Anda di halaman 1dari 11

APLIKASI MODEL KONSERVASI LEVINE DALAM

PEMENUHAN KEBUTUHAN RASA NYAMAN: MANAJEMEN


NYERI PADA BAYI KURANG BULAN

Francisca Shanti Kusumaningsih*, Yeni Rustina**, Elfi Syahreni**

(*) Keperawatan Anak, Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran, Universitas
Udayana, Denpasar, Bali, Indonesia
(**) Keperawatan Anak, Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia, Depok, Barat,
Indonesia

E-mail: shanticisca@gmail.com

ABSTRAK

Bayi kurang bulan yang dirawat di rumah sakit seringkali mengalami nyeri yang disebabkan oleh
prosedur diagnostik dan terapeutik. Tujuan dari penelitian ini adalah memberikan gambaran aplikasi
Model Konservasi Levine pada bayi kurang bulan dengan masalah nyeri. Model Konservasi Levine
berfokus pada peningkatan adaptasi melalui prinsip konservasi untuk mencapai wholeness. Metode
penelitian ini adalah studi kasus pada lima bayi kurang bulan yang mengalami masalah nyeri akut dengan
pendekatan proses keperawatan berdasarkan teori Model Konservasi Levine. Masalah keperawatan lain
yang ditemukan adalah pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, risiko volume cairan kurang dari
kebutuhan tubuh, risiko infeksi, ikterik neonaturum, gangguan pertumbuhan, dan perkembangan risiko
gangguan perlekatan orang tua dan bayi. Masalah-masalah tersebut dapat memperberat rasa nyeri dan
menghambat proses adaptasi bayi kurang bulan dalam mencapai integritas diri.

Kata kunci: Model Konservasi Levine; nyeri; bayi kurang bulan.

84 Jurnal Keperawatan Anak . Volume 2, No. 2, November 2014; 84-94


PENDAHULUAN Asuhan perkembangan dengan penekanan
Lingkungan normal untuk janin sampai pada minimalisasi penggunaan energi bayi,
dengan usia 40 minggu adalah di dalam penurunan stress, dan pencegahan
rahim ibu, yang melindunginya dari komplikasi diperlukan untuk memfasilitasi
stimulasi luar. Saat bayi kurang bulan lahir pertumbuhan dan perkembangan bayi.
dan memerlukan perawatan khusus, maka Menurut Aucott, Donohue, Atkins, dan
bayi akan menerima stimulus yang Allen (2002), komponen dari asuhan
seharusnya belum diterima pada usianya. perkembangan meliputi desain ruang
Stimulus yang diterima oleh bayi tersebut Neonatal Intensive Care Unit (NICU),
mungkin membahayakan bayi atau rutinitas perawatan, rencana perawatan,
membuat bayi stres. Salah satu stimulus manajemen nyeri, metode pemberian
yang sering diterima bayi adalah gangguan makan, dan berfokus pada keluarga. Bayi
rasa nyaman/nyeri yang dapat ditimbulkan yang mendapatkan manajemen nyeri yang
dari tindakan diagnostik dan terapeutik. baik akan cepat mengalami pemulihan,
Menurut Anand (2001), prosedur diagnostik tinggal di rumah sakit dalam jangka waktu
seperti pungsi arteri, bronkoskopi, yang pendek dan akan tumbuh dengan
endoskopi, penusukan tumit, lumbal pungsi, cepat. Dalam kondisi tersebut, perawat
pemeriksaan Renitopaty of Prematurity yang berperan sebagai pengasuh pengganti
(ROP), dan pungsi vena dapat di rumah sakit dituntut untuk memahami
menimbulkan nyeri pada neonatus. respon bayi selama perawatan termasuk
Tindakan terapeutik juga bisa menimbulkan terhadap nyeri. Perawat diharapkan mampu
nyeri, antara lain insersi atau pelepasan melakukan pengkajian nyeri pada bayi
akses sentral, intubasi, ekstubasi selang untuk menentukan intervensi yang tepat
dada, injeksi intramuskuler, pemasangan (Herr, Coyne, Manworren et al., 2006).
kateter vena, ventilasi mekanik, postural
drainage, dan suction endotrakeal. Prosedur Penulis menggunakan pendekatan Model
yang menyakitkan dialami bayi dua sampai Koservasi Levine dalam memberikan
sepuluh prosedur per hari (Lissauer & asuhan keperawatan dalam mengupayakan
Fanaroff, 2009). bayi untuk beradaptasi dengan lingkungan
di luar rahim dengan fungsi sistem organ
Nyeri merupakan gambaran kejadian yang belum sempurna dan mengupayakan
multidimensi yang dipengaruhi oleh stabilitas keluarga. Perawat mempunyai
persepsi sensori dan emosional individu tugas menciptakan suasana dan dukungan
(Melzack & Wall, 1965 dalam Kenner & yang optimal bagi bayi dan keluarga dengan
McGrath, 2004). Respon nyeri yang terjadi mempertahankan keutuhan menggunakan
pada neonatus dapat mengakibatkan prinsip konservasi. Manajemen nyeri
perilaku, fisiologi, dan respon metabolik dilakukan dalam upaya mendapatkan
yang negatif (Wong, Hockenberry-Eaton, konservasi energi, konservasi integritas
Wilson, Winkelstein, & Schwartz, 2009; struktural, konservasi integritas personal,
Anand & Carr, 1989 dalam Sahoo, Rao, dan konservasi integritas sosial pada
Nesargi et al., 2013). Respon nyeri dapat neonatus.
mengakibatkan penurunan saturasi oksigen
dan peningkatan denyut jantung, dan bila METODE
terus berlangsung pada akhirnya dapat Metode penelitian ini adalah studi kasus
menyebabkan peningkatan tekanan dengan pendekatan asuhan keperawatan.
intrakranial yang dapat meningkatkan risiko Asuhan keperawatan dilakukan dengan
perdarahan intraventrikular pada neonatus mengaplikasikan teori Konservasi dari
kurang bulan (Evans, 2001). Paparan nyeri Myra E. Levine. Proses keperawatan
merupakan stimulus yang dapat merusak dilakukan dengan pengkajian, diagnosa,
perkembangan otak bayi dan berkontribusi intervensi, implementasi dan evaluasi.
terhadap gangguan belajar dan perilaku di Sampel penelitian berjumlah lima neonatus
masa anak-anak (Bard, Abdallah, Hawari et kurang bulan yang mengalami masalah rasa
al., 2010). nyaman nyeri yang dirawat di rumah sakit.

Aplikasi Model Konservasi Levine Dalam Pemenuhan Kebutuhan Rasa Nyaman: 85


Manajemen Nyeri Pada Bayi Kurang Bulan
Francisca Shanti Kusumaningsih, Yeni Rustina, Elfi Syahreni
HASIL dilakukan fototerapi, hasil laboratorium
Kasus 1 bilirubin total 10,76 mg/dL, bilirubin direk
Bayi Ny. R. A. berusia tiga hari, lahir pada 0,76 mg/dL, bilirubin indirek 10,02 mg/dL.
usia gestasi 36 minggu, berat lahir 2265
gram, lahir dengan section caesarea (SC) Diagnosa keperawatan yang teridentifikasi
indikasi oligohidramnion berat dan ketuban meliputi: nyeri, risiko kekurangan volume
pecah delapan belas jam. Saat pengkajian, cairan, risiko infeksi, ikterus neonaturum,
bayi akan dilakukan pengambilan sampel dan gangguan pengorganisasian perilaku.
darah, bayi dalam keadaan terjaga aktif. Intervensi yang dilakukan untuk
Saat dilakukan pungsi arteri bayi menangis, menyelesaikan masalah meliputi: memberi
dahi berkerenyut (3), mata tertutup (3), empeng, membedong dan memberi ASI
lekukan bibir (2), saturasi oksigen turun (0), perah dua mililiter, mencatat cairan masuk
dan denyut jantung meningkat (1). Skor dan keluar, memantau tanda infeksi dan
nyeri adalah sembilan. Hasil pengkajian pemberian antibiotik, memantau kadar
juga menunjukkan turgor kulit kembali bilirubin dan manajemen foroterapi, dan
lambat, mukosa mulut kering, sedang memberikan asuhan perkembangan. Setelah
dilakukan fototerapi, hasil laboratorium dilakukan empat hari perawatan, bayi
bilirubin total 10,76 mg/dL, bilirubin direk menunjukkan tidur tenang, tidak rewel,
0,76 mg/dL, bilirubin indirek 10,02 mg/dL. ekstremitas ekstensi, tanda vital normal,
nilai nyeri empat, berat badan 2265 gram,
Diagnosa keperawatan yang teridentifikasi kultur darah steril, dan klinis bayi baik.
meliputi: nyeri, risiko kekurangan volume
cairan, risiko infeksi, ikterus neonaturum, Kasus 3
dan gangguan pengorganisasian perilaku. Bayi Ny. M. H.1, usia tiga hari lahir pada
Intervensi yang dilakukan untuk usia gestasi 35 minggu dengan berat lahir
menyelesaikan masalah meliputi: memberi 1900 gram, dirawat dengan diagnosa medis
empeng, membedong dan memberi ASI tersangka sepsis neonates awitan dini
perah dua mililiter, mencatat cairan masuk (SNAD). Saat dilakukan pengkajian
dan keluar, memantau tanda infeksi dan didapatkan data residu lambung
pemberian antibiotik, memantau kadar kecokelatan, bayi tampak kuning, sklera
bilirubin dan manajemen foroterapi, dan kuning, leukosit 7430/µL, terdapat luka
memberikan asuhan perkembangan. Setelah insersi kateter intravena. Saat dilakukan
dilakukan empat hari perawatan, bayi pengambilan darah vena, bayi menangis,
menunjukkan tidur tenang, tidak rewel, dahi berkerenyut (3), mata tertutup (3),
ekstremitas ekstensi, tanda vital normal, lekukan bibir (2), saturasi oksigen turun (1),
nilai nyeri empat, berat badan 2265 gram, dan denyut jantung meningkat (1). Skor
kultur darah steril, dan klinis bayi baik. nyeri sepuluh. Bayi dirawat di infant
warmer, kondisi ruangan bising suara alarm
Kasus 2 dan monitor, terpapar cahaya lampu dan
Bayi Ny. R. A. berusia tiga hari, lahir pada ruangan air conditioner (AC), bayi mudah
usia gestasi 36 minggu, berat lahir 2265 terbangun karena stimulasi lingkungan.
gram, lahir dengan section caesarea (SC)
indikasi oligohidramnion berat dan ketuban Masalah yang teridentifikasi adalah risiko
pecah delapan belas jam. Saat pengkajian, ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
bayi akan dilakukan pengambilan sampel kebutuhan tubuh, risiko kekurangan volume
darah, bayi dalam keadaan terjaga aktif. cairan, nyeri akut, ikterik neonatus, risiko
Saat dilakukan pungsi arteri bayi menangis, infeksi, risiko gangguan pertumbuhan dan
dahi berkerenyut (3), mata tertutup (3), perkembangan. Intervensi yang dilakukan
lekukan bibir (2), saturasi oksigen turun (0), meliputi: penundaan minum secara enteral
dan denyut jantung meningkat (1). Skor dan kolaborasi pemberian TPN, mengukur
nyeri adalah sembilan. Hasil pengkajian cairan masuk dan keluar, mempertahankan
juga menunjukkan turgor kulit kembali suhu netral, membedong dan memberikan
lambat, mukosa mulut kering, sedang empeng, memberikan posisi midline

86 Jurnal Keperawatan Anak . Volume 2, No. 2, November 2014; 84-94


control, mengurangi pencahayaan dan botol 42%, kultur darah steril, dan klinis
kebisingan, memantau kadar bilirubin dan baik.
manajemen fototerapi, memantau tanda
infeksi dan kolaborasi pemberian antibiotik, Kasus 5
memberikan asuhan perkembangan. Respon Bayi Ny. Wf. usia sepuluh hari lahir pada
bayi setelah perawatan delapan hari adalah usia gestasi 31 minggu dengan berat lahir
berat badan 1900 gram, bayi tenang dan 1420 gram. Dirawat dengan diagnosa medis
tidak rewel, postur tubuh rileks, tanda vital unproven sepsis, RD e.c HMD grade II.
normal, nilai nyeri empat, kultur darah Saat dilakukan pengkajian didapatkan data:
steril, minum menggunakan botol, klinis bayi terpasang ventilator mekanik, PICC
baik. dan kateter vena perifer. Saat dilakukan
penghisapan lendir didapatkan data nyeri:
Kasus 4 dahi berkerenyut (3), mata tertutup (3),
Bayi Ny. F., usia empat belas hari lahir lekukan bibir (3), saturasi oksigen turun (2),
pada usia gestasi 31 minggu dengan berat denyut jantung meningkat (2), dan
lahir 1040 gram, dirawat dengan diagnosa mengeluarkan air mata. Skor nyeri 17. Saat
medis RD e.c sepsis, Apnea of Prematurity pemasangan OGT, respon nyeri bayi: dahi
(AOP). Faktor risiko ibu: tekanan darah berkerenyut (3), mata tertutup (3), lekukan
160/110 mmHg, ketuban pecah enam belas bibir (2), saturasi oksigen turun (0), denyut
jam. jantung meningkat (1). Skor nyeri tiga
belas. Data pengkajian juga menunjukkan
Saat dilakukan pengkajian didapatkan data: residu lambung kemerahan, mendapatkan
bayi rewel, sulit ditenangkan, mudah transfusi darah, mendapatkan diuretik,
terbangun dan sangat peka terhadap ruangan bising karena suara alarm, dan
stimulus, menangis melengking saat stimulasi perkembangan terbatas.
disentuh. Saat dilakukan pemasangan OGT,
wajah menyeringai, postur tubuh fleksi, Masalah yang teridentifikasi adalah nyeri
dahi berkerenyut (3), mata tertutup (3), akut, risiko ketidakseimbangan nutrisi
lekukan bibir (2), saturasi oksigen turun (0), kurang dari kebutuhan tubuh, risiko
dan denyut jantung meningkat (1). Skor ketidakseimbangan volume cairan,
nyeri dua belas. Bayi dalam topangan gangguan pertukaran gas, risiko infeksi,
Aminophilin, terpasang kateter intravena risiko kerusakan integritas kulit, risiko
dan PICC, reflek hisap lemah, dan berat gangguan pertumbuhan dan perkembangan.
badan 1160 gram. Diagnosa keperawatan Intervensi yang dilakukan meliputi:
yang teridentifikasi adalah nyeri akut, risiko memberikan posisi midline control dan
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari nesting, mengurangi cahaya, mengurangi
kebutuhan tubuh, risiko infeksi, dan risiko kebisingan, facilitated tucking, minimal
gangguan pertumbuhan dan perkembangan. handling, kolaborasi pemberian TPN,
mengajak berbicara saat pemasangan OGT
Intervensi yang dilakukan meliputi dan penghisapan lendir, penghisapan lendir
membedong, memberikan empeng, bila benar-benar diperlukan, mengukur
memberikan posisi midline control, cairan masuk dan keluar, memantau tanda
stimulasi multi sensori, memberikan ASI infeksi dan kolaborasi pemberian antibiotik,
perah dua mililiter, mengurangi memantau tanda vital dan analisis gas
pencahayaan dan kebisingan, memantau darah, perawatan kulit, dan memberikan
toleransi minum dan kolaborasi pemberian asuhan perkembangan. Evaluasi respon
TPN, memantau tanda infeksi dan bayi setelah lima hari perawatan adalah saat
kolaborasi pemberian antibiotik, dan dilakukan penghisapan lendir skor nyeri
memberikan asuhan perkembangan. delapan, dan saat dilakukan pemasangan
Evaluasi yang dilakukan pada hari keempat OGT skor nyeri lima, postur tubuh rileks,
didapatkan respon bayi tenang, tidak rewel, tanda vital normal, berat badan belum bisa
tanda vital normal, nilai nyeri lima, berat dievaluasi, kultur darah steril, asidosis
badan 1335 gram, minum menggunakan respiratorik, residu lambung kecokelatan,

Aplikasi Model Konservasi Levine Dalam Pemenuhan Kebutuhan Rasa Nyaman: 87


Manajemen Nyeri Pada Bayi Kurang Bulan
Francisca Shanti Kusumaningsih, Yeni Rustina, Elfi Syahreni
integritas kulit utuh, masukan dan keluaran sempurna. Akibat dari fisiologis yang
seimbang. belum sempurna ini adalah tidak
sempurnanya kerja beberapa sel secara
DISKUSI biokima dan metabolik yang akhirnya akan
Lima kasus yang dipilih adalah bayi membuat kerja organ vital seperti jantung,
prematur dengan usia gestasi kurang dari 37 paru dan saluran pencernaan tidak
minggu dan memiliki berat lahir kurang sempurna sehingga terjadi gangguan
dari 2500 gram atau BBLR. Kelahiran bayi keseimbangan energi (Mefford & Alligood,
prematur dapat menyebabkan bayi 2011). Kekurangan energi yang terjadi saat
mengalami proses adaptasi yang sulit akibat sakit akan membutuhkan energi yang lebih
imaturitas sistem organ (Bobak, besar. Keadaan sakit dan proses
Lowdermilk, Jensen, & Perry, 2000). Bayi penyembuhan merupakan salah satu faktor
kurang bulan seringkali membutuhkan yang menghambat individu dalam
perawatan intensif untuk dapat beradaptasi mempertahankan konservasi energi (Lerdal,
dengan lingkungan di luar rahim dan 1998).
menjaga kelangsungan hidupnya
(Goldenberg et al., 2008). Dari pengkajian konservasi energi terhadap
kelima klien kelolaan didapatkan data
Dalam perawatan intensif, bayi berpotensi secara umum kelima klien mengalami
menerima prosedur yang menyebabkan gangguan dalam konservasi energi.
nyeri secara berulang-ulang. Nyeri pada Gangguan konservasi energi tersebut adalah
neonatus sulit untuk dievaluasi, karena nyeri akut. Nyeri akut merupakan
indikator nyeri yang paling dapat dipercaya pengalaman sensoris dan tidak
adalah keluhan secara subyektif yang tidak menyenangkan yang muncul akibat
mampu diekspresikan neonatus secara kerusakan jaringan yang akut atau potensial
verbal (Wong et al., 2009). Respon atau digambarkan dalam hal sedemikian
neonatus terhadap nyeri dapat dinilai rupa berhubungan dengan prosedur invasif
melalui perubahan fisiologis dan observasi (NANDA, 2012). Nyeri pada neonatus
tingkah laku. Perubahan fisiologis yang dapat mengakibatkan perilaku, fisiologi,
diamati adalah denyut jantung, frekuensi dan respon metabolik yang negatif (Wong
pernapasan, peningkatan tekanan darah, et al., 2009; Anand & Carr, 1989 dalam
demam, saturasi oksigen (Tsao et al., 2007). Sahoo, Rao, Nesargi et al., 2013). Akibat
Sedangkan perubahan tingkah laku yang jangka pendek dari nyeri antara lain
diobservasi adalah ekspresi wajah penurunan saturasi oksigen dan peningkatan
(meringis, mata menyipit, alis denyut jantung yang dapat mengakibatkan
menggembung, mulut terbuka, lidah peningkatan gangguan kardiorespiratori dan
tegang), tangisan, perubahan anatomis dan fisiologis (McIntosh, Van Veen, &
pergerakan tubuh, status bangun/tidur Brameyer, 1994; Stevens & Johnston,
(Mackenzie, Acworth, Norden, et al., 1994). Hal ini akan mempengaruhi
2005). Menurut Chiswick (2000), konservasi energi karena
pengkajian nyeri harus dilakukan setelah ketidakseimbangan sediaan dengan
dilakukan semua tindakan yang kebutuhan oksigen.
memungkinkan menyebabkan nyeri.
Pengkajian nyeri juga berfungsi untuk Gangguan rasa nyaman nyeri ditemukan
mengevaluasi efektifitas pemberian pada semua kasus kelolaan.
manajemen nyeri yang telah dilakukan. Penatalaksanaan nyeri yang dilakukan pada
semua klien kelolaan adalah memberikan
Konservasi energi didapatkan dengan posisi midline control dan facilitated
menjaga keseimbangan energi sehingga tucking. Facilitated tucking dilakukan
energi yang masuk dan keluar sesuai atau dengan menutupi tubuh bayi dengan
seimbang untuk menghindari kelelahan membedong/restriktif dengan posisi
berlebihan (Todaro, 2001). Fisiologis bayi ekstremitas fleksi. Metode restriktif pada
kurang bulan belum berkembang secara klien dilakukan dengan membedong dengan

88 Jurnal Keperawatan Anak . Volume 2, No. 2, November 2014; 84-94


kain, mengikatkan tali nesting dan dan memiliki fungsi antioksidan. Melatonin
memegang bayi dengan tangan perawat. terbukti meningkatkan konsentrasi beta
Posisi ini memfasilitasi memfasilitasi endorphin (Barrett, Kent, & Voudoris,
pengaturan tubuh terhadap respon nyeri 2000) dan memungkinkan untuk menjadi
selama prosedur (Axelin, Salantera, suatu mekanisme efek nosiseptif ASI.
Kirjavainen, & Lehtonen, 2009). Metode Pemberian ASI sebagai pereda nyeri dinilai
pemberian empeng juga dilakukan pada lebih natural, mudah didapatkan, mudah
bayi Ny. R. A., bayi Ny. M. H. 1 dan bayi untuk digunakan, tidak memerlukan
Ny. F. Pemberian empeng memfasilitasi tambahan biaya, dan tidak mempunyai
penghisapan menyebabkan neonatus dapat risiko (Schollin, 2004).
mengontrol suatu stimulus yang datang
melalui aktivitas yang dilakukan bayi Empat klien mengalami masalah
(Carbajal, Chauvet, Couder, & Martin Mo, pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari
1999). Empeng mempunyai efek analgesia kebutuhan tubuh yang disebabkan oleh
akibat perangsangan orotaktil dan masalah intoleransi minum. Kebutuhan
mekanoreseptor mulut yang kemudian nutrisi yang merupakan komponen penting
mempengaruhi transmisi atau proses dalam proses pemulihan, pertumbuhan dan
nosiseptif system endogenous non opioid. pekembangan bayi. Fungsi motorik
Selain itu empeng juga dapat memfasilitasi intestinal merupakan masalah kritis yang
perilaku menghisap bayi dan meningkatkan menyebabkan terjadinya intoleransi minum
stimulus pencernaan dan fisiologis bayi pada bayi prematur (Neu, 2007). Kondisi
yang berperan sebagai pengaturan pusat keempat bayi prematur tersebut juga
tingkah laku sehingga mengurangi respon mengalami masalah kesehatan akibat
bayi terhadap rangsangan. Bayi Ny. Mf. prematuritas. Imaturitas sistem
dan bayi Ny. Wf. tidak diberikan empeng gastrointestinal menyebabkan bayi
karena bayi Ny. Mf mempunyai masalah memiliki kemampuan absorbsi dan
pola napas yang tidak efektif, sehingga motilitas usus yang rendah,
apabila diberikan empeng justru akan pengosongannya lebih lambat. Kemampuan
membuat bayi menggunakan banyak menghisap yang belum matang serta
energinya untuk menghisap. Hal ini akan koordinasi menghisap dan menelan yang
meningkatkan kebutuhan oksigen dan belum sempurna menyebabkan bayi
memperburuk masalah pernapasan. mengalami kesulitan menerima asupan oral
Sedangkan pada bayi Wf. berada pada dan mengalami risiko tinggi aspirasi.
kondisi yang tidak memungkinkan Masalah yang menyertai keempat kasus
diberikan empeng karena terpasang tersebut adalah perdarahan lambung, distres
endotracheal tube (ETT). pernapasan, dan peptic ulcer. Masalah-
masalah tersebut menjadi penyebab atau
Pemberian ASI perah sebanyak dua memperberat terjadinya intoleransi minum.
mililiter juga tidak dilakukan pada bayi Ny. Keempat klien kasus kelolaan tersebut
Mf. dan bayi Ny. Wf. karena masih dalam mengalami masalah keperawatan risiko
kondisi dipuasakan. Salah satu metode ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
nonfarmakologis yang efektif untuk kebutuhan tubuh yang disebabkan oleh
menurunkan nyeri pada tindakan yang intoleransi minum.
menimbulkan nyeri adalah memberikan
ASI (Sahoo, Rao, Nesargi et al, 2012; Shah Bayi Ny. Mf. dan bayi Ny. M.H. 1
et al, 2012; Upadhyay, Aggarwal, Narayan mengalami intoleransi minum yang ditandai
et al, 2004). ASI mengandung konsentrasi dengan warna OGT kecokelatan, sedangkan
tryptophan yang tinggi (Heine, 1999) yang bayi Ny. Wf. residu lambung pada OGT
merupakan prekusor melatonin. Melatonin berwarna kemerahan. Meskipun tidak ada
hormon adalah dihasilkan oleh kelenjar tanda-tanda lain seperti kembung, distensi
perineal otak yang mempunyai fungsi abdomen, dan peningkatan volume residu
membantu mengatur hormon-hormon lain, lambung, namun kondisi warna lambung
mempertahankan irama sirkardian tubuh menyebabkan pemberian minum pada bayi

Aplikasi Model Konservasi Levine Dalam Pemenuhan Kebutuhan Rasa Nyaman: 89


Manajemen Nyeri Pada Bayi Kurang Bulan
Francisca Shanti Kusumaningsih, Yeni Rustina, Elfi Syahreni
harus ditunda. Hal ini didukung oleh permukaan tubuh yang lebih besar daripada
pendapat Carter (2012) yang mengatakan berat badan menyebabkan bayi mudah
bahwa intoleransi minum adalah mengalami kehilangan panas.
ketidakmampuan bayi menerima minum
secara enteral sehingga menyebabkan Bayi Ny. F. adalah bayi prematur dengan
penundaan rencana minum yang berat badan lahir rendah. Bayi Ny. R. A.
diakibatkan oleh satu atau lebih tanda dan adalah bayi prematur dengan berat badan
gejala. Bayi Ny. F dengan diagnosa AOP, lahir rendah dan sedang dilakukan tindakan
riwayat perdarahan saluran pencernaan, fototerapi. Bayi Ny. Mf. dan bayi Ny. Wf.
riwayat distres pernapasan. Saat pengkajian, adalah bayi prematur dengan berat badan
bayi Ny. F rencana dilakukan priming. lahir rendah, mengalami instabilitas suhu
Pemberian minum enteral pada bayi Ny. F tubuh (hipotermia dan hipertermia). Setiap
masih mempunyai risiko karena bayi kenaikan suhu tubuh 1oC akan menaikkan
belum terbebas dari masalah pernapasan 10% IWL (Wong et al., 2009). Tindakan
sehingga perlu pengawasan terhadap utama yang dilakukan pada risiko risiko
toleransi minum. Selain itu reflek mengisap kekurangan volume cairan mengukur dan
juga belum baik. mempertahankan cairan masuk dan cairan
keluar.
Tindakan keperawatan utama pada Bayi
Ny. Mf., bayi Ny. M.H. 1, dan bayi Ny. Wf. Pola napas tidak efektif ditemukan pada
untuk menangani masalah intoleransi bayi Ny. Mf. Gangguan pola napas pada
minum adalah penundaan minum secara bayi ini bisa disebabkan karena imaturitas
enteral atau klien dipuasakan. Hal tersebut sehingga bayi mengalami kekurangan
dilakukan untuk mengistirahatkan saluran surfaktan. Kekurangan surfaktan dapat
gastrointestinal. Tindakan kolaborasi yang menyebabkan gangguan pernapasan,
dilakukan adalah pemberian nutrisi ditandai dengan kesulitan bayi untuk
parenteral. Pemberian nutrisi parenteral bernapas segera setelah lahir, apnea dan
merupakan tindakan yang dianggap efektif penyakit lain seperti penyakit hialin
dalam memenuhi kebutuhan nutrisi pasien membrane atau sindrom gawat napas.
sehingga harus diberikan selama periode
kritis (Lucchini et al., 2011). Bayi dengan pola napas tidak efektif akan
mengalami gangguan konservasi energi
Masalah lain yang dapat mengganggu karena penggunaan energi yang berlebihan
keseimbangan energi adalah risiko dalam upaya pernapasan. Upaya tersebut
kekurangan volume cairan. Faktor risiko antara lain retraksi dada dan pernapasan
kekurangan volume cairan adalah yang dalam. Bila usaha tersebut terus
kehilangan volume cairan aktif, usia yang berlangsung maka bayi akan menghabiskan
ekstrim, berat badan yang ekstrim dan obat- banyak energi dan akhirnya mengalami
obatan. Pada keempat kasus kelolaan, yang kelelahan. Pola napas tidak efektif bisa
menjadi faktor risiko terjadinya kekurangan berhubungan dengan posisi tubuh,
volume cairan adalah prematuritas, berat imaturitas paru dan neuromuskular,
badan rendah, dan kehilangan volume defisiensi surfaktan, nyeri, keletihan otot
cairan aktif (perdarahan saluran cerna). pernapasan, penurunan energi (NANDA,
Risiko kehilangan cairan melalui insesible 2012). Untuk membantu agar pola napas
water loss (IWL) pada bayi prematur paling menjadi efektif, salah satunya adalah
banyak terjadi melalui kulit yang penggunaan CPAP. Pemasangan CPAP
disebabkan evaporasi dari kulit bayi yang dapat menyebabkan rasa tidak nyaman pada
imatur terutama lapisan epitel kulit Gomella bayi. Saluran pernapasan pada bayi yang
et al. (2009). Bobak, Lowdermilk, Jensen, dipasang CPAP juga akan merespon dengan
dan Perry (2000) menyebutkan bahwa produksi saliva yang banyak. Sehingga
struktur kulit bayi yang tipis dan transparan, diperlukan penghisapan lendir untuk
jaringan lemak bawah kulit sedikit, aktifitas mencegah obstruksi.
otot lemah, dan perbandingan luas

90 Jurnal Keperawatan Anak . Volume 2, No. 2, November 2014; 84-94


Konservasi integritas struktural berkaitan menyebabkan gangguan konservasi
dengan struktur fisik klien. Pengkajian integritas struktural. Tindakan utama yang
konservasi integritas struktural mengacu dilakukan pada masalah tersebut adalah
pada sistem pertahanan tubuh. Konservasi memantau kadar bilirubin dan manajemen
integritas struktural mempunyai tujuan fototerapi.
mempertahankan atau memulihkan struktur
tubuh yang mengalami gangguan untuk Risiko kerusakan integritas kulit merupakan
mencegah terjadinya kerusakan fisik dan keadaan berisiko mengalami perubahan
mempercepat proses penyembuhan kulit yang buruk. Faktor risiko terjadinya
(Alligood & Tomey, 2006). Masalah yang kerusakan integritas kulit adalah
ditemukan adalah risiko infeksi, risiko prematuritas, hipertermi, prosedur invasif,
kerusakan integritas kulit, ikterik neonatus, imobilitas fisik, penurunan status nutrisi.
gangguan pertukaran gas, dan risiko Risiko kerusakan integritas kulit dialami
perdarahan. oleh bayi Ny. Mf. karena cara fiksasi nasal
pronge menggunakan plester tidak dilapisi
Risiko infeksi merupakan keadaan dimana dulu dengan duoderm extrathin pada
mengalami peningkatan terserang hidung. Bayi Ny. Wf. juga berisiko
organisme patogen. Faktor risiko infeksi mengalami kerusakan integritas kulit karena
adalah pertahanan tubuh primer yang tidak plester yang digunakan untuk memfiksasi
adekuat, pemasangan kateter intravena, ETT. Penggunaan plester tanpa pelapis pada
prosedur invasif, ketidakadekuatan kulit dan pelepasan plester yang terlalu
pertahanan sekunder. Gangguan fungsi sering dan kurang berhati-hati akan mudah
barrier kulit dan imaturitas sistem imun melukai kulit bayi yang masih tipis. Luka
pada bayi prematur meningkatkan risiko yang ditimbulkan tersebut akan
infeksi (Mefford, 2004). Pada kelima kasus menyebabkan nyeri pada bayi. Tindakan
diangkat masalah risiko infeksi karena utama untuk mencegah risiko kerusakan
imaturitas sistem imun pada bayi pematur. integritas kulit adalah melakukan perawatan
kulit dan mengurangi penggunaan plester.
Bayi yang dilakukan tindakan invasif akan
mengalami nyeri dan kemungkinan Bayi Ny. Wf. mengalami gangguan
perlukaan di kulitnya. Hal ini pertukaran gas, yaitu kelebihan atau
mengakibatkan masalah kesehatan pada kekurangan pada oksigenasi dan/atau
klien. Bayi dengan gangguan integritas eliminasi karbondioksida pada membran
kulit yang disebabkan dilakukan tindakan alveolar-kapiler berhubungan dengan
invasif seperti pemasangan infus, dan perubahan membran alveolar-kapiler,
pengambilan sampel darah, akan ketidakseimbangan ventilasi-perfusi.
mengalami risiko infeksi karena prosedur Tindakan utama yang dilakukan adalah
yang dilakukan dan adanya port de entry manajemen asam basa dan manajemen jalan
infeksi. Hal ini karena kulit yang napas. Manajemen asam basa salah satunya
merupakan sistem pertahanan primer tubuh adalah pemantauan analisis gas darah.
telah rusak. Bayi dengan pemasangan
CPAP dan intubasi berisiko mengalami Gangguan pada konservasi integritas
infeksi karena adanya port de entry infeksi. struktural secara umum disebabkan karena
Tindakan yang dilakukan adalah melakukan prematuritas, dan belum sempurnanya
perawatan secara asepsis dan antisepsis dan fungsi organ. Tindakan keperawatan
mendeteksi tanda-tanda infeksi untuk dilakukan untuk mempertahankan integritas
deteksi dini terjadinya infeksi. struktural dengan membantu adaptasi dalam
membangun sistem pertahanan tubuh.
Bayi Ny. R. A. dan bayi Ny. M. H. 1
mengalami ikterik. Ikterik neonatus yang Pada neonatus, salah satu faktor yang dapat
tidak tertangani dengan baik bisa dinilai dari konservasi integritas personal
mengakibatkan kern ikterus. Akibat yang adalah pencapaian kemampuan
ditimbulkan dari kern ikterus bisa perkembangan untuk bisa bertahan hidup di

Aplikasi Model Konservasi Levine Dalam Pemenuhan Kebutuhan Rasa Nyaman: 91


Manajemen Nyeri Pada Bayi Kurang Bulan
Francisca Shanti Kusumaningsih, Yeni Rustina, Elfi Syahreni
lingkungan luar rahim. Kemampuan respon untuk memperhatikan, dan kemampuan
adaptif bayi kurang bulan saat lahir dapat mengingat.
terlihat dari integrasi fungsi susunan saraf
pusat dan tingkat kematangan neurologis Masalah konservasi integritas personal
(Mefford & Alligood, 2011). Masalah lebih dititikberatkan pada peran orang tua
keperawatan yang ditemukan adalah dalam perawatan klien dan perawat. Hal ini
gangguan pengorganisasian perilaku dan disebabkan karena bayi dalam keadaan
risiko gangguan pertumbuhan dan ketergantungan penuh terhadap faktor
perkembangan. Hal ini dikaitkan dengan eksternal yaitu perawat, orang tua dan
perkembangan fungsi kematangan tenaga kesehatan lain untuk bisa tumbuh
neurologis yang belum sempurna. dan berkembang.

Tindakan yang dilakukan bertujuan untuk Masalah keperawatan yang ditetapkan dari
memfasilitasi perkembangan klien yang data hasil pengkajian integritas sosial
disebut asuhan perkembangan. Asuhan adalah kesiapan meningkatkan peran
perkembangan yang telah dilakukan menjadi orang tua, dan risiko gangguan
meliputi tindakan mengurangi stimulus perlekatan orang tua dan bayi. Menurut
yang berlebihan dengan menutup inkubator, Mefford (2011), identitas sosial bayi
mengurangi suara alarm dan petugas ditentukan oleh identitas sosial keluarga
kesehatan, minimal handling, dan dan posisi bayi dalam keluarga. Risiko
pemberian posisi yang tepat. Perawat juga gangguan perlekatan orang tua dan bayi
mengobservasi perilaku bayi untuk adalah gangguan proses interaksi antara
mengidentifikasi kebutuhan neonatus. orangtua dan bayi yang dapat membantu
Neonatus berada pada tahap perkembangan perkembangan hubungan saling
percaya vs tidak percaya. Kebutuhan melindungi, saling asuh. Gangguan
neonatus pada saat ini adalah pemenuhan perlekatan orang tua dan bayi terjadi karena
rasa aman dan nyaman. Salah satu adanya faktor risiko kelahiran bayi preterm
pemenuhan kebutuhan rasa aman dan dan atau sakit, orangtua mengungkapkan
nyaman adalah dengan membuat neonatus keprihatinan tentang bayi, pemisahan
merasa tidak sendiri yaitu dengan mengajak dengan orang tua, dan kurang pengetahuan.
berbicara, segera merespon bila terjadi
perubahan perilaku dan tanda fisiologis. Memiliki bayi sakit dan dirawat di NICU
Penatalaksanaan nyeri nonfarmakologis dapat menyebabkan stres dalam sistem
juga merupakan bentuk pemenuhan keluarga. Semua prosedur yang
kebutuhan rasa aman dan nyaman neonatus. menyebabkan nyeri pada bayi harus
Penelitian menunjukkan adanya manfaat dikomunikasikan kepada orang tua. Hal ini
positif dari intervensi asuhan dilakukan dengan memberdayakan keluarga
perkembangan. Penelitian yang dilakukan dengan tujuan untuk memfasilitasi interaksi
oleh McAnulty, Butler, Bernstein, Als, et dan perilaku positif keluarga. Salah satu
al. (2010) tentang efek asuhan cara pemberdayaan keluarga dalam
perkembangan setelah usia delapan tahun mengurangi nyeri pada bayi adalah
menunjukkan bahwa bayi yang dirawat menjelaskan fungsi ASI untuk mengurangi
dengan asuhan perkembangan memiliki nyeri dan menjelaskan pada orang tua
fungsi lobus frontal dan hemisfer kanan tindakan yang bisa memberikan rasa
lebih baik dibandingkan dengan kelompok nyaman pada bayi. Perawat juga
kontrol baik neuropsikologis maupun memotivasi ibu untuk memerah ASI. Hal
neurofisiologis. Fungsi neuropsikologis ini akan memberikan efek positif pada
lebih baik pada kelompok yang diberi proses perlekatan
asuhan perkembangan, ditunjukkan dengan
nilai performance intelligence quotient (IQ) KESIMPULAN
yang lebih baik dalam hal kelengkapan Neonatus kurang bulan dilahirkan dengan
menggambar (merangkai dan kelengkapan fungsi organ yang belum sempurna.
atribut), mengontrol emosi, kemampuan Perawatan di ruang intensif seringkali

92 Jurnal Keperawatan Anak . Volume 2, No. 2, November 2014; 84-94


diperlukan oleh neonatus karena kondisi Barrett, T., Kent, S., & Voudoris, N.
imaturitas organ maupun penyakit yang (2000). Does melatonin modulate beta-
menyertainya, sampai dengan dapat endorphin, corticosterone, and pain
beradaptasi dengan lingkungan di luar threshold? Life Sciences, 66(6), 467-
rahim. Dalam proses perawatan, neonatus 476.
mengalami berbagai tindakan yang Bobak, I. M., Lowdermilk, M. D., Jensen,
menimbulkan gangguan rasa nyaman nyeri M. D., & Perry, S. E. (2000).
karena prosedur diagnostik dan terapeutik. Maternity nursing. (4th edition. St.
Model Konservasi Levine dapat diterapkan Louis: Mosby Year Book, Inc.
pada neonatus untuk memenuhi kebutuhan Carbajal, R., Chauvet, X., Couder, S., &
rasa nyaman maupun yang mengalami Martin Mo. (1999). Randomized trial
masalah kesehatan. Model Konservasi of analgesic, effects of sucrose,
Levine berfokus pada peningkatan adaptasi glucose, and pacifier in term neonates.
untuk mencapai keutuhan diri dengan BMJ, 319, 1393-1397.
menggunakan prinsip konservasi yang Carter, B. M. (2012). Feeding intolerance in
tergambar melalui pengkajian, preterm infants and standard of care
trophicognoses, intervensi keperawatan, guidelines for nursing assessments.
dan respon organismik. Perawat anak Newborns and Infant Nursing Review,
terutama yang merawat bayi baru lahir 12(4), 187-201.
hendaknya sensitif dalam menilai respon Chiswick, M. L. (2000). Assessment of
nyeri bayi sehingga dapat dilakukan pain in neonates. The Lancet,
manajemen nyeri yang tepat. 355(9197), 6-8.
Evans, J. C. (2001). Physiologi of acute
DAFTAR PUSTAKA pain in preterm infants. Newborn and
Alligood, M. R., & Tomey, A. M. (2006). Infant Nursing Reviews, 1(2), 75-84.
Nursing theory: Utilization and Goldenberg, R. L., Culhane, J. F., Iams, J.
application (3rd edition). St. Louis: D., & Romero, R. (2008).
Mosby Inc. Epidemiology and causes of preterm
Anand, K. J. S., Phil, D., & the birth. The Lancet, 371(9606), 75-84.
International Evidence-Based Group Gomella, T. L., Cunningham, M. D., &
for Neonatal Pain. (2001). Consensus Eyal, F. G. (2009). Neonatology:
statement for the prevention and Management, procedures, on-call
management of pain in the newborn. problems, disease and drug. (6th ed).
Arch Pediatr Adolesc Med, 155(2), New York: Mc Graw Hill.
173-180. Heine, W. E. (1999). The significance of
Aucott, S., Donohue, P. K., Atkins, E., & tryptophan in infant nutrition.
Allen, M. C. (2002). Advances in Experimental Medicine
Neurodevelopmental care in the NICU. and Biology, 467, 705-710.
Mental Retardation and Herr, K., Coyne, P. J., Key, T., Manworren,
Developmental Disabilities Research, R., McCaffery, M., Merkel, S., Wild,
8(4), 298-308. L., et al. (2006) Pain assessment in non
Axelin, A., Salantera, S., Kirjavainen, J., & verbal patient: Position statement with
Lehtonen, L. (2009). Oral glucose and clinical practice recommendation. Pain
parental holding preferable to opioid in Management Nursing, 7(2), 44-52.
pain management in preterm infants. Kenner, C., & McGrath, J. M. (2004).
Clinical Journal of Pain, 25(2), 138- Developmental care of newborn.
145. Philadelphia: Mosby.
Badr, L. K., Abdallah, B., Hawari, M., Lerdal. (1998). A concept of analysis of
Sidani, S., Kassar, M., & Nakad, P. energy: Its meaning in the lives of tree
(2010). Determinans of premature individual with chronic illness.
infants pain responses to heel-sticks. Scandinavia Journal of Caring
Pediatrics Nursing, 36(3), 129-136. Science, 12(1), 3-10.

Aplikasi Model Konservasi Levine Dalam Pemenuhan Kebutuhan Rasa Nyaman: 93


Manajemen Nyeri Pada Bayi Kurang Bulan
Francisca Shanti Kusumaningsih, Yeni Rustina, Elfi Syahreni
Lissauer, T., & Fanaroff, A. (2009). At a Sahoo, J. P., Rao, S., Nesargi, S., Ranjit T.,
glance neonatologi. Jakarta: Penerbit Ashok, C., & Bhat, S. (2013).
Erlangga. Expressed breastmilk vs 25% dextrose
Lucchini, R., Bizzari, B., Giampietro, S., & in procedural pain in neonates, a
De Curtis, M. (2011). Feeding double blind randomized controlled
intolerance in preterm infants: How to trial. Indian Pediatr, 50(2), 194-195.
understand the warning signs. The Shah, P. S., Herbozo, C., Aliwalas, L. L., &
Journal of Maternal-Fetal and Shah, V. S. (2012). Breastfeeding or
Neonatal Medicine, 24(1), 72-74. breast milk for procedural pain in
Mackenzie, A., Acworth, J., Norden, M., neonates. Cochrane Database of
Jeffery, H., Daliel, S., & Munro, J. Systematic Reviews. Issue 12.
(2005). Guideline statement: Stevens, B., & Johnston, C. (1994).
Management of procedural related pain Physiological responses of premature
in neonates. Pediatric and Child infants to a painful stimulus. Nursing
Health Division Australian Collage of Research, 43(4), 226-231.
Physician. Todaro-Franceschi, V. (2001). Energy: A
McAnulty, G. B., Butler, S. C., Bernstein, J. bridging concept for nursing science.
H., Als, H., Duffy, F. H., & Nursing Science Quarterly, 14(2), 132.
Zurakowski, D. (2010). Effects of the Tsao, J. C. I., Evans, S., Meldrum, M.,
newborn individualized developmental Altman, T., & Zeltser, L. K. (2007).
care and assessment program Review of CAM for procedural pain in
(NIDCAP) at age 8 years: Preleminary infancy: Part I. Sucrose and
data. Clinical Pediatrics, 49(3), 258- nonnutritive sucking. Advance Access
270. Publication, 5(4), 371-381.
McIntosh, N., Van Veen, L., & Brameyer, Upadhyay, A., Aggarwal, R., Narayan, S.,
H. (1994). Alleviation of the pain of Joshi, M., Paul,V. K., & Deorari, A. K.
heel prick in preterm infants. Archives (2004). Analgesic effect of expressed
of Disease in Childhood, 70(3), F177- breast milk in procedural pain in term
F181.. neonates: A randomized, placebo-
Mefford, L. C. (2004). A theory of health controlled, double-blind trial. Acta
promotion for preterm infants based on Paediatr, 93(4), 453-455.
Levine’s conservation model of Wong, D. L., Hockenberry-Eaton, M.,
nursing. Nursing Science Quarterly, Wilson, D., Winkelstein, M. L., &
17(3), 260-266. Schwartz, P. (Edisi 6). (2009). Wong:
Mefford, L. C., & Alligood, M. R. (2011). Buku ajar keperawatan pediatrik.
Testing a theory of health promotion (Volume 1). Jakarta: EGC.
for preterm infants based on Levine’s
conservation model of nursing. The Ucapan Terima Kasih
Journal of Theory & Testing, 15(2), Ucapan terima kasih kami sampaikan
41-47. kepada sivitas akademika Fakultas Ilmu
NANDA International. (2012). Nursing Keperawatan Universitas Indonesia dan
diagnoses definition and classification. Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas
West Sussex: Wiley-Blackwell. Kedokteran Universitas Udayana yang telah
Neu, J. (2007). Gastrointestinal memberikan saran dan dukungan dalam
development and meeting the penulisan hasil penelitian ini. Terima kasih
nutritional needs of premature infants. juga kami sampaikan kepada Rumah Sakit
The American Journal of Clinical Umum Pusat Nasional DR. Cipto
Nutrition, 85(suppl), 629S-634S. Mangunkusumo Jakarta yang telah
Schollin, J. (2004). Analgesic effect of memberikan kesempatan kepada peneliti
expressed breastmilk in procedural untuk melaksanakan penelitian ini.
pain in neonates. Acta Paediatrica,
93(4), 453-455.

94 Jurnal Keperawatan Anak . Volume 2, No. 2, November 2014; 84-94

Anda mungkin juga menyukai