Disusun Oleh :
Bima Prihatmoko (20101440119023)
Putri Nuraini (20101440119085)
Renata Elisativani K.H (20101440119087)
Glaukoma adalah sekelompok kelainan mata yang ditandai dengan peningkatan tekanan
intraokuler. (Long Barbara, 2008).
Glaukoma merupakan penyakit yang mengakibatkan kerusakan saraf optik sehingga terjadinya
gangguan pada sebagian atau seluruh lapang pandang, yang diakibatkan oleh tingginya tekanan
bola mata seseorang, biasanya disebabkan karena adanya hambatan pengeluaran cairan bola mata
(humor aquous). Kerusakan saraf pada glaukoma umumnya terjadi karena peningkatan tekanan
dalam bola mata. Bola mata normal memiliki kisaran tekanan antara 10-20 mmHg sedangkan
penderita glaukoma memiliki tekanan mata yang lebih dari normal bahkan terkadang dapat
mencapai 50-60 mmHg pada keadaan akut. Tekanan mata yang tinggi akan menyebabkan
kerusakan saraf, semakin tinggi tekanan mata akan semakin berat kerusakan saraf yang terjadi
(Kemenkes RI, 2015).
Jadi, Glaukoma adalah salah satu jenis penyakit mata dengan gejala yang tidak langsung, yang
secara bertahap menyebabkan penglihatan pandangan mata semakin lama akan semakin
berkurang sehingga akhirnya mata akan menjadi buta. Hal ini disebabkan karena saluran cairan
yang keluar dari bola mata terhambat sehingga bola mata akan membesar dan bola mata akan
menekan saraf mata yang berada di belakang bola mata yang akhirnya saraf mata tidak
mendapatkan aliran darah.
2. Etiologi
Menurut Tamsuri (2010) penyebab adanya peningkatan tekanan intraokuli adalah perubahan
anatomi sebagai bentuk gangguan mata atau sistemik lainnya, trauma mata, dan predisposisi
faktor genetic. Glaukoma sering muncul sebagai manifestasi penyakit atau proses patologik dari
sistem tubuh lainnya. Adapun faktor risiko timbulnya glaukoma antara lain riwayat glaukoma
pada keluarga, diabetes mellitus, dan pada orang kulit hitam.
3. Patofisiologi
Tingginya tekanan intraokular bergantung pada besarnya produksi humor aquelus oleh badan
siliari dan mengalirkannya keluar. Besarnya aliran keluar humor aquelus melalui sudut bilik
mata depan juga bergantung pada keadaan kanal Schlemm dan keadaan tekanan episklera.
Tekanan intraokular dianggap normal bila kurang dari 20 mmHg pada pemeriksaan dengan
tonometer Schiotz (aplasti). Jika terjadi peningkatan tekanan intraokuli lebih dari 23 mmHg,
diperlukan evaluasi lebih lanjut. Secara fisiologis, tekanan intraokuli yang tinggi akan
menyebabkan terhambatannya aliran darah menuju serabut saraf optik dan ke retina. Iskemia ini
akan menimbulkan kerusakan fungsi secara bertahap (Tamsuri, 2010).
Mekanisme utama penurunan penglihatan pada penyakit glaukoma disebabkan oleh penipisan
lapisan serabut saraf dan lapisan inti dalam retina serta berkurangnya akson di nervus optikus
yang diakibatkan oleh kematian sel ganglion retina, sehingga terjadi penyempitan lapangan
pandang. Ada dua teori mengenai mekanisme kerusakan serabut saraf oleh peningkatan tekanan
intraokular, pertama peningkatan tekanan intraokular menyebabkan kerusakan mekanik pada
akson nervus optikus. Peningkatan tekanan intraokular menyebabkan iskemia akson saraf akibat
berkurangnya aliran darah pada papil nervi optici (Salmon, 2009).
4. Manifestasi klinis
5. Penatalaksaan medis
a. Farmakoterapi
1. Farmakoterapi adalah pengobatan awal dan penting untuk glaukoma primer
sudut terbuka.
2. Glaukoma akut sudut tertutup diobati dengan obat-obatan untuk mengurangi
IOP sebelum dilakukan iridektomi laser atau iridektomi insisional.
3. Glaukoma sekunder diobati dengan agen-agen antiinflamasi untuk uveitis;
agen-agen antivirus, sikoplegik, dan kortisteroid topikal untuk herpes simpleks
dan herpes zoster.
c. Pembedahan
1. Pembedahan laser oftalmik diindikasi sebagai pengobatan untuk glaukoma
atau dibutuhkan ketika terapi obat-obatan tidak ditoleransi dengan baik atau
penurunan IOP takefektif.
2. Prosedur operasi konvesional dilakukan ketika teknik laser tidak memberikan
hasil atau ketika pasien bukan merupakan kandidat yang baik untuk operasi
laser (mis., pasien yang tidak mampu untuk duduk lama atau mengikuti
instruksi).
6. Pemeriksaan penunjang
a. Ketajaman penglihatan
Pada glaucoma sudut terbuka, kerusakan saraf dimulai dari tepi lapang pandang dan lambat laun
meluas ketengah. Dengan demikian penglihatan sentral (fungsi macula) bertahan lama walaupun
penglihatan perifer sudah tidak ada, sehingga penderita seolah-olah melihat seperti malalui
teropong (tunnel vision) dan visusnya dapat tetap 5/5.
b. Tonometri
Cara yang cermat adalah dengan menggunakan Tonometer Schiotz. Cara pemeriksannya adalah
penderita berbaring tanpa bantal, kemudian matanya ditetesi pantocain 1-2% satu kali. Suruh
pasien melihat ibu jarinya yang diacungkan didepan matanya dan letakkan tonometer di puncak
kornea. Tekanan normalnya antara 10-20 mmHg atau 7/7,5-10,5/7,5.
c. Gonioskopi
Adalah suatu cara untuk menilai lebar sempitnya sudut bilik mata depan. Dengan demikian dapat
dibedakan glaucoma sudut terbuka atau sudut tertutup, juda dapat dilihat apakah ada perlekatan
iris bagian perifer.
d. Oftalmoskopi
Yang harus diperhatikan adalah papil, yang mengalami perubahan peggaungan dan degenerasi
saraf optic. Harus diwaspadai adanya glaucoma apabila terdapat penggaungan >0,3 diameter
papil (Cup and Disc Ratio), terutama bila diameter vertical lebih besar dari diameter horizontal.
e. Pemeriksaan lapangan pandang (kampimetri)
Dibedakan atas lapangan pandang sentral, seluas 30 derajat, diperiksa dengan layer hitam
Byerrum, pada jarak 1 m dengan menggunakan obyek putih 1 mm (isopter 1/1000) atau pada
jarak 2 m dengan obyek sebesar 2 mm (2/2000); dan lapang pandang perifer yang diukur dengan
perimeter atau kampimeter pada jarak 330 mm dengan menggunakan obyek sebesar 3 mm
(isopter 3/330).
Pada glaucoma, kelainan lapang pandang disebabkan oleh kerusakan serabut saraf. Yang paling
dini berupa skotoma relative atau absolute yang terletak pada 30 derajat sentral.
Pemeriksaan secara kasarnya adalah dengan tes konfrontasi dimana pada jarak 0,5 m, pasien dan
pemeriksa saling berhadapan dan pemeriksa menggerakkan tangannya dari luar kedalam sedang
mata pasien dan pemeriksa yang saling berhadapan ditutup sebelah. Pasien memperhatikan
kapan gerak tangan mata itu mulai terlihat, dan diulangi sampai tercapai 360 derajat.pemeriksaan
ini dapat dikerjakan dengan catatan kampus pemeriksa harus normal.
f. Tes provokasi
Untuk glaucoma sudut terbuka, yang umum dilakukan adalah tes minum air (water drinking test)
d imana pasien puasa 4 jam sebelum tes dan diukur TIO (Takanan Intra Okular)awal, kemudian
pasien disuruh minum 1 liter air dalam waktu 5 menit. TIO diukur setiap 15 menit selama 1 jam,
kemudian setiap 30 menit selama 1 jam. Bila TIO ↑ ³8 mmHg, provokasi (+) à glaucoma.
Untuk glaucoma sudut tertutup, yang umum dilakukan adalah tes kamar gelap (karena pupil akan
midriasis dan pada sudut bilik mata yang sempit, ini akan menyebabkan tertutupnya sudut bilik
mata). Caranya adalah ukur TIO awal, kemudian pasien masuk kamar gelap selama 60-90 menit.
Ukur segera TIO nya. Kenaikan ³8 mmHg, tes provokasi (+).