Anda di halaman 1dari 11

HUBUNGAN HOSPITALISASI DENGAN LAMA WAKTU TIDUR

ANAK TODDLER DI RUANG PERAWATAN ANAK


RSAB HARAPAN KITA JAKARTA TAHUN 2018

CORRELATION HOSPITALIZATION WITH LENGTH OF SLEEP TIME IN


TODDLER AGE IN THE PEDIATRIC CARE ROOM
RSAB HARAPAN KITA JAKARTA IN 2018

Yulia Susilowati1, Titin Sutini 2


1. Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Jakarta Fakultas Ilmu Keperawatan
Jln. Cempaka Putih Tengah, Jakarta Pusat-10510
2. Dosen Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakarta
G-Mail: yuliasusilowati78@gmail.com

ABSTRAK
Proses hospitalisasi pada anak dapat mengalami berbagai kejadian yang ditunjukkan dengan
pengalaman yang traumatik dan penuh dengan stress. Anak usia toddler yang mengalami
hospitalisasi akan cenderung rewel karena anak merasa takut pada lingkungan baru, tidak mau
ditinggal oleh orang tuanya, sehingga dengan keadaan psikologis tersebut menyebabkan anak
yang mengalami dampak hospitalisasi cenderung mengalami gangguan tidur, seperti lama
waktu tidur yang kurang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan
hospitalisasi dengan lama waktu tidur anak toddler di ruang rawat anak RSAB Harapan Kita
Jakarta tahun 2018. Desain penelitian menggunakan metode deskriptif analitik dengan
pendekatan cross sectional dengan jumlah sampel sebanyak 45 responden. Analisa dilakukan
dengan menggunakan uji Kai Kuadrat (Chi Square).Hasil penelitian ini ada hubungan yang
signifikan antara hospitalisasi terhadap lama waktu tidur anak usia toddler di RSAB Harapan
Kita Jakarta, dimana nilai p-value < 0,05 (0,000). Saran untuk perawat agar dapat
mengantisipasi dampak hospitalisasi pada anak toddler sehingga lama waktu tidur anak toddler
tercukupi.

Kata Kunci : Hospitalisasi, lamawaktu tidur, anak toddler

ABSTRACT
Hospitalization process in children may experience various events demonstrated by a
traumatic experience and full of stress. Hospitalized toddler age will be fussy because of
children feeling afraid of new environment, don’t want to be left by the parents, so with that
psychological state it causes the affected children hospitalization tends to experience sleep
disturbances, such as less sleep time. This research aimed to examine the hospitalization
correllation with the length of sleep time of the toddler age in the pediatric care room in RSAB
Harapan Kita 2018. This research designed was analytical descriptive with cross sectional
approach with 45 respondents. Processing and analysis data using Chi Square test. The result
showed any significant correlation between the hospitalization of toddler age to the length of
sleep time in RSAB Harapan Kita Jakarta. P-Value It: 0,05 (0,000). Suggestions for nurses to
anicipate the impact of hospitalization on toddler age to length of sleep time is sufficient.

Keywords: : Hospitalization, Length of sleep time, Toddler age

Jurnal keperawatan anak 1


PENDAHULUAN 20% sampai 30% tidur berupa tidur REM.
Sebagian besar toddler tetap memerlukan
Penyakit dan hospitalisasi sering kali tidur siang, tetapi kebutuhan untuk tidur di
menjadi krisis pertama yang harus dihadapi pertengahan pagi hari secara bertahap
anak, terutama pada tahun-tahun awal. menurun. Menurut Hastono (2011),
Anak lebih rentan terhadap efek penyakit sebanyak 72,2% orang tua menganggap
dan hospitalisasi karena kondisi ini masalah tidur pada toddler bukan
merupakan perubahan dari status kesehatan merupakan masalah atau hanya merupakan
dan rutinitas umum mereka. Anak memiliki masalah kecil. Penelitian (Tri Ratnaningsih,
keterbatasan pemahaman dan mekanisme 2013) mengungkapkan, ada sekitar 44%
koping untuk dapat mengatasi stressor yang balita saat hospitalisasi mengalami
mungkin terjadi. penurunan lama waktu tidur dibandingkan
sedang berada di rumah.
Proses hospitalisasi pada anak dapat
mengalami berbagai kejadian yang Menurut survey American National Sleep
ditunjukkan dengan pengalaman yang Fondation (2006) dalam Forst (2009)
traumatik dan penuh dengan stress. Anak menyatakan bahwa selama menjalani
mengartikan hospitalisasi sebagai suatu hospitalisasi sebanyak 40% orang tua dan
yang menakutkan terutama terhadap perawat anak ikut dalam survey tersebut
perpisahan. menyatakan bahwa bayi dan batita mereka
tidur kurang dari 12-15 jam/hari seperti
Menurut Supriyono (2012) menyatakan yang direkomendasikan oleh para dokter
bahwa anak yang mengalami hospitalisasi spesialis anak yang khusus menangani
akan cenderung rewel karena anak merasa masalah tidur. Di Beijing (China)
takut pada lingkungan baru, merasa didapatkan prevalensi gangguan tidur pada
disakiti, sehingga memerlukan orang tua anak usia 2-6 tahun sebesar 21,5%. Di
untuk selalu mendampinginya. Anak yang Indonesia, tingkat prevalensi gangguan
mengalami hospitalisasi cenderung tidur pada anak toddler sebesar 44,2%
mengalami gangguan tidur, seperti lama (Hendriani, 2012).
waktu tidur yang kurang. Hal ini
disebabkan karena anak berada
dilingkungan baru sehingga merasa tidak Berdasarkan hasil dan wawancara studi
nyaman. Menurut Anggika (2016) anak pendahuluan yang dilakukan peneliti
yang mengalami hospitalisasi akan merasa terhadap 10 orang tua anak toddler yang
gelisah, ketakutan, rewel, tidak mau dirawat di ruang Anggrek RSAB Harapan
ditinggal oleh orang tuanya. Sehingga Kita didapatkan data bahwa terdapat 3 anak
dengan keadaan psikologis tersebut mengalami bangun malam karena cahaya
menyebabkan anak sering rewel, merasa lampu di ruang perawatan, 2 orang anak
tidak tenang saat istirahat atau tidur terbangun karena di ambil darah untuk
akibatnya lama tidur anak saat hospitalisasi pemeriksaan, 2 orang anak terbangun
menjadi berkurang. karena mendapatkan suntikan obat, dan 3
orang anak terbangun karena tidak ada
Gangguan tidur sering dialami oleh anak orang tua yang tidur di samping anaknya.
saat dihospitalisasi. Rasa takut pada proses Menurut Nursalam (2013) bahwa anak usia
perawatan, lingkungan rumah sakit yang toddler yang menjalani rawat inap mudah
tidak nyaman mengakibatkan anak rewel mengalami stres dan kecemasan akibat
dan susah tidur. keadaan tersebut perpisahan atau lingkungan rumah sakit,
berpengaruh pada kebutuhan tidur anak prosedur tindakan, sehingga berdampak
toddler. Kebutuhan tidur toddler menurun pula pada kebutuhan tidurnya. Sehingga
menjadi 10 sampai 12 jam sehari. Sekitar perawat perlu berupaya untuk membantu

Jurnal keperawatan anak 2


pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur melakukan pengamatan/penilaian pada unit
anak. ini (Dharma, 2017).
Kriteria sampel dapat dibedakan menjadi
dua bagian, yaitu :
Berdasarkan latar belakang tersebut bahwa
belum adanya data konkrit mengenai Kriteria inklusi
masalah kebutuhan tidur anak yang dirawat Adalah karakteristik umum subyek
di ruang perawatan RSAB Harapan Kita penelitian dari suatu populasi target yang
khususnya pada anak usia toddler, maka terjangkau dan akan diteliti (Nursalam,
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian 2014).
mengenai hubungan hospitalisasi dengan Sampel dalam penelitian ini adalah
lama tidur anak toddler di ruang perawatan kelompok anak usia toddler, yang masuk
anak RSAB Harapan Kita Jakarta. dalam kriteria inklusi sebagai berikut :
1) Anak usia toddler (1-3 tahun) yang
Desain penelitian dirawat di ruang rawat anak Gambir
dan Anggrek dengan hari rawat lebih
Desain penelitian ini menggunakan metode dari 24 jam.
discriptik analitik observasional, yaitu 2) Diijinkan menjadi responden
melakukan penelitian dengan melakukan
observasi pada responden. Penelitian ini Kriteria ekslusi
menggunakan pendekatan cross-sectional Adalah menghilangkan atau mengeluarkan
karena pengukuran variabel bebas dan subjek yang memenuhi kriteria inklusi dari
variabel terikat dilakukan dalam waktu studi karena berbagai sebab, antara lain
yang sama (Dharma, 2017). terdapat keadaan atau penyakit yang
mengganggu pengukuran maupun
Tempat interpretasi hasil, terdapat keadaan yang
Penelitian dilakukan di ruang rawat inap mengganggu kemampuan pelaksanaan,
anak klas 3 dan klas 2 (Ruang Gambir dan hambatan etis, subjek menolak
ruang Anggek) RSAB Harapan Kita berpartisipasi.
Jakarta. Kriteria ekslusi dalam penelitian ini adalah
:
Waktu 1) Anak usia toddler (1-3 tahun) yang
Waktu Pelaksanaan penelitian di dirawat di ruang rawat anak Gambir dan
laksanakan pada bulan Januari sampai Anggrek dengan hari rawat kurang dari
Februari 2018 dari 24 jam.
Populasi 2) Orang tua tidak bersedia menjadi
Populasi adalah unit dimana suatu hasil responden
penelitian akan diterapkan (digeneralisir) 3) Jenis penyakit yang di derita pada anak
(Dharma, 2017). Populasi dalam penelitian toddler
ini adalah orangtua (ayah atau ibu) anak Untuk menentukan besar sampel yang
usia toddler yang dirawat di Ruang Gambir peneliti ambil, dikutip berdasarkan
dan Ruang Anggrek RSAB Harapan Kita teori dari Nursalam (2014),
Jakarta. Populasi yang diambil sebagai menggunakan rumus :
subyek penelitian sebesar 50 responden. 𝑁
n = 1+𝑁 (𝑑)²
𝑁
Sampel n = 1+𝑁 (𝑑)²
Sampel adalah unit yang lebih kecil lagi Keterangan :
yaitu sekelompok individu yang merupakan n = Besar sampel
bagian dari populasi terjangkau tempat N = Besar populasi
peneliti langsung mengumpulkan data atau

Jurnal keperawatan anak 3


d = Tingkat signifikansi (p) tingkat keperawatan dan memiliki pengalaman
kesalahan yang dipilih (d = 0,05) > 2 tahun berjumlah 1 orang pada
50 masing-masing ruangan.
n = 1+50 ( 0,05)²
50
4. Menyamakan persepsi dengan asisten
n = 1+50 ( 0,0025) penelitian dengan memberikan
50 50 penjelasan tentang prosedur penelitian
n = 1+0,125 = 1.125 = 44,4= 45
dan pengisian kuesioner.
Responden memberikan penjelasan singkat tentang
Maka jumlah sampel yang di ambil maksud dan tujuan penelitian kepada
sebanyak 45 responden. responden penelitian. Bila responden
setuju untuk berpartisipasi dalam
Pengumpulan data kegiatan penelitian selanjutnya
diberikan lembar persetujuan penelitan.
Pengumpulan data dilakukan dengan cara 5. Setelah mendapatkan persetujuan dari
pengisian kuesioner yang dilakukan dengan responden, peneliti memberikan
memberikan kepada responden (orang tua kuesioner pada responden kemudian
anak usai toddler) serta melakukan memberikan penjelasan tentang cara
wawancara dan dan jawabannya ditulis di pengumpulan data dan diminta untuk
kuesioner untuk dilakukan pengisian sesuai menjawab secara jujur.
kondisi masing-masing responden. Adapun 6. Hasil jawaban dicek dulu
langkah-langkah pengumpulan data adalah: kelengkapannya sebelum peneliti
1. Peneliti meminta izin untuk melakukan meninggalkan responden.
penelitian sesuai judul skripsi kepada
Univesitas Muhammadyah Jakarta.
2. Peneliti mendatangi RSAB Harapan
Kita Jakarta sesuai dengan surat ijin
penelitian serta menyerahkan proposal
sederhana.
3. Menentukan kriteria asisten penelitian
yaitu pendidikan minimal DIII

Jurnal keperawatan anak 4


HASIL PENELITIAN

Tabel 5.1.1
Distribusi frekuensi responden dari analisa univariat anak toddler
di RSAB Harapan Kita Jakarta Januari 2018
1. Usia Jumlah Prosentase
1-2 tahun 28 62,2
2-3 tahun 17 37,8
Total 45 100,0
2. Jenis Kelamin Jumlah Prosentase
Laki-laki 22 48,9
Perempuan 23 51,1
Total 45 100,0
3. Hospitalisasi Jumlah Prosentase
Berat 20 44,4
Ringan 25 55,6
Total 45 100,0
4. Lama waktu tidur anak hospitalisasi Jumlah Prosentase
Kurang 22 48,9
Cukup 23 51,1
Total 45 100,0
Sumber : data primer,2018
1) Usia Dari tabel diatas diperoleh
Dari tabel diatas diperoleh data bahwa dari 45 responden
data bahwa dari 45 responden anak yang hospitalisasi di
anak yang hospitalisasi di RSAB Harapan Kita Jakarta
RSAB Harapan Kita Jakarta sebagian besar responden
sebagian besar memiliki usia memiliki hospitalisasi yang
1-2 tahun sebanyak 62,2%. ringan sebanyak 55,6%.
2) Jenis Kelamin 4) Lama waktu tidur anak di
Dari tabel diatas diperoleh RSAB Harapan Kita
data bahwa dari 45 responden Dari tabel diatas diperoleh
anak yang hospitalisasi di data bahwa dari 45 responden
RSAB Harapan Kita Jakarta anak tentang lama tidur anak
sebagian besar responden hospitalisasi di RSAB
memiliki jenis kelamin Harapan Kita Jakarta
perempuan sebanyak 51,1%. sebagian besar responden
3) Distribusi Frekuensi cukup tidur sebanyak
Hospitalisasi sebanyak 51,1%.

Jurnal keperawatan anak 5


Tabel 5.1.2
Hubungan hospitalisasi anak dengan lama tidur waktu tidur anak toddler di ruang
perawatan anak di RSAB Harapan Kita
jakarta Januari 2018
Lama waktu tidur Total
OR P
Hospitalisasi Kurang Cukup
95% Value
N % N % N %
Berat 18 40,0 2 4,4 20 44,4 47,250 0,000
Ringan 4 8,9 21 46,7 25 55,6
Total 22 48,9 23 51,1 45 100,0
Sumber : data primer, 2018
Tabel 5.1.2 menunjukkan bahwa Menurut Kyle (2015) hospitalisasi
hasil uji chi-square tentang merupakan suatu proses yang secara
hubungan hospitalisasi anak sengaja atau tidak mengharuskan anak
terhadap lama tidur anak dirawat tinggal di rumah sakit untuk menjalani
di RSAB Harapan Kita Jakarta, terapi dan perawatan. Meskipun demikian
sebagian besar hospitalisasi dirawat di rumah sakit tetap merupakan
ringan dan lama tidur yang cukup masalah besar dan menimbulkan ketakutan,
sebanyak 46,7. Didapatkan nilai cemas, bagi anak (Supartini, 2004). Jika
p-value < 0,05 (0,000) artinya seorang anak dirawat di rumah sakit, maka
terdapat hubungan yang anak tersebut akan mudah mengalami krisis
signifikan antara hospitalisasi karena anak mengalami stres akibat
anak dengan lama tidur anak perubahan yang dialaminya. Perubahan
toddler di ruang rawat RSAB tersebut dapat berupa perubahan status
Harapan Kita Jakarta. Diperoleh kesehatan anak, perubahan lingkungan,
nilai OR 95% sebesar 47,250, maupun perubahan kebiasaan sehari-hari.
artinya anak yang mengalami Selain itu anak juga mempunyai
dampak hospitalisasi ringan keterbatasan dalam mekanisme koping
memiliki peluang 47,250 lama untuk mengatasi masalah maupun kejadian-
waktu tidur tercukupi kejadian yang bersifat menekan (Nursalam,
dibandingkan dengan anak yang 2013). Stresor atau pemicu timbulnya stres
mengalami dampak hospitalisasi pada anak yang dirawat di rumah sakit
berat dapat berupa perubahan yang bersifat fisik,
psiko-sosial, maupun spiritual.
PEMBAHASAN

Analisis univariat Hasil penelitian Ilmiasih (2012)


menyatakan bahwa anak-anak yang
Distribusi frekuensi hospitalisasi mengalami hospitalisasi maka anak akan
diperoleh data bahwa dari 45 responden memiliki dampak yang kurang bagus
anak yang hospitalisasi di RSAB Harapan seperti anak mengalami kecemasan yang
Kita Jakarta sebagian besar responden diakibatkan dari hospitalisasi. Anak–anak
memiliki hospitalisasi yang ringan. Hal ini mempunyai reaksi dalam menghadapi
menunjukkan bahwa hampir sebagian dari hospitalisasi dimulai saat sebelum masuk
jumlah responden yang mengalami rumah sakit, selama hospitalisasi, dan
hospitalisasi mengalami tingkat setelah pulang dari rumah sakit.
hospitalisasi yang berat.
Hasil penelitian Dachi (2013) Dampak
hospitalisasi yang dialami bagi anak dan

Jurnal keperawatan anak 6


keluarga akan menimbulkan stress dan terlalu muda untuk untuk memahami apa
tidak merasa aman. Jumlah dan efek stress yang sedang terjadi atau takut bertanya
tergantung pada persepsi anak dan keluarga pada perawat atau dokter. Lama rawat yang
terhadap kerusakan penyakit dan singkat di rumah sakit lebih sering muncul
pengobatan. Selama proses tersebut, bukan ketakutan dibandingkan dengan
saja anak tetapi orang tua juga mengalami hospitalisasi yang panjang. Perawatan di
kebiasaan yang asing, lingkungan yang rumah sakit merupakan saat yang
asing, orang tua yang kurang mendapat menakutkan bagi anak dan keluarganya.
dukungan emosi akan menunjukkan rasa Hal yang paling dikhawatirkan oleh anak-
cemas. Rasa cemas pada orang tua anak adalah mereka merasa akan disakiti
membuat stress anak meningkat. dan asing dengan tenaga kesehatan yang
ada di rumah sakit. Perawatan di rumah
Hasil penelitian Anggika (2016) faktor- sakit akan menjadi lebih mudah bagi anak
faktor yang mempengaruhi hospitalisasi dan keluarganya dengan beberapa
pada anak adalah berpisah dengan orang tua persiapan.
dan saudara kandung, fantasi-fantasi dan
unrealistic anxietas. Gangguan kontak Hasil penelitian Anggika (2016)
sosial jika pengunjung tidak diizinkan menyatakan bahwa anak yang mengalami
menjenguk, nyeri dan komplikasi akibat hospitalisasi akan merasa gelisah,
pembedahan atau penyakit, prosedur yang ketakutan, rewel, tidak mau ditinggal oleh
menyakitkan, takut akan cacat dan orang tuanya. Sehingga dengan keadaan
kematian. psikologis tersebut menyebabkan anak
sering rewel, merasa tidak tenang saat
Dari hasil penelitian, dasar teori dan istirahat atau tidur akibatnya lama tidur
penelitian sebelumnya maka dapat anak saat hospitalisasi menjadi berkurang.
diasumsikan bahwa anak yang mengalami
hospitalisasi harus dijaga supaya anak tidak Hasil penelitian Fani Ika (2014)
merasa cemas, karena di rumah sakit menunjukkan bahwa anak usia toddler (1-3
merupakan lingkungan yang baru bagi anak tahun) memerlukan waktu istirahat kurang
hospitalisasi. lebih 12 jam. Jadi apabila anak tersebut
kurang tidur biasanya akan rewel. Istirahat
Lama waktu tidur anak toddler di RSAB dapat memulihkan kembali energi
Harapan Kita Jakarta seseorang, membiarkan individu untuk
mulai berfungsi lagi secara optimal. Ketika
Responden anak tentang lama waktu tidur seseorang kurang istirahat, mereka mudah
anak toddler hospitalisasi di RSAB marah, tertekan, dan lelah, serta kesusahan
Harapan Kita Jakarta sebagian besar untuk mengendalikan emosi.
responden cukup. Hal ini menunjukkan
bahwa hampir setengah dari responden saat Hasil Penelitian Sulis (2017) menunjukkan
menjalani hospitalisasi lama tidurnya anak toddler cenderung mengalami stress
kurang. Hal ini disebabkan karena anak yang lebih tinggi, secara teoritis stress
baru mengenal lingkungan yang baru, tidak dipandang penyebab nomor satu pada
ada teman sehingga mengalami cemas kesulitan tidur dalam jangka waktu pendek.
perpisahan. Menjalani rawat inap dapat mengakibatkan
perubahan mood terutama stress,
Menurut Kyle (2015) menyatakan bahwa kecemasan dan depresi yang dapat
hospitalisasi menyebabkan kecemasan dan menyebabkan perubahan lama waktu tidur.
stress pada semua usia. Ketakutan pada hal-
hal yang tidak diketahui selalu menjadi Dari hasil penelitian, dasar teori dan
ancaman bagi anak. Anak-anak masih penelitian terdahulu maka dapat

Jurnal keperawatan anak 7


diasumsikan bahwa proses hospitalisasi menggunakan kemampuan koping mereka.
pada anak dapat mengalami berbagai Lingkungan rumah sakit membuat anak
kejadian yang ditunjukkan dengan mempunyai pengalaman sosial baru yang
pengalaman yang traumatik dan penuh memperluas hubungan interpersonal
dengan stress. Anak mengartikan mereka.
hospitalisasi sebagai suatu yang
menakutkan terutama terhadap perpisahan. Hospitalisasi menyebabkan kecemasan dan
Anak merasa gelisah ketakutan, rewel, stress pada semua usia. Ketakutan pada hal
tidak mau di tinggal oleh orang tuanya. yang tidak diketahui selalu menjadi
Sehingga dengan keadaan psikologis ancaman bagi anak. Anak-anak masih
tersebut menyebabkan anak sering rewel terlalu muda untuk untuk memahami apa
merasa tidak tenang saat istirahat atau tidur yang sedang terjadi atau takut bertanya
akibatnya lama waktu tidur anak saat pada perawat atau dokter. Lama rawat yang
hospitalisasi menjadi berkurang. singkat di rumah sakit lebih sering muncul
ketakutan dibandingkan dengan
Analisis bivariat hospitalisasi yang panjang (Kyle, 2015).
Sedangkan keadaan lingkungan yang aman
Hubungan hospitalisasi dengan lama dan nyaman bagi seseorang dapat
waktu tidur anak toddler di ruang mempercepat terjadinya proses tidur.
rawat anak RSAB Harapan Kita Jakarta Lingkungan menjadi penyebab yang
signifikan untuk mampu memulai dan
Hasil uji chi-square tentang hubungan mempertahankan tidur. Tempat tidur di
hospitalisasi dengan lama waktu tidur anak rumah sakit sangat berbeda dengan di
toddler di ruang rawat anak RSAB Harapan rumah. Di rumah sakit, keributan menjadi
Kita Jakarta, sebagian besar hospitalisasi masalah terhadap pasien dan menjadikan
ringan dan lama tidur yang cukup, artinya pasien rawan untuk terbangun. Keributan di
terdapat hubungan yang signifikan antara rumah sakit biasanya baru dan asing.
hospitalisasi anak dengan lama waktu tidur Masalah tersebut sangat tampak pada
anak toddler di ruang rawat RSAB Harapan malam pertama rawat inap.
Kita Jakarta Menunjukkan peluang
kejadian hospitalisasi yang berat dapat Menurut (Riley, 2016) mengungkapkan
menyebabkan lama waktu tidur yang selama proses hospitalisasi anak
kurang sebesar dibandingkan dengan menghadapi berbagai stressor stress.
hospitalisasi yang ringan. Hal ini Stressor tersebut berupa lingkungan rumah
menunjukkan bahwa anak yang mengalami sakit yang baru, prosedur invasiv yang
hospitalisasi ringan memiliki lama tidur dialami, serta perpisahan dengan orang tua
dengan rata-rata masih cukup untuk atau barang kesayangan. Terlebih lagi, anak
kebutuhan tidur anak, namun apabila anak usia toddler belum memiliki cukup
sudah mengalami hospitalisasi yang berat kemampuan untuk mengembangkan
maka lama waktu tidur anak akan menjadi koping stress secara mandiri. Stressor stress
terganggu sehingga kurang tidur. menyebabkan anak mengalami stress,
secara fisiologis stress berarti kenaikan
Menurut (Hockenberry&Wilson, 2009) hormon kortisol. Kortisol yang tinggi
Hospitalisasi merupakan kondisi yang membuat gangguan pada sistem
stressful bagi anak, tetapi dapat juga neurotransmitter yang mengatur tidur dan
memberi manfaat. Manfaat yang paling menyebabkan gangguan waktu lama tidur.
terlihat adalah proses penyembuhan anak
dari sakit dan hospitalisasi juga akan Hasil penelitian Supriyono (2012)
memberikan kesempatan pada anak untuk menyatakan bahwa anak yang mengalami
mengendalikan stress dan mampu untuk hospitalisasi akan cenderung rewel karena

Jurnal keperawatan anak 8


anak merasa takut pada lingkungan baru, 1. Teridentifikasi karakteristik responden
merasa disakiti, sehingga memerlukan anak toddler, dimana sebagian besar
orang tua untuk selalu mendampinginya. responden berjenis kelamin perempuan,
Anak yang mengalami hospitalisasi dan lama waktu tidur anak di RS
cenderung mengalami gangguan tidur, menjadi kurang.
seperti lama tidur yang kurang. Hal ini 2. Teridentifikasi respon hospitalisasi
disebabkan karena anak berada anak toddler di RSAB Harapan Kita,
dilingkungan baru sehingga merasa tidak dimana sebagian besar responden
nyaman. mengalami dampak hospitalisasi
ringan.
Hasil penelitian Ratnaningsih (2013) 3. Teridentifikasi lama waktu tidur anak
mengungkapkan ada sekitar 44% balita saat usia toddler di RSAB Harapan Kita,
hospitalisasi mengalami penurunan lama dimana responden mengalami lama
waktu tidur di bandingkan sedang berada di tidur yang kurang saat hospitalisasi.
rumah. 4. Teranalisa hubungan hospitalisasi
(lingkungan, prosedur tindakan, cemas
Hasil Penelitian Dewi Ika (2016) perpisahan) dengan lama waktu tidur
Hospitalisasi pada anak dapat anak usia toddler, dimana terdapat
menyebabkan kecemasan dan stress pada hubungan yang signifikan antara
semua tingkatan usia. Penyebab dari hospitalisasi dengan lama tidur anak di
kecemasan diperngaruhi oleh banyak Rumah Sakit.
faktor, baik faktor petugs (perawat, dokter,
dan tenaga kesehatan lainnya), lingkungan Saran
baru, maupun keluarga yang mendampingi
selama perawatan. Kecemasan pada anak Peneliti
tersebut ditandai dengan gangguan tidur, Hasil penelitian ini diharapkan sebagai
anak menangis bila ada orang asing informasi untuk penelitian selanjutnya
termasuk perawat yang datang untuk dalam mengembangkan metode penelitian
memberikan perhatian atau tindakan yang tepat dan mengembangkan variabel
keperawatan kepadanya dan anak menangis dan alat ukur yang di gunakan dengan cara
ketika merasa tidak nyaman. observasi sehingga dapat menambah
. pengalaman dan pengetahuan bagi
Dari hasil penelitian, dasar teori dan peneliti.
penelitian terdahulu maka dapat
diasumsikan bahwa anak yang mengalami
hospitalisasi ringan juga mengalami kurang DAFTAR PUSTAKA
tidur namun dalam criteria yang cukup. A.Aziz Zlimul Hidayat, M. U. (2015).
Sedangkan pada anak yang mengalami Pengantar kebutuhan dasar
hospitalisasi berat akan membuat anak manusia. Jakarta: Salemba Medika.
mengalami gangguan tidur, seperti lama
waktu tidur yang kurang dari biasanya. Achmed. (2012). Gambaran
Akibatnya anak biasanya menjadi rewel, perkembangan motorik anak.
gelisah, ketakutan, dan selalu ingin Jakarta: ECG.
didampingi oleh orang tuanya Asmadi. (2012). Konsep dan aplikasi
kebutuhan dasar klien. Jakarta:
Kesimpulan Salemba Medika.
Afriani, M (2016.). Reaksi terhadap
Dari hasil penelitian ini dapat ditaraik stressor hospitalisasi dengan tingkat
kesimpulan, bahwa : kecemasan anak usia sekolah

Jurnal keperawatan anak 9


RSUD dr. Zainoel Abidin, di unduh http://portalgaruda.org/article.pdf,
dari www.jim.unsyiah.ac.id pada tanggal 29 Januari 2014.
Fkep.download. pada tanggal 04
Juli 2016 Hastono, G. (2011). Kumpulan tips
pediatri. Jakarta: Badan Penerbit IDAI.
Ahsan, R. E. (2015.). Pengaruh terapi sleep
hygiene terhadap gangguan tidur Hastono. (2014). Statistik kesehatan.
pada anak usia sekolah yang Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
menjalani hospitalisasi, 1-5. Hendiani, (2012). Gangguan tidur pada
ejournal.umm.Vol 6 No.1 pada anak palsi serebral,1-5.journal Vol
tanggal 01 Januari 2015. 1. No.2 pada tanggal 2 November
Alawi. (2015). Dampak Hospitalisasi pada 2012.
anak mempengaruhi pola tidur, 1-6. Hockenberry, M. W. (2009). Wong's
ejournal. Vol 3 No. 2 pada tanggal essentials of pediatric nursing.
17 Agustus 2015 St.Louis: Mosby Elsevier.
Anggika,A (2016). Tingkat kecemasan Ilmiasih, R. (2012). Pengaruh seragam
pada anak prasekolah yang perawat: rompi bergambar terhadap
mengalami hospitalisasi kecemasan anak pra sekolah akibat
berhubungan dengan perubahan hospitalisasi, hal. 105.di unduh dari
pola tidur di RSUD Karang anyar htpp//lib.ui.id. pdf, pada tanggal 17
.journal,Vol.14.No.2 pada tanggal juli 2012
2 Agustus 2016.
Kozier.Erb.Berman.Synder. (2011).
Biyanti, D. (2012, Juli). Hubungan peran Fundamental of nursing. Jakarta:
serta orang tua dengan N ECG.
hospitalisasi pada anak usia
prasekolah di RSUD RA Kartini Mukhson, M. A. (2013). Hubungan peran
Jepara, hal. 114. di unduh dari keluarga dan tingkat kecemasan
htpp://lib.ui.ac.id.pdf, pada tanggal anak usia prasekoleh (6-12 tahun)
1 juli 2012 yang mengalami hospitalisasi di
ruang pinus eka hospital BSD,di
Dharma, K. K. (2017). Metodelogi unduh dari htpp://
penelitian keperawatan. Jakarta: digilib.esaunggul.ac.id. pada
Katalog Dalam Terbitan (KDT). tanggal 12 november 2014
Dachi (2013). Kecemasan anak usia toddler Notoatmojo, S. (2012). Metodelogi
yang rawat inap dilihat dari gejala penelitian kesehatan. Jakarta:
umum kecemasan masa kecil , 1-6. Rineka Cipta.
ejournal. Vol 2.No 2 pada tanggal
17 Agustus 2013 Nursalam. (2014). Metodelogi penelitian
ilmu keperawatan. Jakarta:
Dewi Ika (2016). Pengaruh hospitalisasi Salemba Medika.
pada anak toddler terhadap tingkat
kecemasan, 1-6. ejournal. Vol 7.No Nursalam. (2013). Asuhan keperawatan
1 pada tanggal 2 Agustus 2016 bayi dan anak . Jakarta: Salemba
Medika.
Fani Ika Annraeny, D. A. (2014). Pengaruh
terapi musik pop terhadap kualitas Potter, P. (2010). Fundamentals of Nursing.
tidur anak usia sekolah (6-12 Singapore: Elsevier.
Tahun) yang dirawat di RSUD Riley, T.L. (2016). Clinical aspect of sleep
Ambarawa, 1-9. di unduh dari and sleep Disturbances New York:

Jurnal keperawatan anak 10


Elsevier. Tri Ratnaningsih, L. W. (2013). Model
pengembangan asuhan keperawatan
Supriyono, F. A. (2012). Faktor-faktor pada respon hospitalisas anak todler
yang mempengaruhi pola tidur anak dengan kualitas dan kualitas tidur di
yang di rawat, 1-5. ejournal.Vol rumah sakit kartini kabupaten
2.No 1. pada tanggal 1 April 2013 mojokerto , 1-10. di unduh dari
Sulis, A (2017) Hubungan hospitalisasi http://stikes-ppni.ac.id/article/view,
dengan perubahan pola tidur pasien pada tanggal 16 Februari 2013.
anak usia toddler di RSKIA PKU Utami, Y. (2014). Dampak hospitalisasi
Muhammadiyah Kota Gede terhadap perkembangan anak, 1-20.
Yogyakarta, di unduh dari journal Volume 2.No 2,pada
http://digilib.unisayogya.ac.id, pada tanggal 2 Mei-Juli 2014.
tanggal 01 Agustus 2017.
Supartini, Y. (2004). Buku ajar konsep
dasar keperawatan anak. Jakarta:
ECG.
Kyle, S. C. (2015). Essential of pediatric
nursing. USA: Lippincott Wiliams
& Wilkins.

Jurnal keperawatan anak 11

Anda mungkin juga menyukai