Anda di halaman 1dari 31

2.

6 Manajemen Varney

Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil Trimester III

Manajemen asuhan kebidanan merupakan metode pemecahan masalah

kesehatan ibu dan anak yang khusus dilakukan oleh bidan dalam memberikan

asuhan kebidanan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat (Walyani,

2015).

Varney dalam Walyani (2015) menjelaskan proses manajemen kebidanan

terdiri dari 7 langkah, yaitu :

a. Langkah 1. Pengumpulan Data dasar

Pada langkah ini dikumpulkan semua informasi yang akurat dari semua

yang berkaitan dengan kondisi klien. Data didapat dengan cara anamnesa,

pemeriksaan fisik dan tanda-tanda vital, pemeriksaan khusus dan pemeriksaan

penunjang.

Pengumpulan data meliputi data subjektif ataupun objektif, data yang

dikaji meliputi :

1) Data subjektif

a) Biodata diri (nama, umur, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat dan

identitas suami).

b) Kehamilan ini (Hari Pertama Haid Terakhir).

c) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu (normal)

d) Pola aktivitas sehari-hari (pola makan dan minum, pola BAK dan BAB,

pola istirahat).

e) Riwayat psikososial dan ekonomi (status perkawinan, respon terhadap

kehamilan ini, dukungan keluarga).


2) Data Objektif

a) Keadaan umum (baik, sikap lardosis) dan tanda-tanda vital (TB > 145

cm, kenaikan berat badan normal 6,5 sampai 16 kg, tekanan darah

normal sistol 100-130 mmHg dan diastol 60-90 mmHg, suhu badan

36,5-37,5 ºC (Hani, 2011). Menurut Vivian 2012 denyut nadi normal

adalah 60-80 kali per menit.

b) Kepala dan leher (tidak edema dan hiperpigmentasi muka, konjungtiva

tidak pucat, sklera tidak ikhterus, pembesaran kelenjar limfe, vena

jugularis dan kelenjar tiroid normal).

c) Dada (payudara : simetris, puting susu menonjol, pengeluaran asi

ada/tidak).

d) Abdomen (bentuk simetris, kaji apakah ada bekas luka operasi striae

lividae/albikans, linea nigra/pusca, tinggi fundus uteri sesuai dengan

usia kehamilan, pemeriksaan palpasi abdominal (menggunakan leopold,

ahlfled, budin, knebel), taksiran berat janin (berkisar 2500-4000 gram),

menurut (Indrayani 2011) denyut jantung janin (120-160 kali per

menit).

e) Ekstremitas (edema, varises,refleks).

f) Ano-genitalia (kebersihan, pengeluaran cairan, tanda- tanda infeksi :

tidak ada).

g) Pemeriksaan penunjang (darah: haemoglobin, golongan darah urin).


b. Langkah 2. Interpretasi Data Dasar

Pada langkah ini,dilakukan identifikasi yang benar terhadap

diagnosis/masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi data yang

benar sehingga ditemukan masalah atau diagnosis yang spesifik.

1) Diagnosa

Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosis, masalah

dan kebutuhan pasien berdasarkan interpretasi yang benar atas data yang

telah dikumpulkan.

Contoh diagnosis kebidanan : G2 P1 A0 H1 usia kehamilan 28

minggu, janin hidup tunggal, presentasi kepala, keadaan ibu dan janin

baik.

2) Masalah

Masalah yang sering muncul di trimester III:

a) Sering berkemih

b) Varises dan haemoroid

c) Sesak nafas

d) Bengkak dan kram pada kaki

e) Gangguan tidur dan mudah lelah

f) Nyeri perut yang hebat

g) Kontraksi Braxton hicks

h) Nyeri pinggang

i) Keputihan

3) Kebutuhan

Kebutuhan ditentukan berdasarkan keadaan dan masalah klien.


c. Langkah 3. Mengidentifikasi Diagnosa atau Masalah Potensial

Pada langkah ini bidan mengidentifikasi masalah atau diagnosa

potensial berdasarkan rangkaian dan diagnosa yang sudah diidentifikasi.

Langkah ini membutuhkan antisipasi bila memungkinkan dilakukan

pencegahan sambil mengawasi pasien, bidan bersiap-siap bila masalah

potensial benar-benar terjadi (Walyani, 2015). Contoh diagnosis potensial:

1) Anemia

Tindakan pencegahan/antisipasi dengan memberikan informasi

pada ibu untuk istirahat yang cukup, mengonsumsi nutrisi dan cairan,

mengkaji riwayat kehamilan. Anemia defisiensi zat besi dapat diberikan

terapi dengan senyawa-senyawa besi sederhana seperti fero sulfat, furamat,

glukonat yang memberikan sekitar 200 mg besi elemental perhari.

Sedangkan untuk anemia defesiensi vitamin B12 dapat diberikan terapi

dosis suntikan parenteral setiap minggu yang terdiri dari

hydroxocobalamin 1 mg selama 1 sampai 3 bulan untuk mengisi

kebutuhan vitamin B12 tubuh (Husin, 2014).

d. Langkah 4. Mengidentifikasi dan Menetapkan Kebutuhan yang

Memerlukan Penanganan Segera.

Langkah ini mengantisipasi perlunya tindakan segera oleh bidan/dokter

untuk konsultasi atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan lainnya.

e. Langkah 5. Merencanakan Asuhan yang Menyeluruh

Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh yang

ditentukan berdasarkan langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan

kelanjutan manajemen terhadap masalah atau diagnosis yang telah


diidentifikasi atau diantisipasi. Rencana asuhan yang meyeluruh tidak hanya

meliputi apa yang sudah diidentifikasi dari kondisi klien atau masalah yang

berkaitan tetapi juga dari apa yang diperkirakan akan terjadi seperti apa yang

dibutuhkan saat penyuluhan, konseling dan apakah perlu merujuk klien bila

ada masalah yang berkaitan dengan social-ekonomi, kultural atau psikologis

(Salmah, 2006).

Rencana asuhan pada trimester III berupa pemantauan kehamilan pada

usia 27-42 minggu seperti pemantauan penambahan berat badan berdasarkan

IMT ibu, pemeriksaan tekanan darah, pemeriksaan tinggi fundus uteri dan

penentuan berat badan janin, penentuan letak janin dengan palpasi abdominal,

melakukan pemeriksaan denyut jantung janin, deteksi terhadap masalah

psikologis dan berikan dukungan selama kehamilan, kebutuhan exercise ibu

yaitu dengan senam hamil, deteksi pertumbuhan janin dengan palpasi,

mengurangi ketidaknyamanan yang terjadi pada trimester III, deteksi dini

komplikasi yang terjadi pada trimester III dan melakukan tindakan kolaborasi

dan rujukan secara tepat, melibatkan keluarga dalam setiap asuhan, persiapan

laktasi, persiapan persalinan, melakukan kolaborasi pemeriksaan USG jika

ditemukan kemungkinan letak janin, letak plasenta atau penurunan

kesejahteraan janin, lakukan rujukan jika ditemukan tanda-tanda patologi pada

trimester III (Husin,2014).

f. Melaksanakan Asuhan

Pada langkah ini rencana asuhan yang menyeluruh yang telah dibuat

data dilaksanakan secara efisien seluruhnya oleh bidan atau dokter maupun tim

kesehatan lain.
g. Evaluasi

Melakukan evaluasi dari hasil yang diberikan meliputi pemenuhan

kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan

diagnosa/masalah.

2.2.1 Asuhan Kebidanan pada Ibu Bersalin

Manajemen Kebidanan Varney

a. Manajemen Kebidanan Pada Persalinan Kala I

1) Pengkajian

Bagian terpenting dalam anamnesis pada kala I persalinan meliputi

semua data subjektif yakni biodata, riwayat pasien berupa keluhan utama,

riwayat kebidanan dan riwayat menstruasi, gangguan kesehatan alat

reproduksi, riwayat kehamilan, persalinan, nifas dan KB yang lalu, riwayat

kesehatan, status perkawinan, pola makan, pola minum, pola istirahat,

personal hygiene, aktivitas seksual, keadaan lingkungan, respon keluarga

terhadap persalinan, respon pasien terhadap kelahiran bayinya, respon

suami pasien terhadap kehamilan ini, pengetahuan pasien tentang proses

persalinan, adat istiadat setempat yang berkaitan dengan persalinan

(Sulistyawati, 2012).

Dan data okjektif terdiri dari pemeriksaan dan penilaian yang

dilakukan pada:

a) Keadaan umum : Baik

b) Kesadaran : compos mentis

c) Tanda vital
TD: sistolik meningkat sekitar 10-20 mmHg, diastolic meningkat 25-10

mmHg, Suhu meningkat 0,5-1 oC, pernapasan dalam batas normal,

peningkatan denyut nadi pada saat kontraksi (Rukiyah, 2011)

d) Kepala terdiri dari rambut (seperti kebersihan), telinga (kebersihan

didalamnya), mata (warna sklera dan konjungtiva), hidung, dan mulut

(kebersihan mulut, gigi, bibir pucat/tidak)

e) Leher (ada tidak pembesaran kelenjar toroid dan vena jugolaris)

f) Dada (payudara simetris, bersih, puting susu menonjol, areola)

g) Perut (pembesaran perut, linea, striae, gerakan janin, dan bekas luka

operasi)

h) Ekstremitas: oedema pada muka, tangan dan kaki, refleks patella

i) Genitalia : cairan lendir darah (bercak darah), perdarahan, cairan

ketuban, penipisan serviks, dilatasi, penurunan kepala janin, selaput

ketuban (Rukiyah, 2011)

j) Anus (ada atau tidak haemoroid)

k) Pemeriksaan penunjang ( Hb)

2) Interpretasi Data Dasar

a) Diagnosis kebidanan/Nomenklatur berupa:

1. Status paritas yakni primigravida atau multigravida

2. Usia kehamilan dalam minggu

3. Kala dan fase persalinan

4. Keadaan janin

5. Normal atau tidak normal


b) Masalah

Dalam asuhan kebidanan istilah masalah dan diagnosis dipakai

keduanya karena beberapa masalah tidak dapat didefenisikan sebagai

diagnosis tetapi perlu dipertimbangkan untuk rencana menyeluruh.

Misalnya pada kala I mengenai kekhawatiran terhadap persalinan

(sulistyawati, 2012)

c) Kebutuhan pasien

Kebutuhan pasien dibuat berdasarkan keadaan dan masalahnya.

Contohnya kebutuhan untuk KIE, bimbingan tentang control

pernafasan, dan posisi meneran (Sulistyawati, 2012).

3) Antisipasi Masalah Potensial/ diagnosa

Pada langkah ini bidan mengidentifikasi masalah atau diagnosis

potensial lain berdasarkan rangkaian masalah yang ada.

4) Tindakan Segera

Jika bidan melakukan pertolongan persalinan mandiri dan hasil

pemeriksaan menunjukkan adanya tanda bahaya pada pasien, maka

tindakan yang harus dilakukan adalah merujuk pasien dengan melakukan

tindakan stabilisasi terlebih dahulu. Jika pertolongan persalinan dilakukan

di rumah sakit maka sesegera mungkin bidan melaporkan kondisi pasien

kepada dokter.

5) Perencanaan

Semua perencanaan dibuat berdasarkan pertimbangan yang tepat

meliputi pengetahuan, teori yang terbaru, evidence based care, serta

validasi dengan suami mengenai apa yang diinginkan dan tidak diinginkan
oleh pasien. Berikut contoh perencanaan yang dapat ditentukan sesuai

dengan kondisi pasien.

a) Evaluasi terus menerus

1. Waspada adanya tanda bahaya persalinan

2. Pengukuran tanda vital

3. Pengeluaran pervaginam

4. Proses adaptasi psikologis pasien dan suami

5. Intake cairan dan nutrisi

6. Kemampuan dan kemauan pasien untuk berperan dalam proses

persalinan

7. Kemajuan persalinan (portio, ketuban, presentasi, penurunan,

posisi)

8. Kesejahteraan janin (DJJ: 120-160 x/menit)

9. Pengosongan kandung kemih (kosong)

b) Mengatasi ketidaknyamanan selama proses persalinan

Sering BAK, punggung pegal, kaki pegal, sesak nafas, mual dan

muntah, susah BAB, badan terasa gerah atau panas, nyeri akibat his,

karam pada tungkai bawah.

c) Pemberian informasi kepada pasien dan keluarga

1. Hasil pemeriksaan

2. Indikator kemajuan persalinan seperti pembukaan serviks

3. Perlengkapan ibu dan bayi yang harus disiapkan

4. Apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh pasien

5. Apa yang sebaiknya dilakukan pendamping


6. Penolong persalinan

d) Mengatasi cemas

1. Kaji penyebab cemas

2. Libatkan keluarga untuk mengkaji penyebab cemas dan alternative

penanganannya

3. Berikan dukungan mental dan spiritual kepada pasien dan keluarga

4. Fasilitasi kebutuhan pasien yang berkaitan dengan penyebab cemas

6) Pelaksanaan

Pada langkah ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang

diuraikan pada perencanaan dilaksanakan secara efisien dan aman.

7) Evaluasi

Untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan asuhan yang

diberikan kepada psien, mengacu pada pertimbangan sebagai berikut:

a) Tujuan asuhan kebidanan

b) Efektifitas tindakan

c) Hasil yang diberikan (Sulistyawati, 2012)

b. Manajemen Kebidanan Pada Kehamilan Kala II

1) Pengkajian

a) Data subjektif

Data yang mendukung bahwa pasien dalam persalinan kala II

setelah pasien mengatakan ingin meneran.

b) Data objektif

1. Ekspresi wajah pasien serta bahasa tubuh yang menggambarkan

suasana fisik dan psikologis pasien menghadapi persalinan kala II.


2. Vulva dan anus membuka, perineum menonjol

3. Hasil pemantauan kontraksi lebih dari 40 detik, frekuensi lebih dari

3 kali dalam 10 menit, intensitas kuat.

4. Pembukaan serviks lengkap

2) Interpretasi Data Dasar

Diagnosis : parturient kala II

Masalah : nyeri yang hebat

Kebutuhan: menghadiri pendamping, mengatur posisi ibu dan

mengajarkan ibu teknik mengedan yang benar

3) Merumuskan Masalah Potensial dan diagnosa serta antisipasinya

Contoh: robekan perineum

Antisipasi: lakukan penahanan perineum

Ditegakkan berdasarkan hasil interpretasi data pada kala dua

4) Mengidentifikasi kebutuhan akan tindakan segera

Bidan harus yakin bahwa pada setiap kasus persalinan dengan

diagnosis potensial pada kala dua, tindakan rujukan merupakan langkah

yang paling aman untuk pasien.

5) Merencanakan Asuhan

6) Perencanaan pada persalinan kala dua sebagai berikut:

a) Jaga kebersihan pasien

b) Atur posisi

c) Libatkan suami dalam proses persalinan

7) Melaksanakan Asuhan

Asuhan dilaksanakan sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat.


8) Evaluasi

Pada akhir kala dua, bidan melakukan evaluasi antara lain:

a) Keadaan umum bayi, jenis kelamin, spontanitas menangis, warna kulit

b) Keadaan umum pasien, kontraksi, perdarahan, kesadaran

c) Memastikan adanya janin kedua

c. Manajemen Kebidanan Pada Persalinan Kala Tiga

1) Pengkajian

Data subjektif adalah pasien mengatakan bahwa bayinya telah lahir

melalui vagina, pasien mengatakan bahwa ari-arinya belum lahir dan

pasien mengatakan perut bagian bawahnya terasa mulas (Sulistyawati,

2012)

Data objektif adalah bayi lahir secara spontan pervaginam tanggal

dan jam, jenis kelamin, normal atau ada kelainan, menangis spontan kuat,

kulit dan warna kemerahan, plasenta belum lahir, tidak teraba janin kedua,

teraba kontraksi uterus.

2) Interpretasi Data Dasar

Diagnosa : Parturient kala III

Masalah: ibu merasakan mules dan merasa lelah

Kebutuhan: memenuhi istirahat, nutrisi

3) Mengidentifikasi diagnosis, antisipasi masalah potensial

Diagnose potensial yang mungkin muncul pada kala tiga adalah

gangguan kontraksi pada kala tiga dan retensio plasenta, contoh

perdarahan
4) Mengidentifikasi kebutuhan akan tindakan segera seperti massase,dan

pengeluaran plasenta secara lengkap

5) Merencanakan Asuhan

Pada kala tiga bidan merencanakan tindakan sesuai dengan tahapan

persalinan normal.

6) Melaksanakan Asuhan

a) Melakukan palpasi untuk memeriksa ada tidaknya bayi kedua

b) Memberikan suntikan oksitosin dosis 0,5 cc secra IM

c) Melibatkan keluarga dalam pemberian nutrisi

d) Melakukan pemotongan tali pusat

e) Melakukan PTT

f) Melahirkan plasenta

7) Evaluasi

a) Keadaan kontraksi uterus

b) Tinggi TFU dalam jari dibawah pusat

c) Jumlah perdarahan

d) Ada atau tidaknya laserasi jalan lahir

e) Kondisi umum pasien

f) Tanda vital

d. Manajemen Kebidanan Pada Persalinan Kala Empat

1) Pengkajian

Data subjektif yaitu pasien mengatakan bahwa ari-arinya telah

lahir, pasien mengatakan perutnya mulas, pasien merasa lelah tapi bahagia.
Data Objektif yaitu waktu plasenta lahir spontan, tinggi TFU dalam

hari dibawah pusat dan keadaan kontraksi uterus.

2) Interpretasi Data Dasar

Diagnosis: parturien kala IV

Masalah: ibu merasa lelah

Kebutuhan: memenuhi istirahat, nutrisi, mobilisasi dini, IMD

3) Mengidentifikasi diagnosis dan antisipasi masalah Potensial

Masalah potensial ditentukan berdasarkan data yang diperoleh

melalui pengakjian pada kala III serta perjalanan persalinan pasien dari

awal

4) Mengidentifikasi kebutuhan akan tindakan segera seperti aksplorasi sisa

plasenta, kompresi bimanual eksterna interna, pemeberian infuse dan

uterotonika

5) Merencanakan Asuhan

a) Lakukan pemantauan intensif pada pasien

b) Lakukan penjahitan luka perineum

c) Penuhi kebutuhan pasien pada kala empat

6) Melaksanakan Asuhan

a) Melakukan pemantauan kala empat

1. Tanda-tanda vital

2. Tinggi Fundus Uteri

3. Kontraksi uterus

4. Kandung Kemih dan Lokhea

b) Melakukan penjahitan luka perineum


c) Memantau jumlah perdarahan

d) Memenuhi kebutuhan pada kala empat

e. Evaluasi

Hasil akhir dari asuhan persalinan yang baik adalah pasien dan bayi

dalam keadaan yang baik ditunjukkan dengan stabilitas fisik dan psikologis

pasien. Kriteria dari keberhasilan ini adalah sebagai berikut:

1) Tanda vital pasien normal

2) Perkiraan jumlah perdarahan total selama persalinan tidak lebih dari 500

cc

3) Kontraksi uterus baik

4) IMD berhasil

5) Pasien dapat berinteraksi dengan peran barunya (Sulistyawati, 2012).

2.3.1 Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas

a. Standar Asuhan Kebidanan

Standar asuhan kebidanan berdasarkan keputusan menteri kesehatan

Republik Indonesia no 938/Menkes/SK/VIII/2007 tentang asuhan kebidanan

adalah acuan dalam proses pengambilan keputusan dan tindakan yang

dilakukan oleh bidan sesuai wewenang dan ruang lingkup praktik berdasarkan

ilmu dan kiat kebidanan.

1) Standar I : Pengkajian

Bidan mengumpulkan semua informasi yang akurat, relevan, dan

lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien.

2) Standar II : Perumusan diagnosa dan masalah kebidanan


Bidan menganalisa data yang diperoleh dari pengkajian,

menginterprtasikan secara akurat dan logis untuk menegakkan diagnose

dan masalah kebidanan yang tepat.

3) Standar III : Perencanaan

Bidan merencakan asuhan kebidanan berdasarkan diagnosa yang

ditegakkan.

4) Standar IV : Implementasi

Bidan merencanakan rencana asuhan kebidanan secara

komprehensif, efektif, efisien dan aman berdasarkan evidence based

kepada klien/pasien, dalam bentuk upaya promotif, preventif, kuratif, dan

rehabilitative. Dilaksankan secara mandiri, kolaborasi dan rujukan.

5) Standar V : Evaluasi

Bidan melakukan evaluasi secara sistematis dan berkesinambungan

untuk melihat keefektifan dan asuhan yang sudah diberikan, sesuai dengan

perubahan, perkembangan kondisi pasien.

6) Standar VI : Pencatatan asuhan kebidanan

Bidan melakukan pencatatan secara lengkap, akurat, singkat dan

jelas mengenai keadaan/kejadian yang ditemukan dan dilakukan dalam

memberikan asuhan kebidanan.

b. Manajemen kebidanan ibu nifas (Varney)

Manajemen kebidanan terdiri dari 7 yang berurutan, yang dimulai

dengan pengumpulan data sampai dengan evaluasi.

1) Langkah 1 : Mengumpulkan data


Mengumpulkan semua data yang dibutuhkan untuk menilai

keadaan klien secara keseluruhan. Data dapat dikumpulkan dari berbagai

sumber melalui 3 macam teknik, yaitu : wawancara, observasi, dan

pemeriksaan.

Pengkajian ibu pada masa nifas normal mencakup pengkajian data

fisik dan psikologis, riwayat kesehatan ibu, pemeriksaan fisik (tanda-tanda

vital, payudara, uterus, kandung kemih, genetalia, perineum, ekstremitas

bawah, pengkajian psikologis, dan pengetahuan ibu), dan pemeriksaan

penunjang (Roito, 2013).

Hal-hal yang perlu dikaji pada kunjungan ibu nifas yaitu :

a) KF 1 (6 jam – 3 hari)

1. Keadaan Umum : letih/lelah, cemas (Maryunani, 2009)

2. TTV

TD : <140/90 mmHg Nadi : 60-100 x/menit

Pernafasan : 18-20 x/menit Suhu : naik ±0,5C dari

keadaan normal (Saleha, 2009)

3. Payudara:

Putting susu : Menonjol

Areola mamae : Hiperpigmentasi

Pengeluaran ASI : Kolostrum

4. Keadaan Fundus Uteri: Kontraksi uterus baik

Konsistensi : keras

Tinggi Fundus Uteri : 2-3 jari di bawah pusat

5. Kandung kemih
Sulit buang air kecil

6. Pengeluaran per vaginam

Lokhia : merah (rubra)

Jumlah Perdarahan : normal (hanya perlu mengganti pembalut 2-4

jam) (Maryunani, 2009).

7. Perineum

Utuh/tidak utuh

Luka jahitan tidak ada tanda-tanda infeksi

Nyeri bila ada jahitan (Sulistyawati, 2009)

b) KF 2 (7-28 hari)

1. Keadaan umum : sudah bisa melakukan pekerjaan ringan

(Prawirohardjo, 2010)

2. TTV

TD: 120/80 mmHg, nadi: 60-80 x/menit, pernafasan:16-20 x/menit,

suhu: <37,2OC (Saleha, 2009)

3. Payudara : Putting susu: Menonjol Areola mamae:

Hiperpigmentasi

Pengeluaran ASI : ASI matur (Maryunani. 2009)

4. Keadaan Fundus Uteri

Kontraksi : baik

Konsistensi: keras

Tinggi Fundus Uteri : 1 minggu pertengahan pusat-simpisis

2 minggu tidak teraba (Sundawati, 2011)


5. Kandung kemih

Lancar saat buang air kecil

6. Pengeluaran pervaginam

Lokhia : hari ke-3 sampai ke-7 warna merah kecoklatan

(sanguilenta)

Hari ke-7 sampai ke-14 warna kuning kecoklatan (serosa)

Hari ke >14 warna putih (alba)

Jumlah perdarahan : normal (Saleha, 2009).

7. Perineum

Utuh/tidak utuh

Jahitan sudah menyatu (bila ada jahitan sebelumnya).

Tidak ada tanda-tanda infeksi (Sulistyawati, 2009).

c) KF 3 (29-42 hari)

1. Keadaan umum : sudah bisa melakukan pekerjaan seperti sebelum

hamil (Prawirohardjo, 2010).

2. TTV

TD : 120/80 mmHg Nadi : 60-80 x/menit

Pernafasan : 16-20 x/menit Suhu : <37,2OC (Saleha,

2009).

3. Payudara

Putting susu : menonjol Areola mamae :Hiperpigmentais

Pengeluaran ASI : ASI matur (Maryunani, 2009)

4. Keadaan Fundus Uteri

Kontraksi uterus : baik Konsistensi: keras


Tinggi Fundus Uteri : Normal (Sundawati, 2011).

5. Kandung kemih

Lancar saat buang air kecil

6. Pengeluaran pervaginam

Lokhia : hari ke >14 warna putih (alba)

Jumlah perdarahan: normal (Saleha, 2009)

7. Perineum

Utuh/tidak utuh

Jahitan sudah menyatu (bila ada jahitan sebelumnya)

Tidak ada tanda-tanda infeksi (Sulistyawati, 2009).

2) Langkah II : Interpretasi data

Pada langkah ini, dilakukan identifikasi terhadap diagnose, masalah

dan kebutuhan pasien berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data

yang telah dikumpulkan, langkah awal dari perumusan diagnose atau

masalah adalah pengolahan data dan analisa dengan menggabungkan data

satu dengan lainnya sehingga tergambar fakta. Dalam asuhan kebidanan,

kata “masalah: dan “diagnose: keduanya dipakai karena beberapa masalah

tidak dapat di definisikan sebagai diagnose, tetapi tetap perlu di

pertimbangan untuk membuat rencana yang menyeluruh.

Masalah sering berhubungan dengan bagaimana wanita mengalami

kenyataan terhadap diagnosanya.

Rumusan diagnose pada ibu nifas yaitu ; diagnose, P…A…H… ibu

postpartum hari ke… dengan…


3) Langkah III : Merumuskan diagnose/masalah potensial

Bidan mengidentifikasi masalah atau diagnose potensial lain

berdasarkan rangkaian masalah yang lain juga. Langkah ini membutuhkan

antisipasi dan bila memungkinkan akan dilakukan pencegahan.

Berikut adalah beberapa diagnose potensial yang mungkin

ditemukan pada pasien nifas :

a) Perdarahan

Antisipasinya : observasi keadaan umum dan TTV, observasi TFU,

observasi kandung kemih, observasi kontraksi uterus

b) Bendungan ASI

Antisipasinya : perawatan payudara, cara menyusi yang benar

c) Infeksi luka perineum

Antisipasinya : observasi jahitan, konseling kebersihan/ personal

hygiene dan cara merawat luka perineum, memberitahu ibu tanda-tanda

infeksi (Varney dalam kutipan buku Sulistyawati, 2009).

4) Langkah IV : Penanganan segera

Bidan melaukan perannya sebagai penolong dan pengajar dalam

mempersiapkan ibu dan keluarganya pada masa postpartum. Bidan yang

memeberi perawatan postpartum dirumah melanjutkan perawatan dalam

berbagai bentuk dan cara, misalnya konseling suportif, pengajaran, dan

perujukan yang didasarkan pada tambahan berkelanjutan kedalam data

dasar. Pada kasus nifas normal, langkah ini memungkinkan tidak

ditemukan. Nemaun, apabila ditemukan maka harus segera dilakukan


tindakan seperti kolaborasi atau rujukan (Varney dalam kutipan buku

Saleha, 2009).

5) Langkah V : Merencanakan asuhan

Pada langkah ini direncankaan asuhan yang menyeluruh

berdasarkan langkah sebelumnya, semua perencanaan yang dibuat harus

berdasarkan pertimbangan yang tepat, meliputi pengetahuan, ekonomi,

keluarga, budaya.

Melakukan rencana ashuan seperti :

a) KF 1 (6 jam-3 hari)

1. Mencegah terjadinya perdarahan pada masa nifas.

2. Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan dan

memeberikan rujukan bila perdaraan berlanjut.

3. Memberikan konseling kepada ibu atau salah satu anggota keluarga

mengenai bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena

atonia uteri.

4. Memeberikan informasi tentang ASI eksklusif dan cara menyusui

yang benar.

5. Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir.

6. Mejaga bayi agar tidak hipotermi.

b) KF 2 (7-28 hari)

1. Memastikan involusi uteri berjalan normal : uterus berkontraksi,

fundus dibawah umbilicus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak

ada bau.
2. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi, atau kelainan pasca

melahirkan.

3. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak ada kesulitan.

4. Menanyakan pada ibu tentang penulit-penyulit yang ia atau bayi

alami.

c) KF 3 (29-42 hari)

1. Menanyakan kepada ibu tentang penyulit-penyulit yang ibu dan

bayi alami.

2. Memberikan konseling KB secara dini

6) Langkah VI : Pelaksanaan asuhan

Rencana menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada langkah

kelima dilakukan secara efisien dan aman. Realisasi dari perencanaan

dapat dilakukan oleh bidan, pasien anggota keluarga yang lain. Jika bidan

tidak melakukannya sendiri, ia tetap memikul tanggungjawab atas

terlaksananya seluruh perencanaan.

Ada beberapa pelaksanaan asuhan kebidanan yaitu : pada kasus ibu

nifas normal, pelaksanaan yang dilakukan yaitu : pemeriksaan tanda-tanda

vital; peneriksaan tinggi fundus uteri (involusi uteri); pemeriksaan lokhia

dan pengeluaran pervaginam. (Varney dalam kutipan Sulistyawati, 2009).

7) Langkah VII : Evaluasi

Untuk bisa efektif, evaluasi didasarkan pada harapan pasien yang

diidentifikasi saat merencanakan asuhan kebidanan. Bidan merasa cukup

yakin bahwa asuhan yang diberikan cukup efektif, jika hasil akhir berikut

bisa dicapai.
Dalam asuhan kebidanan pada ibu nifas, bida perlu melakukan

evaluasi ulang mengenai tindakan yang telah dilakukan apakah telah

berhasil atau memerlukan intervensi lebih lanjut seperti pemberian ASI,

jahitan pada perineum telah menyatu atau tidak, dan personal hygiene

(Varney dalam kutipan buku Saleha, 2009).

2.4.6 Asuhan Kebidanan pada bayi baru lahir

a. Asuhan Kebidanan Pada Kunjungan Neonatus (KN)

Bayi baru lahir atau yang lebih dikenal dengan neonatal merupakan

kelompok yang paling rentan terhadap gangguan kesehatan. Beberapa upaya

kesehatan dilakukan untuk mengendalikan risiko pada kelompok ini

diantaranya dengan mengupayakan agar persalinan dapat dilakukan oleh tenaga

kesehatan di fasilitas kesehatan serta menjamin tersedianya pelayanan

kesehatan sesuai standar pada kunjungan neonatal.

1) Asuhan kebidanan KN 1 (6-18 jam)

Langkah manajemen kebidanan dijabarkan sebagai berikut:

a) Tahap pengumpulan data dasar

Data yang dikumpulkan saat kunjungan Neonatal adalah:

(a) Data subjektir,adalah keluhan yang di sampaikan ibukeluarga.

(b) Data objektif adalah pemeriksaan yang dilakukan bidan terhadap

neonatus seperti: keadaan umum bayi (tonus otot bayi, warna

kulit), hasil pemeriksaan Tanda Tanda vital (normalnya suhu 36 -


0
37,5 C nadi 120-160 kali/menit, pernafasan 40-60 kali/menit,

pemeriksaan fisik (pemeriksaan tali pusat tidak ada perdarahan,


ekstremitas normal, dan masalah yang lazim tejadi pada neonatus),

refleks normal, dan periksa tanda- tanda bahaya pada neonatus.

b) Interpretasi data.

Contoh diagnosa kebidanan saat melakukan kanjungan neonatal

1 (KN1) adalah:

diagnosa : neonatal usia 9 jam, keadaan normal

masalah : penurunan suhu tubuh bayi

kebutuhan : menjaga kehangatan bayi dan pencegahan kehilangan

panas

c) Antisipasi diagnosa dan masalah potensial

Misalnya untuk diagnosa potensial yaitur hipotermi potensial

menyebabkan hipoglikemi, antisipasi yang dapat dilakukan adalah

mencegah kehilangan panas pada bayi dan pemberian Asi secara

adekuat sehingga tidak terjadi penurunan glukosa dalam darah bayi.

d) ldentifikasi tindakan segera

Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau

dokter untuk dikonsultasikan atau segera ditangani dengan anggota tim

kesehatan lain sesuai dengan kondisi bayi. Misalnya bila bayi tidak

bernafas dalam waktu 30 detik, segera cari bantuan dan mulailah

langkah - langkah resusitasi pada bayi tersebut.

e) Merencanakan asuhan kebidanan pada neonatus

Merencanakan asuhan menyeluruh yang nasional dan sesuai

dengan temuan dari langkah sebelumnya seperti:

(a) Rencanakan untuk mempertahankan suhu tubuh bayi agar tetap


hangat dengan melaksanakan kontak antara kulit ibu dan bayi,

periksa setiap 15 menit telapak kaki bayi dan pastikan dengan

Periksa suhu aksila bayi.

(b) Setiap kontak dengan ibu, fasilitasi untuk pemberian ASI

(c) Lakukan perawatan tali pusat

(d) Lakukan bounding attachmen antara ibu dan bayinya melalui

sentuhan, kontak mata, suara. aroama, hiburan, bioritme, kontak

dini, kehangatan tubuh, waktu pemberian kasih sayang, dan

stimulasi hormonal (Dewi, 2010).

(e) Periksa pola eliminasi pada neonatus

(f) Periksa pola tidur bayi normalnya bayi tidur selama ±16 jam/hari

(g) Berikan konseling tentang menjaga kehangatan bayi, pemberian

ASI. perawatan tali pusat, dan tanda bahaya umum.

(h) Berikan perawatan rutin sehari-hari dan ajarkan pada ibu (wildan,

2008).

f) Implementasi asuhan sesuai yang direncanakan

Melaksanakan rencana asuhan pada reonatus sesuai rencana atau

sesuai kebutuhan.

g) Evaluasi

Melakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang diberikan

meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan, apakah benar-benar telah

terpenuhi sesuai dengan kebutuhan neonatus sebagaimana telah

diidentifikasi di dalam diagnosa dan masalah (Rukiyah, 2010)


2) Asuhan kebidanan KN 2 (3-7 hari).

Langkah manajemen kebidanan dijabarkan sebagai berikut:

a) Tahap pengumpulan data dasar

Data yang dikumpulkan saat kunjungan neonatal 2 adalah:

(a) Data objektif, adalah pemeriksaan yang dilakukan bidan terhadap

neonatus seperti: pemeriksaan tanda-tanda vital (normalya suhu 36-

37,5 °c, nadi 100-120 kali/menit, pemafasan 40-60 kali/menit,

periksa berat badan bayi (normal bila BB neonatus turun tidak

lebih dari 10 % pada hari 10 hari pertama), pemeriksaan fisik

seperti: ekstremitas, tali pusat (normalnya tidak berbau, tidak

kemerahan, tidak bernanah. periksa intake output pada neonatus,

periksa tanda tanda bahaya pada neonatus, pola tidur bayi, dan nilai

keadaan umum bayi.

b) Interpretasi data

Contoh diagnosa kebidanan saat melakukan kunjungan neonatal

2 (KN2) adalah

Diagnosa : Neonatus usia 3 hari, keadaan normal

Masalah : bayi selalu tidur, dan jarang menyasu

Kebutuhan : beri bayi Asi setiap 2 jam, jika bayi tidur bangunkan bayi.

c) Antisipasi diagnosa dan masalah potensial

Misalnya untuk diagnosa potensial yaitu: neonatus dengan

ikterus fisiologis potensial menyebabkan kern ikhterus/ikterus

patologis, antisipasi yang dapat dilakukan adalah mencegah ikterus

fisiologis mengarah ke ikterus patologis dengan cara memberikan ASI


sesering mungkin dan menjemur bayi di bawah sinar matahari dengan

kondisi telanjang selama 30 menit, 15 menit posisi telantang, dan 15

menit lagi posisi tengkurup (Dewi, 2010)

d) ldentifikasi tindakan segera

Mengidentifikasi perlunya tindakan secara oleh bidan atau

dokter untuk dikonsultasikan atau segera ditangani dengan anggota tim

kesehatan lain sesuai dengan kondisi bayi.

e) Merencanakan asuhan kebidanan pada neonatus

(a) Pertahankan suhu tubuh bayi

(b) Deteksi tanda-tanda bahaya pada Neonatus

Mendeteksi tanda-tanda bahaya seperti pernapasan sulit,

suhu tubuh terlalu hangat/terlalu dingin, tidak mau menyusu,

kejang, lemah, tali pusat kemerahan dan bermanah.

(c) Nilai pola tidur neonatus, apakah bayi tidur cukup minimal sekitar

16 jam sehari

(d) Menjaga keamanan bayi

Memberitahu ibu untuk tidak meninggalkan bayi tanpa ada

yang menunggu.

(e) Nilai eliminasi buang air besar bayi

Melihat apakah feses neonatus normal, encer, atau keras.

dan menilai apakah neonatus memiliki masalah dalm proses

eliminasi

(f) Pantau Pemberian minum pada bayi

Melihat neonatus menyusu secara adekuat atau tidak, dan


memantau masalah dalam pemberian ASI.

(g) Pantau berat badan bayi

(h) Lakukan pijat bayi

f) Implementasi asuhan sesuai yang direncanakan

Melaksanakan rencana asuhan pada neonatus sesuai rencana

atau sesuai kebutuhan

g) Evaluasi

Melakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang diberikan

meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan, apakah benar-benar telah

terpenuni sesuai dengan kebutuhan neonatus sebagaimana telah

diidentifikasi di dalam diagnosa dan masalah (Rukiyah, 2010).

3) Asuhan kebidanan KN 3 (8-28 hari)

Langkah manajemen kebidanan dijabarkan sebagai berikut:

a) Tahap pengumpulan data dasar

Data yang dikumpulkan saat kunjungan Neonatal adalah:

(a) Data subjektif adalah keluhan yang disampaikan ibu keluarga.

(b) Data objektif, adalah pemeriksaan yang dilakukan bidan terhadap

neonatus seperti: pemeriksaan tanda-tanda vital, penimbangan berat

badan, deteksi dini tanda bahaya pada neonatus, dan keadaan

umum bayi

b) Interpretasi data

Contoh diagnosa kebidanan saat melakukan kunjungan neonatal

3 (KN3) adalah:

Diagnose : neonatus usia 21 hari keadaan normal


masalah : bayi sering bab dan feses encer

kebutuhan : teruskan pemberian Asi secara adekuat, jaga kebersihan

lingkungan dan personal hygiene

c) Antisipasi diagnosa dan masalah potensial

Misalnya untuk diagnosa potensial yaitu: bayi yang mengalami

hipertermia potensial menyebabkan kejang. Antisipasi yang dapat

dilakukan adalah menjaga suhu tubuh bayi agar tidak mengalami panas

yang terlalu tinggi yang dapat menyebabkan kejang.

d) Identifikasi tindakan segera

Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau

dokter untuk dikonsultasikan atau segera ditangani dengan anggota tim

kesehatan lain sesuai dengan kondisi bayi.

e) Merencanakan asuhan kebidanan pada neonatus

(a) Beritahu ibu pemberian imunisasi

Memberikan konseling kepada ibu tentang pemberian imunisasi

pada neonatus usia 1 bulan.

(b) Nilai tanda-tanda bahaya pada Neonatus

(c) Perhatikan intake output pada neonatus

(d) Konseling pemberian Asi eksklusif

(e) Pantau berat badan bayi

(f) Menimbang bayi dan Memantau kenaikan berat badan bayi.

f) Implementasi asuhan sesuai yang direncanakan

Melaksanakan rencana asuhan pada neonatus sesuai rencana

atau sesuai kebutuhan.


g) Evaluasi

Melakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang diberikan

meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan, apakah benar-benar telah

terpenuhi sesuai dengan kebutuhan neonatus sebagaiman telah

diidentifikasi di dalam diagnosa dan masalah (Rukiyah, 2010).

Anda mungkin juga menyukai