Anda di halaman 1dari 13

PERSEPSI PRAKTISI BEKAM TERHADAP LEGALITAS IJIN

PRAKTEK MANDIRI DIKOTA SEMARANG

Sudirman Awaluddin1, Eni Kusyati2, Widiyaningsih3

Program Studi Sarjana Keperawatan STIKes Karya Husada Semarang

E-mail: Sudirmanawaluddin@gmail.com

Abstrak

Indonesia adalah negara hukum, negara yang berdiri di atas hukum yang menjamin keadilan kepada warga
negaranya. Indonesia berdasar atas hukum tidak berdasar atas kekuasaan belaka. Hukum kesehatan termasuk
hukum “lex specialis”, melindungi secara khusus tugas profesi kesehatan dalam program pelayanan kesehatan
manusia menuju ke arah tujuan deklarasi dan perlindungan secara khusus terhadap pasien untuk mendapatkan
pelayanan kesehatan. Mengeksprolasi persepsi praktisi bekam terhadap legalitas ijin praktek di kota Semarang
tahun 2018.Fenomenology kualitatif dan desain fenomenologi. Informan dalam penelitian ini berjumlah 5 orang
yang diambil menggunakan teknik purposive sampling. Pengambilan data menggunakan wawancara mendalam.
Data diolah menggunakann metode conten analysis. aturan adalah tatanan yang harus ditaati yang bermanfaat
meningkatkan standar pelayanan sehingga tidak terjadi praktek ilegal dan malpraktek. Wewenang diartikan
sebagai hak kekuasaan untuk bertindak dan memberi keputusan. Pemberi perijinan praktek mandiri adalah soisal,
wilayah kesehatan dan pemerintah.
Kata Kunci: Persepsi, praktisi bekam, legalitas, hukum

PERCEPTION OF BEKAM PRACTITION ON LEGALITY OF SELF PRACTICE


TEST IN SEMARANG CITY

Abstract

Indonesia is a legal state, a country that stands above the law that guarantees justice for its citizens. Indonesia
based on the law is not based on mere power. Health law includes the law "lex specialis", which provides
health services in the program of human health services towards the goals of declarations and health services
for patients. Exploring cupping perceptions of legality in the city of Semarang in 2018. Qualitative
phenomenology and phenomenological design. The informants in this study were intensive 5 people who used
purposive sampling technique. Data collection uses in-depth interviews. Data is processed using contrast
analysis. the rule is that the order that must be obeyed which increases the service standard does not occur
illegal practices and malpractice. Authority is defined as the right of power to act and give a decision.
Independent practice licensors are social, health and government.

Keywords: Perception, cupping defender, legality, law


Pendahuluan

Indonesia adalah negara hukum, negara yang berdiri di atas hukum yang menjamin
keadilan kepada warga negaranya, definisi ini sejalan dengan definisi oleh Ariestotes. Ini
bisa melihat pada pancasila UUD 1945 yang menjelaskan banyak tentang hal kenegaraan
hukum.(1)
Dalam UUD 1945 mengatakan, “Negara Indonesia berdasar atas hukum
(Rechtsstaat), tidak berdasar atas kekuasaan belaka (machsstaat)”. Dalam Pasal 1 ayat (3)
UUD 1945 Perubahan  ke-4 disebutkan bahwa : “Negara Indonesia adalah negara
hukum.” Ketentuan pasal tersebut merupakan landasan konstitusional bahwa Indonesia
adalah negara yang berdasarkan atas hukum, hukum ditempatkan sebagai satu-satunya
aturan main dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara (supremacy of
law).(2)
Jadi jelas bahwa cita-cita Negara hukum (rule of  law) yang tekandung dalam UUD
1945 bukanlah sekedar negara yang berlandaskan sembarang hukum semua mengacu pada
kehidupan masyarakat, bernegara dan berbangsa sehingga untuk mencapai tujuan.(1)
Sampai saat ini, perkembangan hukum kesehatan tidak dapat dilepaskan dari sistem
hukum yang dianut oleh suatu negara atau masyarakat begitupun dengan Indonesia.
Dalam hubungan perkembangan hukum tersebut tidak lepas dari perkembangan ilmu-ilmu
lain seperti kesehatan (kedokteran).(3)
Maka dengan sendirinya hukum kesehatan berkembang seiring dengan
perkembangan manusia, maka hukum kesehatan (public health law) lebih banyak
mengatur hubungan hukum dalam pelayanan kesehatan atau hukum kesehatan dapat
dibatasi pada hukum yang mengatur antara pelayanan kesehatan dokter, rumah sakit,
puskemas dan tenaga-tenaga kesehatan lain dengan pasien.(3)
Hukum kesehatan termasuk hukum “lex specialis”, melindungi secara khusus tugas
profesi kesehatan dalam program pelayanan kesehatan manusia menuju ke arah tujuan
deklarasi dan perlindungan secara khusus terhadap pasien untuk mendapatkan pelayanan
kesehatan. Dengan sendirinya hukum kesehatan ini mengatur hak dan kewajiban masing-
masing penyelenggara pelayanan dan penerima pelayanan, baik sebagai perorangan
(pasien) atau kelompok masyarakat.(3)
Indonesia saat ini, banyaknya fenomena muncul dalam bidang kesehatan contoh nya
adalah fenomena praktek mandiri oleh dokter, perawat, bidan dan tim kesehatan lainnya.
Ambilah contoh fenomena pengobatan non-konvensional oleh dokter dan perawat.
Pengobatan non-konvensional seperti pengobatan dengan ramuan atau terapi herbal,
akupunktur, dan bekam. CAM (Complementary and Alternative Madacine) suatu bentuk
penyembuhan yang bersumber pada berbagai system, modalitas dan praktek kesehatan
yang didukung oleh teori dan kepercayaan.(4)
PERSATUAN Perawat Nasional Indonesia (PPNI) akan terus mendorong
peningkatan kesejahteraan perawat di Indonesia. Karenanya, PPNI akan melakukan
gerakan perawat dalam mendukung praktik keperawatan mandiri. Sebagai upaya
meningkatkan kesejahteraan perawat, PPNI tengah memfasilitasi anggotanya untuk
praktik mandiri serta mendukung dan mendampingi pengurusan perizinannya. (30)
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik pada tahun 2013 mengenai Indikator
Kesehatan Tahun 2008-2012 dapat dilihat bahwa lebih dari 50% penduduk Indonesia
melakukan pengobatan sendiri dan lebih dari 20% menggunakann obat tradisional.
Menurut data Riskedas 2010 sebanyak 55,3% penduduk Indonesia minum jamu dan
95,6% mengakui itu bermanfaat.(5)
Seluruh praktisi bekam yang membuka praktek harus terdaftar di ITBI (Ikatan
Terapis Bekam Indonesi) baik yang di Indonesia maupun di luar negeri sekalipun. Tidak
ada batasan ras, suku maupun agama untuk menjadi anggota ITBI. Jumlah praktisi yang
sudah terdaftar dalam Ikatan Terapis Bekam Indonesia pada 2012 adalah 3918 praktisi
dan terus meningkat, sedangkan yang tidak mempuyai izin belum terdata. (7)
Di Indonesia sendiri, kepopuleran pengobatan non-konvensional, termasuk
pengobatan komplementer ini, bisa diperkirakan dari mulai menjamurnya iklan – iklan
terapi non – konvensional di berbagai media. Namun dengan maraknya pengobatan non-
konvensional ternyata masih banyak praktisi bukan dilakukan oleh tenaga kesehatan yang
teregistrasi dan beberapa diantaranya tidak berizin.(5)
Pangkalpinang (ANTARA News) – “Puluhan praktik pengobatan tradisional atau
alternatif di Kota Pangkalpinang, Bangka Belitung (Babel) tidak mengantongi izin dari
Dinas Kesehatan (Dinkes) setempat. Karena mengacu pada  izin praktik pengobatan
tradisional atau alternatif itu sesuai dengan Perda Nomor 13 Tahun 2009 tentang
penetapan retribusi penertiban sertifikasi pendaftaran perizinan dan pelayanan kesehatan
swasta di bidang medik”. Praktisi yang tidak memiliki izin praktek pengobatan tradisional
sesuai dengan Perda Nomor 13 Tahun 2009 adalah kurungan maksimal tiga bulan dan
denda maksimal Rp5 juta.(6)
PANGKALAN BARU – Terdata ada sebanyak 1.800 pengobatan tradisional di
Provinsi Babel, namun baru 150-an tempat usaha yang memiliki izin. Demikian
diungkapkan Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Pemprov Babel, Mulyono Susanto, dalam
kegiatan advokasi pelayanan kesehatan tradisional, Kamis (4/5/2017). Ia berharap,
nantinya usaha tradisional ini dapat menjadi mitra dan dibina agar membuka usaha secara
legal.
“Sekitar 1.800 ada izin 150an, karena itu pertemuan ini kita jadikan sesuatu untuk
berkomitmen bersama bagaimana kita selesaikan SPTP dimana sekitar 1.500 hampir di
tradisional pijat,” terbangnya. (29)
Praktisi pengobatan non-konvensional harus memiliki izin, sesuai dengan Pasal 4
Keputusan Menkes No.1076/Menkes/SK/VII/2003 tanggal 24 Juli 2003 tentang
Penyelenggaraan Pengobatan Tradisional, semua pengobat tradisional wajib mendaftarkan
diri kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat untuk memperoleh Surat
Izin/ Terdaftar Pengobat Tradisional (SIPT/STPT).(7)
Adanya SIPT/STPT ini, maka praktisi dapat dipantau terus oleh Dinas
kabupaten/kota setempat sehingga diharapkan pada akhirnya dapat memberikan jaminan
keamanan bagi masyarakat penggunanya. Praktisi pengobatan tradisional adalah seorang
yang diakui oleh masyarakat sebagai orang yang mampu melakukan perobatan secara
tradisional. Demikian pula dengan Pengobatan Bekam (Al Hijamah), para praktisinya
harus terdaftar di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota masing-masing.(7)
Peraturan mentri kesehatan penyelenggaraan menjelaskan pengobatan
komplementer-alternatif di fasilitasi pelayanan kesehatan. Pelayanan komplementer-
alternatif dapat dilaksanakan secara sinergi, terintegrasi, dan mandiri di fasilitas pelayanan
kesehatan. Pengobatan itu harus aman, bermanfaat, bermutu, dan dikaji institusi
berwenang sesuai ketentuan berlaku.(7)
Organisasi yang paling terkenal di Indonesia bidang pengobatan non-konvensioanal
ini adalah Ikatan Terapis Bekam Indonesia (ITBI) dan Asosiasi Bekam Indonesia (ABI).
Kedua organisasi ini mempunyai SOP yang berbeda dalam hal menjadi anggota ITBI
maupun ABI. Asosiasi Bekam Indonesia lebih menekankan pada syariat Islam karena
pada syarat menjadi anggota ABI yang pertama dan kedua lebih menonjol ke syariat Islam
dan bagi yang non-muslim bisa menggunakan organisasi yang lain seperti Ikatan Terapis
Bekam Indonesia (ITBI), Indonesian Cupping Therapy Association (ICTA), dan
Indonesian Cupping Therapy Society (ICTS).(10)
Selanjutnya, surat izin praktek perawat yang selanjutnya disingkat SIPP adalah bukti
tertulis yang diberikan perawat untuk melakukan praktek secara perorangan dan atau
berkelompok ini tertara dalam peraturan menteri kesehatan. Satu hal yang mendasar untuk
di pahami adalah bahwa hukum di Indonesia adalah hukum tertulis, jadi itu yang kita
pakai sebagai dasar kegiatan praktek sehingga bagi perawat yang praktek mandiri atau
berkelompok akan tetap terlindungi jika terjadi perkara medic akibat intervensi mandiri
seperti terapi komplementer-alternatif.(10)

Tinjauan Teoritis

Persepsi adalah suatu proses pengenalan atau identifikasi sesuatu dengan


menggunakan panca indera. Drever menjelaskan bahwa panca indera merupakan bagian
dalam menyampaikan sebuah persepsi atau tanggapan terhadap orang lain agar persepsi dapat
(20)
disampaikan lebih baik. Sejumlah faktor berperan dalam membentuk dan kadang memutar
balik persepsi. Faktor-faktor ini dapat berada dalam pihak pelaku persepsi, dalam obyek atau
target yang dipersepsikan, atau dalam konteks situasi dimana persepsi itu dibuat. (20)
Ariestoteles mengatakan “Hukum merupakan kumpulan beraturan yang tidak hanya
mengikat tapi juga hakim untuk masyarakat, dimana undang-undang akan mengawasi hakim
(16)
dalam menjalankan tugasnya untuk menghukum para pelanggar hukum”. Pada dasarnya
hukum adalah peraturan hidup suatu masyarakat yang bersifat kendali, mencegah dianggap
sebagai peraturan yang mengikat sebagian atau seluruh masyarakat, yang bertujuan untuk
mengadakan suatu aturan. (15)
Dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
disebutkan bahwa kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun
(19)
yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
“Hukum Kesehatan adalah ketentuan-ketentuan hukum yang mengatur tentang hak dan
kewajiban, baik dari tenaga kesehatan dalam melaksanakan upaya kesehatan maupun dari
individu atau masyarakat yang menerima upaya kesehatan tersebut dalam segala aspeknya
yaitu aspek promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif dan diperhatikan pula aspek organisasi
dan sarana. Pedoman-pedoman medis internasional, hukum kebiasaan dan hukum otonom di
bidang kesehatan, ilmu pengetahuan dan literatur medis merupakan pula sumber hukum
kesehatan”. (20) Dasar Hukum Penyelenggaraan Izin Perawat :
1) Permenkes No HK.02.02/MENKES/148/I/2010 tentang tentang izin dan penyelenggaraan
praktik perawat.
2) Permenkes No HK.02.02/MENKES/148/I/2010 pasal 2 tentang perizinan praktek perawat.
3) Permenkes 1109/MENKES/PER/IX/2007 pada pasal 8 ayat 2 poit c bahwa pelaksana
pengobatan komplementer adalah dokter dan tim tenaga kesehatan lainnya. (22)
4) Permenkes RI nomor 1796/MENKES/PER/VII/2011 BAB I Tentang registrasi tenaga
kesehatan, praktisi yang ingin membuka praktek mandiri komplementer (Bekam) harus
terdaftar di Ikatan Terapis Bekam Indonesia. (7)
5) Pada pasal 8 Permenkes No HK.02.02/MENKES/148/I/2010 tentang penyelenggaran
praktek
6) KepMenKes No 1076/MENKES/SK/VII/2003 tentang penyelenggaraan pengobatan
tradisional

Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini adalah hasil mengolah data mentah yang merupakan hasil
wawancara mendalam yang terkumpul. Adapun hasil penelitian yang didapat adalah sebagai
berikut:
1. Aturan merupakan pedoman agar manusia hidup tertib dan teratur. Jika tidak terdapat
peraturan, manusia bisa bertindak sewenang-wenang, tanpa kendali, dan sulit diatur.
Aturan juga dijelaskan lebih lanjut merupakan salah satu bentuk keputusan yang harus
ditaati dan dilaksanakan. Sedangkan, aturan dalam praktek mandiri adalah sebuah
batasan atau tatanan agar peraktek yang harus ditaati atau dipenuhi supaya tidak
membahayakan praktisi dalam tugasnya dan pasien.
2. Manfaat aturan salah satu nya sebagai standar praktek yang menjadikan praktisi menjadi
lebih profesional, bertanggungjawab sehingga pasien lebih percaya terhadap praktisi
serta kliniknya. Selain sebagai standar praktek aturan juga bermanfaat untuk kontroling
dari pemerintah dan organisasi terkait untuk pembinaan suatu profesini supaya
meningkatkan pelayanan.
3. Akibat tidak memiliki ijin praktek mandiri akan terjadi bebera hal yang pertama adalah
terjadinya praktek ilegal. Karena jika aturan atau undang-undang tidak dibentuk maka
akan banyak oknum yang memanfaatkannya sehingga akan banyak terjadi malpraktek
dikarenakan pelayanan praktisi yang tidak standar pada sehingga bisa dibawa ke ranah
hukum sebagai pertanggujawaban.
4. Wewenang diartikan sebagai hak dan kekuasaan untuk bertindak, kekuasaan membuat
keputusan, memerintah dan melimpahkan tanggung jawab kepada orang/badan lain.
Pemberi kewanangan dalam praktek mandiri komplementer adalah sosial dan wilayah
kesehatan kota. Pemberi kewenangan sosial diataranya adalah Rt/Rw dan kelurahan
sedangkan wilayah kesehatan kota adalah puskesmas, organisasi terkait dan pemerintah
kota (Dinas Kesehatan).
5. Proses perijinan praktek mandiri komplementer melalui pemberi kewenangan perijinan
sosial yaitu Rt/Rw dan kelurahan dan wilayah kesehatan kota adalah puskesmas,
organisasi terkait serta dari pemerintah sebagai pemberi kewenangan wilyah.
6. Alasan adalah suatu hal diungkapkan untuk mengokohkan pendapat yang bersifat opini
sedangkan sebab adalah suatu hal yang diungkapkan untuk memgokohkan pendapat
yang bersifat fakta yang kemudian benar- benar terjadi. Alasan praktisi menggunakan
ijin sebagai bentuk taat kepada hukum dan mendapat pembinaan dari pemerintah
maupun organisasi. Selain itu juga ia mengegaskan alasanya adalah upaya untuk
terlindung dari hukum dan pembinaan dari organisasi dan pemerintah supaya semua
praktisi menjadi lebih baik.

Pembahasan
1. Pengetahuan Partisipan Tentang Aturan, Manfaat Dan Resiko Tidak Memiliki Ijin Praktek
a. Perrngertian Aturan
Pengertian aturan berdasarkan katagori yang ada adalah sebuah batasan atau
tatacara dalam praktek supaya tidak membahayakan diri sendiri dan pasien sesuai
pernyataan partisipan P.01, P.04 dan P.05.
Pernyataan ini sesuai dengan kamus bersar bahasa indonesia yaitu peraturan adalah
ketentuan yang mengikat yang dipakai sebagai panduan, tatanan, dan kendalikan
tingkah laku yang sesuai dan diterima.(21) Peraturan merupakan pedoman agar manusia
hidup tertib dan teratur. Jika tidak terdapat peraturan, manusia bisa bertindak
sewenang-wenang, tanpa kendali, dan sulit diatur.
Aturan juga dijelaskan lebih lanjut merupakan salah satu bentuk keputusan yang
harus ditaati dan dilaksanakan. Jadi, kita harus menaati peraturan agar semua menjadi
teratur dan orang akan merasa nyaman. Peraturan adalah tindakan yang harus
dilakukan dan yang tidak boleh dilanggar.(31)
Adapun katagori pengertian aturan adalah adalah tatanan yang harus ditaati dan
dipenuhi yang diungkapkan oleh P.02 dan P.03. Pernyataan partisipan tersebut
didukung dengan penjelasan yang mengatakan aturan adalah salah satu bentuk
keputusan yang harus ditaati dan tidak boleh dilanggar.(31)
b. Manfaat Aturan
Dalam praktek pun aturan sangat bermanfaat salah satunya sebagai standar
praktek yang menjadikan praktisi menjadi lebih profesional dan pasien lebih percaya
terhadap klinik dan praktisi hal ini diungkapkan oleh partisipan P.01 dan P.03.
Triangalusi PBI Semarang juga mengungkapkan bahwa praktisi yang memiliki
ijin sangat bermanfaat salah satunya menjadi standar praktek praktisi lebih profesional
dan terlindung dari hukum. Dijelaskan dalam Peraturan Menterri Kesehatan Republik
Indonesia nomor 17 tahun 2013 tentang perubahan atas peraturan menteri kesehatan
nomor HK.02.02/MENKES/148/I/2010 tentang izin dan penyelenggaraan praktik
perawat pasal 1 ayat 4 tentang standar pelayanan. Pada peraturan peraturan menteri
kesehatan tentang izin dan pelaksanaan praktek dokter juga mengatakan pada pasal 1
ayat 8 tentang standar pelayanan.(32)
Selain sebagai standar praktek, manfaat dari adanya aturan juga sebagi
kontroling sebagimana di ungkapkan oleh partisipan P.02 dan P.05. Pernyataan
tersebut sesuai dengan yang disampaikan triangulasi dari Persatuan Bekam Indonesia
bahwa praktsi yang memiliki perijinan praktek mandiri akan lebih mudah di kontrol
oleh pihak organisasi maupun dari pemerintah. Selain itu praktisi yang memiliki ijin
juga akan meningkatkan kedisiplinan dari praktisinya tersebut. Pernyataan ini
disebutkan oleh P.04 dan triangulasi bahwa praktisi yang memiliki ijin akan lebih disiplin
dan bertanggungjawab dalam menjalan prakteknya.
c. Resiko Tidak Memiliki Ijin
Resiko adalah bahaya, akibat atau konsekuensi yang dapat terjadi akibat sebuah
proses yang sedang berlangsung atau kejadian yang akan datang. Praktisi yang tidak
memiliki ijin praktek akan berakhibat pada praktek ilegal yang berakibat malpraktek
ditunjukan dalam ungkapan partisipan P.01, P.02, P.04 danP.05. Praktisi yang tidak
memiliki ijin juga akan berakibat pada malpraktek yang berujung hukum yang
ditunjukan dalam ungkapam partisipan P.03
Teriangulasi juga mengatakan jika tidak ada aturan dalam praktek mandiri akan banyak
resiko yang akan terjadi jika praktisi tidak memiliki ijin praktek. Resiko yang akan
terjadi yang pertama adalah terjadinya praktek ilegal sampai terjadi malpraktek.
Persatuan Bekam Indonesia yang mengatakan akan banyak terjadi praktek ilegal jika
tidak ada peraturan atau undang-undang dalam suatu profesi.
Dijelaskan dalam undang-undang keperawatan no 34 tahun 2014 pasal 3
tentang tujuan praktek mandiri keperawatan salah satunya meningkatkan mutu
pelayanan dan memberikan perlindungan dan kepastian hukum pada perawat dan
(33)
pasien. Malpraktek berasal dari kata "Malpractice" yang pada hakekatnya adalah
kesalahan dalam menjalankan profesi yang timbul sebagai akibat adanya kewajiban-
kewajiban yang harus dilakukan dokter. Dengan demikian medical malpractice atau
kesalahan dalam menjalankan profesi medik yang tidak sesuai dengan standar profesi
medik dalam menjalankan profesinya. (34)
2. Pengetahuan Partisipan Tentang Proses Perijinan Dan Pemberi Kewenangan Ijin Praktek
a. Pemberi Kewenangan
Menurut kamus besar bahasa indonesia, kata wewenang disamakan dengan
kata kewenangan, yang diartikan sebagai hak dan kekuasaan untuk bertindak,
kekuasaan membuat keputusan, memerintah dan melimpahkan tanggung jawab kepada
orang/badan lain..(37)
Wewenang adalah pengertian yang berasal dari hukum organisasi
pemerintahan, yang dapat dijelaskan sebagai seluruh aturan-aturan yang berkenaan
dengan perolehan dan penggunaan wewenang-wewenang pemerintahan oleh subjek
hukum publik didalam hubungan hukum publik.(38) Tetapi wewenang dalam bahasa
hukum tidak sama dengan kekuasaan. Kekuasaan hanya menggambarkan hak untuk
berbuat dan tidak berbuat sedangkan wewenang sekaligus berarti hak dan kewajiban.
(39)
Kewenangan adalah merupakan hak menggunakan wewenang yang dimiliki
seorang pejabat atau institusi menurut ketentuan yang berlaku, dengan demikian
kewenangan juga menyangkut kompetensi tindakan hukum yang dapat dilakukan
menurut kaedah-kaedah formal, jadi kewenangan merupakan kekuasaan formal yang
dimiliki oleh pejabat atau institusi. Kewenangan memiliki kedudukan yang penting
dalam kajian hukum tata negara dan hukum administrasi negara.
Dalam penelitian ini katagori pemberi kewenangan didapatkan hasil
berdasarkan wawancara yang dilakukan ada 2 katagori yaitu pemberi kewenangan
sosial dan wilayah kesehatan kota dan pemberi kewenangan sosial. Pemberi
kewenangan sosial adalah Rt/Rw, kelurahan sedangkan pemberi kewenangan wilayah
kesehatan dan kota adalah puskesmas, organisasi dan dinas kesehatan yang ditunjukan
dalam ungkapan P.01, P.02, P.3 dan P.05. Pernyataan yang disampaikan partisipan
sesuai dengan yang dikatakan triangulasi dari Persatuan Bekam Indonesia bahwa
setiap praktisi yang melakukan praktek mandiri harus mendapat ijin dari sosial dan
wilayah kesehatan.
Dijelaskan peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 103 Tahun
2014 Tentang Pelayanan Kesehatan Tradisional pasal 4 point b pemerintah melakukan
pembinaan, pengawasan, dan pengendalian pelayanan kesehatan tradisional.(40)
b. Proses ijin praktek
Kata izin, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Izin adalah pernyataan
mengabulkan (tiada melarang dsb); persetujuan membolehkan. Izin (vergunning)
adalah suatu persetujuan dari penguasa berdasarkan Undang-Undang atau peraturan
pemerintah untuk dalam keadaan tertentu menyimpang dari ketentuan-ketentuan
larangan peraturan perundang-undangan.(21) Proses perijinan merupakan proses
internal yang dilakukan oleh aparat/petugas. Pada umumnya permohonan ijin harus
menempuh prosedur tertentu yang ditentukan oleh pemerintah, selaku pemberi izin
serta pemohon izin juga harus memenuhi persyaratan-persyaratan tertentu yang
ditentukan secara sepihak oleh pemerintah atau pemberi izin. Prosedur dan persyaratan
perijinan itu berbeda-beda tergantung jenis ijin, tujuan ijin, dan instansi pemberi ijin.
(35)

Dalam praktek mandiri komplementer juga mempunyai proses perijinan.


Dalam penelitian ini proses perijinan praktek mandiri komplementer melalui pemberi
kewenangan perijinan sosial yaitu rt/rw dan kelurahan dan dari puskesmas, organisasi
terkait serta dari pemerintah sebagai pemberi kewenangan wilyah dan pemerintah
seperti yang disampaikan oleh partisipan P.01, P.02, P.03 dan P.05. Sedangkan
katagori proses perijinan yang kedua adalah melalui pemberi kewenangan sosial yaitu
Rt/Rw, kelurahan dan organisasi yang di ungkapkan oleh partisipan P.04.
Pernyataan tersebut sesuai dengan triangalusi dari Persatuan Bekam
Indonesia yang menyatakan proses perijinan mulai dari tingkat sosial seperti wilayah
dan kota. Triangulasi juga menegaskan bahwa setiap praktisi yang melakukan praktek
mandiri harus berproses untuk mendapatkan ijin supaya praktisi supaya bisa untuk di
berikan pembinaan dari wilayah dan pemerintah.

3. Alasan partisipan menggunakan ijin praktek


Alasan adalah suatu hal yang diungkapkan untuk mengokohkan pendapat yang
bersifat opini yang belum tentu benar- benar terjadi. Sebab adalah suatu hal yang
diungkapkan untuk memgokohkan pendapat yang bersifat fakta yang kemudian benar-
benar terjadi. Alasan adalah proses penyampaian kesimpulan dari data. Alasan terdiri atas
bukti (data), tuntutan (kesimpulan), dan pemikiran yang membenarkan gerakan dari data
menuju kesimpulan.(39)
Dalam penelitian ini partisipan didapatkan kategori taat hukum yang
diungkapkan oleh partisipan P.01, P.02, P.05 dan P.04. Menggunakan ijin praktek adalah
sebagai bentuk taat kepada hukum dan mendapat pembinaan dari pemerintah maupun
organisasi. Sedangkan P.03 menyebutkan alasanya adalah upaya untuk terlindung dari
hukum dan pembinaan dari organisasi dan pemerintah supaya semua praktisi menjadi
lebih baik.
Pernyataan partispan sesuai dengan triangalusi PBI mengungkapkan bahwa
praktisi yang mempunyai ijin akan mendapat pembinaan dari organisasi selain itu praktisi
yang mempunyai ijin sudah terlindung dari hukum karena dengan adanya undang-undang
yang ada. Begitu juga triangulasi dari pasien yang terapi mengungkapkan bahwa praktisi
yang menggunakan ijin itu lebih dipercaya karena sudah teruji oleh pihak pemberi ijin.
Selain itu juga triangalusi menjelaskan lebih lanjut bahwa praktisi yang tidak
menggunakan ijin tidak bisa diukur tingkat pelayanannya.
Alasan seseorang adalah suatu keputusan. Pengambilan keputusan terjadi
sebagai suatu reaksi terhadap suatu masalah. Terdapat suatu penyimpangan antara suatu
keadaan dewasa ini dan sesuatu keadaan yang diinginkan, yang menuntut pertimbangan
arah tindakan alternatif. Misalnya, seorang manager suatu divisi menilai penurunan
penjualan sebesar 2% sangat tidak memuaskan, namun didivisi lain penurunan sebesar itu
dianggap memuaskan oleh managernya.(41)
Pengambilan keputusan terjadi sebagai suatu reaksi terhadap suatu masalah.
Terdapat suatu penyimpangan antara suatu keadaan dewasa ini dan sesuatu keadaan yang
diinginkan, yang menuntut pertimbangan arah tindakan alternatif. Misalnya, seorang
manager suatu divisi menilai penurunan penjualan sebesar 2% sangat tidak memuaskan,
namun didivisi lain penurunan sebesar itu dianggap memuaskan oelh managernya.(42)
4. Pelayanan Praktisi Bekam
Pelayanan dapat diartikan sebagai pemberian (melayani) keperluan perorangan
atau masyarakat yang mempunyai kepentingan pada organisasi itu sesuai dengan aturan
pokok dan tata cara yang ditentukan. Pelayanan adalah kegiatan yang dilakukan oleh
seseorang atau sekelompok orang dengan landasan faktor materi melalui sistem, prosedur
dan metode tertentu dalam rangka usaha memenuhi kepentingan orang lain sesuai dengan
haknya.(36) Kualitas pelayanan adalah upaya pemenuhan kebutuhan yang dibarengi dengan
keinginan konsumen serta ketepatan cara penyampaiannya agar dapat memenuhi harapan
dan kepuasan pelanggan tersebut. Sedangkan, pengertian pelayanan dalam Kamus Umum
Bahasa Indonesia, pelayanan adalah menolong menyediakan segala apa yang diperlukan
orang lain seperti tamu atau pembeli.(21)
Katagori dalam penelitian ini pelayanan praktisi menggunakan admin pendaftaran
yang di sebutkan oleh partisipan P.01, P.02 dan P.05 dan praktisi tanpa admin pendaftaran
yang di ungkapkan oleh praktisi P.03 dan P.04. Triangulasi dari pasien lebih memilih
kepada praktisi yang menggunakan admin di suatu klinik karena itu akan membuktikan
bahwa klinik itu sudah legal dan terpecaya. Triangulasi menjelaskan lebih lanjut juga
bahwa praktisi yanag tidak memiliki ijin belum teruji baik dari skill maupun tingkat
pelayanannya.

Kesimpulan

1. Hasil wawancara mendalam pada informan didapatkan persepsi praktisi bekam


terhadap aturan, manfaat dan akibat tidak memiliki ijin sesuai dengan informasi
triangaluasi yang menyebutkan praktisi yang tidak memiliki ijin praktek berakibat
praktek ilegal dan malpraktek.
2. Hasil wawancara mendalam pada informan didapatkan persepsi praktisi bekam
terhadap pemberi kewenangan dan proses perijinanan adalah sosial dan wilayah
kesehatan kota pemerintah yaitu Rt/Rw, kelurahan, puskesmas, organisasi terkait, dan
dinas kesehatan dan pernyataan ini sesuai dengan informasi dari triangulasi dari PBI
yang mengatakan praktisi harus mendapat ijin dari sosial dan wiyalah kesehatan kota.

Saran

Saran dari penelitian ini adalah diharapkan untuk praktisi bekam supaya lebih
memperhatikan berbagai aspek yang mana untuk kepentingan praktisi sendiri dan juga pasien
seperti, praktisi sudah teruji dan mendapatkan sertifikat dari asosiasi dan klinik tempat
praktek sudah mendapatkan ijin dari sosial dan wilayah kesehatan kota sebagai payung
hukum. Untuk organisasai supaya praktisi lebih optimal dalam pengawasan dan pembinaan.
Dan untuk dinas kesehatan supaya bisa jadi acuan untuk praktisi yang belum mendap ijin
segera di tindak lanjuti.

Ucapan Terima Kasih

Penulis menyadari bahwa terselesainya penulisan SKRIPSi ini berkat bimbingan,


arahan, dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini ijinkanlah penulis
menyampaikan ucapan terimakasih kepada: institusi STIKes Karya Husada Semarang, Dinas
Kesehatan, organisi bekam (PBI), klinik bekam, Orangtua dan teman-teman yang telah
memberikan semangat.
Daftar Pustaka
(
Hamijoyo, L. 2010. Complementary medicine in Reumatology. http://medikaholistik.com.
Diakses 06 Juni 2017 : 09.00
(
Wadda. 2012. Syarat Menjadi Anggota ABI. http://drwadda.com/?p=421 . Diakses 22
Agustus 2017 : 11.30
PERMANKES. 2011. Registrasi Tenaga Kesehatan. http://pelayanan.jakarta.go.id/. Diakses
22 Agustus 2017 : 11.30
(
Adrian Sutedi, 2011. Hukum Perizinan Dalam Sektor Pelayanan Publik, Jakarta: Sinar
Grafika, hlm. 200
(
Kamal Hidjaz. Efektivitas Penyelenggaraan Kewenangan Dalam Sistem Pemerintahan
Daerah Di Indonesia. Pustaka Refleksi. Makasar
Ridwan HR. Hukum Administrasi Negara. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta 2013.
Curtis, Dan B; Floyd, James J.; Winsor, Jerryl L. Komunikasi Bisnis dan Profesional. Remaja
Rosdakarya, Bandung. 1996. Hal 295

Anda mungkin juga menyukai