Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut WHO definisi anak berawal dari seseorang di dalam
kandungan sampai dengan usia 19 tahun. Anak merupakan aset bangsa yang
akan meneruskan perjuangan bangsa sehingga harus diperhatikan tumbuh
kembangnya (Depkes RI 2014). pada masa anak-anak merupakan masa di
mana anak-anak sangat peka terhadap lingkungan dan tidak dapat diulang
kembali, masa itu juga sebagai periode kritis dan periode emas (kusbiatoro
2015). Periode sensitif atau peka pada anak berbeda beda, ini sejalan dengan
laju pertumbuhan dan perkembangana anak sendiri (Uce, 2017).
Periode prasekolah (3-6 tahun) di mulai dari anak-anak mulai bisa
bergerak sambil berdiri sampai mereka bisa masuk sekolah, dicirikan dengan
aktivitas yang tinggi. Pada masa ini dikenal dengan golden age atau generasi
emas karena masa pertumbuhan dan perkembangan pesat (Anisa, Marlina &
Zulminiarti, 2018). Anak-anak pada usia ini membutuhkan bahasa dan
hubungan sosial yang lebih luas, mepelajari standar peran, memperoleh
kontrol dan penguasaan diri, semakin menyadari sifat ketergantungan dan
kemandirian dan mulai membentuk konsep diri (Sapardi, 2018)
Perkembangan potensi-potensi anak harus melibatkan peran orang tua.
Tugas orang tua melengkapi kebutuhan, mefasilitasi dan mempersiapkan anak
menuju kedewasaan melalui masa perkembangan dengan optimal dan
pertumbuhan yang baik sesuai usia (Anisa, Marlina & Zuminiarti, 2018).
Perkembangan anak dipengaruhi oleh faktor internal (genetik, hormon dan
kecerdasan ) dan eksternal (lingkungan prenatal, budaya, pola asuh orang tua,
status sosial ekonomi keluarga, gizi dan secara tidak langsung dipengaruhi
oleh pendidikan orang tua dan sosial ekonomi (Fuada, Mulyati & Hidayati
2011 dalam sholiha, rustiana & Yniastuti 2017).
Anak di usia prasekolah yang merupakan masa anak sangat aktif
bermain, belajar dan mulai mencari tahu hal baru. Pada saat tersebut membuat
anak selalu ingin bermain dan kurang tidur. Kebutuhan fisiologis, merupakan
kebutuhan paling dasar dan memiliki prioritas tertinggi dalam kebutuhan
maslow. Kebutuhan fisiologis merupaka kebutuhan yang mutlak harus
terpenuhi oleh manusia. Kebutuhan tersebut terdiri dari pemenuhan oksigen
dan pertukaran gas, kebutuhan cairan (minuman), nutrisi (makanan),
eliminasi, istrahat dan tidur (Ns Kasiati dan Niwayan Dwi Rosmilawati 2016).
Kulitas tidur yang baik membantu meningkatkan suasana hati,
perhatian, motivasi, memori dan fungsi kognitive seseorang. Pada saat
seorang tidur di malam hariotak akan mengitegrasikan pengetahuan baru dan
membentuk asosiasi baru, sehingga membuat pikiran lebih segar (Baert et al.,
2015).
Tidur sehat merupakan suatu kebutuhan yang merupakan bentuk
perlindungan dari organisme untuk menghindari pengaruh yang merugikan
tubuh karena kurang tidur. Pada waktu tidur aktivitas saraf simpatis
meningkat, dengan efek penyempitan pupil, perlambatan pernafasan dan
sirkulasi darahdan stimulasi aktivitas saluran cera dengan penguatan
peristaltik dan sekresi getah lambung usus, singkatnya proses-proses
pengumpulan energi dan pemulihan tenaga dari organisme diperkuat (Tjay
dan Raharja, 2015)
Tidur sehat yang dimaksud disini adalah tidur yang dilakukan
seseorang yang tidak mengalami gangguan kesehatan, jutru akan membuat
seorang tersebut dapat merasakan manfaat yang positif bagi kesehatanya.
Menurut Rinda dkk (2017) pada anak-anak semakin baik kualitas tidurnya
maka semakin baik tekanan daranya dan perkembangannya Lamanya waktu
tidur untuk anak Prasekolah yang berada di kisaran 3-6 tahun adalah 11
jam/hari (Kemenkes RI 2016)
Bila dicermati tampaknya gangguan tidur pada anak adalah keluhan
yang cukup sering dikeluhkan oleh orang tua pada dokter, namun sering kali
keluhan ini tidak ditanganni secara baik dan benar. Gangguan tidur pada anak
bisa merupakan gangguan tidur primer atau sebagai konsekuensi sekunder
dari gangguan medis atau kejiwaan yang mendasari dan bisa berakibat pada
fungsi sosial, akademik dan neurobehavioral.
Banyak berpendapat baik dari masyarakat awam dan sebagian klinisi
atau dokter yang masih mengatakan bahwa gangguan tidur adalah hal yang
biasa pada anak yang nantinya pada usia tertentu akan membaik dengan
sendirinya. Padahal gangguan ini bila tidak ditangani dengan baik dapat
mengganggu pertumbuhan dan perkembangan anak.
Gangguan tidur pada anak ternyata cukup sering terjadi. Tingkat
prevalensi dunia menurut WHO berkisar antara 25% sampai 40% dan itu
merupakan angka yang persisten. Di Beijing China didapatkan prevalensi
gangguan tidur pada anak usia 2-6 tahun sebesar 23,5%. Di indonesia sendiri
tingkat prevalensi gangguan tidur pada anak dibawah usia 3 tahun sebear
44,2%. Penelitian lain menyebutkan bahwa 30% dari anak-anak dibawah 4
tahun mengalami gangguan tidur yang berupa sering terbangun pada malam
hari, untuk bagian Kelurahan Duyu dalam pendataan pada tahun 2020-2021
memiliki jumlah anak usia 3-6 tahun sebanyak 182 orang dan setelah di
survey dari 10 rumah ada 6 rumah yang memiliki anak dengan kualitas tidur
yang kurang baik.
Dalam dunia kesehatan baik bagi orang dewasa maupun anak
dikenalsalah satu bentuk terapi yang dapat membuat otak berkembang lebih
baik dan menngkatkan kerja otak. Pijat kecerdasan otak adalah suatu tehnik
rangsangan untuk melancarkan aliran darah, syaraf dan meridian yang menuju
ke arah kepala dan otak, pijat ini disebut dengan smartpunktur (Wong, 2010)
Smartpunktur merupakan bagian dari akupresure, dimana akupresure
merupakan salah satu terapi komplementer alternative yang legal. Dasar
hukum yakni Permenkes RI no.1109/Menkes/PER/IX/2007 tentang
penyelenggaraan pengobatan komplementer alternatif di fasilitas pelayanan
kesehatan. (Sudijayana, 2012).
Salah satu manfaat smartpunktur adalah membuat tidur lebih nyenyak
pada anak dan menurunkan hormon stress. Oleh karena itu semakin
meningkatnya anak yang mengalami kualitas tidur buruk selama prasekolah
kerena sangat aktifnya bermain, maka peneliti tertarik melkukan penelitian
terapi komplementer untuk mengatasi masalah tersebut dengan judul
“Pengaruh Smartpunktur Terhadap Kualitas Tidur Anak Usia Prasekolah di
Kelurahan Duyu”

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan di atas maka
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Pengaruh
Smartpunkture Terhadap Kualitas Tidur Anak Usia Prasekolah di Kelurahan
Duyu?”.

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan dari diadakannya penelitian ini adalah untuk diketahui
pengaruh pemberian terapi smartpunktur terhadap kualitas tidur anak
usia prasekolah di Kelurahan Duyu.
2. Tujuan Khusus
a. Terindentifikasi kualitas tidur anak usia prasekolah sebelum
pemberian terapi smartpunktur
b. Teridentifiksai kualitas tidur anak setelah pemberian terapi
smartpunktur.
c. Teranalisis pengaruh dari pemebrian terapi smartpuntur teradap
kualitas tidur anak di kleurahan Duyu.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis dalam penelitian ini adalah sebgai
pengembangan studi keperawatan tentang perawat dalam
meminimalisir buruknya kualitas tidur anak usia prasekolah yang
dalam masa aktif, bermain dan berkembang, serta dapat memberikan
kontribusi positi dalam bidan keperawatan anak.
2. Manfaat praktis
a. Bagi program studi ilmu keperawatan
Bagi progam studi imlu keperawatan, hasil penelitian
ini diharapkan dapat dipergunakan sebagai data pendukung
dalam upaya meningkatkan pengetahuan mengenai pemberian
terapi smartpunktur dalam nmeningkatkan kualitas tidur anak.
b. Bagi pelayanan keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan
bagi pelayanan keperawatan khusunya keperawatan anak
dalam merencanakan keperawatan pada anak yang mengalami
gangguan kualitas tidur.
c. Bagi peneliti
Manfaat bagi peneliti dapat menjadi acuan dan media
pembelajaran serta pengetahuan dalam melakukan penelitian
untuk mengetahui pengaruh terapi smartpunktur terhadap
kualitas tidu anak usia prasekolah.
d. Bagi Peneliti selanjutnya
Bisa dijadikan sebagai acuan dan data dasar bagi
peneliti berikutnya yang ingin meneiti juga mengenai terapi
smartpunktur yang lebih dalam seperti mengganti sampelnya
ke usia anak selain pada usia prasekolah.

Anda mungkin juga menyukai