Anda di halaman 1dari 41

PROPOSAL

PENERAPAN KOMBINASI TEKNIK RELAKSASI BENSON DAN


AROMATERAPI LAVENDER TERHADAP KUALITAS TIDUR PADA
LANSIA DI WILAYAH BINAAN PUSKESMAS ROWOSARI

SEMARANG

Proposal Karya Tulis Ilmiah ini disusun sebagai salah satu persyaratan
untuk menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Keperawatan

Diajukan oleh :

Seno Aji Prabowo

NIM 20101440117078

KEMENTRIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


REPUBLIK INDONESIA

AKADEMI KEPERAWATAN KESDAM IV/DIPONEGORO SEMARANG

DIPLOMA III KEPERAWATAN

2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Lanjut usia ( lansia) adalah bagian dari proses tumbuh kembang.
Manusia tidak secara tiba tiba menjadi tua tetapi berkembang dari bayi,
anak anak, dewasa dan akhirnya menjadi tua. Semua orang akan
mengalami proses menjadi tua dan masa tua merupakan masa hidup
manusia yang terakhir dimasa ini seseorang mengalami kemunduran fisik,
mental dan sosial secara bertahap (Azizah,2011). Proses kehidupan
adalah siklus kehidupan yang ditandai dengan tahapan-tahapan
menurunnya berbagai fungsi organ tubuh, yang ditandai dengan semakin
rentannya tubuh terhadap berbagai penyakit (Fatmah,2010).

Menurut World Health Organization (WHO,2017), jumlah lansia


pada tahun 2013 didapatkan jumlah lansia sebesar 8,1% dari total
populasi yang ada, dan diperkirakan lansia akan terus meningkat pada
tahun 2025 di seluruh dunia hingga 1,2 miliar orang dan akan terus
bertambah hingga 2 miliar orang di tahun 2050. Negara Indonesia saat ini
mulai memasuki periode aging population, dimana terjadi peningkatan
umur harapan hidup yang diikuti dengan peningkatan jumlah lansia.
Indonesia mengalami peningkatan jumlah penduduk lansia dari 18 juta
jiwa (7,56%) pada tahun
2010, menjadi 25,9 juta jiwa (9,7%) pada tahun 2019, dan diperkirakan
akan terus meningkat dimana tahun 2035 menjadi 48,2 juta jiwa (15,77%)
(Kemenkes RI,2019)
Penduduk lansia di Jawa Tengah terus mengalami peningkatan,
pada tahun 2013 jumlah lansia mencapai 3.69 juta jiwa (11.10%) dari
seluruh penduduk Provinsi Jawa Tengah kemudian naik menjadi 3,98 juta
jiwa atau sebesar (11,79%) pada tahun 2015. Berdasarkan hasil angka
proyeksi penduduk tahun 2017, jumlah lansia di Provinsi Jawa Tengah
meningkat menjadi 4,31 juta jiwa (12,59%) (Badan Pusat Statistik
Provinsi Jawa
Tengah 2017) jumlah lansia di Semarang saat ini adalah 81.657 jiwa
dari
1,555,984 jiwa penduduk Kota Semarang (Badan Pusat Statistik
Kota
Semarang, 2017)

Peningkatan jumlah lansia dari tahun ke tahun semakin meningkat,


baik di dunia maupun di Indonesia. Hal tersebut dapat berbagai masalah
kesehatan pada lansia seperti mudah jatuh, mudah lelah, gangguan
kardiovaskuler, sesak nafas pada kerja fisik, palpitasi, edema kaki, nyeri
atau ketidaknyamanan, berat badan menurun, gangguan eliminasi,
gangguan ketajaman penglihatan, gangguan pendengaran, dan gangguan
tidur (Nugroho,2015). Semakin bertambahnya umur lansia akan disertai
gejala – gejala kemunduran fisik seperti kulit mulai mengendur, rambut
kepala mulai memutih, gigi mulai lepas, penglihatan dan pendengaran
berkurang, mudah lelah, nafsu makan menurun, penciuman mulai
berkurang, gerakan menjadi lamban, pola tidur berubah (padila, 2013)

Pola tidur yang tidak baik akan mempengaruhi kualitas tidur


seseorang, kualitas tidur adalah suatu keadaan dimana tidur yang dijalani
seorang individu menghasilkan kesegaran dan kebugaran disaat bangun.
Proses tidur maupun kondisi saat tidur yang berlangsung optimal
menggambarkan tingginya kualitas tidur seseorang. (fuad nashori,2017)
Kualitas tidur adalah suatu keadaan dimana tidur yang dijalani seorang
individu menghasilkan kesegaran dan kebugaran ketika terbangun.
Kualitas tidur mencakup aspek kuantitatif seperti durasi tidur, latensi,
serta aspek subjektif seperti tidur dalam dan istirahat. Kualitas dan
kuantitas tidur dipengaruhi oleh faktor fisiologis, psikologis dan
lingkungan. (Siregar, 2011).
Hasil National Sleep Foundation (NSF,2017) Sekitar 67% dari
1.508 lansia di Amerika usia 65 tahun ke atas melaporkan mengalami
gangguan kualitas tidur dan sebanyak 7,3% lansia mengeluhkan gangguan
memulai dan mempertahankan tidur. Indonesia gangguan kualitas
tidur menyerang 50% orang yang berusia 60 tahun keatas. (retnaningsih,
2018)
Menurunnya kualitas tidur lansia akan berdampak buruk terhadap
kesehatan, karena dapat menyebabkan kerentanan terhadap penyakit,
stres, disorientasi, gangguan mood, menurunnya kemampuan
berkonsentrasi dan kemampuan membuat keputusan (Potter & Perry,
2009). Ketidakcukupan kualitas tidur dapat menyebabkan rusaknya
memori dan kemampuan kognitif yang apabila terus berlanjut hingga
bertahun tahun akan menyebabkan tekanan darah tinggi, stroke, serangan
jantung, hingga masalah psikologis serta gangguan perasaan lain( Potter &
Perry,2012 ).

Untuk mencegah hal tersebut perawat keluarga memberikan


asuhan keperawatan kesehatan keluarga, ada beberapa peranan yang dapat
dilakukan oleh perawat antara lain, pengenal kesehatan (health monitor),
pemberian pelayanan pada anggota keluarga yang sakit, Fasilitator,
pendidikan kesehatan, penyuluh dan konsultan, koordinator pelayanan
kesehatan dan perawatan kesehatan keluarga.

Tindakan untuk mengatasi gangguan tidur dapat menggunakan terapi


farmakologi dan nonfarmakologi. Terapi farmakologi yang digunakan
untuk mengatasi gangguan tidur yaitu dengan memberikan obat dari
golongan sedatif-hipnotik seperti benzodiazepin (ativan, valium, dan
diazepam). Terapi farmakologis memiliki efek yang cepat, akan tetapi
jika diberikan dalam jangka panjang dapat menimbulkan efek bahaya bagi
kesehatan. Terapi nonfarmakologi untuk mengatasi kebutuhan tidur
terdiri dari beberapa tindakan penanganan seperti teknik relaksasi, terapi
musik, terapi pijat, dan terapi menggunakan aromaterapi (Kusumahati,
2017)

Terapi relaksasi dapat dilakukan dengan menggunakan teknik


relaksasi benson dan aroma terapi lavender. Terapi benson adalah teknik
relaksasi yang menggabungkan antara teknik respon relaksasi dan sistem
keyakinan individu/faith factor (difokuskan pada ungkapan nama-nama
tertentu berupa nama-nama Tuhan, atau kata yang memiliki makna
menenangkan bagi pasien tersebut) yang diucapkan berulang-ulang
dengan ritme teratur
disertai sikap pasrah (solehati,2015). Terapi relaksasi benson merupakan
terapi religius yang melibatkan faktor keyakinan agama, pada masa ini
lansia cenderung lebih meningkatkan spiritualnya dan lebih mendekatkan
diri kepada tuhan sehingga teknik relaksasi yang tepat untuk dilakukan
dalam menangani masalah ketidaknyamanan yaitu dengan teknik relaksasi
benson (handayani, 2019) Cara lain yang dapat di lakukan untuk
meningkatkan kualitas tidur yaitu dengan aromaterapi, aromaterapi juga
digolongkan dalam terapi nonfarmakologi. Aromaterapi adalah salah
satu bagian dari pengobatan alternatif yang menggunakan bahan cairan
tanaman yang mudah menguap dikenal sebagai minyak esensial dan
senyawa aromatik lainnya yang dapat menenangkan jiwa emosi dan
fungsi kognitif, dan kesehatan seseorang. Salah satu terapi aromaterapi
yang sering digunakan adalah aromaterapi lavender. Aromaterapi
lavender merupakan suatu metode yang menggunakan minyak astiri dari
bunga lavender untuk menurunkan marah, cemas, depresi, meningkatkan
keseimbangan jiwa dan raga (memberikan rasa nyaman, tenang, sedatif)
(Nurgiwiati,2015).

Penelitian yang dilakukan oleh Syahyani pada tahun 2019 tentang


kombinasi teknik relaksasi benson dan aroma terapi lavender terhadap
kualitas tidur pada lansia menunjukkan bahwa kualitas tidur sesudah
diberikan intervensi dengan teknik relaksasi benson dan aroma terapi
lavender pada kelompok intervensi yaitu kulitas tidur baik sebanyak 14
orang (78%) dan kualitas tidur buruk 4 orang (22%) dimana sebelum
dilakukan intervensi sebanyak 15 orang (83%) mengalami kualitas tidur
buruk . Penelitian ini sejalan dengan penelitian Maulinda (2017) yang
didapatkan hasil sebanyak 70% responden yang mengalami kualitas tidur
baik setelah diberikan terapi relaksasi benson dimana sebelum dilakukan
intervensi sebanyak 30% lansia memiliki kualitas tidur yang buruk.
Laura (2015) dalam penelitiannya didapatkan rata-rata skor kualitas tidur
mengalami perubahan sebelum dan sesudah pemberian aroma terapi
lavender. Hasil penelitian ini juga didukung oleh penelitian
Franciska
(2018) didapatkan hasil responden yang mengalami kualitas tidur baik
sesudah diberikan teknik relaksasi benson sebanyak 18 orang lansia
(85,72%). (syahyani,2019)
Tata cara penerapan kombinasi teknik relaksasi benson dan
aromaterapi lavender adalah yang pertama mencari lansia yang
mengalami gangguan kualitas tidur berjumlah dua orang yang diukur
kualitas tidurnya menggunakan quesioner PSQI dan hasil pengukuran > 5.
Setelah didapatkan responden yang sesuai krteria dan responden bersedia
untuk dijadikan klien langkah selanjutnya adalah memberikan lembar
persetujuan menjadi responden. Penerapan terapi ini dilakukan selama 7
hari berturut-turut dan dilakukan pada pukul 18.00 sampai 22.00 untuk
lama pemberian terapi ini yaitu 15-30 menit, setelah hari ke 8 responden
diberikan post test dengan quisoner PSQI.

B. Rumusan masalah

Bagaimana kualitas tidur lansia setelah dilakukan terapi


kombinasi teknik relaksasi benson dan aroma terapi lavender ?

C. Tujuan Studi Kasus


Menggambarkan penerapan terapi kombinasi teknik relaksasi benson
dan aroma terapi lavender terhadap kualitas tidur pada lansia.
D. Manfaat studi kasus
1. Masyarakat
Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi masyarakat dan
keluarga tentang penerapan terapi benson dan aromaterapi lavender
terhadap kualitas tidur pada pasien lansia
2. Bagi Pengembangan Ilmu dan Teknologi
keperawatan
Menambah keluasan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam bidang
keperawatan untuk penelitian dalam penerapan terapi benson dan
aromaterapi lavender terhadap kualitas tidur pada pasien lansia.
3. Penulis
Memperoleh pengalaman dalam mengimplementasikan prosedur
terapi benson dan aromaterapi lavender terhadap kualitas tidur pada
pasien lansia.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Keluarga
1. Pengertian
Keluarga adalah suatu sistem, sebagai sistem didalam keluarga
terdapat anggota meliputi ayah, ibu, dan anak atau semua individu
yang tinggal di dalam rumah tangga tersebut. Anggota keluarga saling
berinteraksi,interelasi, interdependensi untuk mencapai tujuan
bersama. (sulistya, 2012)
2. Tujuan Keluarga
Tujuan dasar pembentukan keluarga adalah
:
a. Keluarga merupakan unit dasar yang memiliki pengaruh kuat
terhadap perkembangan individu.
b. Keluarga sebagai perantara bagi kebutuhan dan harapan anggota
keluarga dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat.
c. Keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan
anggota keluarga dengan menstabilkan kebutuhan kasih
sayang,sosio-ekonomi, dan kebutuhan seksual.
d. Keluarga memiliki pengaruh yang penting terhadap
pembentukan identitas seorang individu dan perasaan harga diri.
(sulistya, 2012)
3. Fungsi Keluarga
Fungsi keluarga menurut friedman dalam buku (sulistya,2012)
keluarga mempunyai fungsi :
a. Fungsi afektif
Yaitu perlindungan psikologis, rasa aman,
interaksi, mendewasakan dan mengenal identitas diri individu.
b. Fungsi sosialisasi peran
Adalah fungsi danperan di masyarakat, serta sasaran untuk
kontak sosial didalam/ luar rumah.
c. Fungsi reproduksi
Adalah menjamin kelangsungan generasi dan kelangsungan
hidup masyarakat.
d. Fungsi memenuhi kebutuhan fisik dan perawatan
Merupakan pemenuhan sandang, pangan, serta papan dan
perawatan kesehatan.
e. Fungsi ekonomi
Adalah fungsi untuk pengadaan sumber dana, pengalokasian
dana serta pengaturan keseimbangan.
f. Fungsi pengontrol/pengatur
Adalah memberikan pendidikan dan norma-norma.

4. Tahap Perkembangan Keluarga


Menurut (sulistya,2012) salah satu kerangka paling baru yang
digunakan untuk mempelajari dan bekerja dengan keluarga adalah
perkembangan keluarga. Pendekatan teoritis ini mencoba
mengungkapkanperubahan dari sistem keluarga yang terjadi dari
waktu ke waktu. Pendekatan perkembangan keluarga didasarkan pada
observasi bahwa keluarga adalah kelompok berusia panjang dengan
suatu sejarah alamiah, atau siklus kehidupan. Perkembangan keluarga
dimulai dari :
a. Keluarga baru (beginning family)
Perkembangan keluarga tahap 1 adalahmulainya pembentukan
keluarga yang berakhir ketika anak 1 lahir. Pembentukan keluarga
pada umumnya dimulai dari perkawinan seseorang laki-laki
dengan perempuan serta perpindahan dari status lajang ke
hubungan baru. Perkembangan tahap 1 ini mempunyai tugas yaitu
membangun perkawinan yang memuaskan, menghubungkan
jaringan persaudaraan secara harmonis, keluarga
berencana,masalah kesehatan.
b. Keluarga mengasuh anak (child bearing)
Tahap kedua dimulai dari lahirnya anak pertama sampai dengan
anak tersebut berumur 30 bulan atau 2,5 tahun. Kehadiran
bayi pertama ini akan menimbulkan suatu perubahan yang besar
dalam kehidupan rumah tangga. Tahap ini mempunyai tujuan yaitu
membentuk keluarga muda sebagai sebuah unit yang mantap,
rekonsiliasi tugas-tugas perkembangan yang bertentangan dan
kebutuhan anggota keluarga, mempertahankan hubungan
perkawinan yang memuaskan.
c. Keluarga dengan anak prasekolah (families with presschool)
Tahap ketiga siklus kehidupan keluarga dimulai dariketika anak
berusia 30 bulan atau 2.5 tahun dan berakhir pada usia 5 tahun.
Tahap ini mempunyai tujuan yaitu memenuhi kebutuhan anggota
keluarga,menyosialisasikan anak, mengintrogasikan anak yang
baru sementara tetap memenuhi kebutuhan anak-anak yang
lain,mempertahankan hubungan yang sehat dalam keluarga.
d. Keluarga dengan anak usia sekolah ( famillies with school
children) Tahap ini dimulai ketika anak pertama telah berusia 6
tahun dan dimulai masuk sekolah dasar dan berakhir pada usia 13
tahun,awal dari masa remaja. Tahap ini mempunyai tugas yaitu
menyosialisasikan anak-anak termasuk meningkatkan prestasi
sekolah,mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan,
memenuhi kebutuhan fisik anggota keluarga.
e. Keluarga dengan anak remaja ( families with teenagers)
Perkembangan keluarga tahap 5 adalah perkembangan
dimulai ketika anak pertama melewati umur 13 tahun. Tahap ini
berlangsung
6-7 tahun, meskipun tahap ini dapat lebih singkat jika anak
meninggalkan keluarga lebih awal atau lebih lama jika anak masih
tinggal dirumah hingga umur 19 atau 20 tahun. Pada tahap
ini mempunyai tugas yaitu menyeimbangkan kebebasan dengan
tanggung jawab remaja untuk mencapai dewasa,
memfokuskan
kembali hubungan perkawinan, berkomunikasi secara terbuka
antara orangtua dan anak, mempertahankan etika dan standar
moral keluarga.
f. Keluarga yang melepaskan anak usia dewasa muda
(launching center families)
Permulaan tahap kehidupan keluarga ini ditandai oleh anak
pertama meninggalkan rumah dan berakhir dengan rumah kosong
atau
ketika anak terakhir meninggalkan rumah. Pada tahap ini keluarga
mempunyai tugas yaitu memperluas siklus keluarga
denganmemasukkan keluarga baru yang dudapat melalui
perkawinan anak-anak, melanjutkan untuk memperbarui dan
menyesuaikan kembali hubungan perkawinan, membantu orang
tua lanjut usia dan sakit-sakitan dari suami maupun istri.
g. Keluarga usia pertengahan (middle age familly)
Tahap ketuju dari siklus kehidupan keluarga adalah tahap usia
pertengahan yang dimulai dari anakterakhir meninggalkan rumah
dan berakhir pada saat pensiun atau kematian salah satu pasangan.
Pada tahap ini keluarga mempunyai tugas yaitu menyediakan
lingkungan yang meningkatkan kesehatan, mempertahankan
hubungan-hubungan yang memuaskan dan penuh arti dengan para
orang tua lanisa dan anak-anak, memperkokoh hubungan
perkawinan.

h. Keluarga lanjut usia


Merupakan tahap akhir dan perkembangan keluarga dimulai ketika
salah satu atau kedua pasangan memasuki masa pensiun sampai
salah satu pasangan meninggal dunia dan berakhir ketika kedua
pasangan meninggal. Pada tahapini keluarga mempunyai
tuhuan yaitu mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan,
menyesuaikan terhadap pendapatan yang
menurun,
mempertahankan hubungan perkawinan, menyesuaikan diri
terhadap kehilangan keluarga.
5. Fungsi Perawat Keluarga
Dalam memberikan asuhan keperawatan kesehatan keluarga, ada
beberapa peranan yang dapat dilakukan oleh perawat antara lain :
(padila,2012)
a. Pengenal kesehatan (health monitor)
Perawat membantu keluarga untuk mengenal penyimpangan dari
keadaan normal tentang kesehatannya dengan menganalisa data
secara objektif serta membuat keluarga sadar akan pentingnya
menjaga kesehatan.
b. Pemberian pelayanan pada anggota keluarga yang
sakit
Memberikan asuhan keperawatan kepada anggota keluarga yang
sakit
c. Koordinator pelayanan kesehatan dan perawatan
kesehatan keluarga.
Berperan dalam mengkoordinir pelayanan kesehatan keluarga baik
secara berkelompok maupun individu.
d. Fasilitator
Dengan cara menjadikan pelayanan kesehatan itu mudah
dijangkau oleh keluarga dan membantu mencari jalan pemecahnya.
e. Pendidikan kesehatan
Merubah perilaku keluarga dari perilaku tidak sehat menjadi
perilaku sehat.
f. Penyuluh dan konsultan
Berperan dalam memberikan petunjuk tentang asuhan keperawatan
dasar dalam keluarga.
B. Lansia
1. Pengertian
Lansia adalah bagian dari proses tumbuh kembang. Manusia tidak
secara tiba tiba menjadi tua,tetapi berkembang dari bayi,anak anak,
dewasa dan akhirnya menjadi tua. Hal ini normal, dengan perubahan
fisik dan tingkah laku yang dapat diramalkan yang terjadi pada semua
orang pada saat mereka mencapai usia tahap perkembangan
kronologis tertentu. Lansia merupakan suatu proses alami yang
ditentukan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Semua orang akan mengalami
proses menjadi tua dan masa tua merupakan masa hidup manusia yang
terakhir.dimasa ini seseorang mengalami kemunduran fisik, mental
dan sosial secara bertahap. (Lilik Ma’rifatul Azizah,2011)
2. Batasan Lansia
Menurut World Health Organization (WHO) ada 4 tahapan lansia
yaitu: (padila,2013)
a. Usia pertengahan (middle age) usia 45-59 tahun
b. lanjut usia (elderly) usia 60-74 tahun
c. Lanjut usia tua (old) usia 75-90 tahun
d. Usia sangat tua (very old) usia >90 tahun

Menurut Prof. Dr. Koesmanto setyonegoro, lanjut usia


dikelompokkan menjadi usia dewasa muda (elderly adulhood), 18
atau
19-25 tahun, usia dewaa penuh (middle years) atau maturitas. 25-
60 tahun atau 65 tahun, lanjut usia (geriatric age) lebih dari 65tahun
atau
70 tahun dibagi lagi dengan 70-75 tahun (young old) 75-80 (old)
lebih dari 80 (very old) (Azizah,2011).

3. Tipe-tipe Lansia

membagi tipe-tipe lansia antara lain : (Azizzah, 2011)


a. Tipe arif bijaksana
Kaya dengan hikmah pengalaman menyesuaikan
diri dengan perubahan jaman, mempunyai
kesibukan,
bersikap ramah, rendah hati, sederhana, dermawan,
memenuhi undangan dan menjadi panutan.
b. Tipe mandiri
Mengganti kegiatan-kegiatan yang hilang dengan
kegiatan-kegiatan baru, selektif dalam mencari
pekerjaan, teman pergaulan serta memenuhi undangan.
c. Tipe tidak puas
Konflik lahir batin menentang proses ketuaan, yang
menyebabkan kehilangan kecantikan, daya tarik
jasmaniah, kehilangan kekuasaan, status, teman yang
disayangi, pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung,
penuntut, sulit dilayani dan pengkritik

d. Tipe pasrah
Menerima dan menunggu nasib baik, mempunyai konsep
habis gelap terbitlah terang, mengikuti kegiatan
beribadah, ringan kaki, pekerjaan apa saja dilakukan.
e. Tipe bingung
Kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri,
merasa minder, menyesal, pasif, mental sosial dan
ekonominya.
4. Masalah Yang Terjadi Pada Lansia

Masalah yang dapat dialami oleh lansia antara lain : (Nugroho, 2015)

a. Mudah jatuh
Jatuh pada lansia merupakan masalah yang sering terjadi.
Penyebabnya multi faktor. Banyak yang berperan didalamnya,
baik faktor intrinsik maupun dari dalam diri lanjut usia. Misalnya
gangguan gaya berjalan, kelemahan otot ekstremitas bawah,dan
kekuatan sendi
b. Mudah lelah
Hal ini disebabkan oleh faktor psikologis ( perasaan
bosan, keletihan, atau depresi), gangguan organis (anemia,
kekurangan
vitamin, perubahan pada tulang, gangguan pencernaan, dll),dan
pengaruh obat misalnya obat penenang dan obat jantung
c. Gangguan kardiovaskuler
Gangguan kardiovaskuler yang biasa menyerang lansia seperti
nyeri dada yang dapat disebabkan oleh penyakit jantung koroner,
aneurisme aorta, radang selaput jantung, dan gangguan sistem
alat pernapasan.
d. Sesak napas pada kerja fisik
Sesak nafas pada kerja fisik disebabkan oleh kelemahan jantung ,
gangguan sistem saluran nafas, berat badan berlebi, dan anemia.
e. Palpitasi
Palpitasi dapat disebabkan oleh gangguan irama jantung, keadaan
umum badan yang lemah karena penyakit kronis, faktor
psikologis.
f. Edema kaki
Edema pada kali dapat disebabkan oleh kaki yang lama
digantung, gagal jantung, bendungan pada vena bagian
bawah,penyakit ginjal
g. Nyeri atau ketidaknyamanan
Nyeri yang menyerang adalah nyeri pinggang atau punggung,
nyeri sendi pinggul, keluhan pusing, kesemutan pada anggota
badan.
h. Berat badan menurun
Berat badan menurun disebabkan oleh menurunnya nafsu makan
karena kurang adanya gairah hidup, adanya penyakit kronis,
gangguan pada sistem pencernaan sehingga penyerapan
terganggu,faktor sosio-ekonomi ( pensiun).
i. Gangguan eliminasi
Sering mengompol tanpa disadari merupakan salah satu keluhan
utama pada orang lanjut usia. Inkontinensia adalah pengeluaran
urine atau feses tanpa disadari dalam jumlah frekuensi yang
cukup.
j. Gangguan ketajaman penglihatan
Gangguan ini disebabkan oleh presbiopi, kelainanlensa mata,
kekeruhan pada lensa atau katarak, iris mengalami
proses
degenerasi, pupil konstriksi, tekanan dalam mata meninggi,
retina mengalami degenerasi.
k. Gangguan pendengaran
Gangguan pendengaran yang terjadi pada lansia adalah keadaan
yang menyertai proses menua, gangguan pendengaran yang
utama adalah hilangnya nada murni berfrekuensi tinggi yang
merupakan suatu fenomena yang berhubungan dengan lanjut
uisa,bersifat simetris.
l. Gangguan tidur

Gangguan tdur pada lansia disebabkan oleh faktor ekstrinsik

atau dari luar seperti lingkungan yang kurang tenang, dan faktor

intrinsik atau dari lansia itu sendiri baik organik maupun

psikogenik. Organik (nyeri, gatal, krambetis sakit gigi,dan

lain lain) psikogenik ( depresi, kecemasan, stress, iritabilitas).

Dua proses normal yang paling penting dalam kehidupan manusia

adalah makan dan tidur. Walaupun keduanya sangat penting akan

tetapi karena sangat rutin maka kita sering melupakan proses itu

dan baru setelah adanya gangguan pada kedua proses tersebut

maka kita ingat akan pentingnya kedua keadaan ini. Berbagai

keluhan gangguan tidur yang sering dilaporkan oleh para lansia

yakni sulit untuk masuk dalam proses tidur. Tidurnya tidak dalam

dan mudah terbangun, tidurnya banyak mimpi, jika terbangun

sukar tidur kembali, terbangun dini hari, lesu setelah bangun di

pagi hari.
m. Mudah gatal
Hal ini disebabkan karena kelainan kulit seperti kering,dan
penyakit sistemik seperti diabetes melitus, gagal ginjal, alergi,
dan lain lain.
5. Perubahan-perubahan Yang Terjadi Pada Lansia

Semakin bertambahnya umur manusia terjadi proses penuaan


secara degeneratif yang berdampak pada perubahan-perubahan pada
diri manusia, tidak hanya perubahan fisik, tetapi juga kognitif, sosial,
perasaan dan sexsual(Azizah, 2011)
a. Perubahan fisik
1) Perubahan sistem indra
Perubahan sistem pengelihatan pada lansia erat kaitannya
dengan presbiopi. Lensa kehilangan elastisitas dan kaku.
2) Perubahan sistem muskuloskeletal
Perubahan sistem muskuloskeletal antara lain jaringan
penghubung, kartilago, tulang, otot,dan sendi.
3) Perubahan sistem kardiovaskuler dan respirasi
Perubahan sistem kardiovaskuler dan respirasi mencangkup
masa jantung yang bertambah dan kenaikan volume cadangan
paru untuk mengompensasi kenaikan ruang rugi paru.
4) Perubahan pencernaan dan metabolisme
Perubahan yang terjadi adalah penurunan produksi sebagai
kemunduran fungsi yang nyata. Kehilangan gigi. Indra
pengecap menurun, hilangnya sensitifitas lidah, asam lambung
menurun, pristaltik lemah, dan biasanya timbul konstipasi.
5) Perubahan sistem perkemihan
Banyaknya fungsi yang mengalami kemunduran, seperti laju
filtrasi, eksresi, dan reabsorbsi oleh ginjal.
6) Perubahan sistem syaraf
Perubahan anatomi dan atrofi yang progresif pada serabut
saraf
lansia. Penurunan tersebut mengakibatkan keseimbangan
berkurang, kekuatan otot menurun, perubahan postur dan
peningkatan waktu reaksi.
7) Perubahan sistem reproduksi
Perubahan pada lansia di tandai dengan menciutnya ovari dan
uterus. Terjadi atrofi pada payudara. Pada laki laki testis masih
bisa memproduksi spermatozoa,meski ada penurunan berangsur
angsur.
b. Perubahan kognitif
1) Memory (daya ingat)
Pada lansia daya ingat adalah fungsi kognitif yang paling
pertama menurun ingatan jangka panjang kurang mengalami
perubahan,tetapi ingatan jangka pendek memburuk.
2) IQ (intelegen Quocient)
Kecepatan proses id pusat syaraf menurun sesuai pertambahan
usia.
3) Kemampuan Belajar
4) Kemampuan Pemahaman
5) Pemecahan masalah
Kemampuan pemecahan masalah pada lansia bermasalah
karena terjadi penurunan fungsi indra pada lansia.
6) Pengambilan Keputusan
Pengambilan keputusan pada lansia sering lambat seolah olah
mengalami penundaan.
7) Kebijaksanaan
Pada lansia semakin bijaksana saat mengambil
keputusan
8) Kinerja
Pada lansia mengalami penurunan kinerja baik secara
kuantitatif maupun kualitatif.
9) Motivasi
Motivasi pada lansia sangat besar tetapi keadaan fisik
dan
maupun psikologi tidak mendukung,hal itu yang sering
kali membuat terhenti di tengah jalan.
c. Perubahan spiritual
Agama atau kepercayaan pada lansia akan semakin bertambah, hal
ini dibuktikan dengan semakin bertambahnya berdzikir.
d. Perubahan psikososial
1) Pensiun
2) Perubahan aspek kepribadian
3) Perubahan peran di masyarakat
4) Perubahan minat
e. Perubahan minat
Pada lansia perubahan minat mengalami perubahan,yang pertama
minat terhadap diri semakin bertambah,kedua minat terhadap
penampilan menurun, yang ketiga minat terhadap uang
semakin meningkat.

C. Kualitas Tidur
1. Pengertian

Kualitas Tidur adalah suatu keadaan dimana tidur yang dijalani

seorang individu menghasilkan kesegaran dan kebugaran ketika

terbangun. Kualitas tidur mencakup aspek kuantitatif seperti

durasi tidur, latensi, serta aspek subjektif seperti tidur dalam dan

istirahat. Kualitas tersebut dapat menunjukkan adanya kemampuan

individu untuk tidur dan memperoleh jumlah istirahat sesuai

kebutuhannya (Siregar, 2011).

2. Fase Tidur

Fase tidur normal ada 5 fase,yakni fase 1 sampai dengan 4 yang


disebut Non Rapid Eye Movement Sleep (NREM) dan fase yang ke
5
yang disebut dengan Rapid Eye Movement Sleep (REM). (
islamiyah,2018)
a. Fase Non Rapid Eye Movement Sleep (NREM)
1) Fase 1 NREM
Fase 1 atau juga disebut drowsiness merupakan fase transisi
yang ditandai dengan muculnya gerakan pendular pelan pada
bola mata.
2) Fase 2 NREM
Fase ini ditandai dengan adanya gelombang delta kurang
dari
20%, kompleks K dan spindel tidur.fase ini meliputi 45%
sampai 55% total waktu tidur. Gelombang spindel tidur atau
disebut aktifitas sigma adalah gelombang ritme
sinusolidal yang berksiar antara 12-14 Hz dengan lokal
frontosental.
3) Fase 3 dan 4 NREM
Fase3 dan 4 secara bersamaan disebut tidur dengan irama
delta atau slow wave sleep (SWS). Fase 3 NREM terjadi jika
20% sampai 50% dari gelombang dasar EEG yang terekam
berupa gelombang delta. Gelombang delta merupakan
gelombang amplitudo yang tinggi berkisar >75 microvolt
dengan kecepatan rendah yakni antara 2-4 Hz. Gelombang
ini berasal dari korteks. Fase 4 NREM terjadi jika paling
tidak terdapat
50% dari gelombang dasar EEG yang terekam berupa
gelombang delta. Pada umumnya tidak dibedakan fase 3 dan
4
NREM. Kedua fase ini meliputi13-25% dari waktu tidur.
Fase
3 dan 4 NREM dikatakan sebagai fase tidur yang paling
dalam dimana berfungsi mengembalikan kesegaran tubuh
dan merestorasikan kondisi tubuh setelah beraktifitas.
b. Fase REM
Fase REM ditandai dengan adanya gelombang bervoltage rendah
yang bercampur dengan aktifitas gelombang alfa yang biasanya
berkekuatan lebih rendah 1-2 Hz dari gelombang alfa saat
bangun.
REM memiliki komponen fasik dan tonik, Selama fase tonik
terjadi surpresi dari aktifitas EMG dan gambaran EEG
menunjukkan gelombang voltage rendah yang bercampur alfa.
REM secara normal terjadi 60-90 menit setelah dimulainya tidur.
Onset dari fase REM tidak ditentukan dengan adanya gerakan
mata yang cepat yang terekam oleh EOG, namun dapat
ditentukan dengan munculnya gelombang gergji pada EEG.
3. Fisiologi Tidur

Rata-rata dewasa sehat membutuhkan waktu 7,5 sampai 8 jam


untuk tidur setiap malam. Tidur normal dipengaruhi oleh beberapa
faktor,misalnya usia. Seorang yang usianya muda cenderung tidur
lebih banyak dibanding dengan lansia. Waktu tidur lansia berkurang
berkaitan dengan faktor penuaan. Fisiologi tidur dapat dilihat melalui
gambaran elektrofisiologis sel-sel otak selama tidur. Polisomnografi
merupakan alat yang dapat mendeteksi aktifitas otak selama tidur .
Stadium tidur diukur dengan polisomnografi terdiri atas tidur rapid
eye movement (REM) dan tidur non rapid eye movement (NREM).
Tidur REM disebut juga tidur D atau bermimpi karena dihubungkan
dengan bermimpi atau tidur paradoks karena EEG aktif selama fase
ini.Tidur NREM diseburjuga tidur ortodoks atau tidur gelombang
lambat. (priyot,2015)
4. Faktor Yang Mempengaruhi Tidur
Setiap individu memiliki pemenuhan tidur yang berbeda-
beda. Ada yang terpenuhi dengan baik, adapula yang mengalami
gangguan. Seseorang dapat tidur maupun tidak dapat dipengaruhi
beberapa faktor, diantaranya sebagai berikut :
a. Status kesehatan atau penyakit.
Dengan kondisi tubuh yang sehat maka dapat melakukan
tidur dengan nyenyak. Penyakit dapat menyebabkan nyeri atau
distres fisik yang dapat menyebabkan gangguan tidur. Pada orang
yang sakit biasanya membutuhan waktu untuk tidur yang lebih
lama
daripada biasanya. Siklus bangun tidur selama sakit juga dapat
mengalami gangguan. Misalnya pada klien gangguan pernafasan,
maka kondisi sesak nafas dapat menyebabkan istirahat tidur tidak
terpenuhi.
b. Lingkungan
Faktor lingkungan dapat membantu sekaligus menghambat
proses tidur. Pada lingkungan yang tenang memungkinkan
seseorang dapat tidur dengan nyenyak. Sebagai contoh
temperatur yang tidak nyaman (ramai, ribut, bising dan lain-lain)
atau ventilasi yang buruk dapat menyebabkan seseoranng sulit
untuk tidur.
c. Kelelahan
Kondisi tubuh yang lelah dapat mempengaruhi pola tidur
seseorang. Semakin lelahnya seseorang tersebut maka
semakin pendek siklus tidur REM yang dilaluinya. Setelah
beristirahat biasanya siklus REM akan kembali memanjang.
d. Gaya hidup
Biasanya individu yang memiliki gaya hidup sibuk daapt
menyebabkan kelelahan dan mengakibatkan pola tidur
terganggu. Pada kelelahan tingkat menengah orang masih dapat
tidur dengan nyenyak. Sementara kelelahan yang berlebih dapat
menyebabkan periode tidur REM lebih pendek. Maka dar itu
seseorang yang sibuk akan pekerjaan harus bisa mengatur
aktivitas agar bisa tidur pada waktu yang tepat.
e. Stres emosional
Ansietas dan depresi sering kali mengganggu tidur
seseorang. Kondisi ini dapat menyebabkan kadar norepinefrin
darah meningkat melalui stimulus sistem sarafsimpatik. Dengan
kondisi seperti ini dapat menyebabkan berkurangnya siklus tidur
NREM tahap IV dan REM.
f. Stimulan dan alkohol
Kafein yang terkandung dalam beberapa minuman dapat
merangsang SSP sehingga dapat mengganggu pola tidur.
Mengkonsumsi alkohol secara berlebihan juga dapat
mempengaruhi siklus tidur REM. Alkohol menekan REM secara
normal, seseorang yang tahan minum alkohol dapat
menyebabkan insomnia dan lekas marah, ketika pengaruh
alkohol telah hilang individu sering kali mengalami mimpi buruk.
g. Diet atau nutrisi
Terpenuhinya nutrisi yang cukup dapat mempercepat proses
tidur. Protein yang tinggi seperti keju, susu, daging, dan ikan
tuna dapat mempercepat proses tidur. Hal ini disebabkan karena
adanya L-Triptofan yang merupakan asam amino dari protein
yang dicerna. Sebaliknya makanan yang mengandung kafein atau
alkohol akan mengganggu tidur.
h. Merokok
Nikotin yang terkandung dalam rokok memiliki efek stimulus
pada tubuh. Akibatnya perokok sering kesulitan untuk tidur dan
mudah terbangun di malam hari.
i. Medikasi
Obat-obat tertentu dapat mempengaruhi kualitas tidur.
Hipnotik dapat mengganggu tahap III dan IV tidur NREM, beta-
bloker dapat menyebabkan insomnia dan mimpi buruk,
sedangkan narkotik (meperidin hidroklorida dan morfin) dapat
menekan tidur REM dan menyebabkan sering terjaga di malam
hari. Beberapa jenis obat yang dapat menimbulkan gangguan
tidur sebagai berikut
a. Diuretik : insomnia
b. Anti depresn : supresi REM
c. Kafein : meningkatkan saraf simpatis yang
menyebabkan kesulitan untuk tidur
d. Beta bloker : menimbulkan insomnia
e. Narkotika : menyupresi REM sehingga mudah
mengantuk f. Amfetamin : menurunkan tidur REM
j. Motivasi
Dengan adanya motivasi dapat mempengaruhi dan
menimbulkan keinginan untuk tetap bangun dan menahan tidak
tidur, sehingga dapat mneimbulkan gangguan proses tidur, sebab
keinginan tidur tetap terjaga terkadang menutupi perasaan
lelah seseorang. Sedangakan perasaan bosen dapat menimbulkan
rasa mengantuk.

5. Gangguan Tidur
Terkadang seseorang mengalami kesusahan saat tidur. Hal
tersebut dikarenakan ada beberapa gangguan atau penyimpangan tidur
yang umum terjadi, diantaranya sebagai berikut :
a. Insomnia
Insomnia merupakan ketidakmampuan memenuhi kebutuhan
tidur, baik kualitas maupun kuantias. Biasanya terjadi pada
orang dewasa, dan penyebabnya karena gangguan fisik atau
karena faktor mental seperti perasaan gundah atau gelisah.
Adapun jenisnya sebagai berikut :
1) Insomnia inisial, kesulitan untuk memulai tidur.
2) Insomnia intermitel, kesulitan untuk tetap tertidur
karena seringnya terjaga.
3) Insomnia Terminal, bangun terlalu dini dan sulit untuk
tidur kembali.
Beberpa langkah yang bisa dilakukan untuk mengatasi
insomnia antara lain dengan mengembangkan pola
tidur- istirahat yang efektif melalui olahraga rutin,
menghindari rangsangan tidur di sore hari, melkukan
relaksasi sebelum tidur (membaca, mendengarkan musik),
dan tidur jika benar- benar mengantuk.
b. Parasomnia
Parasomnia merupakan perilaku yang dapat mengganggu
atau munculnya sar seseorang tidur. Gangguan ini sering terjadi
pada anak-anak. Beberapa turunan parasomnnia antara lain
sering terjaga (tidur berjalan, night terror), gangguan transisi
bangun- tidur (mengigau)
c. Hipersomnia
Hipersomnia kebalikan dari insomnia, yaitu tidur yang
berlebihan terutama pada siang hari. Gangguan ini disebabkan
oleh kondisi medis tertentu, seperti kerusakan sistem saraf,
gangguan pada hati atau gijal, karena gangguan pada
metabolisme (hipertiroidisme)
d. Narkolepsi
Narkolepsi merupakan gelombang kantuk yang tak
tertahankan yang muncul secara tiba-tiba pada siang hari.
Gangguan ini disebut juga “ serangan tidur” atau sleep attack.
Pencegahannya dengan obat-obatan seperti amfetamin atau
metolpenidase hidroklorida, atau dengan antidepresen seperti
imipramin hidroklorida.
e. Apnea saat tidur
Kondisi ini berhentinya nafas secara periodik pada saat tidur.
Diduga terjadi pada orang yang mengorok dengan keras, sering
terjaga di malam hari, insomnia, mengantuk berlebihan di siang
hari, sakit kepala di pagi hari, iritabilitas, atau mengalami
penurunan psikologis seperti hipertensi atau aritmia jantung.
f. Sleep Walking
Merupakan perilaku yang mengganggu tidur dan muncul saat
seseorang tidur atau perilaku tidak normal. Gangguan ini terjadi
pada anak-anak. Beberapa keturunan parasomnia antara lain
sering terjaga (tidur berjalan, night terror), gangguan
transisi
bangun-tidur (mengigau), parasomnia yang terkait dengan tidur
REM (mimpi buruk), dan yang lain.
g. Sleep Apnea
Gangguan tidur karena kesulitan bernafas (Apnea = “ tanpa
nafas”) berulang kali ketika seseorang tidur. Ada dua jenis
yaitu senral dan obstruktif, terdapat juga campuran. Orang yang
menderita hal ini biasanya tidak sadar, walaupun setelah
bangun. Sleep Apnea dikenal sebagai masalah oleh orang lain
yang mengamatinya, atau dapat dikenali dari akibat terhadap
tubuh (sequelae). Diagnosa Sleep Apnea dengan
polysomnograph. Apnea juga dapat diartikan sebagai
berhentinya pernafasan untuk sementara. Dispnea yang
dibarengi dengan apnea dapat menyebabkan kematian.
h. Delayed Sleep Phase Disorder
Biasanya ditandai dengan kesulitan tidur pada malam hari di
kondisi ini, sehingga menyebabkan kesulitan untuk bangun di
pagi hari. Sindrom ini biasanya berkembang pada usia anak atau
remaja.
i. Somnambulisme
Somnambulisme merupakan suatu keadaan perubahan
kesadaran, fenomena tidur- bangun terjadi pada saat bersamaan.
Sewaktu tidur, penderita melakukan aktivitas motorik yangbiasa
dilakukan seperti berjalan, berpakain, atau pergi ke kamar
mandi. Akhir kegiatan tersebut biasanya penderita terjaga
kemudian bingung dan tertidur kembali.
j. Mendengkur
Disebabkan oleh adanya rintangan terhadap pengaliran udara
di hidung dan mulut. Amandel yang membengkak dan adenoid
dapat menjadi faktor yang menyebabkan mendengkur. Pangkal
lidah yang menyumbat saluran pernafasan pada lansia.
k. Nightmare atau Night Terror
Ganguan ini biasanya terjadi pada saat sepertiga awal tidur,
umumnya terjadi pada anak usia enam tahun lebih. Seringkali
setelah tidur beberapa jam anak tersebut langsung terjaga dan
berteriak, pucat, dan ketakutan. Dengan gejala tiba-tiba
terbangun tengah malam disertai berteriak serta menangis dan
ketakutan. Hal ini dikarenakan tidur yang diertai dengan
mimpi buruk. Biasanya yang sering mengalami memiliki
kecenderungan untuk mengalami skizofrenia. Apabila bisa
mengelolanya maka dapat menjadi pribadi yang kreatif dan
artistik.

6. Waktu Tidur Menurut Usia


Usia merupakan salah satu faktor yag menentukan lamanya tidur
yang dibutuhkan seseorang. Semakin tua usianya, maka semakin
sedikit lama tidur yang dibutuhkannya. Berikut urutan usia yang
menentukan lamanya tidur, sebagai berikut :
a. Bayi baru lahir/ masa neonatus (0-1 bulan)
Tidur 14-18 jam sehari, pernafasan teratur, gerak
tubuh sediki, 50% tidur NREM, banyak waktu tidurnya
dilewatkan pada tahap III dan IV tidur NREM. Setiap siklus
sekitar 45-60 menit.
b. Masa bayi (1-8 bulan)
Tidur 12-14 jam sehari, 20-30% tidur REM, tidur lebih
lama pada malam hari dan punya pola terbangun sebentar.
c. Toddler/ masa anak (18 bulan sampai 3 tahun)
Tidur sekitar 10 -11 jam sehari ada teori yang mneyatakan
11-12 jam sehari, 25% tidur REM, banyak tidur di malam
hari, terbangun dini hari berkurang, siklus bangun tidur
normal sudah menetap pada umur 2-3 tahun.
d. Prasekolah (3-6 tahun)
Tidur sekitar 11 jam sehari, 20% tidur REM, periode
terbangun kedua hilang pada umur 3 tahun. Pada usia 5
tahun, tidur siang tidak ada kecuali kebiasaan tidur sore hari.
e. Usia sekolah (6-12 tahun)
Tidur sekitar 10 jam sehari, 18,5 % tidur REM. Sisa
waktu tidur relatif konstan.
f. Remaja (12-18 tahun)
Tidur sekitar 8,5 jam sehari, 20% tidur
REM. g. Dewasa muda (18-20 tahun)
Tidur sekitar 7-9 jam sehari, 20-25% tidur REM, 5-10%
tidur tahap 1,50% tidur tahap II, dan 10-20% tidur tahap II
dan IV.
h. Dewasa pertengahan (40-60 tahun)
Tidur sekitar 7 jam sehari, 20 % tidur REM, mungkin
mengalami insomnia dan sulit untuk dapat tidur.
i. Dewasa tua (60 tahun)
Tidur sekitar 6 jam sehari, 20-25% tidur REM, tidur tahap
IV nyata berkurang kadang-kadang tidak ada. Mungkin
mengalami insomnia dan sering terbangun sewaktu tidur
malam hari.

D. Teknik Relaksasi Benson


1. Pengertian

Relaksasi benson adalah relaksasi yang menggabungkan antara


teknik respon relaksasi dan sistem keyakinan individu/faith factor
(disokuskan pada ungkapan tertentu berupa nama nama tuhan, atau
kata yang memiliki makna menenagkan bagi pasien itu sendiri) uang
diucapkan berulang ulang dengan ritme teratur disertai sikap pasrah (
solehati,2015). Relaksasi Benson merupakan teknik relaksasi
yang
digabungkan dengan keyakinan yang dianut oleh pasien, dan
akan menghambat aktivitas saraf simpatis yang dapat menurunkan
konsumsi oksigen oleh tubuh dan selanjutnya otot-otot tubuh
menjadi rileks sehingga menimbulkan perasaan tenang dan nyaman
(Mardiani, 2014).
2. Tujuan Relaksasi Benson

Relaksasi benson bertujuan untuk mengatasi atau mengurangi


kecemasan, menurunkan ketegangan otot dan tulang, dapat
mengatasi tekanan darah tinggi, serta dapat mengurangi nyeri.
Tekhnik relaksasi benson adalah relaksasi yang mudah dalam
pelaksanaanya serta tidak memerlukan biaya mahal, relaksasi yang
merupakan penggabungan antara teknik respon relaksasi dengan
sistem keyakinan individu (Solehati, 2015)
3. Pendukung Relaksasi Benson

Agar teknik relaksasi benson berhasil,diperlukan 4 elemen


dasar yaitu: (Solehati,2015)
a. Lingkungan yang tenang
b. Secara sadar, pasien dapat mengendurkan otot otot
tubuhnya.
c. Pasien dapat memusatkan diri selama 10-15 menit pada
ungkapan yang dipilih.
d. Pasien bersikap pasif terhadap pikiran-pikiran yang
mengganggu

4. Langkah-langkah Terapi Benson

Langkah-langkah relaksasi benson (Andi,


2019):
1. Mengatur posisi yang nyaman menurut klien sesuai dengan
kondisi pasien
2. Mengatur lingkungan yang tenang dan nyaman
3. Menganjurkan klien untuk memilih kalimat spiritual yang
akan digunakan.
4. Meminta klien untuk memejamkan mata.
5. Meminta klien untuk memfokuskan pikiran pada kedua kaki,
kendorkan seluruh otot-otot kaki, anjurkan klien untuk
merasakan relaksasi pada kedua kaki.
6. Meminta klien untuk memindahkan fokus pikirannya ke
kedua tangan, kendorkan otot – otot kedua tangan, meminta
klien untuk merasakan relaksasi tangan.

Memindahkan fokus pikiran klien pada bagian tubuhnya,


memerintahkan klien untuk merilekskan otot-otot tubuh pasien
mulai dari otot pinggang sampai otot bahu, meminta klien untuk
merasakan relaksasi otot -otot tubuh pasien
7. Anjurkan klien untuk bernafas secara rileks.
8. Meminta klien untuk mulai mengucapkan kalimat spiritual
yang dibaca secara berulang – ulang.
9. Anjurkan klien untuk melakukan 10 sampai 15 menit
10. Menganjurkan klien membuka mata.
11. Meminta klien menarik nafas dalam.

E. Aromaterapi Lavender
1. Pengertian
Aromaterapi adalah metode yang menggunakan minyak esensial
untuk meningkatkan kesehatan fisik, emosi, dan spirit. Berbagai efek
minyak esensial adalah menurunkan nyeri dan kecemasan.
(Solehati,2015)

Aromaterapi adalah salah satu bagian dari pengobatan alternatif


yang menggunakan bahan cairan tanaman yang mudah menguap
dikenal dengan minyak esensial dan senyawa aromatik lainnya
yang dapat mempengaruhi jiwa, emosi, dan fungsi kognitif dan
kesehatan seseorang (Nurgiwiati,2015).
2. Manfaat Aromaterapi Lavender

Komponen utama dalam aromaterapi adalah minyak astiri.


Minyak astiri dapat dimanfaatkan sebagai anti inflamasi,
antiseptik, merangsang nafsu makan, karminatif, koleretik,
merangsang sirkulasi. Manfaat aroma terapi sebagai berikut :

a) Minyak astiri dapat digunakan sebagai antiseptik, anti mikrobia,


antivirus, dan anti jamur.
b) Minyak astiri dapat digunakan menjadi zat analgetik karena
berbagai alasan seperti sifat anti radang (anti-inflamasi)
c) Minyak astiri dapat digunakan sebagai zat anti toksin seperti
minyak chamonile mempunyai efek menginaktivasi racun.
d) Minyak astiri dapat digunakan sebagai zat balancing yaitu
ditandai oleh efek kontradiksi dari suatu minyak astiri.
e) Minyak astiri sebagai zat imunostimulan daya tahan badan
contohnya yaitu melaleuca virdiflora yang mempunyai efek
meningkatkan imunoglobin.
f) Minyak astiri sebagai zat pembunuh atau pengusir
serangga. Manfaat aroma terapi lavender adalah :
a. Relaksasi

Wangi dari aromaterapi tersebut akan mengakibatkan


efek tenang dan rileks, Penelitian membuktikan bahwa minyak
esensial yang dipakai dalam aroma terapi seperti minyak bunga
lavender dan kamomil dapat menenangkan ketika dilanda
kecemasan atau stres berlebih.
b. Peningkatan kualitas tidur
aromaterapi lavender dapat membantu seseorang untuk tidur
lebih nyenyak. Seperti seseorang dengan insomnia, dan sering
terbangun dimalam hari dapat menggunakan aroma terapi
lavender untuk membantu tidurnya.
c. Mengobati penyakit pada sistem pernapasan
Minya aromaterapi lavender memiliki antiseptik yang
dapat membantu membersihkan udara dari bakteri, kuman dan
jamur yang diketahui dapat mengganggu pernapasan dan
menyebabkan penyakit seperti batuk atau bersin dan pilek.

3. Cara Penggunaan Aromaterapi

Ada tiga cara untuk menggunakan aromaterapi yaitu : (endeh,2015)

a. Cara diffusi yaitu melalui udara yang berisi uap dari


minyak esensial
b. Inhalasi langsung dengan menghirup uap minyak esensial
seperti disinfektans, dekonsgestan.
c. Penggunaan pada kulit untuk keperluan terapi pijat,
mandi, kompres, dan pengobatan untuk kulit.

4. Efek Aromaterapi Bagi Kesehatan


Aromaterapi pada umumnya memiliki efek stimulasi dan sedatif.
Efek aromaterapi dapat terjadi secara fisiologik dan psikologik
terhadap kesehatan manusia (endeh,2015) efek-efek aromaterapi
sebagai berikut a. Efek secara fisiologik
Efek aroma terhadap sistem syaraf dapat dinilai dari 2 bentuk
stimulasi yaitu : stimulasi kortikal seperti gelombang aktifitas dari
otak dan stimulasi autonomik seperti detak jantung dan konduksi
pada kulit. Jika terjadi stimulasi kortikal atau stimulasi autonomik
dapat diartikan terjadi efek sedatif/ relaksasi dan jika terjadi
sebaliknya berati terjadi efek stimulasi.
b. Efek aromaterapi terhadap detak jantung
Studi yang dilakukan oleh Yamaguci (1990, dalam
hongratanaworakit,2004) yang mengukur pengaruh aroma
lemon dan bunga ros terhadap detak jantung dan tekanan
darah, hasil
penelitian terbukti bahwa aroma lemon dapat meningkatkan detak
jantung.
c. Efek aromaterapi terhadap tekanan darah
Tekanan darah merupakan salah satu variabel pengukuran
secara fisiologik dari fungsi tubuh. Penelitian oleh warren et al
(1987) membuktikan bahwa minyak biji pala dapat menurunkan
tekanan darah sistolik sebesar 9 mmhg, menenangkan,
menurunkan kecemasan, marah dan rasa malu.
d. Efek secara psikologik
Pada saat aroma dari minyak esensial dihirup maka molekul
aroma tertangkap oleh syaraf sensori pada membran
olfactorius kemudian secara elektrikal impuls- impuls tadi
diteruskan ke pusat gustatory ke sistem limbik ( pusat emosi) pada
lobus limbic. Limbik lobus terdiri dari hippocampus dan amigdala
yang secara langsung dapat mengaktifkan hipotalamus untuk
pengaturan pengeluaran hormon dalam tubuh seperti hormon
seksual, pertumbuhan, thyroid dan neurotransmiler.
Molekul minyak esensial secara langsung menstimulasi lobus
limbic dan hipotalamus dan sistem limbik langsung berhubungan
kepada bagian otak lain yang mengontrol detak jantung,
tekanan darah, pernafasan, memori, tingkatan stress, dan
keseimbangan hormonal dimana aroma akan memacu emosi
sehingga menimbulkan efek fisiologikal dan psikologikal .
BAB III METODE STUDI

KASUS

A. Rancangan Studi Kasus


Rencana studi kasus adalah suatu tahapan yang sangat penting
dalam studi kasus yang dapat digunakan peneliti sebagai petunjuk dalam
perencanaan dan pelaksanaan penelitian untuk mencapai suatu tujuan dan
menjawab suatu pertanyaan penelitian. Jenis studi kasus ini menggunakan
studi kasus deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan studi yang
berhubungan tentang suatu variabel yang ada dengan tidak
membandingkan atau menghubungkan dengan variabel lain. Penelitian
deskriptif bertujuan untuk mendeskripsikan (memaparkan) peristiwa
peristiwa penting yang terjadi pada masa kini, deskripsi peristiwa
dilakukan secara sistematis dan lebih menekankan pada data faktual
daripada menyimpulkan. ( nursalam,
2013)
B. Subjek Studi Kasus
Subjek studi kasus dalam penerapan terapi ini adalah 2 responden
yang diamati secara mendalam. Subyek studi kasus mempertimbangkan
kriteria inklusi dan ekslusi berdasarkan jurnal yang diterapkan.
Kriteria inklusi berdasarkan jurnal yang akan diterapkan oleh penulis
adalah
( syahyani,2019)
a. Bersedia menjadi responden
b. Lansia dengan gangguan tidur umur 60-74 tahun
c. skor PSQI <5
d. Dapat berkomunikasi dengan baik
e. Tidak alergi terhadap aroma terapi lavender
Kriteria ekslusi berdasarkan jurnal yang akan diterapkan oleh
penulis adalah : ( syahyani,2019)
a. Responden yang tidak mengikuti kegiatan secara lengkap
mulai dari pretest, intervensi dan post test.
b. Responden yang mengalami gangguan pernapasan
selama mengikuti kegiatan.
C. Fokus Studi Kasus
Fokus studi adalah kajian utama dalam masalah yang akan
dijadikan titik acuan studi kasus. Hal ini fokus studi kasus
penulis adalah penerapan kombinasi teknik relaksasi benson dan
aromaterapi lavender terhadap kualitas tidur pada lansia.

D. Definisi Operasional Studi Kasus


1) Lansia adalah bagian dari proses tumbuh kembang. Manusia
tidak secara tiba tiba menjadi tua,tetapi berkembang dari
bayi,anak anak, dewasa dan akhirnya menjadi tua.
2) Kualitas Tidur adalah suatu keadaan dimana tidur yang
dijalani seorang individu menghasilkan kesegaran dan
kebugaran ketika terbangun. Kualitas tidur mencakup aspek
kuantitatif seperti durasi tidur, latensi, serta aspek subjektif
seperti tidur dalam dan istirahat.
3) Relaksasi benson adalah relaksasi yang menggabungkan
antara teknik respon relaksasi dan sistem keyakinan
individu/faith factor (disokuskan pada ungkapan tertentu
berupa nama nama tuhan, atau kata yang memiliki makna
menenagkan bagi pasien itu sendiri) uang diucapkan berulang
ulang dengan ritme teratur disertai sikap pasrah
4) Aromaterapi lavender adalah metode yang menggunakan
minyak esensial lavender untuk meningkatkan kesehatan fisik,
emosi, dan spirit. Berbagai efek minyak esensial adalah
menurunkan nyeri dan kecemasan.
E. Instrumen Penelitian
Alat penelitian dalam penelitian ini adalah langkah-
langkah kombinasi teknik relaksasi benson dan aroma terapi
lavender , aroma terapi lavender 5 sampai 6 tetes, air, dispo 5cc
dan tungku pemanas. Alat pengumpulan data nilai kualitas tidur
berupa lembar kuesioner PSQI. Skoring PSQI jika > 5 klien
mengalami gangguan tidur, skor maksimal dari pengukuran PSQI
adalah 21.
F. Metode Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling
strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari
penelitian adalah mendapatkan data. Mengumpulkan data
menggunakan data primer dan data skunder (sugiyono,2015)

1. Data Primer
Data primer diperoleh secara langsung dari sumbernya.
Penelitian ini data primer didapatkan dari pengisian kuisioner
kualitas tidur pada lansia.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang didapat tidak secara
langsung dari sumbernya. Data sekunder dalam penelitian ini
diperoleh melalui literatur yang relevan dan sumber lain yang
mendukung penelitian ini.
Langkah- langkah pengumpulan data sebagai berikut :
a) Mengurus Perijinan dengan institusi terkait lahan untuk
melakukan studi kasus.
b) Mahasiswa meminta kerja sama dengan pihak
puskesmas terkait penerapan studi kasus.
c) Mahasiswa melakukan kontrak waktu dengan pihak
puskesmas terkait penerapan studi kasus.
d) Setelah dilakukan kontrak waktu dengan pihak puskesmas,
selanjutnya mahasiswa melakukan pendekatan dengan
calon responden untuk menjelaskan maksud dan tujuan.
e) Setelah responden bersedia untuk menjadi responden
selanjutnya meminta untuk responden tanda tangani lembar
permohonan dan lembar persetujuan untuk menjadi
responden.
f) Mahasiswa mengumpulkan data umum lansia dan
melakukan pretest menggunakan PSQI untuk kualitas tidur
g) Mahasiswa menyiapkan alat dan bahan untuk memberikan
teknik relakasasi benson dan aromaterapi lavender.
Penerapan studi kasus tersebut dilakukan pada pukul 18.00
sampai dengan 22.00.
h) Mengajarkan dan menganjurkan responden untuk
melakukan kombinasi terapi benson dan aromaterapi
lavender selama
15- 30 menit, dan dilakukan selama 7 hari berturut-turut.
i) Menyiapkan aromaterapi lavender di dekat tempat tidur
responden dan mengajarkan cara menghirup aroma terapi
selama 15-30 menit. Aroma terapi lavender 5 sampai 6
tetes, air, dispo 5cc dan tungku pemanas.
j) Setelah 7 hari penerapan kemudian mengumpulkan data
primer dari responden dengan bantuan pihak puskesmas.
k) Data primer didapatkan dengan post test menggunakan
quisoner PSQI pada hari ke 8.
l) Menyajikan hasil pengolahan data atau studi kasus
G. Lokasi Dan Waktu Studi kasus
Penerapan studi kasus dilakukan di kelurahan Rowosari,
kecamatan Tembalang pada tanggal 9 maret 2020 – 21 maret
2020.
H. Analisa Dan Penyajian Data
Pengolahan data menggunakan analisis deskriptif. Analisa
deskriptif adalah digunakan untuk menganalisis data dengan cara
mendeskripsikan data yang terkumpul untuk membuat suatu
kesimpulan. Pengolahan data ini dilakukan dengan mengukur
perubahan pola tidur sebelum dan sesudah dilakukan
tindakan
intervensi kombinasi teknik relaksasi benson dan aromaterapi
lavender terhadap kualitas tidur pada lansia. Data kemudian
diolah dengan merata-rata dan data disajikan menggunakan tabel,
diagram, grafik untuk mengetahui hasil perubahan pola tidur.

I. Etika Penelitian
Masalah etika pada penelitian yang menggunakan subyek
yang menggunakan subyek manusia menjadi isu sentral yang
berkembang saat ini. Pada ilmu keperawatan, karena hampir 90%
subyek yang dipergunakan adalah manusia, maka peneliti harus
memahami prinsip-prinsip etika penelitian. Secara umum prinsip
etika dalam penelitian/ pengumpulan data dapat dibedakan
menjadi tiga bagian, yaitu prinsip manfaat, prinsip
menghargai hak-hak subyek, dan prinsip keadilan.
(nursalam,2013)
1. Prinsip manfaat
a. Bebas dari penderitaan.
Penelitian harus dilaksanakan tanpa mengakibatkan
penderitaan pada subyek.
b. Bebas dari eksplotasi.
Partisipasi subyek dalam penelitian, harus
dihindarkan dari keadaan yang tidak menguntungkan.
c. Resiko (benefits ratio)
Peneliti harus hati-hati mempertimbangkan resiko dan
keuntungan yang akan berakibat kepada subyek setiap
tindakan.
2. Prinsip menghargai hak asasi manusia (respect human
dignity)
a. Hak untuk ikut/ tidak menjadi responden (right to
self determination)
Subyek harus diperlakukan secara manusiawi. Subyek
mempunyai hak memutuskan apakah mereka bersedia
menjadi subyek maupun tidak.
b. Hak untuk mendapatkan jaminan dari perlakuan yang
diberikan ( right to full disclosure)
Seorang peneliti harus memberikan penjelasan secara
rinci serta bertanggung jawab jika ada sesuatu yang
terjadi pada subyek.
c. Informed consent
Subyek harus mendapatkan informasi secara lengkap
tentang tujuan penelitian yang akan dilaksanakan,
mempunyai hak untuk bebas berpartisipasi atau menolak
menjadi responden.
3. Prinsip keadilan (right to justic)
a. Hak untuk mendapatkan pengobatan yang adil (right
in fair treatment)
Subyek harus diperlakukan secara adil baik sebelum,
selama dan sesudah keikutsertaan dalam penelitian tanpa
adanya diskriminasi apabila subyek tidak ikut serta
dalam penelitian.
b. Hak dijaga kerahasiaannya (right to privacy)
Subyek mempunyai hak untuk meminta bahwa data yang
diberikan harus dirahasiakan.

Anda mungkin juga menyukai