Anda di halaman 1dari 41

4.3.

Materi, Pendekatan Proses Keperawatan, Soal Keperawatan Maternitas

4.3.1. Materi pada Area Antenatal

4.3.1.1 Materi

Fokus materi pada area antenatal sebagai berikut:

A. Status obstetric

Gravida ( G ) : adalah jumlah kehamilan, tanpa melihat lamanya termasuk

kehamilan saat ini. Para / Persalinan / Partus ( P ): adalah kelahiran setelah gestasi

20 mg, tanpa melihat kondisi bayi hidup / mati. Abortus ( P ): adalah keluarnya hasil

konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar kandungan dengan batasan gestasi

kurang dari 20 minggu.

B. Menghitung usia kehamilan

TFU ( cm ) x 2/7 = usia kehamilan ( bulan )

TFU ( cm ) x 8/7 = usia kehamilan ( minggu )

C. Menghitung taksiran perselisihan

Menentukan taksiran persalinan berdasarkan rumus Neagle: Rumus: ( + 7 – 3 + 1 )

untuk HPHT bulan April – Desember ( hari ditambah 7, bulan dikurangi 3, tahan

ditambah 1 ) ( +7 +9 + 0 ) untuk HPHT bulan Januari – Maret ( hari ditambah 7, bulan

ditambah 9, tahun ditambah 0 )

D. Palpasi Leopold

Leopold I : menentukan TFU dan bagian janin yang terdapat difundus.

Leopold II : menentukan letak punggung.

Leopold III : menentukan presentasi janin, apakah presentasi janin sudah masuk PAP.
Leopold IV : Sejauh mana presentasi masuk PAP.

E. Adaptasi perubahan system tubuh

F. Pemeriksaan fisik ibu masa kehamilan

G. Gangguan – gangguan dan penyakitbpada masa kehamilan

1) Perdarahan pada awal kehamilan: Abortus, KET dan Mola Hidatidosa.

2) Perdarahan pada kehamilan lanjut: Placenta Previa dan Soulutio Plasenta.

3) Penyakit yang terjadi pada masa kehamilan: Hyperemisis gravidarum dan PEB

4.3.2 Proses Keperawatan Pada Area Antenatal

A. Aspek Pengkajian:

 Menentukan: status obstetric, menentukan usia kehamilan berdasarkan

HPHT maupun TFU, dan menentukan taksiran persalinan.

 Mengindentifikasi adaptasi fisiologi dan psikologis pada masa kehamilan

( Hyperpigmentasi pada kulit, anemia fisiologis, kondisi payudara,

mengidentifikasi posisi, letak, presentasi dan penurunan presentasi,

menghitung DJJ, menghitung gerakan janin, reflek patella dan edema pada

kaki

 Mengidentifikasi tanda dan bahaya perdarahan pada awal kehamilan:

Abortus, KET dan Mola hidetidosa

 Mengidentifikasi tanda dan bahaya perdarahan pada kehamilan lanjut:

Plasenta previa dan Solusio plasenta.

 Mengidetifikasi penyakit yang timbul karena kehamilan: Hiperemesis

gravidarum, Preeklampsia dan Eklampsi.


B. Aspek Diagnosa Keperawatan:

Risiko deficit nutrisi, nausea, risiko cedera ibu, risiko cedera janin, risiko

gangguan hubungan ibu dan janin, resiko kehamilan tidak dikehendaki, kesiapan

peningkatan proses keluarga dan konstipasi.

C. Intervensi/Implementasi

Pemenuhan kebutuhan nutrisi, keseimbangan cairan, mencegah terjadinya

cedera ibu dan janin, edukasi antenatal, asuhan keperawatan pada kehamilan,

memberikan asuhan keperawatan antenatal berdasarkan transkulural/budaya,

teknik bernapas, monitoring perdarahan, manajemen perdarahan, pemeriksaan

payudara, persiapan melahirkan, dukungan pengambilan keputusan, dukungan

emosional, pendidikan kesehatan, screening kesehatan, perawatan kehamilan

resiko tinggi, perawatan bayi baru lahir, nutrisi, dan mencegah/pengurangan

pendarahan.

D. Evaluasi

 Kebersihan dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi: Berat badan meningkat,

porsi makan dihabiskan, dan patuh pada diit.

 Keseimbangan cairan: Mukosa bibir lembab, turgor kulit elastic, dan kelopak

mata tidak cekung.

 Pencegahan cedera ibu: Tidak terjadi cidera dan tanda – tanda vital normal.

 Kebutuhan oksigenasi: Respirasi normal, tidak menggunakan otot bantu

pernafasan, dan tidak ada pernafasan cuping hidung.


 Manajemen nyeri: Rentang skala nyeri menurun, pasien mampu

menggunakan tehnik – tehnik untuk menurunkan nyeri ( relaksasi dan

distraksi ).

 Kesehatan Spiritual: Pasien mampu menggunakan pendekatan spiritual untuk

mengatasi masalah kesehatan.

 Keseimbangan Elektrolit: Hasil laboratorium elektrolit normal

 Kontrol kecemasan diri: Pasien mampu menggunakan koping untuk

mengatasi kecemasan

 Kontrol mual muntah: Pasien mampu mengontrol maul dan muntah

 Kontrol resiko kehamilan tidak diharapkan: Pasien mampu menggunakan

koping untuk menerima kehamilan.

 Mempertahankan pemberian ASI: ASI adekuat.

 Perilaku kesehatan ibu antenatal: pasien mampu mempertahankan perilaku

sehat.

 Perilaku kesehatan perinatal: Pasien mampu memperhatikan perilaku sehat

pada masa perinatal.

 Perilaku Promosi Kesehatan: Pasien mampu meningkatkan status kesehatan.

 Pencegahan cedera janin: DJJ normal, Pergerakan janin aktif, dan CTG

reassuring.

4.3.3. Materi Pada Area Intranatal

4.3.3.1 Materi:
Asuhan keperawatan pada perempuan pada masa persalinan dan bayi segeara

setelah lahir:

A. Patograf

B. Kemajuan persalinan

C. Bounding and Attachment

D. APGAR score

E. Manajemen kala III

F. Observasi kala IV

G. Management nyeri persalinan

H. Gangguan – gangguan pada masa persalinan: Distocia ( CPD ) dan Ketubuh

Pecah Dini ( KPD )

4.3.4. Pendekatan Proses Keperawat Intranatal

A. Aspek Pengkajian:

Kemajuan persalinan ( pemeriksaan dalam ), Bugar dan APGAR score,

observasi tanda tanda kala III, observasi kala IV, KPD dan Partograf ( DJJ,

pembukaan dan penurunan presentadi, kontraksi uterus, ketuban, moulage,

TD, nadi dan observasi kandungan kemih ).

B. Aspek Diagnosa Keperawatan:

Nyeri persalinan, ansietas, resiko cedera ibu, risiko cedera janin, risiko

perdarahan, deficit volume cairan, penurunan curah jantung, pola napas

tidak efektif, gangguan pola tidur, keletihan, dan gangguan rasa nyaman.
C. Intervensi/Implementasi:

1. Manajeman nyeri persalinan ( non farmakologis dan farmakologis ).

Pendekatan secara non farmakologis tanpa penggunaan obat – obatan

seperti relaksasi, masase, akupresur, akupuntur, kompres panas atau

dingin dan aromaterapi, sedangkan secara farmakologis melalui

penggunaan obat – oabatan.

2. Asuhan persalinan normal (APN ): Observasi kemajuan persalinan,

pemeriksaan dalam, amniotomi, mencegah laserasi perineum, Bounding

attachment/IMD, manajemen aktif kala III, masase uterus dan observasi

kala IV.

3. Mencegah hipotermi bayi: Konveksi, konduksi, radiasi dan eveporasi.

4. Melaksanakan asuhan keperawatan intranatal berdasarkan budaya

5. Penggunaan partograf

6. Manajemen cairan

7. Dukungan Spiritual

D. Aspek Evaluasi:

Kebersihan pemenuhan kebutuhan pada ibu masa intranatal dan bayi baru

lahir ( BBL )

1. Manajemen nyeri: pasien mampu menggunakan tehnik – tehnik untuk

menurunkan nyeri ( relaksasi dan distraksi )

2. Dukungan Spiritual: Pasien mampu menggunakan pendekatan spiritual

dalam menghadapi persalinan


3. Pasien kooperatif selama proses persalinan ( Kala I – IV )

4. Memfasilitasi lingkungan ekstra uteri

5. Memfasilitasi budaya pasien yang mendukung terhadap kesehatan

6. Mendokumentasikan proses persalinan dalam partograf

7. Keseimbangan cairan: mukosa bibir lembab, turgor kulit elastic, dan

kelopak mata tidak cekung.

8. Keseimbangan Elektrolit: Hasil laboratorium elektrolit normal

4.3.5 Materi Pada Area Postnatal

Pokok Materi: Asuhan Keperawatan Pada Perempuan Pada Masa Nifas:

A. Involusi uteri

B. Manajemen laktasi

C. Refleks menyusui pada bayi

D. Menilai REEDA

E. Keluarga berencana

F. Pemeriksaan fisik ibu masa nifas

G. Gangguan – gangguan dan penyakit pada masa nifas: Perdarahan post

partum: Atonia uteri dan laserasi pada jalan lahir dan infeksi postpartum

4.3.6. Pendekatan Proses Keperawatan Postnatal

A. Aspek Pengkajian:

Mengindentifikasi kondisi payudara dan putting, mengindentifikasi reflex

menyusu pada bayi, mengidentifikasi diastasis rectur abdominis ( DRA ),

after pain, menilai bising usus, distensi kandung kemih, menilai REEDA,
karakteristik lochea, heamoroid, megidentifikasi tanda human,

mengidentifikasi kondisi atonia uteri, mengkaji trauma/laserasi persalinan,

mengidentifikasi adaptasi fisiologi dan psikologis postpartum, dan

mengidentifikasi budaya yang mempengaruhi kondisi ibu masa postpartum.

B. Dianosa keperawatan:

Risiko infeksi, risiko ketidak seimbangan cairan, kurang pengetahuan,

ketidak cukupan ASI, kesiapan untuk proses menyusui, terputusnya proses

menyusui, ketidak efektifan proses menyusui, nyeri, ketidak nyamanan

pasca partum, ansietas, berduka, kesepian peningkatan menjadi orang tua,

pencapaian peran menjadi orang tua, resiko gangguan perlekatan menjadi

orang tua, pencapaian peran menjadi orang tua, resiko gangguan

perlekatan, resiko pengasuhan tidak efektif, resiko infeksi, resiko injuri,

retensi urine, menyusui efektif, dan menyusui tidak efektif, resiko infeksi,

resiko injuri, retensi urine, menyusui efektif, dan menyusui tidak efektif.

C. Intervensi/Implementasi:

Pencegahan infeksi, pencegahan perdarahan, pemberian ASI eksklusif,

manajemen perdarahan postpartum, memberikan asuham keperawatan

postpartum, memberikan asuhan keperawatan postpartum, memberikan

asuhan keperawatan postpartum dengan pendekatan budaya, bladder

training, discharge planning. Pendidikan orang tua: Bayi, perawat

postpartum, konseling seksual, peningkatan kelekatan, keluarga berencana:


kontrasepsi, keluarga berencana, perawat kelahiran Caesar, observasi tanda

vital, fasilitasa proses berduka: kematian perinatal, dan hasil laboratorium.

D. Evaluasi

1. Pencegahan cedera ibu: Tanda – tanda vital normal

2. Kebutuhan oksigenasi: Frekuensi napas normal, tidak menggunakan

otot bantu pernafasan, dan tidak ada pernafasan cu[ing hidung.

3. Manajemen nyeri: Rentang skala nyeri menurun, pasien mampu

menggunakan tehnik – tehnik untuk menurunkan nyeri ( relaksasi

dan distraksi )

4. Dukungan Sppiritual: Pasien mampu menggunakan pendekatan

spiritual untuk mengatasi masalah kesehatan

5. Keseimbangan Elektrolit: Hasil laboratorium elektrolit normal

6. Kontrol kecemasan diri: Pasien mampu menggunakan koping untuk

mengatasi kecemasan

7. Mempertahankan pemberian ASI: ASI adekuat

8. Perilaku kesehatan ibu postpartum: Pasien mampu mempertahankan

perilaku sehat

9. Perilaku kesehatan perinatal: Pasien mampu mempertahankan

perilaku sehat pada masa perinatal

10. Perilaku promosi kesehatan: Pasien mampu meningkatkan status

kesehatan dan KB

4.3.7. Materi Kesehatan Reproduksi


4.3.7.1 Materi

Gangguan – gangguan dan penyakit pada system reproduksi:

A. Asuhan keperawatan pada perempuan dengan kelainan menstruasi:

Dismenore

B. Penyakit menular seksual: Gonorrhea, sipilis dan HIV / AIDS

C. Keganasan pada system reproduksi: Ca serviks dan ca payudara

D. Infeksi organ reproduksi: Servisitis dan vulvitis.

4.3.8. Pendekatan Proses Keperawatan pada Kesehatan Reproduksi

A. Aspek Pengkajian:

1. Mengidentifikasi nyeri pada saat menstruasi

2. Mengidentifikasi adanya sekresi purulent, barbau dan perubahan

warna dari area genital

3. Mengidentifikasi dengan SADARI pada area payudara

4. Menginterprestasi hasil pemeriksaan penunjang: Usapan vagina, IVA,

papsmear, hasil laboratorium, hasil PA, dan mamografi.

B. Diagnosa Keperawatan:

Nyeri, risiko infeksi, harga diri rendah, risiko gangguan peran ibu,

berduka/kehilangan, disfungsi seksual, dan ketidak efektifan pola seksual.

C. Intervensi/Implementasi:

Manajemen nyeri, pencegahan transmisi, mekanisme koping, pemeriksaan

laboratorium, pemeriksaan penunjang PA, deteksi dini SADARI, Papsmear,

IVA dan mamografi.


D. Evaluasi

1. Manajemen nyeri: Pasien mampu menggunakan tehnik – tehnik

untuk menurunkan nyeri ( relaksasi dan distraksi )

2. Dukungan spiritual: Pasien mampu menggunakan pendekatan

spiritual dalam menghadapi penyakit

3. Memfasilitasi budaya pasien yang mendukung terhadap kesehatan

4. Tatalaksana pencegahan infeksi dan transmisi: Penggunaan APD

4.3.9. Soal, Pembahasan dan Strategi Menjawab

1. Contoh Soal Pengkajian dan Pembahasan

1. Seorang perempuan berusia 28 tahun hamil 20 minggu datang ke

poliklinik KAI untuk memeriksakan kehamilan. Hasil pengkajian:

riwayat persalinan tahun 2000 melahirkan bayi laki – laki usia

kehamilan 38 minggu. Pada tahun 2005 melahirkan bayi perempuan

usia kehamilan 37 minggu dan pada tahun 2010 mengalami keguguran

saat usia kehamilan 12 minggu.

Bagaimakah penulisan status obstetric pada kasus tersebut?

A. G3 P1 A2

B. G3 P2 A1

C. G4 P2 A1

D. G4 P3 A0

E. G4 P1 A2
Pembahasan :

Status obstetric meliputi:

 Gravida ( G ): adalah jumlah kehamilan, tanpa melihat lamanya

termasuk kehamilan saat ini.

 Pada/Persalinan/Partus ( P ): adalah kelahiran setelah gestasi 20

mg, tanpa melihat kondisi bayi hidup / mati

 Abortus ( A ): adalah keluarnya hasil konsepsi sebelum janin

dapat hidup diluar kandungan dengan batasan gestasi kurang

daari 20 minggu.

 Contoh pencatatan kehamilan: G1 P0 A0 : Gravida 1, para 0,

abortus 0 yang artinya pasien hamil anak pertama belum pernah

melahirkan ataupun abortus.

Jadi pada kasus diatas menunjukan kasus obstetric Gravida 4

( saat ini hamil 20 minggu, perselisihan tahun 2000 dan 2005,

riwayat Keguguran tahun 2010 ) Partus 2 ( persalinan tahun 2000

dan 2005 ) Abortus 1 ( keguguran tahun 2010

Strategi:

Kata kunci dari kasus tersebut bahwa pasien datang dalam kondisi

hamil, sudah 2 kali melahirkan dan 1 kali abortus.

Jawaban: C
2. Seorang perempuan barusia 23 tahun G1P0A0 datang ke poliklinik KIA

untuk memeriksakan kehamilannya. Hasil pengkajian HPHT 20 April

2019, siklus 28 hari, TD 120/70 mmHG, dan frekuensi nadi 80x/menit.

Kapan taksiran persalinan pada pasien tersebut?

A. 20 Januari 2019

B. 27 Januari 2019

C. 30 Januari 2019

D. 20 Februari 2019

E. 27 Februari 2019

Pembahasan:

Menentukan taksiran persalinan berdasarkan rumus Neagle:

Patokan: HPHT ( Hari Pertama Hiad Terakhir )

Rumus

( +7 – 3 + 1 ) untuk HPHT bulan April – Desember ( hari ditambah 7,

bulan dikurangi 3, tahun ditambah 1 )

( +7 +9 +0 ) untuk HPHT bulan Januari – Maret ( hari ditambah 7, bulan

ditambah 9, tahun ditambah 0 )

Berdasarkan kasus di atas taksiran persalinan pasien adalah:

HPHT : 20 4 2018

+7 -3 +1

Taksiran Partus : 27 1 2019


Strategi:

Dari kasus yang menjadi fokus dalam menghitung taksiran partus

adalah bulan saat HPHT apakah bulan di tambah 9 / bulan dikurangi 3

dan tahun ditambah 1

Jawaban: B

3. Seorang perempuan berusia 25 tahun G1P0A0 hamil 39 minggu dirawat

di ruang bersalin pada pukul 16.00 WIB dengan inpartu. Hasil pengkajian

pukul 17.00 WIB pasien tampak gelisah, kontraksi uterus 3 kali dalam 10

menit dengan durasi 40 detik, DJJ 150x/menit, pembukaan serviks 5 cm

dan ketuban utuh.

Kapankah perawat dapat melakukan pemeriksaan dalam selanjutnya?

A. 18.00 WIB

B. 19.00 WIB

C. 20.00 WIB

D. 21.00 WIB

E. 22.00 WIB

Pembahasan:
Metode pemantauan persalinan setelah memasuki kala 1 fase aktif

( dimulai dari pembukaan 4 cm ) adalah dengan menggunakan

partograf. Hal yang dipantau dalam partograf setiap 30 menit sekali

adalah denyut jantung janin, kontraksi uterus dan frekuensi nadi.

Pemeriksaan dalam idealnya dilakukan 4 jam seklai untuk

mengetahui pembukaan serviks, penurunan kepala, ketuban dan

penyusupan/molasle kepala. Disamping itu, pemeriksaan dalam yang

tidak terlalu sering bermanfaat untuk mencegah terjadinya infeksi

pada ibu dan janin.

Strategi:

Kata kunci jawaban diatas adalah pada jam beberapa perawat

melakukan pemeriksaan dalam yaitu pada pukul 17.00 WIB sehingga

4 jam kemudia adalah 21.00 WIB

Jawaban: D

4. Seorang perempuan berusia 20 tahun P1A0 postpartum hari ke – 7

datang ke poliklinik KIA untuk control paska persalinan. Hasil pengkajian

pasien mengeluh nyeri dan keluar cairan kuning dari daerah jahitan

episiotomy. Observasi tanda – tanda vital: TD 110/70 mmHG, frekuensi


nadi 92x/menit, frekuensi napas 20x/menit, suhu 38.5⁰ C serta nyeri

daerah perineum skala 5.

Apakah pengkajian selanjutnya yang tepat dilakukan pada kasus

tersebut?

A. Pemeriksaan lochea

B. Pemeriksaan involusi uteri

C. Pemeriksaan tanda Homan

D. Pemeriksaan tanda REEDA

E. Pemeriksaan diastasis rektus abdominis

Pembahasan:

Sebaiknya dalam melakukan pengkajian pada pasien postpartum kita

melakukan pemeriksaan head to toe, sehingga perawat dapat

mengetahui perubahan normal atau mengidentifikasi perubahan tidak

normal yang terjadi pada masa postpartum. Khusus pada pasien ini

mengalami keluhan nyeri pada daerah perineum ( yang terdapat

jahitan paksa persalinan). Karena rasa nyeri erat kaitannya dengan

masalah infeksi maka pengkajian selanjutnya yang perlu kita lakukan

untuk menemukan masalahnya adalah dengan mengobservasi daerah

perineum masalahnya adalah dengan mengobservasi daerah perineum

dengan indicator REEDA. REEDA merupakan indicator yang terdapat

jahitanyannya. Jabaran dari REEDA adalah R=Redness ( kemerahan ),


E= Edema ( bengkak ), E=Echimosis ( bercak-bercak merah/purpura ),

D=Discharge ( cairan yang keluar dari luka ), A= Approximate

( penutupan kembali jaringan luka ). REEDA sebaiknya selalu

diidentifikasi pada pasien postpartum dengan luka jahitan perineum.

Strategi:

Kata kunci pada kasus tersebut adalah pasien mengeluh nyeri daerah

jahitan perineum, keluar cairan kuning dari daerah jahitan dan suhu:

38.5⁰C kita sebagai perawat berfikir mengarah kepada adanya infeksi.

Jawaban: D

5. Seorang perempuan berusia 30 tahun P2A0 datang ke poliklinik KIA

dengan keluhan terdapat benjolan pada payudara kiri. Hasil pengkajian,

pasien mengatakan benjolan semakin lama semakin membersar, tidak

mobile dam terasa nyeri. Teraba massa dengan diameter 2 cm.

Apakah pemeriksaan lanjutan yang perlu dilakukan pada kasus

tersebut?

A. USG payudara

B. Rontgen dada

C. Mammographi

D. Biopsi payudara
E. Kolposcopi

Pembahasan:

Kanker payudara adalah keganasan yang terjadi pada jairngan

payudara yang ditandai dengan adanya benjolan abnormal, terjadi

perubahan ukuran dalam waktu tertentu, terdapat lesi, terdapat rasa

nyeri, perubahan struktur kulit, dan adanya pengeluaran cairan

abnormal dari lesi atau putting payudara. Setelah mendapatkan hasil

anamesa dan pengkajian dengan inspeksi dan palpasi pada daerah

benjolan, untuk penetapan diagnosis pasti perlu dilakukan

pemeriksaan diagnosis lebih lanjut. Pemeriksaan diagnostic yang

direkomendasikan pada kasus tersebut adalah mammographi.

Strategi:

Kata kunci pada kasus tersebut adalah keluhan terdapat benjolan

pada payudara kiri perlu pemeriksaan diagnostic lebih lanjut untuk

mendeteksi kanker payudara, pemeriksaan yang tepat adalah

mammographi

Jawaban: C

2. Contoh Soal Diagnosis Keperawatan dan Pembahasan


6. Seorang perempuan berusia 30 tahun G3P2A0 hamil 32 minggu datang

ke poliklinik KIA dengan keluhan sakit kepala dan padangan kabur. Hasil

pemeriksaan fisik: TD 160/100 mmHg, TFU 34 cm, punggung kiri,

presentasi kepala, DJJ 160 x/menit, edema tungkai bawah +2, dan

proteinuria +1.

Apakah masalah keperawatan yang tepat pada pasien tersebut?

A. Nyeri akut

B. Kelebihan volume cairan

C. Ketidak efektifan proses kehamilan

D. Resiko tinggi cedera pada ibu dan janin

E. Gangguan persepsi sensori: Penglihatan

Pembahasan:

Preeklampsia adalah tekanan darah tinggi ≥ 140/90 disertai protein

uria yang terjadi pada kehamilan setelah 20 minggu sampai akhir

minggu persalinan. Pada preeklamsia, volume plasma menurun,

sehingga terjadi hemokonsentrasi dan peningkatan hematokrit

maternal. Perubahan ini membuat perfusi organ maternal menurun

( menyebabkan sakit kepala dan penurunan penglihatan), penurunan

perfusi ini juga ke janin ( ini bisa menyebabkan gangguan

pertumbuhan janin bahkan kematian janin ). Sehingga masalah


keperawatan pada pasien diatas adalah resiko tinggi cedera pada ibu

dan janin.

Strategi:

Pada kasus preeklampisa perawat memperhatikan 3 data penting

yaitu peningkatan TD, edema, dan protein uria. Setiap kehamilan

dengan komplikasi preeclampsia menyebabkan resiko cidera pada ibu

dan janin.

Jawaban: D

7. Seorang perempuan barusia 20 tahun P1A0 post SC hari ketiga, dirawat

di ruang nifas bersama bayinya. Hasil pengkajian pasien menyatakan

ingin memberikan ASI eksklusif. Refleks hisap bayi baik, perlengkapan ibu

dan bayi saat menyusui sudah tepat dan terlihat gerakan menelan.

Apakah masalah keperawatan pada kasus tersebut?

A. Kesiapan menyusui

B. Ketidak cukupan ASI

C. Terputusnya proses menyusui

D. Ketidak efektifan pemberian ASI

E. Kurang pengetahuan tentang menyusui

Pembahasan:
Berdasarkana buku diagnose keperawatan NANDA pada domain ke 2

tentang nutrisi, terdapat 4 dianosa utama pada proses menyusui

yaitu kesiapan menyusui, ketidak cukupan ASI, terputusnya proses

menyusui, ketidak efektifan pemberian ASI. Penataan masing –

masing diagnosis ini sesuai dengan batasan karakteristik yang muncul

pada kasus. Khusus untuk diagnosis kesiapan menyusui, sesuai

dengan batasan karakteristik diagnosis ini pasien menunjukan

perasaan antusias untuk menyusui dan menyatakan ingin

memberikan ASInya sampai dengan ASI eksklusif. Selain itu pada bayi

juga tidak terdapat masalah, reflex hisap baik, perlengkapan ibu dan

bayi sudah tepat dan terdapat gerakan menelan, hal ini menunjukan

bayi sudah mampu menyusu dan ibu juga sudah mampu menyusui

dengan baik.

Strategi:

Kata kunci pada kasus tersebut adalah ibu semangat untuk menyusui

dan menyatakan ingin memberikan ASI eksklusif dan tidak terdapat

masalah pada bayi dan proses menyusui.

Jawaban: A
8. Seorang perempuan berusia 55 tahun datang ke poliklinik Ginekologi

dengan keluhan nyeri saat berhubungan dengan pasangan. Hasil

pengkajian, pasien mengatakan sudah satu tahun tidak menstruasi,

jarang melakukan hubungan seksual dan belum pernah mendapatkan

informasi tentang menopause.

Apakah masalah keperawatan utama pada pasien tersebut?

A. Cemas

B. Nyeri Akut

C. Disfungsi seksual

D. Defisit pengetahuan

E. Ketidak efektifan pola seksual

Pembahasan:

Menopause adalah tidak terjadi menstruasi pada perempuan yang

sebelumnya mengalami siklus menstruasi secara teratur karena

adanya penurunan horman estrogen. Gejela yang dialami pada saat

menopause adalah hot fleshes, rasa kering pada vagina dan nyeri

pada saat berhubungan seksual, sulit tidur, masalah saluran kemih,

penurunan gairah seksual, gangguan suasana hati dan peruhan pada

kulit dan rambut. Pada kasus keluhan yang menonjol dialami oleh

pasien adalah saat melakukan hubungan seksual vagina terasa kering,

nyeri dn sangat mengganggu. Pasien juga mengatakan bahwa karena


nyeri pasien jarang melakukan hubungan seksual. Berdasarkan

keluhan pasien tersebut pasien mengalami perubahan pola

hubungan seksual.

Strategi:

Kata kunci yang harus diperhatikan adalah karena nyeri pasien jarang

melakukan hubungan seksual, sehingga mengarahkan ke masalah

ketidak efektifan pola seksual.

Jawaban: E

3. Contoh Soal Intervensi / Implementasi dan Pembahasan

9. Seorang perempuan berusia 35 tahun G1P0A0 hamil 32 minggu datang

ke UGD dengan keluhan keluar darah dari kemaluan. Hasil pengkajian:

perdarahan tanpa rasa nyeri dan berwarna merah terang, TFU 32 cm,

punggung kiri, presentasi kepala dan DJJ 144x/menit.

Apakah tindakan keperawatan utama pada kasus tersebut?

A. Observasi pembukaan jalan lahir

B. Kolaborasi pemberian heparin

C. Anjurkan untuk tirah baring

D. Pantau intake output cairan

E. Pantau pergerakan janin


Pembahasan:

Semua pasien dengan perdarahan pervaginam pada kehamilan

trimester ketiga, dirawat di rumah sakit tanpa periksa dalam.

Penanganan plesenta previa bergantung kepada: Keadaan umum

pasien, kadar Hb, jumlah perdarahan yang terjadi, umur

kehamilan/taksiran BB janin, jenis plesenta previa, paritas dan

kemajuan persalinan. Penanganan Utama pada plasenta previa

adalah istirahat / tirah baring. Pemberian tirah baring akan

mengurangi penekanan plesanta dan pergerakan yang banyak dapat

mempengaruhi penekanan plasenta dan pergerakan yang banyak

dapat mempermudah pelepasan plasenta sehingga dapat terjadi

perdarahan.

Strategi:

Pada pasien plasenta previa maka intervensi utama adalah tirah

baring.

Jawaban: C

10. Seorang perempuan berusia 22 tahun G1P0A0 hamil 38 minggu berada

di ruang bersalin dengan keluhan mules dan keluar lendir bercampur

darah sejak 5 jam yang lalu. Hasil pengkajian: TFU 38 cm, punggung kiri,
presentasi kepala, DJJ 145x/menit. Hasil periksa dalam: tidak ada

hambatan pada jalan lahir, portio tidak teraba, pembukaan lengkap dan

Ketuban Utuh

Apakah tindakan keperawatan yang tepat pada kasus tersebut?

A. Lakukan episiotomy

B. Lakukan amniotomi

C. Pimpin persalinan

D. Pantau kontraksi

E. Atur posisi ibu

Pembahasan:

Amniotomi adalah tindakan untuk membuka selaput ketuban ( amnio

) dengan jalan membuat robekan kecil yang kemudian akan melebar

secara spontan akibat gaya berat cairan dan adanya tekanan didalam

rongga amnion. Tindakan ini dilakukan jika pembukaan serviks telah

lengkap. Pasien tidak boleh dipimpin untuk meneran jika pembukaan

belum lengkap dan kebutuhan masih utuh. Tindakan ini juga dapat

menfasilitasi penurunan janin dan mengurangi kemungkinan

terjadinya prolaps tali pusat karena selaput ketuban pecah sendiri

( dorongan ynag kuat dari kontraksi uterus )


Strategi:

Kata kunci pada soal diatas adalah Pembukaan lengkap dan ketuban

utuh.

Jawaban : B

11. Seorang perempuan berusia 35 tahun berada di ruang bersalin

memasuki kala III. Hasil pengkajian pasien telah diberikan suntikan

oksitosin, plasenta belum lepas, kontraksi uterus kuat, dan bayi masih

dilakukan IMD. Observasi tanda – tanda vital TD: 90/70 mmHg, frekuensi

nadi 88x/menit, frekuensi napas 24x/menit, dan suhu 37⁰C.

Apakah intervensi keperawatan yang tepat pada kasus tersebut?

A. Lanjutkan IMD

B. Monitor perdarahan

C. Lakukan masase uterus

D. Kolanorasi pemberian cairan infus

E. Lakukan peregangan tali pusat terkendali

Pembahasan:

Manajemen aktif kala III yang harus dilakukan adalah suntikan

oksitonsin, peregangan tali pusat terkendali/PTT dan masase uterus.


Jika belum ada tanda – tanda plasenta lepas seperti semburan darah

tiba – tiba, tali pusat memanjang, kontraksi uterus kuat, maka yang

harus dilakukan adalah langkah II manajemen aktif yaitu PTT. IMD

dilakukan untuk membantu proses oksitonsin alami saja.

Strategi:

Kata kunci pada soal diatas adalah harus memahami manajemen aktif

kala III secara berurutan, mulai dari suntikan oksitonsin, peregangan

tali pusat terkendali dan masase uterus.

Jawaban: E

12. Seorang perempuan barusia 20 tahun P1A0 Post SC hari kedua rawat

gabung dengan bayi. Hasil pengkajian: TFU 1 jari bawah pusat, dan

kontraksi baik. Kondisi bayi sehat, BBL 2600 gram dan reflex hisap baik.

Pasien mengeluh ASI hanya keluar sedikit sehingga ibu jarang menyusui.

Apakah intervensi keperawatan yang tepat pada kasus tersebut?

A. Ajarkan teknik relaksasi

B. Ajarkan posisi pelekatan

C. Lakukan kompres hangat

D. Susui bayi sesering mungkin

E. Lakukan perawatan payudara


Pembahasan:

Faktor yang paling penting dalam proses pemberian ASI kepada bayi

adalah hisapan bayi pada payudara ibu. Hisapan bayi pada payudara

ini akan menstimulasi pengeluaran hormone oksitosin dan hormone

prolaktin ynag berfungsi untuk produksi ASI dan pengeluaran ASI,

sehingga apabila bayi terus menerus menghisap payudara jumlah ASI

akan semakin banyak untuk mencukupi kebutuhan nutrisi bayi.

Strategi:

Kata kunci bayi sehat, reflex hisap baik, ibu dan bayi sudah rawat

gabung, pasien mengeluh ASI hanya keluar sedikit sehingga ibu jarang

menyusui. Untuk mengatasi ASI yang masih sedikit adalah dengan

menyusui bayi sesering mungkin.

Jawaban: D Susui bayi sesering mungkin

13. Seorang perempuan berusia 45 tahun datang ke poli KIA dengan keluhan

gatal dan perih pada baerah vagina. Hasil pengkajian area genetalia

tampak merah, secret vagina banyak, berbau dan berwarna agak kuning.

Apakah intervensi yang tepat pada kasus tersebut?

A. Menganjurkan untuk pemeriksaan apusan vagina


B. Merencanakan pemeriksaan papsmear

C. Kolaborasi foto rontgen pelviks

D. Kolaborasi USG transvaginal

E. Kolaborasi pemeriksaan urin

Pembahasan:

Kasus menunjukan data adanya tanda – tanda infeksi spesifik pada

vagina yang dapat disebabkan oleh trichomonas dan candida

albicans. Tanda dan gejala dari vaginitis pada kasus anatara lain yaitu

area genetalia tampak merah, secret vagina, banyak, berbau dan

berwarna agak kuning, sehingga intervensi yang paling prioritas

adalah melakukan pemeriksaan apusan vagina, dengan cara di ambil

sekret vagina selanjutnya di periksa di laboratorium.

Strategi:

Kata kunci pada soal diatas adalah tanda dan gejala infeksi vagina

berupa area genetalia tampak merah secret vagina banyak, berbau

dan berwarna agak kuning.

Jawaban: A

14. Seorang perempuan berusia 30 tahun datang ke poliklinik KB untuk

konsultasi ingin mengatur jarak kelahiran anak. Hasil pengkajian pasien


baru memiliki 1 anak yang berusia 7 bulan, Observasi tanda – tanda vital:

TD 140/90 mmHg, frekuensi nadi 80x/menit, dan IMT 27

Apakah metode kontrasepsi yang tepat untuk pasien tersebut?

A. Pil

B. implant

C. suntik

D. kontrasepsi mantap

E. alat kontrasepsi dalam rahim

Pembahasan:

Pemilihan metode kontrasepsi sangat tergantung dari kondisi

pasien antara lain:

1. Tujuan dari penggunaan kontrasepsi ( untuk mengatus jarak

kelahiran anak atau tidak ingin punya anak lagi )

2. Kondisi fisik ibu: Beberapa kondisi ibu yang perlu

diperhatikan adalah vital sign, BB, TB, atau IMT dari ibu,

riwayat kesehatan ibu, riwayat penyakit yang diderita oleh

ibu dan riwayat penyakit kronis pada keluarga yang mungkin

di turunkan ( hipertensi, DM, dan obesitas )

3. Jumlah anak hidup dan usia anak hidup

4. Jenis kontrasepsi yang akan dipilih dan syaratnya


a. Kontrasepsi hormonal ( pil, suntik, susuk dan patch )

tidak direkomendasikan pada ibu yang mengalami

hipertensi, obesitas, varises, dan DM

b. Kontrasepsi dalam rahim ( AKDR/IUD )

direkomendasikan pada perempuan yang tidak

memiliki riwayat PID, wanita dengan penyakit

hipertensi, obesitas dan DM. Unsur aktif dalam

IUD/AKDR bekerja dalam area local yaitu

endometrium dan uterus saja.

c. Kontrasepsi mantap direkomendasikan pada

perempuan yang sudah memiliki cukup anak dan

tidak menginginkan mempuyai anak lagi, sudah

berusia lebih dari 2 tahun

Pada kasus ini data yang ditemukan adalah ibu baru berusia 30

tahun, tujuan ibu ingin mengatur jarak kelahiran anak. TD 140/90

mmHg ( kategori hipertensi ringan ), IMT 27 (kategori obesitas ),

baru memiliki 1 anak yang berusia 7 bulan sehingga jawaban yang

tepat adalah pasien direkomendasikan untuk menggunakan alat

kontrasepsi dalam rahim ( IUD ).

Strategi:
Kata kunci yang perlu diperhatikan pada kasus tersebut adalah usia

ibu, tujuan ibu menggunakan kontrasepsi, kondisi fisik ibu dan

jumlah anak.

Jawaban: E

15. Seorang perempuan berusia 25 tahun P3A0 postpartum 2 minggu yang

lalu. Hasil pengkajian pasien mengatakan selama di rumah minum jamu –

jamuan. Menurut budaya pasien hal ini dilakukan untuk mempercepat

pemulihan postpartum dan memperlancar ASI.

Bagaimana sikap perawat yang menunjukan kepekaan terhadap

budaya?

A. Mendukung kebiasaan pasien

B. Mempengaruhi keluarga mengubah kabiasaan ini

C. Menganjurkan pasien segera meninggalkan kebiasaan minum

jamu

D. Mejelaskan tentang minum jamu dan pengaruhnya bagi

kesehatan pasien

E. Menganjurkan pasien meninggalkan kebiasaan ini secara

sembuyi sembunyi

Pembahasan:
Sesuai dengan konsep transkultur nursing praktik keperawatan harus

berfokus memandang persamaan dan perbedaan budaya dengan

menghargainya budaya 3 pedoman menghadapi budaya yaitu:

1) mempertahankan budaya yang dimiliki oleh pasien, jika budaya

tesebut tidak bertentangan dengan kesehatan

2) mengakomodasi budaya pasien, jika budaya itu kurang

menguntungkan kesehatan

3) merubah budaya pasien, jika budaya itu bertentangan dengan

kesehatan. Semua tindakan menghadapi budaya ini tetap dilakukan

dengan menghargai budaya tersebut.

Pada budaya minum jamu pada masa postpartum dalam hal ini

perawat dapat menggunakan pedoman yang kedua yaitu

mengakomodasi budaya pasien jika budaya itu kurang menguntungkan

bagi kesehatan. Jadi tindakan nyata yang dapat dilakukan oleh perawat

adalah menjelaskan tentang minum jamuu dan pengaruhnya bagi

kesehatan pasien. ( Perawat belum mengetahui secara pasti

kandungan nutrisi dan obat pada jamu, pengolahan jamu secara

tradisional dari olahan rumah tangga tidak sepenuhnya dapat dijamin

kebersihannya ) tetap ada kemungkinan pasien dapat mengalami

masalah kesehatan dengan tetap menghargai budaya tersebut dan

memberikan kesempatan pasien untuk memutuskan perawatan

kesehatan yang akan dilakukannya.


Strategi:

Minum jamu adalah budaya yang perlu diakomodasi karena kurang

menguntungkan bagi kesehatan.

Jawaban: D

4. Contoh Soal Evaluasi dan Pembahasan

16. Seorang perempuan berusia 28 tahun G1P0A0 hamil 32 minggu, datang

kepoli KIA untuk periksa kehamilan. Hasil pengkajian tampak odema di

wajah dan ektremitas. TFU 30 cm, punggung kiri, presentasi kepala, DJJ

145x/menit. Perawatan menjelaskan pada pasien cara menghitung

gerakan janin.

Apakah hasil yang diharapkan dari intervensi tersebut?

A. Pasien mengatakan bayinya banyak bergerak

B. Pasien menyampaikan jumlah gerakan janin

C. Pasien mengatakan odema berkurang

D. Pasien mengatakan kondisinya baik

E. Pasien mengatakan bayinya sehat


Pembahasan:

Cara menilai gerakan janin: Minta ibu hamil untuk berbaring miring dan

menghitung 10 gerakan janin dalam 2 jam. Pada kasus diatas pasien

diharapkan dapat menghitung dan menyampaikan jumlah gerakan janin

yang dirasakan

Jawaban: B

17. Seorang perempuan berusia 20 tahun, hamil, aterm, dirawat di ruang

bersalin dengan keluhan mules mau melahirkan. Hasil pengkajian

pembukaan lengkap dan selaput kebutuhan pecah. Perawat memimpin

pasien mengedan tetapi kepala janin masih di hodge III. Perawat

menganjurkan pasien setiap meneran dengan posisi jongkok.

Apakah hasil yang diharapkan dari tindakan tersebut?

A. Mencegah laserasi perenium

B. Meningkatkan power ibu

C. Persalinan yang lancar

D. Kepala bayi turun

E. Mengurangi nyeri

Pembahasan:
Beberapa posisi yang dapat dilakukan pada saat meneran dalam

persalinan normal adalah posisi miring kiri bermanfaat member rasa

santai bagi ibu yang letih, member oksigenisasi yang baik bagi bayi dan

membantu mencegah terjadinya laserasi. Posisi merangkak sangat baik

untuk persalinan dengan punggung yang sakit, membantu bayi

melakukan rotasi dan peregangan minimal pada perineum. Posisi

semifowler lebih mudah bagi penolong untuk membimbing kelahiran

kepala bayi dan mengamati/mensupport perineum, dan posisi

jongkok/berdiri sangat berguna membantu penurunan kepala bayi,

memperbesar ukuran panggul dan memperbesar dorongan untun

meneran.

Strategi:

Kata kunci soal diatas adalah pembukaan lengkap dan kepala bayi masih

di hodge III.

Jawaban: D

18. Seorang perempuan berusia 17 tahun datang ke poliklinik KIA diantar

oleh ibunya dengan keluhan keputihan sudah 1 minggu. Hasil pengkajian,

pasien setiap selesai BAK dan BAK kemaluan tidak di keringkan, tampak
keluaran cairan dari vagina, dan daerah labia nampak berwarna merah.

Perawat menjelaskan tentang kebersihan vagina.

Apakah evaluasi yang diharapkan dari intervensi tersebut?

A. Pasien mengatakan dirinya telah sehat

B. Pasien mengatakan keputihan berkurang

C. Pasien bersedia melakukan imunisasi HPV

D. Pasien dapat menjelaskan cara vulva hygiene

E. Pasien mengatakan mengerti dengan penjelasan dari perawat

Pembahasan:

Cara menilai intervensi berhasil adalah pasien bisa menjelaskan kembali

pendidikan kesehatan yang telah di jelaskan sebelumnya.

Strategi:

Pada kasus pendidikan kesehatan yang diberikan oleh perawat adalah

tentang kebersihan vagina maka hasil yang diharapkan pasien mampu

menjelaskan cara membersihkan vagina/vulva hygine

Jawaban: D

19. Perempuan berusia 45 tahun datang ke poli ginekologi dengan keluhan

keputihan yang berbau sejak 3 bulan yang lalu. Hasil pengkajian pasien
perdarahan saat hubungan seksual, sekret vagina banyak dan berwarna

kuning. Perawat menyarankan untuk melakukan deteksi awal dengan

pemeriksaan papsmear.

Apakah informasi penting yang harus disampaikan perawat pada kasus

tersebut?

A. Tidak melakukan hubungan seksual 48 jam sebelum pemeriksaan

B. Tidak minum antibiotic selama 2 hari sebelum pemeriksaan

C. Datang kembali saat menstruasi hari ke 7

D. Paling tepat dilakukan saat masa subur

E. Puasa 12 jam sebelum pemeriksaan

Pembahasan:

Informasi penting yang harus disampaikan oleh perawat untuk

persiapan Pap smear adalah tidak melakukan hubungan seksual 48 jam

sebelum pemeriksaan, tidak sedang menstruasi / waktu yang paling baik

untuk pengambilan lendir leher rahim adalah 2 minggu setelah haid

selesai dan jangan menggunakan pembasuh antiseptic di sekitar vagina

72 jam sebelum pemeriksaan.

Strategi:
Papsmear suatu pemeriksaan lendir serviks sehingga pada saat

pengambilan tersebut factor yang paling berpengaruh adalah sperma

karena kontak seksual

Jawaban: A

20. Seorang perempuan berusia 26 tahun P1 A0 postpartum 6 jam dirawat

di ruang nifas dengan keluhan lemas, dan keluar darah dari jalan lahir.

Hasil pengkajian : TD 100/70 mmHg, frekuensi nadi 90x/menit. Kontraksi

uterus lunak, dan kandung kemih penuh. Perawat segera mengosongkan

kandung kemih dan melakukan masase uterus.

Apakah hasil yang diharapkan dari tindakan tersebut?

A. Lochea rubra

B. Keadaan Umum baik

C. Kontraksi uterus kuat

D. Kandung kemih kosong

E. Tinggi fundus setinggi umbilicus

Pembahasan:

Berdasarkan data awal pada 6 jam postpartum terdapat keluhan lemas,

banyak keluar darah dari jalan lahir. Perawat sudah harus berfikir

kemungkinan adanya perdarahan, sehingga dilanjutkan dengan


pemeriksaan kontraksi uterus. Kontraksi uterus yang kurang kuat dapat

disebabkan oleh retensio placenta, atonia uretus. Disamping itu

kandung kemih yang penuh dapat menghalangi kontraksi uterus karena

posisinya tepat bagian anterior dari uterus. Bila pada pemeriksaan

ditemukan kandung kemih penuh, segera kosongkan kandung kemih,

dan lakukan masase uterus sehingga kontraksi uterus kuat.

Strategis:

Kata kunci yang perlu diperhatikan pada kasus tersebut adalah kontraksi

uterus lunak, kandung kemih penuh. Perawatan segera mengosongkan

kandung kemih dan melakukan massage uterus. Sehingga hasil yang

diharapkan dari tindakan tersebut adalah kontraksi uterus kuat.

Jawaban: C

Buku Rujukan Utama :

1. Foley, TS, Davies MA ( 1983 ). Rape . Nursing care of victims. ST.

Louis: The CV Mosby company.

2. Bulecheck, G.M. Butcher, H.K. Dochterman, J.M. Wagner, C.M.

( 2013 ). Nursing Intervention Classification ( NIC ). 6th Ed. Elsevier

Pte. Ltd. Singapore


3. Moorhea, . S. Johnson, M. Maa, M.L. Swanson, E. ( 2013 ). Nursing

Outcames Classification ( NOC ). 5th Ed. Elservier Pte. Ltd.

Singapore.

4. May, KA, Mahlmeister, LR ( 1999 ). Maternal and Neonatal Nursing.

Family centered care ( 4th ed . Philadelphia: Jb Lippincontt.

5. Mc. Kinney, S. E. ( 2005 ). Maternal child nursing. St. Louis:

Saunders Elsevier

6. Herdman, Kamitsuru ( 2014 ), Nursing Diagnoses: Definitions &

Classificaion 2015 – 2017, Tenth Edition, NANDA International, Inc.

7. Lowdermilk, Perry, Cahion ( 2013 ), keperawatan Maternitas, Edis

8, Buku 2, Elsevier, Pte . Ltd. Singapore.

8. Lowdermilk, Perry, Cahion ( 2013 ), Keperawatan Maternitas, Edisi

8, Buku 2, Elsevier, Pte. Ltd. Singapore.

9. Perry, Lowdermilk, Cashion, Alden, Olshansky, Hockenberry,

Wilson, Rodgers ( 2018 ), Maternal child Nursing Care, sixth edition,

Elsevier Inc, St. Luois, Missouri.

Anda mungkin juga menyukai