Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN INDIVIDU PRAKTIK MANAJEMEN KRISIS

BENCANA DENGAN MASALAH PHBS DI HUNTARA


ASAM III

Di Susun Oleh :
Ni Wayan Fatmawati
NIM : P07124317022

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN PALU


JURUSAN KEBIDANAN PRODI DIV KEBIDANAN
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan
rahmat dan karuniaNya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan Laporan
Praktik Manajemen Krisis dengan masalah kurangnya Perilaku Hidup bersih Dan
Sehat. Laporan ini disusun dalam rangka memenuhi tugas Praktik Manajemen Krisis.

Pada kesemapatan ini saya ingin menyampaikan terimakasih yang tidak


terhingga kepada:

1. Ibu Siti Hadijah Batjo, SST., M.Kes selaku Pembimbing Institusi.


2. Bapak Gusman Arsyad, SSiT,, M.Kes. selaku Dosen Pembimbing lapangan.
3. Koordinator Lapangan, kader dan bidan penaggung jawab Huntara Asam III.
4. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan praktik
manajemen krisis ini.
Saya menyadari dalam penyusunan laporan ini masih banyak terdapat
kekurangan oleh karena itu saya mengharap kritik dan saran yang membangundami
kesempurnaan laporan ini di masa mendatang. Semoga laporan ini dapat bermanfaat
dan menambah pengetahuan bagi semua, khususnya Mahasiswa Jurusan Kebidanan
Poltekkes Kemenkes Palu.

Palu, 04 Januari 2021

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh
faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga
mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian
harta benda, dan dampak psikologis.
Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi,
tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor.
Bencana nonalam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian
peristiwa nonalam yang antara lain berupa gagal teknologi, gagal modernisasi,
epidemi, dan wabah penyakit. Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan
oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang
meliputi konflik sosial antarkelompok atau antarkomunitas masyarakat, dan
teror.
Kejadian Bencana adalah peristiwa bencana yang terjadi dan dicatat
berdasarkan tanggal kejadian, lokasi, jenis bencana, korban dan/ataupun
kerusakan. Jika terjadi bencana pada tanggal yang sama dan melanda lebih dari
satu wilayah, maka dihitung sebagai satu kejadian.

Di sisi lain Indonesia merupakan jalur dari lempeng bumi, yaitu Lempeng
Indo-Australia di sisi selatan yang bergerak ke utara dengan kecepatan
6-7cm/tahun menumbuk Lempeng Eurasia yang stabil sepanjang Palung Sunda.
Dari sisi timur, Lempeng Pasifik menumbuk kawasan timur Indonesia sepanjang
Palung New Guinea-Pasifik dengan kecepatan sampai 11cm/tahun. (UNESCO
Office Jakarta, Bertahan Dari Gempabumi 2010).
Kota Palu yang merupakan pusat pemerintahan dan jantung
prekonomian provinsi Sulawesi Tengah, yang ikut terkena dampak bencana
gempa yang mengakibatkan Tsunami pada tanggal 28 September 2018 lalu.
tercatat 1.636 jiwa meninggal akibat pristiwa tersebut (Kompas.com,
Ihsanuddin, 2018), dan menurut data citra satelit yang di dapat dari
International Disaster Charter kerusakan bangunan yang terjadi di kota palu
akibat gempa dan Tsunami tersebut mencapai 2.403 bangunan. Ini
menyebabkan kelumpuhan kota palu dari berbagai aspek, tercata sekitar
70.000 jiwa di tampung di pengungsian. Menurut peta gempa Indonesia tahun
2010, kota palu masuk ke jajaran kota yang memiliki potensi gempa sangat
tinggi (BNPB, Palu, 2018).
Dari paparan di atas maka Mahasiswa Kebidanan Poltekkes Palu
jurusan Kebidanan melakukan Praktik Lapangan Manajemen Krisis Bencana
di lokasi Huntara Asam III dengan Jumlah 28 Orang yang terdiri dari 13
orang mahasiswa reguler dan 15 orang mahasiswa alih jenjang dengan kurun
waktu selama 14 hari.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam laporan ini meliputi :
1. Apa yang dimaksud dengan PHBS ?
2. Apa saja bidang-bidang dalam PHBS ?
3. Apa saja manfaat PHBS ?
4. Apa saja indikator PHBS dalam setiap tatanan ?
5. Apa saja faktor penunjang PHBS ?
6. Apa Sasaran dari penerpan PHBS ?
7. Bagaimana Strategi yang digunakan dalam penerapan PHBS ?
8. Apa Faktor yang mempengaruhi prilaku PHBS ?
C. Tujuan
Adapun tujuan dai pembuatan laporan ini meliputi :
1. Menjelaskan pengertian PHBS
2. Menjelaskan bidang-bidang dalam PHBS
3. Menjelaskan manfaat PHBS
4. Menjelaskan indikator PHBS dalam setiap tatanan
5. Menjelaskan faktor penunjang PHBS
6. Menjelaskan Sasaran dari penerpan PHBS
7. Mendeskripsikan Strategi yang digunakan dalam penerapan PHBS
8. Menjelaskan Faktor yang mempengaruhi prilaku PHBS
BAB II
PEMBAHASAN

A.           Pengertian PHBS


Perilaku sehat adalah pengetahuan, sikap dan tindakan proaktif untuk
memelihara dan mencegah risiko terjadinya penyakit, melindungi diri dari ancaman
penyakit, serta berperan aktif dalam Gerakan Kesehatan Masyarakat
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah sekumpulan perilaku yang
dipraktikkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran yang menjadikan
seseorang atau keluarga dapat menolong diri sendiri di bidang kesehatan dan berperan
aktif dalam mewujudkan derajat kesehatan masyarakatnya (Dinkes Provinsi Jawa
Barat, 2008).
Jadi PHBS adalah pengetahuan, sikap dan tindakan proaktif untuk memelihara
dan mencegah risiko terjadinya penyakit, melindungi diri dari ancaman penyakit yang
dipraktikkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran yang menjadikan
seseorang atau keluarga dapat menolong diri sendiri di bidang kesehatan dan berperan
aktif dalam mewujudkan derajat kesehatan masyarakatnya.
PHBS adalah semua perilaku kesehatan yang dilakukan atas kesadaran
sehingga anggota keluarga atau keluarga dapat menolong dirinya sendiri di bidang
kesehatan dan berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan di masyarakat.PHBS
itu jumlahnya banyak sekali, bisa ratusan. Misalnya tentang Gizi: makan beraneka
ragam makanan, minum Tablet Tambah Darah, mengkonsumsi garam beryodium,
memberi bayi dan balita Kapsul Vitamin A. Tentang kesehatan lingkungan seperti
membuang sampah pada tempatnya, membersihkan lingkungan.Setiap rumah tangga
dianjurkan untuk melaksanakan semua perilaku kesehatan.
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) merupakan perilaku yang
dipraktekkan oleh setiap individu dengan kesadaran sendiri untuk meningkatkan
kesehatannya dan berperan aktif dalam mewujudkan lingkungan yang sehat. Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat harus diterapkan dalam setiap lini kehidupan manusia kapan
saja dan dimana saja. Seperti halnya PHBS di rumah tangga/keluarga, institusi
kesehatan, tempat-tempat umum, sekolah maupun di tempat kerja karena perilaku
tersebut merupakan sikap dan tindakan yang akan membentuk kebiasaan seseorang
untuk berperilaku sehat.
Salah satu manfaat diterapkan perilaku hidup bersih dan sehat di rumah
tangga/keluarga ialah; anggota keluarga meningkat kesehatannya dan tidak mudah
sakit, produktivitas anggota keluarga meningkat, dan anak tumbuh sehat dan cerdas.
B.            Bidang PHBS
Bidang PHBS yaitu :
1.    Bidang kebersihan perorangan, seperti cuci tangan dengan air bersih yang mengalir
dengan sabun, mandi minimal 2x sehari, dan lain-lain.
2.    Bidang gizi, seperti makan sayur dan buah tiap hari, mengkonsumsi garam
beryodium, menimbang berat badan (BB) dan tinggi badan (TB) setiap bulan, dan
lain-lain.
3.    Bidang kesling, seperti membuang sampah pada tempatnya, menggunakan jamban,
memberantas jentik, dan lain-lain.

C.           Manfaat PHBS


Manfaat dari PHBS diantaranya :
1.    Setiap orang harus meningkatkan kesehatannya agar tidak mudah sakit
2.    Rumah tangga sehat dapat meningkatkan produktivitas kerja anggota keluarga
3.    Dengan meningkatnya kesehatan anggota rumah tangga maka biaya yang tadinya
dialokasikan untuk kesehatan dapat dialihkan untuk biaya investasi seperti biaya
pendidikan dan usaha lain yang dapat meningkatkan kesejahteraan anggota rumah
tangga
4.    Salah satu indikator untuk menilai keberhasilan Pemerintah Daerah Kabupaten/ Kota
di bidang kesehatan
5.    Meningkatnya citra pemerintah daerah dalam bidang kesehatan
6.    Dapat menjadi percontohan rumah tangga sehat bagi daerah lain.
Kebijakan pembangunan kesehatan ditekankan pada upaya promotif dan
preventif agar orang yang sehat menjadi lebih sehat dan produktif. Pola hidup sehat
merupakan perwujudan paradigma sehat yang berkaitan dengan perilaku perorangan,
keluarga, kelompok, dan masyarakat yang berorientasi sehat dapat meningkatkan,
memelihara, dan melindungi kualitas kesehatan baik fisik, mental, spiritual maupun
sosial. Perilaku hidup sehat meliputi perilaku proaktif untuk :
1.    Memelihara dan meningkatkan kesehatan dengan cara olah raga teratur dan hidup
sehat;
2.    Menghilangkan kebudayaan yang berisiko menimbulkan penyakit;
3.    Usaha untuk melindungi diri dari ancaman yang menimbulkan penyakit;
4.    Berpartisipasi aktif daalam gerakan kesehatan masyarakat.
Manfaat PHBS di lingkungan sekolah yaitu agar terwujudnya sekolah yang
bersih dan sehat sehingga siswa, guru dan masyarakat lingkungan sekolah terlindungi
dari berbagai ancaman penyakit, meningkatkan semangat proses belajar mengajar
yang berdampak pada prestasi belajar siswa, citra sekolah sebagai institusi pendidikan
semakin meningkat sehingga mampu minat orang tua dan dapat mengangkat citra dan
kinerja pemerintah dibidang pendidikan, serta menjadi percontohan sekolah sehat
bagi daerah lain (Depkes RI, 2008).
D.           Indikator PHBS di Tiap Tatanan
Indikator tatanan sehat terdiri dari indikator perilaku dan indikator lingkungan
di lima tatanan, yaitu tatanan rumah tangga, tatanan tempat kerja, tatanan tempat
umum, tatanan sekolah, dan tatanan institusi kesehatan.
1.             PHBS Di Tatanan Rumah Tangga
PHBS di rumah tangga adalah upaya untuk memberdayakan anggota rumah
tangga agar tahu, mau dan mampu mempraktikkan hidup bersih dan sehat, serta
berperan aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat.
Indikator PHBS di tatanan rumah tangga:
a.    Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan
b.    Memberi bayi ASI ekslusif
c.    Menimbang bayi dan balita setiap bulan
d.   Mencuci tangan dengan air bersih dan memakai sabun
e.    Menggunakan air bersih
f.     Menggunakan jamban sehat
g.    Memberantas jentik di ruma
h.    Makan sayur dan buah setiap hari
i.      Melakukan aktivitas fisik setiap hari
j.      Tidak merokok di dalam rumah (Depkes RI, 2007).
2.             PHBS Di Tatanan Tempat Umum
PHBS di tempat-tempat umum adalah upaya untuk memberdayakan masyarakat
pengunjung dan pengelola tempat-tempat umum agar tahu, mau dan mampu untuk
mempraktikkan PHBS serta berperan aktif dalam mewujudkan tempat-tempat umum
yang ber-PHBS.
Melalui penerapan PHBS di tempat umum ini, diharapkan masyarakat yang
berada di tempat-tempat umum akan terjaga kesehatannya dan tidak tertular atau
menularkan penyakit.
Indikator tatanan tempat-tempat umum :
a.    PHBS di pasar
1)   Menggunakan air bersih
2)   Menggunakan jamban
3)   Membuang sampah pada tempatnya
4)   Tidak merokok di pasar
5)   Tidak meludah sembarangan
6)   Memberantas jentik nyamuk
b.   PHBS di tempat ibadah
1)   Menggunakan air bersih
2)   Menggunakan jamban
3)   Membuang sampah pada tempatnya
4)   Tidak merokok di tempat ibadah
5)   Tidak meludah sembarangan
6)   Memberantas jentik nyamuk
c.    PHBS di rumah makan
1)   Menggunakan air bersih
2)   Menggunakan jamban
3)   Membuang sampah pada tempatnya
4)   Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun
5)   Tidak merokok di rumah makan
6)   Menutup makanan dan minuman
7)   Tidak meludah sembarangan
8)   Memberantas jentik nyamuk
d.   PHBS di angkutan umum
1)   Menggunakan air bersih
2)   Menggunakan jamban
3)   Membuang sampah pada tempatnya
4)   Tidak merokok di angkutan umum
5)   Tidak meludah sembarangan
(http://www.diskes.jabarprov.go.id/ diakses tanggal 08 April 2016 pukul 18.30 WIB).
E.            Fasilitas Penunjang PHBS
Fasilitas penunjang PHBS di sekolah antara lain adalah : (Depkes,2012)
a.    Ketersediaan air bersih yang bebas dari jentik nyamuk
Air bersih yang tersedia di sekolah dapat digunakan oleh siswa dan guru untuk
berbagai keperluan. Siswa dan guru dapat menggunakan air bersih untuk mencuci
tangan dengan menggunakan air bersih yang mengalir sebelum makan dan sesudah
buang air besar. Perilaku cuci tangan dengan air mengalir dan menggunakan sabun
mencegah penularan penyakit seperti diare, kolera, disentri, typus, cacingan, penyakit
kulit, hepatitis A, ISPA, flu burung, dan lain sebagainya. Kegiatan pemeriksaan
tandon air bersih dilakukan untuk memberantas penyakit yang disebabkan oleh
penularan nyamuk seperti penyakit demam berdarah. Memberantas jentik nyamuk di
lingkungan sekolah dilakukan dengan gerakan 3 M (menguras, menutup, dan
mengubur) tempat-tempat penampungan air (bak mandi, drum, tempayan, ban bekas,
tempat air minum, dan lain-lain) minimal seminggu sekali. Hasil yang didapat dari
pemberantasan jentik nyamuk ini kemudian disosialisasikan kepada seluruh warga
sekolah.
b.   Fasilitas penunjang PHBS disekolah yang lain adalah tersedianya kantin
sekolah dengan jajanan yang sehat
Ketersediaan jamban yang bersih, tempat dan program olahraga yang teratur dan
terukur, dan juga adanya tempat sampah. Dimana fasilitas tersebut dapat menunjang
siswa dan siswi dalam berperilaku hidup bersih dan sehat dilingkungan sekolah.
F.            Sasaran PHBS
Sasaran PHBS menurut Depkes RI (2008) dikembangkan dalam lima tatanan
yaitu di rumah atau tempat tinggal, di tempat kerja, di tempat-tempat umum, institusi
pendidikan, dan di sarana kesehatan. Sedangkan sasaran PHBS di institusi pendidikan
adalah seluruh warga institusi pendidikan yang terbagi dalam:
1.             Sasaran primer
Sasaran utama dalam institusi pendidikan yang akan dirubah perilakunya atau
murid dan guru yang bermasalah (individu/ kelompok dalam institusi pendidikan
yang bermasalah).
2.             Sasaran sekunder
Sasaran yang mempengaruhi individu dalam institusi pendidikan yang
bermasalah misalnya, kepala sekolah, guru, orang tua murid, kader kesehatan
sekolah, tokoh masyarakat, petugas kesehatan dan lintas sektor terkait.
3.             Sasaran tersier
Merupakan sasaran yang diharapkan menjadi pembantu dalam mendukung
pendanaan, kebijakan, dan kegiatan untuk tercapainya pelaksanaan PHBS di institusi
pendidikan seperti, kepala desa, lurah, camat, kepala Puskesmas, Diknas, guru, tokoh
masyarakat, dan orang tua murid.
G.           Strategi PHBS
Kebijakan Nasional Promosi kesehatan menetapkan tiga strategi dasar promosi
kesehatan dan PHBS yaitu (Notoatmodjo, 2007):
1.             Gerakan Pemberdayaan (Empowerment)
Merupakan proses pemberian informasi secara terus menerus dan
berkesinambungan agar sasaran berubah dari aspek knowledge, attitude, dan practice.
Sasaran utama dari pemberdayaan adalah individu dan keluarga, serta kelompok
masyarakat.
2.             Bina Suasana (Social Support)
Upaya menciptakan lingkungan sosial yang mendorong individu anggota
masyarakat untuk mau melakukan perilaku yang diperkenalkan. Terdapat tiga
pendekatan dalam bina suasana antara lain:
a.       Pendekatan individu
b.      Pendekatan kelompok
c.       Pendekatan masyarakat umum
3.             Advokasi (Advocacy)
Upaya yang terencana untuk mendapatkan dukungan dari pihak-pihak terkait
(stakeholders). Pihak-pihak terkait ini dapat berupa tokoh masyarakat formal yang
berperan sebagai penentu kebijakan pemerintahan Dan penyandang dana pemerintah.
Selain itu, tokoh masyarakat informal seperti tokoh agama, tokoh pengusaha, dan lain
sebagainya dapat berperan sebagai penentu kebijakan tidak tertulis dibidangnya atau
sebagai penyandang dana non pemerintah. Sasaran advokasi terdapat tahapan-tahapan
yaitu:
a.       Mengetahui adanya masalah
b.      Tertarik untuk ikut menyelesaikan masalah
c.       Peduli terhadap pemecahan masalah dengan mempertimbangkan alternatif
pemecahan masalah
d.      Sepakat untuk memecahkan masalah dengan memilih salah satu alternatif pemecahan
masalah
e.       Memutuskan tindak lanjut kesepakatan
H.           Faktor yang Mempengaruhi Perilaku
Penerapan perilaku hidup bersih sehat (PHBS) terdapat faktor-faktor yang
mempengaruhi. Lawrence Green dalam Notoatmojo (2007) membedakan adanya dua
determinan masalah kesehatan yaitu faktor perilaku (behavioral factors) dan faktor
non perilaku (non behavioral factors). Green menjelaskan bahwa faktor perilaku
ditentukan oleh tiga faktor utama:
1.             Faktor Predisposisi
Terbentuknya suatu perilaku baru dimulai pada cognitive domain dalam arti
subyek tahu terlebih dahulu terhadap stimulus sehingga menimbulkan pengetahuan
baru pada subyek tersebut, selanjutnya menimbulkan respon batin dalam bentuk sikap
subyek. Pengetahuan dan sikap subyek terhadap PHBS diharapkan akan membentuk
perilaku (psikomotorik) subyek terhadap PHBS. Faktor-faktor yang mempermudah
atau mempredisposisi terjadinya prilaku seseorang antara lain pengetahuan, sikap,
keyakinan, kepercayaan dan juga nilai-nilai tradisi.
2.             Faktor Pendukung atau Pemungkin
Hubungan antara konsep pengetahuan dan praktek kaitannya dalam suatu
materi kegiatan biasanya mempunyai angapan yaitu adanya pengetahuan tentang
manfaat sesuatu hal yang akan menyebabkan orang mempunyai sikap positif terhadap
hal tersebut. Selanjutnya sikap positif ini akan mempengaruhi untuk ikut dalam
kegiatan ini. Niat ikut serta dalam kegiatan ini akan menjadi tindakan apabila
mendapatkan dukungan sosial dan tersedianya fasilitas kegiatan ini disebut perilaku.
Berdasarkan teori WHO menyatakan bahwa yang menyebabkan seseorang
berperilaku ada tiga alasan diantaranya adalah sumber daya(resource) meliputi
fasilitas, pelayanan kesehatan dan pendapatan keluarga.
3.             Faktor Penguat
Faktor yang mendorong untuk bertindak untuk mencapai suatu tujuan yang
terwujud dalam peran keluarga terutama orang tua, guru dan petugas kesehatan untuk
saling bahu membahu, sehingga tercipta kerjasama yang baik antara pihak rumah dan
sekolah yang akan mendukung anak dalam memperoleh pengalaman yang hendak
dirancang, lingkungan yang bersifat anak sebagai pusat yang akan mendorong proses
belajar melalui penjelajah dan penemuan untuk terjadinya suatu perilaku. Hak-hak
orang sakit (right) dan kewajiban sebagai orang sakit sendiri maupun orang lain
(terutama keluarganya), yang selanjutnya disebut perilaku orang sakit.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi PHBS anak sekolah menurut Adiwiryono
(2010) berasal dari :
a.    Dukungan dari orang tua
b.    Dukungan teman sekolah
c.    Dukungan guru di sekolah.
d.   Sarana prasarana menjadi pendukung dalam mewujudkan perilaku hidup bersih sehat
di sekolah seperti tempat pembuangan air yang bersih, tempat pembuanga air besar
(jamban) yang sehat, tempat pembuangan sampah, tempat dan program olah raga
yang tepat, ketersediaan makanan bergizi di warung sekolah, UKS, dan sebagainya.

I. Kegiatan Yang Telah Dilakukan Di huntara Asam III

1. Melakukan Penyuluhan Tentang Upaya Pencegahan Penularan Covid-19


Untuk mengatasi permasalahan yang ada di Hunatra Asam III yaitu
tentang upaya pencegahan penularan Covid-19 maka telah dilakukan
penyuluhan tentang upaya pencegahan penularan Covid-19 yang bertujuan
untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat mengenai
Covid-19.
2. Melakukan Pengadaan Sabun Cuci Tangan
Pengadaan sabun cuci tangan telah dilakukan dan diletakkan di tiap
tong-tong tempat cuci tangan yang ada di Hunatra Asam III yang bertujuan
untuk memudahkan masyarakat untuk mencuci tangan menggunakan sabun
agar bersih.
3. Menempelkan Poster Tentang Upaya Pencegahan Penularan Covid-19
Poster tentang upaya pencegahan penularan Covid-19 ditempelkan di
tiap-tiap tong cuci tangan yang ada di Huntara Asam III agar dapat dengan
mudah dilihat oleh masyarakat.
BAB III
PENUTUP
A.           Kesimpulan
PHBS adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas dasar kesadaran
sebagai hasil pembelajaran yang menjadikan seseorang atau keluarga dapat menolong
diri sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan
masyarakatnya. PHBS adalah pengetahuan, sikap dan tindakan proaktif untuk
memelihara dan mencegah risiko terjadinya penyakit, melindungi diri dari ancaman
penyakit yang dipraktikkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran yang
menjadikan seseorang atau keluarga dapat menolong diri sendiri di bidang kesehatan
dan berperan aktif dalam mewujudkan derajat kesehatan masyarakatnya.
Penerapan PHBS bukan hanya diterapakan di lingkungan rumah saja tangga
tapi PHBS juga bisa diterapkan di lingkungan sekolah. Penerepan PHBS juga sangat
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu strategi, fasilitas pendukung dan yang
mempengeruhi dari prilaku PHBS itu sendiri.
B.            Saran
Penerapan PHBS harus diterapkan di Huntara Asam III terutama di lingkungan
sekolah yang dekat dengan huntara Asam III, karena pendidikan kebersihan akan
lebih efektif diterapkan dari sejak dini agar kelak saat dewasa anak tersebut tumbuh
menjadi anak yang pembersih dan pandai menjaga kesehatan, baik kesehatan diri
maupun kesehatan lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA
Internet ( http://creasoft.wordpress.com/ diakses 06 Februari 2018 pukul 14.00 WIB).
Internet (http://dinkeslampung.blogspot.com/ diakses tanggal 06 Februari 2018 pukul 14.13
WIB)
Internet (http://dinkeslampung.bdl.nusa.net.id/ diakses tanggal 06 Februari 2018 pukul
14.18 WIB)
Internet (http://dinkeslampung.blogspot.com/2009/05/pengembangan-phbs-di-5-
tatanan.html/ diakses tanggal 06 Februari 2018 pukul 14.24 WIB).
Internet (http://dinkeslampung.blogspot.com/2009/05/pengembangan-phbs-di-5-
tatanan.html/ diakses tanggal 06 Februari 2018 pukul 14.36 WIB).
LAMPIRAN DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai