Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PSIKOLOGI KESEHATAN

REVIEW ARTIKEL

“Pengaruh Penggunaan Gadget dengan Kualitas Tidur pada Remaja”

Oleh :

Icha Pamelia

Peminatan PKIP 2018

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS AIRLANGGA

SURABAYA

2018

1
DAFTAR ISI

Halaman Judul ....................................................................................................... 1


Daftar Isi................................................................................................................ 2
Bab 1 Latar Belakang............................................................................................. 3
Bab 2 Tinjauan Pustaka.......................................................................................... 5
2.1 Remaja ....................................................................................................... 5
2.2 Gadget ....................................................................................................... 5
2.3 Kualitas Tidur ............................................................................................ 6
Bab 3 Metode ........................................................................................................ 8
Bab 4 Diskusi ........................................................................................................ 9
Bab 5 Kesimpulan.................................................................................................. 14
Referensi ............................................................................................................... 15

2
BAB I
LATAR BELAKANG

Remaja, atau adolescence, berasal dari bahasa Latin adolescare yang


artinya tumbuh atau tumbuh untuk mencapai kematangan. Masa remaja adalah
masa peralihan dari masa kana-kanak menuju ke masa dewasa. Menurut WHO,
remaja adalah penduduk dengan rentang usia 10-19 tahun. Menurut Peraturan
Menteri Kesehatan RI Nomor 25 Tahun 2014, remaja adalah penduduk dalam
rentang usia 10-18 tahun. Menurut BKKBN, remaja adalah pada rentang usia 10-
24 tahun dan belum menikah. Jumlah kelompok usia 10-19 tahun di Indonesia
menrut Sensus Penduduk 2010 adalah sebanyak 43,5 juta atau sekitar 18% dari
jumlah penduduk Indonesia.
Gadget adalah salah satu alat komunikasi yang banyak digunakan oleh
masyarakat. Gadget merupakan suatu alat teknologi yang memiliki fungsi khusus,
seperti smartphone. Gadget merupakan teknologi terbaru yang dibuat dengan
berbagai aplikasi yang dapat menyajikan berbagai berita, jejaring sosial, dan
hiburan.
Kualitas tidur merupakan kepuasan seseorang terhadap tidur, sehingga
seseorang tersebut tidak memperlihatkan perasaan lelah, mudah terangsang dan
gelisah, lesu dan apatis, kehitaman di sekitar mata, kelopak mata bengkak,
konjungtiva merah, mata perih, perhatian terpecah-pecah, sakit kepala dan sering
menguap dan mengantuk. Kualitas tidur yang baik dapat memberikan perasaan
tenang di pagi hari, perasaan energik, dan tidak mengeluh gangguan tidur.
Memiliki kualitas tidur baik sangat penting untuk hidup sehat semua orang.
Kebutuhan tidur pada remaja sebaiknya adalah 8-9 jam per hari.
Hasil survei Kementerian Komunikasi dan Informasi menemukan fakta
bahwa, pada tahun 2014 didapatkan data 30 juta anak-anak dan remaja di
Indonesia merupakan pengguna internet, dan media digital saat ini yang menjadi
pilihan utama saluran komunikasi yang mereka gunakan (Kominfo, 2014).
Menurut Direktur Jendral Informasi dan Komunikasi Publik Kementrian
Komunikasi dan Informatika (Kominfo), pada tahun 2015 pengguna ponsel di
tanah air diperkirakan ada 270 juta gadget digunakan oleh penduduk Indonesia

3
yang sudah melebihi penduduk Indonesia yang hanya sekitar 250 juta jiwa.
Sedangkan penggunaan gadget di Indonesia di dominasi oleh remaja berusia 15-
19 tahun sebesar 80% (Kemenkominfo, 2014).
Berdasarkan fakta-fakta tersebut, maka diperlukan adanya review tentang
pengaruh penggunaan gadget dengan kualitas tidur pada remaja. Review yang
dibuat berasal dari beberapa artikel jurnal penelitian yang telah dilakukan
sebelumnya.

4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Remaja
Remaja, atau adolescence, berasal dari bahasa Latin adolescare yang
artinya tumbuh atau tumbuh untuk mencapai kematangan. Masa remaja
adalah masa peralihan dari masa kana-kanak menuju ke masa dewasa.
Menurut WHO, remaja adalah penduduk dengan rentang usia 10 tahun
hingga 19 tahun. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 25 Tahun
2014, remaja adalah penduduk yang berada pada rentang usia 10 tahun
hingga 18 tahun. Menurut BKKBN, remaja adalah pada rentang usia 10-24
tahun dan belum menikah.
Remaja merupakan periode terjadinya pertumbuhan dan
perkembangan yang pesat secara fisik, psikologis, maupun intelektual.
Remaja memiliki sifat yang khas, yaitu memiliki rasa ingin tahu yang besar,
menyukai petualangan dan tantangan, serta cenderung berani menanggung
risiko atas perbuatan yang dilakukan tanpa pertimbangan yang matang.
Apabila keputusan yang diabli tidak tepat, maka akan jatuh ke dalam perilaku
yang berisiko dan mungkin harus menanggung akibatnya, baik jangka pendek
maupun jangka panjang. (Infodatin, 2015)

2.2 Gadget
Gadget adalah salah satu alat komunikasi yang banyak digunakan
oleh masyarakat. Gadget merupakan teknologi terbaru yang dibuat dengan
berbagai aplikasi yang dapat menyajikan berbagai berita, jejaring sosial, dan
hiburan. Gadget merupakan suatu alat teknologi yang memiliki fungsi
khusus, seperti smartphone. Smartphone merupakan perangkat mobile
berbasis telepon yang tidak hanya dapat digunakan untuk melakukan
penggilan, mengirim pesan berupa sms (short text messages), tetapi juga
dapat digunakan untuk membuka website, mengambil foto secara digital,
bermain game, mengunduh dan memainkan musik, melihat acara televisi
secara online, dan beberapa fitur canggih lainnya (Morley & Parker, 2011).

5
Gadget ataupun smartphone yang memiliki teknologi canggih tersebut
tidak hanya memberikan dampak positif bagi penggunanya. Namun,
penggunaan gadget dapat membuat seseorang kecanduan. Kecanduan
menggunakan gadget dapat ditandai dengan seseorang yang terlalu lama
sehingga mengganggu kehidupan sehari-hari.

2.3 Kualitas Tidur


Tidur merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang harus
dipenuhi. Waktu yang dibutuhkan untuk tidur bagi remaja yang berusia 16-30
tahun dalam setiap malam adalah selama 7-9 jam (Tarwoto & Wartonah,
2006). Tidur dapat memulihkan kondisi fisik setelah beraktivitas sehari-hari,
tidur dapat mengurangi stress maupun kecemasan serta dapat meningkatkan
kemampuan daya konsentrasi. Apabila kebutuhan tidur tidak terpenuhi, maka
dapat mempengaruhi kebutuhan yang lain (Mubarok & Chayatin, 2008).
Pengukuran kualitas tidur dapat berupa kuesioner maupun sleep diary,
nocturnal polysomnography, dan multiple sleep latency test (Hermawati
dalam Indrawati, 2012: 14). Sleep diary merupakan kegiatan mencatat
aktivitas tidur sehari-hari, waktu ketika tertidur, aktivitas yang dilakukan
dalam 15 menit setelah bangun, makanan dan minuman serta obat yang
dikonsumsi. Beberapa peneliti telah melakukan pengukuran kualitas tidur.
Busyee, Reynolds, Monk, et al. (1989: 193) melakukan pengukuran kualitas
tidur dengan menggunakan instrumen Pittsburgh Sleep Quality Index (PQSI).
PQSI merupakan instrumen yang dapat digunakan untuk mengukur
kualitas tidur dan pola tidur secara efektif. Instrumen PQSI dibuat
berdasarkan pengukuran pola tidur responden dengan rentang tidur pada satu
bulan terakhir. Tujuan adanya PQSI ini adalah untuk menyediakan standar
pengukuran kualitas tidur yang valid dan terpercaya, membedakan tidur yang
baik dan tidur yang buruk, menyediakan indeks yang mudah dipakai oleh
subjek dan interpetasi oleh peneliti, dan digunakan sebagai ringkasan dalam
pengkajian gangguan tidur yang bisa berdampak pada kualitas tidur (Busyee,
Reynolds, Monk, et al., 1989: 194).

6
Busyee, Reynolds, Monk, et al. (1989: 205) membedakan penilaian
PQSI menjadi kualitas tidur baik dan buruk. Penilaian tersebut mencakup 7
aspek, yaitu kualitas tidur subjektif, latensi tidur, durasi tidur, efisiensi tidur,
gangguan tidur, penggunaan obat tidur, dan disfungsi tidur di siang hari.
Jawaban dari masing-masing soal memiliki skor 0-3 dan setiap jenis
pertanyaan memiliki cara perhitungan berbeda-beda. Pada akhir penjumlahan
skor dari seluruh pertanyaan dan hasilnya diklasifikasikan menjadi dua
kategori. Jika skor akhir <5 dikategorikan ke dalam kualitas tidur baik dan
jika skor akhir >5 dikategorikan ke dalam kualitas tidur buruk.

7
BAB 3
METODE

Makalah ini merupakan review dari beberapa artikel penelitian yang


membahas tentang pengaruh dan hubungan penggunaan gadget dengan kualitas
tidur pada remaja.

8
BAB 4
DISKUSI

4.1 Review Artikel


Berdasarkan wawancara yang dilakukan oleh Jarmi dan
Rahayuningsih pada tahun 2017 kepada 5 siswa dan siswi sekolah di SMP
Negeri 1 Banda Aceh, menunjukkan bahwa 5 siswa siswi tersebut
menggunakan gadget di malam hari. Siswa siswi tersebut menggunakan
gadget untuk mencari tugas dan membuka media sosial. 4 dari 5 siswa siswi
tersebut menggunakan gadget hingga jam 12 malam yang mengakibatkan
mereka kesulitan untuk bangun di pagi hari dan merasa mengantuk.
Berdasarkan penelitian lebih lanjut, penelitian dilakukan pada 92 reponden di
SMP Negeri 1 Banda Aceh dengan hasil sebagai berikut :
a. Penggunaan gadget pada kategori tinggi yaitu sebanyak 50 orang (54,3%).
b. Frekuensi waktu penggunaan gadget pada kategori tinggi yaitu sebanyak
55 orang (59,8%).
c. Frekuensi durasi penggunaan gadget pada kategori lama sebanyak 56
orang (60,9%).
d. Frekuensi aktivitas menggunakan gadget pada kategori tinggi sebanyak 53
orang (57,6%).
e. Kualitas tidur pada kategori buruk sebanyak 49 orang (53,3%).
f. Dalam penelitian tersebut, keempat aspek diatas semuanya memiliki
hubungan dengan kualitas tidur pada remaja.
Saat remaja menggunakan gadget di malam hari sebelum tidur, maka
hal ini dapat mempengaruhi kualitas tidurnya. Kegiatan tersebut membuat
remaja menunda waktu tidur dan mengalami kesulitan dalam memulai tidur.
Meskipun penggunaan gadget pada siswa memiliki dampak positif untuk
mencari tugas sekolah di malam hari, namun kegiatan tersebut dapat
mengganggu kualitas tidur remaja apabila melebihi batas durasi penggunaan
gadget yang normal. Namun, pada kenyataannya remaja menggunakan
gadget bukan hanya untuk mencari tugas. Remaja juga menggunakan gadget
untuk berbagai aktivitas, seperti menggunakan aplikasi yang ada, bermain

9
game, membuka media sosial, membuka situs media online, menonton film,
membuka e-mail, facebook, twitter, dan membaca buku online. Penggunaan
gadget membuat otak akan menerima stimulus dari luar berupa suara, cahaya,
dan getaran dari gadget yang dapat mengakibatkan remaja tetap terjaga di
malam hari. Jika hal ini terus berlangsung dalam waktu yang lama, maka
mengganggu kualitas tidur pada remaja.
Selain itu, pada penelitian yang dilakukan oleh Sulistiyani pada tahun
2012, menunjukkan bahwa kualitas tidur yang buruk terjadi lebih banyak
pada responden yang memiliki kebiasaan menggunakan gadget saat akan
tidur dibandingkan dengan responden yang tidak menggunakan gadget saat
akan tidur. Gadget atau telepon genggam ini dapat membuat seseorang untuk
tetap terjaga hingga larut malam untuk menggunakan perangkat tersebut. Hal
ini sering terjadi karena sebagian besar pengguna gadget menggunakan
gadget untuk berkomunikasi, baik melalui email, sms, telepon, bahkan
searching internet hingga malam hari.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Premadi pada tahun 2017
menunjukkan bahwa perilaku penggunaan gadget pada siswa SMA Negeri 1
Srandakan Bantul yaitu dapat diketahui dengan banyaknya siswa yang setiap
hari membawa gadget ke sekolah. Selain itu, siswa juga menghabiskan
waktunya untuk bermain game, serta memungkinkan siswa untuk chatting
dengan teman lainnya. Pada penelitian ini juga dibahas bahwa banyak siswa
yang kualitas tidurnya tidak terpenuhi. Hal ini karena siswa selalu mengambil
gadget mereka meskipun saat akan tidur. Siswa menggunakan gadget mereka
untuk berdiskusi kelompok dengan media sosial seperti whatsapp, line, BBM,
ataupun lainnya. Siswa juga lebih memilih gadget dalam menyelesaikan
masalah, padahal hal tersebut dapat dilakukan pada saat bertemu langsung
dengan teman-teman mereka. Perilaku penggunaan gadget ini lebih banyak
terjadi pada perempuan dari pada laki-laki.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Meirianto pada tahun
2018, menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara kecanduan smartphone
dengan kualitas tidur. Penggunaan smartphone yang berlebihan dapat
membuat durasi tidur menjadi berkurang. Penggunaan secara berlebihan

10
membuat pengguna smartphone tetap terjaga dan membuat pengguna
smartphone memiliki keinginan untuk terus menerus mengoperasikan
smartphone, mengoperasikan smartphone, bersemangat dalam menggunakan
smartphone, menjadikan smartphone sebagai sarana untuk mengurangi stres,
mengurangi kelelahan, mengurangi rasa cemas, merasa gelisah dan
mengalami berbagai dampak buruk secara sosial dan fisik, serta mengurangi
durasi tidur yang dimiliki.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Demirci, Akgonul & Akpinar
menunjukkan bahwa dari 319 responden remaja, 78% dari responden adalah
pengguna smartphone, dengan jumlah perempuan lebih banyak dibanding
laki-laki. Perempuan dan usia yang lebih muda adalah kelompok rentan yang
terlalu sering menggunakan smartphone atau kecanduan smartphone. Terlalu
seirng menggunakan smartphone dapat menyebabkan berbagai masalah
kesehatan fisik dan psikologis. Beberapa penelitian telah mengevaluasi
hubungan antara smartphone, telepon seluler, internet, depresi, kecemasan,
dan gangguan tidur pada remaja. Penelitian ini menunjukkan bahwa
penggunaan internet dan tujuan penggunaan internet berpengaruh penting
dalam hal durasi tidur. Selain itu, peneliti menemukan bahwa kepemilikan
smartphone berkaitan dengan waktu tidur yang terlambat, namun tidak
berhubungan dengan gangguan tidur. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa
disfungsi siang hari, yang merupakan komponen dari kualitas tidur, lebih
banyak terjadi pada kelompok pengguna smartphone yang tinggi dibanding
dengan kelompok pengguna smartphone yang rendah. Selain itu, peneliti
mengemukakan bahwa depresi atau kecemasan merupakan mediator antara
terlalu sering menggunakan smartphone dengan kualitas tidur. Penggunaan
smartphone yang terlalu sering dapat menyebabkan depresi dan kecemasan,
yang pada akhirnya mengarah pada masalah tidur.
Pada studi penelitian yang dilakukan oleh Kurugodiyavar, et al.,
menunjukkan bahwa kecanduan smartphone berkaitan dengan kualitas tidur
yang buruk. Kecanduan smartphone atau penggunaan perangkat elektronik,
internet, dan smartphone yang berlebihan dapat menyebabkan gangguan tidur
karena adanya paparan cahaya dari layar maupun radiasi elektromagnetik.

11
Penggunaan perangkat elektronik menyebabkan peningkatan risiko durasi
tidur yang pendek, latensi tidur, dan defisiensi tidur.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Putri kepada 75 siswa
SMA Al Falah Ketintang Surabaya menunjukkan bahwa terdapat hubungan
negatif antara kecanduan smartphone dengan kualitas tidur pada sasaran.
Hubungan negatif tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi kecanduan
smartphone yang dialami seseorang, maka akan diikuti dengan rendahnya
kualitas tidur, begitu pun sebaliknya. Salah satu hal yang mempengaruhi
kualitas tidur adalah kecemasan. Kecemasan dan ketergantungan penggunaan
smartphone dapat terus maningkat setiap harinya, yang juga dapat
meningkatkan seseorang menjadi terjaga setiap malam dan bangun beberapa
kali yang pada akhirnya dapat mengakibatkan masalah tidur. Semakin tinggi
penggunaan smartphone untuk mengakses media sosial akan mengakibatkan
menurunnya kualitas tidur.
Penelitian yang dilakukan oleh Hapuarachige, et al. berkaitan dengan
penggunaan perangkat elektronik dengan kualitas tidur pada siswa ilmu
kesehatan. Dalam penelitian tersebut, responden secara teratur menggunakan
perangkat elektronik. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa mayoritas
remaja menggunakan perangkat elektronik yang mereka miliki pada saat
sebelum tidur. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa 83% siswa
memiliki kualitas tidur yang buruk. Frekuensi tidur yang buruk terjadi lebih
banyak pada siswa yang menggunakan perangkat seluler selama 3 jam atau
lebih per hari. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa penggunaan
ponsel tersebu sering dikaitkan dengan gangguan tidur. Sering tidur
berdampingan dengan ponsel dan sering dibangunkan oleh panggilan, pesan,
atau email menunjukkan hubungan yang signifikan dengan kualitas tidur
yang buruk. Kebiasaan menggunakan perangkat elektronik sebelum tidur
dapat mempengaruhi suasana hati dibandingkan dengan mereka yang jarang
menggunakan perangkat elektronik sebelum tidur. Kurang tidur dapat
menurunkan mood positif dan meningkatkan mood negatif.
Penelitian yang dilakukan oleh Gupta di India menunjukkan bahwa
kepemilikan ponsel sangat umum di kalangan remaja dan dewasa muda.

12
Ponsel yang sebelumnya hanya digunakan oleh masyarakat yang
berpenghasilan tinggi, saat ini juga digunakan oleh kebanyakan orang,
termasuk siswa sekolah. Mayoritas siswa memiliki smartphone yang
memiliki fasilitas internet, dan mereka sering menggunakannya untuk
mengambil gambar, merekam video, bermain game, mendengarkan musik,
dan mengakses internet. Dalam penelitian ini juga menunjukkan bahwa
sebagian besar siswa menggunakan ponsel mereka untuk interaksi sosial dan
berbagi pikiran dengan orang tua dan teman mereka. Pada saat tertidur, siswa
menyimpan ponselnya di tempat tidur atau meja dekat tempat tidur, dan
hanya beberapa siswa yang mematikan ponsel mereka saat tidur. Hal ini
menunjukkan bahwa seseorang yang terbiasa dengan ponsel mereka, akan
sulit untuk mematikan ponsel mereka bahkan saat tidur di malam hari.
Penggunaan smartphone untuk bermain game online juga dapat
menyebabkan kualitas tidur seseorang menurun. Berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh Malianti diketahui bahwa sebanyak 71% responden usia 10-12
tahun mengalami pola tidur yang terganggu karena bermain game online.
Anak-anak yang terjaga pada malam hari biasanya akan terlambat bangun
pada keeseokan harinya, dan harus buru-buru ke sekolah. Anak-anak yang
mengalami gangguan pola tidur pada malam hari dan merasa sulit tidur, akan
mengalami masalah emosional yang lebih. Perubahan aktivitas tidur
berdampak negatif pada anak disebabkan karena permainan video game yang
tidak terkontrol dan berlebihan. Semakin lama anak bermain video game,
maka pola tidurnya juga akan berubah. Hal tersebut dapat diketahui dari
perbedaan jumlah jam tidur tiap anak yang menjadi reponden dan frekuensi
anak terbangun di malam hari. Anak yang sering bermain game online akan
lebih sering terpapar cahaya komputer dan akan memberikan efek yang dapat
berpengaruh terhadap pola tidurnya.

13
BAB 5
KESIMPULAN

Penggunaan gadget yang berlebihan dapat mempengaruhi kualitas tidur


seseorang. Hal ini karena kebiasaan tidur bersebelahan dengan gadget, sehingga
seseorang yang tidur tidak jauh dari gadget akan memiliki keinginan agar selalu
terjaga, baik untuk membalas pesan yang masuk maupun untuk melakukan
kegiatan lainnya. Gadget yang semakin canggih dapat dengan mudah memenuhi
kebutuhan manusia di era modern saat ini. Sehingga semakin banyak remaja yang
tidak dapat dipisahkan dengan gadget, baik untuk mengerjakan tugas, bermain
game, mendengarkan musik, bermain media sosial, dan kegiatan lainnya.

14
REFERENSI

Busyee, D., Reynolds, C., Monk, T., et al. 1989. The Pittsburgh Sleep Quality
Index (PSQI): A New Instrument for Psychiatric Research and Practice.
Psychiatri Research, 28, 193-213.
Demirci, K., Akgonul, M. & Akpinar. 2015. Relationship of Smartphone Use
Severity with Sleep Quality, Depression, and Anxiety in University Students.
Journal of Behavioral Addictions Vol 4 No 2.
Gupta, N. 2015. Pattern of Mobile Phone Usage and Its Effects on Psychological
Halth, Sleep, and Academic Performance in Students of a Medical
University. Research Article. National Journal of Psychology, Pharmacy and
Pharmacology Vol 6 No 2.
Hapuarachige, C. eat al. 2014. The Effects of Electronic Device Use On The Sleep
Quality Of Health Science Students In The United Arab Emirates. Gulf
Medical Journal. Volume 3 No 2.
Indrawati, N. 2012. Perbandingan Kualitas Tidur Mahasiswa yang Mengikuti
UKM dan Tidak Mengikuti UKM pada Mahasiswa Reguler FIK UI. Skripsi,
tidak diterbitkan, Universitas Indonesia, Jakarta.
Jarmi, A. & Rahayuningsih, S.I. 2017. Hubungan Penggunaan Gadget dengan
Kualitas Tidur pada Remaja. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Fakultas
Keperawatan Universitas Syiah Kuala, Vol 2 No 3.
Kementerian Kesehatan RI. 2015. Infodatin : Situasi Kesehatan Reproduksi
Remaja. Jakarta Selatan : Pusat Data dan Informasi.
Kurugodiyavar, M. et al. 2018. Impact of Smartphone Use on Quality of Sleep
among Medical Students. International Journal of Community Medicine and
Public Health. Vol 5 No 1.
Marlianti, D. 2015. Hubungan Kecanduan Bermain Game Online dengan Pola
Tidur dan Motivasi Belajar Anak Usia 10-12 Tahun di SD Mattoangin 2
Kecamatan Mariso Kota Makassar. Skripsi. Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.
Meirianto, M. T. 2018. Hubungan Antara Kecanduan Smartphone dengan
Kualitas Tidur pada Remaja. Naskah Publikasi. Program Studi Psikologi
Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia
Yogyakarta.
Morley, D. & Parker, C.S. 2011. Understanding Computers Today and Tomorrow
(13th ed). USA, (pp. 20-21).
Mubarak & Chayatin. 2008. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia Teori dan
Aplikasi dalam Praktik. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 25 Tahun 2014 tentang Upaya Kesehatan
Anak.
Permadi, A. 2017. Hubungan Perilaku Penggunaan Gadget dengan Kualitas
Tidur pada Anak Usia Remaja di SMA Negeri 1 Srandakan Bantul. Naskah
Publikasi. Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas ‘Aisyiah Yogyakarta.
Putri, A.Y. 2018. Hubungan Antara Kecanduan Smartphone dengan Kualitas
Tidur pada Remaja. Skripsi. Program Studi Psikologi Fakultas Psikologi
dan Kesehatan Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.

15
Sulistiyani, C. 2012. Beberapa Faktor yang Berhubungan dengan Kualitas Tidur
pada Mahasiswa. Jurnal Kesehatan Masyarakat, Vol 1 No 2 Hal 280-292.
Tarwoto & Wartonah. (2006). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses
Keperawatan. Edisi Ke-3. Jakarta: Salemba Medika.

16

Anda mungkin juga menyukai