Anda di halaman 1dari 20

KONSEP SEHAT SAKIT

MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas dalam mata kuliah Ilmu Kesehatan
Masyarakat yang diampu oleh :
Dedi Setiadi, SKM., M.Kes

Disusun oleh:
KELOMPOK 5
1. Chyntia Nur Fadilla (P20637021009)
2. Ike Marlisa Syukur (P20637021040)
3. Meidita Fatmah Azzahra (P20637021031)
4. Naifa Dea.RA (P20637021072)
5. Reisya Rosma.FA (P20637021020)
6. Riadho Iskandar (P20637021036)
7. Rifki Muhammad.FS (P20637021028)
8. Salma Aulia Fahreza (P20637021037)

KELAS 1A
D-III RMIK TASIKMALAYA
POLTEKKES KEMENKES TASIKMALAYA
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukurataskehadiratAlloh SWT yang telahmemberikankarunia dan rahmat
Nya sehinggasayadapatmenyelesaikantugasmakalah yang bejudul “Konsep Sehat
dan Sakit” initepat pada waktunya.
Adapun tujuandaripenulisandarimakalahiniadalahuntukmemenuhitugas Pak Dedi
Setiadi, SKM., M.Kes pada bidang Mata Kuliah Ilmu Kesehatan Masyarakat.
Selain itu, makalahini juga bertujuanuntukmeningkatkanwawasan.
Kamimengucapkanterimakasihkepada Pak Dedi Setiadi, SKM., M.Kes
selakudosen Mata Kuliah Ilmu Kesehatan Masyarakat yang
telahmemberikantugasinisehinggadapatmeningkatkanpengetahuan dan
wawasansesuaidenganbidangstudi yang sayatekuni.
Kami juga mengucapkapterimakasihkepadasemuapihak yang
telahmembagikansebagiandaripengetahuannyasehinggakamidapatmenyelesaikant
ugasmakalahini.
Kamimenyadari, makalah yang kamitulisinimungkinjauhdari kata sempurna. Oleh
karenaitu, kritik, dan saran yang membangunkamiharapkan demi
kesempurnaantugasmakalahini.

Tasikmalaya, 2 September 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

BAB I.....................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................1
1.3 Tujuan Pembahasan...................................................................................2
BAB II..................................................................................................3
2.1 Definisi Sehat dan Sakit..........................................................................3
2.2 Model Rentang Sehat dan Sakit.............................................................3
2.3 Faktor yang dapat menyebabkan perilaku sehat dan sakit................5
2.4 Sakit dan Perilaku Sakit.........................................................................7
2.5 Peningkatan Kesehatan dan Pencegahan Penyakit...........................11
BAB III................................................................................................15
3.1 Kesimpulan............................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 16

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Memang sulit untuk mendapatkan tubuh yang sehat dan segar,kebanyakan
orang bilang Sehat Itu Mahal, tetapi benarkah tentang fakta itu, tapi menurut
pendapat para Ilmu Kesehatan Dunia (WHO) , memang sehat itu mahal,
karenakita harus memakan- makanan yang penuh dengan gizi, akan kaya
protein, zat besi, dan lain-lain. Sementara itu kita harus membeli makanan itu
dengan hargayang cukup mahal, apa lagi harga sayur-mayur, susu, beras, lauk
pauk, dll,mungkin sedang melonjak harganya di pasar-pasar tradisional.”
(Nurjanah et al. 2015)
Untuk itu hiduplah dengan jaga kesahatan anda karena itu sangat penting
bagi anda dan keluarga anda.” (Nurjanah et al. 2015)
Istilah sehat dalam kehidupan sehari-hari sering dipakai untuk
menyatakan bahwa sesuatu dapat bekerja secara normal. Bahkan benda mati
pun seperti kendaraan bermotor atau mesin, jika dapat berfungsi secara
normal, maka seringkali oleh pemiliknya dikatakan bahwa kendaraannya
dalam kondisi sehat. Kebanyakan orang mengatakan sehat jika badannya
merasa segar dan nyaman. Bahkan seorang dokterpun akan menyatakan
pasiennya sehat manakala menurut hasil pemeriksaan yang dilakukannya
mendapatkan seluruh tubuh pasien berfungsi secara normal.” (Nurjanah et al.
2015)
Konsep sehat dan sakit sesungguhnya tidak terlalu mutlak dan universal
karena ada faktor-faktor lain di luar kenyataan klinis yang mempengaruhinya
terutama faktor sosial budaya. Kedua pengertian saling mempengaruhi dan
pengertian yang satu hanya dapat dipahami dalam konteks pengertian yang
lain. Banyak ahli filsafat, biologi, antropologi, sosiologi, kedok-teran, dan
lain-lain bidang ilmu pengetahuan telah mencoba memberikan pengertian
tentang konsep sehat dan sakit ditinjau dari masing-masing disiplin ilmu.
Masalah sehat dan sakit merupakan proses yang berkaitan dengan kemampuan
atau ketidakmampuan manusia beradaptasi dengan lingkungan baik secara
biologis, psikologis maupun social budaya.” (Nurjanah et al. 2015)
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa perbedaan pengertian sehat dan sakit menurut para ahli?
2. Bagaimana terjadinya rentang dari sehat ke sakit?
3. Apa saja faktor yang dapat menyebabkan perilaku sehat dan sakit?
4. Apakah yang dimaksud sakit dan perilaku sakit?
5. Bagaimana cara peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit?

1
1.3 Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui pengertian sehat dan sakit
2. Untuk mengetahui terjadinya rentang sehat dan sakit
3. Untuk mengetahui faktor yang dapat menyebatkan perilaku sehat dan
sakit
4. Untuk mengetahui yang dimaksud sakit dan perilaku sakit
5. Untuk mengetahui cara peningkatan kesehatan dan pencegahan
penyakit

2
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

2.1 Definisi Sehat dan Sakit


Menurut WHO (1947) Sehat itu sendiri dapat diartikan bahwa suatu
keadaan yang sempurna baik secara fisik, mental dan sosial serta tidak hanya
bebas dari penyakit atau kelemahan (WHO, 1947).” (Nurjanah et al. 2015)
Definisi WHO tentang sehat mempunyui karakteristik berikut yang dapat
meningkatkan konsep sehat yang positif (Edelman dan Mandle. 1994):
1. Memperhatikan individu sebagai sebuah sistem yang menyeluruh.
2. Memandang sehat dengan mengidentifikasi lingkungan internal dan
eksternal.
3. Penghargaan terhadap pentingnya peran individu dalam hidup.
Dalam pengertian yang paling luas sehat merupakan suatu keadaan yang
dinamis dimana individu menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan
lingkungan internal (psikologis, intelektua, spiritual dan penyakit) dan eksternal
(lingkungan fisik, social, dan ekonomi) dalam mempertahankan
kesehatannya.”(Nurjanah et al. 2015)
Sakit adalah keadaan dimana fisik, emosional, intelektual, sosial,
perkembangan, atau seseorang berkurang atau terganggu, bukan hanya
keadaan terjadinya proses penyakit.” (Nurjanah et al. 2015)
Menurut Parsors ( 1972 )Sakit merupakan gangguan dalam fungsi normal
individu sebagai totalitas, termasuk keadaan organisme sebagai sistem biologis
dan penyesuaian sosialnya.” (Sely 2010)

2.2 Model Rentang Sehat dan Sakit


Model Rentang Sehat-Sakit (Neuman) Menurut Neuman (1990): ”sehat
dalam suatu rentang merupakan tingkat kesejahteraan klien pada waktu tertentu ,
yang terdapat dalam rentang dan kondisi sejahtera yang optimal , dengan energi

3
yang paling maksimum, sampai kondisi kematian yang menandakan habisnya
energi total”.
Jadi menurut model ini sehat adalah keadaan dinamis yang berubah secara
terus menerus sesuai dengan adaptasi individu terhadap berbagai perubahan pada
lingkungan internal dan eksternalnya untuk mempertahankan keadaan fisik,
emosional, inteletual, sosial, perkembangan, dan spiritual yang sehat.” (Nurjanah
et al. 2015)
Sedangkan Sakit merupakan proses dimana fungsi individu dalam satu
atau lebih dimensi yang ada mengalami perubahan atau penurunan bila
dibandingkan dengan kondisi individu sebelumnya. Karena sehat dan sakit
merupakan kualitas yang relatif dan mempunyai tingkatan sehingga akan lebih
akurat jika ditentukan seseuai titik-titik tertentu pada skala Rentang Sehat-Sakit.”
(Nurjanah et al. 2015)

Dengan model ini perawat dapat menentukan tingkat kesehatan klien


sesuai dengan rentang sehat-sakitnya. Sehingga faktor resiko klien yang
merupakan merupakan faktor yang penting untuk diperhatikan dalam
mengidentifikasi tingkat kesehatan klien. Faktor-faktor resiko itu meliputi
variabel genetik dan psikologis.” (Nurjanah et al. 2015)
Kekurangan dari model ini adalah sulitnya menentukan tingkat kesehatan
klien sesuai dengan titik tertentu yang ada diantara dua titik ekstrim pada rentang
itu (Kesejahteraan Tingkat Tinggi – Kematian). Misalnya: apakah seseorang yang
mengalami fraktur kaki tapi ia mampu melakukan adaptasi dengan keterbatasan
mobilitas, dianggap kurang sehat atau lebih sehat dibandingkan dengan orang
yang mempunyai fisik sehat tapi mengalami depresi berat setelah kematian
pasangannya.” (Nurjanah et al. 2015)

4
Model ini efektif jika digunakan untuk membandingkan tingkat
kesejahteraan saat ini dengan tingkat kesehatan sebelumnya. Sehingga Kematian
Prematur Kesejahteraan, Tingkat Tinggi Model Tindakan Model sejahtera
Ketidakma mpuan Gejala Tanda Kesadaran pendidikan Pertumbuhan 5
bermanfaat bagi perawat dalam menentukan tujuan pencapaian tingkat kesehatan
yang lebih baik dimasa yang akan datang.” (Nurjanah et al. 2015)

2.3 Faktor yang dapat menyebabkan perilaku sehat dan sakit

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Sehat


Menurut Karr (dalam Notoatmodjo, 2014) menyebutkan bahwa faktor yang
mempengaruhi perilaku sehat, yaitu:
 Niat (Behaviour intention), Adanya niat individu untuk bertindak
sehubungan objek atau stimulus diluar dirinya. Seseorang untuk bertindak
sehubungan dengan objek atau stimulus di luar dirinya.
 Dukungan sosial (Social support), Dukungan dari masyarakat sekitar
mempengaruhi perilaku individu. keberadaan dukungan sosial amatlah
penting dalam mempengaruhi perilaku sehat. Seringkali ditemui kegagalan
atau keberhasilan yang bersifat sementara di dalam penyelenggaraan
promosi kesehatan, karena dukungan sosial kurang bahkan tidak ada.
Seringkali upaya menerapkan perilaku sehat sia-sia karena kurangnya
dukungan sosial .
 Akses Informasi (Accessebility of information) Akses informasi adalah
tersedianya informasi-informasi terkait dengan tindakan yang akan
diambil seseorang. Informasi yang cukup dapat menghasilkan pengetahuan
terkait bagaimana mencegah suatu penyakit, sehingga individu dapat
mengenali permasalahan yang ada. Hal ini mendorong untuk berperilaku
sehat.
 Otonomi Pribadi (Personal autonomy) Otonomi pribadi adalah
kewenangan berperilaku yang ditentukan berdasarkan keinginan diri
sendiri. Dalam pengambilan keputusan yang bebas oleh individu saat ini
dinilai masih sukar.
 Situasi yang memungkinkan (Action situation) Adanya kondisi dan situasi
yang memungkinkan meliputi pengertian yang luas, baik itu berkaitan
dengan fasilitas yang tersedia maupun kemampuan yang tersesdia.
Tersediannya fasilitas dan kemampuan membuat individu mampu
mewujudkan sikap. Tindakan tidak akan terlaksana tanpa adanya sarana
dan prasarana.

5
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Sakit
1. Faktor Internal

 Persepsi individu terhadap gejala dan sifat sakit yang dialami.


akan segera mencari pertolongan jika gejala tersebut dapat mengganggu
rutinitas kegiatan sehari-hari.
Misalnya: Tukang Kayu yang menderita sakit punggung, jika ia merasa
hal tersebut bisa membahayakan dan mengancam kehidupannya maka ia
akan segera mencari bantuan.
Akan tetapi persepsi seperti itu dapat pula mempunyai akibat yang
sebaliknya. Bisa saja orang yang takut mengalami sakit yang serius, akan
bereaksi dengan cara menyangkalnya dan tidak mau mencari bantuan.

 Asal atau Jenis penyakit


Pada penyakit akut dimana gejala relatif singkat dan berat serta mungkin
mengganggu fungsi pada seluruh dimensi yang ada, Maka klien bisanya
akan segera mencari pertolongan dan mematuhi program terapi yang
diberikan.
Sedangkan pada penyakit kronik biasanya berlangsung lama (>6 bulan)
sehingga jelas dapat mengganggu fungsi diseluruh dimensi yang ada.

2. Faktor Eksternal

 Gejala yang Dapat Dilihat


Gejala yang terlihat dari suatu penyakit dapat mempengaruhi Citra Tubuh
dan Perilaku Sakit.
Misalnya: orang yang mengalami bibir kering dan pecah-pecah mungkin
akan lebih cepat mencari pertolongan dari pada orang dengan serak
tenggorokan, karena mungkin komentar orang lain terhadap gejala bibir
pecah-pecah yang dialaminya.

 Kelompok Sosial
Kelompok sosial klien akan membantu mengenali ancaman penyakit, atau
justru meyangkal potensi terjadinya suatu penyakit.
Misalnya: Ada 2 orang wanita, sebut saja Ny. A dan Ny.B berusia 35
tahun yang berasal dari dua kelompok sosial yang berbeda telah
menemukan adanya benjolan pada Payudaranya saat melakukan
SADARI. Kemudian mereka mendiskusikannya dengan temannya
masing-masing. Teman Ny. A mungkin akan mendorong mencari
pengobatan  untuk menentukan apakah perlu dibiopsi atau tidak;
sedangkan teman Ny.B mungkin akan mengatakan itu hanyalah benjolan
biasa dan tidak perlu diperiksakan ke dokter.

6
 Latar Belakang Budaya
Latar belakang budaya dan etik mengajarkan sesorang bagaimana menjadi
sehat, mengenal penyakit, dan menjadi sakit. Dengan demikian perawat
perlu memahami latar  belakang budaya yang dimiliki klien.

 Ekonomi
Semakin tinggi tingkat ekonomi seseorang biasanya ia akan lebih cepat
tanggap terhadap gejala penyakit yang ia rasakan. Sehingga ia akan segera
mencari pertolongan ketika merasa ada gangguan pada kesehatannya.

 Kemudahan Akses Terhadap Sistem Pelayanan


Dekatnya jarak klien dengan RS, klinik atau tempat pelayanan medis lain
sering mempengaruhi kecepatan mereka dalam memasuki sistem
pelayanan kesehatan.
Demikian pula beberapa klien enggan mencari pelayanan yang kompleks
dan besar  dan mereka lebih suka untuk mengunjungi Puskesmas yang
tidak membutuhkan prosedur yang rumit.

 Dukungan Sosial
Dukungan sosial disini meliputi beberapa institusi atau perkumpulan yang
bersifat peningkatan kesehatan.

2.4 Sakit dan Perilaku Sakit


Sakit adalah keadaan dimana fisik emosional intelektual sosial
perkembangan atau seseorang berkurang atau terganggu bukan hanya keadaan
terjadinya proses penyakit.Oleh karena itu sakit tidak sama dengan
penyakit.sebagai contoh klien dengan leukemia yang sedang menjalani
pengobatan mungkin akan mampu berfungsi seperti biasanya.sedangkan klien
lain dengan kanker payudara yang sedang mempersiapkan diri untuk
menjalani operasi mungkin akan merasakan akibatnya pada dimensi lain,selain
dimensi fisik.
Perilaku sakit merupakan prilaku orang sakit yang meliputi cara seseorang
memantau tubuhnya mendefinisikan dan menginterpretasikan gejala yang
dialamu melakukan upaya penyembuhan dan penggunaan sistem pelayanan
kesehatan.
Seorang individu yang merasa dirinya sedang sakit,prilaku sakit bisa
berfungsi sebagai mekanisme koping.(cara yang digunakan individu dalam
menyelesaikan masalah, mengatasi perubahan yang terjadi, dan situasi yang
mengancam, baik secara kognitif maupun perilaku).

7
Tahap-Tahap Perilaku sakit
1.Tahap I (Mengalami gejala)
Pada tahap ini pasien menyadari bahwa ”ada sesuatu yang salah ”Mereka
mengenali sensasi atau keterbatasan fungsi fisik tetapi belum menduga adanya
diagnosa tertentu.” (Nurjanah et al. 2015) Persepsi individu terhadap suatu
gejala meliputi:
 Kesadaran terhadap perubahan fisik (nyeri, benjolan, dll)
 Evaluasi terhadap perubahan yang terjadi dan memutuskan apakah
hal tersebut merupakan suatu gejala penyakit
 Respon emosional.
Jika gejala itu dianggap merupakan suatu gejala penyakit dan dapat
mengancam kehidupannya maka ia akan segera mencari pertolongan.” (Nurjanah
et al. 2015)
2.Tahap II (Asumsi tentang peran sakit)
Terjadi jika gejala menetap atau semakin berat. Orang yang sakit akan
melakukan konfirmasi kepada keluarga, orang terdekat atau kelompok sosialnya
bahwa ia benar-benar sakit sehingga harus diistirahatkan dari kewajiban
normalnya dan dari harapan terhadap perannya.” (Nurjanah et al. 2015)
Menimbulkan perubahan emosional seperti: menarik diri/depresi, dan juga
perubahan fisik. Perubahan emosional yang terjadi bisa kompleks atau sederhana
tergantung  beratnya penyakit, tingkat ketidakmampuan, dan perkiraan lama
sakit.”(Nurjanah et al. 2015)
Seseorang awalnya menyangkal pentingnya intervensi dari pelayanan
kesehatan, sehingga ia menunda kontak dengan sistem pelayanan kesehatan  akan
tetapi jika gejala itu menetap dan semakin memberat maka ia akan segera
melakukan kontak dengan sistem pelayanan kesehatan dan berubah menjadi
seorang klien.” (Nurjanah et al. 2015)
3.Tahap III (Kontak dengan Pelayanan Kesehatan)
Pada tahap ini klien mencari kepastian penyakit dan pengobatan dari
seorang ahli, mencari penjelasan mengenai gejala yang dirasakan,
penyebab  penyakit, dan implikasi penyakit terhadap kesehatan dimasa yang akan
datang.” (Nurjanah et al. 2015)
Profesi kesehatan mungkin akan menentukan bahwa mereka tidak
menderita suatu penyakit atau justru menyatakan jika mereka menderita penyakit
yang bisa mengancam kehidupannya. Klien bisa menerima atau menyangkal
diagnosa tersebut.” (Nurjanah et al. 2015)

8
Bila klien menerima diagnosa mereka akan mematuhi rencana pengobatan
yang telah ditentukan, akan tetapi jika menyangkal mereka mungkin akan mencari
sistem pelayanan kesehatan lain, atau berkonsultasi dengan beberapa pemberi
pelayanan kesehatan lain sampai mereka menemukan orang yang membuat
diagnosa sesuai dengan keinginannya atau sampai mereka menerima diagnosa
awal yang telah ditetapkan.” (Nurjanah et al. 2015)
Klien yang merasa sakit, tapi dinyatakan sehat oleh profesi kesehatan,
mungkin ia akan mengunjungi profesi kesehatan lain sampai ia memperoleh
diagnosa yang diinginkan.” (Nurjanah et al. 2015)
Klien yang sejak awal didiagnosa penyakit tertentu, terutama yang
mengancam kelangsungan hidup, ia akan mencari profesi kesehatan lain  untuk
meyakinkan bahwa kesehatan atau kehidupan mereka tidak terancam. Misalnya:
klien yang didiagnosa mengidap kanker, maka ia akan mengunjungi beberapa
dokter  sebagai usaha klien menghindari diagnosa yang sebenarnya.” (Nurjanah et
al. 2015)
4.Tahap IV(Peran klien dependen)
Pada tahap ini klien menerima keadaan sakitnya, sehingga klien
bergantung pada pemberi pelayanan kesehatan untuk menghilangkan gejala yang
ada. Klien menerima perawatan, simpati, atau perlindungan dari berbagai tuntutan
dan stress hidupnya.” (Nurjanah et al. 2015)
Secara sosial klien diperbolehkan untuk bebas dari kewajiban dan tugas
normalnya, semakin parah sakitnya, semakin bebas.” (Nurjanah et al. 2015)
Pada tahap ini klien juga harus menyesuaikan dengan perubahan jadwal
sehari-hari. Perubahan ini jelas akan mempengaruhi peran klien di tempat ia
bekerja, rumah maupun masyarakat.” (Nurjanah et al. 2015)
5.Tahap V (Pemulihan dan Rehabilitasi)
Merupakan tahap akhir dari perilaku sakit, dan dapat terjadi secara tiba-
tiba, misalnya penurunan demam.Penyembuhan yang tidak cepat, menyebabkan
seorang klien butuh perawatan lebih lama sebelum kembali ke fungsi optimal,
misalnya pada penyakit kronis.” (Nurjanah et al. 2015)
Tidak semua klien melewati tahapan yang ada, dan tidak setiap klien
melewatinya dengan kecepatan atau dengan sikap yang sama.  Pemahaman
terhadap tahapan perilaku sakit akan membantu perawat  dalam mengidentifikasi
perubahan – perubahan perilaku sakit klien dan bersama-sama klien membuat
rencana perawatan yang efektif.” (Nurjanah et al. 2015)

9
Dampak sakit:
1. Terhadap Perilaku dan Emosi Klien
Setiap orang memiliki reaksi yang berbeda-beda tergantung pada asal
penyakit, reaksi orang lain terhadap penyakit yang dideritanya, dan lain-lain.
Penyakit dengan jangka waktu yang singkat dan tidak mengancam kehidupannya
akan menimbulkan sedikit perubahan perilaku dalam fungsi klien dan keluarga.
Misalnya seorang Ayah yang mengalami demam, mungkin akan mengalami
penurunan tenaga atau kesabaran untuk menghabiskan waktunya dalam kegiatan
keluarga dan mungkin akan menjadi mudah marah, dan lebih memilih
menyendiri.” (Nurjanah et al. 2015)
Sedangkan penyakit berat, apalagi jika mengancam kehidupannya.dapat
menimbulkan perubahan emosi dan perilaku yang lebih luas, seperti ansietas,
syok, penolakan, marah, dan menarikdiri. Perawat berperan dalam
mengembangkan koping klien dan keluarga terhadap stress, karena stressor
sendiri tidak bisa dihilangkan.” (Nurjanah et al. 2015)
2. Terhadap Peran Keluarga
Setiap orang memiliki peran dalam kehidupannya, seperti pencari nafkah,
pengambil keputusan, seorang profesional, atau sebagai orang tua. Saat
mengalami penyakit, peran-peran klien tersebut dapat mengalami perubahan.”
(Nurjanah et al. 2015)
Perubahan tersebut mungkin tidak terlihat dan berlangsung singkat atau
terlihat secara drastis dan berlangsung lama. Individu / keluarga lebih mudah
beradaptasi dengan perubahan yang berlangsung singkat dan tidak terlihat.”
(Nurjanah et al. 2015)
Perubahan jangka pendek, klien tidak mengalami tahap penyesuaian yang
berkepanjangan. Akan tetapi pada perubahan jangka panjang  klien memerlukan
proses penyesuaian yang sama dengan tahap berduka.” (Nurjanah et al. 2015)
3. Terhadap Citra Tubuh
Citra tubuh merupakan konsep subjektif seseorang terhadap penampilan
fisiknya. Beberapa penyakit dapat menimbulkan perubahan dalam penampilan
fisiknya, dan klien/keluarga akan bereaksi dengan cara yang berbeda-beda
terhadap perubahan tersebut.” (Nurjanah et al. 2015) Reaksi klien/keluarga
terhadap perubahan gambaran tubuh itu tergantung pada:
 Jenis Perubahan (misal: kehilangan tangan, alat indera tertentu, atau organ
tertentu)
 Kapasitas adaptasi
 Kecepatan perubahan

10
4. Terhadap Konsep Diri
Konsep Diri adalah citra mental seseorang terhadap dirinya sendiri,
mencakup bagaimana mereka melihat kekuatan dan kelemahannya pada seluruh
aspek kepribadiannya.” (Nurjanah et al. 2015)
Konsep diri tidak hanya bergantung pada gambaran tubuh dan peran yang
dimilikinya tetapi juga bergantung pada aspek psikologis dan spiritual
diri. Perubahan konsep diri akibat sakit mungkin bersifat kompleks dan kurang
bisa terobservasi dibandingkan perubahan peran.” (Nurjanah et al. 2015)
Konsep diri berperan penting dalam hubungan seseorang dengan anggota
keluarganya yang lain. Klien yang mengalami perubahan konsep diri  karena
sakitnya mungkin tidak mampu lagi memenuhi harapan  keluarganya, yang
akhirnya menimbulkan ketegangan dan konflik. Akibatnya anggota keluarga akan
merubah interaksi mereka dengan klien.” (Nurjanah et al. 2015)
5. Terhadap Dinamika Keluarga
Dinamika Keluarga meruapakan proses dimana keluarga melakukan
fungsi, mengambil keputusan, memberi dukungan kepada anggota keluarganya,
dan melakukan koping terhadap perubahan dan tantangan hidup sehari-hari.”
(Nurjanah et al. 2015)
2.5 Peningkatan Kesehatan dan Pencegahan Penyakit
Peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit merupakan dua konsep
yang berhubungan erat dan pada pelaksanaannya ada beberapa hal yang menjadi
saling tumpang tindih satu sama lain. “ (Nurjanah et al. 2015)
Peningkatan kesehatan merupakan upaya memelihara atau memperbaiki
tingkat kesehatan klien saat ini. Sedangkan Pencegahan Penyakit merupakan
upaya yang bertujuan untuk melindungi klien dari ancaman kesehatan yang
bersifat aktual maupun potensial.” (Nurjanah et al. 2015)
Upaya Peningkatan Kesehatan dan Pencegahan Penyakit bertujuan untuk
mewujudkan individu dan masyarakat yang sehat tetap sehat, dan mencegah
terjadinya penyakit pada individu dan masyarakat yang berisiko, sehingga tercapai
individu dan masyarakat yang sehat dan produktif.” (Kesehatan 2015)

 Peningkatan Kesehatan
Peningkatan Kesehatan adalah setiap kegiatan atau serangkaian kegiatan
yang bersifat promotif dilakukan secara terpadu, terintegrasi dan
berkesinambungan, yang ditujukan untuk mengoptimalkan derajat kesehatan
masyarakat.” (Kesehatan 2015)

11
Upaya Peningkatan Kesehatan diselenggarakan melalui kegiatan Promosi
Kesehatan untuk mendukung:
a. Perbaikan gizi;
b. Peningkatan kesehatan lingkungan;
c. Peningkatan kesehatan kerja dan olahraga;
d. Peningkatan kesehatan keluarga; dan
e. Penanggulangan penyakit.”
(Kesehatan 2015)

Promosi Kesehatan adalah proses untuk memberdayakan masyarakat


melalui kegiatan menginformasikan, mempengaruhi dan membantu masyarakat
agar berperan aktif untuk mendukung perubahan perilaku dan lingkungan serta
menjaga dan meningkatkan kesehatan menuju derajat kesehatan yang optimal.
Promosi Kesehatan harus dilaksanakan dalam bentuk:
a. Pengembangan kebijakan publik yang berwawasan kesehatan.
Pengembangan kebijakan publik berwawasan kesehatan dilakukan agar para
penentu kebijakan dalam menetapkan kebijakan mempertimbangkan
dampaknya terhadap kesehatan masyarakat.

b. Penciptaan lingkungan yang kondusif.


Penciptaan lingkungan yang kondusif dilakukan agar semua pihak
mewujudkan lingkungan fisik dan sosial yang mendukung terciptanya derajat
kesehatan yang optimal.

c. Penguatan gerakan masyarakat.


Penguatan gerakan masyarakat agar semua pihak memberikan dukungan
terhadap kegiatan masyarakat untuk mengendalikan faktor yang
mempengaruhi kesehatan.

d. Pengembangan kemampuan individu.


Pengembangan kemampuan individu dilakukan agar setiap individu tahu,
mau, dan mampu membuat keputusan yang efektif dalam upaya memelihara,
meningkatkan, dan mewujudkan derajat kesehatan yang optimal.

e. Penataan kembali arah pelayanan kesehatan.


Penataan kembali arah pelayanan kesehatan dilakukan untuk mengubah pola
pikir serta sistem pelayanan kesehatan masyarakat agar lebih mengutamakan
aspek promotif dan preventif, tanpa mengesampingkan aspek kuratif dan
rehabilitatif.” (Kesehatan 2015)

12
 Pencegahan Penyakit
Pencegahan Penyakit adalah setiap kegiatan atau serangkaian kegiatan
yang bersifat preventif, dilakukan secara terpadu, terintegrasi dan
berkesinambungan, yang ditujukan untuk menghindari atau mengurangi risiko dan
dampak buruk akibat penyakit. Upaya Pencegahan Penyakit harus didukung
dengan kegiatan Promosi Kesehatan dan surveilans kesehatan.” (Kesehatan 2015)
Upaya Pencegahan Penyakit diselenggarakan melalui kegiatan yang
meliputi:
a. Pengendalian faktor risiko
Pengendalian faktor risiko dilakukan terhadap perilaku masyarakat dan
lingkungan untuk memutus rantai penularan atau mencegah terjadinya
penyakit, dengan cara:
a) Perbaikan kualitas media lingkungan;
b) Pengendalian vektor dan binatang pembawa penyakit;
c) Rekayasa lingkungan;
d) Peningkatan daya tahan tubuh; dan
e) Perubahan perilaku masyarakat.
b. Deteksi dini
Deteksi dini dilakukan untuk menemukan faktor risiko dan penyakit sedini
mungkin pada individu dan/atau kelompok masyarakat secara rutin melalui
wawancara, pengukuran, dan pemeriksaan.
c. Pemberian kekebalan atau imunisasi
Pemberian kekebalan atau imunisasi dilakukan untuk menimbulkan atau
meningkatkan kekebalan secara aktif terhadap suatu penyakit melalui
imunisasi rutin, imunisasi tambahan, dan imunisasi khusus.
d. Pemberian obat pencegahan secara masal.
Pemberian obat pencegahan secara massal dilakukan terhadap penyakit yang
dikategorikan sebagai penyakit tropik yang terabaikan (Neglected Tropical
Disease/NTD) dengan memperhatikan tingkat endemisitas wilayah untuk
mematikan sumber/agen penular penyakit dan memutus rantai penularan.”
(Kesehatan 2015)
Selain itu, upaya peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit juga dapat
dilakukan melalui program pemerintah yaitu GERMAS, GERMAS adalah
singkatan dari Gerakan Masyarakat Hidup Sehat. Gerakan ini merupakan gerakan
promotif-preventif yang dicanangkan oleh presiden semenjak 2016 dengan tujuan
menurunkan beban penyakit, menghindarkan terjadinya penurunan produktivitas
penduduk, dan menurunkan beban pembiayaan pelayanan kesehatan karena
meningkatnya penyakit dan pengeluaran kesehat.” (Susanto 2019)

13
Juga melalui PHBS, PHBS adalah singkatan gerakan hidup sehat yang
merupakan semua perilaku kesehatan yang dilakukan atas kesadaran sehingga
anggota keluarga atau keluarga dapat menolong dirinya sendiri di bidang
kesehatan dan dapat berperan aktif dalam kegiatan – kegiatan kesehatan dan
berperan aktif dalam kegiatan–kegiatan kesehatan di masyarakat.” (Aulina 2018)

14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sehat merupakan sebuah keadaan yang tidak hanya terbebas dari penyakit
akan tetapi juga meliputi seluruh aspek kehidupan manusia yang meliputi aspek
fisik, emosi, sosial dan spiritual.
Sakit adalah keadaan dimana fisik emosional intelektual sosial
perkembangan atau seseorang berkurang atau terganggu bukan hanya keadaan
terjadinya proses penyakit.
Oleh karena itu masalah kesehatan merupakan masalah kompleks yang
merupakan resultante dari berbagaimasalah lingkungan yang bersifat alamiah
maupun masalah buatan manusia, sosial budaya,perilaku, populasi penduduk,
genetika, dan sebagainya.
Dalam upaya peningkatan dan pencegahan penyakit kita harus melakukan
promosi kesehatan untuk memberdayakan masyarakat melalui kegiatan
menginformasikan, mempengaruhi dan membantu masyarakat agar berperan aktif
untuk mendukung perubahan perilaku dan lingkungan serta menjaga dan
meningkatkan kesehatan menuju derajat kesehatan yang optimal.

15
DAFTAR PUSTAKA
Aulina, Choirun Nisak. 2018. “Peningkatan Kesehatan Anak Usia Dini Dengan
Penerapan Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Di TK Kecamatan
Candi Sidoarjo.” AKSIOLOGIYA : Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat
3(1):50. doi: 10.30651/aks.v3i1.1480.
Kesehatan, Mentri. 2015. “Panduan Pencegahan Dan Pengendalian Corona Virus
Disease 2019 (Covid-19) Di Tempat Kerja Perkantoran Dan Industri Dalam
Mendukung Keberlangsungan Usaha Pada Situasi Pandemi.” Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 65(879):2004–6.
Nurjanah, Asti, Ayu Putri Hermanto, Cici Nariska, and Devi Novianti. 2015.
“KONSEP SEHAT SAKIT Disusun Oleh :”
Sely. 2010. “Konsep Sehat Sakit.” Blogspot 1.
Susanto, Aldona Akhira. 2019. “Upaya Pengobatan Promotif, Preventif, Kuratif,
Dan Rehabilitatif Demam Berdarah Di Kecamatan Bulukerto, Wonogiri.”
doi: 10.31227/osf.io/m47y2.

http://www.scribd.com/doc/75657031/DINAMIKA-KELUARGA
Andh_a, b. (2009, april 3). http://andhablog.blogspot.com/2009/04/perilaku-
sakit.html. Retrieved from http://andhablog.blogspot.com:
http://andhablog.blogspot.com/2009/04/perilaku-sakit.html

Aulina, Choirun Nisak. 2018. “Peningkatan Kesehatan Anak Usia Dini Dengan
Penerapan Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Di TK Kecamatan
Candi Sidoarjo.” AKSIOLOGIYA : Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat
3(1):50. doi: 10.30651/aks.v3i1.1480.
Kesehatan, Mentri. 2015. “Panduan Pencegahan Dan Pengendalian Corona Virus
Disease 2019 (Covid-19) Di Tempat Kerja Perkantoran Dan Industri Dalam
Mendukung Keberlangsungan Usaha Pada Situasi Pandemi.” Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 65(879):2004–6.
Nurjanah, Asti, Ayu Putri Hermanto, Cici Nariska, and Devi Novianti. 2015.
“KONSEP SEHAT SAKIT Disusun Oleh :”

16
Sely. 2010. “Konsep Sehat Sakit.” Blogspot 1.

Susanto, Aldona Akhira. 2019. “Upaya Pengobatan Promotif, Preventif, Kuratif,


Dan Rehabilitatif Demam Berdarah Di Kecamatan Bulukerto, Wonogiri.”
doi: 10.31227/osf.io/m47y2.

17

Anda mungkin juga menyukai