Anda di halaman 1dari 37

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA

MAJU (STIKIM) No. Dokumen : -


DEPARTEMEN KEPERAWATAN
Tanggal : -
SOAL UJIAN AKHIR SEMESTER Revisi : -
Halaman :
Mata Kuliah : Metodologi Penelitian
Jenis Ujian : Take Home
Kelas : Ekstensi
Dosen Penanggung Jawab : Ns. Nur Eni Lestari, M.Kep., Sp.Kep.An
SKS/Semester : Ganjil
Tahun Akademik : 2021/2022 Ganjil
Hari/Tanggal :
Waktu :
Pukul :

SOAL

Buatlah artikel penelitian dari laporan skripsi di bawah ini sesuai dengan
template yang diminta dalam bentuk pdf ! (template terlampir)

Dikumpulkan paling lambat Sabtu tanggal 29 Januari 2022 pukul 24.00.

Artikel di submit pada google formulir

https://bit.ly/UASMETLITganjil2021
RISET

PENGARUH DONGENG TERHADAP KUALITAS TIDUR


PADA ANAK USIA SEKOLAH YANG MENGALAMI
HOSPITALISASI DI RUMAH SAKIT KESDAM
CIJANTUNG TAHUN 2018

Riset Ini Sebagai Prasyarat Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)

DISUSUN OLEH :

ARI KRISTANTI

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA MAJU
JARKATA
2018
HALAMAN PENGESAHAN

Riset Dengan Judul

Pengaruh Dongeng Terhadap Kualitas Tidur Pada Anak Usia Sekolah yang

Mengalami Hospitalisasi Di Rumah Sakit Kesdam Cijantung Tahun 2018

Riset ini telah disetujui, diperiksa dan di pertahankan di hadapan Tim Penguji

Riset Program Studi Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia

Maju

Jakarta, Agustus 2018

(Ns. Hari Ghanesia, S.Kep. MKM )

Pembimbing

(Nur Eni Lestari, Ns. Sp. Kep. An )

i
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kualitas tidur adalah kepuasan seseorang terhadap tidur, sehingga

seseorang tersebut tidak memperlihatkan perasaan lelah, mudah terangsang

dan gelisah, lesu dan apatis, kehitaman disekitar mata, kelopak mata

bengkak, konjungtiva merah, mata perih, perhatian terpecah-pecah, sakit

kepala dan sering menguap atau mengantuk (Hidayat, 2006). Kualitas tidur

merupakan suatu fenomena komplek yang melibatkan beberapa dimensi.

Kualitas tidur ditentukan oleh bagaimana seseorang mempersiapkan pola

tidurnya. Pada malam hari seperti kedalaman tidur, kemampuan tinggal

tidur, dan kemudahan untuk tertidur tanpa bantuan medis. Kualitas tidur

yang baik dapat memberikan perasaan tenang dipagi hari, perasaan energik,

dan tidak mengeluh dengan gangguan tidur (Wavy, 2008).

Kualitas tidur dapat dinilai dari beberapa aspek seperti lamanya

tidur, waktu yang diperlukan untuk dapat tertidur, frekuensi terbangun, dan

beberapa aspek subjektif seperti kedalaman dan kepuasan tidur (Nilifda et

al, 2016). Kualitas tidur seseorang dapat dianalisis melalui pemeriksaan

laboratorium yaitu EEG yang merupakan rekaman arus listrik dari otak.

Perekaman listrik dari permukaan otak atau permukaan luar kepala dapat

menunjukan adanya aktivitas listrik yang terus menerus timbul dalam otak.

Hal tersebut dipengaruhi oleh derajat eksitasi otak

1
2

sebagai akibat dari keadaan tidur, keadaan siaga atau karena penyakit lain

yang diderita. Tipe gelombang diklasifikasikan sebagai gelombang alfa,

betha, tetha dan delta (Guyyton & Hall, 2009).

Kebutuhan tidur pada anak-anak bervariasi, bergantung pada

tahapan usianya. Rata-rata anak usia sekolah membutuhkan sekitar 12 jam

dalam semalam dan jarang tidur siang. Tidur dengan pola yang teratur itu

lebih penting jika dibandingkan dengan jumlah tidur. Pada beberapa orang,

mereka merasa cukup dengan tidur selama lima jam saja pada tiap

malamnya (Kozier, 2005). Menurut Hidayat (2006), kebutuhan tidur

manusia lamanya tergantung pada tingkat perkembangan seseorang. Pada

anak usia sekolah kebutuhan tidurnya sekitar 9,5-10 jam sehari, dan anak

usia sekolah tidur antara 8-12 jam semalam tanpa tidur siang, anak usia 8

tahun membutuhkan waktu kurang lebih 10 jam setiap malam, sedangkan

pada usia remaja kebutuhan tidurnya sekitar 8,5 jam sehari (Wong, 2009;

Asmadi 2008). Di indonesia sendiri diperkirakan 11,7% penduduknya

mengalami kesulitan tidur (Agung, 2011).

Pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur setiap orang berbeda, ada

yang terpenuhi dengan baik dan ada pula yang mengalami gangguan dalam

pemenuhannya. Data yang sudah di dapat di RS Kesdam Cijantung banyak

pasien anak yang mengalami sulit tidur kurang lebih 50% dari data yang

didapat. Anak yang dirawat di rumah sakit, dimana hospitalisasi pada anak

merupakan pengalaman yang penuh dengan stres, baik bagi anak itu sendiri

maupun orang tua. Banyaknya stresor yang dialami anak ketika menjalani
3

hospitalisasi menimbulkan dampak negatif yang mengganggu

perkembangan anak. Lingkungan rumah sakit dapat merupakan penyebab

stres dan kecemasan pada anak. Berdasarkan data Perhimpunan Nasional

Rumah Sakit Anak di Amerika, sebanyak 6,5 juta anak/tahun yang

menjalani perawatan di rumah sakit dengan usia kurang dari 17 tahun

(McAndrews, 2007 dalam Roberts, 2010).

Kualitas tidur yang tidak baik akan meningkatkan resiko penyakit

dengan penyakit kronis lebih banyak. Hal tersebut akan masalah dalam

memulai tidur dan lebih sering terbangun pada malam hari (Hysing et al,

2009). Kualitas tidur berhubungan erat dengan kesejahteraan seorang anak.

Gangguan tidur sering diikuti dengan berbagai penyakit somatik, psikiatrik

dan neurologis. Tidur yang buruk memiliki dampak negatif terhadap mood

dan perilaku, gangguan tidur laten pada beberapa kasus dapat

bermanifestasi sebagai gejala psikiatrik, hiperaktivitas dan masalah

emosional (Sivertsen et al., 2009; Sekartini, 2004).

Kualitas tidur yang tidak baik pada anak akan cenderung berbeda

dengan orang dewasa. Pada anak, mereka lebih cenderung jadi makin aktif

ketika merasa lelah, dan bukannya melambat pada orang dewasa. Gejala

kurang tidur pada anak yaitu murung dan mudah tersinggung, gampang

marah, cenderung mudah meledak ketika merasa terganggu, jadi overacting

dan hiperaktif, tidur di siang hari, merasa pusing ketika bangun pagi, enggan

bangkit dari tempat tidur pada pagi hari (Sivertsen et al, 2009).
4

Hospitalisasi atau rawat inap merupakan sebuah proses yang

mengharuskan seseorang anak tinggal dirumah sakit karena adanya

gangguan kesehatan untuk menjalani terapi dan perawatan sampai pada

waktu anak diperbolehkan pulang (Supartini, 2004). Sedangkan menurut

Asmadi (2008) hospitalisi merupakan sebuah pengalaman yang tidak

menyenangkan dan dianggap mengancam sehingga menjadi pengalaman

yang traumatik bagi setiap orang yang pernah mengalaminya.

Metode bercerita atau mendongeng merupakan metode yang cukup

efektif dalam menarik perhatian seseorang. Mendongeng adalah seni

bercerita menggunakan bahasa, vokalisasi, gerakan fisik dan isyarat tertentu

untuk mengungkapkan unsur-unsur dari cerita ke pendengar (Haven, 2000).

Metode mendongeng merupakan kegiatan menyenangkan dimana anak

akan mendengarkan cerita yang menarik sehingga diupayakan anak bisa

merasa lebih santai dan nyaman sehingga dapat membantu anak melupakan

sejenak perasaan atau emosi negatif akibat stresor yang diterima sehingga

anak dapat tidur dengan lebih baik (Hedo & Sudhana, 2014).

Dongeng juga bisa merangsang batang otak atas dalam mengaktipasi

kortek selebral. Aktivasi korteks selebral kemudian akan menstimulasi

penurunan Retikular activating System (RAS) dimana RAS dinyakini

mengandung sel-sel khusus yang memiliki pran dalam mempertahankan

keadaan terjaga dan siaga kondisi ini lah yang membuat tubuh melepaskan

serotonin dari sel Bulbar Synchronizing Region (BSR) yang akan

menimbulkan rasa tenang bagi tubuh. Timbulnya rasa tenang dari tubuh
5

tersebut akan dapat menghilangkan rasa cemas yang di rasakan anak akibat

dampak hospitalisasi. Dimna rasa cemas tersebut merupakan sala satu

bentuk stres fisikologis yang dapat menjadi penyebab tidur pada anak

(Wahyuningsih & Febriani,2011). Dongeng terbukti mampu memberikan

efek pada prilaku anak (KBBI,2007.,274) Dongeng akan meningkatkan

pelepasan endofrin dan ini menurunkan obat-obatan. Pelepasan tersebut

memberikan pula suatu pengalihan perhatian dri rasa sakit yang dapat

mengurangi kecemasan (McGregor, 2001)

Berdasarkan hasil studi pendahuluan di Rumah sakit kesdam

cijantung didapatkan bahwa 7 dari 10 anak yang dirawat atau 70% rata-rata

pada hari pertama dirawat sulit tidur dikarenakan lingkungan rumah sakit

yang kurang nyaman, tindakan yang dilakukan di rumah sakit, tempat tidur

yang kurang nyaman. Cara mengatasi tidur pada anak di rumah sakit hanya

sebagian kecil orang tua melakukan dengan cara menghibur seperti bercerita

atau mengajak bermain, untuk mengurangi rasa stres pada anak sehingga

anak tidak berfokus pada lingkungan rumah sakit. Sedangkan sebagian

besar orang tua hanya bercerita biasa dan hanya sebentar saja dan hanya

menasehati.

Berdasarkan hal tersebut maka peneliti ingin mengeksplor pengaruh

dongeng terhadap kualitas tidur pada anak sekolah yang mengalami

hospitalisasi.
6

B. Rumusan Penelitian

Anak mengalami sulit tidur karena sedang mengalami perawatan

dirumah sakit sehingga akan menyebabkan kualitas tidur pada anak

berkurang. Hal tersebut terjadi hampir 50% pada anak yang pertama kali

masuk perawatan di hari pertama di rawat di rumah sakit. Banyak metode

untuk meningkatkan kualitas tidur pada anak salah satunya dengan

dongeng. Berdasarkan penelitian dongeng terbukti efektif dalam

meningkatkan kualitas tidur. Bercerita atau metode mendongeng

merupakan kegiatan menyenangkan dimana anak akan mendengarkan cerita

yang menarik sehingga diupayakan anak bisa merasa lebih santai dan

nyaman sehingga dapat membantu anak melupakan sejenak perasaan atau

emosi negatif akibat stresor yang diterima sehingga anak dapat tidur dengan

lebih baik. Berdasarkan rumusan masalah tersebut di atas apakah ada

pengaruh dongeng terhadap kualitas tidur pada anak sekolah yang

mengalami hospitalisasi.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Tujuan umum penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh dongeng

terhadap kualitas tidur pada anak sekolah yang mengalami hospitalisasi.

2. Tujuan khusus

Tujuan khusus penelitian ini yaitu terindendifikasinya :

a. Gambaran kualitas tidur anak usia sekolah sebelum diberikan

dongeng
7

b. Gambaran kualitas tidur anak usia sekolah setelah diberikan dongeng

c. Pengaruh dongeng terhadap kualitas tidur usia sekolah

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Aplikatif

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi terkait kualitas

tidur yang dialami anak pada saat masuk perawatan hari pertama di rumah

sakit, yang biasanya mengalami kesulitan tidur karna kondisi atau

lingkungan rumah sakit, tetapi dengan metode mendongeng dapat

digunakan untuk menyusun program pengembangan penatalaksanaan yang

tepat untuk mengurangi gangguan kualitas tidur pada anak di rumah sakit

dengan pemberian asuhan keperawatan yang komprehensif.

2. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dalam rangka

pengembangan ilmu pengetahuan tentang kualitas tidur pada anak, jenis

gangguan tidur yang mempengaruhi kualitas tidur pada anak di rumah sakit.

3. Manfaat Metodologis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai data awal

untuk penelitian selanjutnya mengenai kualitas tidur pada anak di rumah

sakit.
KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep merupakan bagian riset keperawatan yang menyajikan

konsep atau abstraksi dari suatu realitas agar dapat dikomunikasikan dan

membentuk suatu teori yang menjelaskan keterkaitan antar variabel (baik

variabel yang diteliti maupun yang tidak diteliti). Kerangka konsep akan

membantu peneliti menghubungkan hasil penemuan dengan teori

(Nursalam, 2014).

Variabel Independen Variabel Dependen

DONGENG KUALITAS TIDUR

Skema 3.1 kerangka konsep

Keterangan : = variabel penelitian

= bukan variabel penelitian

Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi suatu

yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variable dependen

(terkait), Sugiono (2012) adapun variable dalam penelitian ini adalah sugesti

pemberian dongeng.

Variabel dependen adalah variabel yang di pengaruhi atau yang

menjadi akibat karna adanya variabel independen (bebas),menurut Sugiono

(2012). Adapun variabel penelitian ini adalah kualitas tidur.

8
9

B. Hipotesis

Hipotesis adalah (atau ada pula yang menyebutnya dengan istilah

hipotesa) dapat diartikan secara sederhana sebagai dugaan sementara (Sabri

Luknis, 2014). Hipotesis berasal dari bahasa Yunani hypo yang berarti di

bawah dan thesis yang berarti pendirian, pendapat yang ditegakkan, kepastian.

Jika dimaknai secara bebas, maka hipotesis berarti pendapat yang

kebenarannya masih diragukan. Untuk bisa memastikan kebenaran dari

pendapat tersebut, maka suatu hipotesis harus diuji atau dibuktikan

kebenarannya.

Ha : Ada pengaruh dongeng terhadap kualitas tidur pada anak sekolah yang

mengalami hospitalisasi.

Ho : Tidak ada pengaruh dongeng terhadap kualitas tidur pada anak sekolah

yang mengalami hospitalisasi.

C. Definisi Operasional

Definisi Operasional adalah perumusan pengertianvariabel yang akan

dipakai sebagai pegangan dalam mengumpulkan data ( Azwar, 2003).

Tabel 3.1 Definisi oprasional (azwar,2003).

No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur dan Hasil Ukur Skala Ukur
cara ukur

1 Dongeng media komunikasi yang lebih efektif Alat ukur: 0 = (Tidak Nominal
dilakukan pada anak yang belum Observasi, dilakukan)
mampu mengekspresikan perasaaan ibu responden
secara verbal. melakukan 1 = (Ya) dilakukan
Jenis dongeng di sesuaikan dengan dongeng pada
kesukaan anak anaknya
10

2 Kualitas Kepuasan anak terhadap kualitas Alat ukur: 0 = kualitas tidur Nominal
Tidur tidur . Kuesioner. baik (skor 0)
Tdak dapat tertidur dalam waktu 30 1= kualitas tidur
menit Ibu tidak baik (skor 1-
Terbngun di tengah malam atau pagi Responden 21)
sekali megisi
Terbngun karna ingin ke kamar kusioner
mandi
Terganggu pernapasan
Batuk atau mendengkur
Merasa kedinginan
Merasa kepanasan
Mimipi buruk
merasa kesakitan
BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain dalam penelitian ini menggunakan tipe penelitian kuantitatif

yaitu eksperimental semu (Quasi Experimental Design). Tipe penelitian Quasy

Eksperimental Design adalah suatu desain penelitian yang tidak mempunyai

pembatasan yang ketat terhadap randomisasi, pada saat yang sama dapat

mengontrol ancaman-ancaman validitas dan tidak memiliki ciri-ciri rancangan

yang sebenarnya karena variabel-variabel yang seharusnya dikontrol

(Notoatmodjo, 2012)

Penelitian ini menggunakan metode Rancangan Eksperimental Semu

(Quasi Experimental Design Without Control) tanpa kelompok kontrol (one

group pre test post test). Dalam rancangan ini peneliti akan mengadakan

pengamatan langsung terhadap satu kelompok subjek dengan dua kondisi yang

dilaksanakan tanpa adanya kelompok pembanding, sehingga setiap subjek

merupakan kelas kontrol atas dirinya sendiri (Arikunto, 2010).

B. Populasi penelitian dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan dari suatu variabel yang menyangkut

masalah yang diteliti (Notoatmodjo, 2012).Sedangkan Populasi dalam

penelitian ini adalah anak usia sekolah yang mengalami hospitalisasi di

11
12

rumah sakit kesdam.Jumlah keseluruhan populasi dalam penelitian ini

adalah 27 orang dalam 3 bulan terakhir.

2. Sampel

Sample dalam penelitian ini adalah pasien anak usia sekolah di

Rumah sakit Kesdam pada saat penelitian berlangsung yang diambil

berdasarkan metode porposive sampling, yaitu metode pengambilan sampel

yang didasarkan pada suatu pertimbangan tetentu yang dibuat oleh peneliti

sendiri, berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui

sebelumnya, (Notoatmojo, 2005).

Kemudian peneliti menentukan sebagian popoulasi sebagai sampel

penelitian berdasarkan pertimbangan-pertimbangan yang tetap ditetapkan

peneliti. Sesuai dengan tujuan penelitian, responden yang dapat dijadikan

sampel penelitian harus mempunyai kriteria inklusi(kriteria yang

diharapkan) sebagai berikut:

1. Anak usia sekolah (6-12 tahun)

2. Anak dengan persetujuan orang tua atau keluarga bersedia menjadi

responden.

3. Anak dalam keadaan sadar saat dirawat dan tidak mengidap penyakit

terminal.

4. Masa perawatan anak di ruangan tidak lebih dari 3 x 24 jam.

5. Bukan perawatan berulang, anak barupertama kali dirawat di rumah

sakit atau anak pernah dirawat di rumah sakit sebelumnya lebih dari

enam bulan yang lalu


13

Sedangkan kriteria eksklusi adalah kriteria dimana subyek

penelitian tidak dapat mewakili sample saat penelitian berlangsung

karena tidak memenuhi syarat sebagai sampel penelitian (Notoatmodjo,

2002).

Rumus penelitian menggunakan

(𝑍𝛼 + 𝑍𝛽)𝜋
𝑛" = 𝑛% =
(𝑃" − 𝑃% )

𝑍/ = 𝐷𝑒𝑣𝑖𝑎𝑛𝑡 𝐵𝑎𝑘𝑢 𝑎𝑙𝑓𝑎

𝑍; = 𝐷𝑒𝑣𝑖𝑎𝑛𝑡 𝐵𝑎𝑘𝑢 𝐵𝑒𝑡𝑎

Π = Besarnya diskordan (ketidaksesuaian)

n = (1,96 kesalahan 5%)

Zβ = (1,28 kesalahan 10%)

Untuk P1-P2 perbedaan yang diinginkan 0,4

Π = 0,3

(",=>?",%@)A .C,D
N= = 26,44
(C,D)A

Berdasarkan perhitungan sampel diatas di dapatkanjumlah 27 responden

C. Tempat Penelitian dan Waktu penelitian

a. Tempat Penelitian

Tempat penelitian ini dilakukan di Ruangan Perawatan Anak Rumah Sakit

kesdam jaya cijantung.

b. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan April-Agustus 2018


14

D. Etika Penelitian

Sebelum mengambil sample data, penelitian menjelaskan maksud dan tujuan

penelitian serta mempertimbangkan etik dalam penelitian dengan menjamin

hak-hak responden, adapun etika dalam penelitian ini meliputi :

1. Inform Consent

Inform consent merupakan persetujuan antara peneliti dengan calon

responden yang dilakukan dengan memberikan lembar persetujuan,

penelitian menjelaskan tujuan penelitian kepada calon responden. Jika

calon responden bersedia menjadi calon responden maka responden

dipersilahkan menandatangani lembar persetujuan, tetapi bila calon

responden tidak bersedia maka tidak ada paksaan untuk menjadi responden.

Dalam penelitian ini, persetujuan dilakukan antara peneliti dengan calon

responden yaitu orang tua.

2. Anonimity (tanpa nama)

Anonimity merupaka etika penelitian dimana peneliti tidak mencatumkan

nama responden pada lembar alat ukur, tetapi hanya menuliskan kode nomer

responden pada lembar pengumpulan data kode yang digunakan berupa

nomor responden berupa angka (misla : 1,2,3 dan seterusnya).

3. Confidentiality (kerahasian)

Saat pelaksanaan dilapangan peneliti tidak hanya terlibat dalam proses

pengambilan data penelitian tetapi kadang responden cerita sekitar

kehidupan pribadinya sehingga peneliti harus menjamin kerahasiaan hasil

dari penelitian baik informasi maupun masalah lain yang menyangkut


15

privasi responden dan hanya kelompok data tersebut tertentu yang akan

dilaporkan pada hasil penelitian.

E. Alat Pengumpulan Data

Alat pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan kuesioner

kualitas tidur PQSI ysng termodifikasi dari penelitian sebelumya (Chistine

natalia,dkk:2011) dengan 19 pertanyaan dengan 7 komponen yang meliputi

skor 0-21. Pertanyaan yang kedua mempunyai skor 0=0, skor 1-2=1, 3-4=2, 5-

6=3, dan pada pertanyaan ke empat mengenai durasi tidur dari 7 nilainya 0, 6-

7 jam= 1, 5-6 jam =2, kurang dari 6 jam = 3. Lalu prertanyaan yang kelima

untuk nilai tidak pernah= 0, kurang dari sekali seminggu= 1,1 atau 2 kali

seminggu= 2,3 atau 4 dalam seminggu = 3

F. Uji Validitas dan Uji Relabilitas

Dalam penelitian ini tidak digunakan uji validitas dan uji relabilitas

karena menggunakan kuesioner baku yaitu PQSI (Pittsburgh Sleep Quality

Index) dari Buysee:1988.

G. Prosedur Pengambilan Data

Pengumpulan data dilakukan denganmembagikan kuesioner secara langsung

kepada pasien untuk disi secara langsung. Tahapan yang dilakukan yaitu :

1. Prosedur administrasi dan prosedur pelaksana

2. Meminta persetujuan dari pihak rumah sakit yang dijadikan penelitian

3. Penelitian ini sudah lolos kaji etik yang dilakukan pada Komite Etik

Penelitian STIKIM dengan Nomor 1176/SK/KE/VI/2018


16

4. Pendekatan terhadap responden dengan menjelaskan tujuan penelitian dan

persetujuan atau inform konsen serta tanda tangan pada lembar persetujuan

5. Pembagian kunsioner kepada responden sebelum dilakukanya intervensi

dongeng

6. Peneliti memberikan instruksi pada orang tua responden untuk melakukan

dongeng selama tiga hari dan memberikan penjelasan apabila penunggu

pasien bergantian.

7. Peneliti memberikan cerita dongeng untuk diberikan dongeng bagi yang

tidak memiliki buku dongeng.

8. Setelah tiga hari peneliti melakukan pengukuran kualitas tidur setelah

dilakukan dongeng.

H. Pengolahan Data

Pengolahan data dimulai pada saat pengumpulan data telahselesai.

Daftar pertanyaan dan pernyataan yang telah diisi dikumpulkan dan dilakukan

prosedur analisa data, meliputi:

a. Editing

Editing yaitu untuk melakukan pengecekan pengisian kuesioner apakah

jawaban yang ada dalam kuesioner lengkap, jelas, relevan dan konsisten.

Pada penelitian ini proses editing dilakukan dengan cara memeriksa atau

mengkoreksi data yang telah terkumpul meliputi kelengkapan,

kesesuaina, kejelasan dan kekonsistenan jawaban, jika ditemukan tidak

lengkap, tidak sesuai ataupun tidak jelas maka responden dinyatankan

gugur, dan jumlah responden secara otomatis akan ditambah.


17

b. Coding

Coding yaitu kegiatan merubah data berbentuk huruf menjadi data

berbentuk angka atau bilangan. Tujuannya adalah mempermudah pada

saat analisa data dan juga mempercepat pada saat entry data. Dalam

penelitian ini proses Coding dilakukan dengan cara memberikan kode

pada setiap komponen variabel, dilakuakan untuk memepermudah proses

tabulasi dan analisis data. Pemberian kode dilakukan sesudah

pengumpulan data dan sesuai dengan definisi operasinal.

c. Processing

Langkah selanjutnya adalah memproses data agar dapat dianalisa.

Pemprosesan data dilakukan dengan cara memasukan data dari kuesioner

kepaket program komputerisasi. Pemprosesan data dilakukan dengan

cara setelah kuesioner terisi seluruhnya, dan telah dilakukan pengkodean,

selanjutnya akan dilakukan pemprosesan data yang sudah d- entry dapat

dianalisis, data dilakukan dengan cara meng-entry data kuesioner ke

komputer.

d. Cleaning

Cleaning merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang sudah

dimasukan. Tujuan untuk mencegah terjadinya kesalahan terutama

dalam pengetesan. Pada penelitian ini cleaning dilakukan dengan cara

memeriksa kembali data yang sudah di-entry kedalam program komputer

apakah ada kesalahan atau tidak sebelum dilakukan analisis.

I. Analisis Data
18

a. Anlisa Univariat

Analisa dilakukan dengan tujuan untuk mengidentifikasikan setiap

variabel yang diteliti secara terpisah dengan tabel distribusi frekuensi

dari masing-masing variabel. Dalam penelitian ini variabel adalah

kualitas tidur dengan data kategorik sehingga menggunakan distribusi

frekuensi.

b. Analisis Bivariat

Anlisis bivariat untuk mengetahuai ada atau tidaknya hubungan antara

variabel bebas dan varibel terikat. Analisa yang dilakukan adalah analisis

Bivariat yang digunakan dalam penelitian ini uji Mc Nemar dimana tabel

menggunakan 2X2 berpasangan dengan jenis data kategorik. Karena

ingin mengetahui pengaruh dongeng terhadap kualitas tidur, dimana

kualitas tidur tersebut jenis datanya adalah data kategorik. Uji tersebut

menggunakan komperatif berpasangan yang dilakukan sebelum dan

setelah pemberian intervensi


BAB V

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Kualitas Tidur Anak Usia Sekolah Yang Mengalami

Hospitalisasi Sebelum Dilakukan Intervensi Dongeng

Gambaran kualitas tidur anak usia sekolah sebelum dilakukan intervensi

dongeng disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi. Jumlah responden 27

responden anak usia sekolah. Tabel 5.1 menggambarkan kualitas tidur anak

usia sekolah yang mengalami hospitalisasi sebelum dilakukan intervensi

dongeng.

Tabel 5.1
Gambaran Kualitas Tidur Anak Usia Sekolah Yang Mengalami
Hospitalisasi Sebelum Dilakukan Intervensi Dongeng di Rs Kesdam
Cijantung (n=27)
Kualitas Tidur Frekuensi (n) Presentase (%)
Baik 0 0
Tidak baik 27 100
Jumlah 27 100

Tabel 5.1 menyajikan gambaran kualitas tidur anak usia sekolah yang

mengalami hospitalisasi sebelum dilakukan intervensi dongeng. Hasil

penelitian menunjukan semua anak usia sekolah yang dirawat di Ruang

Anak RS Cijantung memiliki kualitas tidur yang tidak baik sejumlah 27

(100%) responden.

B. Gambaran Kualitas Tidur Anak Usia Sekolah Yang Mengalami

Hospitalisasi Setelah dilakukan Intervensi Dongeng

Gambaran kualitas tidur anak usia sekolah setelah dilakukan intervensi

dongeng disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi yaitu presentase. Jumlah

19
20

responden 27 responden. Tabel 5.2 menggambarkan kualitas tidur anak usia

sekolah yang mengalami hospitalisasi setelah dilakukan intervensi dongeng.

Tabel 5.2
Gambaran Kualitas Tidur Anak Usia Sekolah Yang Mengalami
Hospitalisasi Setelah Dilakukan Intervensi Dongeng di Rs Kesdam
Cijantung (n=27)
Kualitas Tidur Frekuensi (n) Presentase (%)
Baik 23 85.2
Tidak baik 4 14.8
Jumlah 27 100

Tabel 5.2 menyajikan gambaran kualitas tidur anak usia sekolah yang

mengalami hospitalisasi setelah dilakukan intervensi dongeng. Hasil

penelitian menunjukan mayoritas anak usia sekolah yang mengalami

hospitalisasi memiliki kualitas tidur yang baik setelah dilakukan intervensi

dongeng sejumlah 23 (85.2%) responden.

C. Pengaruh Dongeng Terhadap Kualitas Tidur Anak Usia Sekolah Yang


Mengalami Hospitalisasi
Analisis bivariat dalam penelitian ini menggunakan uji statistic Mc Nemar.

Uji Mc Nemar pada variabel ini menggunakan tingkat kemaknaan α=0.05

dimana Pvalue< 0.05, maka ada perbedaan bermakna kedua variabel yang

sedang diuji. Sedangkan Pvalue> 0.05 maka tidak ada perbedaan bermakna

kedua variabel yang diuji.

Tabel 5.3
Pengaruh Dongeng Terhadap Kualitas Tidur Anak Usia Sekolah
Yang Mengalami Hospitalisasi di Rs Kesdam Cijantung (n=27)

Intervensi Kualitas Tidur Pvalue


Dongeng
Baik Tidak Baik
Sebelum 0 27 0.000
Sesudah 23 4
21

Tabel 5.3 menyajikan pengaruh membaca dongeng terhadap kualitas

tidur anak usia sekolah. Hasil penelitian menunjukan Pvalue<0.05 yang

artinya ada pengaruh yang signifikan intervensi dongeng terhadap kualitas

tidur anak usia sekolah yang mengalami hospitalisasi (Pvalue=0.000

CI=95%)
BAB VI

PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Kualitas Tidur Anak Usia Sekolah Yang mengalami

hospitalisasi Sebelum dilakukan intervensi Dongeng

Gambaran kualitas tidur anak usia sekolah disajikan dalam bentuk tabel

distribusi frekuensi yaitu presentase. Jumlah responden 27 reponden. Tabel 5.1

menggambarkan kualitas tidur anak usia sekolah yang mengalami hospitalisasi

sebelum dilakukan intervensi dongeng

Tabel 5.1 menunjukan semua anak usia sekolah yang dirawat di Ruang

Anak RS Kesdam Cijantung memiliki kualitas tidur yang tidak baik 27 anak

(100%). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Yuniartini, Widiastra & Utami (2008) yang mendeskripsikan bahwa mayoritas

anak prasekolah memiliki gangguan tidur sebelum diberikan terapi bercerita.

Penelitian lain yang sejalan dilakukan oleh Kurniawati (2016) Sebagian besar

81% anak mengalami kecemasan dan sulit tidur saat dirawat di Bangsal

Cempaka RSUD Wates.

Keadaan hospitalisasi yang dialami anak usia sekolah mempengaruhi

kemampuan anak untuk tidur atau tetap tertidur. Menurut Mayoral (2006)

dalam Wulandari (2012) menyatakan bahwa stres berat sangat lekat dengan

jam tidur yang rendah. Sters berat yang dialami anak hospitalisasi dikarenakan

anak berada pada kondisi lingkungan asing yaitu rumah sakit. Anak takut akan

prosedur pengobatan yang dilakukan dan merasa pengobatan yang akan

22
23

diberikan menyakitkan. Selain itu anak yang dirawat dirumah sakit akan

merasa sendiri dan kesepian karena jauh dari keluarga dan suasana rumah yang

akrab. Kondisi tersebut menjadi faktor stressor pada anak. Selain itu, stres berat

sangat berpengaruh dan berhubungan positif dengan mimpi buruk dan keluhan

tidur. Potter & Perry (2005) dalam Wulandari (2012) menyatakan bahwa stres

emosional dapat menyebabkan individu merasa tegang dan putus asa. Perasaan

tersebut menyebabkan individu menjadi sulit tidur, sering terbangun saat tidur

atau terlalu banyak tidur. Bila stres berkepanjangan dapat menyebabkan

kebiasaan tidur yang buruk.

Penelitian lain yang sejalan dilakukan oleh Febriana & Wahyuningsih

(2011) anak dengan stres hospitalisasi berat sejumlah 64% responden

mengalami gangguan pola tidur buruk, anak dengan stres hospitalisasi sedang

mengalami gangguan pola tidur buruk sejumlah 34% dan anak dengan stres

hospitalisasi ringan mengalami gangguan pola tidur buruk sejumlah 2%

responden. Berdasarakan uji statistik terdapat pengaruh stres hospitalisasi

terhadap gangguan pola tidur pada anak di Ruang Anak Rumah Sakit Baptis

Kediri (Pvalue=0.035 :CI=95%)

Menurut analisis peneliti mayoritas anak usia sekolah yang mengalami

hospitalisasi memiliki kualitas tidur yang tidak baik karena anak yang

diharuskan tinggal di rumah sakit untuk menjalani terapi dan perawatan

menimbulkan ketakutan dan kecemasan bagi anak. Anak usia sekolah yang

dirawat di rumah sakit akan merasa khawatir akan berpisah dengan sekolah dan
24

teman sebayanya, anak merasa kesepian dan sendiri sehingga mengakibatkan

anak menjadi stres dan sulit untuk tidur.

B. Gambaran Kualitas Tidur Anak Usia Sekolah Yang Mengalami

Hospitalisasi Setelah dilakukan Intervensi Dongeng

Tabel 5.2 menyajikan data gambaran kualitas tidur anak usia sekolah yang

mengalami hospitalisasi setelah dilakukan intervensi dongeng. Hasil penelitian

menunjukan mayoritas anak usia sekolah yang mengalami hospitalisasi

memiliki kualitas tidur yang baik setelah dilakukan intervensi dongeng

sejumlah 23 (85.2%) responden.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Yuniartini, Widastra & Utami (2008) terdapat perubahan kualitas tidur anak

setelah diberikan terapi bercerita sebesar 33.3% responden. Hasil penelitian ini

sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Kapti, Ahsan & Setianingrum

(2017) penelitian ini menunjukan 100% responden mengalami penurunan skor

gangguan tidur. Penelitian lain yang sejalan dilakukan oleh Anggraeni (2014)

terdapat 68.8% responden memiliki kualitas tidur yang baik setelah diberikan

intervensi musik.

Dongeng dapat merangsang batang otak atas dalam mengaktivasi korteks

serebral. Aktivasi korteks serebral kemudian akan menstimulus penurunan

Retikular activating System (RAS). Dongeng mampu meningkatkan pelepasan

endofrin yang dapat mengurangi cemas (Wahyuningsih & Febriani, 2011).

Menurut Potter dan Perry (2005) dongeng atau cerita membawa anak kedalam
25

fantasi. Cerita yang mengandung hiburan akan menimbulkaan rasa tenang dan

membuat anak menjadi rileks.

Menurut analisa peneliti sebagian besar anak yang mengalami kualitas

tidur tidak baik akibat hospitalisasi, setelah dilakukan intervensi dongeng

sebagian besar kualitas tidur anak usia sekolah menjadi baik. Hal ini karena

dongeng merangsang terjadinya pelepasan serotonin dan menghambat stimulus

Reticular Activating System (RAS) yang berakibat anak menjadi rileks dan

menjadi tertidur.

Penelitian ini memiliki hasil sejumlah 4 responden yang masih memiliki

kualitas tidur tidak baik, dari 4 responden tersebut 1 responden memiliki skor

Pittsburg Sleep Quality Index (PSQI) yang tetap dan 3 responden memiliki

penurunan skor PSQI yang artinya 1 responden tidak mengalami perubahan

kualitas tidur dan 3 responden mengalami peningkatan kualitas tidur.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Febriana &

Wahyuningsih (2011) stress hospitalisasi merupakan salah satu faktor yang

memepengaruhi yaitu tempat yang kurang nyaman dan teman sekitarnya

sehingga mempengaruhi kualitas tidur anak. Uji statistik didapatkan hasil

pengaruh stres hospitalisasi terhadap gangguan pola tidur pada anak di Ruang

Anak Rumah Sakit Baptis Kediri (Pvalue=0.035 :CI=95%).


26

C. Pengaruh Dongeng Terhadap Kualitas Tidur Anak Usia Sekolah Yang

Mengalami Hospitalisasi

Hasil uji statistik dengan menggunakan Uji Mc Nemar menunjukan ada

pengaruh yang signifikan dongeng terhadap kualitas tidur anak usia sekolah

yang mengalami hospitalisasi (Pvalue=0.000 CI=95%).

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Yuniartini,

Widiastra & Utami (2008) yang menyatakan bahwa Ada penagaruh terapi

bercerita terhadap kualitas tidur anak (PValue=0.000 ; CI=95%). Terapi bercerita

cukup efektif dalam meningkatkan kualitas tidur anak. Penelitian lain yang

sejalan dilakukan oleh Kapti, Ahsan & Setianingrum (2017) terapi dongeng

memiliki pengaruh terhadap gangguan tidur pada anak usia pra sekolah yang

menjalani hospitalisasi(PValue=0.000 ; CI=95%).

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Yuli Utami

permainan terapeutik dapat menurunkan ketakutan terhadap rumah sakit pada

anak yang dirawat dengan penyakit akut. Penelitian lain yang sejalan dilakukan

oleh Ratnaningsih & Wahyuni setelah dilakukan intervensi kualitas tidur anak

terpenuhi lebih dari 10 jam sebanyak 18 anak (60%) dari responden yang

memiliki respon hospitalisasi dalam kategori ringan sejumlah 19 anak (63.3%).

Anak kecil menyukai cerita yang sangat imajinatif, terdapat bukti bahwa

mereka lebih menyukai cerita tentang hal-hal yang dapat terjadi. Dengan kata

lain, mereka lebih menyukai cerita yang dibumbui dengan sedikit khayal

ketimbang yang terjadi sebenarnya atau tentang sesuatu yang jauh diluar

jangkauan pengalamannya sehingga dapat mereka pahami. Kebanyakan anak


27

kecil lebih menyukai cerita tentang orang dan hewan yang dikenalnya. Mereka

menyukai karakter ini karena kualitas pribadi atau humornya. Karena mereka

mampu mengidentifikasi diri dengan hewan, mereka memperoleh kegembiraan

yang besar dari mendengarkan hal-hal yang dilakukan karakter itu (Hurlock,

2012).

Menurut Potter dan Perry (2005) dongeng atau cerita membawa anak

kedalam fantasi. Cerita yang mengandung hiburan akan menimbulkaan rasa

tenang dan membuat anak menjadi rileks Menurut analisa peneliti terdapat

pengaruh cerita dongeng dengan kualitas tidur anak yang mengalami

hospitalisasi karena melalu cerita anak terbawa untuk mengimajinasikan tokoh

di dalam cerita dan terbawa dalam alur cerita, sehingga cerita yang

menyenangkan akan membawa anak pada kondisi yang mnyenangakan

sehingga anak terhindar dari stres dan meningkatkan kualitas tidur anak.

D. Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan peneliti dalam penelitian ini yaitu penunggu pasien yang

berbeda-beda setiap harinya, terkadang pasien pagi ditunggu oleh ayahnya dan

malam ditunggu oleh ibunya atau keluarga lainnya. Hal tersebut dapat

mengakibatkan informasi yang disampaikan oleh peneliti tidak disampaikan

dengan tepat oleh penunggu pertama. Untuk mengantisipasi penunggu yang

berbeda peneliti menyiapkan buku dongeng bergambar dan tulisan yang dapat

dibacakan oleh keluarga yang sedang menemani pasien.


BAB VII

PENUTUP

A. Kesimpulan

Hasil penelitian yang dilakukan terhadap 27 responden tentang pengaruh

dongeng terhadap kualitas tidur anak usia sekolah yang mengalami

hospitalisasi dapat menarik kesimpulan sebgai berikut:

1. Seluruh anak usia sekolah yang mengalami hospitalisasi memiliki kualitas

tidur yang tidak baik sebelum dilakukan intervensi dongeng .

2. Sebagaian besar anak usia sekolah yang mengalami hospitalisasi memiliki

kualitas tidur yang baik setelah dilakukan intervensi dongeng .

3. Ada pengaruh dongeng terhadap kualitas tidur anak usia sekolah yang

mengalami hospitalisasi.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, perlu direkomendasikan untuk

peneliti selanjutnya yang terkait topik penelitian ini, yaitu

1. Rumah Sakit

a. Untuk mengurangi hospitalisasi pada anak saat tindakan invansif seperti

pemasangan infus, diberikan spalk dengan gambar-gambar kartun dan

warna yang menarik dan disukai anak.

b. Adanya fasilitas buku dongeng bergambar yang disediakan dirumah

sakit untuk menurunkan hospitalisasi anak.

28
29

2. Keperawatan

Membacakan dongeng sebagai salah satu metode yang dapat dilakuakan

oleh perawat sebagai edukator di masyarakat umum.

3. Peneliti Selanjutnya

a. Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan menggunakan sampel yang

lebih luas dengan mengambil sampel dari berbagai rumah sakit.

b. Penelitian mengenai metode dongeng dapat dilakukan untuk dunia

keperawatan dilingkup rumah sakit sehingga manfaatnya dapat

dirasakan di dunia kesehatan.


DAFTAR PUSTAKA

Agung N & Sidharta, V. M. (2001). Pengaruh Sindrana Prementasi Terhadap


Gangguan Tidur pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Unika Atmajaya
Ddamianus Journal Of Mediline. 10, 77 – 80.
Anggraeni. (2014). Pengaruh Terapi music terhadap kualitas tidur anak akibat
hospitalisasi. Jurnal Kesehatan Indonesia, (5), 54-58.
Asmadi, (2008). Teknik Prosedur Keperawatan : Konsep dan Aplikasi Keperawatan
Dasar Klien. Jakarta : Salemba.
Arikunto. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Praktek revisi . Jakarta : PT rineka,
Metode Penelitian Kuantitatif.. Jakarta : Kencana
Azwar, Azrul. (2010). Pengantar Administrasi Kesehatan Edisi Ketiga. PT. Bina
Rupa Aksar
Azwar Saifudin. (2003). Metode penelitian. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Buysee, dkk. (1988). The pittsburgh sleep quality index: A New Instrument for
Psychiatri Ppraticeand Research, ddiperoleh
dari:http://www.sleep.pitt.edu/includes/showFile.asp?fltype=doc&fll=129
6.
Febriana, Desita & Wahyuningsih, Aries.(2011). Kajian stress hospitalisasi
terhadap pemenuhan pola tidur anak usia prasekolah di ruang anak rs baptis
Kediri. Jurnal Stikes Rs. Baptis Kediri, (4), 66-71.
Guyton & Hall, (2008). Buku ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11, Jakarta; EGC.
Hedo, DJP & Sudhana, H. Perbedaan agresivitas pada Anak Usia Dini yang
Dibacakan Dongeng dengan yang tidak Dibacakan dongeng Sebelum Tidur
Oleh Ibu, Universitas Udayana, 2014, 1 (2) :213 – 226
Hidayat, AA. (2008). Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan
Kebidanan, Salemba Medika, Jakart, p. 57
Heven , KF. (2000). Super Simple Storytelling: a can do guide for every clasroom
every day, Teacher idea press, East Belleview Avenue.
Hurlock. (2012). Perkembangan Anak , Jilid 2. Jakarta: erlangga.
Rinik, dkk. (2012). Pengaruh Dongeng Terhadap Perubahan Gangguan Tidur Anak
Usia Prasekolah Akibat Hospitalisasi di Rumah Sakit. J. K Mesencephalon.
Vol. 3 No. 1 hal 32-38
Kozier, B (2005). Fundamental of Nursing ; Concepts, Process, and practice, New
jersey : Prentice-Hall.
Luknis Sabri. (2013). Statistik Kesehatan. Jakarta Rajawali Pers.
Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Rineka
Cipta.
Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Nursalam. (2014). Manajemen keperawatan : Aplikasi dalam praktek keperawatan
profesional. (Edisi 4). Jakarta : Salemba Medika.
Prasasti, Sarah. (2005). Seri Belajar Bahsa Indonesia dan Bahasa Inggris dengan
Kreaktif Gambar dan Cerita ( Draw and Tell). Jakarta: PT. Elex Media
Kanputindo.
Potter P.A, Perry A.G (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta :
Salemba Medika.
Potter & Perry (2010).Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses
& Praktek. Jakarta : EGC.
Sari, a. W. (2011). Hubungan Kualitas Antara Insomnia Dengan Prestasi Belajar
Pada Santri Di Madrasah Aliyah Ttahfidzul Quran Isykarima Karang Anyar,
scholany Article, 11 – 45.
Sugiyono. (2009).Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Bandung:
Alfabeta.
Sugiyono. (2011). Statistik untuk Penelitian. Bandung : CV Alfabeta.
Sugiono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif. Kualitatif dan R & D. Bandung ::
Alfabeta.
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung: CV
Alfabeta.
Supartini, Y. (2004). Buku ajar Konsepdasar Keperawatan Anak, Buku Kedokteran
EGC, Jakarta.
Utamin Yuli. Dampak Hospitalisasi Terhadap Perkembangan Anak (2014). Jurnal
IlmiahWidya vol. 2 no. 2
Wahyuningsih, A & Febriana, D. Kajianstres hospitalisasi terhadap pemenuhan
pola tidura anak usia prasekolah di ruang anak Rs baptis kediri .Jurnal Stikes
Baptis, 2011,4(2): 66 - 70
Whaley & Wong (2002). Nursing Care Of Infant and Children, Inc. St. Louis
Missoun : Mosby year Book
Wong, DL, dkk. (2009). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Edisi 2, Penerbit Buku
Kedpokteran EGC, Jakarta.
Wulandari, R. P. (2012). Hubungan Tingkat Stres dengan Gangguan Tidur pada
Mahasiswa skripsi di Salah Satu Menpan Science Technologi UI. Skripsi.
Univ. Indonesia.
Yuniartini, P. E. (2012). Pengaruh Terapi Bercerita Terhadap Kualitas Tidur Anak
Usia Prasekolah Yang Menjalani Hospitalisasi Di ruang Perawatan Anak
RSUP. Sangla Denpasar.

Anda mungkin juga menyukai