Anda di halaman 1dari 9

JOURNAL REVIEW

KEPERAWATAN ANAK
“Effects Of Nesting And Swaddling On The Sleep Duration
Of Premature Infants Hospitalized In Neonatal Intensive
Care Units”

DISUSUN OLEH :

FAJAR TRI WIBOWO


DHIMAS PUTRA PRADANA
NISRINA NUR AINI

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2019
A. Latar Belakang
1. Latar Belakang Pemilihan Jurnal
a. Problem/ population/ patient
Di unit perawatan intensif neonatal (NICU), tidur neonatal terganggu karena
faktor yang berbeda-beda. Tidur memiliki peranan penting dalam
perkembangan otak, perkembangan sistem sensorik, sistem motorik,
pengetahuan, kemampuan mengatasi koping perubahan, dan tanggapan yang
sesuai dengan rangsangan lingkungan pada bayi prematur.
b. Intervention
Penggunaan nesting dan bedong pada tidur bayi prematur yang dirawat di
NICU.
c. Compare
Dari 39 bayi dalam penelitian ini, 26 adalah perempuan dan 13 laki-laki.
Mereka dievaluasi dalam dua kelompok Nesting-Swaddling (N-S) dan
Swaddling-Nesting (S-N). Status tidur dievaluasi dengan observasi dan
penggunaan kriteria Prechtl. Kemudian, durasi waktu tidur total (TST) dan
waktu tidur tenang (QST) dicatat. Data dianalisis dengan menggunakan
analisis ukuran varians diulang (ANOVA).
d. Outcome
Mengetahui pengaruh nesting dan bedong pada durasi tidur bayi prematur
yang dirawat di NICU.

2. Latar Belakang Penelitian dalam Jurnal


Tidur sangat penting untuk perkembangan otak pada neonatus. Tidur yang
cukup sangat penting pada neonatus karena mempengaruhi perkembangan sistem
sensorik, struktur hippocampus, pons, batang otak, otak tengah, sistem motorik,
limbik, pengetahuan, memori jangka panjang, termoregulasi, kemampuan
mengatasi koping perubahan, dan tanggapan yang sesuai dengan rangsangan
lingkungan. Pada neonatus, siklus tidur mencakup tiga tahap: tidur aktif, tidur
tenang, dan tidur yang tidak pasti.
Tidur aktif atau rapid eye movement (REM) ditandai dengan adanya gerakan
cepat mata, pernapasan tidak teratur, gerakan wajah dan tubuh, dan pola EEG
continuous. tidur tenang (QS) ditandai dengan tidak adanya gerakan REM dan
tubuh, respirasi regular/teratur, dan pola EEG terputus-putus.

2
Tidur tak tentu atau indeterminate sleep (IS) adalah sebuah kondisi dimana
karakteristik tidur tidak jelas diklasifikasikan sebagai Quite Sleep atau Active
sleep (AS). Terjadi pada awal tidur dan antara QS dan AS.
Selama hidup janin, dengan peningkatan usia kehamilan, dan juga setelah
lahir, perkembangan otak, durasi waktu AS secara bertahap menurun sedangkan
QS meningkat. Total waktu dari siklus tidur lengkap pada 27-30 minggu usia
kehamilan adalah sekitar 40 menit, dan pada 31-34 minggu sekitar 50-70 menit.
Tidur aktif efektif pada pengembangan sistem sensorik selama kedua periode,
yaitu periode janin dan periode neonatal. QS memiliki peran penting dalam
pengembangan memori jangka panjang dan kemampuan belajar. Preservasi
kapasitas adaptasi pada perubahan lingkungan, pembelajar respon pengalaman
lingkungan, dan koping kebutuhan baru dipengaruhi oleh kedua tahapan tidur.
Selain itu, hormon pertumbuhan dikeluarkan selama waktu tidur tenang (QST).
Pada neonatus, deprivasi tidur jangka pendek menyebabkan peningkatan tonisitas
simpatik, risiko tinggi apnea obstruktif, dan peningkatan persepsi nyeri. Rawat
inap neonatus di NICU dan kontak dengan berbagai rangsangan lingkungan
meyebabkan pemendekan waktu tidur mereka atau mengembangkan gangguan
tidur. Dalam beberapa tahun terakhir, beberapa penelitian telah dilakukan pada
faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan tidur neonatus. Beberapa studi
menunjukkan bahwa neonatus yang terbungkus/dibedong lebih jarang terbangun
dan memiliki waktu tidur lebih banyak. Mereka juga tertidur lebih cepat/spontan
dan bangun dengan nyaman. Penelitian lain juga telah menunjukkan adanya efek
nesting pada perbaikan tidur neonatus. Nesting, sebagai bagian dari developmental
care, meningkatkan kualitas tidur melalui penjagaan neonatus dari posisi
melengkung dan pengurangan gerakan tiba-tiba serta imobilitas lengan dan kaki.
Bertelle et al. menunjukkan bahwa pemberian individualized developmental care
(pengurangan cahaya lingkungan dan kebisingan, penggunaan mendukung kepala,
mendukung untuk punggung dan kaki, bedong, menggenggam, intervensi
pengurangan stres orang tua, dan merawat bayi dengan memeluk) memperpanjang
durasi QS dan waktu tidur aktif pada bayi prematur dan memperpendek IS
periode. Meskipun dalam beberapa tahun terakhir, pemberian individualized
developmental care adalah pertimbangan besar di NICU di seluruh dunia, dan
dilakukan dengan baik dalam beberapa diantaranya, tetapi di Iran, bayi prematur
tidak sepenuhnya menerima model perawatan ini dengan cara yang terorganisasi

3
di NICU, dan hanya beberapa jenis developmental care seperti nesting. Selain itu,
swaddling/bedong tidak rutin diberikan di bangsal. Berkenaan dengan pentingnya
tidur pada bayi dan peran pemberian developmental care untuk promosi tidur,
tampak bahwa penerapan dari bagian program developmental care dapat
meningkatan tidur bayi di NICU dalam kondisi saat ini. Peneliti tidak menemukan
penelitian yang membandingkan efektivitas dua metode nesting dan bedong. Oleh
karena itu, penelitian ini bertujuan untuk membandingkan efek nesting dan
swaddling pada durasi tidur bayi prematur yang dirawat di NICU di Iran. Para
peneliti memutuskan untuk menguji dua hipotesis:
a. Penggunaan nesting atau swaddling pada perawatan neonatal meningkatan
durasi waktu tidur, dibandingkan dengan periode kontrol.
b. Efek dari nesting dan swaddling pada tidur bayi yang berbeda.

B. Tujuan
1. Tujuan Review Jurnal
Review jurnal bertujuan untuk memberikan pengetahuan salah satu inovasi
Developmental Care yang dapat diaplikasikan di RSUD Kab. Karanganyar
khususnya di ruang perinatologi.
2. Tujuan Penelitian dalam Jurnal
Penelitian dalam Jurnal bertujuan untuk mengetahui pengaruh nesting dan bedong
pada durasi tidur bayi prematur yang dirawat di NICU.

C. Metode
1. Desain Penelitian
Desain Penelitian dalam jurnal ini adalah uji klinis prospektif yang dilakukan
dengan desain crossover untuk mengontrol faktor perancu tidur bayi. Pengambilan
sampel dilakukan dari Oktober 2013 sampai Juni 2014 di NICU rumah sakit yang
berkerja sama dengan Isfahan University of Medical Sciences. Data dianalisis
dengan SPSS versi 14. Untuk membandingkan panjang rata-rata tidur dan setiap
tahap dalam berbagai periode, diulang menggunakan analisis ukuran varians
(ANOVA). Untuk membandingkan variabel berat badan lahir, usia kehamilan, dan
usia kelahiran, menggunakan independen t tes dengan tingkat signifikansi
dianggap sebagai P < 0.05.

4
2. Sampel
Ukuran sampel dalam jurnal sebanyak 39 responden berdasarkan ukuran
rumus sampel.
Dengan kriteria inklusi yaitu: Usia kehamilan antara 31 dan 34 minggu
(berdasarkan periode terakhir menstruasi (LMP) dan sonografi), usia postnatal
minimal 2 hari, pernapasan bayi spontan tanpa alat bantu, tidak memiliki cacat
bawaan yang besar atau temuan neurologis yang abnormal termasuk perdarahan
intra ventrikular > grade dua, tidak ada konsumsi narkotika atau zat adiktif
terlarang oleh ibu selama kehamilan, bayi tidak diberi obat penenang 24 jam
sebelum intervensi, tidak ada pemberian asuhan kangoro mother care (KMC)
untuk bayi, bayi tidak mengalami diare, tidak untuk bayi yang kembali dilakukan
rawat inap, skor Apgar bayi > 4, bayi yang diberi nutrisi setiap 2 jam, dan tidak
ada advis fototerapi untuk bayi.
Sedangkan kriteria eksklusinya adalah: jika ada keadaan yang mendesak
untuk penatalaksanaan intervensi tertentu selama penelitian atau keputusan orang
tua untuk berhenti bekerja sama dengan penelitian ini.
Sebanyak 42 bayi yang mengikuti penelitian. Selama penelitian, tiga bayi
dikeluarkan dari penelitian: Satu karena fototerapi dan dua lainnya karena
keengganan orang tua mereka untuk melanjutkan penelitian. Pengambilan sampel
dilakukan dengan metode pemilihan acak (drawing of lots) sedemikian rupa setiap
harinya, subjek yang dipilih secara acak (through tossing a coin) dari bayi dirawat
di rumah sakit yang memenuhi kriteria inklusi dan dievaluasi, setelah memperoleh
persetujuan tertulis diinformasikan kepada orang tuanya.
3. Instrumen
Evaluasi bayi dilakukan berdasarkan skala Prechtl melalui observasi oleh
orang yang berpengalaman setiap 30 detik dengan kronometer.
Berdasarkan skala Prechtl ini, adanya tanda-tanda seperti mata tertutup, tidak
adanya gerakan mata yang cepat, tidak adanya gerakan tubuh, denyut nadi teratur
dan respirasi, dan beberapa keadaan terbangun sebentar dianggap sebagai QS.
Mata tertutup dengan gerakan cepat mata, keberadaan gerakan tubuh, denyut tidak
teratur dan respirasi, keadaan terbangun sebentar, dan adanya gerakan dianggap
sebagai tidur aktif. Denyut jantung diperiksa dan dicatat oleh perangkat oksimeter
pulse GMSOT-701 yang melekat pada kaki bayi.

5
D. Hasil
1. Hasil Penelitian

Perbandingan waktu tidur total (Total Sleep Time) rata-rata di setiap periode
studi dalam dua kelompok (nest-swaddle dan swaddle-nest)

Perbandingan waktu tenang tidur (Quite Sleep Time) rata-rata di setiap periode
studi pada kedua kelompok (nest-swaddle dan swaddle-nest)

2. Hasil Akhir Penelitian


Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua metode swaddling dan nesting secara
signifikan meningkatkan panjang TST dan QST pada bayi prematur. Selain itu,
swaddling meningkat TST dan QST lebih dari nesting, meskipun peningkatan itu
tidak signifikan. Oleh karena itu, mengingat fasilitas yang ada dan peralatan di
lingkungan dan kondisi ekonomi dan kebijakan rumah sakit serta kondisi
neonatus, baik metode swaddling atau nesting digunakan untuk meningkatkan
tidur neonatus.

E. Pembahasan dalam Jurnal


Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kedua kelompok nesting-swaddling
dan swaddling-nesting, TST dan QST pada periode bedong dan juga dalam periode
nesting secara signifikan lebih tinggi dibandingkan dengan periode kontrol. Bertelle et
al. Evaluasi tidur pada bayi prematur dengan polisomnografi menunjukkan bahwa
perawatan perkembangan individual termasuk mengurangi cahaya langsung dan
kebisingan lingkungan, penggunaan alas untuk punggung dan kepala, mengisap non-
nutritif, dan penggunaan bedong dengan pembatasan tangan meningkatkan panjang

6
dari tidur total dan QST. Kihara dan Nakamura, dalam sebuah penelitian tentang
pengaruh bedong dan nesting pada kondisi perilaku bayi prematur dan tidur,
menyimpulkan bahwa bayi dalam posisi tengkurap, baik dalam nesting atau bedong,
memiliki QST lebih berkepanjangan. Meyer dan Erler menunjukkan bahwa bedong
secara signifikan meningkatkan persentase QST. Franco et al., dalam sebuah
penelitiannya tentang pengaruh bedong anak kurang dari 1 tahun pada periode tidur
dan bangun mereka, diperoleh hasil yang sama dengan studi sebelumnya, dan
menunjukkan bahwa bedong meningkat TST dan QST. Dalam penelitian ini, kami
mengadopsi alat Prechtl dan mengamati bayi untuk evaluasi tidur mereka dan hasil
yang diperoleh konsisten dengan empat studi yang disebutkan di atas. Westrup et al.
menunjukkan bahwa pemberian perawatan perkembangan individual tidak
berpengaruh pada QST, yang tidak sejalan dengan penelitian ini. Panjang siklus tidur
neonatus dipengaruhi oleh usia kehamilan mereka, dan dalam penelitian ini, subjek
dengan usia kehamilan 31-34 minggu dipilih, ini bisa menjadi alasan untuk hasil yang
berbeda diperoleh oleh kami. Selain itu, jumlah yang lebih tinggi dari subjek dalam
penelitian kami dapat menjadi alasan kemungkinan lain.
Berttele, et al. menurut penelitian dari Backer et al mengatakan bahwa
pemberian perawatan perkembangan individual tidak berpengaruh pada tidur
neonatus. Alasan untuk perbedaan antara hasil mereka dan kita adalah durasi evaluasi
tidur, seperti kita mengevaluasi bayi dalam 2 periode jam tetapi mereka mengevaluasi
tidur bayi untuk durasi 18 menit.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai rata-rata dari TST dan QST lebih
panjang ketika bayi terbungkus dibandingkan pada periode ketika sedang bernesting,
meskipun perbedaannya tidak signifikan. Jika penelitian dilakukan pada lebih banyak
jumlah subjek, perbedaan mungkin bisa menjadi signifikan.
Ulasan literatur dari penelitian yang tersedia menunjukkan bahwa jumlah
penelitian tentang tidur neonatus terbatas, mungkin karena kesulitan dalam
penyelidikan tidur pada neonatus. Selain itu, peneliti menemukan ada penelitian yang
membandingkan efek dari dua metode perawatan yang berbeda pada tidur neonatus;
Oleh karena itu, hasil penelitian ini tidak dapat dibandingkan dengan penelitian lain.
Jadi, penelitian lebih lanjut diperlukan di bidang ini.

7
F. Analisis Jurnal
1. Kelebihan
Dari analisis jurnal terdapat kelebihan, dapat membandingkan waktu tidur total
(Total Sleep Time) dan waktu tidur tenang (Quite Sleep Time) rata-rata di setiap
periode studi dalam dua kelompok (nest-swaddle dan swaddle-nest) dengan hasil
yang signifikan. Selain itu, hasil penelitian dapat mengungkapkan pentingnya
tidur pada bayi dan peran pemberian developmental care untuk promosi tidur,
tampak bahwa penerapan dari bagian program developmental care dapat
meningkatan tidur bayi di NICU dalam kondisi saat ini.
2. Kekurangan
Dari analisis jurnal terdapat kekurangan, jalannya penelitian tidak dijelaskan
secara rinci serta hasil evaluasi bayi yang dilakukan berdasarkan skala Prechtl
tidak dilampirkan di dalam jurnal.

G. Implikasi Keperawatan
Hasil penelitian menyebutkan bahwa kedua metode swaddling dan nesting secara
signifikan meningkatkan panjang TST dan QST pada bayi prematur. Selain itu,
penggunaan bedong/ swaddling meningkat TST dan QST lebih panjang dari
penggunaan nesting, meskipun peningkatan itu tidak signifikan.

H. Aplikasi di Rumah Sakit


Dalam aplikasi di rumah sakit penggunaan nesting dan bedong sudah menjadi
intervensi developmental care di ruang perinatologi RSUD Kab. Karanganyar, akan
tetapi pada aplikasinya lebih sering penggunaan bedong untuk peningkatan durasi
tidur bayi prematur.

I. Hambatan dan Solusi Aplikasi Jurnal


Dalam penerapan aplikasi jurnal, penggunaan nesting pernah diterapkan namun tidak
bertahan lama, dikarenakan keterbatasan jumlah alat. Solusinya penerapan nesting
bisa dilakukan dengan membuat kain bedong dibentuk menyerupai sarang, intervensi
developmental care yang sudah dilakukan seperti penggunaan bedong harus
dipertahankan.

8
J. Kesimpulan
Kesimpulan dari analisa jurnal bahwa nesting dan bedong merupakan intervensi
sederhana dari developmental care untuk meningkatkan durasi tidur bayi prematur
yang berpengaruh jangka panjang pada perkembangan otak, perkembangan sistem
sensorik, sistem motorik, pengetahuan, kemampuan mengatasi koping perubahan, dan
tanggapan yang sesuai dengan rangsangan lingkungan.

Lampiran

Penggunaan nesting pada bayi

Penggunaan bedong pada bayi

Anda mungkin juga menyukai