Anda di halaman 1dari 9

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT NYERI

PEMASANGAN INFUS PADA ANAK USIA SEKOLAH

Endang Lestiawati1,*, Paulinus Deny Krisnanto2


1,2
Universitas Respati Yogyakarta
endanglestia26@gmail.com, denis_krisna@yahoo.co.id
*Penulis korespondensi: Endang Lestiawati

Abstrak
Latar Belakang: Usia sekolah merupakan usia dimana seorang anak sering mengalami
sakit dan harus dirawat di rumah sakit. Prosedur pemasangan infus merupakan salah satu
prosedur invasif pada pasien rawat inap yang dapat menimbulkan nyeri. Persepsi nyeri
bersifat subjektif dan banyak faktor yang mempengaruhinya seperti : usia, jenis kelamin,
pengalaman terhadap nyeri sebelumnya, ansietas, budaya, efek placebo, pola koping serta
keluarga dan dukungan sosial. Tujuan: Penelitianinibertujuanuntuk mengetahui faktor-
faktor yang berhubungan dengan tingkat nyeri pemasangan infus pada anak usia sekolah
di RSUD Panembahan Senopati Bantul. Metode: Desain penelitian yang digunakan
survey analitik dengan pendekatan cross sectional. Jumlah sampel dalam penelitian ini
sebanyak 48 anak dengan teknik pengambilan sampel menggunakan consecutive
sampling. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner dan format pengkajian nyeri
Face Pain Rating Scale. Analisa data menggunakan uji Spearman Rank. Hasil: Tingkat
nyeri responden mayoritas mengalami sakit yang paling sakit 43,7%. Hasil uji Spearman
rank usia, jenis kelamin, pengalaman diinfus sebelumnya dan dukungan keluarga dan
sosial dengan tingkat nyeri masing-masing didapatkan nilai p value : 0,000, 0,416, 0,000
dan 0,006. Kesimpulan: Ada hubungan yang signifikan usia, pengalaman diinfus
sebelumnya dan dukungan keluarga dan sosial dengan tingkat nyeri pemasangan infus
pada anak usia sekolah di RSUD Panembahan Senopati Bantul.

Kata Kunci: Anak usia sekolah, Tingkat nyeri, Pemasangan Infus.

Abstract
Background: School-age children are a period in which they often experience illness so
that they have to be hospitalized. The procedure of iv cannule insertion is one of the
invasive procedures in hospitalized patients that may cause pain. The perception of pain
is subjective and many influencing factors such as: age, gender, previous experience of
the pain, anxiety, cultural, placebo effects, coping patterns as well as family and social
support. Objective: To determine the factors that associated with the level of pain iv
cannule insertion in school age children at RSUD Panembahan Senopati Bantul. The
study design used analytic survey with cross sectional approach. The sampling technique
was consecutive sampling with sample size 48 respondents. The research instrument used
questionnaires and the pain level was measured by Face Pain Rating Scale. The data was
analyzed using Spearman’s Rank test. Results: The research results indicated that most
of respondents (43.7%) experienced the highest level of pain. The results of Spearman’s
rank test for age, sex, previous pain experiences, social and family support with the level
of pain each obtained p value: 0.000, 0.416, 0.000 and 0.006. Conclusion: There was a
significant association of age, previous pain experiences, social and family support with
the level of pain iv cannule insertion in school age children at RSUD Panembahan
Senopati Bantul.

Keywords: School age children, Level of pain, IV cannule insertion


PENDAHULUAN mekanisme koping yang tersedia untuk
Anak merupakan aset berharga yang menyelesaikan masalah. Stresor utama
perlu diperhatikan tidak hanya sekedar dari hospitalisasi antara lain adalah
karunia Tuhan Yang maha Esa tetapi perpisahan, kehilangan kendali, cedera
juga generasi penerus bangsa. Kualitas tubuh, dan nyeri. 1
anak sebagai generasi penerus harapan Anak kesulitan memahami nyeri
bangsa tergantung pada pemenuhan hak danprosedur invasif yang menyebabkan
setiap anak atas kelangsungan hidup, nyeri. Nyeri yang dirasakananak akibat
tumbuh dan berkembang. Tahap tumbuh prosedur invasif salah satunya adalah
kembang anak merupakan awal saat pemasangan infus.3 Pemasangan
terbentuknya individu yang berkualitas infus merupakan suatu prosedur yang
dimasa yang akan datang.Pada tahap sering dilakukan selama anak
pertumbuhan dan perkembangan, anak mengalami hospitalisasi. Pemasangan
tidak selalu mempunyai kesehatan yang infus digunakan untuk pemberian cairan,
optimal melainkan anak berada dalam nutrisi, dan pemberian obat secara terus
rentang sehat maupun sakit.Pada menerus.3 Tindakan ini dilakukan
kebanyakan anak, masa kanak-kanak dengan memasukkan jarum kedalam
adalah waktu yang relatif sehat namun pembuluh darah anak yang dapat
tidak sedikit anak yang mengalami sakit mengakibatkan nyeri.
sehingga anak harus dirawat di rumah Persepsi nyeri bersifat subjektif
sakit.1 karena itu tidak ada dua orang yang
Prosentase rawat inap di Indonesia mengalami nyeri yang benar-benar
sebesar 2,3 persen dari seluruh sama.4 Begitu juga dengan yang dialami
penduduk Indonesia. Penduduk DI oleh anak, banyakfaktor yang
Yogyakarta memegang peringkat mempengaruhi respon nyeriseperti :usia,
tertinggi dalam pemanfaatan rawat inap jenis kelamin, pengalaman terhadap
yaitu sebesar 4,4 persen. Proporsi nyeri sebelumnya, ansietas, budaya, efek
pemanfaatan rawat inap pada kelompok placebo, pola koping serta keluarga
umur 5-14 tahun sebesar 1,3,%.2 dandukungan sosial.3 Meskipun
Penyakit dan hospitalisasi sering persepsinya sangat subjektif perawat
kali menjadi krisis pertama yang harus diharapkan mampu mengukur secara
dihadapi oleh anak. Kondisi tersebut akurat nyeri yang dialami anak melalui
terjadi karena adanya stress akibat pengkajiandan dapat melakukan
perubahan dari keadaan sehat dan penatalaksanaan untuk mengurangi
rutinitas lingkungan serta jumlah nyeri.
kriteria inklusi adalah pasien anak usia
METODE PENELITIAN sekolah 6 – 12 tahun kesadaran compos
Jenis penelitian ini merupakan mentis dan mendapatkan prosedur
penelitian survey analitik.Desain tindakan pemasangan infus dengan
penelitian ini menggunakan rancangan jumlah sampel sebanyak 48 responden.
cross sectional. Teknik pengambilan Instrumen penelitian menggunakan
sampel pada penelitian ini adalah kuesioner dan Faces Pain Rating Scale.1
consecutive sampling.5 Sampel Pengumpulan data dilakukan di di
penelitian adalah semua pasien anak usia Poliklinik Persiapan Rawat Inap RSUD
sekolah yang mendapatkan prosedur Panembahan Senopati Bantul mulai
pemasangan infus di Poliklinik tanggal 15 Juni sampai 16 Agustus
Persiapan Rawat Inap RSUD 2016dibantuoleh 1 orang asisten dengan
Panembahan Senopati Bantul yang rata-rata 2 responden perhari.Analisa
memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi bivariat dengan menggunakan
selama penelitian dilakukan, dengan Spearmank’s Rank.6

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 1 Distribusi karakteristik responden berdasarkan usia, jenis kelamin, pengalaman


infus sebelumnya, dan dukungan keluarga pada anak usia sekolah di RSUD
Panembahan Senopati Bantul pada Bulan Juni-Agustus 2016 (n = 48)

Karakteristik Frekuensi (n) Prosentase (%)


Usia
6 – 8 tahun 27 56,3
9 – 12 tahun 21 43,7
Jeniskelamin
Laki-laki 27 56,3
Perempuan 21 43,7
Pengalamaninfussebelumnya
TidakPernah
Ya 25 52,1
23 47,9
Dukungakeluarga
Orang tua 43 89,6
Keluarga lain 5 10,4
Tingkat Nyeri
Lebih sakit lagi 8 16,7
Sakit Sekali 19 39,6
Sakit yang paling sakit 21 43,7
Total 48 100
berdasarkan usia menunjukkan bahwa
Berdasarakan hasil penelitian pada mayoritas usia responden berusia 6 – 8
tabel 1 karakteristik responden tahun sebanyak 56,3% berdasarkan jenis
kelamin menunjukkan mayoritas berdasarkan dukungan keluarga
responden berjenis kelamin laki-laki menunjukkan mayoritas dukungan dari
sebanyak 56,3%, berdasarkan orang tua sebanyak 89,6% dan
pengalaman infus sebelumnya mayoritas responden merasakan sakit
menunjukkan mayoritas tidak pernah yang paling sakit sebanyak 43,7%.
diinfus sebelumnya sebanyak 52,1% dan

Tabel 2 Hubungan Usia dengan Tingkat Nyeri Pemasangan Infus Pada Anak Usia
Sekolah di RSUD Panembahan Senopati Bantul pada Bulan Juni – Agustus
2016 (n = 48)
Tingkat Nyeri
Lebihsakitl Sakitsekali Sakit yang Total P
Usia
agi paling sakit value
n % n % n % n %
6 – 8 tahun 1 2,1 9 18,8 17 35,4 27 56,3
0,000
9 – 12 tahun 7 14,6 10 20,8 4 8,3 21 43,7
Total 8 16,7 19 39,6 21 43,7 48 100

Berdasarkan hasil uji statistic Berdasarkan hasil uji statistic


karakteristik usia responden didapatkan pengaruh usia terhadap tingkat nyeri
data anak usia sekolah awal (6 – 8 anak usia sekolah didapatkan hasil ada
tahun) lebih banyak yang mengalami hubungan yang signifikan usia dengan
nyeri sakit paling sakit (score nyeri 5) tingkat nyeri anak usia sekolah dengan
dibandingkan pada anak usia sekolah nilai p value 0,000. Perbedaan
akhir (9 – 12 tahun) sebanyak 35,4%. perkembangan yang ditemukan antara
Usia adalah variabel penting yang kedua kelompok umur ini dapat
mempengaruhi nyeri terutama pada anak mempengaruhi bagaimana anak dan
dan orang dewasa.3 Anak-anak kesulitan orang dewasa bereaksi terhadap nyeri.
untuk memahami nyeri dan beranggapan Anak-anak kesulitan untuk memahami
kalau apa yang dilakukan perawat dapat nyeri dan beranggapan kalau apa yang
menyebabkan nyeri. Anak-anak yang dilakukan perawat dapat menyebabkan
belum mempunyai kosa kata yang nyeri. Anak-anak yang belum
banyak, mempunyai kesulitan mempunyai kosa kata yang banyak,
mendeskripsikan secara verbal dan mempunyai kesulitan mendeskripsikan
mengekspresikan nyeri kepada orang tua secara verbal dan mengekspresikan
atau perawat. nyeri kepada orang tua atau perawat.
Anak yang usianya lebih muda memiliki
toleransi nyeri rendah dan merasakan berubah sejalan dengan pertambahan
nyeri yang lebih besar dibandingkan usia. Anak usia sekolah menunjukkan
dengan anak yang berusia lebih tua.7 ketakutan yang lebih sedikit jika
Pertambahan usia meningkatkan dibandingkan dengan anak yang lebih
toleransi anak terhadap nyeri. Semakin kecil, karena secara umum anak sudah
bertambah usia anak maka makin mulai berkembang kemampuan
bertambah pemahaman tentang nyeri mekanisme kopingnya untuk mengatasi
dan bertambah usaha untuk pencegahan masalah atau ketidaknyamanan yang
terhadap nyeri. Respon nyeri pada anak dirasakan.8

Tabel 3 Hubungan Jenis Kelamin dengan Tingkat Nyeri Pemasangan Infus Pada Anak
Usia Sekolah di RSUD Panembahan Senopati Bantul pada Bulan Juni – Agustus
2016 (n = 48)
Tingkat Nyeri
Lebihsakit Sakitsekal Sakit yang Total P
JenisKelamin
lagi i paling sakit value
n % N % n % n %
Laki-laki 6 12,5 10 20,8 11 22,9 27 56,3
0,416
Perempuan 2 4,2 9 18,8 10 20,8 21 43,7
Total 8 16,7 19 39,6 21 43,7 48 100

Hasil penelitian menunjukkan Sebagaimana yang diungkapkan oleh


bahwa mayoritas responden berjenis Gill yang menyatakan bahwa secara
kelamin laki-laki sebanyak 56,3%. Dari umum jenis kelamin tidak berbeda
analisis antara jenis kelamin dengan secara bermakna dalam berespon
tingkat nyeri saat pemasangan infus, terhadap nyeri.3
peneliti mendapatkan bahwa tingkat Hasil penelitian ini didukung oleh
nyeri responden laki-laki lebih tinggi Abolfsal dan Mahdi yang meneliti
dibandingkan dengan tingkat nyeri hubungan antara jenis kelamin dengan
responden perempuan. Persepsi nyeri intensitas nyeri pada anak akibat injeksi
bersifat subjektif karena itu tidak ada intramuscular. Hasil penelitian ini
dua orang yang mengalami nyeri yang menunjukkan bahwa tidak ada
4
benar-benar sama. Berdasarkan hasil perbedaan yang siginifikan intensitas
uji statistik hubungan jenis kelamin nyeri akibat injeksi pada anak
dengan tingkat nyeri anak usia sekolah perempuan maupun anak laki-laki.9 Hal
menunjukkan tidak ada hubungan yang senada dijelaskan oleh hasil penelitian
signifikan antara jenis kelamin dengan Schmitz, Vierhaus dan Lohaus yang
tingkat nyeri dengan nilai p value 0,416. menyatakan bahwa tidak ada perbedaan
toleransi nyeri antara laki-laki dan akan tetapi dipengaruhi oleh faktor-
perempuan dan akan berkembang pada faktor biokimia dan merupakan hal yang
usia pubertas.10 Respon nyeri tidak unik pada setiap individu.3
hanya dipengaruhi oleh jenis kelamin

Tabel 4 Hubungan Pengalaman Sebelumnya dengan Tingkat Nyeri Pemasangan Infus


Pada Anak Usia Sekolah di RSUD Panembahan Senopati Bantul pada Bulan
Juni – Agustus 2016 (n = 48)

Tingkat Nyeri
Pengalamandi
Lebihsakitl Sakitsekali Sakit yang Total P value
infussebelumn
agi paling sakit
ya
n % n % n % n %
TidakPernah 1 2,1 7 14,6 17 35,4 25 52,1
0,000
Ya 7 14,6 12 25,0 4 8,3 23 47,9
Total 8 16,7 19 39,6 21 43,7 48 100
nyeri dengan baik. Pengalaman masa
Hasil penelitian menunjukkan lalu terkait nyeri dapat mengurangi
sebagian besar responden tidak pernah kecemasan dan membuat pasien lebih
mengalami diinfus sebelumnya toleran terhadap rasa sakit dibandingkan
sebanyak 52,1%. Dari hasil tabulasi yang memiliki sedikit pengalaman
silang tingkat nyeri responden yang dengan nyeri.
tidak mengalami diinfus sebelumnya Berdasarkan hasil uji statistik
didapatkan tingkat nyeri yang lebih pengalaman infus sebelumnya dengan
tinggi yaitu pada kategori sakit yang tingkat nyeri didapatkan hasil ada
paling sakit dibandingkan responden hubungan yang signifikan pengalaman
yang mengalami diinfus sebelumnya infus sebelumnya dengan tingkat nyeri
sebesar 35,4%. Efek yang tidak dengan nilai p value 0,000. Hasil
diinginkan akibat pengalaman yang lalu penelitian ini sesuai dengan penelitian
menunjukkan pentingnya perawat untuk Biermeier, Sjoberg, Dale, Eshelman, dan
waspada terhadap pengalaman masa lalu Guzzetta bahwa ada hubungan yang
pasien dengan nyeri.11 Jika nyerinya signifikan pengalaman nyeri sebelumnya
teratasi dengan tepat dan adekuat, dengan rasa takut pada tindakan pungsi
individu mungkin lebih sedikit vena pada anak.12 Hal senada
ketakutan terhadap nyeri dimasa ditunjukkan oleh hasil penelitian
mendatang dan mampu mentoleransi Schmitz yang menunjukkan persepsi
seseorang tentang nyeri dipengaruhi
oleh pengalaman nyeri sebelumnya.
Individu yang pernah mengalami nyeri sering mengalami nyeri dalam hidupnya
sebelumnya membuat individu tersebut cenderung mengantisipasi terjadinya
semakin takut terhadapperistiwa yang nyeri yang lebih hebat.
10
meyebabkan nyeri. Individu yang

Tabel 5 Hubungan Dukungan Keluarga dengan Tingkat Nyeri Pemasangan Infus Pada
Anak Usia Sekolah di RSUD Panembahan Senopati Bantul pada Bulan Juni –
Agustus 2016 (n = 48)
Tingkat Nyeri
DukunganKeluarg Lebihsakitla Sakitsekali Sakit yang Total P
a gi paling sakit value
n % n % n % n %
Orang tua 5 10,4 17 35,4 21 43,7 43 89,5
0,006
Keluarga lain 3 6,3 2 4,2 0 0,0 5 10,5
Total 8 16,7 19 39,6 21 43,7 48 100

Hasil uji statistik menunjukkan ada dari orang tua dan anggota keluarga lain.
hubungan yang signifikan dukungan Dari hasil penelitian didapatkan tingkat
keluarga dengan tingkat nyeri anak usia nyeri pada responden yang didampingi
sekolah dengan nilai p value 0,006. orang tua sebagian besar berada pada
Salah satu faktor yang dapat sakit yang paling sakit (43,7%). Hal ini
mempengaruhi nyeri adalah kehadiran menunjukkan tingkat nyeri anak tidak
orang-orang terdekat klien dan hanya dipengaruhi oleh kehadiran orang
bagaimana sikap mereka terhadap klien.3 tua tetapi juga dipengaruhi oleh faktor-
Ketidakhadiran keluarga atau teman faktor lain.
terdekat mungkin akan membuat nyeri Anak usia sekolah tidak begitu
semakin bertambah. Kehadiran orang khawatir terhadap nyeri yang dirasakan
tua merupakan hal khusus yang penting selama hospitalisasi, namun lebih
untuk anak-anak dalam menghadapi mengkhawatirkan pada keterbatasan
nyeri. fisik, pemulihan yang tidak pasti dan
Hasil penelitian Ozetin menjelaskan kemungkinan kematian.7Bagi anak usia
kehadiran keluarga sangat sekolah, hubungan dengan teman sebaya
mempengaruhi respon nyeri pada anak. dan lingkungan sekolah jauh lebih
Hasil penelitian menyebutkan rata-rata penting dibanding dengan keluarga.
skore nyeri yang didampingi orang tua Pada penelitian ini, kehadiran orang
lebih rendah daripada yang didampingi yang berarti tidak selalu orang tua,
13
petugas kesehatan. Pada penelitian ini adanya anggota keluarga yang lain
dukungan keluarga yang diteliti berasal seperti kakek/nenek, paman/bibi,
saudara (kakak, adek kandung) yang nyeri sebelumnya dengan tingkat nyeri
memberi dukungan langsung maupun pemasangan infus pada anak usia
tidak langsung dengan berada disamping sekolah di RSUD Panembahan Senopati
anak yang akan dilakukan pemasangan Bantul, ada hubungan yang signifikan
infus dapat memberikan rasa aman dan dukungan keluarga dan sosial dengan
nyaman pada anaksaat hospitalisasi. tingkat nyeri pemasangan infus pada
Dukungan keluarga dan sosial tidak anak usia sekolah di RSUD Panembahan
hanya dapat diberikan oleh orang tua, Senopati Bantul, tidak ada hubungan
kehadiran dari orang dekat lainnya juga jenis kelamin dengan tingkat nyeri
dapat memberikan keyamanan selama pemasangan infus pada anak usia
hospitalisasi.8 sekolah di RSUD Panembahan Senopati
Hasil penelitian ini didukung oleh Bantul.
penelitian Hamdani yang meneliti
hubungan dukungan keluarga dengan DAFTAR PUSTAKA
tingkat nyeri saat pemasangan infus 1. Wong, D.L., Hockenberry, M.,
padaanak usia pra sekolah di IGD RSU Wilson, D., Winkelsein, M.L., &
PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Hasil Schwartrz, P. 2009. Buku ajar
penelitian ini menunjukkan ada keperawatan pediatric Wong.
hubungan yang signifikan antara (Volume 2, Edisi 6, Andry Hartono,
dukungan keluarga dengan tingkat nyeri dkk, penerjemah). Jakarta: EGC
saat pemasangan infus pada anak usia 2. Badan Penelitian dan Pengembangan
pra sekolah dengan nilai p-value 0,000.14 Kesehatan. 2013. Riset Kesehatan
Dasar. Jakarta : Kementrian
KESIMPULAN Kesehatan RI.
Berdasarkan hasil penelitian, maka 3. Potter, P.A., & Perry, A.G. 2013.
dapat ditarik kesimpulan sebagai Fundamental of nursing: Concepts,
berikut: tingkat nyeri pemasangan infus process and practice. (4thedition).St.
pada anak usia sekolah di RSUD Louis: Mosby Inc.
Panembahan Senopati Bantul mayoritas 4. Kozier, B., Erb, G., Berman, A., &
berada pada ketegori sakit yang paling Snyder, S.J. 2010. Fundamentals of
sakit, ada hubungan yang signifikan usia nursing: Concepts, process and
th
dengan tingkat nyeri pemasangan infus practice.(7 edition). New Jersey:
pada anak usia sekolah di RSUD Pearson Education Inc.
Panembahan Senopati Bantul, ada 5. Dharma, K.K. 2011. Metodologi
hubungan yang signifikan pengalaman Penelitian Keperawatan :panduan
melaksanakan dan menerapkan hasil 11. Smeltzer, S.C., & Bare, B.G. 2010.
penelitian. Jakarta : CV. Trans Info Buku ajar keperawatan medical
Media. bedah Brunner & Suddarth.
6. Dahlan, M.S. 2014. Statistik Untuk (Volume 1 Edisi 8, Agung Waluyo,
Kedokteran Dan Kesehatan : dkk, penerjemah). Jakarta: EGC
deskripstif, bivariat dan multivariate 12. Biermeier, A.W., Sjoberg, I., Dale,
dilengkapi aplikasi menggunakan J.C., Eshelman, D., & Guzzetta, C.E.
spss. Jakarta : Salemba Medika. 2007. Effects of distraction on pain,
7. Young, K.D. 2005. Pediatric fear, and distress during venous port
Procedural . Ann Emerg Med, 57, access and venipuncture in children
1071, 74. Januari 1, and adolescents with cancer. Journal
2014.http://web.urife.it/utenti/giampa of Pediatric Oncology Nursing, 24,
olo.garani/sedazione.Farmaci/AnnEm 8–19.
ergMed2005.Pediatric%20procedural 13. Ozcetin, M., Suren, M., Karaaslan,
%pain.pdf E., Colak, E., Kaya, Z., & Guner, O.
8. Hockenberry, M.J., & Wilson, D. 2011. Effect of parent’s presence
2009.Wong’s essentials of pediatric pain tolerance in children during
nursing.(8th edition). St. Louis: venipuncture : A randomized
Elsevier controlled trial. HK J Paediatr. 67
9. Abolfazl, F & Mahdi, E. 2012. (16). 247 – 252
Evaluation of relationship between 14. Hamdani, F. 2010. Hubungan
the children’s gender and pain dukungan keluarga dengan tingkat
intensity due to intramuscular nyeri pemasangan infus pada anak
injection. International Journal of usia pra sekolah di IGD RSU PKU
Current Research, 4 (1), 93–95. Muhammadiyah Yogyakarta (Skripsi,
10. Schmitz, A.K., Vierhaus, M & tidak dipublikasikan). Stikes
Lohaus, A. 2012. Pain tolerance in ‘Aisyiyah, Yogyakarta
children and adolescents, sex
difference and psychososial influence
on pain threshold and endurance.
European Journal of Pain. 10 (2), 153
– 157

Anda mungkin juga menyukai