Anda di halaman 1dari 19

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini akan dijelaskan tentang landasan teori yang mendasari

penelitian ini, antara lain konsep dasar tidur, kerangka teori, kerangka konseptual.

2.1 Konsep Tidur

2.1.1 Pengertian tidur

Tidur adalah suatu keadaan tidak sadar yang dialami seseorang

yang dapat dibangunkan kembali dengan indera atau rangsangan yang

cukup (Guyton & Hall, 2008).

Tidur merupakan suatu keadaan tidak sadar di mana persepsi dan

reaksi individu terhadap lingkungan menurun atau menghilang, dan dapat

dibangunkan kembali dengan indra atau rangsangan yang cukup (Asmadi,

2008).

Tidur juga disebut sebagai kondisi tidak sadar di mana individu

dapat dibangunkan oleh stimulus atau sensoris yang sesuai atau juga dapat

dikatakan sebagai keadaan penuh ketenangan tanpa kegiatan, tetapi lebih

merupakan suatu urutan siklus yang berulang, dengan ciri adanya aktivitas

yang minim, memiliki kesadaran yang bervariasi, terdapat perubahan

proses fisiologis, dan terjadi penurunan respons terhadap rangsangan dari

luar (Mubarak dkk, 2015).

Tidur juga bisa didefinisikan sebagai suatu keadaan yang berulang-

ulang, perubahan status keadaan yang terjadi selama periode tertentu.

Sedangkan kuantitas tidur adalah jumlah jam tidur (Potter & Perry, 2010).

5
6

Berdasarkan berbagai pengertian di atas, maka dapat disimpulkan

bahwa tidur adalah suatu keadaan tidak sadar yang dialami seseorang yang

terjadi berulang-ulang selama periode tertentu dengan gerakan yang sangat

minim dan disadarkan oleh rangsangan indera.

2.1.2 Fisiologi Tidur

Tidur terjadi hanya ketika perhatian dan aktivitas berkurang.

Menguap adalah tanda yang utama individu atau seseorang berhasrat ingin

tidur. Tidur dibagi menjadi 2 tahapan, yaitu tidur Non-Rapid Eye

Movement (NREM) dan tidur Rapid Eye Movement (REM).

1) Tidur Non-Rapid Eye Movement (NREM)

Tidur NREM adalah tidur yang lambat dengan mata tertutup,

ada pergerakan tubuh dan bernapas dengan tenang dan teratur. Selama

tidur NREM, seseorang yang tidur mengalami kemajuan melalui

empat tahapan selama siklus tidur yang tipikal 90 menit. Kualitas tidur

dari tahap 1-4 bertambah dalam. Tidur yang dangkal merupakan

karakteristik dari tahap 1 dan 2 dan seseorang lebih mudah terbangun.

Tahap 3 dan 4 melibatkan tidur yang dalam dan seseorang akan sulit

terbangun (Potter & Perry, 2010). Tahap pada tidur NREM terdapat

empat tahap, yaitu :

a. Tahap tidur pertama.

Sesuai dengan keadaan seorang yang baru saja terlena.

Seluruh otot skeletal menjadi lemas, kelopak mata menutupi mata

dan kedua bola mata bergerak bolak-balik ke kedua sisi. EEG yang

direkam selama tahap tidur pertama itu memperlihatkan penurunan


7

voltase dengan gelombang-gelombang alfa yang makin menurun

frekuensinya (Guyton & Hall, 2008).

b. Tahap kedua.

Keadaan tidur masuk tahap tidur kedua apabila timbul

sekelompok gelombang yang berfrekuensi 14-18 siklus per detik

pada aktivitas dasar yang berfrekuensi 3-6 per detik. Gelombang-

gelombang 14-18 siklus per detik itu dinamakan gelombang tidur

atau sleep spindles. Dalam tahap tidur kedua itu kedua bola mata

berhenti bergerak dan tonus otot masih terpelihara (Guyton & Hall,

2008).

c. Tahap ketiga.

Pada tahap tidur yang ketiga EEG memperlihatkan

perubahan gelombang dasar berfrekuensi 3-6 siklus per detik

menjadi 1-2 siklus per detik, yang sekali-sekali diselingi oleh

timbulnya gelombang tidur. Keadaan fisik pada tahap tidur ketiga

dicirikan oleh lemah lunglai karena tonus muscular lenyap sama

sekali (Guyton & Hall, 2008).

d. Tahap tidur yang keempat.

Pada tahap tidur keempat ini, EEG memperlihatkan hanya

irama gelombang yang berfrekuensi 1-2 per detik tanpa

penyelingan dengan gelombang tidur. Dalam tahap tidur keempat

badan lemah lunglai seperti pada tahap tidur ketiga (Guyton &

Hall, 2008).
8

2) Tidur Rapid Eye Movement (REM)

Merupakan tidur dalam kondisi aktif atau tidur paradoksial. Hal

tersebut bisa disimpulkan bahwa seseorang dapat tidur dengan

nyenyak sekali, namun fisiknya yaitu gerakan kedua bola matanya

bersifat sangat aktif. Tidur REM ini ditandai dengan mimpi, otot – otot

kendor, tekanan darah bertambah, gerakan mata cepat (mata cenderung

bergerak bolak – balik), sekresi lambung meningkat, ereksi penis tidak

teratur sering lebih cepat, serta suhu dan metabolisme meningkat,

tanda tanda orang yang mengalami kehilangan tidur REM yaitu,

cenderung hiperaktif, emosi sulit terkendali, nafsu makan bertambah,

bingung dan curiga (Asmadi. 2008).

Gambar 2.1 Rekam Otak saat Kondisi Tidur dan Bangun


(Zahro, 2014)

2.1.3 Fungsi tidur

Tidur diperlukan untuk memperbaiki proses biologis secara rutin.

Selama tidur gelombang rendah yang dalam (NREM tahap 4), tubuh

melepaskan hormone pertumbuhan manusia untuk memperbaiki dan

memperbaharui sel epitel dan khusus seperti sel otak. Penelitian lain
9

menunjukkan bahwa sintesis protein dan pembagian sel untuk

pembaharuan jaringan seperti pada kulit, sumsum tulang, mukosa

lambung, atau otak terjadi selama istirahat dan tidur. Tidur NREM

menjadi sangat penting khususnya pada orang dewasa yang mengalami

lebih banyak tidur tahap 4 (Potter & Perry, 2010).

Satu teori fungsi tidur adalah berhubungan dengan penyembuhan.

Teori lain tentang kegunaan tidur adalah tubuh menyimpan energi selama

tidur, otot skeletal berelaksasi secara progresif, dan tidak adanya kontraksi

otot menyimpan energi kimia untuk proses selular. Penurunan laju

metabolik basal lebih jauh menyimpan persediaan energi tubuh (Potter &

Perry, 2010).

Tidur REM terlihat penting untuk pemulihan kognitif. Tidur REM

dihubungkan dengan perubahan dalam aliran darah serebral, peningkatan

aktivitas kortikal, peningkatan konsumsi oksigen, dan pelepasan epinefrin.

Hubungan ini dapat membantu penyimpanan memori dan pembelajaran.

Selama tidur, otak menyaring informasi yang disimpan tentang aktivitas

hati (Potter & Perry, 2010).

2.1.4 Siklus tidur

Selama tidur malam yang berlangsung rata-rata tujuh jam, REM

dan NREM terjadi berselingan sebanyak 4-6 kali. Apabila seseorang

kurang cukup mengalami REM, maka esok harinya ia akan menunjukkan

kecenderungan untuk menjadi hiperaktif, kurang dapat mengendalikan

emosinya dan nafsu makan bertambah. Sedangkan jika NREM kurang

cukup, keadaan fisik menjadi kurang gesit (Mardjono, 2008).


10

Siklus ini merupakan salah satu dari irama sirkadian yang

merupakan siklus dari 24 jam kehidupan manusia. Keteraturan irama

sirkadian ini juga merupakan keteraturan tidur seseorang. Jika terganggu,

maka fungsi fisiologis dan psikologis dapat terganggu (Potter & Perry,

2010).

2.1.5 Kuantitas tidur

Kuantitas tidur berbeda-beda menurut tingkatan umur dan

perkembangan manusia. Bagi perempuan usia 40-60 tahun, waktu yang

diperlukan untuk memenuhi kuantitas tidur adalah 7 jam/hari (Mubarak

dkk, 2015).

Tanda kecukupan tidur adalah:

1. Terjaga dengan sendirinya di pagi hari, tidak terbangun karena

rangsangan dari luar seperti suara keras, bunyi bel, suara telepon

sebab tubuh mempunyai jam biologis yang dapat menentukan kapan

tubuh tidur dan kapan terbangun (Dee, 2009).

2. Menyelesaikan siklus REM dan nREM (Dee, 2009)

Tabel 2.2 Pola Tidur Sesuai Tingkatan Usia


Umur Tingkat perkembangan Jumlah Kebutuhan Tidur
0-1 bulan Bayi baru lahir 14-18 jam/hari
1-18 bulan Masa bayi 12-14 jam/hari
18 bulan-3 tahun Masa anak 11-12 jam/hari
3-6 tahun Masa pra sekolah 11 jam/hari
6-12 tahun Masa sekolah 10 jam/hari
12-18 tahun Masa remaja 8,5 jam/hari
18-40 tahun Masa dewasa 7-8 jam/hari
40-60 tahun Masa muda paruh baya 7 jam/hari
60 tahun ke atas Masa dewasa tua 6 jam/hari
(Hidayat, 2008)
11

Catatan tidur sangat bermanfaat untuk memberikan informasi penting

terkait pola tidur klien. Catatan tidur dapat mencakup keseluruhan atau

sebagian informasi berikut:

1. Jumlah jam tidur total per hari

2. Aktivitas yang dilakukan 2-3 jam sebelum tidur (jenis, durasi, dan

waktu)

3. Ritual sebelum tidur (misal minum air, obat tidur)

4. Waktu (a) pergi tidur, (b) mencoba tidur, (c) tertidur, (d) terjaga di

malam hari dan durasinya, (e) bangun tidur di pagi hari

5. Adanya masalah yang klien yakini dapat mempengaruhi tidurnya

6. Faktor yang klien yakini memberi pengaruh positif atau negatif pada

tidurnya (Mubarak dkk, 2015).

2.1.6 Kualitas Tidur

Kualitas tidur adalah kepuasan seseorang terhadap tidur, sehingga

seseorang tersebut tidak memperlihatkan perasaan lelah, mudah

terangsang dan gelisah, lesu dan apatis, kehitaman di sekitar mata, kelopak

mata bengkak, konjungtiva merah, mata perih, perhatian terpecah-pecah,

sakit kepala dan sering menguap atau mengantuk (Hidayat, 2008).

Manusia dapat mengembangkan aktivitasnya sesuai dengan

kualitas tidur yang dialaminya karena adanya tidur dengan tahapan-

tahapannya. Dengan siklus tidur-bangun itu maka manusia dapat

memelihara kesegarannya, kebutuhan dan metabolisme seluruh tubuh

sepanjang usianya (Guyton & Hall, 2008).


12

Durasi dan kualitas tidur beragam diantara orang-orang dari semua

kelompok usia. Seseorang mungkin merasa cukup beristirahat dengan 4

jam tidur sementara yang lain membutuhkan 10 jam (Potter & Perry,

2010). Hingga usia 1 bulan neonatus memerlukan tidur selama 20 jam

sehari. Sesudah itu tampaknya ia cukup tidur selama 10-12 jam sehari.

Orang dewasa cukup tidur selama 6-8 jam sehari, bergantung pada

kebiasaan yang membekas semasa perkembangan menjelang dewasa

(Guyton & Hall, 2008).

Pengukuran kualitas tidur menggunakan instrument kuisioner

berdasarkan Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) yang efektif. PSQI

merupakan pertanyaan-pertanyaan yang menilai kualitas tidur dan

gangguan-gangguan dalam jangka waktu 1 bulan. Alat ini telah

dikembangkan untuk mengukur kualitas tidur selama sebulan sebelumnya,

dan untuk membedakan antara kualitas tidur yang baik, dan yang buruk.

Mengukur komponen kualitas tidur subyektif, durasi tidur, efisiensi

kebiasaan dan gangguan tidur, penggunaan obat tidur, dan ganggguan

pada siang hari.

Kualitas tidur seseorang dapat dianalisa melalui pemerikasaan

laboraorium yaitu EEG yang merupakan rekaman arus listrik dari otak.

Perekaman listrik dari permukaan otak atau permukaan luar kepala dapat

menunjukkan adanya aktivitas listrik yang terus menerus timbul dalam

otak. Ini sangat dipengaruhi oleh derajat eksitasi otak sebagai akibat dari

keadaan tidur, keadaan siaga atau karena penyakit lain yang diderita. Tipe
13

gelombang EEG diklasifikasikan sebagai gelombang alfa, betha, tetha dan

delta (Guyyton & Hall, 2008).

Selain itu, menurut Hidayat (2008), kualitas tidur seseorang

dikatakan baik apabila tidak menunjukkan tanda-tanda kekurangan tidur

dan tidak mengalami masalah dalam tidurnya. Tanda-tanda kekurangan

tidur dapat dibagi menjadi tanda fisik dan tanda psikologis. Di bawah ini

akan dijelaskan apa saja tanda fisik dan psikologis yang dialami.

a. Tanda fisik

Ekspresi wajah (area gelap di sekitar mata, bengkak di kelopak

mata, konjungtiva kemerahan dan mata terlihat cekung), kantuk yang

berlebihan (sering menguap), tidak mampu untuk berkonsentrasi

(kurang perhatian), terlihat tanda-tanda keletihan seperti penglihatan

kabur, mual dan pusing.

b. Tanda psikologis

Menarik diri, apatis dan respons menurun, merasa tidak enak

badan, malas berbicara, daya ingat berkurang, bingung, timbul

halusinasi, dan ilusi penglihatan atau pendengaran, kemampuan

memberikan pertimbangan atau keputusan menurun.

Tabel 2.3 Pittsburgh Sleep Quality Index


Pertanyaan berikut menceritakan kebiasaan tidur anda selama 1 bulan terakhir
1. Pukul berapa anda umumnya pergi tidur selama 1 bulan terakhir?
2. Berapa menit waktu yang anda butuhkan untuk jatuh tertidur selama 1 bulan
terakhir?
3. Pada pukul berapa anda umumnya terbangun di pagi hari selama 1 bulan
terakhir?
4. Berapa banyak jam tidur anda pada malam hari selama 1 bulan terakhir?
5. Selama 1 bulan terakhir, Tidak Kurang 1 atau 2 3 kali
seberapa sering anda pernah dari 1 kali atau lebih
mengalami gangguan tidur selama 1 kali sebulan dalam
karena anda: bulan sebulan (2) sebulan
14

terakhir (1) (3)


(0)
a. Tidak bisa tertidur dalam
30 menit
b. Terbangun saat tengah
malam atau pagi-pagi
sekali
c. Terbangun untuk pergi ke
kamar mandi
d. Tidak dapat bernafas
dengan nayaman
e. Batuk atau mendengkur
dengan keras
f. Merasa cuaca terlalu dingin
g. Merasa cuaca terlalu panas
h. Mengalami mimpi buruk
i. Merasa sakit/nyeri
j. Alasan lain, sebutkan:

6. Selama 1 bulan terakhir,


seberapa sering anda
meminum obat tidur?
7. Selama 1 bulan terakhir,
seberapa sering anda memiliki
kesulitan untuk terbangun saat
mengemudi, makan, atau
menghadiri aktivitas social?
8. Selama 1 bulan terakhir,
berapa banyak masalah yang
terjadi pada anda untuk
menyelesaikan pekerjaan?
Baik (0) Cukup Buruk (2) Sangat
(1) buruk (3)
9. Selama 1 bulan terakhir,
berapa nilai kualitas tidur
anda?
(Sumber: Smyth, 2012)

Interpretasi skor:

K1 : Skor soal no.9


15

K2 : Skor soal no.2 (≤15 menit = 0; 16-30 menit = 1; 31-60 menit = 2;

> 60 menit = 3) ditambah dengan Skor soal no.5a (jika

jumlahnya 0 = 0; 1-2 = 1; 3-4 = 2; 5-6 = 3).

K3 : Skor soal no.4 (>7 = 0; 6-7 = 1; 5-6 = 3; <5 = 3)

K4 : (total jam tidur/total jam di atas tempat tidur) x 100% (jika > 85%

= 0; 75-84% = 1, 65-74% = 2, <65% = 3)

K5 : Jumlah skor untuk soal no.5b sampai 5j (0 = 0; 1-9 = 1; 10-18 =

2; 19-27 = 3)

K6 : Skor soal no.6

K7 : Jumlah skor soal no.7 dan no.8 (0 = 0; 1-2 = 1; 3-4 = 2; 5-6 = 3)

Skor PSQI = Jumlah skor K1 sampai dengan K7

Kemudian diinterpretasikan sebagai berikut:

1) Skor 0-4 = Baik

2) Skor ≥ 5 = Buruk

(Smyth, 2012)

2.1.7 Gangguan Tidur

Gangguan tidur sebenarnya bukanlah suatu penyakit melainkan

gejala dari berbagai gangguan fisik, mental dan spiritual. Gangguan tidur

dapat dialami oleh semua lapisan masyarakat baik kaya, miskin,

berpendidikan tinggi dan rendah, orang muda serta yang paling sering

ditemukan pada usia lanjut. Pada orang normal, gangguan tidur yang

berkepanjangan akan mengakibatkan perubahan-perubahan pada siklus

tidur biologisnya, menurun daya tahan tubuh serta menurunkan prestasi

kerja, mudah tersinggung, depresi, kurang konsentrasi, kelelahan, yang


16

pada akhirnya dapat mempengaruhi keselamatan diri sendiri atau orang

lain (Potter & Perry, 2010).

Gangguan tidur merupakan masalah yang sangat umum. Di

Negara-negara industri khususnya, banyak orang menderita dari beberapa

bentuk gangguan tidur. Data tentang frekuensi bervariasi antara 25-50%

dari populasi. Berikut adalah maca-macam gangguan tidur;

2.1.7.1 Insomnia

Insomnia adalah ketidakmampuan memenuhi kuantitas tidur, baik

secara kualitas maupun kuantitas. Gangguan tidur ini umumnya ditemui

pada individu dewasa. Penyebabnya bisa karena gangguan fisik atau

karena faktor mental seperti perasaan gundah atau gelisah.

2.1.7.2 Parasomnia

Parasomnia adalah perilaku yang dapat mengganggu tidur atau

muncul saat seseorang tidur. Gangguan ini umum terjadi pada anak-anak.

Beberapa turunan parasomnia antaralain sering terjaga (misalnya: tidur

berjalan, night terror), gangguan transisi bangun-tidur (misalnya:

mengigau), parasomnia yang terkait dengan tidur REM (misalnya: mimpi

buruk), dan lainnya (misalnya: bruksisme).

2.1.7.3 Hipersomnia

Hipersomnia adalah kebalikan dari insomnia, yaitu tidur yang

berkelebihan terutama pada siang hari. Gangguan ini dapat disebabkan

oleh kondisi tertentu, seperti kerusakan sistem saraf, gangguan pada hati

atau ginjal, atau karena gangguan metabolisme (misalnya:

hipertiroidisme). Hipersomnia pada kondisi tertentu dapat digunakan


17

sebagai mekanisme koping untuk menghindari tanggung jawab pada siang

hari.

2.1.7.4 Narkolepsi

Narkolepsi adalah gelombang kantuk yang tak tertahankan yang

muncul secara tiba-tiba pada siang hari. Gangguan ini disebut juga sebagai

“serangan tidur” atau sleep attack. Penyebab pastinya belum diketahui.

Diduga karena kerusakan genetik sistem saraf pusat yang menyebabkan

tidak terkendalinya periode tidur REM. Alternatif pencegahannya adalah

dengan obat-obatan, seperti amfetamin atau metilpenidase, hidroklorida,

atau dengan antidepresan seperti imipramin hidroklorida.

2.1.7.5 Apnea saat tidur

Apnea saat tidur atau sleep apnea adalah kondisi terhentinya nafas

secara periodik pada saat tidur. Kondisi ini diduga terjadi pada orang yang

mengorok dengan keras, sering terjaga di malam hari, insomnia, mengatup

berlebihan pada siang hari, sakit kepala disiang hari, iritabilitas, atau

mengalami perubahan psikologis seperti hipertensi atau aritmia jantung.

2.1.8 Faktor Yang Mempengaruhi Tidur

Faktor-faktor yang mempengaruhi kuantitas dan kualitas tidur

menurut Mubarak (2015) diantaranya adalah penyakit, lingkungan,

kelelahan, gaya hidup, stress emosional, stimulant, dan alkohol, diet,

merokok, medikasi, dan motivasi.

2.1.8.1 Penyakit

Sakit dapat mempengaruhi kebutuhan tidur seseorang. Banyak

penyakit yang memperbesar kebutuhan tidur, misalnya : penyakit yang


18

disebabkan oleh infeksi (infeksi limfa) akan memerlukan lebih banyak

waktu tidur untuk mengatasi keletihan. Banyak juga keadaan sakit yang

menjadikan pasien kurang tidur, bahkan tidak bisa tidur

2.1.8.2 Lingkungan

Faktor lingkungan dapat membantu sekaligus menghambat proses

tidur. Tidak adanya stimulus tertentu atau adanya stimulus yang asing

dapat menghambat upaya tidur. Sebagai contoh, temperature yang tidak

nyaman atau ventilasi yang buruk dapat mempengaruhi tidur seseorang.

Akan tetapi seiring waktu individu dapat beradaptasi dan tidak lagi

terpengaruh oleh kondisi tersebut.

2.1.8.3 Kelelahan

Kondisi tubuh yang lelah dapat mempengaruhi pola tidur

seseorang. Semakin lelah seseorang, semakin pendek tidur REM yang

dialaluinya. Setelah beristirahat, biasanya siklus REM akan kembali

memanjang. Keletihan akibat akivitas yang tinggi dapat memerlukan lebih

banyak tidur untuk menjaga keseimbangan energi yang telah dikeluarkan.

Hal ini terlihat pada seseorang yang telah melakukan aktivitas dan

mencapai kelelahan. Maka, orang tersebut akan lebih cepat untuk dapat

tidur karena tahap tidur gelombang lambatnya diperpendek

2.1.8.4 Stress emosional

Ansietas dan depresi seringkali mengganggu tidur seseorang.

Kondisi ansietas dapat menyebabkan berkurangnya siklus tidur non REM

tahap 4 dan tidur REM serta seringnya terjaga dari tidur.


19

2.1.8.5 Stimulant

Kafein yang terkandung dalam beberapa minuman dapat

merangsang SSP sehingga dapat mengganggu pola tidur. Sedangkan

konsumsi alkohol yang berlebihan dapat mengganggu siklus tidur REM.

Ketika pengaruh alkohol telah hilang, individu seringkali mengalami

mimpi buruk.

2.1.8.6 Diet

Penurunan berat badan dikaitkan dengan penurunan waktu tidur

dan seringnya terjaga di malam hari. Sebaliknya, penambahan berat badan

dikaitkan dengan peningkatan pola tidur dan sedikitnya periode terjaga di

malam hari. Terpenuhinya kebutuhan nutrisi yang cukup dapat

mempercepat proses tidur. Protein yang tinggi dapat mempercepat

terjadinya proses tidur, karena adanya trytophan yang merupakan asam

amino dari protein yang dicerna. Demikian juga sebaliknya, kebutuhan

gizi yang kurang juga dapat mempengaruhi proses tidur, bahkan terkadang

sulit untuk tidur.

2.1.8.7 Merokok

Nikotin yang terkandung dalam rokok memiliki efek stimulasi

pada tubuh. Akhirnya perokok seringkali kesulitas masuk untuk tidur dan

mudah terbangun pada malam hari

2.1.8.8 Medikasi

Obat-obatan tertentu dapat mempengaruhi kualitas tidur seseorang.

Hipnotik dapat mengganggu tahap III dan IV tidur NREM, beta blocker

dapat menyebabkan insomnis dan mimpi buruk, sedangkan narkotik


20

diketahui dapat menekan tidur REM dan menyebabkan seringnya terjaga

malam hari.

2.1.8.9 Motivasi

Keinginan untuk tetap terjaga terkadang dapat menutupi perasaan

lelah seseorang. Sebaiknya, perasaan bosan atau tidak adanya motivasi

untuk terjaga seringkali dapat mendatangkan kantuk.


21

2.2 Kerangka Teori

Faktor yang mempengaruhi


tidur:
Penyakit
Lingkungan
Kelelahan
Gaya hidup
Stress emosional Gangguan tidur:
Stimulant dan alkohol Insomnia
Diet Parasomnia
Merokok Hipersomnia
Medikasi Narkolepsi
Motivasi Sleep apnea

Tidur Tidur nREM


Kualitas Tidur
Tidur REM

Kualitas tidur subyektif


Durasi tidur
Efisiensi
Kebiasaan
Gangguan tidur,
Penggunaan obat tidur
Gangguan pada siang hari

Gambar 2.2 Kerangka Teori Gambaran Kualitas Tidur Mahasiswa S1


Keperawatan Tingkat Akhir di STIKes Bina Sehat PPNI
Kabupaten Mojokerto
22

Penjelasan kerangka teori:

Tidur merupakan kebutuhan dasar manusia yang harus dipenuhi. Tidur

dibagi menjadi 2 yaitu tidur nonREM dan REM. Tidur terbagi menjadi

kuantitas dan kualitas tidur. Dalam penelitian ini yang diteliti adalah kualitas

tidur. Tidur sendiri dipengaruhi oleh faktor penyakit, lingkungan, kelelahan,

gaya hidup, stress emosional, stimulant dan alkohol, diet, merokok, medikasi,

motivasi. Dalam hal tidur, seringkali mahasiswa mengalami gangguan tidur.

Berbagai macam gangguan tidur antara lain insomnia, parasomnia,

hipersomnia, narkolepsi, dan sleep apnea. Hal ini akan membuat kualitas tidur

buruk. Indikator kualitas tidur sendiri meliputi kualitas tidur subyektif, durasi

tidur, efisiensi, kebiasaan, gangguan tidur, penggunaan obat tidur, gangguan

pada siang hari.


23

2.3 Kerangka Konseptual

Kerangka konsep penelitian pada dasarnya adalah kerangka hubungan

antara konsep-konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian-

penelitian yang akan dilakukan (Notoatmodjo, 2012).

Mahasiswa S1 Keperawatan

Faktor yang mempengaruhi


kualitas tidur:
Penyakit
Lingkungan
Kelelahan
Gaya hidup Kualitas Tidur
Stress emosional
Stimulant dan alkohol
Diet
Merokok
Medikasi
Motivasi

Baik (0-4) Buruk (≥5)

Keterangan:
: diteliti
: tidak diteliti

Gambar 2.3 Kerangka Konseptual Gambaran Kualitas Tidur Mahasiswa S1


Keperawatan Tingkat Akhir di STIKes Bina Sehat PPNI Kabupaten
Mojokerto

Anda mungkin juga menyukai