PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rumah sakit merupakan organisasi yang sangat komplek dan merupakan
komponen yang sangat penting dalam upaya peningkatan status kesehatan bagi
masyarakat. Salah satu fungsi rumah sakit adalah menyelenggarakan pelayanan
dan asuhan keperawatan yang merupakan bagian dari sistem pelayanan
kesehatan dengan tujuan memelihara kesehatan masyarakat seoptimal mungkin.
Pelayanan keperawatan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan.
Dalam pelayanan kesehatan, keberadaan perawat merupakan posisi kunci, yang
dibuktikan oleh kenyataan bahwa 40-60 % pelayanan rumah sakit merupakan
pelayanan keperawatan dan hampir semua pelayanan promosi kesehatan dan pencegahan
penyakit baik di rumah sakit maupun tatanan pelayanan kesehatan lain
dilakukan oleh perawat.
Menurut Nursalam (2008), keperawatan sebagai pelayanan yang professional
bersifat humanistik, menggunakan pendekatan holistik, dilakukan berdasarkan
ilmu dan kiat keperawatan, berorientasi kepada kebutuhan obyektif klien, mengacu
pada standard professional keperawatan dan menggunakan etika keperawatan sebagai
tuntunan utama.Keperawatan profesional secara umum merupakan tanggung jawab
seorang perawat yang selalu mengabdi kepada manusia dan kemanusiaan, sehingga
dituntut untuk selalu melaksanakan asuhan keperawatan dengan benar (rasional) dan baik
(etikal).Tuntutan masyarakat terhadap kualitas pelayanan keperawatan di era global ini
dirasakan sebagai suatu fenomena yang harus direspon oleh perawat. Oleh karena itu
keperawatan di Indonesia pada saat ini dan di masa akan datang perlu mendapatkan
prioritas utama dalam pengembangan keperawatan dengan memperhatikan dan
mengelola perubahan yang terjadi di Indonesia secara profesional. Kontribusi pelayanan
keperawatan terhadap pelayanan kesehatan, yang dilaksanakan di sarana
kesehatan sangat tergantung pada manajemen pelayanan perawatan. Manajemen
pelayanan keperawatan merupakan suatu proses perubahan atau transformasi
dari sumber daya yang dimiliki untuk mencapai tujuan.
Keperawatan di Indonesia di masa depan sampai saat ini masih berada dalam proses
mewujudkan keperawatan sebagai profesi, maka akan terjadi beberapa perubahaan dalam
aspek keperawatan yaitu : penataan pendidikan tinggi keperawatan, pelayanan dan
asuhan keperawatan, pembinaan dan kehidupan keprofesian, dan penataan
lingkungan untuk perkembangan keperawatan.pelayanan keperawatan melalui
pelaksana fungsi perncanaan, pengorganisasian, pengaturan ketenagaan, pengarahan,
evaluasi dan pengendalian mutu keperawatan.
Manajemen adalah proses untuk melaksanakan pekerjaan melalui upaya
orang lain. Menurut P.Siagian, manajemen berfungsi untuk melakukan semua
kegiatan yang perlu dilakukan dalam rangka pencapaian tujuan dalam batas – batas yang
telah ditentukan pada tingkat administrasi.Sedangkan Liang Lie mengatakan bahwa
manajemen adalah suatu ilmu dan seni perencanaan, pengarahan, pengorganisasian dan
pengontrol dari benda dan manusia untuk mencapai tujuan yang ditentukan sebelumnya.
Sedangkan manajemen keperawatan adalah proses pelaksanaan pelayanan keperawatan
melalui upaya staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan, pengobatan
dan rasa aman kepada pasien, keluarga dan masyarakat. (Gillies, 1989).
Kita ketahui disini bahwa manajemen keperawatan adalah suatu tugas khusus
yang harus dilaksanakan oleh pengelola keperawatan untuk merencanakan,
mengorganisasikan, mengarahkan serta mengawasi sumber – sumber yang ada, baik
sumber daya maupun dana sehingga dapatmemberikan pelayanan keperawatan
yang efektif baik kepada pasien, keluarga dan masyrakat
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah melakukan praktik klinik manajemen keperawatan selama 2 minggu
diharapkan mahasiswa mampu mengelola dan melaksanakan proses manajemen
keperawatan yang ada di unit pelayanan keperawatan tertentu sesuai dengan konsep
dan langkah manajemen keperawatan.
2. Tujuan Khusus
Setelah selesai melakukan praktek pembelajaran klinik manajemen keperawatan,
mahasiswa mampu :
C. Manfaat
1. Institusi Rumah Sakit
Dapat memberikan masukan dalam memberikan pelayanan yang terbaik bagi pasien
melalui manajemen keperawatan khususnya di ruang rawat inap Mawar lantai II di
Rumah Sakit Umum Daerah Ungaran
2. Mahasiswa
Untuk mengaplikasikan dan meningkatkan keterampilan dalam manajemen
keperawatan.
3. Perawat Pelaksana
Sebagai masukan dalam menjalankan profesionalisme di lahan praktek guna
meningkatkan mutu pelayanan keperawatan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Planning
Planning atau perencanaan dimaksudkan untuk menyusun suatu perencanaan yang
strategis dalam mencapai suatu tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Perencanaan
disini dimaksudkan untuk menentukan kebutuhan dalam asuhan keperawatan kepada
semua pasien, menegakkan tujuan, mengalokasikan semua anggaran belanja,
memutuskan ukuran dan tipe tenaga keperawatan yang dibutuhkan, membuat pola
struktur organisasi yang dapat mengoptimalkan efektifitas staff serta menegakkan
kebijaksanaan dan prosedur operasional untuk mencapai visi dan misi institusi yang telah
ditetapkan. (Nursalam, 2002)
Huber, (2006) menyatakan bahwa perencanaan merupakan fungsi manajemen yang
digunakan untuk memilih prioritas, hasil dan metode yang digunakan untuk sebuah
sistem dan kemudian membimbing sistem untuk mengikuti arahan tersebut.Robins dan
Coulter, (2007) menyatakan bahwa fungsi perencanaan mencakup proses merumuskan
sasaran, membangun strategi untuk mencapai sasaran yang telah disepakati dan
mengembangkan perencanaan tersebut untuk memadukan dan mengkoordinasikan
sejumlah kegiatan.
B. Organizing
Pengorganisasian adalah suatu langkah untuk menetapkan, menggolongkan dan
mengatur berbagai macam kegiatan, penetapan tugas-tugas dan wewenang seseorang,
pendelegasian wewenang dalam rangka mencapai tujuan. Fungsi pengorganisasian
merupakan alat untuk memadukan semua kegiatan yang beraspek personil, finansial,
material dan tata cara dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Berdasarkan
penjelasan tersebut, organisasi dapat dipandang sebagai rangkaian aktivitas menyusun
suatu kerangka yang menjadi wadah bagi segenap kegiatan usaha kerjasama dengan jalan
membagi dan mengelompokkan pekerjaan-pekerjaan yang harus dilaksanakan serta
menyusun jalinan hubungan kerja di antara para pekerjanya.
Fungsi manajemen keperawatan dalam organisasi adalah mengembangkan seseorang
dan merancang organisasi yang paling sederhana untuk menyelesaikan pekerjaan.
Pengorganisasian meliputi proses memutuskan tingkat organisasi yang diperlukan untuk
mencapai objektif divisi keperawatan, departemen atau pelayanan dan unit (Swansburg,
2000). Sedangkan menurut Huber, (2006) menyatakan bahwa pengorganisasian adalah
fungsi manajemen yang berhubungan dengan mengalokasi dan mengatur sumber daya
untuk menyelesaikan tujuan yang dicapai. Peran manajer dalam fungsi pengorganisasian
adalah menentukan tugas yang akan dikerjakan, individu yang akan mengerjakan,
pengelompokkan tugas, struktur pertanggungjawaban dan proses pengambilan
keputusan. Manajer bertanggung jawab juga dalam merancang pekerjaan staf yang
digunakan untuk mencapai sasaran organisasi (Robins & Coulter, 2007).
a. Struktur Organisasi
Masing-masing organisasi memiliki struktur formal dan informal yang menentukan
alur kerja dan hubungan timbal balik antar pribadi. Struktur fotmal direncanakan dan
dipublikasikan, struktur informal tidak direncanakan dan samar. Seorang manajer
perawatan harus mengerti dan memakai keduanya secara efektif. Struktur formal
organisasi merupakan penyusunan resmi jabatan kedalam pola hubungan kerja yang
akan mengatur usaha banyak pekerja dari bermacam-macam kepentingan dan
kemauan.
b. Struktur informal organisasi terdiri dari hubungan timbal balik pribadi yang tidak
resmi diantara para pekerja yang mempengaruhi efektifitas kerja mereka. Kualitas
hubungan timbal balik seorang manajer dengan lainnya langsung dikaitkan dengan
kemampuan kepemimpinannya. Mengingat struktur formal dan informal organisasi
saling melengkapi, manajer perawat bisa memakai struktur organisasi informal unttuk
mengganti kerugian karena kekurangan atau kegagalan dalam struktur formal.
c. Job Deskriptions
Merupakan suatu uraian pembagian tugas sesuai peran yang ia jalankan, misalnya
sorang kepala ruang maka tugas dan tanggung jawabnya, jadi antara satu dengan yang
lainnya mempunyai tugas dan tanggung jawab yang berbeda sesuai dengan perannya.
d. Metode Penugasan
Metode penugasan yang ditetapkan harus dapat memudahkan pembagian tugas
perawat yang disesuaikan dengan pengetahuan dan ketrampilan perawat dan sesuai
dengan kebutuhan klien.Apabila metode penugasan tidak diterapkan maka pelayanan
asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien menjadi tidak opimal. Jenis model
asuhan keperawatan menurut Grant & Massey (1997) dan Marquis & Houston (1998),
antara lain :
1) Model Fungsional
Metode fungsional dilakukan oleh perawat dalam pengelolaan asuhan
keperawatan sebagai pilihan utama pada saat perang dunia ke II.Pada saat itu
karena masih terbatasnya jumlah dan kemampuan perawat maka setiap perawat
hanya melakukan 1 sampai 2 jenis intervensi (merawat luka kepada semua pasien
di bangsal).
Kepala Ruang
Pasien
2) Model Tim
Model ini menggunakan tim yang terdiri dari anggota yang berbeda-beda dalam
memberikan askep terhadap sekelompok pasien. Perawat ruangan dibagi dalam
group kecil yang saling membantu.
Kepala Ruang
Pasien Pasien
3) Model Primer
Model penugasan dimana 1 orang perawat bertanggung jawab penuh selama 24
jam terhadap askep pasien mulai dari pasien masuk sampai keluar rumah sakit.
Primary Nurse
Pasien
4) Manajemen Kasus
Setiap perawat di tugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan pasien saat ia
dinas. Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda untuk setiap shift dan tidak
ada jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh orang yang sama pada hari
berikutnya. Metode penugasan kasus biasa diterapkan 1 pasien 1 perawat, dan hal
ini umumnya dilakukan untuk perawat privat atau keperawatan khusus seperti
isolasi dan intensive care.
5) Model Tim Primer.
Pada model ini digunakan kombinasi dari kedua sistem. Menurut Ratna S.
Sudarsono (2000), penerapan model ini didasarkan pada beberapa alasan yaitu :
1. Keperawatan primer tidak digunakan secara murni karena sebagai perawat
primer harus mempunyai latar belakang pendidikan S1 keperawatan atau
setara.
2. Keperawatan tim tidak digunakan secara murni karena tanggung jawab asuhan
keperawatan pasien terfragmentasi pada berbagai tim.
3. Melalui kombinasi kedua model tersebut diharapkan kontinuitas asuhan
keprawatan dan accountabilitas asuhan keperawatan terdapat pada primer.
Hal-hal yang perlu di pertimbangkan dalam penentuan pemilihan metode
Keterangan:
A: jam perawatan/ 24 jam= rata-rata waktu keperawatan yang
dibutuhkan klien.
D. Actuating
Actuating merupakan proses mempengaruhi kelompok untuk menentukan dan
mencapai tujuan. Kepemimpinan difokuskan kepada gaya kepemimpinan situasi
kemungkinan dan faktor-faktor seperti manusia, pekerjaan, situasi, organisasidan faktor-
faktor lingkungan. Manajer perawat dalam fungsi ini berperan untuk merangsang
motivasi dengan mempraktikkan fungsi kepemimpinan karena perilaku motivasi
merupakan promosi, autonomi, membuat keputusan dan manajemen partisipasi
(Swansburg, 2000).
a. Motivasi
Motivasi adalah karakteristik psikologi manusia yg memberi konstribusi pada tingkat
komitmen seseorang, hal ini termasuk faktor yang menyebabkan, menyalurkan dan
mempertahankan tingkah laku manusia dalam arah tekad tertentu (Stoner, Freman
11995).Motivasi adalah sesuatu yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu
(Ngalim, 2000). Dari pengertian diatas dapat diambil 3 point penting yaitu :
kebutuhan, dorongan dan tujuan.
Kebutuhan muncul apabila seseorang merasakan sesuatu yg kurang baik fisiologis
maupun psikologis, dorongan merupakan arahan untuk memenuhi kebutuhan tadi
sedangkan tujuan adalah akhir dari satu siklus motivasi. ( Luthan, 2000)
b. Sistem klasifikasi pasien
Sistem klasifikasi pasien adalah metode pengelompokan pasien menurut jumlah dan
kompleksitas persyaratan perawatan mereka.Di dalam kebanyakan sistem klasifikasi,
pasien dikelompokkan sesuai dengan kebergantungan mereka pada pemberi
perawatan atau sesuai dengan waktu pemberian perawatan dan kemampuan yang
diperlukan untuk memberikan perawatan.Tujuan setiap sistem klasifikasi pasien
adalah untuk mengkaji pasien dan menghargai masing-masing nilai angkanya yang
mengukur volume usaha yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan perawatan
pasien.
Untuk dapat mengembangkan sistem klasifikasi pasien yang akan dijalankan, manajer
perawat harus menentukan jumlah kategori pembagian pasien; karakteristik pasien di
masing-masing kategori, jumlah dan jenis prosedur perawatan yang akan dibutuhkan
oleh jenis pasien di dalam masing-masing kategori, dan waktu yang dibutuhkan untuk
melakukan prosedur tersebut, memberikan dukungan emosional serta memberikan
pengajaran kesehatan kepada pasien masing-masing kategori. Karena tujuan sistem
klasifikasi pasien adalah menghasilkan informasi mengenai perkiraan beban kerja
keperawatan, masing-masing sistem membolehkan usaha kualifikasi waktu.
c. Ketenagaan keperawatan dan pasien
Tujuan manajemen ketenagaan di ruang rawat adalah untuk mendayagunakan tenaga
keperawatan yang efektif dan produktif yang dapat memberikan pelayanan bermutu
sehingga dapat memenuhi pengguna jasa.
Perkiraan kebutuhan perawat harus memperhatikan kategori klien yang dirawat, ratio
perawat dan metode penugasan.
Terdapat beberapa formula dalam perhitungan kebutuhan tenaga, yaitu sebagai
berikut.
1) Rumus Gillies
2) Rumus Douglas
Σ jam perawat
= A
Jam kerja efektif per shift
• Tambahkan dengan faktor koreksi hari libur/cuti/hr besar dan tugas-
tugas non keperawatan
d. Pengembangan Staff
Program pendidikan dan pelatihan dirancang untuk meningkatkan prestasi kerja,
mengurangi absensi dan perputaran, serta memperbaiki kepuasan kerja. Ada beberapa
metode pendidikan dan latihan yang akan digunakan untuk meningkatkan prestasi
kerja. (Moenir, 1994)
1) Metode Seminar atau Konferensi
2) Biasanya diselenggarakan bagi pegawai yang menduduki jabatan sebagai kepala
atau pegawai yang dalam waktu singkat akan diserahi jabatan sebagai kepala.
Masalah-masalah baik yang menyangkut segi manajemen maupun
penyelenggaraannya atau proses dari kegiatan yang dipermasalahkan.
3) Metode Lokakarya (Workshop)
Penyelenggaraannya tidak jauh berbeda dengan seminar, letak perbedaannya dengan
seminar adalah pada materinya.Pada materi lokakarya bersifat teknis,
administrative dan sedikit bersifat manajerial.
4) Metode Sekolah atau Kursus
Metode ini digunakan sebagai usaha memberikan informasi adanya aturan-aturan atau
hal – hal baru dalam organisasi yang harus dimengerti dan dilaksanakan oleh
peserta.
Metode ini juga digunakan untuk menambah pengetahuan baru bagi peserta yang ada
kaitannya dengan pekerjaan peserta. Pada akhir sekolah atau kursus, biasanya
diberikan ujian-ujian dengan atau tanpa kriteria kelulusan.
5) Metode Belajar Sambil Bekerja (Learning by Doing)
Pada metode ini latihan ketrampilan menjadi tujuan utama sehingga mereka dapat
menguasai teknik dalam melaksanakan pekerjaan yang dibebankan kepada
mereka. Biasanya metode ini dilakukan oleh atasan pada bawahan secara
langsung dalam membimbing pegawai kantor.
E. Kontroling
Proses untuk mengamati secara terus menerus pelaksanaan rencana kerja yang sudah
disusun dan mengadakan koreksi terhadap penyimpangan yang terjadi. Terhadap fungsi
ini memerlukan adanya standar yang jelas yang akan digunakan untuk menilai hasil
kegiatan staf, apakah ada penyimpangan atau tidak. Jika ada penyimpangan, kegiatan
manajerial ditujukan untuk melakukan koreksi terhadap penyimpangan yang telah
terjadi.
Fungsi pengawasan (controling) merupakan fungsi yang terakhir dari proses manajemen.
Fungsi ini mempunyai kaitan erat dengan ketiga fungsi manajemen lainnya, terutama
dengan fungsi perencanaan.Melalui fungsi pengawasan dan pengendalian, standar
keberhasilan (target, prosedur bekerja, dsb) selalu harus dibandingkan dengan hasil yang
telah dicapai atau yang mampu dikerjakan.Jika ada kesenjangan atau penyimpangan
diupayakan agar penyimpangannya dapat dideteksi secara dini, dicegah, dikendalikan
atau dikurangi. Kegiatan fungsi pengawasan dan pengendalian bertujuan agar efisien
pengguanan sumber daya dapat lebih berkembang dan efektifitas tugas-tugas staff untuk
mencapai tujuan program dapat lebih terjamin.
1. Peran leader shift dalam controling
a. Mendorong staff untuk aktif terlibat dalam pengawasan mutu pelayanan kesehatan.
b. Mengkomunikasikan secara jelas standar yang diharapkan terhadap staff
c. Mendorong atau memotifasi standar tertinggi untuk kualitas maksimal dengan
menyediakan standar keamanan minimum.
d. Mengimplementasikan pengawasan mutu secara proaktif dan reaktif
e. Menggunakan pengawasan sebagai metode menentukan tujuan yang tidak tercapai
f. Secara aktif mengesahkan pengawasan mutu yang ditemukan yang mempunyai
kesatuan profesi dan konsumen.
g. Menghargai standar klinis dengan menggunakan sumber yang menyakinkan pasien
menerima perawatan sesuai harapan.
h. Menjadi role medel bagi staff terhadap tanggung jawab dan tanggung gugat.
i. Berpartisipasi dalam penelitian keperawatan.
1. Fungsi manajemen dalam controling
Menghubungi individu dalam organisasi, membentuk standar ukuran yang jelas
terhadap keperawatan dan menentukan metode yang paling tepat untuk
mengukur standar yang ada.
2. Manfaat controling
Apabila fungsi controling dapat dilaksanakan secara tepat, organisasi akan
memperoleh manfaat sebagai berikut :
a. Dapat diketahui apakah suatu kegiatan atau program yang telah dilaksanakan
sesuai dengan standar atau rencana kerja dengan mengguanakan sumber data
yang telah ditetapkan.
b. Dapat diketahui adanya penyimpangan pada pengetahuaan dan pengertian
staff dalam melaksanakan tugas-tugasnya.
c. Dapat diketahui apakah waktu dan sumber daya lainnya telah mencukupi
kebutuhan dan digunakan secara benar
d. Dapat digunakan sebab-sebab terjadi penyimpangan
Dapat diketahui staff yang perlu diberikan penghargaan atau bentuk promosi adan latihan
lanjutan.
BAB III
ANALISA SITUASIONAL
PENGKAJIAN MANAJEMEN RUANG KEPERAWATAN
6. Fisioterapy/Rehabilitas Medik
Fisioterapi adalah bentuk pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada
individudan atau kelompok untuk mengembangkan, memelihara, memulihkan
gerak dan fungsi tubuh seoanjang daur kehidupan dengan menggunakan
penanganan secara manual, peningkatan gerak, peralatan (fisik, elektroterapeutis
dan mekanis), pelatihan fungsi dan komunikasi.
7. Instalasi Farmasi
Untuk memberikan pelayanan kesehatan terbaik RSUD Ungaran mempunyai
instalasi farmasi yang beroperasi 24 jam dengan dukungan apoteker yang
berpengalaman, untuk memudahkan obat-obatan dan alat kesehatan yang
dibutuhkan selama perawatan di RSUD Ungaran.
Instalasi farmasi RSUD Ungaran juga menyediakan poliklinik PIO
(pelayanan informasi obat) dengan jam operasional sesuai jam poliklinik lainnya.
8. Instalasi Laboratorium klinik
a. Pemeriksaan hematologi
Darah rutin
Golongan darah
Gambaran darah tepi
b. Pemeriksaan kimia klinik
SGOT
Albumin
Triggliseride Asam urat
LDL
Ureum
HDL Cholesterol Creatinin
GDS
Bilirubin
SGPT dll
c. Pemeriksaan urinalisa
Urin rutin
Sedimen rutin
Tes kehamilan
Tes narkoba
dll
d. Pemeriksaan mikrobiologi
BTA
Sekret
Analisa sperma
dll
e. Pemeriksaan koagulasi
PPT
APT
CT (Cloting Time)
BT (Blooding Time)
f. Pemeriksaan elektrolit
Natrium
Kalium
Chlorida
g. Pemeriksaan immunoserologi
Widal
HbsAg
Anti IGM Dengue
IgM Salmonela
HBA1C
dll
h. Medical Checkup / Kir Kesehatan
Kir Kesehatan untuk persyaratan Haji
Kir Kesehatan untuk persyaratan CPNS/PNS
Kir Kesehatan untuk persyaratan masuk perguruan tinggi
Kir Kesehatan untuk persyaratanDiklatpim
Kir Kesehatan untuk persyaratan calon legislatif daerah
Kir Kesehatan untuk persyaratan TKI/TKW
Kir Kesehatan umum.
5. Alur Pelayanan
Loket pendaftaran
Poliklinik Spesialis
Pemeriksaan Penunjang
- Laboratorium
- Radiologi
Rawat Jalan
Rawat Inap
Pasien Umum Pasien
BPJS / JAMKESDA
TPPRI
Apotik Rawat Jalan
Apotik BPJS
Kasir / Loket 2
Pasien Pulang
Kepala Ruang
Ketua Tim
Eka Tutik. A.md Setyowati. A.md Ns. Decita Ayu W. Fitri Sholehah. Dwi Factany. Fitri Sholehah.
S.Kep A.md A.md A.md
Andik Moh Ns. Beny B. Ns. Nurul Ns. Aditya Candra Candra Arya Andika. Dahny
A. A.md S.Kep Chotimah. Serko A. Ernawati. Ernawati. A.md Cahya. A.md
S.Kep S.Kep A.md A.md
Dari wawancara dengan kepala ruang Mawar RSUD Ungaran didapatkan hasil :
Ruang Mawar
Jumlah Tempat tidur : 32 TT
Jumlah rata - rata pasien per hari :
Total care : 3 pasien
Partial care : 16 pasien
Minimal care : 6 pasien
BOR : 80 %
Jumlah perawat : 18 orang dengan data sebagai berikut :
Analisa perhitungan Jumlah perhitungan perawat :
Meurut Douglass :
Shift Minimal care Partial care Total care Jumlah
Pagi 0.17x6=1.02 0.27x16 =4.32 0.36x3= 1.08 6,42( 7)
Siang 0.14x6=0,84 0.15x16=2,4 0.3x 3= 0.9 4,14 (4 )
Malam 0.07x6=0.42 0.10x16=1,6 0.2x3=0.6 2,62(3)
Faktor Koreksi
2. Material
Peralatan dan perlengkapan medis dan non-medis untuk menunjang pelayanan
perawatan telah memenuhi persyaratan, hanya saja belum ada bed pasien di
ruang tindakan. Pemeliharaan peralatan kurang maksimal dan kurang menjadi
rutinitas. Adanya kebijakan rumah sakit untuk pengajuan perbaikan alat-alat
kesehatan yang rusak. Pengajuan alat-alat kesehatan yang kurang mencukupi
jumlahnya dan tidak layak pakai
3. Metode
1) Metode Pelayanan Asuhan Keperawatan
Dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien ruang Mawar
menggunakan metode primary team. Metode primary team adalah metode
dalam pemberian asuhan keperawatan yang ditandai dengan keterkaitan
kuat dan terus menerus antara pasien dan perawat yang ditugaskan untuk
merencanakan, melakukan dan mengkoordinasikan asuhan keperawatan
selama pasien dirawat. Struktur organisasi yang ada diruangan berjalan
secara maksimal dan untuk pembagian tugas masing – masing perawat
sudah memiliki tanggung jawab seperti penanggung jawab bagian injeksi
obat, sensus perawat, dan billing atau administrasi. Setiap perawat sudah
memiliki tanggung jawab dalam pembagian tugas, namun dalam
pelaksanaannya kegiatan keperawatan masih dilakukan.
2) Overan
Overan dilakukan 3 kali dalam sehari yaitu pada pergantian shift malam
ke pagi dengan jam kerja mulai pukul 07.00 WIB-14.00 WIB, pagi ke sore
dengan jam kerja 14.00 WIB-20.00 WIB dan sore ke malam dengan jam
kerja pada pukul 20.00 WIB -0.00 WIB. Berdasarkan hasil observasi,
100% perawat mengikuti pelaksanaan overan tepat waktu. Kegiatan ini
dipimpin langsung oleh perawat yang dinas pada saat shift tersebut. Pada
saat overan tidak terdapat interaksi antara klien dan perawat saat operan
berlangsung misalnya menanyakan apa yang dirasakan klien. Pelaporan
operan dicatat dalam buku khusus.Sistem pendokumentasian masih
dilakukan secara manual.
3) Ronde Keperawatan
Kepala ruang mengatakan belum ada diskusi khusus untuk membahas
masalah yang terjadi pada pasien, melainkan masalah yang terjadi kepada
pasien diselesaikan diruang perawat kemudian dicek kembali tindakan
keperawatan dan medis yang sudah diberikan, setelah itu perawat
memberikan perawatan lanjut sesuai dengan permasalahan pasien.
Kepala ruang mengatakan bahwa untuk ronde keperawatan dalam
menyelesaikan kasus dengan penyakit khusus belum pernah dilakukan di
ruang Mawar RSUD Ungaran, dikarenakan beratnya beban kerja perawat
serta kurangnya SDM.
4) Pendokumentasian Keperawatan
Berdasarkan hasil wawancara dengan perawat pendokumentasian dengan
format. Untuk tindakan mandiri perawat menggunakan sistem SOAP
(Subjektif, Objektif, Analisa, Perencanaan). Sedangkan sistem
pendokumentasian kolaboratif dengan profesi lain belum menggunakan
sistem SBAR (Situation, Background, Assesment, Rekomendasi).
5) Perencanaan Pasien Pulang
Hasil observasi dan wawancara menunjukan bahwa perawat telah
menuliskan rencana kepulangan pasien pada form formulir perencanaan
pulang, dan selian itu menggunakan discharge planning, pasien pulang
diberi lembar kontrol serta obat pulang
6) Pelaksanaan Pasien Sfety
Berdasarkan pengamatan terhadap perilaku perawat dalam
pelaksanaan 6 sasaran keselamatan pasien di dapatkan :
a) Ketepatan identifikasi pasien
Dari hasil pengamatan mahasiswa seluruh pasien yang di rawat di
ruangan Mawar sudah terpasang gelang identitas pasien, perawat
mengidentifikasi pasien menggunakan nama dan tanggal lahir
sebelum memberikan obat, melakukan tindakan keperawatan/medis,
pengambilan darah/spesimen lain dan transfusi darah.
b) Peningkatan komunikasi efektif
Saat menerima telfon perawat mengucapkan salam, menyebutkan
ruangan, memperkenalkan diri, menawarkan bantuan dan
menanyakan asal penelfon, perawat juga akan mencatat dan
melakukan verifikasi apa yang penelfon sampaikan.
c) Peningkatan keamanan obat yang perlu di waspadai
Obat obatan pasien di pisahkan dalam loker sesui nomer kamar
pasien, obat obatan yang perlu kewaspadaan tinggi di beri label merah
bertuliskan high alert
d) Kepastian tepat-lokasi, tepat-prosedur, tepat-pasien operasi
Sebelum mengantarkan pasien operasi, perawat mengecek buku status
pasien, memberi keterangan nama, diagnosa, nama dokter, nama
ruangan dan nomer kamar di tempat tidur pasien, selain itu perawat
juga akan mecocokkan nama pasien dengan di status pasien dan
memverifikasi di gelang pasien.
e) Pengurangan resiko infeksi terkait pelayanan kesehatan
Perawat selalu mencuci tangan sebelum dan setelah melakukan
tindakan ataupun dari mengunjungi kamar pasein menggunakan
handscrub ataupun dengan air dan sabun dengan 6 langkah cuci
tangan yang benar.
f) Pengurangan resiko pasien jatuh
Resiko jatuh pasien di identifikasi melalui ceklist di dalam buku status
pasien, pasien dengan resiko jatuh di beri label kuning di gelang
identitas dan di beri sibol resiko jatuh berwarna kuning di tempat tidur
pasien.
4. Money
a. Sumber Pemasukan
Tidak ada sumber pemasukan untuk ruang Mawar karena kebutuhan dan
pengaturan keuangan oleh bidang keuangan rumah sakit. Ruangan hanya
membuat daftar permintaan sesuai kebutuhan ruangan dan akan dipenuhi
oleh kepala bagian perlengkapan. Mawar berfokus pada pelayanan,
sedangkan keuangan tidak ada kewenangan, semua alokasi dana dan
sumber pemasukan diperoleh dan diatur oleh bagian anggaran rumah sakit.
b. Pengeluaran Rumah Sakit/Ruangan
Ruang Mawar tidak mengetahui jumlah pengeluaran yang dikeluarkan
oleh ruangan karena sistem pemasukan dan pengeluaran sudah diatur
langsung dari rumah sakit.
5. Market
Dilakukan dalam bentuk pemberian pendidikan kesehatan tentang perawatan
mandiri di rumah, penyediaan sarana pendidikan klinik bagi para calon praktisi
kesehatan dan non kesehatan juga sarana pendidikan.
Sasaran market layanan kesehatan dan asuhan keperawatan ruang rawat inap
adalah pasien yang memerlukan tindakan asuhan keperawatan.Yang berasal dari
masyarakat umum, dengan klasifikasi pembayaran pasien dengan pembayaran
umum, ASKES, BPJS.Sedangkan sasaran market dalam pendidikan dan pelatihan
adalah peserta didik/ calon praktisi kesehatan.
b. Perencanaan Ruangan
Dari hasil wawancara menunjukkan kepala ruang sudah melakukan perencanaan.
Tetapi didalam perencanaan tersebut belum terstruktur secara optimal, dari hasil
wawancara didapatkan :
1) Perencanaan pengembangan SDM keperawatan dengan jumlah tenaga
keperawatan yang masih kurang dibandingkan dengan ratio jumlah pasien,
perencanaan untuk pengembanganpeningkatan kemampuan kerja melalui
pelatihan/ pendidikan tambahan.
2) Perencanaan pengembangan sarana dan prasarana ruangan keperawatan yaitu
penambahan bed pasien pada ruang tindakan.
c. Pengorganisasian
Metode yang digunakan asuhan keperawatan di rumah sakit perolehan data dari
pengkajian :
1) Ruangan menggunakan metode asuhan keperawatan TIM.
2) Pengorgaanisasian ketenagaan berdasarkan klasifikasi pasien :menurut kepala
ruang didapatkan data bahwa metode penugasan yang dilakukan
menggunakan metode tim, dengan membentuk dalam ruangan 2 tim. Hasil
pengamatan ada 2 tim diruangan yang dibuat sesuai tugas sehari-hari.
Pembagian tanggungjawab terhadap pasien dilakukan berdasarkan kamar,
perawat pelaksana langsung bertanggung jawab kepada kepala ruangan, tidak
bertanggung jawab kepada ketua tim. Dan pada struktur organisasi di ruangan
sudah menunjukkan penerapan metode tim.
3) Jadwal dinas : menurut kepala ruang ruangan pengaturan shif yang dilakukan
oleh kepala ruang disesuaikan dengan jumlah perawat yang ada di ruangan
dan tidak berdasarkan pada tingkat ketergantungan klien, karena disesuaikan
dengan jumlah perawat dan kondisi Rumah Sakit. Format daftar shif
diruangan menggunakan proporsi jumlah perawat yang ada.
d. Pengarahan
1) Motivasi
Menurut kepala ruang didapatkan informasi bahwa peningkatan motivasi
sebenarnya sudah dilakukan oleh rumah sakit baik secara langsung maupun
tidak langsung. Misalnya diklat secara rutin mengadakan pelatihan dan
pembinaan.
2) Manajemen konflik
Di dalam ruang rawat inap para perawat apabila terdapat suatu masalah akan
diselesaikan dengan koordinasi dengan kelompok seluruh TIM sehingga
masalah dapat segera terselesaikan.
e. Pengawasan
1) Supervisi
a) Rencana pelaksanaan supervisi terjadwal.
b) Terdapat format pendokumentasian supervise yang sesuai dengan standar
keperawatan.
c) Terdapat umpan balik dari supervisor untuk setiap tindakan dalam
supervise dan ada tindak lanjut dari hasil supervise dengan mencarikan
solusi terhadap setiap permasalahan yang ditemukan dalam supervise.
d) Terdapat regulasi yang mengatur alur supervise, serta koordinasi antar
bidang keperawatan dan komite keperawatan.
f. Pengendalian
Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam pengendalian/ pengontrolan
meliputi :
1) Menetapkan standard dan menetapkan metode mengukur prestasi kerja.
2) Melakukan pengukuran prestasi kerja.
3) Menetapkan apakah prestasi kerja sesuai dengan standar.
4) Mengambil tindakan korektif.
A. Kesimpulan
Manajemen adalah proses untuk melaksanakan pekerjaan melalui orang lain dan
Manajemen keperawatan adalah proses pelaksanaan keperawatan melalui upaya staf
keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan, pengobatan dan rasa aman kepada
pasien, keluarga, masyarakat. Ada lima metode pemberian asuhan keperawatan yang
dikenal, antara lain metode fungsional, tim, keperawatan primer, modular, dan
menejemen kasus keperawatan. Metode tim merupakan suatu metode pemberian asuhan
keperawatan dimana seorang perawat profesional memimpin sekelompok tenaga
keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan kelompok klien melalui upaya
kooperatif dan kolaborasi ( Douglas, 1984).
B. Saran
Penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca demi
perbaikan selanjutnya menuju arah yang lebih baik dalam penulisan makalah.