Anda di halaman 1dari 57

PENGARUH INHALASI LAVENDER DENGAN DURASI

TIDUR ANAK YANG MENGALAMI HOSPITALISASI


DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH MENGGALA
KABUPATEN TULANG BAWANG
PROVINSI LAMPUNG
TAHUN 2023

PROPOSAL SKRIPSI

Disusun Oleh :

RIYANDA JODI
220101137P

PROGRAM STUDI ILMU S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS AISYAH PRINGSEWU
TAHUN 2023
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menjalani perawatan di rumah sakit (Hospitalisasi) merupakan

pengalaman yang tidak menyenangkan dan mengancam bagi setiap orang,

terutama bagi anak yang masih dalam tahap proses pertumbuhan dan

perkembangan (Supartini, 2012). Menurut Potter & Perry (2010), tumbuh dan

kembang anak dipengaruhi oleh faktor bawaan (internal) dan faktor

lingkungan, rumah sakit sebagai lingkungan asing bagi anak dengan

pengalaman pertamanya untuk menjalani perawatan di rumah sakit,

menyebabkan gangguan yang menghambat perkembangan anak.

Tidur merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia, terutama bagi

anak-anak. Saat tidur sel-sel pertumbuhan bekerja untuk mengoptimalkan

tumbuh kembang anak. Kualitas tidur anak sangat mempengaruhi status

kesehatan, terutama pada anak yang sakit. Anak yang sakit membutuhkan

lebih banyak waktu tidur dan istirahat di banding anak yang sehat.

Lingkungan rumah sakit dan aktivitas pemberian pelayanan kesehatan

seringkali menyebabkan timbulnya masalah tidur pada anak yang di rawat di

rumah sakit atau sedang menjalani hospitalisasi (Potter & Perry, 2010).

Gangguan tidur adalah salah satu masalah yang peling sering muncul

pada anak yang dirawat di rumah sakit. Stressor yang dialami anak

berdampak pada kualitas tidur yang buruk bagi anak, dan dapat menjadi salah

satu penyebab gangguan tumbuh kembang pada anak (Wong & Hockenberry,

2015). Gangguan tidur pada anak ternyata cukup sering terjadi. Tingkat
prevalensi berkisar antara 25% sampai 40% dan itu merupakan angka yang

persisten. Di Indonesia, tingkat prevalensi gangguan tidur pada anak usia di

bawah tiga tahun sebesar 44,2%. Penelitian lain menyebutkan bahwa 30%

dari anak-anak di bawah 4 tahun mengalami gangguan tidur yang berupa

sering terbangun pada malam hari (Kemenkes RI, 2021)

Anak dengan kondisi sakit dan harus menjalani perawatan di rumah sakit

dapatmengalami kesulitan karena tidak terbiasa dengan kondisi

lingkungannya, hal tersebut dapat memicu kecemasan pada anak yang akan

tampak dari perilaku anak tersebut. Pada anak yang dirawat akan muncul

tantangan yang harus dihadapi seperti perpisahan dengan teman, penyesuaian

dengan lingkungan dan tenaga kesehatan yang menangani, serta pengalaman

menjalani terapi yang mungkin terasa menyakitkan bagi anak (Wong &

Hockenberry, 2015)

Fisiologi tidur dimulai dari irama sirkadian yang merupakan irama yang

dialami individu selama 24 jam. Irama sirkadian mempengaruhi pola fungsi

mayor biologik dan fungsi perilaku. Perubahan temperature tubuh, denyut

nadi, tekanan darah, sekresi hormone, ketajaman sensori dan suasana hati

juga tergantung pada pemeliharaan siklus sirkadian. Irama sirkadian meliputi

siklus rutin bangun tidur yang dapat dipengaruhi oleh cahaya, temperaur dan

faktor eksternal seperti aktivitas sosial dan pekerjaan rutin (Potter & Perry,

2010)

Penanganan gangguan tidur dapat dilakukan melalui 2 cara yaitu

farmakologi dan non farmakologi. Secara farmakologi dapat diberikan obat-

obatan sedatif. Namun pemberian obat-obatan ini beresiko menganggu


tumbuh kembang jika diberikan pada anak-anak. Oleh karena itu

penatalaksanaan non farmakologi menjadi alternatif yang aman dilakukan.

Salah satu terapi non farmakologis yaitu dengan pemberian aromaterapi.

Aromaterapi merupakan media atau alat yang memanfaatkan wangi-wangian

yang berasal dari bunga-bungaan atau tanaman. Sejak ribuan tahun yang lalu

aromaterapi banyak digunakan sebagai praktek pengobatan alternatif. Banyak

jenis wewangian aromaterapi seperti mawar, lavender, chamomile dan setiap

wewangian tersebut memiliki kelebihan masing-masing (Ayuningtias, 2021).

Aromaterapi adalah terapi dengan memakai minyak esensial yang ekstrak

dan unsur kimianya diambil dengan utuh, salah satu jenisnya adalah

aromaterapi mawar. Tidak hanya warna yang menjadi manfaat dari bunga.

Bunga menghasilkan beragam bau yang sangat khas tergantung pada jenis

bunganya. Bau bunga melati akan sangat berbeda dengan bau bunga mawar

atau bunga kenanga. Bahkan dalam satu jenis bunga pun memiliki bau yang

berbeda, misalnya bau bunga mawar putih berbeda dengan bau bunga mawar

merah. Seringkali bau bunga ini dimanfaatkan sebagai aromaterapi. Bau

bunga memberikan perasaan santai dan rileks. Beberapa lainnya dapat

menyembuhkan berbagai macam jenis penyakit (Julianto, 2016).

Aromaterapi lavender dipercaya dapat menghilangkan stress dan

mengatasi masalah tidur. Minyak esensial lavender memiliki kandungan

racun yang relatif lebih sedikit. Aroma lavender mengandung senyawa

penenang dan kandungan utamanya adalah linalool asetat yang dapat

merelaksasi sendi dan tegang pada otot. Wewangian ini ketika dihirup dapat
meningkatkan gelombang alfa berhubungan dengan relaksasi yang daopat

meningkatkan kualitas tidur.

Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Rahmawati, S. P., Wulan,

R., & Indrawati, L. (2022). Hubungan Terapi Komplementer Essensial Oil

Lavender Dengan Kualitas Tidur Balita Di Klinik Pratama Tali Kasih

Kecamatan Jepon Kabupaten Blora. Hasil penelitian menunjukkan;1).

Kualitas tidur balita sebelum diberikan terapi komplementer Essensial Oil

Lavender sedang sebanyak 17 orang (56,7%), 2) Kualitas tidur balita setelah

diberikan terapi komplementer essensial oil lavender baik sebanyak 14 orang

(46,7%) dan 3). Ada hubungan terapi essensial oil lavender dengan kualitas

tidur balita di Klinik Pratama Tali Kasih Kecamatan Jepon Kabupaten Blora,

dengan nilai p value 0,000 < 0,05.

Berdasarkan hasil survei pendahuluan yang dilakukan tanggal 29April

2023, di Rumah Sakit Umum Daerah Menggala karena di Rumah Sakit ini

banyak anak yang sering rewel di malam hari, sehingga peneliti melakukan

wawancara terhadap 10 responden tentang kualitas tidur anak adalah sebagai

berikut: 6 orang ibu (60%) menyatakan anaknya saat tidur siang hanya

sebentar dan berlangsung kurang dari 1 jam dan malam harinya sering

terbangun saat tidur. Sedangkan 4 orang ibu (40%) lainnya menyatakan

bahwa anak sering tidur tidak nyenyak dimalam hari, dikarenakan kondisi

ruangan yang panas dan anak sering rewel saat tidur dimalam hari sehingga

pagi harinya anak nampak kurang bersemangat untuk melakukan aktivitas

seperti bermain
Berdasarkan masalah tersebut maka peneliti tertaik untuk meneliti

Pengaruh Inhalasi Lavender Dengan Durasi Tidur Anak Yang Mengalami

Hospitalisasi Di Rumah Sakit Umum Daerah Menggala Kabupaten Tulang

Bawang Provinsi Lampung Tahun 2023.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalahdiatas, rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah: “Adakah pengaruh inhalasi lavender dengan durasi tidur

anak yang mengalami hospitalisasi di Rumah Sakit Umum Daerah Menggala

Kabupaten Tulang Bawang Provinsi Lampung Tahun 2023?”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengaruh inhalasi lavender dengan durasi tidur

anak yang mengalami hospitalisasi di Rumah Sakit Umum Daerah

Menggala Kabupaten Tulang Bawang Provinsi Lampung Tahun 2023.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui rata-rata kualitas tidur anak sebelum dilakukan

pemberian inhalasi lavender di Rumah Sakit Umum Daerah

Menggala Kabupaten Tulang Bawang Provinsi Lampung Tahun

2023.

b. Untuk mengetahui rata-rata kualitas tidur anaksesudah dilakukan

pemberian inhalasi lavender di Rumah Sakit Umum Daerah

Menggala Kabupaten Tulang Bawang Provinsi Lampung Tahun

2023.
c. Untuk mengetahui pengaruh inhalasi lavender dengan durasi tidur

anak yang mengalami hospitalisasi di Rumah Sakit Umum Daerah

Menggala Kabupaten Tulang Bawang Provinsi Lampung Tahun

2023.

D. Manfaat Penelitian
1. Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan serta

wawasan dalam keperawatan terutama pengaruh inhalasi lavender dengan

durasi tidur anak yang mengalami hospitalisasi.

2. Praktis

a) Bagi Institusi

Hasil penelitian ini dapat di gunakan sebagai bahan referensi dalam

teori tentang pengaruh inhalasi lavender dengan durasi tidur anak

yang mengalami hospitalisasisebagai bahan ajar kepada mahasiswa.

b) Bagi Tenaga Kesehatan/ Perawat

Hasil penelitian ini dapat menambah informasi dan motivasi bidan

untuk menerapkan cara pemberian inhalasi lavendersehingga dapat

mengembangkan intervensi dalam peningkatan pemenuhan

kebutuhan untuk melakukan inhalasi lavender terhadap kualitas tidur

anak.

c) Bagi Peneliti Selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya diharapkan hasil penelitian ini dapat

digunakan sebagai bahan dasar acuan/ referensi untuk

mengembangkan penelitian selanjutnya sehubungan dengan

pengaruh inhalasi lavender terhadap kualitas tidur anak.


E. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif. Rancangan

penelitian yang digunakan adalah rancangan penelitian pra eksperimental

dengan pendekatan one grouppretes-postes. Populasi dalam penelitian ini

adalah anak dengan gangguan pemenuhan tidur di Rumah Sakit Umum

DaerahMenggala Kabupaten Tulang Bawang Provinsi Lampung Tahun 2023,

dengan sampel sebanyak 50 anak menjalani hospitalisasi. Cara pengambilan

sampel dalam penelitian ini adalah menggunakan teknik purposive sampling.

Analisa data menggunakan univariate dan bivariate menggunakan uji t-

dependen.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Hospitalisasi Pada Anak

1. Pengertian Hospitalisasi

Hospitalisasi adalah pengalaman penuh cemas baik bagi anak

maupun keluarganya. Kecemasan utama yang dialami dapat berupa

perpisahan dengan keluarga, kehilangan kontrol, lingkungan yang asing,

kehilangan kemandirian dan kebebasan. Reaksi anak dapat dipengaruhi

oleh perkembangan usia anak, pengalaman terhadap sakit, diagnosa

penyakit, sistem dukungan dan koping terhadap cemas (Nursalam, 2013).

Anak yang mengalami hospitalisasi dengan gangguan kecemasan pada

usia todler menurut Niven (2000) mempunyai efek pada usia remaja,yang

dimanifestasikan dengan perilaku menyimpang.Penyimpangan perilaku

tersebut berupa kemampuan membaca yang buruk, kenakalan dan

riwayat pekerjaan tidak stabil. Hal ini menunjukkan pentingnya

dilakukan intervensi yang tepat untuk mengatasi kecemasan hospitalisasi

pada anak, khususnya anak usia todler.

2. Reaksi Terhadap Hospitalisasi

Reaksi yang timbul akibat hospitalisasi meliputi:

a. Reaksi anak

Secara umum, anak lebih rentan terhadap efek penyakit dan

hospitalisasi karena kondisi ini merupakan perubahan dari status

kesehatan dan rutinitas umum pada anak. Hospitalisasi menciptakan

serangkaian peristiwa traumatik dan penuh kecemasan dalam iklim


ketidakpastian bagi anak dan keluarganya, baik itu merupakan

prosedur elektif yang telah direncanakan sebelumnya ataupun akan

situasi darurat yang terjadi akibat trauma. Selain efek fisiologis

masalah kesehatan terdapat juga efek psikologis penyakit dan

hospitalisasi pada anak (Kyle & Carman, 2015), yaitu sebagai

berikut:

b. Ansietas dan kekuatan

Bagi banyak anak memasuki rumah sakit adalah seperti memasuki

dunia asing, sehingga akibatnya terhadap ansietas dan kekuatan.

Ansietas seringkali berasal dari cepatnya awalan penyakit dan

cedera, terutama anak memiliki pengalaman terbatas terkait dengan

penyakit dan cidera.

c. Ansietas perpisahan

Ansietas terhadap perpisahan merupakan kecemasan utama anak di

usia tertentu. Kondisi ini terjadi pada usia sekitar 8 bulan dan

berakhir pada usia 3 tahun (American Academy of Pediatrics, 2010).

d. Kehilangan control

Ketika dihospitalisasi, anak mengalami kehilangan kontrol secara

signifikan.

e. Reaksi orang tua

Hampir semua orang tua berespon terhadap penyakit dan

hospitalisasi anak dengan reaksi yang luar biasa. Pada awalnya orang

tua dapat bereaksi dengan tidak percaya, terutama jika penyakit

tersebut muncul tiba-tiba dan serius. Takut, cemas dan frustasi


merupakan perasaan yang banyak diungkapkan oleh orang tua. Takut

dan cemas dapat berkaitan dengan keseriusan penyakit dan jenis

prosedur medis yang digunakan. Sering kali kecemasan yang paling

besar berkaitan dengan trauma dan nyeri yang terjadi pada anak

(Wong, 2009).

f. Reaksi saudara kandung (sibling)

Reaksi saudara kandung terhadap anak yang sakit dan dirawat di

rumah sakit adalah kesiapan, ketakutan, khawatiran, marah,

cemburu, benci, iri dan merasa bersalah. Orang tua sering kali

memberikan perhatian yang lebih pada anak yang sakit dibandingkan

dengan anak yang sehat. Hal tersebut menimbulkan perasaan

cemburu pada anak yang sehat dan merasa ditolak (Nursalam, 2013).

g. Perubahan peran keluarga

Selain dampak perpisahan terhadap peran keluarga, kehilangan peran

orang tua dan sibling. Hal ini dapat mempengaruhi setiap anggota

keluarga dengan cara yang berbeda. Salah satu reaksi orang tua yang

paling banyak adalah perhatian khusus dan intensif terhadap anak

yang sedang sakit (Wong, 2009)

3. Dampak Hospitalisasi

Menurut Cooke & Rudolph (2009), hospitalisasi dalam waktu lama

dengan lingkungan yang tidak efisien teridentifikasi dapat

mengakibatkan perubahan perkembangan emosional dan intelektual

anak. Anak yang biasanya mendapatkan perawatan yang kurang baik

selama dirawat, tidak hanya memiliki perkembangan dan pertumbuhan


fisik yang kurang optimal, melainkan pula mengalami gangguan hebat

terhadap status psikologis. Anak masih punya keterbatasan kemampuan

untuk mengungkapkan suatu keinginan. Gangguan tersebut dapat

diminimalkan dengan peran orang tua melalui pemberian rasa kasih

sayang. Depresi dan menarik diri sering kali terjadi setelah anak

manjalani hospitalisasi dalam waktu lama. Banyak anak akan mengalami

penurunan emosional setelah menjalani hospitalisasi. Beberapa penelitian

menunjukkan bahwa anak yang dihospitalisasi dapat mengalami

gangguan untuk tidur dan makan, perilaku regresif seperti kencing di atas

tempat tidur, hiperaktif, perilaku agresif, mudah tersinggung, terteror

pada saat malam hari dan negativisme (Herliana, 2010). Berikut ini

adalah dampak hospitalisasi terhadap anak usia prasekolah menurut

Nursalam (2013), sebagai berikut:

a) Cemas disebabkan perpisahan

Sebagian besar kecemasan yang terjadi pada anak pertengahan

sampai anak periode prasekolah khususnya anak berumur 6-30 bulan

adalah cemas karena perpisahan. Hubungan anak dengan ibu sangat

dekat sehingga perpisahan dengan ibu akan menimbulkan rasa

kehilangan terhadap orang yang terdekat bagi diri anak. Selain itu,

lingkungan yang belum dikenal akan mengakibatkan perasaan tidak

aman dan rasa cemas.

b) Kehilangan control

Anak yang mengalami hospitalisasi biasanya kehilangan kontrol. Hal

ini terihat jelas dalam perilaku anak dalam hal kemampuan motorik,
bermain, melakukan hubungan interpersonal, melakukan aktivitas

hidup sehari-hari activity daily living (ADL), dan komunikasi.

Akibat sakit dan dirawat di rumah sakit, anak akan kehilangan

kebebasan pandangan ego dalam mengembangkan otonominya.

Ketergantungan merupakan karakteristik anak dari peran terhadap

sakit. Anak akan bereaksi terhadap ketergantungan dengan cara

negatif, anak akan menjadi cepat marah dan agresif. Jika terjadi

ketergantungan dalam jangka waktu lama (karena penyakit kronis),

maka anak akan kehilangan otonominya dan pada akhirnya akan

menarik diri dari hubungan interpersonal.

c) Luka pada tubuh dan rasa sakit (rasa nyeri)

Konsep tentang citra tubuh, khususnya pengertian body boundaries

(perlindungan tubuh), pada kanak-kanak sedikit sekali berkembang.

Berdasarkan hasil pengamatan, bila dilakukan pemeriksaan telinga,

mulut atau suhu pada rektal akan membuat anak sangat cemas.

Reaksi anak terhadap tindakan yang tidak menyakitkan sama seperti

tindakan yang sangat menyakitkan. Anak akan bereaksi terhadap

rasa nyeri dengan menangis, mengatupkan gigi, menggigit bibir,

menendang, memukul atau berlari keluar. Dampak negatif dari

hospitalisasi lainya pada usia anak prasekolah adalah gangguan fisik,

psikis, sosial dan adaptasi terhadap lingkungan.


4. Anak

a. Pengertian Anak

Menurut Damayanti (2008). Anak adalah seseorang yang belum

berumur 18 tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan

sebagaimana diatur dalam Peraturan Undang-undang Nomor 23

Tahun 2002 tentang Jaminan Anak. Pasal tersebut menjelaskan

bahwa, anak adalah setiap orang yang belum berusia 18 tahun dan

termasuk anak yang masih dalam kandungan, dan itu berarti bahwa

semua minat dalam upaya melindungi anak telah dimulai sejak anak

tersebut masih dalam kandungan. perutnya sampai ia berusia 18

tahun. (Ambarwati., Hapsari, 2018).

Anak merupakan individu yang berada dalam satu rentang

perubahan perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja.

Dalam proses berkembang anak memiliki ciri fisik, kognitif, konsep

diri, pola koping dan perilaku sosial. (Wulandari., Erawati, 2016)

Anak adalah (klien) yang dicirikan sebagai orang yang rentang

usianya < 18 tahun, khususnya dalam masa pertumbuhan dan

perkembangan, anak akan mengalami kemajuan yang meliputi,

memiliki kebutuhan luar biasa seperti fisik, mental, sosial dan

spiritual (Zaviera, 2015). Selama masa perkembangan anak mulai

dari masa pra-kelahiran (masa janin di dalam perut), masa bayi

(tahap awal) matang 0-11 bulan, masa bayi (umur 1-3 tahun), masa

waktu pra sekolah (umur 3-6 tahun), anak usia sekolah (6-12 tahun),

dan masa remaja (12-18 tahun), siklus kemajuan yang terjadi adalah
bahwa anak akan memiliki fisik, mental, sosial perilaku, ide diri, dan

pola koping yang mengadaptasi (Wulandari., Erawati, 2016)

b. Batasan Usia Pada Anak

Anak merupakan individu yang berada dalam satu rentang

perubahan perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja.

Masa anak merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang

dimulai dari bayi (0-1 tahun) usia bermain/oddler (1-2,5 tahun), pra

sekolah (2,5-5), usia sekolah (5-11 tahun) hingga remaja (11-18

tahun). Rentang ini berada antara anak satu dengan yang lain

mengingat latar belakang anak berbeda (Wulandari., Erawati, 2016).

Batasan tentang masa anak ditemukan cukup bervariasi. Dalam

pandangan mutakhir yang lazim dianut di negara maju, istilah anak

usia dini (early childhood) adalah anak yang berkisar antara usia 0-8

tahun. Namun, bila dilihat dari jenjang pendidikan yang berlaku di

berlaku di Indonesia, maka yang termasuk dalam kelompok anak

usia dini adalah anak usia SD kelas rendah (kelas 1-3), taman kanak-

kanak (kindergarten), kelompok bermain (play group), dan anak

masa sebelumnya (masa bayi) (Wulandari., Erawati, 2016).

Masa kanak-kanak dibagi menjadi periode prenatal dan pascanatal.

Periode prenatal meliputi fase embrional (0-1 minggu intrauterin)

dan fase janin (10 minggu-lahir). Sedangkan periode pascanatal

terdiri atas fase bayi (0-1 tahun), fase bermain (1-3 tahun), fase

prasekolah (3-6 tahun), dan fase sekolah (6-12 tahun) (Wulandari.,

Erawati, 2016).
B. Konsep Kualitas Tidur

1. Pengertian Kualitas Tidur

Tidur merupakan sebuah kebutuhan paling dasar manusia, tidur adalah

suatu proses biologis yang dialami oleh semua manusia (Kozier et al,

2008). Istirahat dan tidur yang tepat sama pentingnya dengan kesehatan

yang baik seperti nutrisi dan olah raga yang adekuat. Individu

membutuhkan jumlah tidur dan istirahat yang berbeda. Tanpa adanya

tidur yang nyenyak, kemampuan individu dalam kegiatan adaptasi,

melakukan suatu penilaian, dan melakukan aktivitas seharihari menurun,

dan mudah tersinggung. Tidur adalah keadaan sadar yang berulang dan

berubah yang terjadi selama periode yang berkelanjutan. Ketika orang

mendapatkan tidur yang layak, mereka merasa energi mereka telah pulih

kembali (Mulyadi., Kholida, 2021).

Tidur adalah suatu keadaan bawah sadar dimana seseorang masih

dapat dibangunkan dengan pemberian rangsang sensorik atau dengan

rangsang lainnya. Tidur juga dapat didefinisikan sebagai suatu kondisi

reversibel saat seseorang terlepas dari dan tidak responsif terhadap

lingkungansekitarnya (Camilo et al., 2014). Tidur merupakan keadaan

tidak sadar dimana persepsi dan reaksi terhadap lingkungan menurun

atau hilang, namun individu dapat dibangungkan kembali dengan

rangsangan yang cukup, Kebutuhan tidur yang cukup ditentukan oleh dua

faktor yaitu jam tidur (kuantitas tidur) dan kedalaman tidur (kualitas

tidur). Kualitas tidur dapat 2 dinilai dari beberapa aspek seperti lamanya

tidur, waktu yang diperlukan untuk dapat tertidur, frekuensi terbangun,


dan beberapa aspek subjektif seperti kedalaman dan kepulasan tidur

(Nilifda, 2016; Mulyadi., Kholida, 2021).

Tidur adalah suatu proses yang sangat penting bagi manusia, karena

dalam tidur terjadi proses regenerasi didalam tubuh, proses ini

bermanfaat mengembalikan kondisi seseorang pada menjadi lebih rileks,

dengan begitu tubuh yang mengalami kelelahan akan menjadi segar

kembali. Proses pemulihan yang terhambat dapat menyebabkan organ

tubuh tidak bisa bekerja dengan maksimal, akibatnya orang yang kurang

tidur akan cepat lelah dan mengalami penurunan konsentrasi. Pada bayi

tidur seringkali menjadi suatu masalah sehingga dapat mengganggu

pertumbuhan bayi. Hal ini sebagaimana penelitian Whittingham &

Douglas (2014) yang mengemukakan antara 23 - 27% dari orang tua

melaporkan masalah tidur bayi di enam bulan pertama kehidupannya

(Sari, 2019)

2. Faktor - faktor Yang Mempengaruhi Tidur

Kualitas tidur dapat dikatakan baik atau buruk dapat dipengaruhi

beberapa faktor, baik faktor internal dari individu maupun faktor

eksternal dari luar individu. Faktor-faktor tersebut dibagi menjadi faktor

fisiologis, psikologis dan lingkungan (Potter&Perry, 2005; Mulyadi.,

Kholida, 2021). Di dalam buku Fundamental of Nursing yang ditulis oleh

(Potter&Perry, 2005; Mulyadi., Kholida, 2021) mengemukakan faktor-

faktor yang dapat mempengaruhi kualitas tidur meliputi:

1) Status Kesehatan
Keadaan seseorang yang kurang sehat atau sakit akan

menimbulkan rasa yang kurang nyaman, kesakitan, depresi, dan

suasana hati yang buruk sehingga berdampak pada gangguan tidur

seseorang yang nantinya akan mempengaruhi kualitas tidur seseorang.

2) Konsumsi obat-obatan

Pada seorang individu yang mengkonsumsi obat-obatan tertentu

akan memiliki suatu efek samping seperti mengantuk, sulit tidur, dan

cepat lelah. kantuk dan kurang tidur adalah efek samping obat yang

umum. Obat yang diresepkan untuk tidur seringkali menimbulkan

lebih banyak masalah daripada manfaat. Orang dewasa muda dan

setengah baya mungkin mengandalkan obat tidur untuk mengatasi

stresor gaya hidup. Orang dewasa yang lebih tua sering menggunakan

berbagai obat untuk mengendalikan atau mengobati penyakit kronis,

dan kombinasi beberapa obat dapat secara serius menghentikan tidur.

Konsumsi nikotin dalam jumlah yang berlebihan juga dapat

menyebabkan agitasi atau kerusakan permanin pada paru yang

mengakibatkan adanya hipoksia. Hipoksia mampu membuat

seseorang menjadi mudah lelah dan kegiatan istirahat terganggu.

Menurut LaJambe, et al., (2005; Mulyadi., Kholida, 2021),

mengemukakan bahwa tingkat konsumsi kafein yang berlebihan atau

dengan dosis tinggi mampu menyebabkan penurunan pertahann tidur,

karena konsumsi kafein yang tinggi seperti pada kopi dapat membuat

seseorang terjaga dan mengurangi waktu tidur individu.

3) Aktifitas Fisik
Seseorang yang melakukan aktivitas fisik yang berlebih akan

mengalami kelelahan. Kelelahan yang diakibatkan karena beban kerja

yang berat atau pekerjaan yang menimbulkan stess membuat

seseorang mengalami sulit tidur.

4) Excessive Daytime Sleepiness

Menurut National Commission on Sleep Disorders Research

(1993; Mulyadi., Kholida, 2021), mengemukakan bahwa warga

Amerika Serikat memiliki jumlah tidur yang kurang setiap malam dan

mengalami penurunan lebih dari 20%. Hal tersebut menunjukkan

bahwa sebagian besar warga Amerika memiliki intensitas tidur yang

kurang dan mengalami kantuk yang berlebihan di siang hari yang

sering disebut dengan Excessive Daytime Sleepiness (EDS). EDS

sering mengakibatkan gangguan fungsi bangun, kinerja kerja atau

sekolah yang buruk, kecelakaan saat mengemudi atau menggunakan

peralatan, dan masalah perilaku atau emosional.

5) Stress

Seseorang individu yang sedang mengalami kecemasan atau

depresi akan mengganggu pola tidur dari individu tersebut. Stres

emosional mampu membuat seseorang menjadi tegang dan cemas

serta menimbulkan frustasi yang berdampak kesulitan untuk memulai

tidur. Stres juga bisa menyebabkan seseorang berusaha terlalu keras

untuk tertidur, sering terbangun selama siklus tidur, atau untuk tidur

nyenyak.
6) Lingkungan

Lingkungan terdiri dari dua jenis yaitu lingkungan fisik dan

lingkungan psikologis. Lingkungan fisik yang mampu mempengaruhi

tidur seseorang adalah lingkungan dimana individu tertidur.

Lingkungan tidur yang bising, pencahayaan terlalu terang, posisi

tempat tidur, ukuran tempat tidur akan mempengaruhi kualitas tidur

individu tersebut.

3. Fisiologi Tidur Pada Anak

Fisiologi tidur merupakan pengaturan kegiatan tidur oleh adanya

hubungan mekanisme serebral yang secara bergantian untuk

mengaktifkan dan menekan pusat otak agar dapat tidur dan bangun. Salah

satu aktivitas tidur ini diatur oleh sistem pengaktivasi retikularis yang

merupakan system yang mengatur seluruh tingkatan kegiatan susunan

saraf pusat termasuk pengaturan kewaspadaan dan tidur. Pusat

pengaturan aktivitas kewaspadaan dan tidur terletak pada mesensefalon

dan bagian atas ponsyaitu RAS (Reticular Activating System), pada saat

tidur, kemungkinan terjadi adanya pelepasan serum serotonin dari sel

khusus yang berada di pons dan batang otak tengah, yaitu BSR (Bulbar

Synchronizing Regional). Dengan demikian sistem pada batang otak

yang mengatur siklus atau perubahan dalam tidur adalah RAS dan BSR

(Mulyadi., Kholida, 2021)

Irama sirkadian (circadian rhythm) adalah proses biokimiawi,

perilaku, atau fisiologis yang sesuai dengan beredarnya waktu dalam

siklus 24 jam. Irama sirkadian mengontrol perubahan level hormon dan


neurokimia yang mengontrol tidur, aktivitas, dan mood/suasana hati.

Pusat kontrol irama sirkadian terletak pada bagian ventral anterior

hypothalamus. Irama Sirkadian Mengendalikan Metabolisme dikala

tubuh tertidur, tubuh melaksanakan sebagian proses metabolisme. Otak,

pencernaan, peredaran darah, respirasi ikut di pengaruhi oleh situasi ini

(Ambarwati, 2017; Mulyadi., Kholida, 2021).

Tubuh mempunyai mekanisme tertentu untuk meminta jaringan

istirahat. Mekanisme ini di kenal dengan istilah mengantuk. Berdasarkan

pada irama sirkadian, kondisi mengantuk tidak akan semakin meningkat

setelah lewat dari waktunya. Keinginan dan kemampuan seseorang untuk

tidur di pangaruhi oleh rentang waktu sejak orang tersebut bangun dari

tidur yang adekuat dan dari ritme internal sirkandian. Oleh sebab itu

tubuh mampu untuk tertidur dan tetap terbangun pada waktu yang

berbeda setiap harinya. Seseotrang dengan irama sirkandian normal

mampu untuk bangun di pagi hari pada waktu yang sama jika mereka

mau, tidur di malam hari secukupnya, dan menyesuaikan diri dengan

pola tidur yang sesuai kebutuhan. Dalam keadaan normal, fungsi irama

sirkadian mengatur siklus biologis ritme tidur serta bangun, di mana

sepertiga waktunya buat tidur serta 2 pertiga untuk bangun/aktivitas

(Ambarwati, 2017; Mulyadi., Kholida, 2021).


4. Tahapan Tidur

Tidur dibagi menjadi 2 tipe yaitu: Tipe Non Rapid Eye Movement

(NREM), Tipe Rapid Eye Movement (REM).

5. Fase awal tidur didahului oleh fase NREM yang terdiri dari 4 stadium,

setelah itu diikuti oleh fase REM.

Keadaan tidur normal antara fase NREM dan REM terjadi secara

bergantian antara 4-7 siklus semalam. Tipe NREM dibagi dalam 4

stadium yaitu:

a. Tidur stadium Satu.

Fase ini merupakan antara fase terjaga dan fase awal tidur. Pada

Fase ini kelopak mata tertutup, tonus otot berkurang dan tampak

gerakan bola mata kekanan dan kekiri. Fase ini hanya

berlangsung 3-5 menit dan mudah sekali untuk dibangunkan.

b. Tidur stadium dua.

Fase ini didapatkan bola mata berhenti bergerak, tonus otot masih

berkurang, tidur lebih dalam dari pada fase pertama.

c. Tidur stadium tiga.

Fase ini tidur lebih dalam dari fase sebelumnya.

d. Tidur stadium empat

Merupakan tidur yang dalam serta sulit untuk dibangunkan. Fase

tidur NREM, ini biasanya berlangsung antara 70 menit sampai

100 menit, setelah itu akan masuk ke fase REM.

Tidur NREM Merupakan tidur yang nyaman dan dalam

dengan gelombang otak yang lebih lambat dibanding pada orang


yang sadar atau tidak tidur. Tanda-tanda pada tidur NREM yaitu

mimpi berkurang, tekanan darah turun, kecepatan pernafasan dan

metabolisme tubuh turun, dan gerakan bola mata melambat. Jika

seseorang tidak mengalami fase tidur NREM, maka akan muncul

gejala:

a. Menarik diri, apatis, dan respon tubuh mengalami penurunan

b. Merasa kurang enak badan

c. Ekspresi wajah layu

d. Malas berbicara

e. Merasakan kantuk berlebihan.

6. Tipe Rapid Eye Movement (REM)

Proses REM jam awal berlangsung lebih cepat dan menjadi lebih

instan dan panjang saat menjelang pagi atau bangun. Pola tidur REM

ditandai adanya gerakan bola mata yang cepat, tonus otot yang sangat

rendah, apabila dibangunkan hampir semua organ akan dapat

menceritakan mimpinya, denyut nadi bertambah dan pada laki-laki

terjadi eraksi penis, tonus otot menunjukkan relaksasi yang dalam.

Pola tidur REM berubah sepanjang kehidupan seseorang seperti

periode neonatal bahwa tidur REM mewakili 50% dari waktu total

tidur. (Mulyadi., Kholida, 2021) Tidur REM Merupakan tidur dalam

kondisi aktif yaitu tidur REM sifatnya nyenyak sekali, namun fisiknya

tidak, masih teradapat Gerakan pada kedua bola mata yang sangat

aktif. Tidur REM ditandai dengan mimpi, otot-otot kendor, tekanan

darah meningkat, gerakan mata cepat (mata cenderung bergerak


bolak-balik) dan pernafasan sering tidak teratur. Gejala seseorang

yang mengalami kehilangan fase tidur REM, yaitu:

a. Cenderung hiperaktif

b. Emosinya labil

c. Nafsu makan bertambah

d. Bingung dan curiga.

7. Siklus Tidur Anak

Pada orang dewasa terjadi 4-5 siklus setiap waktu tidur. Setiap siklus

tidur berakhir selama 80-120 menit. Tahap NREM 1-3 berlangsung selama

30 menit kemudia diteruskan ke tahap 4 kembali ke tahap 3 dan 2 selama ±

20 menit. Tahap REM muncul sesudahnya dan berlangsung selama 10

menit, melengkapi siklus tidur yang pertama (Potter&Perry, 2005;

Mulyadi., Kholida, 2021).

Tahap pratidur NREM tahap I NREM tahap II NREM tahap III

NREM Tahap I Tidur REM NREM tahap IV NREM tahap II. Tahaptahap

siklus tidur. Siklus ini merupakan salah satu dari irama sirkadian yang

merupakan siklus dari 24 jam kehidupan manusia. Keteraturan irama

sirkadian ini juga merupakan keteraturan tidur seseorang. Jika terganggu,

maka fungsi fisiologis dan psikologis dapat terganggu (Potter&Perry,

2005; Mulyadi., Kholida, 2021).

8. Lama Tidur Anak

Setiap individu memiliki kebutuhan waktu tidur yang berbedabeda,

tergantung pada usia dan faktor-faktor tertentu yang mempengaruhinya.


Berikut ini jumlah waktu tidur yang dibutuhkan seseorang berdasarkan

usia dalam William (2012; Harsi, 2019) dibawah ini:

Tabel 2.1
Kebutuhan Tidur Berdasarkan Usia
Usia 0-1 Bulan Bayi yang usianya baru mencapai 2 bulan,
umumnya membutuhkan tidur 14-18 jam setiap
hari
Usia 1- 18 Bulan Pada usia ini, bayi membutuhkan waktu tidur
12-14 jam setiap hari termasuk tidur siang.
Tidur cukup akan membuat tubuh dan otak bayi
berkembang baik dan normal
Usia 3-6 Tahun Kebutuhan tidur yang sehat di usia anak
menjelang masuk sekolah ini, mereka
membutuhkan waktu untuk istirahat tidur 11-13
jam, termasuk tidur siang. Menurut penelitian,
anak usia di bawah enam tahun yang kurang
tidur, akan cenderung obesitas di kemudian hari
Usia 6-12 tahun Anak usia ini membutuhkan waktu tidur 10 jam.
Menurut penelitian, anak yang tidak memiliki
waktu istirahat yang cukup, dapat menyebabkan
mereka menjadi hiperaktif, tidak konsentrasi
belajar, dan memilki masalah pada perilaku di
sekolah
Usia 12-18 tahun Menjelang remaja, kebutuhan tidur yang sehat
adalah 8-9 jam. Studi menunjukkan bahwa
remaja yang kurang tidur, lebih rentan terkena
depresi, tidak fokus dan punya nilai sekolah
yang buruk
Usia 18-40 tahun rang Dewasa membutuhkan waktu tidur 7 - 8
jam setiap hari. Para dokter menyarankan bagi
mereka yang ingin hidup sehat untuk
menerapkan aturan ini pada kehidupannya
Lansia Kebutuhan tidur terus menurun, cukup 7 jam
perhari. Demikian juga jika telah mencapai
lansia yaitu 60 tahun ke atas, kebutuhan tidur
cukup 6 jam per hari

Sumber: Kemenkes RI (2018)

Jumlah waktu tidur tiap kelompok usia berbeda-beda tergantung

faktor fisik, psikis, dan lingkungan. Waktu tidur siang dan tidur malam

pada anak sangatlah penting. Keduanya sangat di butuhkan dan memiliki

peranan yang tidak dapat menggantikan satu sama lainnya. Anak yang
tidur siang dengan cukup biasanya tidak terlau rewel dan tidur pulas saat

malamnya. Ini juga membantu pertumbuhannya, sebab pada bayi hingga

balita, tidur adalah masa ketika ia tumbuh baik secara fisik dan juga

otaknya. Berikut ini jumlah waktu tidur yang dibutuhkan anak dari usia 0

bulan hingga 24 bulan atau usia 2 tahun (Harsi, 2019):

9. Terapi Non Farmakologis Dan Farmakologi Yang Dapat


Meningkatkan Kualitas Tidur

a. Terapi Non Farmakologi

Menurut penelitian Dewi et all (2020) berbagai macam terapi non

farmakologi yang dapat meningkatkan kualitas tidur pada bayi yaitu

memutar audio relaksasi (terapi musik), terapi hidro (spa), pijat bayi

serta aromaterapi

b. Terapi Farmakologi

1) Benzodiazepin (BZDs)

Benzodiazepin merupakan pengobatan yang digunakan untuk

mengatasi kesulitan tidur ibu nifas. BZDs dapat memberikan

ketenangan bagi penggunanya karena bekerja langsung dengan

reseptor benzodiazepin. Efek yang timbulkan dari penggunaan

BZDs yaitu dapat mengurangi frekuensi tidur REM,

mempersingkat latensi tidur, dan menghindari terbangun dimalam

hari. Penggunaan BZDs juga berdampak negatif dalam jangka

panjang karena penggunaan lebih dari 4 minggu dapat

menyebabkan toleransi dan ketergantungan.


2) Non-benzodiazepin

Non-benzodiazepin merupakan pengobatan dengan dosis rendah

yang sangat efektif diberikan kepada ibu nifas. Golongan obat ini

dapat menurunkan efek hipotonia, masalah perilaku, dan gangguan

tidur berulang. Jenis-jenis obatan ini yaitu seperti zaleplon,

zolpidem, dan ezopizlone yang digunakan untuk mengurangi

latensi tidur, dan ramelteon (agonis reseptor melatonin) dipakai

oleh ibu nifas yang mengalami kesulitan mengawali tidur.

10. Alat Ukur Durasi Tidur

PSQI adalah instrumen efektif yang di gunakan untuk mengukur

kualitas tidur dan pola tidur dalam bentuk pertanyaan pertanyaan. PSQI

yang terdiri dari tujuh komponen, yaitu:

a. Kualitas tidur

Evaluasi kualitas tidur secara subjektif merupakan evaluasi singkat

terhadap tidur seseorang tentang apakah tidurnya sangat baik atau

sangat buruk (Saputri, 2009).

b. Latensi tidur

Latensi tidur adalah durasi mulai dari berangkat tidur hingga tertidur.

Seseorang dengan kualitas tidur baik menghabiskan waktu kurang dari

15 menit untuk dapat memasuki tahap tidur selanjutnya secara lengkap.

Sebaliknya, lebih dari 20 menit menandakan level insomnia yaitu

seseorang yang mengalami kesulitan dalam memasuki tahap tidur

selanjutnya (Buysse et al., 1989 cit.Modjod, 2007).

c. Durasi tidur
Durasi tidur dihitung dari waktu seseorang tidur sampai terbangun di

pagi hari tanpa menyebutkan terbangun pada tengah malam. Orang

dewasa yang dapat tidur selama lebih dari 7 jam setiap malam dapat

dikatakan memiliki kualitas tidur yang baik (Buysse et al., 1989 cit.

Modjod, 2007).

d. Efisiensi kebiasaan tidur

Efisiensi kebiasaan tidur adalah rasio persentase antara jumlah total jam

tidur dibagi dengan jumlah jam yang dihabiskan di tempat tidur.

Seseorang dikatakan mempunyai kualitas tidur yang baik apabila

efisiensi kebiasaan tidurnya lebih dari 85% (Buysse et al., 1989 cit.

Modjod, 2007).

e. Gangguan tidur

Gangguan tidur merupakan kondisi terputusnya tidur yang mana pola

tidur-bangun seseorang berubah dari pola kebiasaannya, hal ini

menyebabkan penurunan baik kuantitas maupun kualitas tidur

seseorang (Buysse et al., 1989 cit.Modjod, 2007).

f. Penggunaan obat

Penggunaan obat-obatan yang mengandung sedatif mengindikasikan

adanya masalah tidur. Obat-obatan mempunyai efek terhadap

terganggunya tidur pada tahap REM. Oleh karena itu, setelah

mengkonsumsi obat yang mengandung sedatif, seseorang akan

dihadapkan pada kesulitan untuk tidur yang disertai dengan frekuensi

terbangun di tengah malam dan kesulitan untuk kembali tertidur,


semuanya akan berdampak langsung terhadap kualitas tidurnya (Buysse

et al.,1989 cit. Modjod, 2007)

g. Disfungsi di siang hari

Seseorang dengan kualitas tidur yang buruk menunjukkan keadaan

mengantuk ketika beraktivitas di siang hari, kurang antusias atau

perhatian, tidur sepanjang siang, kelelahan, depresi, mudah mengalami

distres, dan penurunan kemampuan beraktivitas (Buysse et al., 1989 cit.

Modjod, 2007).

C. Aromaterapi Lavender

1. Pengertian Aromaterapi Lavender

Aromaterapi merupakan tindakan terapeutik dengan menggunakan

minyak essensial yang bermanfaat meningkatkan keadaan fisik dan

psikologi seseorang agar menjadi lebih baik. Setiap minyak essensial

memiliki efek farmakologis yang unik, seperti antibakteri, antivirus,

diuretic, vasodilator, penenang, dan merangsang adrenal. (Runiari & Ana,

2010).

Dilihat dari kesenjangan dalam praktik akhir-akhir ini, perhatian

yang diberikan kepada penggunaan Complementary and Alternative

Medicine (CAM) sebagai pengobatan tambahan mengalami peningkatan.

Aromaterapi adalah salah satu jenis dari CAM yang banyak digunakan

dengan tujuan menghirup uap atau penyerapan minyak ke dalam kulit yang

berguna mengobati atau mengurangi gejala fisik dan emosional (Rahayu,

2021).
Minyak lavender dengan kandungan linalool-nya adalah salah satu

minyak aromaterapi yang banyak digunakan saat ini, baik secara inhalasi

(dihirup) ataupun dengan teknik pemijatan pada kulit. Aromaterapi yang

digunakan melalui cara inhalasi atau dihirup akan masuk ke sistem limbic

dimana nantinya aroma akan diproses sehingga kita dapat mencium

baunya. Pada saat kita menghirup suatu aroma, komponen kimianya akan

masuk ke bulbus olfactory, kemudian ke limbic sistem pada otak. Limbic

adalah struktur bagian dalam dari otak yang berbentuk seperti cincin yang

terletak di bawah cortex cerebral. Tersusun ke dalam 53 daerah dan 35

saluran atau tractus yang berhubungan dengannya, termasuk amygdala dan

hipocampus. Sistem limbic sebagai pusat nyeri, senang, marah, takut,

depresi, dan berbagai emosi lainnya. Sistem limbic menerima semua

informasi dari sistem pendengaran, sistem penglihatan, dan sistem

penciuman (Auliasari, 2020).

Sistem ini juga dapat mengontrol dan mengatur suhu tubuh, rasa

lapar, dan haus. Amygdala sebagai bagian dari sistem limbic bertanggung

jawab atas respon emosi kita terhadap aroma. Hipocampus bertanggung

jawab atas memori dan pengenalan terhadap bau juga tempat dimana

bahan kimia pada aromaterapi merangsang gudang-gudang penyimpanan

memori otak kita terhadap pengenalan baubauan(Widiarti., Suhardi, 2015)

Minyak lavender adalah salah satu aromaterapi yang terkenal

memiliki efek menenangkan. Menurut penelitian yang dilakukan terhadap

tikus, minyak lavender memiliki efek sedasi yang cukup baik dan dapat

menurunkan aktivitas motorik mencapai 78% (Snow AL, 2004). Sehingga


sering digunakan untuk manajemen stres. Beberapa tetes minyak lavender

dapat membantu menanggulangi insomnia, memperbaiki mood seseorang,

dan memberikan efek relaksasi. Penelitian lain yang dilakukan terhadap

manusia mengenai efek aromaterapi lavender untuk relaksasi, kecemasan,

mood, dan kewaspadaan pada aktivitas EEG (Electro Enchepalo Gram)

menunjukkan terjadinya penurunan kecemasan, perbaikan mood, dan

terjadi peningkatan kekuatan gelombang alpha dan beta pada EEG yang

menunjukkan peningkatan relaksasi. Didapatkan pula hasil yaitu terjadi

peningkatan secara signifikan dari kekuatan gelombang alpha di daerah

frontal, yang menunjukkan terjadinya peningkatan rasa kantuk(Bangun.,

Nur’aeni, 2013).

2. Kandungan Aromaterapi Lavender

Aroma terapi minyak lavender diperoleh dengan cara distilasi bunga.

Minyak lavender bersifat serbaguna, sangat cocok untuk merawat kulit

terbakar, terkelupas, psoriasis, dan juga membantu kasus insomnia.

Lavender beraroma ringan bunga-bungaan dan merupakan essensial aroma

terapi yang dikenal memiliki efek sedatif dan anti-neurodepresive(Sari,

2018).

Aromaterapi lavender juga memiliki kandungan utama yaitu linalool

asetat yang mampu mengendorkan dan melemaskan sistem kerja urat-urat

saraf dan otot-otot yang tegang. Menghirup lavender meningkatkan

frekuensi gelombang alfa dan keadaan ini diasosiasikan dengan bersantai

(relaksasi) sehingga dapat mengobati insomnia. Lavender juga membantu

keseimbangan kesehatan tubuh yang sangat bermanfaat dalam


menghilangkan sakit kepala, premenstrual sindroma, stress, ketegangan,

kejangotot dan regulasi jantung (Sari, 2018).

3. Bentuk – Bentuk Dari Aromaterapi

Bentuk aromaterapi yang banyak ditemukan adalah aromaterapi

berbentuk lilindan dupa (incense stick dan incense cone). Adapula yang

berbentuk minyakesensial tapi umumnya tidak murni, hanya beberapa

persen saja menurut Sunito(2010) sebagai berikut:

a) Minyak Essensial Aromaterapi / Essential Oil Aromatherapy

Seperti namanya jenis aromaterapi ini berntuk cairan atau minyak

yangpenggunaannya seperti dioleskan pada kain, dipanaskan kedalam

tungku listrikatau tungku lilin yang beraroma terapi dan ada yang

dioleskan pada saluranudara.

b) Dupa Aromaterapi / Stick Incense Aromatherapy

Saat ini dupa bukan saja digunakan saat acara keagamaan saja tetapi

dupa bias di gunakan sebagai alat aromaterapi. Dikarenakan

bentuknya yang padat sehingga tidak mengakibatkan tumpah.Karena

jenis aromaterapi ini berasap,aromaterapi jenis dupa lebih tepat

digunakan untuk ruangan yang besar atau diruangan terbuka.Jenis

dupa aromaterapi sendiri saat ini ada 3 jenis bentuknya,yaitu berupa

dupa aromaterapi panjang, pendek dan kerucut.

c) Lilin Aromaterapi / Candle Aromatherapy

Berkaitan dengan aroma terapi ada 2 jenis lilin yang digunakan,

lilinaromaterapi dan lilin untuk pemanas tungku.lilin aromaterapi

adalah lilin yangjika dibakar akan mengeluarkan wangi aromaterapi


Lilin Sedangkan yangdigunakan untuk memanaskan tungku

aromaterapi tidak memiliki wangi aromaterapi karena fungsinya

adalah memanaskan tungku yang berisi aromaterapi essential oil.

d) Garam Aromaterapi / Bath Salt Aromatherapy

Garam aromaterapi jika di gunakan untuk mandi denga air hangat

dapat dipercaya untuk mengeluarkan racun atau toksin dalam tubuh.

Garam aromaterapi juga dapat di gunakan untuk tubuh tertentu seperti

telapak kakisehingga dan menyenangkan suasana dan mengurangi

rasa lelah.

e) Sabun Aromaterapi / Soap Aromatherapy

Sabun yang saat ini kita temui adalah berbentuk padat yang

mengeluarkan berbagai aromaterapi dan biasanya berisi kandungan

dari tumbuhan yang dibenamkan di dalam sabun yang berfungsi untuk

menghaluskan kulit.

4. Cara Penggunaan Aromaterapi Lavender

Cara penggunaan aromaterapi lavender berdasarkan penelitian yang

dilakukan oleh Keyhanmehr, A. S., Movahhed, M., Sahranavard, S.,

Gachkar, L., Hamdieh, M., Afsharpaiman, S., & Nikfarjad, H. (2018). The

effect of aromatherapy with Rosa damascena essential oil on sleep quality

in children. Research Journal of Pharmacognosy, 5(1), 41-46. Metode:

Anak-anak menghirup 5 tetes Rosa damascene minyak esensial pada bola

kapas sebelum tidur selama 20 menit (selama 3 hari). Sebelum dan

sesudah intervensi, kuesioner BEARS ditanyakan. Tes peringkat bertanda

Wilcoxon digunakan untuk perbandingan dengan perangkat


lunak.Aromaterapi minyak dihirup langsung, diawali dengan 3 kali tarikan

nafas. Penghirupan berlangsung selama 20 menit dengan jarak sekitar 10

cm antara hidung.

5. Mekanisme Aromaterapi lavender

Aromaterapi bunga lavender (Lavandula angustifolia) ini mengandung

linool yang berfungsi sebagai efek sedatif sehingga ketika seseorang

menghirup aromaterapi bunga lavender maka aroma yang dikeluarkan

akan menstimulasi reseptor silia saraf olfactorius yang berada di epitel

olfactory untuk meneruskan aroma tersebut ke bulbus olfactorius melalui

saraf olfactorius. Bulbus olfactorius berhubungan dengan sistem limbik.

Sistem limbik menerima semua informasi dari sistem pendengaran, sistem

penglihatan, dan sistem penciuman.

Limbik adalah struktur bagian dalam dari otak yang berbentuk seperti

cincin yang terletak di bawah korteks serebri. Bagian terpenting dari

sistem limbik yang berhubungan dengan aroma adalah amygdala dan

hippocampus. Amygdala merupakan pusat emosi dan hippocampus yang

berhubungan dengan memori (termasuk terhadap aroma yang dihasilkan

bunga lavender) kemudian melalui hipotalamus sebagai pengatur maka

aroma tersebut akan dibawa kedalam bagian otak yang kecil tetapi

signifikannya yaitu nukleus raphe. Efek dari nukleus raphe yang

terstimulasi yaitu terjadinya pelepasan serotonin yang merupakan

neurotransmitter yang mengatur permulaan untuk tidur. Sejauh ini tidak

terdapat kontraindikasi serta tidak menimbulkan sensitisasi dan iritasi saat

digunakan di kulit maupun tidak mengiritasi mukosa sehingga aromaterapi


bunga lavender (Lavandula angustifolia) aman untuk Meningkatkan

Kualitas tidur.

D. Penelitian Terkait

1. Nukha, K., Nengsih, N. A., & Saprudin, N. (2020, February).

Perbandingan Efektivitas Aromaterapi Lavender Dengan Musik POP

Terhadap Kualitas Tidur Anak Yang Menjalani Hospitalisasi.Hasil uji

Wilcoxon Signed Test kualitas tidur pada aromaterapi lavender dan musik

pop anak masing-masing didapatkan nilai p value = 0,0010,05, artinya

tidak terdapat perbedaan efektifitas antara kedua kelompok intervensi

tersebut.

2. Rahmawati, S. P., Wulan, R., & Indrawati, L. (2022). Hubungan Terapi

Komplementer Essensial Oil Lavender Dengan Kualitas Tidur Balita Di

Klinik Pratama Tali Kasih Kecamatan Jepon Kabupaten Blora. Hasil

penelitian menunjukkan;1). Kualitas tidur balita sebelum diberikan terapi

komplementer Essensial Oil Lavender sedang sebanyak 17 orang (56,7%),

2) Kualitas tidur balita setelah diberikan terapi komplementer essensial oil

lavender baik sebanyak 14 orang (46,7%) dan 3). Ada hubungan terapi

essensial oil lavender dengan kualitas tidur balita di Klinik Pratama Tali

Kasih Kecamatan Jepon Kabupaten Blora, dengan nilai p value 0,000 <

0,05.

3. Noviana, U., & Ekawati, H. (2020). Pengaruh Terapi Murotal Al-Qur’an

Dan Pemberian Aroma Terapi Bunga Mawar Terhadap Kualitas Tidur

Malam Pada Anak Umur 3-5 Tahun. Berdasarkan uji statistik

MannWhitney kelompok kontrol dan kelompok perlakuan Sig 0,000


sehingga signifikannya lebih kecil dari derajat kesalahannya (0,000 <

0,05). Sehingga dapat disimpulkan ada pengaruh setelah dilakukan

pemberian terapi Murotal AlQur’an dan Pemberian Aroma Terapi Bunga

Mawar.

4. Keyhanmehr (2019) Efek Aromaterapi dengan Rosadamascena Minyak

Esensial saat Tidur Kualitas pada Anak. Hasil aromaterapi pada tidur siang

tidak signifikan (p: 0,059) tetapi terlihat nyata. Tidak ada perubahan yang

signifikan pada kelelahan anak setelah aromaterapi (p<0,036) Hasil kami

umumnya konsisten dengan penelitian sebelumnya, yang menunjukkan

bahwa aromaterapi efektif dalam kualitas tidur.


E. Kerangka Teori
Kerangka teori merupakan suatu model yang menerangkan bagaimana
hubungan suatu teori dengan faktor-faktor penting yang telah diketahui dalam
suatu masalah tertentu (Notoatmodjo, 2018).
Gambar 2.1
Kerangka Teori
Hospitalisasi

Faktor-faktor yang
Kualitas Tidur Anak mempengaruhi tidur anak
a. Penyakit
b. Lingkungan
c. Latihan Fisik dan Kelelahan

Terapi Farmakologis Terapi Non Farmakologis


a. Benzodiazepin (Bzds) 1. Memutar Audio
b. Non-Benzodiazepin Relaksasi (terapi musik)
2. Terapi Hidro (spa)
- Zaleplon 3. Pijat
- Zolpidem 4. Aromaterapi
- Ezopizlonei

1. minyakesensialAromaterapi
Durasi tidur anak mengalami
2. dupaaromaterapi
peningkatan
3. Lilin aromaterapi
4. sabunaromaterapi

Sumber: (Mulyadi., Kholida, 2021., Dewi et all, 2021)

F. Kerangka Konsep
Kerangka konsep dalam penelitian pada dasarnya adalah kerangka hubungan

antara konsep-konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian yang

akan dilakukan (Notoatmodjo, 2010).

Gambar 2.2
Kerangka Konsep
Variabel independent Variabel dependent

Pemberian inhalasi Durasi tidur anak sesudah


lavender diberi intervensi
G. Hipotesis

Hasil penelitian ini didapat hasil hipotesis penelitian yaitu :

Ha: Ada pengaruh inhalasi lavender dengan durasi tidur anak yang

mengalami hospitalisasi di Rumah Sakit Umum Daerah Menggala

Kabupaten Tulang Bawang Provinsi Lampung Tahun 2023.

Ho: Tidak ada pengaruh inhalasi lavender dengan durasi tidur anak yang

mengalami hospitalisasi di Rumah Sakit Umum Daerah Menggala

Kabupaten Tulang Bawang Provinsi Lampung Tahun 2023.


BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini penulis mengunakan jenis penelitian kuantitaif, Jenis

penelitian ini merupakan jenis penelitian untuk mendapatkan gambaran yang

akurat dari sebuah karakteristik masalah yang mengklasifikasikan suatu data

dan pengambilan data yang berhubungan dengan angka-angka baik yang

diperoleh dari hasil pengukuran maupun dari nilai suatu data yang diperoleh

(Notoatmodjo, 2018).

B. Rancangan Penelitian

Dalam penelitian ini, peniliti menggunakan rancangan analisis dengan

menggunakan pendekatan pra eksperimen dengan rancangan one group

pretest-post test. Design ini terdapat satu kelompok yang akan diteliti dan

dilihat perubahan antara pretes dan postesnya (Notoatmodjo, 2018).Peneliti

memberikan intervensi kepada kelompok yang akan diberikan terapi inhalasi

uap hangat dengan minyak kayu putih.

Gambar 3.1
Rancangan Penelitian

Q1 X Q2

Keterangan

Q1 : Gangguan durasi tidur sebelum intervensi

Q2 : Gangguan durasi tidur sesudah intervensi

X : Intervensi (aromaterapi lavender)


C. Waktu dan TempatPenelitian
Penelitian ini akan dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Menggala

Kabupaten Tulang Bawang Provinsi Lampung Pada bulan Juli Tahun 2023.

D. SubjekPenelitian

1. Populasi

Populasiadalah sekelompok subjek yang menjadi objek atau sasaran

penelitian, yang memiliki karakteristik tertentu dan ditetapkan oleh

peneliti untuk dapat ditarik kesimpulan (Notoatmodjo, 2018). Populasi

dalam penelitian ini adalah anak yang menjalani hospitalisasi di Rumah

Sakit Umum Daerah Menggala Kabupaten Tulang Bawang Provinsi

Lampung Tahun 2023 dengan rata-rata kunjungan sebanyak 50 orang/

bulan.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian objek yang diteliti dan dianggap mewakili

populasi (Notoatmodjo, 2018). Untuk menentukan sampel dari populasi

digunakan perhitungan maupun acuan tabel yang dikembangkan para

ahli. Secara umum, untuk penelitian eksperimen jumlah sampel

minimum 15 dari masing-masing kelompok (Suryani., Hendriyadi,

2010). Sampel dalam penelitian ini adalah anak usia 3-6 tahun dengan

masalah ganguan durasi tidur sebanyak 30 responden.

3. Teknik Pengambilan sampel

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan

Purposive sampling. Purposive sampling adalah salah satu teknik

sampling non random sampling dimana peneliti menentukan


pengambilan sampel dengan cara menetapkan ciri-ciri khusus yang

sesuai dengan tujuan penelitian sehingga diharapkan dapat menjawab

permasalahan penelitian.

Kriteria inklusi ciri-ciri yang perlu dipenuhi oleh setiap anggota

populasi yang dapat diambil sebagai sampel.

Kriteria inklusi dalam penelitian ini:

1. Anak usia pra sekolah

Kriteria eksklusi ciri-ciri anggota populasi yang tidak dapat diambil

sampel.

Kriteria eksklusi dalam penelitian ini:

1. Ibu tidak bersedia menandatangani inform consent

2. Anak sedang flu

3. Anak sedang sakit/ rewel

4. Anak tidak sadarkan diri

5. Anak alergi terhadap esensial oil

6. Anak drop out

E. Variabel Penelitian

Variable penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang,

obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan peneliti

untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2011).

Variable dalam penelitian ini yaitu:

1. Variabel independen merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang

menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat),

variabel independen dalam penelitian ini adalah terapi inhalasi lavender


2. Variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang

menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2011).

Variabel terikat pada penelitian ini adalah durasi tidur.

F. Definisi Operasional

Definisi operasional variabel yaitu suatu definisi yang diberikan pada

sebuah variabel dengan cara memberikan atau menspesialisasikan kegiatan

yang diperlukan untuk mengukur variabel tersebut (Notoatmodjo,

2018).Definisi operasional bermanfaat untuk mengarahkan atau mengamati

variabel-variabel yang bersangkutan serta pengembangan instrument

penelitian (alat ukur). Definisi operasional variabel-variabel dalam penelitian

ini ialah sebagai berikut:

Tabel 3.1
Definisi Operasional
Definisi Alat Hasil Ukur
Variabel Cara Ukur Skala
Operasional Ukur Kriteria Nilai
Independen
Inhalasi Anak-anak SOP
lavender menghirup 5 tetes
aromaterapi
lavender minyak
esensial pada
bola kapas
sebelum tidur
selama 20 menit
(selama 3 hari).
Aromaterapi
dihirup langsung,
diawali dengan 3
kali tarikan nafas.
Penghirupan
berlangsung
selama 20 menit
dengan jarak
sekitar 10 cm
antara hidung.
Dependen
Masalah Masalah tidur Lembar Mengisi 0: jika skor 1-7 = Rasio
dengan anak yang observasi Lembar gangguan tidur ringan
durasi tidur dibuktikan dengan Observasi 1: jika skor 8-13 =
terganggunya gangguan tidur sedang
durasi tidur anak 2: jika skor 15-21 =
gangguan tidur berat
G. Etika Penelitian

Beberapa prinsip dalam pertimbangan etik meliputi: bebas eksplorasi,

kerahasiaan, bebas dari penderita, bebas menolak menjadi responden dan,

perlu surat persetujuan (informed consent). Untuk itu perlu mengajukan

permohonan izin kepada Kepala Puskesmas Rawat Inap Mampu Poned

Totomulyodan subyek yang akan diteliti dengan berpedoman pada prinsip

etik.

1. Informed Consent (lembar persetujuan)

Lembar persetujuan ini akan diberikan kepada setiap responden yang

menjadi subyek penelitian dengan memberikan penjelasan tentang maksud

dan tujuan dari penelitian serta menjelaskan akibat-akibat yang akan

terjadi bila bersedia menjadi subyek penelitian. Apabila responden tidak

bersedia maka peneliti wajib menghormati hak-hak responden tersebut.

2. Anonimity (tanpa nama)

Adalah tindakan merahasiakan nama peserta terkait dengan partisipasi

mereka dalam suatu objek riset (Hidayat, 2011). Pada penelitian ini

kerahasiaan identitas subjek sangat diutamakan, sehingga peneliti sengaja

tidak mencantumkan nama pada lembar pengumpulan data.

3. Confidentiality (kerahasiaan)

Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaan oleh

peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil

riset (Hidayat, 2011).


H. Alat Ukur

1. Pemberian Aromaterapi Mawar

Keyhanmehr, A. S., Movahhed, M., Sahranavard, S., Gachkar, L.,

Hamdieh, M., Afsharpaiman, S., & Nikfarjad, H. (2018). The effect of

aromatherapy with Rosa damascena essential oil on sleep quality in

children. Research Journal of Pharmacognosy, 5(1), 41-46. Metode:

Anak-anak menghirup 5 tetes Rosa damascene minyak esensial pada bola

kapas sebelum tidur selama 20 menit (selama 3 hari).Aromaterapi dihirup

langsung, diawali dengan 3 kali tarikan nafas. Penghirupan berlangsung

selama 20 menit dengan jarak sekitar 10 cm antara hidung.

2. Pengukur Kualitas Tidur Anak Usia Prasekolah

Alat ukur dalam penelitian ini berdasarkan durasi tidur anak menurut

Kemenkes RI (2018), yang dijabarkan seperti dibawah ini.

Usia 0-1 Bulan Bayi yang usianya baru mencapai 2 bulan, umumnya
membutuhkan tidur 14-18 jam setiap hari
Usia 1- 18 Bulan Pada usia ini, bayi membutuhkan waktu tidur 12-14 jam
setiap hari termasuk tidur siang. Tidur cukup akan membuat
tubuh dan otak bayi berkembang baik dan normal
Usia 3-6 Tahun Kebutuhan tidur yang sehat di usia anak menjelang masuk
sekolah ini, mereka membutuhkan waktu untuk istirahat
tidur 11-13 jam, termasuk tidur siang. Menurut penelitian,
anak usia di bawah enam tahun yang kurang tidur, akan
cenderung obesitas di kemudian hari
Usia 6-12 tahun Anak usia ini membutuhkan waktu tidur 10 jam. Menurut
penelitian, anak yang tidak memiliki waktu istirahat yang
cukup, dapat menyebabkan mereka menjadi hiperaktif, tidak
konsentrasi belajar, dan memilki masalah pada perilaku di
sekolah
Usia 12-18 tahun Menjelang remaja, kebutuhan tidur yang sehat adalah 8-9
jam. Studi menunjukkan bahwa remaja yang kurang tidur,
lebih rentan terkena depresi, tidak fokus dan punya nilai
sekolah yang buruk
Usia 18-40 tahun rang Dewasa membutuhkan waktu tidur 7 - 8 jam setiap
hari. Para dokter menyarankan bagi mereka yang ingin
hidup sehat untuk menerapkan aturan ini pada
kehidupannya
Lansia Kebutuhan tidur terus menurun, cukup 7 jam perhari.
Demikian juga jika telah mencapai lansia yaitu 60 tahun ke
atas, kebutuhan tidur cukup 6 jam per hari
3. Lembar Observasi

Lembar observasi digunakan untuk mengukur lama tidur anak

sebelum dan sesudah diberikan intervensi inhalasi lavender.

I. Pengumpulan Data

Metode lapangan untuk mencari data daninformasi yang berasal atau

bersumber langsung dari tempat penelitian. Adapun tahapan yang dilakukan

sebagai berikut :

Teknik pengumpulan data merupakan cara yang digunakan dalam

penelitian untuk mengumpulkan data. Dalam penelitian ini, tekhnik

pengumpulan data yang utama digunakan yaitu teknik test.Test yang

digunakan berupapretest dan postest.Pretest dan postest dilakukan untuk

mengukur durasi tidur bayi selama 24 jam sebelum dan sesudah diberikan

aromaterapi lavender.

a. Meminta surat izin pre survey dari Universitas Aisyah Pringsewu

b. Meminta balasan izin pre survey dari RSUD Menggala

c. Meminta surat izin penelitian dari Universitas Aisyah Pringsewu

d. Meminta balasan izin penelitian dari RSUD Menggala

e. Menentukan sampel dengan menjumpai responden yang dijumpai

ketika penelitian

f. Melakukan penelitian di RSUD Menggala Kabupaten Tulang Bawang

g. Menjumpai sampel yang melakukan kunjungan atas indikasi durasi

tidur anak yang mengalami hospitalisasi

h. Menjelaskan maksud dan tujuan penelitian


i. Memberikan infomed consent

j. Memberikan pengukurandurasi tidur anak yang mengalami

hospitalisasi

k. sebelum (pretest) dilakukan perlakuan

Melakukan inhalasi lavenderdengan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Persiapan

Peneliti menjelaskan maksud dan tujuan penelitian dan dilanjutkan

dengan pengisian lembar inform consent/ lembar persetujuan sebagai

salah satu bukti bersedia mengikuti penelitian yang diberikan kepada ibu

responden.

2. Pretest

Pada tahap ini dilakukan pengukuran kualitas tidur anak dengan lembar

observasi lama tidur anak.

3. Intervensi

a. Pada penelitian ini, pemberian intervensi pada anak-anak dilakukan

oleh peneliti

b. Peneliti menyiapkan aromaterapi lavender dan bola kapas dalam

wadah bersih dan kedap udara, yang kemudian disimpan

c. Selanjutnya anak-anak di instruksikan untuk menghirup 5 tetes

aromaterapi lavender esensial pada bola kapas sebelum tidur selama

20 menit, dan diberikanya aromaterapi lavender selama 3 hari.

Aromaterapi minyak dihirup langsung, diawali dengan 3 kali tarikan

nafas. Penghirupan berlangsung selama 20 menit dengan jarak sekitar

10 cm antara hidung.
d. Anjurkan ibu untuk memberikan teknik aromaterapi ini 2 kali sehari

pada pagi hari dan malam sebelum tidur

4. Posttest

a. Peneliti melakukan postest pengukuran kualitas tidur pada anakyang

telahdiberikanaromaterapi lavender.

b. Pada tahap ini dilakukan pengukuran kualitas tidur anak dengan

lembar observasi lama tidur anak setelah dilakukan perlakuan pada

hari terakhir kemudian hasilnya dicatat dalam lembar observasi

J. Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan dengan (Sugiyono, 2014):

1. Editing

Peneliti memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh atau

dikumpulkan. Pada penelitian ini melakukan editing dengan cara

memeriksa kelengkapan, kesalahan pengisian dan konsistensi dari

setiap jawaban dan pertanyaan.

2. Coding (Pengkodean)

Setelah melakukan editing data, penulis memberikan kode tertentu pada

tiap data sehingga memudahkan penulis dalam melakukan analisa data.

3. Tabulating

Tabulating merupakan kegiatan memasukan data yang berbentuk

numerik kedalam lembar tabulasi exel untuk memudahkan dalam proses

pembacaan.
4. Cleaning (Pembersihan data)

Merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang sudah di–Entry

terdapat kesalahan atau tidak.

5. Processing

Untuk memproses data agar dapat dianalisis dan dilakukan dengan cara

memasukan dan mengolah data dari lembar observasi melalui program

komputer.

K. Analisis Data

1. Analisis Univariat

Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendiskripsikan

karakteristik setiap variabel penelitian. Untuk data numerik digunakan

nilai mean, median, standart deviasi (Hastono, 2019).

2. Analisis Bivariat

Untuk menguji pengaruh variabel independen dengan variabel

dependen (Notoatmodjo, 2012). Untuk menganalisa pendekatan penelitian

eksperimen yaitu dengan menggunakan uji t-tes dependen.Analisa yang

digunakan untuk menguji uji statistik “uji t-tes dependen”. Ho ditolak jika

p-value 0,05 Berarti ada pengaruh yang signifikan antara kedua variabel

yang diteliti, dan H0 gagal ditolak jika lebih dari 0,05 berarti tidak ada

pengaruh yang signifikan

Sebelum dilakukan uji t-tes dependen dilakukan uji normalitas data

dengan uji shapiro-wilk. Dengan interpretasi data dibawah ini (Arikunto,

2010):

a) Jika probabilitas p value ≤ 0,05 maka bermakna/signifikan, berarti ada


perbedaan yang bermakna antara variabel independent dengan

variabel dependen atau hipotesis (Ho)ditolak.

b) Jika probabilitas p value > 0,05 maka tidak bermakna/signifikan,

berarti tidak ada perbedaan yang bermakna antara variabel independen

dengan variabel dependen, atau hipotesis (Ho) diterima.


DAFTAR PUSTAKA

Aisyah, S., Effendi, Z., & Hawalis, S. N. Optimasi Pembuatan Lilin Aromaterapi
Berbasis Stearic Acid Dengan Penambahan Minyak Atsiri Cengkeh
(Syzygium Aromaticum).

Ambarwati, R., & Hapsari, F. N. (2018). Pengaruh Terapi Bermain Mewarnai


Terhadap Penurunan Kecemasan Pada Anak Usia Prasekolah. Jurnal
Keperawatan GSH, 7(1), 24-29.

Damanik, S. R. H. (2015). Perbandingan efektivitas terapi musik klasik dengan


aromaterapi mawar terhadap tekanan darah pada penderita
hipertensi (Doctoral dissertation, Riau University).

Dewi, Yuni Citra et all. (2020). Pengaruh Pijat Bayi Terhadap Kualitas Tidur
Bayi Untuk Usia 6-12 Bulan di Roemah Mini Baby Kids & Mom Care Siak.
Jurnal Doppler. Vol.4 No. 2. 97-105.

Ifalahma, D., & Sulistiyanti, A. (2016). Efektivitas Pijat Bayi Terhadap Kualitas
Tidur Bayi di Kelurahan Kadipiro Banjarsari Surakarta. Infokes: Jurnal
Ilmiah Rekam Medis dan Informatika Kesehatan, 6(2).

Julianto, T. S. (2016). Minyak Atsiri Bunga Indonesia. Deepublish.

Kementrian Kesehatan RI. 2018. Profil Kesehatan Indonesia 2017. Jakarta.


Kemenkes RI.

Kushariyadi, Setyoadi. (2011). Terapi Modalitas Keperawatan Pada Klien.


Psikogeriatrik. Penerbit: Salemba Medika.

Mulyadi, E., & Kholida, N. (2021). Buku Ajar Hypnocaring.

Nelson et all. (2018). Ilmu Kesehatan Anak Essensial. Edisi keenam. Jakarta.

Notoatmodjo, S. (2018). Metodologi Penelitian Kesehatan. Cetakan Ketiga.


Jakarta. PT Rineka.

Noviana, U., & Ekawati, H. (2020). Pengaruh Terapi Murotal Al-Qur’an Dan
Pemberian Aroma Terapi Bunga Mawar Terhadap Kualitas Tidur Malam
Pada Anak Umur 3-5 Tahun. JURNAL ILMIAH OBSGIN: Jurnal Ilmiah
Ilmu Kebidanan & Kandungan P-ISSN: 1979-3340 e-ISSN: 2685-
7987, 12(2), 53-61.

Pangestika, D. A. (2019). Hubungan Kualitas Tidur Dan Asupan Gizi Siswa


Dengan Prestasi Belajar Di SMAN 1 Waru Sidoarjo (Doctoral dissertation,
Stikes Hang Tuah Surabaya).
Ratnaningsih, T., Indatul, S., & Peni, T. (2019). Buku Ajar (Teori dan Konsep)
Tumbuh Kembang dan Stimulasi Bayi, Toodler, Pra Sekolah, Usia Sekolah
dan Remaja (1st ed.). Sidoarjo: Indomedia Pustaka

Ribkahwati. (2014). Profil Minyak Atsiri Mahkota Bunga Mawar (Rosa Hybrida
L.) Kultivar Lokal.Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga.

Sari, Kumala. 2019. Pengaruh Pijat Bayi Terhadap Kualitas Tidur Bayi Umur 0-6
Bulan Di Desa Pasar Latong Kecamatan Lubuk Barumun Kabupaten Padang
Lawas Tahun 2019. Jurnal Ilmiah Simantek. Vol. 3 No.4. 71-83.

Wahyuningrum, E. (2021). Gangguan Tidur Anak Usia Sekolah. Jurnal


Keperawatan, 13(3), 699-708.

Wulandari dan Erawati, (2016). Buku Ajar Keperawatan Anak.Yogyakarta :


Pustaka pelajar.

Young Living. (2018). Product Essensial Oil

Zaviera, Ferdinand. (2015). Mengenali & Memahami Tumbuh Kembang Anak,


Yogyakarta: Katahati.
FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS AISYAH PRINGSEWU
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
KABUPATEN PRINGSEWU

INFORMEDCONSENT

Yangbertandatangandibawahini:
Nama(Inisial) :
Usia :
Jenis Kelamin :
Setelah mendapat keterangan secukupnya serta mengetahui tentang manfaat
penelitian yang berjudul “PENGARUH INHALASI LAVENDER DENGAN
DURASI TIDUR ANAK YANG MENGALAMI HOSPITALISASI DI
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH MENGGALA KABUPATEN TULANG
BAWANG PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2023”

Saya menyatakan bersedia diikut sertakan dalam penelitian ini dan saya percaya
penelitian ini tidak akan merugikan dan membayangkan bagi kesehatansaya. Saya
percaya apa yang saya sampaikan ini dijamin kerahasiaannya.

Tulang Bawang, 2023


Peneliti Responden

Riyanda Jodi …………………….


SOP INHALASI LAVENDER

Prosedur Langkah Pemberian Inhalasi Aromaterapi Lavender


Penatalaksanaan

Pra Tindakan 1 Menyambut pasien, memberi salam, dan


memperkenalkan diri
2 Menjelaskan maksud dan tujuan dari prosedur
tindakan
3 Menanyakan kesiapan kepada pasien
4 Selanjutnya dilakukan pengukuran durasi tidur
Tindakan 1. Mencuci tangan
2. Menjaga privasi pasien
3. Mengatur pasien pada posisi tidur dan nyaman
4. Mengukur durasi tidur anak dengan lembar
observasi durasi tidur
5. Anak-anak menghirup 5 tetes lavender minyak
esensial pada bola kapas sebelum tidur selama 20
menit (selama 3 hari).Aromaterapi dihirup
langsung, diawali dengan 3 kali tarikan nafas.
Penghirupan berlangsung selama 20 menit dengan
jarak sekitar 10 cm antara hidung.
6. Pemberian intervensi dilakukan selama 3 hari
berturut-turut
7. Merapikan pasien
8. Mencuci tangan
9. Menjaga privasi pasien
10. Mengatur pasien pada posisi tidur
LEMBAR OBSERVASI

Usia 0-1 Bulan Bayi yang usianya baru mencapai 2 bulan, umumnya
membutuhkan tidur 14-18 jam setiap hari
Usia 1- 18 Bulan Pada usia ini, bayi membutuhkan waktu tidur 12-14
jam setiap hari termasuk tidur siang. Tidur cukup
akan membuat tubuh dan otak bayi berkembang baik
dan normal
Usia 3-6 Tahun Kebutuhan tidur yang sehat di usia anak menjelang
masuk sekolah ini, mereka membutuhkan waktu
untuk istirahat tidur 11-13 jam, termasuk tidur siang.
Menurut penelitian, anak usia di bawah enam tahun
yang kurang tidur, akan cenderung obesitas di
kemudian hari
Usia 6-12 tahun Anak usia ini membutuhkan waktu tidur 10 jam.
Menurut penelitian, anak yang tidak memiliki waktu
istirahat yang cukup, dapat menyebabkan mereka
menjadi hiperaktif, tidak konsentrasi belajar, dan
memilki masalah pada perilaku di sekolah
Usia 12-18 tahun Menjelang remaja, kebutuhan tidur yang sehat
adalah 8-9 jam. Studi menunjukkan bahwa remaja
yang kurang tidur, lebih rentan terkena depresi, tidak
fokus dan punya nilai sekolah yang buruk
Usia 18-40 tahun rang Dewasa membutuhkan waktu tidur 7 - 8 jam
setiap hari. Para dokter menyarankan bagi mereka
yang ingin hidup sehat untuk menerapkan aturan ini
pada kehidupannya
Lansia Kebutuhan tidur terus menurun, cukup 7 jam perhari.
Demikian juga jika telah mencapai lansia yaitu 60
tahun ke atas, kebutuhan tidur cukup 6 jam per hari

Sumber : (Kemenkes RI, 2018)


KUESIONER PSQI

N
o

1 Jam berapa biasanya mulai Jam 8 Jam 9 Jam 10 Keterangan


tidur malam Lain

2 Berapa lama biasanya baru ≤15 16-30 31-60 >60 menit


bisa tertidur tiap malam menit menit menit

3 Jam berapa biasanya bangun 5 pagi 6 pagi 7 pagi Ketrangan


pagi lain

4 Berapa lama tidur dimalam > 8 jam 7-8 5-6 <5 jam
hari jam jam

5 Seberapa sering masalah- Sangat Sering Jarang Tidak


masalah dibawah ini sering
mengganggu tidur anda? pernah

a) Tidak mampu tertidur


selama 30 menit sejak
berbaring
b) Terbangun ditengah malam
atau terlalu dini
c) Terbangun untuk ke kamar
mandi
d) Tidak mampu bernafas
dengan leluasa
e) Batuk atau mengorok
f) Kedinginan dimalam hari
g) Kepanasan dimalam hari
h) Mimpi buruk
i) Terasa nyeri
j) Alasan lain ………
6 Seberapa sering anda
menggunakan obat tidur
7 Seberapa sering anda
mengantuk ketika
melakukan aktifitas disiang
hari
8 Seberapa besar antusias anda Tidak Kecil Sedang Besar
ingin menyelesaikan antusias
masalah yang anda hadapi
9 Pertanyaan preintervensi : Sangat Baik Kurang Sangat
Bagaimana kualitas tidur baik kurang
anda selama di rumah sakit

Pertanyaan postintervensi :
Bagaimana kualitas tidur
anda setelah dilakukan
tindakan

Keterangan Cara Skoring


Komponen :
1. Kualitas tidur subyektif→Dilihat dari pertanyaan nomer 9
0 = sangat baik
1 = baik
2 = kurang
3 = sangat kurang

2. Latensi tidur (kesulitan memulai tidur)→total skor dari pertanyaan nomer 2


dan 5a
Pertanyaan nomer 2:
≤ 15 menit =0
16-30 menit =1
31-60 menit =2
> 60 menit =3
Pertanyaan nomer 5a:
Tidak pernah = 0
Jarang =1
Sering =2
Sangat sering =3
Jumlahkan skor pertanyaan nomer 2 dan 5a, dengan skor dibawah ini:
Skor 0 =0
Skor 1-2 =1
Skor 3-4 =2
Skor 5-6 =3

3. Lama tidur malam→ Dilihat dari pertanyaan nomer 4


> 7 jam = 0
6-7 jam = 1
5-6 jam = 2
< 5 jam = 3

4. Efisiensi tidur→Pertanyaan nomer 1,3,4


Efisiensi tidur= (# lama tidur/ # lama di tempat tidur) x 100%
# lama tidur – pertanyaan nomer 4
# lama di tempat tidur – kalkulasi respon dari pertanyaan nomer 1 dan 3
Jika di dapat hasil berikut, maka skornya:
> 85 % = 0
75-84 % = 1
65-74 % = 2
< 65 % = 3
5. Gangguan ketika tidur malam→Pertanyaan nomer 5b sampai 5j Nomer 5b
sampai 5j dinilai dengan skor dibawah ini:
Tidak pernah =0
Jarang =1
Sering =2
Sangat sering =3
Jumlahkan skor pertanyaan nomer 5b sampai 5j, dengan skor dibawah ini:
Skor 0 =0
Skor 1-9 =1
Skor 10-18 =2
Skor 19-27 =3

6. Menggunakan obat-obat tidur→ Pertanyaan nomer 6


Tidak pernah =0
Jarang =1
Sering =2
Sangat sering =3

7. Terganggunya aktifitas disiang hari → Pertanyaan nomer 7 dan 8 Pertanyaan


nomer 7:
Tidak pernah =0
Jarang =1
Sering =2
Sangat sering =3
Pertanyaan nomer 8:
Tidak antusias = 0
Kecil =1
Sedang =2
Besar =3

Jumlahkan skor pertanyaan nomer 7 dan 8, dengan skor di bawah ini:


Skor 0 =0
Skor 1-2 =1
Skor 3-4 =2
Skor 5-6 =3

Skor akhir: Jumlahkan semua skor mulai dari komponen 1 sampai 7

Anda mungkin juga menyukai