Anda di halaman 1dari 33

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.

B DENGAN PEMENUHAN
KEBUTUHAN NUTRISI DENGAN DIABETES MELLITUS DI RUANG
MAWAR RSUD UNGARAN

Di susun oleh :
SUDIRMAN AWALUDDIN. S.KEP.

NIM 1808248

PROGRAM STUDI NERS KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARYA HUSADA

SEMARANG 2019
A. Pengertian

Diabetes berasal dari bahasa Yunani yang berarti “mengalirkan atau


mengalihkan” (siphon). Mellitus berasal dari bahasa latin yang bermakna
manis atau madu. Penyakit diabetes melitus dapat diartikan individu yang
mengalirkan volume urine yang banyak dengan kadar glukosa tinggi. Diabetes
melitus adalah penyakit hiperglikemia yang ditandai dengan ketidakadaan
absolute insulin atau penurunan relative insensitivitas sel terhadap insulin
(Corwin, 2009). Diabetes mellitus adalalah gangguan metabolisme yang
secara genetik dan klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa
hilangnya toleransi karbohidrat, jika telah berkembang penuh secara klinis
maka diabetes mellitus ditandai dengan hiperglikemia puasa dan postprandial,
aterosklerosis dan penyakit vaskular mikroangiopati (Sylvia & Lorrain, 2016).

Diabetes mellitus adalah kumpulan gejala yang timbul pada seseorang


akibat kadar glukosa darah yang tinggi yang disebabkan jumlah hormone
insulin kurang atau jumlah insulin cukup bahkan kadang-kadang lebih, tetapi
kurang efektif (Sarwono, 2016). Diabetes Melitus (DM) adalah keadaan
hiperglikemia kronik disertai berbagai kelainan metabolik akibat gangguan
hormonal, yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal,
saraf, dan pembuluh darah, disertai lesi pada membran basalis dalam
pemeriksaan dengan mikroskop elektron (Mansjoer dkk, 2017).

Menurut American Diabetes Association (ADA) tahun 2015, diabetus


merupakan suatu kelompok panyakit metabolik dengan karakterristik
hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau
kedua-duanya. Diabetes Mellitus (DM) adalah kelainan defisiensi dari insulin
dan kehilangan toleransi terhadap glukosa ( Rab, 2008). DM merupakan
sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kelainan kadar glukosa
dalam darah atau hiperglikemia yang disebabkan defisiensi insulin atau akibat
kerja insulin yang tidak adekuat (Brunner & Suddart, 2012).
B. Etiologi

Faktor-faktor penyebab diabetes melitus antara lain genetika, faktor


keturunan memegang peranan penting pada kejadian penyakit ini. Apabila
orang tua menderita penyakit diabetes mellitus maka kemungkinan anak-
anaknya menderita diabetes mellitus lebih besar. Virus hepatitis B yang
menyerang hati dan merusak pankreas sehingga sel beta yang memproduksi
insulin menjadi rusak. Selain itu peradangan pada sel beta dapat menyebabkan
sel tidak dapat memproduksi insulin. Faktor lain yang menjadi penyebab
diabetes melitus yaitu gaya hidup, orang yang kurang gerak badan, diet tinggi
lemak dan rendah karbohidrat, kegememukan dan kesalahan pola makan.
Kelainan hormonal, hormon insulin yang kurang jumlahnya atau tidak
diproduksi.

C. Pathofisiologi

Menurut Brunner & Sudddart (2012) patofisiologi terjadinya penyakit diabetes


mellitus tergantung kepada tipe diabetes yaitu :

1. Diabetes Tipe I
Terdapat ketidakmampuan untuk menghasilkan insulin karena sel-sel
pankreas telah dihancurkan oleh proses autoimun. Glukosa yang berasal
dari makanan tidak dapat disimpan dalam hati meskipun tetap berada
dalam darah dan menimbulkan hiperglikemia postprandial (sesudah
makan). Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi, ginjal tidak
dapat menyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar akibatnya
glukosa tersebut diekskresikan dalam urin (glukosuria). Ekskresi ini akan
disertai oleh pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan, keadaan ini
dinamakan diuresis osmotik. Pasien mengalami peningkatan dalam
berkemih (poliuria) dan rasa haus (polidipsi).

2. Diabetes Tipe II
Resistensi insulin menyebabkan kemampuan insulin menurunkan kadar
gula darah menjadi tumpul. Akibatnya pankreas harus mensekresi insulin
lebih banyak untuk mengatasi kadar gula darah. Pada tahap awal ini,
kemungkinan individu tersebut akan mengalami gangguan toleransi
glukosa, tetapi belum memenuhi kriteria sebagai penyandang diabetes
mellitus. Kondisi resistensi insulin akan berlanjut dan semakin bertambah
berat, sementara pankreas tidak mampu lagi terus menerus meningkatkan
kemampuan sekresi insulin yang cukup untuk mengontrol gula darah.
Peningkatan produksi glukosa hati, penurunan pemakaian glukosa oleh otot
dan lemak berperan atas terjadinya hiperglikemia kronik saat puasa dan
setelah makan. Akhirnya sekresi insulin oleh beta sel pankreas akan
menurun dan kenaikan kadar gula darah semakin bertambah berat.

3. Diabetes Gestasional
Terjadi pada wanita yang tidak menderita diabetes sebelum kehamilannya.
Hiperglikemia terjadi selama kehamilan akibat sekresi hormone-hormon
plasenta. Sesudah melahirkan bayi, kadar glukosa darah pada wanita yang
menderita diabetes gestasional akan kembali normal (Brunner & Suddarth,
2012).
D. Manifestasi Klinis

Gejala awalnya berhubungan dengan efek langsung dari kadar gula


darah yang tinggi.Jika kadar gula darah sampai diatas 160-180 mg/dL, maka
glukosa akan sampai ke air kemih. Jika kadarnya lebih tinggi lagi, ginjal akan
membuang air tambahan untuk mengencerkan sejumlah besar glukosa yang
hilang. Karena ginjal menghasilkan air kemih dalam jumlah yang berlebihan,
maka penderita sering berkemih dalam jumlah yang banyak (poliuri). Akibat
poliuri maka penderita merasakan haus yang berlebihan sehingga banyak
minum (polidipsi). Sejumlah besar kalori hilang ke dalam air kemih, penderita
mengalami penurunan berat badan. Untuk mengkompensasikan hal ini
penderita seringkali merasakan lapar yang luar biasa sehingga banyak makan
(polifagi).

Dengan memahami proses terjadinya kelainan pada diabetes melitus


tersebut diatas, mudah sekali dimengerti bahwa pada penderita diabetes melitus
akan terjadi keluhan khas yaitu lemas, banyak makan, (polifagia) , tetapi berat
badan menurun, sering buang air kecil (poliuria), haus dan banyak minum
(polidipsia). Penyandang diabetes melitus keluhannya sangat bervariasi, dari
tanpa keluhan sama sekali, sampai keluhan khas diabetes melitusseperti
tersebut diatas. Penyandang diabetes melitus sering pula datang dengan
keluhan akibat komplikasi seperti kebas, kesemutan akibat komplikasi saraf,
gatal dan keputihan akibat rentan infeksi jamur pada kulit dan daerah khusus,
serta adapula yang datang akibat luka yang lama sembuh tidak sembuh
(Sarwono, 2016).

Penderita Diabetes militus umumnya menampakkan tanda dan gejala


dibawah ini meskipun tidak semua dialami oleh penderita :
1. Jumlah urine yang dikeluarkan lebih banyak (Polyuria)
2. Sering atau cepat merasa haus/dahaga (Polydipsia)
3. Lapar yang berlebihan atau makan banyak (Polyphagia)
4. Frekwensi urine meningkat/kencing terus (Glycosuria)
5. Kehilangan berat badan yang tidak jelas sebabnya
6. Kesemutan/mati rasa pada ujung syaraf ditelapak tangan & kaki
7. Cepat lelah dan lemah setiap waktu
8. Mengalami rabun penglihatan secara tiba-tiba
9. Apabila luka/tergores (korengan) lambat penyembuhannya
10. Mudah terkena infeksi terutama pada kulit.

E. Pemeriksaan Diagnostik / Penunjang

Pemeriksaan penyaring perlu dilakukan pada kelompok dengan resiko


tinggi DM. Yaitu kelompok usia dewasa tua (>40 tahun), obesitas, tekanan
darah tinggi, riwayat keluarga DM, riwayat kehamilan dengan berat badan
lahir bayi >4.000 g, riwaya DM pada kehamilan, dan dislipidemia.
Pemeriksaan penyaring dapat dilakukan dengan pemeriksaan glukosa darah
sewaktu, kadar gula darah puasa (Tabel 53.1), kemudian dapat diikuti dengan
Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO) standar. Untuk kelompok resiko tinggi
yang hasil penyaringannya negatif, perlu pemeriksaan penyaring ulang tiap
tahun. Bagi pasien berusia 45 tahun tanpa faktor resiko, pemeriksaan penyaring
dapat dilakukan setiap 3 tahun.

Tabel 1.1 kadar glukosa darah sewaktu dan puasa dengan metode enzimatik
sebagai patokan penyaring dan diagnosis DM (mg/dl)

Belum pasti DM
Bukan DM DM
Kadar glukosa darah sewaktu
Plasma vena <110 110-199 >200
Darah kapiler <90 90-199 >200
Kadar glukosa darah puasa
Plasma vena <110 110-125 >126
Darah kapiler <90 90-109 >110

1. Pemeriksaan TTGO dilakukan dengan cara sebagai berikut :


a. Tiga hari sebelum pemeriksaan pasien makan seperti biasa.
b. Kegiatan jasmani sementara cukup, tidak terlalu banyak.
c. Pasien puasa semalam selama 10-12 jam.
d. Periksa glukosa darah puasa.
e. Berikan glukosa 75 g yang dilarutkan dalam air 250 ml, lalu minum
dalam waktu 5 menit.
f. Periksa glukosa darah 1 jam sesudah beban glukosa.
g. Selama pemeriksaan, pasien diperiksa tetap istirahat dan tidak merokok
2. Pemeriksaan Hemoglobin dan Glikosilasi
Hemoglobin glikosilasi merupakan pemeriksaan darah yang mencerminkan
kadar glukosa darah rata-rata selama periode waktu 2 hingga 3 bulan.
Ketika terjadi kenaikan kadar glukosa darah, molekul glukosa akan
menempel pada hemoglobin dalam sel darah merah. Ada berbagai tes yang
mengukur hal yang sama tetapi memiliki nama yang berbeda, termasuk
hemoglobin A1C dan hemoglobin A1. Nilai normal antara pemeriksaan yang
satu dengan yang lainnya, serta keadaan laboratorium yang satu dan
lainnya, memilikmi sedikit perbedaan dan biasanya berkisar dari 4%
hingga 8%.
3. Pemeriksaan urin untuk glukosa
Pada saat ini, pemeriksaan glukosa urin hanya terbatas pada pasien yang
tidak bersedia atau tidak mampu untuk melakukan pemeriksaan glukosa
darah. Prosedur yang umum dilakukan meliputi aplikasi urin pada strip
atau tablet pereaksi dan mencocokkan warna pada strip dengan peta warna.
4. Pemeriksaan urin untuk keton
Senyawa-senyawa keton (atau badan keton) dalam urin merupakan sinyal
yang memberitahukan bahwa pengendalian kadar glukosa darah pada
diabetes tipe I sedang mengalami kemunduran. Apabila insulin dengan
jumlah yang efektif mulai berkurang, tubuh akan mulai memecah simpana
lemaknya untuk menghasilkan energi. Badan keton merupakan produk-
sampingan proses pemecahan lemak ini, dan senyawa-senyawa keton
tersebut bertumpuk dalam darah serta urin.
F. Penatalaksanaan
1. Edukasi
Edukasi pada penyandang diabetes meliputi pemahamantentang perjalanan
penyakit DM, perlunya pengendalian dan pemantauan DM secara
berkelanjutan, penyulit/komplikasi DM dan risikonya, dan cara
penggunaan obat diabetes/insulin. Selain itu, untuk mencapai pengelolaan
diabetes yang optimal pada penyandang DM dibutuhkan perubahan
perilaku agar dapat menjalani pola hidup sehat meliputi :
a. Mengikuti pola makan sehat
b. Merningkatkan kegiatan jasmani
c. Menggunakan obat diabetes dan obat–obatan pada keadaan khusus
secara aman dan teratur
d. Melakukan pemantauan gula darah mandiri
e. Melakukan perawatan kaki secara berkala
f. Memiliki kemampuan untuk mengenal dan menghadapi keadaan sakit
akut seperti hipoglikemia
2. Diet atau perencanaan makan
Perencanaan makan menggambarkan apa yang dimakan, berapa banyak,
dan kapan makan. Dietisien atau ahli diet dapat membantu membuat
perencanaan makan yang cocok. Makanan sehari- hari hendaknya cukup
karbohidrat, serat, protein,rendah lemak jenuh, kolesterol, sedangkan
natrium dan gula secukupnya. Karbohidrat adalah sumber zat tenaga dan
zat gizi utama yang menyebabkan kadar gula darah naik.Namun
penyandang diabetes tidak usah takut mengkonsumsi karbohidrat.
Kebutuhan karbohidrat pada penyandang diabetes antara 45-65%
kebutuhan kalori dengan asupan karbohidrat tersebar dalam sehari, hindari
makan karbohidrat dalam jumlah besar dalam satu kali makan. Sumber
karbohidrat yang dianjurkan adalah karbohidrat kompleks seperti nasi, roti,
mie, dan kentang. Batasi karbohidrat sederhana seperti gula, kue, tarcis,
dodol, sirup, dan madu. Serat merupakan bagian dari karbohidrat yang
tidak dapat diserap tubuh, rendah lemak serta berpengaruh baik untuk kadar
gula darah. Pada umumnya gula darah setelah makan akan naik lebih
lambat bila makan makanan yang mengandung banyak serat. Makanan
berikut yang mengandung banyak serat makanan adalah havermout,
kacangkacangan,sayur-sayuran, dan buah-buahan seperti apel, jeruk, pir,
sirsak, jambu biji dan lain-lain. Protein digunakan untuk pertumbuhan &
mengganti jaringan tubuh yang rusak. Sumber protein terdiri dari protein
hewani & protein nabati. Sumber protein hewani utama adalah ikan atau
ayam tanpa kulit oleh karena rendah kandungan lemaknya. Sumber protein
lemak sedang seperti daging atau telur sebagai pengganti protein rendah
lemak dapat dikonsumsi kira-kira 3x seminggu. Sedangkan sumber protein
tinggi lemak seperti otak, merah telur, dan jerohan perlu dibatasi. Sumber
protein nabati adalah kacang-kacangan seperti kacanghijau, kacang merah,
kacang tanah, kacang kedele, tahu, & tempe. Kebanyakan makanan nabati
rendah kandungan lemaknya dan mengandung lemak tidak jenuh tinggi
sehingga dapat membantu menurunkan kolesterol darah. Sayuran
merupakan bahan makanan yang sehat, tinggi kandungan vitamin, mineral,
dan serat. Sayuran boleh dimakan bebas tanpa dibatasi dan dianjurkan
mengkonsumsi aneka ragam sayuran. Buah-buahan juga merupakan
makanan yang sehat, selain berkalori juga merupakan sumber
vitamin,mineral, dan serat. Dianjurkan makan buah 2 sampai 3 buah sehari.
Susu merupakan sumber protein, dan mengandung lemak, karbohidrat, dan
vitamin serta kalsium Penyandang diabetes dianjurkan minum susu yang
tanpa atau rendah lemak. Bagi yang menyukai susu dapat menggantikan 1
lauk hewani dengan 1 penuh takar susu.

3. Latihan jasmani
Kegiatan jasmani sehari–hari dan latihan secara teratur 3-4 kali seminggu
selama kurang lebih 30 menit. Tujuan latihan jasmani untuk menjaga
kebugaran,menurunkan berat badan, dan memperbaiki sensitivitas insulin
sehingga akan memperbaiki kendali gula darah. Latihan jasmani yang
dianjurkan berupa latihan jasmani yang bersifat aerobik seperti jalan kaki,
bersepeda santai, jogging, dan berenang. Hindarkan kebiasaan hidup yang
kurang gerak.
4. Intervensi obat oral farmakologis
Terapi farmakologis diberikan bersama dengan pengaturan makan dan
latihan jasmani. Terapi farmakologis terdiri dari obat oral & bentuk
suntikan insulin. Saat ini terdapat 5 macam obat tablet yang beredar di
pasaran untuk menurunkan kadar gula darah. Beberapa obat yg sering
digunakan adalah :
a. Golongan insulin sekretagok
Obat ini bekerja dengan cara merangsang pankreas untuk menghasilkan
insulin. Obat ini merupakan pilihan utama pada penyandang diabetes
dengan berat badan kurang atau normal. Obat golongan ini terdapat 2
jenis yaitu : golongan sulfonilurea dan glinid.
b. Golongan Biguanid
Obat yang termasuk golongan biguanid hanyalah metformin. Obat ini
terutama dipakai pada penyandang diabetes gemuk. Penggunaan obat
ini dikontraindikasikan pada gangguan fungsi ginjal & hati. Metformin
sebaiknya diberikan pada saat atau sesudah makan karena dapat
menyebabkan mual & iritasi pada lambung.
c. Golongan Glitazone
Cara kerja obat ini adalah dengan membantu tubuh menggunakan
insulin yang tersedia sehingga lebih efektif. Penggunaan obat ini
dikontraindikasikan pada mereka dengan gagal jantung, penyakit hati
akut, diabetes tipe 1, dan kehamilan.
d. Golongan Penghambat Alpha Glukosidase (Acarbose)
Obat ini bekerja dengan cara menghambat penyerapan glukosa di usus
sehingga mempunyai efek menurunkan gula darah sesudah makan.
Obat ini hanya mempengaruhi konsentrasi gula darah setelah makan.
Efek samping yang sering terjadi pada penggunaan obat ini adalah
perut kembung, sering buang angin, dan mencret.
e. Dipeptidyl peptidase-4 (DPP-4) inhibitor
Pengobatan dengan golongan ini merupakan pendekatan baru
pengelolaan DM. Obat ini menghambat pelepasan glukagon, yang pada
gilirannya meningkatkan sekresi insulin, menurunkan pengosongan
lambung, dan menurunkan kadar glukosa darah. Beberapa obat
golongan ini sudah masuk di Indonesia sejak tahun 2007 antara lain
vildagliptin dan sitagliptin.
5. Insulin
Insulin diperlukan pada keadaan seperti penurunan berat badan yang cepat,
komplikasi akut DM (hiperglikemia berat yang disertai ketosis,
ketoasidosis diabetik, hiperglikemia hiperosmolar nonketotik,
hiperglikemia dengan asidosis laktat), gagal dengan pengobatan obat
diabetes oral dosis optimal, kehamilan dengan DM, stress berat (infeksi
sistemik, operasi besar, stroke, dll), gangguan fungsi ginjal dan hati yang
berat, dan adanya kontra indikasi/alergi terhadap obat diabetes oral.

G. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian pada klien dengan gangguan sistem endokrin diabetes mellitus
dilakukan mulai dari pengumpulan data yang meliputi : biodata, riwayat
kesehatan, keluhan utama, sifat keluhan, riwayat kesehatan masa lalu,
pemriksaan fisik, pola kegiatan sehari-hari.
Hal yang perlu dikaji pada klien degan diabetes mellitus :
a. Aktivitas dan istirahat :
Kelemahan, susah berjalan/bergerak, kram otot, gangguan istirahat dan
tidur, tachicardi/tachipnea pada waktu melakukan aktivitas dan koma.
b. Sirkulasi
Riwayat hipertensi, penyakit jantung seperti IMA, nyeri, kesemutan
pada ekstremitas bawah, luka yang sukar sembuh, kulit kering, merah,
dan bola mata cekung.
c. Eliminasi
Poliuri,nocturi, nyeri, rasa terbakar, diare, perut kembung dan pucat.
d. Nutrisi
Nausea, vomitus, berat badan menurun, turgor kulit jelek,
mual/muntah.
e. Neurosensori
Sakit kepala, menyatakan seperti mau muntah, kesemutan, lemah otot,
disorientasi, letargi, koma dan bingung.
f. Nyeri
Pembengkakan perut, meringis.
g. Respirasi
Tachipnea, kussmaul, ronchi, wheezing dan sesak nafas.
h. Keamanan
Kulit rusak, lesi/ulkus, menurunnya kekuatan umum.
i. Seksualitas
Adanya peradangan pada daerah vagina, serta orgasme menurun dan
terjadi impoten pada pria.
2. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan pengkajian data keperawatan yang sering terjadi berdasarkan
teori, maka diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada klien
diabetes mellitus yaitu :
a. Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan diuresis
osmotik.
b. Perubahan status nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidakcukupan insulin, penurunan masukan oral.
c. Resiko infeksi berhubungan dengan hyperglikemia.
d. Resiko tinggi terhadap perubahan persepsi sensori berhubungan dengan
ketidakseimbangan glukosa/insulin dan atau elektrolit.
e. Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolik.
f. Ketidakberdayaan berhubungan dengan penyakit jangka
panjang/progresif yang tidak dapat diobati, ketergantungan pada orang
lain.
g. Kurang pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan kebutuhan
pengobatan berhubungan dengan kurangnya pemajanan/mengingat,
kesalahan interpretasi informasi.
3. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa NOC NIC
Keperawatan
1. Kekurangan Setelah dilakukan asuhan 1. Pantau tanda-tanda vital.
volume cairan keperawatan selama 2. Kaji nadi perifer, pengisian
tubuh 3x24 jam makan masalah kapiler, turgor kulit, dan
berhubungan teratasi dengan KH : membran mukosa.
dengan diuresis 1. Mendemonstrasikan 3. Pantau masukan dan
osmotik. hidrasi adekuat keluaran, catat berat jenis
dibuktikan oleh tanda urine.
vital stabil, 4. Timbang berat badan setiap
2. Nadi perifer dapat hari.
diraba 5. Berikan terapi cairan sesuai
3. Turgor kulit dan indikasi.
pengisian kapiler
baik
4. Haluaran urine tepat
secara individu
5. Kadar elektrolit
dalam batas normal.
2. Perubahan status Setelah dilakukan asuhan 1. Tentukan program diet dan
nutrisi kurang keperawatan selama pola makan pasien dan
dari kebutuhan 3x24 jam makan masalah bandingkan dengan makanan
tubuh teratasi dengan KH : yang dapat dihabiskan oleh
berhubungan 1. Mencerna jumlah pasien.
dengan kalori/nutrien yang 2. Timbang berat badan setiap
ketidakcukupan tepat. hari atau sesuai indikasi.
insulin, 2. Menunjukkan tingkat 3. )Identifikasi makanan yang
penurunan energi biasanya. disukai/dikehendaki
masukan oral. 3. Berat badan stabil termasuk kebutuhan
atau bertambah. etnik/kultural.
4. Libatkan keluarga pasien
pada perencanaan makan
sesuai indikasi.
5. Berikan pengobatan insulin
secara teratur sesuai indikasi.
3. Resiko infeksi Setelah dilakukan asuhan 1. Observasi tanda-tanda
berhubungan keperawatan selama infeksi dan peradangan.
dengan 3x24 jam makan masalah 2. Tingkatkan upaya untuk
hyperglikemia. teratasi dengan KH : pencegahan dengan
1. Mengidentifikasi melakukan cuci tangan yang
intervensi untuk baik pada semua orang yang
mencegah/menurunk berhubungan dengan pasien
an resiko infeksi. termasuk pasiennya sendiri.
2. Mendemonstrasikan 3. Pertahankan teknik aseptik
teknik, perubahan pada prosedur invasif.
gaya hidup untuk 4. Berikan perawatan kulit
mencegah terjadinya dengan teratur dan sungguh-
infeksi. sungguh.
5. Lakukan perubahan posisi,
anjurkan batuk efektif dan
nafas dalam.
4. Resiko tinggi Setelah dilakukan asuhan 1. Pantau tanda-tanda vital dan
terhadap keperawatan selama status mental.
perubahan 3x24 jam makan masalah 2. Panggil pasien dengan nama,
persepsi sensori teratasi dengan KH : orientasikan kembali sesuai
berhubungan 1. Mempertahankan dengan kebutuhannya.
dengan tingkat 3. Pelihara aktivitas rutin
ketidakseimbang kesadaran/orientasi. pasien sekonsisten mungkin,
an 2. Mengenali dan dorong untuk melakukan
glukosa/insulin mengkompensasi kegiatan sehari-hari sesuai
dan atau adanya kerusakan kemampuannya.
elektrolit. sensori. 4. Selidiki adanya keluhan
parestesia, nyeri atau
kehilangan sensori pada
paha/kaki.
5. Kelelahan Setelah dilakukan asuhan 1. Diskusikan dengan pasien
berhubungan keperawatan selama kebutuhan akan aktivitas.
dengan 3x24 jam makan masalah 2. Berikan aktivitas alternatif
penurunan teratasi dengan KH : dengan periode istirahat yang
produksi energi 1. Mengungkapkan cukup.
metabolik. peningkatan tingkat 3. Pantau nadi, frekuensi
energi. pernafasan dan tekanan
2. Menunjukkan darah sebelum/sesudah
perbaikan melakukan aktivitas.
kemampuan untuk 4. Tingkatkan partisipasi pasien
berpartisipasi dalam dalam melakukan aktivitas
aktivitas yang sehari-hari sesuai toleransi.
diinginkan.
6. Ketidakberdayaa Setelah dilakukan asuhan 1. Anjurkan pasien/keluarga
n berhubungan keperawatan selama untuk mengekspresikan
dengan penyakit 3x24 jam makan masalah perasaannya tentang
jangka teratasi dengan KH : perawatan di rumah sakit dan
panjang/progresi 1. Mengakui perasaan penyakitnya secara
f yang tidak putus asa keseluruhan.
dapat diobati, Mengidentifikasi 2. Tentukan tujuan/harapan dari
ketergantungan cara-cara sehat untuk pasien atau keluarga.
pada orang lain. menghadapi 3. Berikan dukungan pada
perasaan. pasien untuk ikut berperan
2. Membantu dalam serta dalam perawatan diri
merencanakan sendiri dan berikan umpan
perawatannya sendiri balik positif sesuai dengan
dan secara mandiri usaha yang dilakukannya.
mengambil tanggung 4. Berikan dukungan pada
jawab untuk aktivitas pasien untuk ikut berperan
perawatan diri. serta dalam perawatan diri
sendiri.
7. Kurang Setelah dilakukan asuhan 1. Ciptakan lingkungan saling
pengetahuan keperawatan selama percaya
tentang penyakit, 3x24 jam makan masalah 2. Diskusikan dengan klien
prognosis dan teratasi dengan KH : tentang penyakitnya.
kebutuhan 1. Mengungkapkan 3. Diskusikan tentang rencana
pengobatan pemahaman tentang diet, penggunaan makanan
berhubungan penyakit. tinggi serat.
dengan 2. Mengidentifikasi 4. Diskusikan pentingnya untuk
kurangnya hubungan melakukan evaluasi secara
pemajanan/meng tanda/gejala dengan teratur dan jawab pertanyaan
ingat, keselahan proses penyakit dan pasien/orang terdekat.
interpretasi menghubungkan
informasi. gejala dengan faktor
penyebab.
DAFTAR PUSTAKA

Dewi, sofia rhosma. 2014.Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Yogjakarta : Deepublish.


Efendy, Ferry., dan Makhfudli. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas, Teori dan
Praktik dalam Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
Johnson, Joice Young, dkk. 2015. Prosedur Perawatan Di Rumah. Jakarta : EGC
Maryam, R., et al. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta : Salemba
Medika.
Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Persarafan. Jakarta: Salemba Medika
Potter & Perry. 2016. Buku Ajar Fundamental Keperawatan vol. 2. Jakarta: EGC
Smeltzer, Suzanne C & Brenda G. Bare. 2012. Buku Ajar Keperawatan Medikal-
Bedah Edisi 8. Jakarta: EGC
Walton, Richard E. 2008. Prinsip & Praktik Ilmu Endodonsia. Jakarta: EGC
Pengkajian dilakukan pada hari Senin, 30 September 2019 Pukul 10.30 WIB
secara autoanamnesa :

A. Pengkajian
1. Identitas Pasien
Nama : Tn. B
Usia : 61 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Status Pernikahan : Menikah
Agama : Islam
Alamat : Ungaran
Pekerjaan : Tidak bekerja
Dx. Medis : DM
No RM : 226960
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Keluarga mengatakan pasien tidak nafsu makan.
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
pasien mengatakan bahwa sering mengalami kelelahan jika beraktifitas,
untuk melihat juga sudah tidak jelas karena faktor usia. Pasien mengeluh
nyeri P : saat beraktifitas Q : seperti ditusuk-tusuk R : bagian punggung
atasnya S : 3 T : intermitten. Pasien juga sering mengalami pusing kepala,
kemungkinan diduga ada hipertensi. Pasien mengatakan setelah berobat
dipoli klinik RSUD Ungaran mengetahui jika memiliki penyakit gula (DM)
dan riwayat stroke. Pasien mengatakan malam hari tidak bisa tidur.
Tekanan Darah : 190/120 mmHg, Nadi :102x/menit Suhu: 37,30C, RR:
24x/menit
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
Pasien mengatakan ada riwayat kesehatan dahulu. Yaitu DM dan
Hipertensi.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Pasien tidak mengetahui riwayat kesehatan keluarganya.
e. Genogram

: Pasien : Perempuan

: Tinggal serumah : Laki-laki

: Meninggal

3. Pola Pengkajian Fungsional


a. Pola Persepsi-Managemen Kesehatan
Pasien juga kurang paham dengan kesehatannya. Ketika pasien sakit tidak
langsung berobat ke dokter ia lebih memilih mengonsumsi obat dari
warung.

b. Pola Nutrisi – Metabolik


Pasien mengatakan nafsu makan berkurang. Saat jam makan siang dan sore
pasien hanya menghabiskan setengah porsi makannya. BB PM terakhir
62Kg, tampak turgor kulit dan mukosa bibir kering.
c. Pola Eliminasi
Pasien menggunakan kateter sebagai alat bantu untuk BAK. Pasien tidak
setiap hari bisa BAB, bisa jadi 1 hari sekali Pasien BAB.

d. Pola Latihan – Aktifitas


Pasien tidak bisa beraktifitas seperti biasanya karena kelemahan pada
tangan dan kaki kanan. Penilaian aktivitas berdasarkan indeks KATZ,
pasien termasuk dalam indek KATZ E yaitu bantuan orang lain
e. Pola Kognitif Perseptual
Pasien mengatakan untuk melihat juga sudah tidak jelas karena faktor usia.
Alat indera Pasien masih baik. Pola kognitif Pasien cukup baik, karena
dapat mengingat memori jangka pendek dan panjang.
f. Pola Istirahat-Tidur
Pasien mengatakan susah untuk tidur. Saat nyeri punggung pasien juga
tidak bisa tidur. Pasien tampak terdapat cekungan hitam dibawah mata,
Pasien tampak mengantuk.
g. Pola Konsep Diri-persepsi Diri
Pasien merupakan seorang suami. Pasien selalu ingat salat lima waktu dan
puasa di bulan ramadhan. Pasien mengatakan ingin pulang kerumah.
h. Pola Peran dan Hubungan
Hubungan pasien dengan keluarga dan pasien lain cukup baik dan tidak ada
pertengkaran.
i. Pola Reproduksi/Seksual
Pasien mengatakan tidak ada kebutuhan seksusal yang diinginkan. Tidak
ada riwayat penyakit seksual pada pasien.
j. Pola Pertahanan Diri (Coping-Toleransi Stres )
Pasien mengatakan untuk megendalikan saat stress adalah mengaji dan
salat.
k. Pola Keyakinan Dan Nilai
Pasien mengatakan bahwa agama yang dianutnya adalah Islam. Pasien
setiap hari masih melakukan ibadah salat 5 waktu.
4. Pemeriksaan Fisik
a. Tanda – Tanda Vital
No Tanggal Tanda – Tanda Vital
TD Nadi RR Suhu
1 Senin, 30 Setember 2019 190/120 mmHg 120 x/m 24 x/m 37,2 0C
2 Selasa, 01 Oktober 2019 180/100 mmHg 112 x/m 22 x/m 37,3 0C
3 Rabu, 02 Oktober 2019 160/100 mmHg 102 x/m 22 x/m 37,0 0C

b. Pemeriksaan Head to Toe


1) Antropometri
a) TB : 170 cm
b) BB saat ini : 66 kg
c) Lingkar lengan : 33 cm
d) IMT : 66/ (1,70)2= 19,
2) Keadaan umum : Compos mentis
3) Kulit dan kuku : turgor kulit kering, tidak sianosis, tidak
ikterik
warna pucat, CRT >2”, kulit dan kuku bersih.
4) Kepala : Kotor, pertumbuhan rambut jarang dan putih
bentuk normal, dan tidak ada kelainan.
5) Mata :Bentuk mata simetris, Konjungtiva tidak
anemis, Sklera tidak iterik, Pupil Isokor, Reflek Cahaya (+), Fungsi
Penglihatan berkurang
6) Hidung : Simetris, tidak terdapat polip, fungsi penciuman
baik
7) Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
8) Thorax
1. Pulmonal
a. Inspeksi
Bentuk dada : Simetris
Irama pernafasan : Reguler
Tipe pernapasan : Dada
b. Palpasi
Vokal fremitus : meningkat dan simetris
Taktil fremitus : meningkat dan normal
Massa / nyeri : tidak ada nyeri tekan
c. Auskultasi
Suara nafas : Vesikuler
Suara tambahan : Tidak ada
d. Perkusi : pekak
2. Kardio
a. Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
b. Palpasi : Tidak ada pembesaran jantung
c. Perkusi : Tidak ada bunyi tambahan
d. Auskultasi : Bunyi jantung
normal (sonor), tidak ada bunyi jantung
tambahan
9) Abdomen
a Inspeksi : Perut datar
b Auskultasi : Bising Usus 12x/menit
c Perkusi : Tymphani
d Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak terdapat tonjolan
10) Punggung
Terdapat benjolan besar berdiamater kurang lebih 10 cm di punggung
atas dekat tengkuk.
11) Urogenital
Normal, tidak ada varices, tidak ada oedema, tidak ada kelainan.
12) Ekstremitas
1. Ekstremitas superior (tangan)
a) Dextra (kanan) : Tidak ada oedema, akral hangat,
capilarry refile time > 2”, kekuatan otot 4.
b) Sinistra (kiri) : Tidak ada oedema, akral hangat,
capilarry refile time > 2”, kekuatan otot
2. Ekstremitas inferior (kaki)
a) Dextra (kanan) : Tidak ada oedema, akral hangat,
capilarry refile time > 2”, kekuatan otot 4.
b) Sinistra (kiri) : Tidak ada oedema, akral hangat,
capilarry refile time > 2”, kekuatan otot 4.

5. Data Penunjang
a. Pemeriksaan GDS
Tanggal 30 Setember 2019 : 247 mg/dL
b. Terapi Medis
Metformin 500 mg : 2x1
Paracetamol 500 mg : 2x1
B. Analisa Data

Hari/Tgl/ DATA FOKUS PROBLEM ETIOLOGI


Jam
Senin, DS : Ketidakseimban Faktor biologis :
30/9/2019 - Pasien mengatakan nafsu makan gan nutrisi perubahan
08.30 berkurang. kurang dari metabolisme
DO : kebutuhan tubuh lemak dan protein
- A : TB: 145cm, BB saat ini 52 akibat penuruan
kg, Lingkar lengan : 28 cm. IMT: insulin
64/ (1,70)2= 19,4
- B : GDS : 247 mg/dL
- C : Turgor kulit kering, tidak
sianosis, tidak ikterik warna
pucat, CRT >2”.
- D : Nasi biasa Pasien
menghabiskan porsi makan hanya
setengah saja .
DS : Defisiensi Keterbatasan
- Pasien mengatakan ada riwayat pengetahuan kognitif
kesehatan dahulu (HT dan DM)
- Pasien juga kurang paham dengan
kesehatannya.
DO :
- Ketika ditanya tentang sakitnya
pasien banyak tidak mengetahui
DS : Gangguan pola Gangguan :
- Pasien mengatakan susah dan tidur Ansietas
tidak pernah tidur siang.
- Pasien mengatakan jumlah waktu
tidur malam 3 jam pukul 19.30
WIB-23.30 WIB kemudian
bangun sampai pagi.
- Saat nyeri punggung pasien juga
tidak bisa tidur.
- Pasien mengatakan ingin pulang
kerumah.
DO :
- Tampak siang hari pasien tidak
pernah tidur
- Pasien tampak adanya kecemasan
yaitu sering menanyakan kapan
boleh pulang.
- Pasien tampak terdapat cekungan
hitam dibawah mata,
- Pasien tampak mengantuk.

C. Diagnosa Keperawatan dan Prioritasnya


1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d faktor Biologis
perubahan metabolisme lemak dan protein akibat penuruan insulin
2. Defisiensi pengetahuan b.d keterbatasan kognitif
3. Gangguan pola tidur b.d Gangguan : Ansietas
D. Rencana Tindakan Keperawatan
NO
NOC NIC TTD
DP
1. Setelah dilakukan asuhan keperawatan Nutrition Management Sudir
selama 3x24 jam maka 1. Kaji adanya alergi
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari makanan
kebutuhan tubuh akan teratasi dengan 2. Berikan makanan yang
NOC : terpilih
1. Nutritional statue: food and fluid 3. Berikan informasi tentang
intake kebutuhan nutrisi
2. Weight control Nutrition Monitoring
KH : 1. Monitor turgor kulit
1. Tidak ada penurunan BB yang berarti 2. Monitor tipe dan jumlah
2. Mampu mengidentifikasi kebutuhan aktivitas yang biasa
nutrisi dilakukan
2. Setelah dilakukan asuhan keperawatan Teaching : disease process
selama 3x24 jam maka Defisiensi 1. Identifikasi kemnungkinan
pengetahuan akan teratasi dengan penyebab dengan caara
NOC : yang tepat
Knowledge : health behavior 2. Sediakan informasi pada
KH : pasien dengan cara yang
1. PM menyatakan paham tentang tepat
penyakit, kondisi, dan program 3. Dukung pasien untuk
pengobatan mendapatkan second
2. PM mampu menjelaskan kembali apa opinion dengan cara yang
yang dijelaskan perawat. tepat.
3. Setelah dilakukan asuhan keperawatan Sleep enhancement
selama 3x24 jam maka Gangguan Pola 1. Jelaskan pentingnya tidur
tidur akan teratasi dengan yang adekuat
NOC : 2. Ciptakan lingkungan yang
1. Comfort level nyaman
2. Sleep : extern and pattern 3. Catat kebutuhan tidur PM
KH : setiap hari
1. Jumlah tidur dalam batas normal 6-8 4. Fasilitias untuk
jam /hari mempertahankan aktivitas
2. Pola tidur dalam batas normal sebelum tidur dengan
membaca
5. Monitor waktu makan dan
minum dengan waktu tidur
E. Implementasi Keperawatan
Hari, No Implementasi Respon Ttd
tanggal dx
jam
Senin, 30 I Memberikan Informasi DS: Pasien mengatakan nafsu makan Sudir
September tentang kebutuhan berkurang
2019 nutrisi DO :
09.00 WIB Antropometri:TB: 145cm, BB saat ini
52 kg, Lingkar lengan : 28 cm. IMT:
38/ (1,45)2= 18,1
09.30 WIB I Memonitor adanya DS: Pasien mengatakan tidak memiliki Sudir
alergi makanan alergii makanan
DO: Pasien menghabiskan porsi
makan hanya setengah saja .
08.30 WIB II Mengidentifikasi DS: Pasien mengatakan kurang Sudir
kemungkinan peyebab pengetahuan karena faktor usia dan
kurang pengetahuan pendidikan
dengan cara yang tepat DO: pasien tampak kebingungan jika
ditanya soal penyakitnya
12.30 WIB III Menciptakan DS: Pasien mengatakan lingkungan Sudir
lingkungan yang dirumah sakit tidak enak, enak
nyaman dirumah sendiri
DO: pasien ingin pulang terus
12.45 WIB II Menyediakan informasi DS: Pasien mengatakan belum Sudir
pada pasien dengan mengerti tentang penyakitnya
cara yang tepat DO: pasien tampak bingung
13.00 WIB I Memonitor turgor kulit DS:- Sudir
DO: turgor kulit tampak kering
13.15 WIB III Menjelaskan DS: Pasien mengatakan malam hari Sudir
pentingnya tidur yang mengalami susah tidur dikarenakan
adekuat mendengar ada yang mengajak pulang
DO: Tampak siang hari Pasien tidak
pernah tidur
13.30 WIB I Memonitor tipe dan DS: Pasien mengatakan aktivitas Sudir
jumlah aktivitas yang sehari hari mulai jam 06.30- 07.30
biasa dilakukan WIB berjemur di teras ruang geriatri,
kemudian duduk dan tiduran di tempat
tidur, ke kamar mandi dan kembali ke
tempat tidur lagi.
DO: jika ada kegiatan di aula pasien
tampak antusias mengikuti
13.45 WIB II Mendukung pasien DS: Pasien mengatakan setelah diberi Sudir
untuk mendapatkan informasi pasien lupa kembali karena
second opinion dengan faktor usia
cara yang tepat DO: pasien tampak kebingungan
Selasa, 01 I Memberikan Informasi DS: Pasien mengatakan nafsu makan Sudir
Oktober tentang kebutuhan mulai ada
2019 nutrisi DO : Antropometri:TB: 145cm, BB
7.0 WIB saat ini 52 kg, Lingkar lengan : 28 cm.
IMT: 38/ (1,45)2= 18,1
08.00 WIB I Mengecek GDS pasien DS: - Sudir
DO: GDS : 256 mg/dL
08.30 WIB II Mengidentifikasi DS: Pasien mengatakan agak sedikit Sudir
kemungkinan peyebab sedikit mengerti tentang penyakitnya
kurang pengetahuan DO: pasien masih sedikit kebingungan
dengan cara yang tepat
12.30 WIB III Menciptakan DS: Pasien mengatakan mulai bisa Sudir
lingkungan yang beradaptasi walaupun tetap ingin
nyaman pulang
DO: pasien ingin pulang terus
12.45 WIB II Menyediakan informasi DS: Pasien mengatakan sedikit sedikit Sudir
pada pasien dengan sudah mulai mengerti tentang
cara yang tepat penyakitnya
DO: pasien tampak bingung
13.00 WIB I Memonitor turgor kulit DS:- Sudir
DO: turgor kulit tampak segar tidak
kering
13.15 WIB III Menjelaskan DS: Pasien mengatakan tadi malam Sudir
pentingnya tidur yang membaca baca dulu sebelum tidur
adekuat seperti membaca doa sebelum tidur
DO: pasien tampak segar dipagi hari
Jumat, 10 I memberikan makanan DS: Pasien mengatakan mau makan Sudir
Agustus yang terpilih dan mau berhenti minta makanan
2018 setelah makanan habis
08.00WIB DO: Pasien menghabiskan satu porsi
makan.
08.30 WIB II Mengidentifikasi DS: Pasien mengatakan mengerti Sudir
kemungkinan peyebab tentang penyakitnya
kurang pengetahuan DO: pasien sudah tidak kebingungan
dengan cara yang tepat lagi
12.30 WIB III Menciptakan DS: Pasien mengatakan sudah dapat Sudir
lingkungan yang beradaptasi dengan lingkungan
nyaman DO: pasien sudah tidak merengek
minta pulang
12.45 WIB II Menyediakan informasi DS: Pasien mengatakan sudah Sudir
pada pasien dengan mengerti tentang penyakitnya
cara yang tepat DO: pasien tampak mengerti
13.00 WIB I Memonitor turgor kulit DS: Sudir
DO: turgor kulit tampak segar

F. Evaluasi Keperawatan
Hari, No dx Evaluasi TTD
tanggal, jam
Senin, 30 I S: pasien mengatakan nafsu makan berkurang Sudir
September O:
2018 - A : TB: 145cm, BB saat ini 52 kg, Lingkar lengan : 28
14.00 WIB cm. IMT: 38/ (1,45)2= 18,1 (kurang)
- B : GDS : 348 mg/dL
- C : Turgor kulit kering,
- D : Pasien menghabiskan porsi makan hanya setengah
saja .
A: masala belum teratasi
P: lanjutkan intervensi untuk mengatasi masalah
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuan tubuh al:
1. Kaji adanya alergi makanan
2. Berikan makanan yang terpilih
3. Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
Senin, 30 II S: pasien mengatakan tidak tahu penyakitnya Sudir
September O: pasien tampak kebingungan saat ditanya tentang
2019 penyakitnya
14.00 WIB A: masala belum teratasi
P: lanjutkan intervensi untuk mengatasi masalah defisiensi
pengetahuan al:
1. Identifikasi kemnungkinan penyebab dengan caara yang
tepat
2. Sediakan informasi pada pasien dengan cara yang tepat
3. Dukung pasien untuk mendapatkan second opinion
dengan cara yang tepat.

Senin, 30 III S: Pasien mengatakan susah dan tidak pernah tidur siang, Sudir
September siang hari melakukan kegiatan lain.
2019 O:
14.00 WIB - Tampak siang hari Pasien tidak pernah tidur
- Pasien tampak adanya kecemasan yaitu sering
menanyakan sudah ada yang jemput belum.
A: masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi untuk mengatasi masalah gangguan
pola tidur al:
1. Jelaskan pentingnya tidur yang adekuat
2. Ciptakan lingkungan yang nyaman
3. Catat kebutuhan tidur PM setiap hari
Selasa, 01 I S: pasien mengatakan nafsu makan mulai ada Sudir
Oktober 2019 O:
14.00 WIB - A : TB: 145cm, BB saat ini 52 kg, Lingkar lengan : 28
cm. IMT: 38/ (1,45)2= 18,1 (kurang)
- B : GDS : 256 mg/dL
- C : Turgor tampak segar,
- D : Pasien hanya menghabiskan makan setengah porsi
saja .
A: masala teratasi sebagian
P: lanjutkan intervensi untuk mengatasi masalah
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuan tubuh al:
1. Berikan makanan yang terpilih
2. Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
Selasa, 02 II S: pasien mengatakan mulai sedikit mengerti tentang Sudir
Oktober 2019 penyakitnya
14.00 WIB O: pasien masih sedikit kebingungan saat ditanya tentang
penyakitnya
A: masalah teratasi sebagian
P: lanjutkan intervensi untuk mengatasi masalah defisiensi
pengetahuan al:
1. Sediakan informasi pada pasien dengan cara yang tepat
2. Dukung pasien untuk mendapatkan second opinion
dengan cara yang tepat.
Selasa, 02 III S: Pasien mengatakan dapat seedikit beradaptasi dengan Sudir
Oktober 2019 lingkungan
14.00 WIB O:
- Tampak siang hari Pasien tidak pernah tidur
- Pasien mulai dapat tidur siang
- A: masalah telah teratasi sebagian
P: lanjutkan intervensi untuk mengatasi masalah gangguan
pola tidur al:
1. Ciptakan lingkungan yang nyaman
2. Catat kebutuhan tidur PM setiap hari
Rabu, 03 I S: Pasien mengatakan makan 3x1hari Sudir
Oktober 2019 - O: Pasien menghabiskan satu porsi makan
14.00 WIB - .A: masalah telah teratasi
P: lanjutkan intervensi
Rabu, 03 II S: Pasien mengatakan mengerti tentang penyakitnya Sudir
Oktober 2019 - O: pasien sudah tidak kebingungan lagi.
14.00 WIB - A: masalah telah teratasi
P: lanjutkan intervensi
Rabu, 03 III S: Pasien mengatakan sudah dapat beradaptasi dengan Sudir
Oktober 2019 lingkungan
14.00 WIB O: pasien sudah tidak merengek minta pulang
A: masalah telah teratasi
P: lanjutkan intervensi

Anda mungkin juga menyukai