangan
untuk melakukan advokasi di level kekuasaan menjadi bertambah berat. Jumlah
promotor juga menjadi masalah terlebih tenaga promotor kesehatan dari swasta
(tenaga kontrak). Pertemuan-pertemuan promkes perlu diperbanyak, termasuk
anggaran pusat dan daerah serta memperbanyak dan meningkatkan tenaga promkes
di pusat dan daerah.

KESIMPULAN
Pentingnya SDGs baik secara nasional maupun internasional dan perlunya segera
menerapkan health literacy, healthy cities dan good governance. Untuk bisa
melaksanakan itu semua maka jumlah dan kompetensi promotor kesehatan perlu
diperhatikan disamping juga anggaran untuk mendukung hal tersebut.

Notulis,

Heni Rudiyanti

Anda mungkin juga menyukai