Anda di halaman 1dari 8

Madago Nursing Journal

Vol. 2 No. 2, November 2021


p-ISSN : 274-9271/ e-ISSN : 2746-9263
Original Research Paper
PENINGKATAN KUALITAS TIDUR ANAK HOSPITALISASI YANG MEGALAMI GANGGUAN
POLA TIDUR MENGGUNAKAN TEKNIK SLEEP HYGIENE
Increasing Sleep Quality Of Hospitalized Children With Sleep Disorders Using Sleep Hygiene
Techniques
Jupri Kartono*, Dewi Damayanti, Mar’atun Nufus Sholihah
Stikes Panca Bhakti Bandar Lampung
*Email Corresponding: ABSTRAK
jupri@pancabhakti.ac.id Hospitalisasi merupakan keadaan yang mengharuskan anak tinggal di rumah
sakit, menjalani terapi dan perawatan karena suatu alasan yang berencana
Hp(WA) : 08154018040 maupun kondisi darurat. Hospitalisasi terbukti dapat menyebabkan
gangguan istiraha ttidur, ketidakmampuan klien mendapatkan posisi nyaman
Page : 40-47 dan rasa nyeri merupakan penyebab tersering gangguan istirahat tidur.
Article History: Terapi Sleep Hygiene adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan
Received : 25-11-2021 kebiasaan atau pola tidur yang baik. Sleep Hygiene sebagai salah satu terapi
Accepted : 30-12-2021 non farmakologis gangguan tidur, mempromosikan pembentukan rutinitas
Online. : 31-12-2021 tidur, pola tidur yang baik dan berkualitas. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui dan mengaanalisis kualitas tidur setelah diterapkan sleep hygiene
pada anak usia sekolah yang menjalani hospitalisasi. Metode dalam penelitian
ini adalah applied research dengan melibatkan 2 subyek. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa setelah diberikan terapi sleep hygiene pada anak yang
mengalami gangguan pola tidur saat hospitalisasi pada kedua responden
terjadi perubahan kualitas tidur dari gangguan pola tidur berat menjadi
ringan. Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat pengaruh pemberian
intrvensi sleep hygiene terhadap masalah gangguan pola tidur pada anak usia
sekolah yang menjalani hospitalisasi.

Kata Kunci : Gangguan pola tidur, Hospitalisasi, Terapi sleep hygiene

Abstract
Hospitalization is a condition that destroys children living in a hospital,
Published by:
undergoing therapy and treatment for a reason that is planned or an
Poltekkes Kemenkes Palu,
Managed by Prodi DIII emergency. Hospitalization has been shown to cause restless sleep disorders, the
Keperawatan Poso. client's inability to get a comfortable position and pain is the most common
cause of sleep rest disorder. Sleep Hygiene Therapy is a term used to describe
Email: jurnalmadago@gmail.com
good sleep habits or patterns. Sleep Hygiene as a non-pharmacological therapy
Phone (WA): +62811459788
for sleep disorders, promotes the formation of sleep routines, good and quality
Address:
sleep patterns. This study aims to determine and analyze the quality of sleep
Jalan Thalua Konchi. City of Palu,
Central Sulawesi, Indonesia after applying sleep hygiene to school-age children undergoing hospitalization.
The method in this study is applied research involving 2 subjects. The results
showed that after being given sleep hygiene therapy in children who
experienced sleep patterns during hospitalization in both respondents there
was a change in sleep quality from severe sleep pattern disorders to mild. The
conclusion of this study is that there is an effect of sleep hygiene intervention on
the problem of sleep pattern disorders in school-age children undergoing
hospitalization.

Keywords: Sleep disorders, Hospitalization, Sleep hygiene therapy


https://doi.org/10.33860/mnj.v2i2.726
© Submitted for possible open access publication under the terms and conditions of the Creative Commons Attribution (CC BY
SA) license (https://creativecommons.org/licenses/by-sa/3.0/).

40
Madago Nursing Journal
Vol. 2 No. 2, November 2021
p-ISSN : 274-9271/ e-ISSN : 2746-9263

PENDAHULUAN 1.204.612 (Kemenkes RI, 2012).


Anak adalah individu yang berusia 0 Berdasarkan data Rumah Sakit Abdul
sampai 18 tahun, yang sedang dalam proses Moeloek, jumlah anak rawat inap di Ruang
tumbuh kembang, mempunyai kebutuhan Alamanda RSUD Abdul Moelok rata-rata
yang spesifik (fisik, psikologis, sosial, dan berjumlah 39 orang setiap bulan
spiritual) yang berbeda dengan orang (Nursondang et al. 2015). Dan jumlah anak
dewasa, apabila kebutuhan tersebut rawat inap dalam kurun watu 6 bulan mulai
terpenuhi maka anak akan mampu bulan Februari hingga Juli 2018 di Ruang
beradaptasi dan kesehatannya terjaga, Alamanda RSUD Abdul Moeloek Provinsi
sedangkan bila anak sakit maka akan Lampung adalah 1.735 anak, sebanyak 534
mempengaruhi pertumbuhan dan anak berusia sekolah (Rumah Sakit Abdul
perkembangan fisik, psikologis, intelektual, Moeloek, 2018).
sosial, dan spiritual (Supartini, 2004 dalam Bagi banyak anak, memasuki rumah
Siti Nursondang, Setiawati, 2015). sakit adalah seperti memasuki dunia asing
Masa kanak-kanak merupakan masa (Kyle & Carman, 2015). Anak yang berada di
yang menyenangkan bagi anak dan orang lingkungan baru selama proses
tua, karena anak dan orang tua dapat terus hospitalisasi juga merasa takut pada orang
bersama-sama. Namun, ketika menginjak asing yang merawatnya maupun
usia sekolah yaitu usia 6-12 tahun anak lingkungan rumah sakit yang terasa asing.
ingin menjadi sangat mandiri dari orang tua Anak juga dapat mengalami hilang kontrol
mereka. Proses hospitalisasi memaksa anak diri ketika menjalani proses hospitalisasi.
berpisah dengan lingkungan yang Misalnya, anak kehilangan kontrol terhadap
dicintainya, yakni keluarga dan sekolah. kebutuhan-kebutuhan pribadi, waktu
Hospitalisasi merupakan keadaan yang makan, waktu tidur, dan waktu untuk
mengahruskan anak tinggal di rumah sakit, menjalankan sebuah prosedur (Mendri &
menjalani terapi dan perawatan karena Prayogi, 2017). Tidur merupakan
suatu alasan yang berencana maupun kebutuhan dasar yang dibutuhkan oleh
kondisi darurat (Siti Nursondang, Setiawati, semua manusia untuk dapat berfungsi
2015). secara optimal baik yang sehat maupun
Berdasarkan survei dari World yang sakit. Kebutuhan tidur pada manusia
Health Organitation (WHO), pada tahun bergantung pada tingkat perkembangan,
2008, hampir 80% anak mengalami pada anak usia sekolah jumlah kebutuhan
perawatan di rumah sakit. Sekitar 5 % anak tidurnya adalah 10 jam/ hari dengan tahap
di Amerika Serikat mengalami hospitalisasi REM 18,5% (Haswita & Sulistyowati, 2017).
atau dirawat di rumah sakit setiap tahunnya Kulaitas dan kuantitas tidur dipengaruhi
(Hoffman & Rudolph (2006) dalam Afriani oleh beberapa faktor yaitu penyakit,
& Rahayuningsih, 2016). Sedangkan di lingkungan, motivasi, latihan dan kelelahan,
Indonesia, jumlah kunjungan pasien anak stress pikologis, nutrisi, dan obat-obatan
untuk rawat inap di rumah sakit tahun 2010 (Potter & Perry, 2010).
adalah 1.699.934 dan 2011 sejumlah

41
Madago Nursing Journal
Vol. 2 No. 2, November 2021
p-ISSN : 274-9271/ e-ISSN : 2746-9263

Terapi Sleep Hygiene adalah istilah menguji dan mengevaluasi kemampuan


yang digunakan untuk menggambarkan suatu teori, yang di terapkan dalam
kebiasaan atau pola tidur yang baik. Sleep memecahkan masalah-masalah praktis.
Hygiene sebagai salah satu terapi non Populasi dalam penelitian ini adalah anak
farmakologis gangguan tidur, usia sekolah yang mengalami hospitalisasi
mempromosikan pembentukan rutinitas di Ruang Alamanda RSUD Abdul Moeloek.
tidur, pola tidur yang baik dan berkualitas Penetapan responden mengacu pada
(Ahsan et al. Volume 6). Penelitian yang kriteria inklusi tertentu yang harus di miliki.
cukup banyak telah dilakukan untuk Adapun kriteria inklusi yang dilibatkan
menggambarkan seperangkat tidur yang pada penelitian ini adalah Anak yang
baik dan menunjukkan bahwa terapi Sleep mengalami gangguan pola tidur saat
Hygiene dapat memberikan solusi untuk hospitalisasi, mampu mengikuti terapi Sleep
mengatasi kesulitan tidur (Center For Hygiene dari awal sampai akhir yaitu klien
Clinical Intervention). Croledan Smith yang kooperatif, tidak dalam kedaan kritis,
(2002), menemukan bahwa asuhan mampu berbahasa Indonesia dengan baik
keperawatan untuk anak yang dan berkomunikasi dengan jelas, bersedia
dihospitalisasi terjadi dalam empat fase, menjadi subjek penelitian dan
yaitu perkenalan, membina hubungan menandatangani informed concent.
saling percaya, fase pengambilan Penelitian ini menggunakan
keputusan, dan memberikan kenyamanan instrument kuisoner yaitu Child’s Sleep
serta penenangan (Kyle & Carman, 2015). Habit Quationnary (CSHQ) yang telah
Salah satu intervensi non dimodifikasi oleh peneliti dengan
farmakologi yang dapat digunakan untuk menghapus beberapa pertanyaan, dari 32
memberikan kenyamanan dan penenangan pertanyaan menjadi 27 pertanyaan yang
pada anak selama proses hospitalisasi disesuaikan dengan situasi di rumah
adalah dengan menggunakan Sleep Hygiene. sakitdan berupa panduan Standar
Berdasarkan pemaparan di atas, penulis Operasional Prosedur (SOP) Sleep Hygiene
tertarik untuk meneliti tentang asuhan yang dievaluasi dengan menggunakan
keperawatan anak usia sekolah yang lembar observasi checklist sebelum dan
mengalami hospitalisi dengan masalah setelah dilakukan Sleep Hygiene.
keperawatan gangguan pola tidur Proses perekrutan responden
menggunakan teknik Sleep Hygiene di dimulai melalui kunjungan ke Ruang
Ruang Alamanda Rumah Sakit Umum Dr. H. Alamanda RSAM Provinsi Lampung,
Abdul Moeloek Provinsi Lampung kemudian menyeleksi anak usia sekolah
yang menjalani hospitalisasi, melakukan
METODE pengkajian mengenai tanda dan gejala
Metode penelitian ini menggunakan gangguan pola tidur, mencocokan dengan
jenis motede penelitian terapan atau kriteria inklusi yang sudah ditetapakan.
disebut dengan applied reseach dan Kemudian peneliti memperkenalkan diri
menggunakan One Group Pretest-Posttest dan menjelaskan tentang tujuan penelitian
Design. Bertujuan untuk menerapkan, yang akan dilakukan, memberikan

42
Madago Nursing Journal
Vol. 2 No. 2, November 2021
p-ISSN : 274-9271/ e-ISSN : 2746-9263

informasi terkait penenlitian dan meminta hari pertama dan kedua berada pada
kesediaan responden untuk terlibat dalam rentang gangguan pola tidur berat 0-55 dan
penelitian dan menandatangani inform pada hari ketiga berada pada rentang
consent sebagai bentuk persetujuan gangguan pola tidur ringan 56-74, An.
responden. Apada hari pertama berada pada rentang
gangguan pola tidur berat 0-55, sedangkan
HASIL pada hari kedua dan ketiga berada pada
Data kualitas tidur pada kedua rentang gangguan pola tidur ringan 56-74.
responden sebelum diberikan terapi sleep
Tabel 2
hygiene dengan melakukan pengukuran
(pre-test) Children’s Sleep Habit Quitioner Hasil pengukuran kualitas tidur pada
responden sesudah diberikan penerapan
(CSHQ) selama 3 hari dengan hasil sebagai terapi sleep hygiene di Ruang Alamanda
berikut RSAM Bandar Lampung tahun 2018 n (2)
Tabel 1 Hasil
Hasil pengukuran kualitas tidur pada Sesudah dilakukan
Hari/tanggal
responden sebelum diberikan penerapan penerapan terapi sleep
terapi sleep hygiene di Ruang Alamanda hygiene
RSAM Bandar Lampung tahun 2018 n (2) An. D An. A
Jum’at, 6 Juli 2018 50 54
Hasil Minggu, 8 Juli 2018 54 58
Sebelum dilakukan Selasa, 10 Juli 2018 58 65
Hari/tanggal
penerapan terapi sleep
hygiene
An. D An. A
Dari tabel diatas dijelaskan hasil
Kamis, 5 Juli 2018 46 51 penerapan sesudah dilakukan terapisleep
Sabtu, 7 Juli 2018 53 56 hygiene pada hari pertama adalah sebagai
Senin, 9 Juli 2018 56 60 berikut An. D mendapat skor 50 dan An. A
mendapat skor 54. Hari kedua An. D
Dari table diatas dijelaskan bahwa mendapat skor 54 dan An. A mendapat skor
hasil penelitian sebelum dilakukan terapi 58, serta hari ketiga An. D mendapat skor 58
sleep hygiene terhadap gangguan pola tidur dan An.A medapat skor 65. Kedua
anak yang menjalani hospitalisasi responden berada pada tingkat gangguan
bervariasi setiap harinya, dari gangguan pola tidur ringan hingga berat. Hal ini dapat
pola tidur berat menjadi gangguan pola dilihat dari rentang nilai pada penilaian
tidur ringan. Responden pada hari pertama skor quisioner CSHQ dimana skore An. D
mendapatkan skor sebagai berikut An. D pada hari pertama dan kedua berada pada
mendapat skor 46 dan An. A mendapat skor rentang gangguan pola tidur berat 0-55 dan
51, hari kedua An. D mendapat skor 53 dan pada hari ketiga berada pada rentang
An. A mendapat skor 56, sedangkan pada gangguan pola tidur ringan 56-74, An. A
hari ketiga An. D mendapat skor 56 dan An. pada hari pertama berada pada rentang
A mendapat skor 60. Hal ini dapat dilihat gangguan pola tidur berat 0-55, sedangkan
dari rentang nilai pada penilaian skor pada hari kedua dan ketiga berada pada
quisioner CSHQ dimana skore An. D pada rentang gangguan pola tidur ringan 56-74.

43
Madago Nursing Journal
Vol. 2 No. 2, November 2021
p-ISSN : 274-9271/ e-ISSN : 2746-9263

Setelah dilakukan tereapi sleep hygiene An.A mengalami peningkatan skor


selama 3 hari hasil yang didapatkan adalah sebanyak 2 point menjadi 58. Pada hari
kedua responden mengalami perubahan ketiga sebelum diberikan terapi sleep
kualitas tidur. hygiene An. D mendapat skor 56 dengan
Table 3 kriteria gangguan pola tidur ringan, setelah
Hasil pengukuran kualitas tidur pada diberikan penerapan terapi sleep hygiene
responden sebelum dan sesudah diberikan An. D mengalami peningkatan skor
penerapan terapi sleep hygiene di Ruang sebanyak 2 point menjadi 58. Sedangkan
Alamanda RSAM Bandar Lampung tahun
2018 n (2) An. A mendapat skor 60 sebelum diberikan
Sebelum dan sesudah dilakukan Terapi penerapan terapi sleep hygiene dengan
sleep hygiene kriteria gangguan pola tidur ringan, setelah
Hari
An. D An. A
Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah diberikan penerapan terapi sleep hygiene
Hari ke 1 46 50 51 54 An. A mengalami peningkatan skor
Hari ke 2 53 54 56 58 sebanyak 5 point menjadi 65.
Hari ke 3 56 58 60 65
PEMBAHASAN
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa
terdapat perubahan kualitas tidur pada Hospitalisasi dan Gangguan Pola Tidur
kedua responden. An. D dan An. A Dari hasil penelitian berdasarkan
mengalami perubahan kualitas tidur yaitu data demografi kedua responden berusia 10
dari berat menjadi ringan. Pada hari tahun dan 12 tahun atau berada pada usia
pertama sebelum diberikan terapi sleep sekolah (6-12 tahun). Hal ini tidak sesuai
hygiene An. D mendapat skor 46 dengan dengan penelitian Sulistyaningsih (2017),
kriteria gangguan pola tidur berat, setelah yang menyebutkan bahwa sebagian besar
diberikan terapi sleep hygiene An. A anak yang mengalami gangguan pola tidur
mengalami peningkatan skor sebanyak 4 akibat hospitalisasi berusia antara 5-6
point menjadi 50. Sedangkan An. A tahun atau berada pada rentang usia
mendapat skor 51 sebelum diberikan terapi prasekolah (3-6 tahun). Perbedaan hasil
sleep hygiene dengan kriteria gangguan pola penelitian ini mungkin disebabkan oleh
tidur berat, setelah diberikan terapi sleep perbedaan karakterisitik responden dan
hygiene mengalami peningkatan skor banyaknya jumlah anak usia sekolah yang
sebanyak 3 point menjadi 54. Pada hari dirawat di Ruang Alamanda RSAM
kedua An. D mendapat skor 53 dengan dibandingkan anak usia prasekolah.
kriteria gangguan pola tidur berat, setelah Ditinjau dari jenis kelamin, jenis kelamin
diberikan terapi sleep hygiene An. D kedua responden berbeda. Responden
mengalami peningkatan skor sebanyak 1 pertama berjenis kelamin laki-laki dan
point menjadi 54. Sedangkan An. A responden kedua berjenis kelamin
mendapat skor 56 sebelum diberikan perempuan. Menurut peneliti, perbedaan
penerapan terapi sleep hygiene dengan jenis kelamin dikarenakan perbedaan
kriteria gangguan pola tidur ringan, setelah faktor yang mempengaruhinya. Dalam hal
diberikan penerapan terapi sleep hygiene ini responden kedua mengalami gangguan
pola tidur karena faktor lingkungan

44
Madago Nursing Journal
Vol. 2 No. 2, November 2021
p-ISSN : 274-9271/ e-ISSN : 2746-9263

sedangkan responden pertama mengalami seperti bermain dan pergi kesekolah.


gangguan pola tidur karena faktor penyakit. Menurut pendapat peneliti pengalaman
Hal ini diperkuat oleh pendapat Cook dan hospitalisasi mempengaruhi anak dalam
Cook (2014) dalam penelitian beradaptasi dengan lingkungan rumah
Sulistyaningsih (2017), bahwa anak sakit. Lingkungan rumah sakit yang baru
perempuan umumnya memiliki mekanisme tidur karena faktor lingkungan sedangkan
adaptasi terhadap lingkungan rumah sakit responden pertama mengalami gangguan
yang jauh lebih lambat dibandingkan anak pola tidur karena faktor penyakit..
laki-laki. membuat anak merasa asing dan
Faktor yang Mempengaruhi Gangguan tidak terbiasa, serta suasana gaduh
Pola Tidur mengakibatkan anak menjadi stress dan
Hasil penelitian, selama proses sulit untuk beristirahat. Hasil penelitian,
hospitalisasi kedua responden mengalami responden kedua merasa tidak nyaman
stress psikologis, diantaranya adalah dengan lingkungan rumah sakit yang asing,
ansietas dan ketakutan. Teori menyebutkan kebisingan suara dari pasien lain, dan ruang
bahwa respond secara umum yang terjadi rawat yang panas. Namun, lingkungan tidak
pada anak yang dirawat inap antara lain berpengaruh pada responden pertama,
kecemasan, ketakutan, apatis, dan dikarenakan responden pertama telah
gangguan pola tidur (Hockenberry & Wilson menjalani hospitalisasi lebih dari satu kali,
(2007) dalam Agustyaningsih (2017)). sehingga responden sudah terbiasa dengan
Menurut peneliti, ketakutan anak lingkungan rumah sakit. Sedangkan pada
diakibatkan dari rasa tidak percaya responden kedua lingkungan berpengaruh
terhadap orang asing atau orang yang baru dikarenakan baru pertama kali menjalani
dikenalnya. Sesuai dengan pendapat hospitalisasi. Hal ini sesuai dengan
Erikson (1963), yang menyebutkan bahwa penelitian Sulistyaningsih (2017), yang
tugas perkembangan pada anak usia berpendapat bahwa tingkat stress
sekolah adalah untuk mengembangkan hsopitalisasi anak dapat dapat dipengaruhi
kepercayaan diri melalui rasa oleh prosedur invasife dan pengalaman
produktivitas, dan dapat terganggu selama hospitalisasi. Dari hasil penelitian, kedua
hospitalisasi (Kyle & Crman, 2015). Hasil responden memiliki diagnosa yang
penelitian, anak juga mengalami berbagai berbeda, responden pertama memiliki
tressor diantaranya merasa bosan dan riwayat penyakit thallasemia dan
kesepian karena harus berpisah dengan splenomegaly. Responden mengeluhkan
teman sebayanya atau teman disekolah, tidak nyaman, merasa nyeri dibagian
bahkan meminta pulang karena ingin abdomen dan sulit bergerak sehingga sulit
berjumpa dengan teman-temannya. Seperti untuk tidur. Penelitian ini sesuai dengan
hasil penelitian yang dilakukan oleh penelitian Craven & Hirnle (2000) dalam
Chadijah dan Syahreni (2015), bahwa Ahsanet al. (Volume 6), yang meyebutkan
hospitalisasi menyebabkan anak bahwa ketidak mampuan klien
kehilangan kesempatan untuk melakukan mendapatkan posisi nyaman dan rasa nyeri
aktivitas yang biasa dilakukan sehari-hari, merupakan penyebab tersering gangguan

45
Madago Nursing Journal
Vol. 2 No. 2, November 2021
p-ISSN : 274-9271/ e-ISSN : 2746-9263

istirahat tidur. Teori menyebutkan, Kecemasan Anak UsiaSekolah RSUD dr.


penyakit kronis seperti gangguan nyeri Zainoel Abidin. Jurnal Keperawatan
dapat mengganggu klien dalam beristirahat Universitas Syiah Kuala Banda Aceh.
(Potter & Perry, 2010). Responden kedua Agustiyaningsih, S. 2017. Hubungan Stress
didiagnosa mengalami anemia dan tidak Hospitalisasi dengan Perubahan Tidur
ada keluhan berarti yang mengakibatkan Pasien Anak Usia Prasekolah di RSKIA
responden sulit untuk tidur PKU Muhammadiyah Yogyakarta.
Skripsi. Universitas Aisyiah Yogyakarta.
KESIMPULAN DAN SARAN Ahsan., R.E. Kapti, dan S.A. Putri. 2015.
Berdasarkan hasil penelitian dan Pengaruh Terapi Sleep Hygiene
pembahasan, dapat disimpulkan bahwa Terhadap Gangguan Tidur Anak Usia
terjadi perubahan kualitas tidur setelah Sekolah yang Menjalani Hospitalisasi.
intervensi terapi sleep hygiene pada kedua Junral Keperawatan Fakultas
responden yaitu dari gangguan pola tidur Kedokteran Universitas Brawijaya 6 (1).
berat menjadi gangguan pola tidur ringan. Chodidjah S. dan E. Syahreni. 2015.
Setelah diberika intervensi sleep hygiene Pengalaman Hospitalisasi Anak Usia
dapat dianalisis bahwa terdapat pengaruh Sekolah. Jurnal Keperawatan Indonesia.
pemberian intrvensi sleep hygiene terhadap 18 (1).
masalah gangguan pola tidur pada anak usia Harmoniati, E.D., R. Sekartini, dan H.
sekolah yang menjalani hospitalisasi. Saran Gunardi. 2016. Intervensi Sleep
untuk peneliti lain, perlu dilakukan Hygiene pada Anak Usia Sekolah
penelitian lebih lanjut untuk sleep hygiene dengan Gangguan Tidur. Sari Pediatri
dengan jumlah responden yang lebih 18 (2).
banyak untuk menilai keefektifan terapi Haswita, dan R. Sulistyowati. 2017.
sleep hygiene, serta penelitian lebih lanjut Kebutuhan Dasar Manusia. Cetakan
untuk membandingkan antara kelompok Pertama. CV. Trans Info Media. Jakarta.
yang diberikan intervensi sleep hygiene dan Hidayat, A.A. 2009. Kebutuhan Dasar
kelompok yang tidak diberikan terapi sleep Manusia. Salemba Medika. Jakarta.
hygiene) Hidayat, A.A. 2007. Metode Penelitian
Keperawatan dan Teknik Analisis Data.
UCAPAN TERIMA KASIH Salemba Medika. Jakarta.
Peneliti mengucapkan terima kasih Hidayat, A.A. 2009. Pengantar Ilmu
kepada Stikes Panca Bakti Lampung dan Keperawatan Anak 1. Salemba Medika.
semua pihak yang telah membantu Jakarta.
penelitian ini sehingga bisa terlaksana Kyle, T. dan S. Carman. 2015. Buku Ajar
dengan baik Keperawatan Pediatri. Edisi 2. Volume
2. EGC. Jakarta.
DAFTAR PUSTAKA Mendri, N.K. dan Prayogi, A.S. 2017. Asuhan
Afriani, M. dan S.I. Rahayuningsih. 2016. Keperawatan Pada Anak Sakit & Bayi
Reaksi Anak Terhadap Stressor Resioko Tinggi. Pustaka Baru
Hospitalisasi dengan Tingkat Press.Yogyakarta.

46
Madago Nursing Journal
Vol. 2 No. 2, November 2021
p-ISSN : 274-9271/ e-ISSN : 2746-9263

Nanda. 2015. Diagnosis Keperawatan Rahmah, S. 2014. Hubungan Antara Sleep


Definisi & Klasifikasi .Edisi 10. EGC. Hygiene dengan Kualitas Tidur pada
Jakarta. Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna
Notoadmodjo. S. 2010. Metodologi Werdha Yogyakarta. Tesis. Program S2
Penelitian Kesehatan. Asdi Mahasatya. Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu
Jakarta. Kesehatan Aisyiyah Yogyakarta.
Nurs, N.M., R. Susilaningrum, dan S. Utami. Koran Radar. 2016. Atasi Susah Tidur degan
2008. Asuhan Keperawatan Bayi dan Sleep Hygiene. 18 Desember. Halaman 9.
Anak. Salemba Medika. Jakrta. Surabaya.
Nursondang, S., Setiawati, dan R. Eliya. Potter dan Perry. 2010. Fundamental
2015. Hubungan Keluarga dengan Keperawatan. Edisi 7. EGC. Jakarta.
Tingkat Kecemasan Akibat Wong, D.L., M.H. Eaton., D. Wilson,. M.L.
Hospitalisasi pada Anak Usia Winkelstein., dan P. Schwartz. 2009.
Prasekolah. Jurnal Kesehatan Holistik. 9 Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Edisi
(2). 6. Volume 1. EGC. Jakarta.
Putri, H. 2015. Study Deskriptif Gangguan
Tidur Pada Anak Usia 9-12 Tahun di SD
Negeri Pisangan 1 Ciputat. Skripsi.
Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.

47

Anda mungkin juga menyukai