Anda di halaman 1dari 27

TUGAS KEPERAWATAN DASAR

(POSISI FOWLER DAN SEMI FOWLER)

TUGAS KELOMPOK 2 :

1. ISNA YULIASTINI
2. SULISTIYANA
3. SILVIA ANITA LESTARI
4. DEA ANGRAINI
5. ERIYAN PRATAMA LUTFI
6. AHMAD HARIADI
7. IMAM DWIYATNO

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM
DIII KEPERAWATAN TK/1A
2019/2020

1
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur kami panjatkan atas Kehadirat Allah SWT. yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Posisi Fowler Dan Semi Fowler” dalam mata kuliah
Keperawatan Dasar yang dibimbing oleh Ibu Dewi Purnamawati,M.Kes. Shalawat
serta salam tak lupa kami haturkan kepada junjungan alam nabi tercinta Nabi
Muhammad SAW. yang kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Oleh karena itu,
kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk makalah ini
agar menjadi makalah yang lebih baik lagi.

Akhir kata kami ucapkan terimakasih kepada semua pihak khususnya


kepada Dosen Keperawatan Dasar kami yang telah membimbing dalam menulis
makalah ini. Semoga makalah yang sederhana ini bermanfaat bagi pembaca,

WassalamualaikumWarahmatullahiWabarakatuh.

Penulis

Mataram, 31 Januari 2020

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………….2

DAFTAR ISI………………………………………………………………………3

BAB I PENDAHULUAN

1.1 latar belakang………………………………………………………….4


1.2 rumusan masalah………………………………………………………9
1.3 tujuan………………………………………………………………….9

BAB II PEMBAHASAN

2.1 pengertian…………………………………………………………….10

2.2 tujuan…………………………………………………………………12

2.3 indikasi……………………………………………………………….12

2.4 alat dan bahan………………………………………………………...12

2.5 cara kerja……………………………………………………………..13

BAB III PENUTUP

3.1 kesimpulan…………………………………………………………...14

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………...15

LAMPIRAN…………………………………………………………………….16

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Positioning atau menyesuaikan posisi adalah tindakan keperawatan
yang dilakukan dengan cara memberikan pasien posisi tubuh sesuai
dengan hambatan yang diderita dengan tujuan memanajemen keselarasan
dan kenyamanan fisiologis.( Sukainah Shahab,dkk, 2016 )

Teori kebutuhan manusia memandang manusia sebagai suatu


keterpaduan, keseluruhan yang terorganisir yang mendorong untuk
memenuhi kebutuhan dasar manusia. Kebutuhan dasar manusia adalah
aktivitas yang dibutuhkan oleh semua orang untuk keberhasilan dan
kepuasan hidup. Kebutuhan manusia dipandang sebagai takanan internal,
sebagai hasil dari perubahan sistem, dan tekanan ini dinyatakan dengan
perilaku untuk mencapai tujuan sehingga terpenuhinya kebutuhan.
Kebutuhan-kebutuhan tersebut sama bagi semua orang semua usia, baik
sehat maupun sakit (Maryam S, 2013).

Kebutuhan manusia menurut Abraham Maslow terdiri dari lima


kategori, yaitu kebutuhan fisiologi, keselamatan, sosial, harga diri, dan
aktualisasi diri. Semua kebutuhan ini merupakan bagian-bagian vital dari
sistem manusia, tetapi kebutuhanfisiologis merupakan prioritas teratas
karena apabila tidak terpenuhi maka akan berpengaruh pada kebutuhan
lainnya. Kebutuhan fisiologis adalah kebutuhan untuk mempertahankan
kehidupan atau kelangsungan hidup. Kebutuhan fisiologis terdiri dari:
kebutuhan akan udara (oksigen), cairan dan elektrolit, nutrisi, eliminasi,
istirahat dan tidur, menghindari dari rasa nyeri, regulasi suhu badan,
kebersihan diri, stimulasi atau rangsangan, melaksanakan aktivitas atau
kegiatan, eksplorasi dan manipulasi serta kebutuhan seksual (Maryam S,
2013).

4
Tidur sebagai salah satu bagian dari kebutuhan fisiologis merupakan
kebutuhan dasar yang dibutuhkan oleh semua manusia untuk dapat
berfungsi secara optimal baik sehat maupun yang sakit (Munardi, 2003).

Tidur adalah bagian dari penyembuhan dan perbaikan. Kebutuhan


untuk tidur sangat penting bagi kualitas hidup semua orang. Setiap
individu memiliki kebutuhan tidur yang berbeda dalam kuantitas dan
kualitasnya (Potter & Perry, 2006).

Mencapai kualitas tidur yang baik penting untuk kesehatan, sama


halnya dengan sembuh dari penyakit. Klien yang sedang sakit sering kali
membutuhkan lebih banyak tidur dan istirahat daripada klien yang sehat.
Penyakit biasanya mencegah beberapa klien untuk mendapatkan tidur dan
istirahat yang adekuat. Penyakit dan perawatan kesehatan rutin yang asing,
dengan mudah mempengaruhi kebiasaan pola tidur seseorang yang masuk
rumah sakit atau fasilitas pelayanan kesehatan lainnya (Potter & Perry,
2010).

Seseorang yang masuk dan dirawat dirumah sakit, pola tidurnya


dapat dengan mudah berubah dan mengalami gangguan sebagai akibat dari
penyakit dan rutinitas rumah sakit yang tidak diketahui(Potter & Perry,
2006).

Rutinitas rumah sakit yang khas dapat mengganggu tidur atau


mencegah klien untuk tertidur pada waktu biasa mereka. Masalah ini lebih
besar terjadi dimalam pertama rawat inap atau hospitalisasi, ketika klien
mengalami peningkatan total waktu bangun, sering terbangun, serta
menurunkan tidur REM (Rapid Eye Movement) dan total waktu tidur
(Potter & Perry, 2010).

Menurut Hidayat(2013),faktor yang menyebabkan gangguan tidur


bermacam-macam. Biasanya klien dapat mengidentifikasi penyebab
masalah-masalah gangguan tidur seperti gangguan pernafasan, nyeri, takut,

5
dan kecemasan. Gangguan kebutuhan dasar pada klien gangguan
pernafasan akan menimbulkan masalah keperawatan, salah satu
diantaranya adalah gangguan kebutuhan istrahat atau gangguan pola tidur
berhubungan dengan nocturia (banyak kencing) atau perubahan posisi
tidur yang menyebabkan sesak nafas (Smletzer & Bare, 2002).

Kebutuhan oksigenasi dalam tubuh harus terpenuhi karena apabila


kebutuhan oksigen dalam tubuh berkurang, maka akan terjadi kerusakan
pada jaringan otak dan apabila hal tersebut berlangsung lama, akan terjadi
kematian jaringan bahkan dapat mengancam kehidupan. Pemberian
terapioksigen dalam asuhan keperawatan memerlukan dasar pengetahuan
tentang faktor-faktor yang mempengaruhi masuknya oksigen dari atmosfer
hingga sampai ke tingkat sel melalui alveoli paru dalam proses respirasi.
Berdasarkan tersebut maka perawat harus memahami indikasi pemberian
oksigen, dan metode pemberian oksigen (Hidayat, 2007).

Menurut Angela dalam Safitri dan Andriyani (2008), saat terjadi


sesak nafas biasanya klien tidak dapat tidur dalam posisi berbaring,
melainkan harus dalam posisi duduk atau setengah duduk untuk
meredakan penyempitan jalan nafas dan memenuhi oksigen dalam darah.
Posisi yang paling efektif bagi klien dengan penyakit kardiopulmonari
adalah posisi semi fowler dimana kepala dan tubuh dinaikkan dengan
derajat kemiringan 45° , yaitu dengan menggunakan gaya gravitasi untuk
membantu pengembangan paru dan mengurangi tekanan dari abdomen ke
diafragma. Penelitian Supadi, dkk (2008), menyatakan bahwa posisi semi
fowler membuatoksigendidalamparu-paru semakin meningkat sehingga
memperingan kesukaran nafas. Posisi ini akan mengurangi kerusakan
membran alveolus akibat tertimbunnya cairan. Hal tersebut dipengaruhi
oleh gaya grafitasi sehingga oksigen delivery menjadi optimal. Sesak nafas
akan berkurang, dan akhirnya proses perbaikan kondisi klien lebih cepat.
(Yunus Elondan Ferdiansyah Marbun, 2017)

6
Hasil penelitian diperoleh sebagian besar responden yang mengalami
sesak napas dalam kategori usai pertengahan menurut WHO yaitu pada
kelompok fowler ratarata usia 57 tahun dan kelompok semifowler 58
tahun, rata-rata jenis kelamin pada kelompok fowler lebih banyak dialami
perempuan sebesar 62,5% dan kelompok semifowler lebih banyak dialami
oleh laki-laki sebesar 68,8%, dengan rata-rata pendidikan tidak sekolah
sebesar 50% pada kelompok fowler dan 56,2% kelompok semifowler.
(Nila Kusumawati, 2017)

Hasil penelitian menunjukkan rata-rata tingkat pendidikan akhir 32


responden yang terbagi dalam 2 kelompok menyebutkan bahwa sebagian
besar responden tidak sekolah yaitu 50% pada kelompok fowler dan
kelompok semifowler sebesar 56,2%. Hal ini di kaitkan bahwa pendidikan
mempengaruhi perilaku seseorang. Dalam hal ini seseorang akan
berperilaku baik akan menjaga kesehatannya jika pengetahuan yang
dimiliki juga baik. Hal tersebut di dukung oleh penelitian Tobing dalam
simak (2013) yang menjelaskan bahwa ada hubungan antara pengetahuan
dengan perilaku hidup sehat. ( Sukainah Shahab,dkk, 2016 )

Talwar (2008) berpendapat bahwa pemberian posisi bertujuan untuk


meningkatkan ekspansi paru secara maksimal dan mengatasi kerusakan
pertukaran gas sehingga pasien memperoleh kualitas tidur yang baik [10].
MenurutIsrael(2008), posisi semi fowler akan mempengaruhi keadaan
curah jantung dan pengembangan rongga paru-paru pasien, sehingga sesak
nafas berkurang dan akan mengoptimalkan kualitas tidur pasien [11].
Pengembangan rongga dada dan paruparu akan menyebabkan asupan
oksigen membaik, sehingga proses respirasi akan kembali normal.
(Roihatul Zahroh,dkk 2017)

Melanie (2012) menyatakan sudut posisi tidur 45˚ dapat menghasilkan


kualitas tidur lebih baik bagi pasien dibandingkan dengan sudut 30˚ [12].

7
Dwi Sulistyowati (2015) mengungkapkan bahwa posisi tidur semi fowler
dengan sudut 45˚ menghasilkan kualitas tidur yang lebih baik bagi pasien
dengan gangguan jantung [13]. Semi-duduk atau semifowler membantu
mengurangi aliran balik vena pada pasien dengan gagal jantung yang akan
mengurangi peningkatan dan distensi vena jugularis pada leher penderita
[14,15]. Ozen K. Basoglu, MD, dkk (2015) merekomendasikan untuk
menggunakan posisi semi-fowler dengan sudut 45˚ dalam memanajemen
pasien gagal jantung dengan gangguan tidur dan apnea. (Yunus Elondan
Ferdiansyah Marbun, 2017)

Pemberian posisi tidur semi fowler 45˚ menggunakan gaya gravitasi


untuk membantu pernafasan, sehingga oksigen yang masuk kedalam paru-
paru akan lebih optimal sehingga pasien dapat bernafas lebih lega dan
akan mengurangi ketidaknyamanan yang dirasakan ketika ingin tidur. Hal
ini didukung oleh Melanie (2012) menganalisa pengaruh pemberian posisi
semi fowler 30˚ dan 45˚ dan mendapatkan hasil bahwa terdapat pengaruh
antara sudut posisi terhadap kualitas tidur pasien gagal jantung. ( Sukainah
Shahab,dkk, 2016 )

Pada gejala sesak napas TB paru dengan gejala sesak napas dapat
ditangani serta diturunkan oleh beberapa intervensi diantara lain yaitu
obat-obatan atau farmakologi yang sesuai indikasi, terapi aktifitas dan
latihan relaksasi (posisi semi fowler dan posisi orthopnea), tingkatkan tirah
baring atau batasi aktivitas, oksigen (O2) tambahan yang sesuai. Latihan
relaksasi bisa dilakukan dengan posisi semi fowler atau posisi orthopnea.
Intervensi terapi non farmakologis terhadap penurunan sesak napas pasien
TB paru yang menggunakan posisi semi fowler dan orthopnea dirasa
efektif dan banyak digunakan saat ini (Doenges, 2009). (Roihatul
Zahroh,dkk 2017)

8
Pasien tidak selalu memperhatikan tentang adanya posisi pengaturan
posisi yang dapat menurunkan kerja frekuensi napasnya. Sehingga mereka
tidak menyadari seberapa penting akan posisi yang tepat akan berpengaruh
terhadap proses penyembuhan penyakit (pery dan Potter, 2006).
Sehubungan dengan uraian tersebut peran perawat sangat dibutuhkan
untuk memberikan asuhan keperawatan dalam bentuk pengaturan posisi
tidur. Pengaturan posisi tidur yang tepat pada pasien TB paru dengan
gejala sesak napas sangat penting, maka dengan demikian peneliti tertarik
untuk melakukan penelitian tentang efektifitas posisi semi fowler dan
posisi orthopnea terhadap penurunan sesak napas pasien TB paru di Ruang
Perawatan Rumah Sakit Muhammadiyah Babat Lamongan. (Roihatul
Zahroh,dkk, 2017)
1.2. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian dari Fowler?
2. Apakah pengertian dari semi Fawler?
3. Apakah tujuan dari posisi fowler dan semi fowler?
4. Apakah tujuan dari posisi fowler dan semi fowler?
5. Apa sajakah alat dan bahan yang dibutuhkan dalam posisi fowler dan
semi fowler?
1.3. Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari Fowler
2. Mengetahui pengertian dari semi Fawler
3. Mengetahui tujuan dari posisi fowler dan semi fowler
4. Mengetahui tujuan dari posisi fowler dan semi fowler
5. Mengetahui apa saja alat dan bahan yang dibutuhkan dalam posisi
fowler dan semi fowler

9
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertin:

1. Pengertian Fowler

Posisi fowler adalah posisi setengah duduk atau duduk dengan


derajat ketinggian 75 – 90 derajat, dimana bagian kepala tempat tidur lebih
tinggi atau dinaikkan. Posisi ini dilakukan untuk mempertahankan
kenyamanan dan memfasilitasi fungsi pernapasan pasien.

10
2. Pengertian Semi fowler

Posisi tidur semi fowler dengan sudut 45˚ merupakan salah satu
tindakan positioning yang dipercaya dapat menekan sesak nafas, sehingga
pasien dapat tidur lebih nyaman dan tidak terbangun pada malam hari.
Semi fowler adalah sikap dalam posisi setengah duduk 15-60 derajat.Posisi
semi fowler merupakan suatu posisi dimana bagian kepala tempat tidur
dinaikkan 15 – 45°, bagian ujung dan tungkai kaki sedikit diangkat, lutut
diangkat dan ditopang, dengan demikian membuat cairan dalam rongga
abdomen berkumpul di area pelvis. Tujuan pemberian posisi semi fowler
adalah sebagai berikut : 1)Mengurangi tegangan intra abdomen dan otot
abdomen, 2) Membantu mengatasi masalah kesulitan pernapasan dan
kardiovaskular, 3) Memperlancar gerakan pernafasan pada pasien yang
bedrest total, 4) Pada ibu post partum akan memperbaiki drainase uterus,
5) Memberikan rasa nyaman bagi pasien dalam beristirahat. (Kozier, B.
2009).

11
Pemberian posisi semi fowler sangat efektif dan penting dalam
memberikan terapi dalam menurunkan frekuensi sesak nafas pasien TB
paru. Hasil penelitian sebagian besar responden mengalami penurunan
sesak, hal ini dikarenakan responden mudah memahami dan merasa lebih
nyaman dengan pemberian posisi semi fowler sehingga responden mau
melaksanakan sesuai dengan prosedur tindakan yang telah dijelaskan
peneliti. Sebagian kecil responden yang diberikan perlakuan posisi semi
fowler tidak mengalami penurunan sesak atau tetap dikarenakan responden
tidak kooperatif sehingga posisi sering berubah-ubah. Selain itu umur
responden tersebut > 65 tahun sebagaimana dilihat dari segi kondisi
anatomi organ pernafasan responden tersebut dapat mempengaruhi
penurunan sesak nafas.

Pemberian posisi semi fowler sangat efektif dan penting dalam


memberikan terapi dalam menurunkan frekuensi sesak nafas pasien TB
paru. Hasil penelitian sebagian besar responden mengalami penurunan
sesak, hal ini dikarenakan responden mudah memahami dan merasa lebih
nyaman dengan pemberian posisi semi fowler sehingga responden mau
melaksanakan sesuai dengan prosedur tindakan yang telah dijelaskan
peneliti. Sebagian kecil responden yang diberikan perlakuan posisi semi
fowler tidak mengalami penurunan sesak atau tetap dikarenakan responden
tidak kooperatif sehingga posisi sering berubah-ubah. Selain itu umur
responden tersebut > 65 tahun sebagaimana dilihat dari segi kondisi
anatomi organ pernafasan responden tersebut dapat mempengaruhi
penurunan sesak nafas.

Posisi semi fowler dengan derajat kemiringan 45° yaitu dengan


menggunakan gaya gravitasi untuk membantu pengembangan paru dan
mengurangi tekanan dari abdomen pada diagfragma membuat oksigen
didalam paru-paru semakin meningkat (Supadi, dkk., 2008).

12
Posisi fowler dapat di gunakan untuk mengurangi tekanan darah
kerena mengurangi aliran darah balik kejantung yang dipengaruhi oleh
gaya gravitasi karena semakin banyak darah yang masuk kejantung
semakin jantung berkontraksi yang menyebabkan tekanan darah (Tilkian
dan Conover, 2011).

2.2 Tujuan :
1. Tujun Fowler
a. Mengurangi komplikasi akibat immobilisasi.
b. Meningkatkan rasa nyaman
c. Meningkatkan dorongan pada diafragma sehingga  meningkatnya
ekspansi dada dan ventilasi paru
d. Mengurangi kemungkinan tekanan pada tubuh akibat posisi yang
menetap

2. Tujuan Semi Fowler


a. Mobilisasi
b. Memerikan perasaan lega pada klien sesak nafas
c. Mengetahui adanya pengaruh posisi tidur semi fowler 45˚ terhadap
kualitas tidur pasien.
d. Memudahkan perawatan misalnya memberikan makan

2.3 Indikasi :
1. Indikasi Fowler
a. Pada pasien yang mengalami gangguan pernapasan
b. Pada pasien yang mengalami imobilisasi

2. Indikasi Semi Fowler


a. Pada pasien yang mengalami gangguan pernapasan

13
b. Pada pasien yang mengalami imobilisasi

2.4 Alat dan bahan :


1. Alat dan bahan fowler
a. Tempat tidur khusus
b. Selimut
2. Alat dan bahan Semi fowler
a. Tempat tidur khusus
b. Selimut
2.5 Cara kerja :
1. Cara kerja Fowler

a. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.


b. Dudukkan pasien
c. Berikan sandaran atau bantal pada tempat tidur pasien atau aturr tempat
tidur.
d. Untuk posisi semifowler (30-45˚) dan untuk fowler (90˚).
e. Anjurkan pasien untuk tetam berbaring setengah duduk.

2. Cara kerja Semi Fowler


a. Mengangkat kepala dari tempat tidur ke permukaan yang tepat ( 45-90
derajat)
b. Gunakan bantal untuk menyokong lengan dan kepala klien jika tubuh
bagian atas klien lumpuh
c. Letakan bantal di bawah kepala klien sesuai dengan keinginan klien,
menaikan lutut dari tempat tidur yang rendah menghindari adanya teknan
di bawah jarak poplital
( di bawah lutut )

14
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Terdapat perubahan kualitas tidur pasien setelah diberikan posisi semi fowler 45˚.
Terdapat perbedaan antara kualitas tidur kedua kelompok yang telah diberikan
posisi semifowler 45˚ sehingga posisi semi fowler 45˚ dapat dipertimbangkan
untuk menjadi intervensi mandiri keperawatan dalam menangani masalah tidur
pada pasien gagal jantung.

15
DAFTAR PUSTAKA

Nila Kusumawati.(2017).EFEKTIFITAS POSISI TIDUR SEMI FOWLER


DENGAN KUALITAS TIDURPADA PASIEN ASMA DI RUANG
RAWAT INAP PERAWATAN PARU RSUDBANGKINANG TAHUN
2017. Dosen S1 Kesehatan Masyarakat Universitas Pahlawan Tuanku
Tambusai.

Roihatul Zahroh,Rivai Sigit Susanto. (2017). EFEKTIFITAS POSISI SEMI


FOWLER DAN POSISI ORTHOPNEATERHADAP PENURUNAN
SESAK NAPAS PASIEN TB PARU.Journals Of Ners Community Volume
08, Nomor 01, Juni 2017Hal. 37-44

Yunus Elon, Ferdiansyah Marbun.(2017). TEKANAN DARAH


BERDASARKAN POSISI FLAT ON BED,SEMIFOWLER DAN FOWLER
PADA VARIASI KELOMPOK USIA.JURNAL
SKOLASTIKKEPERAWATAN Vol, 3, No. 2 Juli – Desember 2017

16
Sukainah Shahab, Suhaimi Fauzan, Ichsan Budiharto.(2016). Pengaruh Posisi
Tidur Semi Fowler 45˚ Terhadap Kualitas Tidur PasienGagal Jantung Di
Ruang ICCU RSUD dr. Soedarso Pontianak.

LAMPIRAN

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI D.IV KEPERAWATAN MATARAM

CECKLIST MENGATUR POSISI FOWLER

Nama :…………………………………………………………………..
No. Mhs :…………………………………………………………………..

Aspek yang dinilai Nilai


0 1 2

17
Definisi:
Posisi fowler adalah posisi setengah duduk atau duduk,
dimana bagian kepala tempat tidur lebih tinggi atau
dinaikkan setinggi 75-90º tanpa fleksi lutut.
Tujuan :
1. Untuk mengurangi komplikasi akibat immobilisasi
2. Untuk meningkatkan rasa nyaman
3. Untuk meningkatkan dorongan pada diafragma
sehingga meningkatnya ekspansi dada dan ventilasi
paru
4. Mengurangi kemungkinan tekanan pada tubuh
akibat posisi yang menetap

Indikasi :
1. Pada pasien yang mengalami gangguan
pernapasan
2. Pada pasien yang mengalami imobilisasi

Kontra Indikasi :
1. Pada pasien refraktur
PELAKSANAAN

Tahap Pre interaksi

a. Persiapan Pasien
1. Mengucapkan salam terapeutik
2. Memperkenalkan diri
3. Menjelaskan pada klien dan keluarga tentang
prosedur dan tujuan tindakan yang akan
dilaksanakan
4. Penjelasan yang disampaikan dimengerti klien
atau keluarganya
5. Selama komunikasi digunakan bahasa yang

18
jelas, sistematis serta tidak mengancam
6. Klien atau keluarga diberi kesempatan bertanya
untuk klarifikasi
7. Privacy klien selama komunikasi dihargai
8. Memperlihatkan kesabaran, penuh empati,
sopan, dan perhatian serta respek selama
berkomunikasi dan melakukan tindakan
9. Membuat kontrak ( waktu, tempat dan tindakan
yang akan dilakukan )

b. Persiapan alat dan bahan


1. Tempat tidur
2. Bantal kecil
3. Footboard (bantalan kaki)
4. Sarung tangan (jika diperlukan)
5. Selimut
c. Persiapan lingkungan
Sampiran
Tahap Orientasi :
1. Beri salam dan memperkenalkan diri
2. Identifikasi nama pasien
3. Menjelaskan tujuan tindakan
4. Menjelaskan langkah/prosedur yang akan dilakukan
Tahap kerja :
1. Cuci tangan dan gunakan sarung tangan jika
diperlukan
2. Minta klien untuk memfleksikan lutut sebelum
kepala dinaikkan
3. Naikkan kepala tempat tidur 75-90º
4. Letakkan bantal kecil dibawah punggung pada
kurva lumbal jika ada celah disana

19
5. Letakkan bantal kecil dibawah kepala klien
6. Letakkan bantal dibawah kaki, mulai dari lutut
sampai tumit
7. Pastikan tidak terdapat tekanan pada area
popliteal dan lutut dalam keadaan fleksi
8. Topang telapak kaki klien dengan menggunakan
bantalan kaki
9. Letakkan bantal untuk menopang kedua lengan
dan tangan jika klien memiliki kelemahan pada
kedua tangan tersebut
10. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan
11. Dokumentasikan tindakan
Tahap Terminasi :
1. Evaluasi perasaan klien (merasa aman dan
nyaman) dan keluhan pasien
2. Kontrak waktu untuk kegiatan selanjutnya
3. Berikan reinforcemenr sesuai dengan
kemampuan pasien
Tahap Dokumentasi :
Catat sluruh hasil tindakan dalam tindakan keperawatan

20
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI D.IV KEPERAWATAN MATARAM

CECKLIST MENGATUR POSISI SEMI FOWLER

Nama :…………………………………………………………………..
No. Mhs :…………………………………………………………………..

Aspek yang dinilai Nilai


0 1 2
Definisi:
Posisi semi fowler adalah posisi tempat tidur dengan
menaikkan kepala dan dada setinggi 15-45º tanpa fleksi
lutut.
Tujuan :

21
1. Mobilisasi
2. Memberikan perasaan lega pada klien sesak nafas
3. Memudahkan perawatan misalnya memberikan
makan

Indikasi :
1. Pada pasien yang mengalami gangguan
pernapasan
2. Pada pasien yang mengalami imobilisasi

Kontra Indikasi :
1. Pada pasien refraktur
PELAKSANAAN

Tahap Pre interaksi

a. Persiapan Pasien
1. Mengucapkan salam terapeutik
2. Memperkenalkan diri
3. Menjelaskan pada klien dan keluarga tentang
prosedur dan tujuan tindakan yang akan
dilaksanakan
4. Penjelasan yang disampaikan dimengerti
klien atau keluarganya
5. Selama komunikasi digunakan bahasa yang
jelas, sistematis serta tidak mengancam
6. Klien atau keluarga diberi kesempatan
bertanya untuk klarifikasi
7. Privacy klien selama komunikasi dihargai
8. Memperlihatkan kesabaran, penuh empati,
sopan, dan perhatian serta respek selama
berkomunikasi dan melakukan tindakan
9. Membuat kontrak ( waktu, tempat dan

22
tindakan yang akan dilakukan )

b. Persiapan alat dan bahan


1. Tempat tidur
2. Bantal kecil
3. Footboard (bantalan kaki)
4. Sarung tangan (jika diperlukan)
5. Selimut
c. Persiapan lingkungan
Sampiran
Tahap Orientasi :
1. Beri salam dan memperkenalkan diri
2. Identifikasi nama pasien
3. Menjelaskan tujuan tindakan
4. Menjelaskan langkah/prosedur yang akan dilakukan
Tahap kerja :
1. Cuci tangan dan gunakan sarung tangan jika
diperlukan
2. Minta klien untuk memfleksikan lutut sebelum
kepala dinaikkan
3. Naikkan kepala tempat tidur 15-45º untuk semi
fowler
4. Letakkan bantal kecil dibawah punggung pada kurva
lumbal jika ada celah disana
5. Letakkan bantal kecil dibawah kepala klien
6. Letakkan bantal dibawah kaki, mulai dari lutut
sampai tumit
7. Pastikan tidak terdapat tekanan pada area popliteal
dan lutut dalam keadaan fleksi
8. Topang telapak kaki klien dengan menggunakan
bantalan kaki

23
9. Letakkan bantal untuk menopang kedua lengan dan
tangan jika klien memiliki kelemahan pada kedua
tangan tersebut
10. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan
11. Dokumentasikan tindakan
Tahap Terminasi :
1. Evaluasi perasaan klien (merasa aman dan nyaman)
dan keluhan pasien
2. Kontrak waktu untuk kegiatan selanjutnya
3. Berikan reinforcemenr sesuai dengan kemampuan
pasien
Tahap Dokumentasi :
Catat sluruh hasil tindakan dalam tindakan keperawatan

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI D.IV KEPERAWATAN MATARAM

==========================================================
========

CECKLIST MENGATUR POSISI ORTHOPENEA

Nama :…………………………………………………………………..
No. Mhs :…………………………………………………………………..

Aspek yang dinilai Nilai


0 1 2
Definisi:
Posisi orthopenea adalah posisi pasien duduk dengan

24
menyandarkan kepala pada penampang yang sejajar dada,
seperti meja.
Tujuan :
Memudahkan ekspansi paru untuk pasien dengan kesulitan
bernafas yang ekstrim dan tidak bisa tidur terlentang atau
posisi kepala hanya bisa pada elevasi sedang
Indikasi :
1. Pasien dengan sesak berat
2. Pasien yang tidak bisa tidur terlentang

Kontra Indikasi :
1. Pada pasien refraktur
PELAKSANAAN

Tahap Pre interaksi

a. Persiapan Pasien
1. Mengucapkan salam terapeutik
2. Memperkenalkan diri
3. Menjelaskan pada klien dan keluarga tentang
prosedur dan tujuan tindakan yang akan
dilaksanakan
4. Penjelasan yang disampaikan dimengerti klien atau
keluarganya
5. Selama komunikasi digunakan bahasa yang jelas,
sistematis serta tidak mengancam
6. Klien atau keluarga diberi kesempatan bertanya
untuk klarifikasi
7. Privacy klien selama komunikasi dihargai
8. Memperlihatkan kesabaran, penuh empati, sopan,
dan perhatian serta respek selama berkomunikasi
dan melakukan tindakan
9. Membuat kontrak ( waktu, tempat dan tindakan

25
yang akan dilakukan )

b. Persiapan alat dan bahan


1. Tempat tidur
2. Bantal kecil
3. Bantalan kaki
c. Persiapan lingkungan
Sampiran
Tahap Orientasi :
1. Beri salam dan memperkenalkan diri
2. Identifikasi nama pasien
3. Menjelaskan tujuan tindakan
4. Menjelaskan langkah/prosedur yang akan dilakukan
Tahap kerja :
1. Cuci tangan dan gunakan sarung tangan jika
diperlukan
2. Minta klien untuk memfleksikan lutut sebelum
kepala dinaikkan
3. Naikkan kepala tempat tidur 90º
4. Letakkan bantal kecil di atas meja yang menyilang
di atas tempat tidur
5. Letakkan bantal dibawah kaki, mulai dari lutut
sampai tumit
6. Pastikan tidak terdapat tekanan pada area popliteal
dan lutut dalam keadaan fleksi
7. Topang telapak kaki klien dengan menggunakan
bantalan kaki
8. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan
9. Dokumentasikan tindakan
Tahap Terminasi :
1. Evaluasi perasaan klien (merasa aman dan nyaman)
dan keluhan pasien

26
2. Kontrak waktu untuk kegiatan selanjutnya
3. Berikan reinforcemenr sesuai dengan kemampuan
pasien
Tahap Dokumentasi :
Catat sluruh hasil tindakan dalam tindakan keperawatan

Keterangan :
0 = Tidak dikerjakan
1 = Dikerjakan tidak lengkap/tidak sempurna
2 = Dikerjakan dengan benar/sempurna

Penguji Praktek

(………………………………)

27

Anda mungkin juga menyukai