Anda di halaman 1dari 105

4.4.

Materi, Pendekatan Proses Keperawatan, dan Soal Keperawatan Jiwa

4.4.1. Materi dan Pendekatan Proses Perawatan Masalah Psikososial

Materi utama pada asuhan keperawatan pada masalah psikologi meliputi: ansietas,

kehilangan, ketidak berdayaan, berduka, gangguan citra tubuh keputusan, dab harga diri

rendah situasional.

4.4.1.1. Ansietas

A. Materi

Ansietas atau kecemasan adalah perasaan was – was, khawatir, takut yang tidak jelas

atau ketidak nyamanan seakan – akan terjadi sesuatu yang mengancam. Salah satu

penyebab kecemasan adalah tindakan pembedahan karena merupakan ancaman

terhadap integritas tubuh dan jiwa seseorang. Perubahan yang terjadi akibat

kecemasan: Respon fisiologis terhadap system syaraf otonom: peningkatan frekuensi

nadi, respirasi, peningkatan tekanan darah dan suhu, relaksasi otot polos: kandung

kemih dan usus ( sering BAB dan BAK ), kulit dingin dan lembab, dan perubahan pada

tidur. Respon psikologis menimbulkan ada rasa ketakutan khawatir dan was – was.

Respon kognitif menyempitkan.

111 Proses Perawatan

a. Pengkajian

Adanya perubahan fisiologis, psikologis dan kognitif.

b. Diagnosis

Ansietas

c. Perencanaan / Tindakan
Identifikasi tanda – tanda ansietas. Ajarkan tehnik tarik nafas dalam. Lakukan

distraksi. Lakukan spiritual. Hipnotis lima jari

d. Evaluasi

Peningkatan kemampuan pasien mengatasi ansietas ditandai dengan tanda

– tanda vital dalam batas normal, mampu mengontrol perilaku, dan lapang

persepsi meluas.

4.4.1.2. Ketidak berdayaan

A. Materi

Ketidak berdayaan adalah salah satu kondisi dimana individu mempersiapkan

bahwa tindakan yang dilakukan individu tidak akan memberikan hasil yang

bermakna sehingga menyebabkan hilang control atas situasi saat ini maupun yang

akan terjadi ( Wilkinson, 2012 ). Pasien merasa bahwa tidak ada upaya yang akan

mengubah pada masalahnya, sehingga akan menyebabkan emosi rasa takut,

perasaan kehilangan dan kesedihan. Proses ketidak berdayaan bisa disebabkan

karena penilaian negative terhadap diri sendiri yang salah satunya disebabkan

perubahan fisik / penampilan yang dapat menyebabkan gangguan citra tubuh.

B. Proses Keperawatan

a. Pengakajian

Klien ketidak berdayaan memperlihatkan keragu – raguan terhadap

penampilan peran, ketidak mampuan perawatan diri, tidak dapat

mengahasilkan sesuatu, ketidak puasan dan frustasi, menghindari orang lain,

menunjukan perilaku ketidak mampuan mencari informasi tentang


perawatan, tidak bisa pengambilan keputusan, ketergantungan terhadap

orang lain, dan gagal mempertahankan ide / pendapat.

Klien juga terlihat apatis dan pasif, ekspresi muka murung, bicara dan

gerakan lambat, tidur berlebihan, serta nafsu makan tidak ada lagi atau

berlebihan.

b. Diagnosis

Ketidak berdayaan

c. Perencanaan dan Tindakan

Bantu pasien untuk mengekspresikan perasaannya. Diskusikan tentang

masalah yang dihadapi pasien tanpa memintanya untuk menyimpulkan.

Identifikasi pemikiran yang negative. Membantu pasien untuk meningkatkan

pemikiran yang positif.

d. Evalusi

Klien mampu mengendalikan perasaan ketidak berdayaan ditandai dengan

mengungkapkan pikiran positif akan kemampuannya mengendalikan situasi

4.4.1.3. Berduka

A. Materi

Kehilangan ( loss ) adalah suatu situasi actual maupun risiko yang dapat dialami

individu ketika berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya ada, baik sebagian atau

keseluruhan, atau terjadi perubahan dalam hidup sehingga terjadi perasaan

kehilangan. Kehilangan dapat berupa kehilangan: objek, pekerjaan, fungsi, status,


bagian tubuh, hubungan sosial, termasuk orang yang berarti. Berduka ( grieving )

merupakan orang yang berarti. Berduka ( grieving ) merupakan reaksi emosional

terhadap kehilangan. Hal ini diwujudkan dalam berbagai cara yang unik pada masing

– masing orang dan didasarkan pada pengalaman pribadi, espektasi budaya, dan

keyakinan spiritual yang dianutnya.

Tindakan amputasi merupakan suatu tindakan yang dilakukan untuk menyelamatkan

seluruh tubuh. Amputasi adalah bisa menyebabkan kehilangan Respon kehilangan

menurut Kubler Ross membagi menjadi beberapa tahapan.

1) Denial ( mengingkari peristiwa yang terjadi, tidak percaya itu terjadi, letih, lesu,

mual, gelisah, tidak tahu apa yang akan dilakukan )

2) Anger ( melampiaskan kekesahan, nada suara tinggi, berteriak, berbicara kasar,

menyalahkan orang lain, menolak pengobatan, agresif, nadi cepat, gelisah,

tangan mengepal, susah tidur )

3) Bargaining ( berusaha kembali ke masa lalu, sering mengatakan “ andai saja )

4) Depersion ( menolak makan dan bicara, menyatakan putus asa dan tidak

berharga, susah tidur, letih )

5) Acceptance ( menerima kenyataan kehilangan )

B. Proses Keperawatan

a. Pengkajian

Kaji tingkat kehilangan

Respon emosional : berduka dengan ditandai perasaan sedih, merasa

bersalah, menyalahkan, tidak menerima kehilangan dan merasa tidak ada


harapan dan menangis, pola tidur berubah, tidak mampu dan tidak

berkonsentrasi.

b. Diagnosis

Berduka

c. Perencanaan dan Pelaksanaan

Identifikasi proses terjadinya berduka, memahami perubahan fisik dan peran

atau kondisi kesehatan dan kehidupannya. Motivasi harapan dan keyakinan

melanjutkan kehidupan. Tingkat kegiatan spiritual dan beradaptasi dengan

keadaan dan merasa lebih optimis

d. Evaluasi

Klien mampu melalui fase berduka sampai pada tahap acceptance ditandai

dengan pemenuhan kebutuhan dasar ( nutrsi, istirahat dan tidur, serta

kebersihan diri ), kestabilan tanda – tanda vitaldan perasaan optimis

4.4.1.4 Gangguan Citra Tubuh ( GCT )

A. Materi

Konsep diri merupakan presepsi individu terhadap dirinya, mempengaruhi setiap

aspek dalam kehidupan, kemampuan fungsional dan status kesehatan. Setiap orang

memiliki konsep diri yang berbeda yang membuat setiap individu menjadi unik

( Delaune & Leader, 2002 ). Setiap individu memiliki pandangan diri pada aspek fisik,

emosional, intelektual dan dimensi fungsional yang akan berubah setiap waktu dan

tergantung pada situasi. Masalah pada komponen konsep diri terdiri dari 5
komponen : Gangguan citra tubuh, perubahan peran, ideal diri tidak realistis,

gangguan identitas, harga diri rendah situasional.

Gangguan citra tubuh dalah perasaan tidak puas seseorang terhadap tubuhnya yang

diakibatkan oleh perubahan struktur, bentuk dan fungsi tubuh karena tidak sesuai

dengan yang diinginkan.

B. Proses Keperawatan

a. Pengkajian

Tanda dan gejala terjadinya perubahan fungsi tubuh ( missal : anomalli,

penyakit, obat – obatan, kehamilan, radiasi, pembedahan trauma, dll ),

perubahan fungsi kognitif, ketidaksesuaian budaya, transisi perkembangan,

proses penyakit, gangguan psikososial, trauma dan tindakan pengobatan.

Klien tidak mau mengungkapkan kecacatan/kehilangan bagian tubuh dan

mengungkapkan perasaan negative tentang tubuh

b. Diagnosis

Gangguan Citra Tubuh

c. Perencanaan dan Pelaksanaan

Identifikasi perubahan cairan tubuh dan harapan terhadap citra tubuhnya

saat ini. Motivasi pasien untuk melihat bagian tubuh yang hilang secara

bertahap. Bnatu pasien menyentuh bagian tersebut. Observasi respon

pasien terhadap perubahan bagian tubuh. Bantu pasien untuk meningkatkan


fungsi bagian tubuh yang sehat. Ajarkan pasien melakukan afirmasi dan

melatih bagian tubuh yang sehat. Beri pujian yang realistis atas kemampuan

pasien. Ajarkan pasien untuk meningkatkan citra tubuuh dan melatih bagian

tubuh yang terganggu.

d. Evaluasi

Klien mampu menerima perubahan struktur, bentuk dan fungsi tubuh

ditandai dengan mau melihat bagian tubuh yang berubah, terlibat aktif

dalam perawatan dalam penggunaan protese.

4.4.1.5 Keputusasaan

A. Materi

Keputusasaan merupakan keyakinan seseorang bahwa dirinya maupun orang lain

tidak dapat melakukan sesuatu untuk mengatasi masalahnya, memandang adanya

keterbatasan atau tidak tersedianya pemecahan masalah, dan tidak mampu

memobilisasi energy demi kepentingan sendiri.

Proses terjadinya kepuasan bisa disebabkan karena mengalami penyakit kronis

seperti gagal ginjal kronik. Sebagian pasien gagal ginjal kronik menjalani hemodialisis

pasien seringkali dibayangi dekatnya kematian, merasa tidak dapat mengatur diri

sendiri dan harus bergantung pada orang lain. Kondisi demikian tentu akan

menimbulkan perubahan didalam aspek kehidupan pasien, dan presepsi menyempit

menilai tindakan hemodialisasi tidak menyelesaikan masalah.

B. Proses Keperawatan
a. Pengkajian

Tanda dan gejala : mengalami stress jangka panjang, penurunan kondisi

fisiologis, penyakit kronis, kehilangan kepercayaan pada kekuatan spiritual,

kehilangan kepercayaan pada nilai – nilai penting, pembatasan aktifitas pada

jangka panjang dan isolasi sosial. Klien mengungkapkan keputusasaan, isi

pembicaraan yang pesimis “saya tidak bisa”, kurang dapat berkonsentrasi,

binggung, berperilaku pasif, sedih dan fokus perhatian menyempit.

b. Diagnosis

Keputusasaan

c. Perencanaan dan Pelaksanaan

Identifikasi kemampuan membuat keputusan dan identifikasi area harapan

dalam kehidupan. Identifikasi hubungan dan dukungan sosial yang dimiliki

pasien. Latih cara merawat dirinya. Latih melakukan aktivitas positif. Latih

cara partisipasi aktif dalam kelompok. Latih cara tindakan koping alternative

dengan memperluas spiritual diri.

d. Evaluasi

Klien mampu mengatasi keputusasaan ditandai dengan memiliki harapan

dan kegiatan positif, merasa diri bermakna, serta memutuskan melanjutkan

pengobatan.

4.4.1.6 Harga diri Rendah situasional

A. Materi
Harga diri adalah penilain harga diri pribadi seseorang berdasarkan kesesuaian

pencapaian diri dengan ideal diri. Seberapa sering seseorang mencapai tujuan secara

langsung mempengaruhi perasaan kompeten ( harga diri tinggi atau harga diri

rendah ). Penilaian diri yang negative/rendah dapat diakibatkan oleh penilaian

negative diri lingkungan sekitar. Harga diri rendah dapat diakibatkan oleh beberapa

hal antara lain kehilangan, gangguan citra tubuh, gangguan peran, dan ideal diri

tidak realistis

B. Proses Keperawatan

a. Pengkajian

Tanda dan gejala : perilaku mengkritik diri, produktivitas menurun, gangguan

dalam hubungan, perasaan tidak mampu, bersalah, perasaan negative

terhadap tubuh sendiri, padangan hidup pesimistis, penolakan kemampuan

pribadi, dan mengecilkan diri, lesu, ekspresi murung, mengabaikan

perawatan diri, bicara pelan dan lirih, jalan dengan menunduk, postur tubuh

menunduk, kontak mata kurang, lesu, pasif, dan tidak mampu membuat

keputusan.

b. Diagnosis

Harga diri rendah stusional

c. Perencanaan dan Pelaksanaan

Identifikasi kemapuan dan aspek positif yang dimiliki. Nilai kemampuan dan

aspek positif yang dimiliki. Pilih kemampuan positif yang dimiliki dan berikan

reinforcement positif terhadap setiap kemampuan klien.


d. Evaluasi

Klien mampu meningkatkan dan melakukan aspek positif yang dimiliki.

4.2.2. Pokok Materi dan Pedekatan Proses Perawatan Masalah Gangguan jiwa

Asuhan keperawatan jiwa dengan masalah gangguan jiwa meliputi: harga diri rendah

kronik, risiko perilaku kekerasan, halusinasi, isolasi sosial, deficit perawatan diri, risiko

perilaku kekerasan, dan waham.

4.4.2.1. Harga Diri Rendah Kronik

A. Materi

Keadaan dimana individu mengalami evaluasi diri negative mengenai diri dan

kemampuannya dalam waktu lama dan terus menerus yang berhubungan dengan

perasaan tidak berharga, tidak berdaya, putus asa, ketakutan, remtan, rapuh, serta

tidak berarti.

Proses terjadinya harga diri rendah disebabkan factor predisposisi: transisi

perkembangan, transisi peran situasi, dan transisi sehat sakit dapat menyebabkan

gangguan gambaran diri dan berakibat perubahan konsep diri. Faktor prespitasi

adanya kegagalan atau berduka disfungsional dan individu yang mengalami

gangguan ini mempunyai koping yang tidak konstruktif atau koping maladaftif.

B. proses Keperawatan

a. Pengkajian

Faktor predisposes dan presipitasi


Tanda dan gejala: menilai diri negative ( mengungkapkan tidak berguna,

tidak tertolong ), merasa malu/bersalah, merasa tidak mempu melakukan

apapun, meremehkan kemampuan mengatasi sulit, merasa tidak memiliki

kelebihan. Berjalan menunduk, kontak mata kurang, lesu, tidak bergairah,

berbicara pelan, lirih dan pasif.

b. Diagnosi

Harga Diri Rendah Kromik

c. Perencanaan dan Pelaksanaan

Identifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien. Latih pasien

menilai kemampuan yang dapat digunakan. Latih pasien

memilih/menetapkan kemampuan yang akan dilatih. Latih kemampuan yang

dipilih pasien.

d. Evaluasi

Peningkatan kemampuan pasiaen mengatasi harga diri rendah dan

penurunan tanda dan gejala

4.4.2.2. Risiko Perilaku Kekerasan

A. Materi

Perilaku kekerasan adalah marah yang ekstrim atau ketakutan sebagai respon

terhadap perasaan terancam berupa ancaman fisik atau ancaman terhadap konsep

diri yang diekspresikan dengan mengancam, mencederai orang lain dan atau

merusak lingkungan.
Proses terjadinya risiko perilaku kekerasan disesbkan factor predisposisi: factor

biologi ( neurobiology ), factor perkembangan pada masa usia toddler tidak

menyenangkan, sering mengalami kegagalan, kehidupan yang penuh tindakan

agresif dan lingkungan yang tidak kondusif ( bising dan padat ), kecacatan fisik,

penyakit kronis dan factor psikologis. Faktor presipitasi: adanya ancaman ( baik

ancaman internal dan external ) terhadap konsep diri seseorang, penyalahan gunaan

NAPZA, dan halusinasi.

B. Proses Keperawatan

a. Pengkajian

Faktor predisposisi dan presipitasi

Tanda dan gejala: tidak mampu mengontrol perilaku kekerasan, mengatakan

ingin memukul orang lain, meremehkan keputusan mengungkapkan pikiran

negative, marah, mengamuk, melotot, pandangan mata tajam, tangan

mengepal, berteriak, mendominasi dan agresif.

b. Diagnosis

Risiko Perilaku Kekerasan

c. Perencanaan dan Pelaksanaan

Mengidentifikasi : penyebab ( tanda, gejala, dampak perilaku kekerasan yang

dilakukan ). Menjelaskan cara mengontrol perilaku kekerasan.

Mempraktekan latihan cara mengontrol dengan cara fisik I, fisik II.

Mempraktekan secara verbal. Mempraktekan secara spiritual. Menjelaskan

cara minum obat ( 8 benar ).


Pada saat pasien dengan kondisi marah karena merasa ada ancaman,

sehingga berespon melukai diri sendiri dan orang lain. Tindakan

keperawatan bisa dilakukan terdiri dari tiga strategi yaitu preventif,

antisipasi dan pengekangan/manajemen krisis.

Untuk tindakan dengan pengekangan ( restrain ) dilakukan hanya dengan

kondisi darurat, ketika ada risiko besar akan membahayaklan pasien atau

orang lain. Pengekangan ada dua macam fisik secara mekanik.

Prinsip tindakan pengekakangan/pengikatan/restrain pada pasien dalam

kondisi marah boleh dilakukan asal tidak melukai pasien.

Pengekangan fisik harus dilakukan melalui pertimbangan etik seperti Non

Maleficience, Beneficience, Autonomy, Veracity, Justice. Non Malaficience

( tidak melakukan tindakan yang merugikan ), Beneficience ( setiap tindakan

bermanfaat bagi pasien dan keluarga ), Autonomy ( tidak boleh memaksakan

suatu tindakan pada pasien ), Veracity ( mengatakan sejujurnya tentang apa

yang dialami pasien ), Justice ( harus mampu berlaku adil pada pasien ).

d. Evaluasi

Peningkatan kemampuan pasien mengungkapkan marah secara konstruktif :

kestabilan tandas – tanda vital, bicara tidak kasaar dan mendominasi,

ekspresi tenang, mengungkapkan keinginan dan penolakan secara sertif,

melakukan kegiatan spiritual.

4.4.2.3 Halusinasi
A. Materi

Halusinasi adalah gangguan jiwa berupa respon panca indera, yaitu penglihatan,

pendengaran, penciuman, perabaan, dan pengecapan terhadap sumber yang tidak

nyata. Proses terjadinya halusinasi disebabkan factor predisposisi : nfaktor

perkembangan, sosialkultural, biokimia, psikologis dan factor genetic serta pola

asuh. Faktor presipitasi : dimensi fisik, dimensi emosional, dimensi intelektual,

dimensi sosial dan dimensi spiritual.

B. Proses Keperawatan

a. Pengkajian

Faktor Predisposisi dan presipetasi

Tanda dan gejala halusinasi : jenis halusinasi, tahapan halusinasi, komat –

kamit, mondar – mandir, mengarahkan telinga kesatu arah, sering meludah,

menolak interaksi dengan orang lain, merasa sendirian, merasa tidak

diterima dan menunjukkan permusuhan.

b. Diagnosis

Halusinasi : ( sesuaikandengan jenis halusinasi )

c. Perencanaan dan Pelaksanaan

Mengidentifikasi jenis, frekuensi, isi, waktu, frekuensi, situasi dan respon

terhadap halusinasi. Mengajarkan pasien cara menghardikm halusinasi.

Melatih pasien mengendalikan halusinasi dengan cara bercakap – cakap

dengan orang lain, Melatih pasien mengendalikan halusinasi dengan


melakukan kegiatan ( biasa dilakukan pasien ). Melatih pasien mampu

meminum obat dengan prinsi 8 benar.

d. Evaluasi

Peningkatan kemampuan pasien mengendalikan halusinasi ditandai dengan

berorientasi sesuai realita.

4.4.2.4 Isolasi Sosial

A. Materi

Isolasi sosial adalah kondisi dimana seseorang mengalamigangguan hubungan

interpersonal yang mengganggu fungsi individu tersebut dalam meningkatkan

keterlibatan atau hubungan ( sosialisasi ) dengan orang lain. Proses terjadinya

halusinasi disebabkan factor predisposisi : factor perkembangan, factor biologis

( genetic ), dan factor sosial cultural ( komunikasi dalam keluarga ). Faktor presipitasi

: sosial cultural, perpisahan dengan orang yang berarti, tidak sempurnanya anggota

keluarga dan factor psikologis.

B. Proses Keperawatan

a. Pengkajian

Faktor Predisposisi dan presipitasi

Tanda dan gejala : menolak interaksi dengan orang lain, merasa sendirian,

merasa tidak diterima, mengungkapkan tujuan hidup yang tidak adekuat dan
tidak ada dukungan orang yang dianggap penting, serta tidak mampu

memenuhi harapan orang lain.

b. Diagnosis

Isolasi Sosial

c. Perencanaan dan Pelaksanaan

Mengidentifikasi penyebab isolasi sosial. Mendiskusikan keuntungan

berinteraksi dengan orang lain. Berkenalan secara bertahap antara pasien –

perawat, pasien – perawat – pasien, pasien dalam kelompok.

d. Evaluasi

Klien mampu berinteraksi dengan lingkungan ditandai : ada kontak mata,

mampu memulai percakapam, memperkenalkan diri kepada orang lain, dan

terlibat dalam kegiatan kelompok.

4.4.2.5. Defisit Perawatan Diri

A. Materi

Defisit perawatan diri adalah kondisi dimana individu tidak mampu melakukan atau

menyelesaikan aktifitas perawatan diri, adanya perubahan proses pikir sehingga

kemampuan untuk melakukan aktivitas perawatan diri menurun. Kurang perawatan

diri tampak dari ketidak mampuan merawat kebersihan diri, makan, berhias, dan

toileting : Buang Air Besar ( BAB ) / Buang Air Kecil ( BAK ) secara mandiri.

B. Proses Keperawatan

a. Pengkajin
Faktor penyebab : gangguan musculoskeletal, gangguan neuromuskuler,

kelemahan, gangguan psikologis dan atau psikotik, serta penurunan Motivasi

/ Minat.

Tanda dan gejala: menolak melakukan perawatan diri menyatakan tidak ada

keinginan mandi secara teratur, perawat diri harus dimotivasi, BAB/BAK di

sembarang tempat dan tidak mampu menggunakan alat bantu makan. Tidak

mampu mandi/mengenakan pakaian/makan/ke toilet/berhias secara

mandiri, penampilan secara benar, tidak mampu melaksanakan kebersihan

yang sesuai.

b. Diagnosis

Defisit Perawat Diri

c. Perencanaan dan Pelaksanaan

Menjelaskan pentingnya kebersihan diri ( menjelaskan cara menjaga

kebersihan diri. Membantu pasien mempraktekan cara menjaga kebersihan

diri ). Menjelaskan cara makan yang baik dan membantu pasien

mempraktekan cara makan yang baik.

Menjelaskan cara eliminasi yang baik dan membantu pasien mempraktekan

cara eliminasi yang baik. Menjelaskan cara berdandan membantu pasien

mempraktekan cara berdandan.

d. Evaluasi

Peningkatan kemampuan pasien mengendalikan deficit perawat diri dan

penurunan tanda dan gejala


4.4.2.6. Risiko Bunuh Diri

A. Materi

Bunuh diri adalah suatu upaya yang disadari dan ditimbulkan oleh diri sendiri untuk

mengakhiri kehidupan atau pembinasaan oleh diri individu sebagai akibat krisis

multimedimensional pada pemenuhan kebutuhan individual dimana induvidu

merasa ini adalah jalan keluar yang terbaik. Proses terjadinya risiko bunuh diri

meliputi: Faktor predisposisi : Sosial budaya spiritual. Faktor presipitas : biologi

( putus obat ), psikologis ( takut kehilangan keluarga atau orang yang dicintai, factor

sosial ekonomi, masalah pekerjaan, gangguan peran dan konflik keluarga ). Tindakan

bunuh diri terdiri dari isyarat, ancaman, dan percobaan. Pasien dengan isyarat

bunuh diri sering kali mengungkapkan pernyataan tidak langsung terkait dengan

keinginan tubuh dirinya, misalkan : “orang lain akan lebih baik mengasuh anak saya”.

Perawat harus menguasi tehnik komunikasi dalam merespon ungkapan pasien,

seperti tehnik mendengarkan aktif, klasifikasi, hening fan lainnya.

B. Proses Keperawatan

a. Pengkajian

Faktor Preisposisi dan Presipatasi

Tanda dan gejala: Memberikan ancaman akan melakukan bunuhdiri

Mengungkapkan ingin mati, mengungkapkan kata – kata segala sesuatu akan

lebih tanpa saya mengungkapkan rencana ingin mengakhiri hidup.

Melakukan percobaan bunuh diri secara aktif dengan berusaha memotong

nadi, menggantung diri, meminum racun, membenturkan kepala,


menjatuhkan kepala dan tempat yang tinggi, menyiapkan alat untuk

melakukan rencana bnuh diri dan gelisah

b. Diagnosis

Resiko perilaku kekerasan

c. Peremcanaan dan pelaksanaan

Mengidentifikasi benda – benda yang dapat membahayakan pasien

( amankan benda – beda yang dapat membahayakan pasien ( amankan

benda – benda yang dapat menyebabkan pasien. Melakukan kontrak

trearment. Mendorong pasien untuk menghargai diri sebagai individu yang

berharga ). Mengindentifikasi pola koping yang biasa diterapkan pasien.

Menilai dan memotivasi pasien memilih pola koping yang kontruktif.

Membuat rencana masa depan yang realistis bersama pasien.

d. Evaluasi

Peningkatan kemampuan mengendalikan keinginan bunuh diri yang ditandai

dengan mempunyai harapan akan kehidupan, menghindari alat dan benda

yang berbahaya, mengembangakan koping konstruktif.

4.4.2.7. Waham

A. Materi

Waham adalah keyakinan pribadi berdasarkan kesimpulan yang salah dari eskternal.

Waham juga diartikan sebagai keyanikanan yang salah yang dipertahankan secara

kuat/terus menerus namun tidak sesuai dengan kenyataan.


Jenis waham meliputi: kebesaran, curiga, agama, nihilistic, dan lain – lain.

Proses terjadinya waham factor predisposisi: Biologi ( Lesi pada daerah frontal,

temporal dan limbic, neurotransmitter dopamine berlebihan, tidak seimbang dengan

kadar serotonin ), Psikologi ( mudah kecewa, kecemasan tinggi, mudah putus asa

dan menutup diri konsep diri yang negative ), dan sosial budaya ( riwayat tinggal di

lingkungan yang dapat memperngaruhi moral individu ). Faktor presipitasi waham

meliputi factor biologi, psikologi dan lingkungan.

B. Proses Keperawatan

a. Pengkajian

Faktor predisposisi dan presipitasi

Tanda dan gejala : mudah lupa atau sulit konsentrasi, mengatakan bahwa ia

adalah artis, nabi, presiden, wali, dan lainnya yang tidak sesuai dengan

kenyataan, mengatakan hal yang diyakini secara berulang – ulang, dan sering

merasa curiga dan waspada berlebihan. Inkoheran, flight of idea,

sirkumtansial, sangat waspada, khawatir, sedih berlebihan atau tertawa

berlebihan, wajah tegang, perilaku sesuai isi waham, banyak bicara,

menentang atau permusuhan, hiperaktif, menarik diri, tidak bisa merawat

diri dan defensive.

b. Diagnosis

Waham

c. Perencanaan dan pelaksanaan


Membantu orentasi realita. Mendiskusikan kebutuhan yang tidak terpenuhi.

Membantu memenuhi kebutuhannya dan berdiskusi tentang kemampuan

yang dimiliki. Melatih kemampuan yang dimiliki.

d. Evaluasi

Peningkatan kemampuan berorientasi pada realita ditandai dengan bicara

dalam konteks realita, mengenal kebutuhan yang tidak terpenuhi,

mengembangkan aspek positif untuk mengatasi wahamnya.

4.4.3 Soal, Pembahasan dan Strategi

4.4.3.1. Contoh Saoal Pengkajian dan Pembahasan

1. Seorang perempuan berusia 20 tahun, datang ke poli kulit, post luka bakar.

Ketika perawat akan melakukan pengukuran TD, pasien menolak dan menutupi

tangannya dengan jaket. Hasil pengkajian : tangan sebelah kanan berwarna putih

bekas luka bakar, pasien banyak menunduk, dan mengatakan tangannya tidak

seperti orang lain.

Apakah komponen konsep diri yang terganggu pada kasus tersebut ?

A. penampilan peran

B. citra tubuh

C. harga diri

D. ideal diri
E. identitas

Pembahasan :

Konsep diri terdiri dari 5 komponen yaitu citra tubuh, ideal diri, harga diri,

penampilan peran, dan identitas diri. Citra tubuh merupakan sikap sadar dan

bawah sadar terhadap tubuh sendiri. Perasaan tidak puas seseorang terhadap

tubuhnya yang diakibatkan oleh perubahan struktur, bentuk dan fungsi tubuh

karena tidak sesuai dengan yang diinginkan.

Strategi :

Sesuai kasus, pasien mengalami perubahan fisik yaitu perubahan bentuk

(berwarna pada tangan kanannya) sehingga merefleksikan perubahan perasaan

pada penampilan, menutupi perubahan pada tubuhnya dan adanya perasaan

yang negative.

Jawaban : B

2. Seorang laki – laki berusia 40 tahun dirawat di RSU karena mengalami patah kaki

akibat kecelakaan motor sehingga harus diamputasi. Hasil pengkajian : pasien

terlihat banyak diam, menolak dikunjungi dan mengatakan “andaikan saja

dirinya lebiih berhati – hati, tentu saat ini ia masih bisa bekerja seperti biasa”

Apakah tahap berduka yang dialami pada kasus tersebut ?


A. denial

B. anger

C. depresi

D. bargaining

E. acceptance

Pembahasan :

Proses berduka menurut “ Tahapan Kubler – Ross “ meliputi : denial

( menolak, mengingkari peristiwa yang terjadi, tidak percaya itu terjadi, letih,

lesu, mual, gelisah, tidak tahu apa yang akan dilakukan ), anger

( melampiaskan kekesalan, nada suara tinggi, berteriak, bicara kasar,

menyalahkan orang lain, menolak pengobatan, agresif, nadi cepat, gelisah,

tangan mengepal, susah tidur ), Barrgaining ( berusaha kembali kemasa lalu,

sering mengatakan “ andai saja “ ), depresi ( menolak makan dan bicara,

menyatakan putus asa dan tidak berharga, susah tidur dan letih ) dan

Acceptance ( menerima kenyataan kehilangan ).

Strategi :

Dari kasus di atas, pasien mengalamikehilangan respon pada pasien terjadi

proses berduka dengan mengatakan “ andai saja dirinya lebih hati – hati,

tentu saat ini ia masih bisa bekerja seperti biasa “. Hal ini menunjukkan pasien

dalam tahapan bargaining.


Jawaban : D

3. Perawat puskesmas melakukan kunjungan rumah kepada seorang perempuan

berusia 16 tahun. Keluarga mengatakan klien tidak mau melakukan kegiatan

apapun. Hasil pengkajian : klien mengatakan malu pada bekas luka bakar pada

wajah, tampak sering menutupi wajah, tampak murung, dan banyak menunduk.

Apakah kriteria evaluasi pada kasus tersebut ?

A. pasien menerima realita

B. pasien menemukan makna hidup

C. pasien mampu mengontrol keadaan

D. pasien mengenal aspek positif yang dimiliki

E. pasien mampu memulai interaksi dengan orang lain

Pembahasan :

Perubahan pada citra tubuh dapat menyebabkan terjadinya harga diri

rendah situasional ditandai dengan data subjektif : menilai diri

negative, merasa malu atau bersalah, melebih – lebihkan penilaian

negative tentang diri sendiri, menolak penilaian positif terhadap diri,

dan sulit konsentrasi. Data objektif : bicara pelan dan lirih, menolak

interaksi dengan orang lain, jalan dengan menunduk, kontak mata

kurang, lesu, pasif, dan tidak mampu membuat keputusan.


Strategi :

Pada kasus diatas, tanda dan gejala harga diri rendah situasional adalah pasien

menyatakan malu dengan keadaan tubuhnya. Pasien tidak mau melakukan

kegiatan apapun, menunduk dan murung. Tindakan keperawatan berfokus pada

kriteria hasil untuk meningkatkan harga diri pasien yaitu mengenal aspek positif

yang dimiliki. Pilihan a). Kurang tepat karena tidak spesifik mengatasi harga diri

rendah. Pilihan b). Tepatnya untuk masalah keputusan. Pilihan c). Untuk

mengatasi ketidak berdayaan dan Pilihan e). Untuk mengatasi masalah isolasi

sosial.

Jawaban : D

4. Seorang perempuan usia 31 tahun dirawat di RSJ karena menolak minum obat

dan bicara sendiri. Menurut keluarga, pasien dekat dengan ibunya yang

meninggal 1 tahun lalu, selalu dimarahi oleh ayahnya, pernah tidak naik kelas,

dan pernah ditinggal menikah pacarnya 2 tahun lalu. Hasil pengkajian pasien

mengatakan malu karena belum menikah.

Apakah factor presipitasi pada kasus tersebut?

A. kehilangan orang yang dicintai

B. gagal pendidikan

C. gagal menikah
D. putus obat

E. pola asuh

Pembahasan :

Terjadi gangguan jiwa diawali dengan factor predisposisi / pendukung dan factor

presipitasi / pencetus. Faktor predisposisi adalah factor yang mempengaruhi

jenis dan jumlah sumber yang dapat digunakan untuk mengatasi stress. Faktor

presipitasi adalah stimulasi yang berasal dari internal dan eksternal yang

mencakup waktu ( berapa lama orang terpapar ) dan jumlah stressor yang

dialami. Kedua factor tersebut terdiri dari aspek biologis, psikologis, sosial dan

spiritual.

Strategi:

Untuk menentukan apakah suatu peristiwa menjadi factor predisposisi dan

faaktor presipitasi adalah dengan melihat waktu kejadian. Kejadian yang paling

dekat dengan kekambuhan merupakan factor presipitasi. Pada kasus, factor

predisposisinya adalah gagal menikah, gagal pendidikan, kehilangan orang yang

dicintai dan pola asuh. Sedang factor presipitasinya adalah putus obat.

Jawaban : D
5. Seorang laki – laki berusia 17 tahun, dibawa ke UGD RSJ karena mengamuk di

rumah. Hasil pengkajian tatapan mata pasien tajam, tangan mengepal sambil

memukul – mukul tempat tidur. Perawat akan melakukan pengikatan pada

pasien.

Apakah prinsip etik yang dilakukan pada kasus tersebut?

A. non maleficience

B. beneficience

C. autonomy

D. veracity

E. justice

Pembahasan :

Pasien gangguan jiwa merupakan salah satu kelompok yang rentan mengalami

pelanggaran hak asasi manusia. Untuk melindunginya maka setiap tindakan

harus memperhatikan prinsip etik seperti Non Maleficience, Beneficence,

Autonomy, Veracity, Justice. Non Maleficience ( tidak melakukan tindakan yang

merugikan ), Beneficence ( setiap tindakan bermanfaat bagi pasien dan

keluarga ), Autonomy ( tidak boleh memaksakan suatu tindakan pada pasien ),

Veracity ( mengatakan sejujurnya tentang apa yang dialami pasien ), Justice

( harus mampu berlaku adil pada pasien.

Strategi:
Pada kasus, pasien melakukan tindakan yang akan merugikan dirinya sendiri

orang lain dan lingkungan. Sehingga harus dilakukan tindakan pengikat sesuai

dengan prosedur. Sehingga jawaban yang paling tepat pada kasus diatas adalah

Non Maleficience.

Jawaban : A

4.4.3.2. Contoh Soal Diagnosis dan Pembahasan

6. Seorang perempuan berusia 20 tahun, bekerja sebagai model, dirawat di RSU

karena kecelakaan yang mengakibatkan luka diwajahnya. Hasil pengkajian:

pasien mengatakan “ sudah tidak ada lagi yang bisa saya lakukan, saya tidak bisa

bekerja lagi”, dan tidur.

Apakah masalah keperawatan pada pasien tersebut?

A. ansietas

B. keputusan

C. ketidak berdayaan

D. harga diri situasioanal

E. gangguan citra tubuh

Pembahasan:
Ketidak berdayaan adalah persepsi bahwa tindakan seseorang tidak akan

mempengaruhi hasil secara signitifikan,persepsi kurang control pada situasi saat

ini atau yang akan datang.

Strategi:

Pada kasus diatas, pasien mengalami beberapa masalah keperawatan: ansietas,

ketidak berdayaan, keputusan, harga diri rendah situasional dan gangguan citra

tubuh. Hasil pengkajian saat ini / here and now, data yang diungkapkan berulang

– ulang atau mengancam diri pasien menjadi maslah utama, sehingga masalah

keperawatan utama pada pasien adalah ketidak berdayaan.

Jawaban: C

7. Seorang laki – laki berusia 24 tahun menjalani hemodialisis di RSU sejak 5 tahun

lalu. Hasil pengkajian pasien mengatakan merasa bosan dengan berbagai

pengobatan yang sudah dilakukan, tetapi kondisinya tetap seperti ini. Pasien

menolak untuk melakukan hemodialisis selanjutnya. Menurut keluarga, pasien

susah tidur dan sering menangis ketika dirumah.

Apakah masalah keperawatan pada kasus tersebut ?

A. berduka disfungsional

B. ketidakberdayaan

C. harga diri rendah


D. keputusasaan

E. ansietas

Pembahasan :

Keputusasaan merupakan kondisi individu yang memandang adanya

keterbatasan atau tidak tersedianya alternative pemecahan masalah dan tidak

mampu memobilisasi energy demi kepentingannya sendiri. Salah satu penyebab

karena penurunan kondisi fisiologis, penyakit kronis, kehilangan kepercayaan

pada kekuatan spiritual, kehilangan kepercayaan pad nilai – nilai pentinig,

pembatasan aktivitas jangka panjang dan isolasi sosial.

Strategi :

Pada kasus diatas, pilihan a tidak dipilih karena hanya menjadi factor penyebab

tertjadinya keputusasaan. Pilihan b, c, dan e hanya menunjukkan data minor.

Jawaban yang papling tepat adalah d ( keputusasaan ) karena pasiena sudah

mengalalmi kondisi stress jangak panjang (5 tahun menja;lani Hemodialisasi ) dan

adanya kehiilangan kepercayaan pada nilai – nilai dalam pengobatan yang

dijalani ( bosan dengan pengobatan yang dijalani ) serta mengungkapkan isi

pembicaraan yang pesismis, perilaku sedih dan pasif, dan pada akhirnya pasien

menolak pengobatan.

Jawaban : D
8. Seorang perempuan berusia 30 tahun dirawat di RSJ alasan masuk susah tidur,

mondar – mandir, dan 3 bulan tidak minum obat. Pasien mengatakan suaminya

sering melakukan KDRT dan saat ini sudah dicerai, malu dengan kondisinya. Hasil

pengkajian : pakaian tidak rapi, bicara dan tersenyum sendiri, malas berinteraksi

dengan oarng lain dan mondar – mandir.

Apakah masalah keperawatan utama pada kasus tersebut ?

A. halusinasi

B. isolasi sosial

C. harga diri rendah

D. deficit perawat diri

E. regiment terapi inefektif

Pembahasan :

Halusinansi adalah gejala gangguan jiwa berupa respon panca indera, yaitu

penglihatan, pendengaran, penciuman, perabaan dan pengecapan terhadap

sumber yang tidak jelas. Tanda dan gejala halusinasi adalah menyatakan

mendengarkan suara bisikan/melihat bayangan dan merasakan sesuatu melalui

indera perabaan, penciuman atau pengecapan. Bicara sendiri, mengarahkan

telinga ke arah tertentu, dan melihat ke satu arah.

Strategi :
Pada kasus diatas ada lima masalah keperawatan yaitu regimen terapi inefektif,

HDR, deficit perwatan diri, halusinasi dan isolasi sosial. Hasil pengkajian saat ini /

here and now, data yang diungkapkan berulang – ulang atau mengancam diri

pasien menjadi masalah utama. Dari kasus masalah keperawatan utama adalah

halusinasi ( bicara dan tersenyum sendiri, malas berinteraksi dengan orang lain,

mondar – mandir )

Jawaban : A

9. Seorang perempuan berusia 30 tahun, dirsawat di RSJ dengan marah – marah,

menyendiri, tidak mau mandi dan kadang bicara sendiri. Hasil pengkajian : pasien

mengatakan mempunyai 4 anak dan sudah bercerai satu bulan yang lalu, merasa

sendiri dan mengatakan “ tolong sampaikan pada keluarga saya untuk menjaga

anak – anak saya, mungkin sya tak akan bisa merawat mereka lagi! “

Apakah masalah keperawatan pada kasus tersebut ?

A. isolasi sosial

B. risiko bunuh diri

C. perilaku kekerasan

D. deficit perawatan diri

E. halusinasi pendengaran

Pembahasan :
Bunuh diri adalah suatu upaya yang disadari dan ditimbulkan oleh diri sendiri

untuk mengakhiri kehidupan atau pembinasaan oleh individu sebagai akibat

krisis multidimensional pada pemenuhan kebutuhan individual dimana individu

merasa ini adalah jalan keluar yang terbaik. Penyebabnya adalah harga diri

rendah, kehilangan dukungan sosial, kejadian – kejadian negative dalam hidup,

penyakit kritis, dan perpisahan.

Strategi :

Pada kasus diatas, pasien mengalami beberapa masalah keperawatan :

halusinasi, risiko perilaku kekerasan, isolasi sosial, dan risiko bunuh diri. Masalah

utama adalah data yang diungkapkan berulang – ulang atau mengancam diri

pasien menjadi data mayor. Pada kasus diatas adalah risiko bunuh diri.

Jawaban : B

10. Seorang laki – laki berusia 28 tahun, dirawat di RSJ alasan marah – marah dan

menolak minum obat. Hasil wawancara pasien mengatakan tidak mau berbicara

karena dirinya mempunyai ilmu suci yang bisa menyebuhkan orang, bicara

inkoheren dan fligt of idea. Keluarga mengatakan pasien gagal ujian CPNS enam

bulan lalu.

Apakah masalah keperawatan utama yang tepat pada kasus di atas?

A. waham
B. harga diri rendah

C. kerusakan komunikasi

D. regimen terapi inefektif

E. risiko perilaku kekerasan

Pembahasan:

Waham diartikan sebagai keyakinan yang salah yang dipertahankan secara

kuat/terus menerus namun tidak sesuai dengan kenyataan. Ditandai dengan

ungkapkan berulang – ulang tentang keyakinan yang salah atau tidak sesuai

dengan kenyataan yang ada.

Strategi:

Pada kasus diatas, pasien mengalami beberapa masalah keperawatan: waham,

harga diri rendah, kerusakan komunikasi, regimen terapi inefektif dan risiko

perilaku kekerasan. Dari kasus diatas, hasil pengkajian saat ini/here and now,

data yang diungkapkan berulang – ulang atau mengancam diri pasien menjadi

masalah utama yaitu waham.

Jawaban: A

4.4.3.3. Contoh Soal Intervensi / Implementasi dan Pembahasan


11. Seorang laki – laki berusia 34 tahun, di rawat di RSJ karena mengurung diri

dikamar sejak 1 bulan lalu dan kadang marah tanpa sebab. Hasil pengkajian:

pasien sering menyendiri, tertawa dan bicara sendiri, efek labil, dan penampilan

tidak rapi. Keluarga mengatakan pasien di PHK setahun yang lalu.

Apakah tujuan tindakan keperawatan pada kasus tersebut?

A. Pasien mampu melakukan interaksi dengan lingkungannya

B. Pasien menunjukan perilaku meningkatnya harga diri

C. Pasien mampu mengontrol perilaku marahnya

D. Pasien mampu mengontrol halusinasi

E. Pasien mampu melakukan kebersihan diri

Pembahasan :

Tindakan keperawatan pada pasien halusinasi adalah mengindetifikasi jenis,

frekuensi, isi, waktu, frekuensi, situasi dan respon terhadap halusinasi dan

mengajarkan pasien cara menghardik halusinasi. Melatih pasien mengendalikan

halusinasi dengan cara bercakap – cakap dengan orang lain. Melatih pasien

mengendalikan halusinasi dengan melakukan kegiatan ( kegiatan yang biasa

dilakukan pasien ). Memberikan pendidikan kesehatan tentang penggunaan

obat secara teratur. Pasien mampu minum obat dengan prinsip 8 bener.

Strategi:
Pada kasus diatas tentukan terlebih dahulu masalah utamanya yaitu halusinasi

karena kondisi saat ini/here and now ( sering menyendiri, tertawa dan

berbicara sendiri, efek labil ) adalah halusinasi sehingga tujuan mengacu kepada

masalah utama ( halusinasi ) mampu mengontrol halusinasinya. Pilihan a,b,c

dan e bukan intervensi pada masalah keperawatan halusinasi.

Jawaban : D

12. Seorang perempuan berusia 35 tahun dirawat di RSU karena susah BAB,

mengalami wasir sejak 6 bulan lalu dan akan dilakukan operasi. Hasil pengkajian

pasien terlihat gelisah, sulit tidur, TD 135/80 mmHg, frekuensi nadi 90x/menit,

muka pucat dan mengatakan takut dan khawatir terhadap tindakan operasi

yang akan dijalaninya.

Apakah rencana keperawatan pada kasus tersebut?

A. identifikasi penyebab cemas

B. anjukan latihan spiritual

C. latih tarik napas dalam

D. latih hypnosis lima jari

E. latih teknik distraksi

pembahasan :
Pasien yang akan menjalani operasi, mayoritas mengalami sulit tidur,

peningkatan TTV, merasa khawatir akan tindakan yang akan dilakukan. Hal

tersebut merupakan gejala ansietas. Pasien pada kasus di atas mengalami

ansietas sedang akibat adanya ancaman terhadap kesehatan diri ( akan

dilakukan tindakan operasi ). Tanda gejala yang dialami pasien antara lain

perubahan fisiologis ( ketegangan meningkat, pola tidur berubah ), perubahan

psikologis ( respon emosional tidak nyaman ) dan perubahan kognitif ( lapang

presepsi menurun ) ( Videbeek, 2008 ). Tindakan keperawatan yang dilakukan

antara lain kaji tanda – tanda ansietas, ajarkan pasien tehnik tarik nafas dalam,

distraksi, hipnotis lima jari dan spiritual ( Stuart, 2016 ).

Strategi :

Seluruh pilihan jawaban merupakan tindakan untuk mengatasi ansietas. Pilihan

a tidak tepat karena pasien telah dikaji tanda dan gejala ansietas. Pilihan b, d

dan e merupakan tindakan keperawatan pasien setalah dilatih tarik nafas

dalam. Sehingga pilihan yang paling tepat adalah b ( tarik nafas dalam ).

Jawaban : C

13. Perawat puskesmas melakukan kunjungan rumah pada seorang perempuan

berusia 28 tahun yang post dirawat di RSJ 2 minggu lalu. Hasil pengkajian: klien

sudah mampu berinteraksi dengan keluarga dan menyatakan keinginan bekerja


kembali, tetapi takut melakukan kesalahan. Pasien mengatakan suka membuat

kerajinan tangan.

Apakah tindakan keperawatan selanjutnya pada kasus tersebut?

A. mendiskusikan tentang kegiatan harian pasien

B. melatih kemampuan positif yang dimiliki pasien

C. mendiskusikan kemampuan dan aspek positif pasien

D. melibatkan pasien pada kegiatan rehabilitasi di masyarakat

E. melibatkan pasien dalam kegiatan kelompok di masyarakat

Pembahasan :

Tindakan keperawatan pada pasien harga diri rendah adalah identifikasi

kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien. Bantu pasien menilai

kemampuan yang dapat digunakan. Bantu pasien memilih/menetapkan

kemampuan yang akan dilatih. Latih kemampuan yang dipilih pasien.

Strategi :

Seluruh pilihan jawaban merupakan tindakan untuk mengatasi harga diri

rendah. Pilihan c tidak tepat karena pasien telah dikaji tentang kemampuan

positif yang dimiliki. Pilihan a, d, dan e merupakan tindakan keperawatan

pasien setalah melatih kemampuan positif yang dimiliki. Pilihan yang paling

tepat adalah b karena perawat sudah mengidentifikasi kemampuan positif


pasien yaitu membuat kerajinan tangan, sehingga tindakan selanjutnya adalah

melatih kemampuan posiif yang dimiliki pasien.

Jawaban : B

14. Seorang laki – laki berusia 35 tahun dirawat di RSJ ketiga kalinya, karena sering

marah – marah dirumah. Keluarga mengatakan pasien malas minum obat

karena merasa mengantuk setelah minum obat . Hasil pengkajian pasien masih

menolak minum obat karena menurut pasien tidak membawa perbaikan pada

dirinya.

Apakah tindakan keperawatan pada kasus tersebut ?

A. menjelaskan fungsi minum obat

B. memotivasi pasien agar mau minum obat

C. mendiskusikan dengan keluarga fungsi minum obat

D. melakukan kolaborasi untuk pemberian terapi injeksi

E. menunda pemberian obat sampai pasien mau meminum

Pembahasan :

Perilaku kekerasan adalah marah yang ekstrim atau ketakutan sebagai respon

terhadap perasaan terancam berupa ancaman fisik atau ancaman terhadap

konsep diri yang diekspresikan dengan mengancam, mencederai orang lain dan

atau merusak lingkungan. Tindakan keperawatan pada pasien risiko perilaku


kekerasan adalah : mengidentifikasi penyebab, tanda dan gejala perilaku

kekerasan, perilaku kekerasan yang dilakukan , menjelaskan cara mengontrol

perilaku kekerasan, mempraktekan latihan cara mengontrol dengan cara fisik I,

fisik II. cara verbal, cara spiritual dan minum obat.

Strategi :

Pada kasus diatas, pilihan b, c, d, dan e tidak tepat karena pasien belum

menyadari manfaat obat dengan ungkapan “ obat tidak membawa perbaikan

pada dirinya “. Oleh karena itu perlu dilakukan penyadaran tentang manfaat

dan fungsi minum obat lebih dulu sehingga jawaban yang paling tepat adalah a.

Pemahaman terhadap pasien dan keluarga mengenai 8 benar yaitu obat benar

orang, dosis, waktu, cara, dokumentasi, kadaluarsa.

Jawaban : B

15. Seorang laki – laki berusia 34 tahun, dikunjungi oleh perawat puskesmas

karena mengurung diri dikamar sejak 1 bulan, menolak mandi dan suka

bicara sendiri. Hasil pengkajian : kontak mata kurang, hanya mengangguk

dan menggelengkan kepala saat ditanya. Keluarga mengatakan klien

diberhentikan dari pekerjaannya.

Apakah tujuan tindakan keperawatan pada kasus tersebut ?

A. pasien mampu melakukan interaksi


B. pasien mampu menjaga kebersihan diri

C. pasien mampu mengontrol halusinasinya

D. pasien tetap mampu berorientasi pada realita

E. pasien menunjukkan perilaku meningkatnya harga diri

Pembahasan :

Isolasi sosial adalah kondisi dimana seseorang mengalami gangguan hubungan

interpersonal yang mengganggu fungsi individu tersebut dalam meningkatkan

keterlibatan atau hubungan ( sosialisasi ) dengan orang lain. Adanya tujuan dari

diagnosis keperawatan isolasi sosial adalah pasien mampu interaksi

Strategi :

Pada kasus diatas, pasien dengan masalah isolasi sosial karena data saat

ini/here and now kontak mata tidak ada, hanya mengangguk dan

menggelengkan kepalanya saat ditanya. Sehingga tujuan tindakan keperawatan

adalah pasien mampu melaksanakan interaksi.

Jawaban : A

16. Perawat melakukan kunjungan rumah pada anak perempuan usia 25 tahun

yang melakukan percobaan bunuh diri. Hasil pengkajian pasien tidak mau

keluar rumah, mengatakan malu telah gagal menjaga kehormatannya dan


meminta perawat tidak menceritakan masalahnya pada orang tua. Keluarga

bertanya tentang kondisi anaknya pada perawat.

Apakah komunikasi perawat pada kasus tersebut ?

A. “saya tidak boleh menyampaikan anak bapak”

B. “saat ini keluarga belum perlu tahu kondisi anak Bapak”

C. “sepertinya anak bapak belum mampu menceritakan masalahnya pada

keluarga”

D. “untuk saat ini, mohon keluarga mempercayakan kondisi anak bapak

pada saya”

E. “saya harus berbuat adil pada anak bapak, yang tidak ingin kondisinya

diketahui keluarga”

Pembahasan :

Pasien gangguan jiwa merupakan salah satu kelompok yang rentan

mengalami pelanggaran hak asasi manusia. Untuk melindunginya maka

perawat harus memperhatikan prinsip etik seperti Non Malaficience( tidak

melakukan tindakan yang merugikan ), Beneficence ( setiap tindakan

bermanfaat bagi pasien dan keluarga ), Confidentiality ( menjaga kerahasiaan

pasien ), Veracity ( mengatakan sejujurnya tentang apa yang dialami pasien ),

Justice ( harus mampu berlaku adil pada pasien ).

Strategi :
Pada kasus diatas, perawat menerapkan prinsip etik Confidentiality sesuai

dengan permintaan klien yang sudah berusia dewasa. Komunikasi yang paling

tepat dan tidak menyinggung keluarga serta tetap menjaga confidentiality

adalah d, sedangkan pilihan yang lain berpotensi menimbulkan konflik.

Jawaban : D

17. Seorang perempuan berusia 25 tahun dirawat di RSJ sejak 4 hari yang lalu.

Keluarga mengatakan bahwa dirumah pasien sering melamun, berbicara

sendiri dan menangis. Hasil pengkajian : pasien mengungkapkan bahwa

dirinya membebani keluarga, dan keluarga akan bahagia jika dirinya tidak ada

lagi.

Apakah teknik komunikasi yang tepat digunakan untuk kasus diatas ?

A. identifikasi tema

B. berbagi persepsi

C. klarifikasi

D. fokuskan

E. refleksi

Pembahasan :

Terdapat beberapa teknik komunikasi terapeutik. Identifikasi tema adalah

bersama pasien mengidentifikasi isu dasar atau masalah yang dialami oleh
klien yang muncul secara berulang selama hubungan perawat-klien. Berbagi

persepsi dilakukan melalui pertanyaan yang bertujuan untuk memverifikasi

pemahaman perawat yang sedang dipikirkan atau dirasakan oleh klien.

Klarifikasi mencoba merangkai kedalam kata – kata kedalam idea tau pikiran

klien yang tidak jelas untuk meningkatkan pemahaman perawat atau meminta

klien untuk menjelaskan apa yang dimaksudkan. Fokus adalah pernyataan

atau pertanyaan yang membantu klien melebarkan topic yang penting.

Refleksi mengarahkan klien ke belakang ide, perasaan, pertanyaan atau isi.

Strategi :

Kasus diatas merupakan kasus dengan masalah utama risiko bunuh diri

dikategori isyarat bunuh diri. Sehingga teknik komunikasi yang paling tepat

adalah mengklasifikasi tentang ungkapan ide bunuh diri yang dikatakan oleh

klien ( jika dirinya tidak ada lagi )

Jawaban : C

18. Perawat puskesmas melakukan kunjungan rumah kepada seorang perempuan

berusia 16 tahun. Keluarga mengatakan pasien tidak mau melakukan kegiatan

apapun. Hasil pengkajian : klien mengatakan malu dengan bekas luka bakar

pada wajah, dan tampak sering menutupi wajah. Pasien tampak murung dan

banyak menunduk. Perawat merancang asuhan keperawatan pada pasien.


Apakah kriteria evaluasi pada kasus tersebut?

A. Pasien menerima realita

B. Pasien menemukan makna hidup

C. Pasien mampu mengontrol keadaan

D. Pasien mengenal aspek positif yang dimiliki

E. Pasien mampu memulai interaksi dengan orang lain

Pembahasan :

Perubahan pada citra tubuh dapat menyebabkan terjadinya harga diri rendah

situasional ditandai dengan data subjektif : menilai diri negative, merasa malu

atau bersalah, melebih – lebihkan penilaian negative tentang diri sendiri,

menolak penilaian positif terhadap diri, dan sulit konsentrasi. Data objektif :

bicara pelan dan lirih, menolak interaksi dengan orang lain, jalan dengan

menunduk, postur tubuh menunduk, kontak mata kurang, lesu, pasif, dan

tidak mampu membuat keputusan.

Strategi :

Pada kasus diatas, tanda dan gejala mayor dari harga diri rendah situasional

adalah pasien menyatakan malu dengan keadaan tubuhnya saat ini. Pasien

tidak mau melakukan kegiatan apapun, menunduk dan murung. Tindakan

keperawatan berfokus pada kriteria hasil untuk meningkatkan harga diri

pasien yaitu mengenal aspek positif yang dimiliki. Pilihan a kurang tepat
karena tidak spesifik mengatasi harga diri rendah. Pilihan b tepatnya untuk

masalah keputusan. Pilihan c untuk mengatasi ketidak berdayaan dan pilihan

e untuk mengatasi masalah isolasi sosial.

Jawaban : D

19. Seorang laki – laki berusia 34 tahun, di rawat di RSJ karena mengurung diri

dikamar sejak 1 bulan lalu dan kadang marah tanpa sebab. Hasil pengkajian:

pasien sering menyendiri, tertawa dan bicara sendiri, efek labil, dan

penampilan tidak rapi. Keluarga mengatakan pasien di PHK setahun yang lalu.

Apakah tujuan tindakan keperawatan pada kasus tersebut?

A. Pasien mampu melakukan interaksi dengan lingkungannya

B. Pasien menunjukan perilaku meningkatkan harga diri

C. Pasien mampu mengontrol perilaku marahnya.

D. Pasien mampu mengontrol halusinasinya.

E. Pasien mampu melakukan kebersihan diri.

Pembahasan :

Tindakan keperawatan pada pasien halusinasi adalah mengindentifikasi jenis,

frekuensi, isi, waktu, frekuensi, situasi dan respon terhadap halusinasi.

Melatih pasien mengendalikan halusinasi dengan cara bercakap – cakap

dengan orang lain. Melatih pasien mengendalikan halusinasi dengan


melakukan kegiatan ( kegiatan yang biasa dilakukan pasien ). Memberikan

pendidikan kesehatan tentang penggunaan obat secara teratur. Pasien

mampu minum obat dengan prinsip 8 lembar.

Strategi :

Pada kasus diatas tentukan terlebih dahulu masalah utamanya yaitu halusinasi

karena kondisi saat ini/ here and now ( sering menyendiri, tertawa dan

berbicara sendiri, efek labil )adalah halusinasi sehingga tujuan mengacu

kepada masalah utama ( halusinasi ) mampu mengontrol halusinasinya.

Pilihan a,b,c dan e bukan intervensi pada masalah keperawatan halusinasi.

Jawaban : D

4.4.3.4. Contoh Soal Evaluasi dan Pembahasan

20. Seorang perempuan berusia 20 tahun di rawat di RSJ dua minggu yang lalu

karena marah – marah, bicara dan tertawa sendiri, serta tidak mau merawat

diri. Hasil pengkajian pasien mengatakan “ Saya tidak lulus pramugari karena

pendek dan kulit hitam, saya malu”, ekspresi murung, dan tidak mampu

memulai percakapan.

Apakah evaluasi tindakan keperawatan pada kasus tersebut?

A. mandi, keramas, dan gosok gigi secara mandiri

B. bercakap – cakap dengan pasien lain


C. melakukan kemampuan positif

D. halusinasi terkontrol

E. Marah terkontrol

21. Seorang perempuan berusia 30 tahun di rawat di RSJ karena marah – marah

bicara sendiri, menolak mandi. Hasil pengkajian: kotak mata tidak ada,

menyendiri dan menolak interaksi. Pasien sudah diajarkan cara mengontrol

marah, mengontrol halusinasi , cara berkenalan dan cara merawat diri.

Apakah kemampuan yang harus ditunjukan pasien pada kasus tersebut?

A. baju bersih dan rapih

B. tanda – tanda marah berkurang

C. mempunyai teman, kontak mata ( + )

D. berorientasi pada realita

E. harga diri meningkat

Pembahasan :

Isolasi sosial adalah kondisi dimana seseorang mengalami gangguan hubungan

interpersonal yang menganggu fungsi individu tersebut dalam meningkatkan

ketertiban atau hubungan ( sosialisasi ) dengan orang lain, merasa sendiri,

merasa tidak diterima, mengungkapkan tujuan hidup yang tidak adekuat dan

tidak ada dukungan orang yang dianggap penting, dan tidak mampu

memenuhi harapan orang lain. Evaluasi kemampuan pada pasien isolasi sosial
meliputi kemampuan pasien berinteraksi dengan orang lain ditandai dengan

ada kontak saat berbicara, menatap lawan jenis, memulai pembicaraan,

mengikuti kegiatan kelompok.

Strategi :

Pada kasus ini diatas tentukan dahulu masalah keperawatan utama, masalah

utamanya adalah isolasi sosial karena data yang dominan: kontak mata tidak

ada, hanya mengangguk dan menggelengkan kepala saat ditanya. Untuk

evaluasi adanya perubahan / berkurang dari tanda dan gejala pasien tersebut.

Pilihan a,b,d dan e tidak menunjukan sebagai kemampuan akhir untuk

masalah keperawatan isolasi sosial.

Jawaban : C

22. Seorang perempuan berusia 40 tahun dikunjungi oleh perawat puskesmas

karena tidak control ulang selama 1 bulan. Hasil pengkajian : rambut rontok,

acak – acakan, gigi kotor, kulit berdaki dan bau, kuku hitam, panjang dan

kotor. Perawat menjelaskan tentang pentingnya menjaga kebersihan diri.

Apakah kemampuan yang ditunjukkan pasien pada situasi tersebut ?

A. pasien dapat menyediakan fasilitas kebersihan diri yang dibutuhkan

B. pasien mandi, mencuci rambut, menggosok gigi dengan benar

C. pasien mengenal masalah deficit perawatan dini


D. pasien mengenal tanda kekambuhan dan rujukan

E. pasien control teraturke Puskesmas

Pembahasan :

Defisit perawatan diri terdiri dari mandi, berdandan/berhias, makan/minum,

BAP/BAK. Intervensi keperwatan meliputi menjelaskan pentingnya kebersihan

diri ( menjelaskan cara menjaga kebersihan diri. Membantu pasien

mempraktekkan cara menjaga kebersihan diri ). Menjelaskan cara makan yang

baik dan membantu pasien mempraktekkan cara makan yang baik.

Menjelaskan cara eliminasi yang baik dan membantu pasien mempraktekkan

cara eliminasi yang baik. Menjelaskan cara berdandan dan membantu pasien

mempraktekkan cara berdandan.

Strategi :

Pada kasus diatas, perawat hanya menjelaskan tentang kebersihan diri. Hasil

dari tindakan perawat tersebut, pasien mampu memahami dan mengenal

masalah deficit perawatan diri. Option yang lain tercapai setelah pasien

mengenal masalahnya.

Jawaban : C

23. Seorang perempuan berusia 35 tahun dirawat di RSJ dengan marah – marah.

Hasil pengkajian pasien mengatakan : “ ibu saya mau meracuni saya karena
dia tidak suka dengan calon suami saya, pokoknya saya tidak mau makan

makanan yang diberikan oleh ibu saya “. Afek labil, mondar – mandir dan

gelisah.

Pembahasan :

Intervensi keperawatan pada pasien waham antara lain membantu orentasi

realita, mendiskusikan kebutuhan yang tidak terpenuhi, membantu

memenuhi kebutuhannya, mendiskusikan tentang kemampuan yang dimiliki,

dan melatih kemampuan yang dimiliki.

Strategi :

Pada kasus diatas, pasien mengalami waham curiga, sehingga tujuan dari

intervensi yang dilakukan perawat adalah mengorentasikan pasien kepada

realita secara bertahap. Untuk pilihan a, d, c, dan tidak sesuai dengan masalah

keperawatan waham.

Jawaban : C
Buku Rujukan Utama :

1. Potter & Perry ( 2013 ). Fundamental of Nursing. Mosby Elsevier

2. Stuart G. W ( 2009 ). Principles and Practice of Psychiatric Nursing. St.

Louis : Mosby

3. Stuart, Keliat & Pasaribu ( 2016 ). Keperawatan Kesehatan Jiwa Stuart. Jakarta

: Elsevier
4.4. Materi, Pendekatan Proses Keperawatan, dan Soal Keperawatan Jiwa

4.4.1. Materi dan Pendekatan Proses Perawatan Masalah Psikososial

Materi utama pada asuhan keperawatan pada masalah psikologi meliputi: ansietas,

kehilangan, ketidak berdayaan, berduka, gangguan citra tubuh keputusan, dab harga diri

rendah situasional.

4.4.1.1. Ansietas

B. Materi

Ansietas atau kecemasan adalah perasaan was – was, khawatir, takut yang tidak jelas

atau ketidak nyamanan seakan – akan terjadi sesuatu yang mengancam. Salah satu

penyebab kecemasan adalah tindakan pembedahan karena merupakan ancaman

terhadap integritas tubuh dan jiwa seseorang. Perubahan yang terjadi akibat

kecemasan: Respon fisiologis terhadap system syaraf otonom: peningkatan frekuensi

nadi, respirasi, peningkatan tekanan darah dan suhu, relaksasi otot polos: kandung

kemih dan usus ( sering BAB dan BAK ), kulit dingin dan lembab, dan perubahan pada

tidur. Respon psikologis menimbulkan ada rasa ketakutan khawatir dan was – was.

Respon kognitif menyempitkan.

112 Proses Perawatan

e. Pengkajian

Adanya perubahan fisiologis, psikologis dan kognitif.

f. Diagnosis

Ansietas

g. Perencanaan / Tindakan
Identifikasi tanda – tanda ansietas. Ajarkan tehnik tarik nafas dalam. Lakukan

distraksi. Lakukan spiritual. Hipnotis lima jari

h. Evaluasi

Peningkatan kemampuan pasien mengatasi ansietas ditandai dengan tanda

– tanda vital dalam batas normal, mampu mengontrol perilaku, dan lapang

persepsi meluas.

4.4.1.2. Ketidak berdayaan

C. Materi

Ketidak berdayaan adalah salah satu kondisi dimana individu mempersiapkan

bahwa tindakan yang dilakukan individu tidak akan memberikan hasil yang

bermakna sehingga menyebabkan hilang control atas situasi saat ini maupun yang

akan terjadi ( Wilkinson, 2012 ). Pasien merasa bahwa tidak ada upaya yang akan

mengubah pada masalahnya, sehingga akan menyebabkan emosi rasa takut,

perasaan kehilangan dan kesedihan. Proses ketidak berdayaan bisa disebabkan

karena penilaian negative terhadap diri sendiri yang salah satunya disebabkan

perubahan fisik / penampilan yang dapat menyebabkan gangguan citra tubuh.

D. Proses Keperawatan

e. Pengakajian

Klien ketidak berdayaan memperlihatkan keragu – raguan terhadap

penampilan peran, ketidak mampuan perawatan diri, tidak dapat

mengahasilkan sesuatu, ketidak puasan dan frustasi, menghindari orang lain,

menunjukan perilaku ketidak mampuan mencari informasi tentang


perawatan, tidak bisa pengambilan keputusan, ketergantungan terhadap

orang lain, dan gagal mempertahankan ide / pendapat.

Klien juga terlihat apatis dan pasif, ekspresi muka murung, bicara dan

gerakan lambat, tidur berlebihan, serta nafsu makan tidak ada lagi atau

berlebihan.

f. Diagnosis

Ketidak berdayaan

g. Perencanaan dan Tindakan

Bantu pasien untuk mengekspresikan perasaannya. Diskusikan tentang

masalah yang dihadapi pasien tanpa memintanya untuk menyimpulkan.

Identifikasi pemikiran yang negative. Membantu pasien untuk meningkatkan

pemikiran yang positif.

h. Evalusi

Klien mampu mengendalikan perasaan ketidak berdayaan ditandai dengan

mengungkapkan pikiran positif akan kemampuannya mengendalikan situasi

4.4.1.3. Berduka

C. Materi

Kehilangan ( loss ) adalah suatu situasi actual maupun risiko yang dapat dialami

individu ketika berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya ada, baik sebagian atau

keseluruhan, atau terjadi perubahan dalam hidup sehingga terjadi perasaan

kehilangan. Kehilangan dapat berupa kehilangan: objek, pekerjaan, fungsi, status,


bagian tubuh, hubungan sosial, termasuk orang yang berarti. Berduka ( grieving )

merupakan orang yang berarti. Berduka ( grieving ) merupakan reaksi emosional

terhadap kehilangan. Hal ini diwujudkan dalam berbagai cara yang unik pada masing

– masing orang dan didasarkan pada pengalaman pribadi, espektasi budaya, dan

keyakinan spiritual yang dianutnya.

Tindakan amputasi merupakan suatu tindakan yang dilakukan untuk menyelamatkan

seluruh tubuh. Amputasi adalah bisa menyebabkan kehilangan Respon kehilangan

menurut Kubler Ross membagi menjadi beberapa tahapan.

6) Denial ( mengingkari peristiwa yang terjadi, tidak percaya itu terjadi, letih, lesu,

mual, gelisah, tidak tahu apa yang akan dilakukan )

7) Anger ( melampiaskan kekesahan, nada suara tinggi, berteriak, berbicara kasar,

menyalahkan orang lain, menolak pengobatan, agresif, nadi cepat, gelisah,

tangan mengepal, susah tidur )

8) Bargaining ( berusaha kembali ke masa lalu, sering mengatakan “ andai saja )

9) Depersion ( menolak makan dan bicara, menyatakan putus asa dan tidak

berharga, susah tidur, letih )

10) Acceptance ( menerima kenyataan kehilangan )

D. Proses Keperawatan

e. Pengkajian

Kaji tingkat kehilangan

Respon emosional : berduka dengan ditandai perasaan sedih, merasa

bersalah, menyalahkan, tidak menerima kehilangan dan merasa tidak ada


harapan dan menangis, pola tidur berubah, tidak mampu dan tidak

berkonsentrasi.

f. Diagnosis

Berduka

g. Perencanaan dan Pelaksanaan

Identifikasi proses terjadinya berduka, memahami perubahan fisik dan peran

atau kondisi kesehatan dan kehidupannya. Motivasi harapan dan keyakinan

melanjutkan kehidupan. Tingkat kegiatan spiritual dan beradaptasi dengan

keadaan dan merasa lebih optimis

h. Evaluasi

Klien mampu melalui fase berduka sampai pada tahap acceptance ditandai

dengan pemenuhan kebutuhan dasar ( nutrsi, istirahat dan tidur, serta

kebersihan diri ), kestabilan tanda – tanda vitaldan perasaan optimis

4.4.1.4 Gangguan Citra Tubuh ( GCT )

C. Materi

Konsep diri merupakan presepsi individu terhadap dirinya, mempengaruhi setiap

aspek dalam kehidupan, kemampuan fungsional dan status kesehatan. Setiap orang

memiliki konsep diri yang berbeda yang membuat setiap individu menjadi unik

( Delaune & Leader, 2002 ). Setiap individu memiliki pandangan diri pada aspek fisik,

emosional, intelektual dan dimensi fungsional yang akan berubah setiap waktu dan

tergantung pada situasi. Masalah pada komponen konsep diri terdiri dari 5
komponen : Gangguan citra tubuh, perubahan peran, ideal diri tidak realistis,

gangguan identitas, harga diri rendah situasional.

Gangguan citra tubuh dalah perasaan tidak puas seseorang terhadap tubuhnya yang

diakibatkan oleh perubahan struktur, bentuk dan fungsi tubuh karena tidak sesuai

dengan yang diinginkan.

D. Proses Keperawatan

e. Pengkajian

Tanda dan gejala terjadinya perubahan fungsi tubuh ( missal : anomalli,

penyakit, obat – obatan, kehamilan, radiasi, pembedahan trauma, dll ),

perubahan fungsi kognitif, ketidaksesuaian budaya, transisi perkembangan,

proses penyakit, gangguan psikososial, trauma dan tindakan pengobatan.

Klien tidak mau mengungkapkan kecacatan/kehilangan bagian tubuh dan

mengungkapkan perasaan negative tentang tubuh

f. Diagnosis

Gangguan Citra Tubuh

g. Perencanaan dan Pelaksanaan

Identifikasi perubahan cairan tubuh dan harapan terhadap citra tubuhnya

saat ini. Motivasi pasien untuk melihat bagian tubuh yang hilang secara

bertahap. Bnatu pasien menyentuh bagian tersebut. Observasi respon

pasien terhadap perubahan bagian tubuh. Bantu pasien untuk meningkatkan


fungsi bagian tubuh yang sehat. Ajarkan pasien melakukan afirmasi dan

melatih bagian tubuh yang sehat. Beri pujian yang realistis atas kemampuan

pasien. Ajarkan pasien untuk meningkatkan citra tubuuh dan melatih bagian

tubuh yang terganggu.

h. Evaluasi

Klien mampu menerima perubahan struktur, bentuk dan fungsi tubuh

ditandai dengan mau melihat bagian tubuh yang berubah, terlibat aktif

dalam perawatan dalam penggunaan protese.

4.4.1.5 Keputusasaan

C. Materi

Keputusasaan merupakan keyakinan seseorang bahwa dirinya maupun orang lain

tidak dapat melakukan sesuatu untuk mengatasi masalahnya, memandang adanya

keterbatasan atau tidak tersedianya pemecahan masalah, dan tidak mampu

memobilisasi energy demi kepentingan sendiri.

Proses terjadinya kepuasan bisa disebabkan karena mengalami penyakit kronis

seperti gagal ginjal kronik. Sebagian pasien gagal ginjal kronik menjalani hemodialisis

pasien seringkali dibayangi dekatnya kematian, merasa tidak dapat mengatur diri

sendiri dan harus bergantung pada orang lain. Kondisi demikian tentu akan

menimbulkan perubahan didalam aspek kehidupan pasien, dan presepsi menyempit

menilai tindakan hemodialisasi tidak menyelesaikan masalah.

D. Proses Keperawatan
e. Pengkajian

Tanda dan gejala : mengalami stress jangka panjang, penurunan kondisi

fisiologis, penyakit kronis, kehilangan kepercayaan pada kekuatan spiritual,

kehilangan kepercayaan pada nilai – nilai penting, pembatasan aktifitas pada

jangka panjang dan isolasi sosial. Klien mengungkapkan keputusasaan, isi

pembicaraan yang pesimis “saya tidak bisa”, kurang dapat berkonsentrasi,

binggung, berperilaku pasif, sedih dan fokus perhatian menyempit.

f. Diagnosis

Keputusasaan

g. Perencanaan dan Pelaksanaan

Identifikasi kemampuan membuat keputusan dan identifikasi area harapan

dalam kehidupan. Identifikasi hubungan dan dukungan sosial yang dimiliki

pasien. Latih cara merawat dirinya. Latih melakukan aktivitas positif. Latih

cara partisipasi aktif dalam kelompok. Latih cara tindakan koping alternative

dengan memperluas spiritual diri.

h. Evaluasi

Klien mampu mengatasi keputusasaan ditandai dengan memiliki harapan

dan kegiatan positif, merasa diri bermakna, serta memutuskan melanjutkan

pengobatan.

4.4.1.6 Harga diri Rendah situasional

C. Materi
Harga diri adalah penilain harga diri pribadi seseorang berdasarkan kesesuaian

pencapaian diri dengan ideal diri. Seberapa sering seseorang mencapai tujuan secara

langsung mempengaruhi perasaan kompeten ( harga diri tinggi atau harga diri

rendah ). Penilaian diri yang negative/rendah dapat diakibatkan oleh penilaian

negative diri lingkungan sekitar. Harga diri rendah dapat diakibatkan oleh beberapa

hal antara lain kehilangan, gangguan citra tubuh, gangguan peran, dan ideal diri

tidak realistis

D. Proses Keperawatan

e. Pengkajian

Tanda dan gejala : perilaku mengkritik diri, produktivitas menurun, gangguan

dalam hubungan, perasaan tidak mampu, bersalah, perasaan negative

terhadap tubuh sendiri, padangan hidup pesimistis, penolakan kemampuan

pribadi, dan mengecilkan diri, lesu, ekspresi murung, mengabaikan

perawatan diri, bicara pelan dan lirih, jalan dengan menunduk, postur tubuh

menunduk, kontak mata kurang, lesu, pasif, dan tidak mampu membuat

keputusan.

f. Diagnosis

Harga diri rendah stusional

g. Perencanaan dan Pelaksanaan

Identifikasi kemapuan dan aspek positif yang dimiliki. Nilai kemampuan dan

aspek positif yang dimiliki. Pilih kemampuan positif yang dimiliki dan berikan

reinforcement positif terhadap setiap kemampuan klien.


h. Evaluasi

Klien mampu meningkatkan dan melakukan aspek positif yang dimiliki.

4.2.2. Pokok Materi dan Pedekatan Proses Perawatan Masalah Gangguan jiwa

Asuhan keperawatan jiwa dengan masalah gangguan jiwa meliputi: harga diri rendah

kronik, risiko perilaku kekerasan, halusinasi, isolasi sosial, deficit perawatan diri, risiko

perilaku kekerasan, dan waham.

4.4.2.1. Harga Diri Rendah Kronik

C. Materi

Keadaan dimana individu mengalami evaluasi diri negative mengenai diri dan

kemampuannya dalam waktu lama dan terus menerus yang berhubungan dengan

perasaan tidak berharga, tidak berdaya, putus asa, ketakutan, remtan, rapuh, serta

tidak berarti.

Proses terjadinya harga diri rendah disebabkan factor predisposisi: transisi

perkembangan, transisi peran situasi, dan transisi sehat sakit dapat menyebabkan

gangguan gambaran diri dan berakibat perubahan konsep diri. Faktor prespitasi

adanya kegagalan atau berduka disfungsional dan individu yang mengalami

gangguan ini mempunyai koping yang tidak konstruktif atau koping maladaftif.

D. proses Keperawatan

e. Pengkajian

Faktor predisposes dan presipitasi


Tanda dan gejala: menilai diri negative ( mengungkapkan tidak berguna,

tidak tertolong ), merasa malu/bersalah, merasa tidak mempu melakukan

apapun, meremehkan kemampuan mengatasi sulit, merasa tidak memiliki

kelebihan. Berjalan menunduk, kontak mata kurang, lesu, tidak bergairah,

berbicara pelan, lirih dan pasif.

f. Diagnosi

Harga Diri Rendah Kromik

g. Perencanaan dan Pelaksanaan

Identifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien. Latih pasien

menilai kemampuan yang dapat digunakan. Latih pasien

memilih/menetapkan kemampuan yang akan dilatih. Latih kemampuan yang

dipilih pasien.

h. Evaluasi

Peningkatan kemampuan pasiaen mengatasi harga diri rendah dan

penurunan tanda dan gejala

4.4.2.2. Risiko Perilaku Kekerasan

C. Materi

Perilaku kekerasan adalah marah yang ekstrim atau ketakutan sebagai respon

terhadap perasaan terancam berupa ancaman fisik atau ancaman terhadap konsep

diri yang diekspresikan dengan mengancam, mencederai orang lain dan atau

merusak lingkungan.
Proses terjadinya risiko perilaku kekerasan disesbkan factor predisposisi: factor

biologi ( neurobiology ), factor perkembangan pada masa usia toddler tidak

menyenangkan, sering mengalami kegagalan, kehidupan yang penuh tindakan

agresif dan lingkungan yang tidak kondusif ( bising dan padat ), kecacatan fisik,

penyakit kronis dan factor psikologis. Faktor presipitasi: adanya ancaman ( baik

ancaman internal dan external ) terhadap konsep diri seseorang, penyalahan gunaan

NAPZA, dan halusinasi.

D. Proses Keperawatan

e. Pengkajian

Faktor predisposisi dan presipitasi

Tanda dan gejala: tidak mampu mengontrol perilaku kekerasan, mengatakan

ingin memukul orang lain, meremehkan keputusan mengungkapkan pikiran

negative, marah, mengamuk, melotot, pandangan mata tajam, tangan

mengepal, berteriak, mendominasi dan agresif.

f. Diagnosis

Risiko Perilaku Kekerasan

g. Perencanaan dan Pelaksanaan

Mengidentifikasi : penyebab ( tanda, gejala, dampak perilaku kekerasan yang

dilakukan ). Menjelaskan cara mengontrol perilaku kekerasan.

Mempraktekan latihan cara mengontrol dengan cara fisik I, fisik II.

Mempraktekan secara verbal. Mempraktekan secara spiritual. Menjelaskan

cara minum obat ( 8 benar ).


Pada saat pasien dengan kondisi marah karena merasa ada ancaman,

sehingga berespon melukai diri sendiri dan orang lain. Tindakan

keperawatan bisa dilakukan terdiri dari tiga strategi yaitu preventif,

antisipasi dan pengekangan/manajemen krisis.

Untuk tindakan dengan pengekangan ( restrain ) dilakukan hanya dengan

kondisi darurat, ketika ada risiko besar akan membahayaklan pasien atau

orang lain. Pengekangan ada dua macam fisik secara mekanik.

Prinsip tindakan pengekakangan/pengikatan/restrain pada pasien dalam

kondisi marah boleh dilakukan asal tidak melukai pasien.

Pengekangan fisik harus dilakukan melalui pertimbangan etik seperti Non

Maleficience, Beneficience, Autonomy, Veracity, Justice. Non Malaficience

( tidak melakukan tindakan yang merugikan ), Beneficience ( setiap tindakan

bermanfaat bagi pasien dan keluarga ), Autonomy ( tidak boleh memaksakan

suatu tindakan pada pasien ), Veracity ( mengatakan sejujurnya tentang apa

yang dialami pasien ), Justice ( harus mampu berlaku adil pada pasien ).

h. Evaluasi

Peningkatan kemampuan pasien mengungkapkan marah secara konstruktif :

kestabilan tandas – tanda vital, bicara tidak kasaar dan mendominasi,

ekspresi tenang, mengungkapkan keinginan dan penolakan secara sertif,

melakukan kegiatan spiritual.

4.4.2.3 Halusinasi
C. Materi

Halusinasi adalah gangguan jiwa berupa respon panca indera, yaitu penglihatan,

pendengaran, penciuman, perabaan, dan pengecapan terhadap sumber yang tidak

nyata. Proses terjadinya halusinasi disebabkan factor predisposisi : nfaktor

perkembangan, sosialkultural, biokimia, psikologis dan factor genetic serta pola

asuh. Faktor presipitasi : dimensi fisik, dimensi emosional, dimensi intelektual,

dimensi sosial dan dimensi spiritual.

D. Proses Keperawatan

e. Pengkajian

Faktor Predisposisi dan presipetasi

Tanda dan gejala halusinasi : jenis halusinasi, tahapan halusinasi, komat –

kamit, mondar – mandir, mengarahkan telinga kesatu arah, sering meludah,

menolak interaksi dengan orang lain, merasa sendirian, merasa tidak

diterima dan menunjukkan permusuhan.

f. Diagnosis

Halusinasi : ( sesuaikandengan jenis halusinasi )

g. Perencanaan dan Pelaksanaan

Mengidentifikasi jenis, frekuensi, isi, waktu, frekuensi, situasi dan respon

terhadap halusinasi. Mengajarkan pasien cara menghardikm halusinasi.

Melatih pasien mengendalikan halusinasi dengan cara bercakap – cakap

dengan orang lain, Melatih pasien mengendalikan halusinasi dengan


melakukan kegiatan ( biasa dilakukan pasien ). Melatih pasien mampu

meminum obat dengan prinsi 8 benar.

h. Evaluasi

Peningkatan kemampuan pasien mengendalikan halusinasi ditandai dengan

berorientasi sesuai realita.

4.4.2.4 Isolasi Sosial

C. Materi

Isolasi sosial adalah kondisi dimana seseorang mengalamigangguan hubungan

interpersonal yang mengganggu fungsi individu tersebut dalam meningkatkan

keterlibatan atau hubungan ( sosialisasi ) dengan orang lain. Proses terjadinya

halusinasi disebabkan factor predisposisi : factor perkembangan, factor biologis

( genetic ), dan factor sosial cultural ( komunikasi dalam keluarga ). Faktor presipitasi

: sosial cultural, perpisahan dengan orang yang berarti, tidak sempurnanya anggota

keluarga dan factor psikologis.

D. Proses Keperawatan

e. Pengkajian

Faktor Predisposisi dan presipitasi

Tanda dan gejala : menolak interaksi dengan orang lain, merasa sendirian,

merasa tidak diterima, mengungkapkan tujuan hidup yang tidak adekuat dan
tidak ada dukungan orang yang dianggap penting, serta tidak mampu

memenuhi harapan orang lain.

f. Diagnosis

Isolasi Sosial

g. Perencanaan dan Pelaksanaan

Mengidentifikasi penyebab isolasi sosial. Mendiskusikan keuntungan

berinteraksi dengan orang lain. Berkenalan secara bertahap antara pasien –

perawat, pasien – perawat – pasien, pasien dalam kelompok.

h. Evaluasi

Klien mampu berinteraksi dengan lingkungan ditandai : ada kontak mata,

mampu memulai percakapam, memperkenalkan diri kepada orang lain, dan

terlibat dalam kegiatan kelompok.

4.4.2.5. Defisit Perawatan Diri

C. Materi

Defisit perawatan diri adalah kondisi dimana individu tidak mampu melakukan atau

menyelesaikan aktifitas perawatan diri, adanya perubahan proses pikir sehingga

kemampuan untuk melakukan aktivitas perawatan diri menurun. Kurang perawatan

diri tampak dari ketidak mampuan merawat kebersihan diri, makan, berhias, dan

toileting : Buang Air Besar ( BAB ) / Buang Air Kecil ( BAK ) secara mandiri.

D. Proses Keperawatan

e. Pengkajin
Faktor penyebab : gangguan musculoskeletal, gangguan neuromuskuler,

kelemahan, gangguan psikologis dan atau psikotik, serta penurunan Motivasi

/ Minat.

Tanda dan gejala: menolak melakukan perawatan diri menyatakan tidak ada

keinginan mandi secara teratur, perawat diri harus dimotivasi, BAB/BAK di

sembarang tempat dan tidak mampu menggunakan alat bantu makan. Tidak

mampu mandi/mengenakan pakaian/makan/ke toilet/berhias secara

mandiri, penampilan secara benar, tidak mampu melaksanakan kebersihan

yang sesuai.

f. Diagnosis

Defisit Perawat Diri

g. Perencanaan dan Pelaksanaan

Menjelaskan pentingnya kebersihan diri ( menjelaskan cara menjaga

kebersihan diri. Membantu pasien mempraktekan cara menjaga kebersihan

diri ). Menjelaskan cara makan yang baik dan membantu pasien

mempraktekan cara makan yang baik.

Menjelaskan cara eliminasi yang baik dan membantu pasien mempraktekan

cara eliminasi yang baik. Menjelaskan cara berdandan membantu pasien

mempraktekan cara berdandan.

h. Evaluasi

Peningkatan kemampuan pasien mengendalikan deficit perawat diri dan

penurunan tanda dan gejala


4.4.2.6. Risiko Bunuh Diri

C. Materi

Bunuh diri adalah suatu upaya yang disadari dan ditimbulkan oleh diri sendiri untuk

mengakhiri kehidupan atau pembinasaan oleh diri individu sebagai akibat krisis

multimedimensional pada pemenuhan kebutuhan individual dimana induvidu

merasa ini adalah jalan keluar yang terbaik. Proses terjadinya risiko bunuh diri

meliputi: Faktor predisposisi : Sosial budaya spiritual. Faktor presipitas : biologi

( putus obat ), psikologis ( takut kehilangan keluarga atau orang yang dicintai, factor

sosial ekonomi, masalah pekerjaan, gangguan peran dan konflik keluarga ). Tindakan

bunuh diri terdiri dari isyarat, ancaman, dan percobaan. Pasien dengan isyarat

bunuh diri sering kali mengungkapkan pernyataan tidak langsung terkait dengan

keinginan tubuh dirinya, misalkan : “orang lain akan lebih baik mengasuh anak saya”.

Perawat harus menguasi tehnik komunikasi dalam merespon ungkapan pasien,

seperti tehnik mendengarkan aktif, klasifikasi, hening fan lainnya.

D. Proses Keperawatan

e. Pengkajian

Faktor Preisposisi dan Presipatasi

Tanda dan gejala: Memberikan ancaman akan melakukan bunuhdiri

Mengungkapkan ingin mati, mengungkapkan kata – kata segala sesuatu akan

lebih tanpa saya mengungkapkan rencana ingin mengakhiri hidup.

Melakukan percobaan bunuh diri secara aktif dengan berusaha memotong

nadi, menggantung diri, meminum racun, membenturkan kepala,


menjatuhkan kepala dan tempat yang tinggi, menyiapkan alat untuk

melakukan rencana bnuh diri dan gelisah

f. Diagnosis

Resiko perilaku kekerasan

g. Peremcanaan dan pelaksanaan

Mengidentifikasi benda – benda yang dapat membahayakan pasien

( amankan benda – beda yang dapat membahayakan pasien ( amankan

benda – benda yang dapat menyebabkan pasien. Melakukan kontrak

trearment. Mendorong pasien untuk menghargai diri sebagai individu yang

berharga ). Mengindentifikasi pola koping yang biasa diterapkan pasien.

Menilai dan memotivasi pasien memilih pola koping yang kontruktif.

Membuat rencana masa depan yang realistis bersama pasien.

h. Evaluasi

Peningkatan kemampuan mengendalikan keinginan bunuh diri yang ditandai

dengan mempunyai harapan akan kehidupan, menghindari alat dan benda

yang berbahaya, mengembangakan koping konstruktif.

4.4.2.7. Waham

C. Materi

Waham adalah keyakinan pribadi berdasarkan kesimpulan yang salah dari eskternal.

Waham juga diartikan sebagai keyanikanan yang salah yang dipertahankan secara

kuat/terus menerus namun tidak sesuai dengan kenyataan.


Jenis waham meliputi: kebesaran, curiga, agama, nihilistic, dan lain – lain.

Proses terjadinya waham factor predisposisi: Biologi ( Lesi pada daerah frontal,

temporal dan limbic, neurotransmitter dopamine berlebihan, tidak seimbang dengan

kadar serotonin ), Psikologi ( mudah kecewa, kecemasan tinggi, mudah putus asa

dan menutup diri konsep diri yang negative ), dan sosial budaya ( riwayat tinggal di

lingkungan yang dapat memperngaruhi moral individu ). Faktor presipitasi waham

meliputi factor biologi, psikologi dan lingkungan.

D. Proses Keperawatan

e. Pengkajian

Faktor predisposisi dan presipitasi

Tanda dan gejala : mudah lupa atau sulit konsentrasi, mengatakan bahwa ia

adalah artis, nabi, presiden, wali, dan lainnya yang tidak sesuai dengan

kenyataan, mengatakan hal yang diyakini secara berulang – ulang, dan sering

merasa curiga dan waspada berlebihan. Inkoheran, flight of idea,

sirkumtansial, sangat waspada, khawatir, sedih berlebihan atau tertawa

berlebihan, wajah tegang, perilaku sesuai isi waham, banyak bicara,

menentang atau permusuhan, hiperaktif, menarik diri, tidak bisa merawat

diri dan defensive.

f. Diagnosis

Waham

g. Perencanaan dan pelaksanaan


Membantu orentasi realita. Mendiskusikan kebutuhan yang tidak terpenuhi.

Membantu memenuhi kebutuhannya dan berdiskusi tentang kemampuan

yang dimiliki. Melatih kemampuan yang dimiliki.

h. Evaluasi

Peningkatan kemampuan berorientasi pada realita ditandai dengan bicara

dalam konteks realita, mengenal kebutuhan yang tidak terpenuhi,

mengembangkan aspek positif untuk mengatasi wahamnya.

4.4.3 Soal, Pembahasan dan Strategi

4.4.3.1. Contoh Saoal Pengkajian dan Pembahasan

11. Seorang perempuan berusia 20 tahun, datang ke poli kulit, post luka bakar.

Ketika perawat akan melakukan pengukuran TD, pasien menolak dan menutupi

tangannya dengan jaket. Hasil pengkajian : tangan sebelah kanan berwarna putih

bekas luka bakar, pasien banyak menunduk, dan mengatakan tangannya tidak

seperti orang lain.

Apakah komponen konsep diri yang terganggu pada kasus tersebut ?

F. penampilan peran

G. citra tubuh

H. harga diri

I. ideal diri
J. identitas

Pembahasan :

Konsep diri terdiri dari 5 komponen yaitu citra tubuh, ideal diri, harga diri,

penampilan peran, dan identitas diri. Citra tubuh merupakan sikap sadar dan

bawah sadar terhadap tubuh sendiri. Perasaan tidak puas seseorang terhadap

tubuhnya yang diakibatkan oleh perubahan struktur, bentuk dan fungsi tubuh

karena tidak sesuai dengan yang diinginkan.

Strategi :

Sesuai kasus, pasien mengalami perubahan fisik yaitu perubahan bentuk

(berwarna pada tangan kanannya) sehingga merefleksikan perubahan perasaan

pada penampilan, menutupi perubahan pada tubuhnya dan adanya perasaan

yang negative.

Jawaban : B

12. Seorang laki – laki berusia 40 tahun dirawat di RSU karena mengalami patah kaki

akibat kecelakaan motor sehingga harus diamputasi. Hasil pengkajian : pasien

terlihat banyak diam, menolak dikunjungi dan mengatakan “andaikan saja

dirinya lebiih berhati – hati, tentu saat ini ia masih bisa bekerja seperti biasa”

Apakah tahap berduka yang dialami pada kasus tersebut ?


F. denial

G. anger

H. depresi

I. bargaining

J. acceptance

Pembahasan :

Proses berduka menurut “ Tahapan Kubler – Ross “ meliputi : denial

( menolak, mengingkari peristiwa yang terjadi, tidak percaya itu terjadi, letih,

lesu, mual, gelisah, tidak tahu apa yang akan dilakukan ), anger

( melampiaskan kekesalan, nada suara tinggi, berteriak, bicara kasar,

menyalahkan orang lain, menolak pengobatan, agresif, nadi cepat, gelisah,

tangan mengepal, susah tidur ), Barrgaining ( berusaha kembali kemasa lalu,

sering mengatakan “ andai saja “ ), depresi ( menolak makan dan bicara,

menyatakan putus asa dan tidak berharga, susah tidur dan letih ) dan

Acceptance ( menerima kenyataan kehilangan ).

Strategi :

Dari kasus di atas, pasien mengalamikehilangan respon pada pasien terjadi

proses berduka dengan mengatakan “ andai saja dirinya lebih hati – hati,

tentu saat ini ia masih bisa bekerja seperti biasa “. Hal ini menunjukkan pasien

dalam tahapan bargaining.


Jawaban : D

13. Perawat puskesmas melakukan kunjungan rumah kepada seorang perempuan

berusia 16 tahun. Keluarga mengatakan klien tidak mau melakukan kegiatan

apapun. Hasil pengkajian : klien mengatakan malu pada bekas luka bakar pada

wajah, tampak sering menutupi wajah, tampak murung, dan banyak menunduk.

Apakah kriteria evaluasi pada kasus tersebut ?

F. pasien menerima realita

G. pasien menemukan makna hidup

H. pasien mampu mengontrol keadaan

I. pasien mengenal aspek positif yang dimiliki

J. pasien mampu memulai interaksi dengan orang lain

Pembahasan :

Perubahan pada citra tubuh dapat menyebabkan terjadinya harga diri

rendah situasional ditandai dengan data subjektif : menilai diri

negative, merasa malu atau bersalah, melebih – lebihkan penilaian

negative tentang diri sendiri, menolak penilaian positif terhadap diri,

dan sulit konsentrasi. Data objektif : bicara pelan dan lirih, menolak

interaksi dengan orang lain, jalan dengan menunduk, kontak mata

kurang, lesu, pasif, dan tidak mampu membuat keputusan.


Strategi :

Pada kasus diatas, tanda dan gejala harga diri rendah situasional adalah pasien

menyatakan malu dengan keadaan tubuhnya. Pasien tidak mau melakukan

kegiatan apapun, menunduk dan murung. Tindakan keperawatan berfokus pada

kriteria hasil untuk meningkatkan harga diri pasien yaitu mengenal aspek positif

yang dimiliki. Pilihan a). Kurang tepat karena tidak spesifik mengatasi harga diri

rendah. Pilihan b). Tepatnya untuk masalah keputusan. Pilihan c). Untuk

mengatasi ketidak berdayaan dan Pilihan e). Untuk mengatasi masalah isolasi

sosial.

Jawaban : D

14. Seorang perempuan usia 31 tahun dirawat di RSJ karena menolak minum obat

dan bicara sendiri. Menurut keluarga, pasien dekat dengan ibunya yang

meninggal 1 tahun lalu, selalu dimarahi oleh ayahnya, pernah tidak naik kelas,

dan pernah ditinggal menikah pacarnya 2 tahun lalu. Hasil pengkajian pasien

mengatakan malu karena belum menikah.

Apakah factor presipitasi pada kasus tersebut?

F. kehilangan orang yang dicintai

G. gagal pendidikan

H. gagal menikah
I. putus obat

J. pola asuh

Pembahasan :

Terjadi gangguan jiwa diawali dengan factor predisposisi / pendukung dan factor

presipitasi / pencetus. Faktor predisposisi adalah factor yang mempengaruhi

jenis dan jumlah sumber yang dapat digunakan untuk mengatasi stress. Faktor

presipitasi adalah stimulasi yang berasal dari internal dan eksternal yang

mencakup waktu ( berapa lama orang terpapar ) dan jumlah stressor yang

dialami. Kedua factor tersebut terdiri dari aspek biologis, psikologis, sosial dan

spiritual.

Strategi:

Untuk menentukan apakah suatu peristiwa menjadi factor predisposisi dan

faaktor presipitasi adalah dengan melihat waktu kejadian. Kejadian yang paling

dekat dengan kekambuhan merupakan factor presipitasi. Pada kasus, factor

predisposisinya adalah gagal menikah, gagal pendidikan, kehilangan orang yang

dicintai dan pola asuh. Sedang factor presipitasinya adalah putus obat.

Jawaban : D
15. Seorang laki – laki berusia 17 tahun, dibawa ke UGD RSJ karena mengamuk di

rumah. Hasil pengkajian tatapan mata pasien tajam, tangan mengepal sambil

memukul – mukul tempat tidur. Perawat akan melakukan pengikatan pada

pasien.

Apakah prinsip etik yang dilakukan pada kasus tersebut?

F. non maleficience

G. beneficience

H. autonomy

I. veracity

J. justice

Pembahasan :

Pasien gangguan jiwa merupakan salah satu kelompok yang rentan mengalami

pelanggaran hak asasi manusia. Untuk melindunginya maka setiap tindakan

harus memperhatikan prinsip etik seperti Non Maleficience, Beneficence,

Autonomy, Veracity, Justice. Non Maleficience ( tidak melakukan tindakan yang

merugikan ), Beneficence ( setiap tindakan bermanfaat bagi pasien dan

keluarga ), Autonomy ( tidak boleh memaksakan suatu tindakan pada pasien ),

Veracity ( mengatakan sejujurnya tentang apa yang dialami pasien ), Justice

( harus mampu berlaku adil pada pasien.

Strategi:
Pada kasus, pasien melakukan tindakan yang akan merugikan dirinya sendiri

orang lain dan lingkungan. Sehingga harus dilakukan tindakan pengikat sesuai

dengan prosedur. Sehingga jawaban yang paling tepat pada kasus diatas adalah

Non Maleficience.

Jawaban : A

4.4.3.2. Contoh Soal Diagnosis dan Pembahasan

16.Seorang perempuan berusia 20 tahun, bekerja sebagai model, dirawat di RSU

karena kecelakaan yang mengakibatkan luka diwajahnya. Hasil pengkajian:

pasien mengatakan “ sudah tidak ada lagi yang bisa saya lakukan, saya tidak bisa

bekerja lagi”, dan tidur.

Apakah masalah keperawatan pada pasien tersebut?

F. ansietas

G. keputusan

H. ketidak berdayaan

I. harga diri situasioanal

J. gangguan citra tubuh

Pembahasan:
Ketidak berdayaan adalah persepsi bahwa tindakan seseorang tidak akan

mempengaruhi hasil secara signitifikan,persepsi kurang control pada situasi saat

ini atau yang akan datang.

Strategi:

Pada kasus diatas, pasien mengalami beberapa masalah keperawatan: ansietas,

ketidak berdayaan, keputusan, harga diri rendah situasional dan gangguan citra

tubuh. Hasil pengkajian saat ini / here and now, data yang diungkapkan berulang

– ulang atau mengancam diri pasien menjadi maslah utama, sehingga masalah

keperawatan utama pada pasien adalah ketidak berdayaan.

Jawaban: C

17. Seorang laki – laki berusia 24 tahun menjalani hemodialisis di RSU sejak 5 tahun

lalu. Hasil pengkajian pasien mengatakan merasa bosan dengan berbagai

pengobatan yang sudah dilakukan, tetapi kondisinya tetap seperti ini. Pasien

menolak untuk melakukan hemodialisis selanjutnya. Menurut keluarga, pasien

susah tidur dan sering menangis ketika dirumah.

Apakah masalah keperawatan pada kasus tersebut ?

F. berduka disfungsional

G. ketidakberdayaan

H. harga diri rendah


I. keputusasaan

J. ansietas

Pembahasan :

Keputusasaan merupakan kondisi individu yang memandang adanya

keterbatasan atau tidak tersedianya alternative pemecahan masalah dan tidak

mampu memobilisasi energy demi kepentingannya sendiri. Salah satu penyebab

karena penurunan kondisi fisiologis, penyakit kronis, kehilangan kepercayaan

pada kekuatan spiritual, kehilangan kepercayaan pad nilai – nilai pentinig,

pembatasan aktivitas jangka panjang dan isolasi sosial.

Strategi :

Pada kasus diatas, pilihan a tidak dipilih karena hanya menjadi factor penyebab

tertjadinya keputusasaan. Pilihan b, c, dan e hanya menunjukkan data minor.

Jawaban yang papling tepat adalah d ( keputusasaan ) karena pasiena sudah

mengalalmi kondisi stress jangak panjang (5 tahun menja;lani Hemodialisasi ) dan

adanya kehiilangan kepercayaan pada nilai – nilai dalam pengobatan yang

dijalani ( bosan dengan pengobatan yang dijalani ) serta mengungkapkan isi

pembicaraan yang pesismis, perilaku sedih dan pasif, dan pada akhirnya pasien

menolak pengobatan.

Jawaban : D
18. Seorang perempuan berusia 30 tahun dirawat di RSJ alasan masuk susah tidur,

mondar – mandir, dan 3 bulan tidak minum obat. Pasien mengatakan suaminya

sering melakukan KDRT dan saat ini sudah dicerai, malu dengan kondisinya. Hasil

pengkajian : pakaian tidak rapi, bicara dan tersenyum sendiri, malas berinteraksi

dengan oarng lain dan mondar – mandir.

Apakah masalah keperawatan utama pada kasus tersebut ?

F. halusinasi

G. isolasi sosial

H. harga diri rendah

I. deficit perawat diri

J. regiment terapi inefektif

Pembahasan :

Halusinansi adalah gejala gangguan jiwa berupa respon panca indera, yaitu

penglihatan, pendengaran, penciuman, perabaan dan pengecapan terhadap

sumber yang tidak jelas. Tanda dan gejala halusinasi adalah menyatakan

mendengarkan suara bisikan/melihat bayangan dan merasakan sesuatu melalui

indera perabaan, penciuman atau pengecapan. Bicara sendiri, mengarahkan

telinga ke arah tertentu, dan melihat ke satu arah.

Strategi :
Pada kasus diatas ada lima masalah keperawatan yaitu regimen terapi inefektif,

HDR, deficit perwatan diri, halusinasi dan isolasi sosial. Hasil pengkajian saat ini /

here and now, data yang diungkapkan berulang – ulang atau mengancam diri

pasien menjadi masalah utama. Dari kasus masalah keperawatan utama adalah

halusinasi ( bicara dan tersenyum sendiri, malas berinteraksi dengan orang lain,

mondar – mandir )

Jawaban : A

19. Seorang perempuan berusia 30 tahun, dirsawat di RSJ dengan marah – marah,

menyendiri, tidak mau mandi dan kadang bicara sendiri. Hasil pengkajian : pasien

mengatakan mempunyai 4 anak dan sudah bercerai satu bulan yang lalu, merasa

sendiri dan mengatakan “ tolong sampaikan pada keluarga saya untuk menjaga

anak – anak saya, mungkin sya tak akan bisa merawat mereka lagi! “

Apakah masalah keperawatan pada kasus tersebut ?

F. isolasi sosial

G. risiko bunuh diri

H. perilaku kekerasan

I. deficit perawatan diri

J. halusinasi pendengaran

Pembahasan :
Bunuh diri adalah suatu upaya yang disadari dan ditimbulkan oleh diri sendiri

untuk mengakhiri kehidupan atau pembinasaan oleh individu sebagai akibat

krisis multidimensional pada pemenuhan kebutuhan individual dimana individu

merasa ini adalah jalan keluar yang terbaik. Penyebabnya adalah harga diri

rendah, kehilangan dukungan sosial, kejadian – kejadian negative dalam hidup,

penyakit kritis, dan perpisahan.

Strategi :

Pada kasus diatas, pasien mengalami beberapa masalah keperawatan :

halusinasi, risiko perilaku kekerasan, isolasi sosial, dan risiko bunuh diri. Masalah

utama adalah data yang diungkapkan berulang – ulang atau mengancam diri

pasien menjadi data mayor. Pada kasus diatas adalah risiko bunuh diri.

Jawaban : B

20. Seorang laki – laki berusia 28 tahun, dirawat di RSJ alasan marah – marah dan

menolak minum obat. Hasil wawancara pasien mengatakan tidak mau berbicara

karena dirinya mempunyai ilmu suci yang bisa menyebuhkan orang, bicara

inkoheren dan fligt of idea. Keluarga mengatakan pasien gagal ujian CPNS enam

bulan lalu.

Apakah masalah keperawatan utama yang tepat pada kasus di atas?

F. waham
G. harga diri rendah

H. kerusakan komunikasi

I. regimen terapi inefektif

J. risiko perilaku kekerasan

Pembahasan:

Waham diartikan sebagai keyakinan yang salah yang dipertahankan secara

kuat/terus menerus namun tidak sesuai dengan kenyataan. Ditandai dengan

ungkapkan berulang – ulang tentang keyakinan yang salah atau tidak sesuai

dengan kenyataan yang ada.

Strategi:

Pada kasus diatas, pasien mengalami beberapa masalah keperawatan: waham,

harga diri rendah, kerusakan komunikasi, regimen terapi inefektif dan risiko

perilaku kekerasan. Dari kasus diatas, hasil pengkajian saat ini/here and now,

data yang diungkapkan berulang – ulang atau mengancam diri pasien menjadi

masalah utama yaitu waham.

Jawaban: A

4.4.3.3. Contoh Soal Intervensi / Implementasi dan Pembahasan


14. Seorang laki – laki berusia 34 tahun, di rawat di RSJ karena mengurung diri

dikamar sejak 1 bulan lalu dan kadang marah tanpa sebab. Hasil pengkajian:

pasien sering menyendiri, tertawa dan bicara sendiri, efek labil, dan penampilan

tidak rapi. Keluarga mengatakan pasien di PHK setahun yang lalu.

Apakah tujuan tindakan keperawatan pada kasus tersebut?

F. Pasien mampu melakukan interaksi dengan lingkungannya

G. Pasien menunjukan perilaku meningkatnya harga diri

H. Pasien mampu mengontrol perilaku marahnya

I. Pasien mampu mengontrol halusinasi

J. Pasien mampu melakukan kebersihan diri

Pembahasan :

Tindakan keperawatan pada pasien halusinasi adalah mengindetifikasi jenis,

frekuensi, isi, waktu, frekuensi, situasi dan respon terhadap halusinasi dan

mengajarkan pasien cara menghardik halusinasi. Melatih pasien mengendalikan

halusinasi dengan cara bercakap – cakap dengan orang lain. Melatih pasien

mengendalikan halusinasi dengan melakukan kegiatan ( kegiatan yang biasa

dilakukan pasien ). Memberikan pendidikan kesehatan tentang penggunaan

obat secara teratur. Pasien mampu minum obat dengan prinsip 8 bener.

Strategi:
Pada kasus diatas tentukan terlebih dahulu masalah utamanya yaitu halusinasi

karena kondisi saat ini/here and now ( sering menyendiri, tertawa dan

berbicara sendiri, efek labil ) adalah halusinasi sehingga tujuan mengacu kepada

masalah utama ( halusinasi ) mampu mengontrol halusinasinya. Pilihan a,b,c

dan e bukan intervensi pada masalah keperawatan halusinasi.

Jawaban : D

15. Seorang perempuan berusia 35 tahun dirawat di RSU karena susah BAB,

mengalami wasir sejak 6 bulan lalu dan akan dilakukan operasi. Hasil pengkajian

pasien terlihat gelisah, sulit tidur, TD 135/80 mmHg, frekuensi nadi 90x/menit,

muka pucat dan mengatakan takut dan khawatir terhadap tindakan operasi

yang akan dijalaninya.

Apakah rencana keperawatan pada kasus tersebut?

F. identifikasi penyebab cemas

G. anjukan latihan spiritual

H. latih tarik napas dalam

I. latih hypnosis lima jari

J. latih teknik distraksi

pembahasan :
Pasien yang akan menjalani operasi, mayoritas mengalami sulit tidur,

peningkatan TTV, merasa khawatir akan tindakan yang akan dilakukan. Hal

tersebut merupakan gejala ansietas. Pasien pada kasus di atas mengalami

ansietas sedang akibat adanya ancaman terhadap kesehatan diri ( akan

dilakukan tindakan operasi ). Tanda gejala yang dialami pasien antara lain

perubahan fisiologis ( ketegangan meningkat, pola tidur berubah ), perubahan

psikologis ( respon emosional tidak nyaman ) dan perubahan kognitif ( lapang

presepsi menurun ) ( Videbeek, 2008 ). Tindakan keperawatan yang dilakukan

antara lain kaji tanda – tanda ansietas, ajarkan pasien tehnik tarik nafas dalam,

distraksi, hipnotis lima jari dan spiritual ( Stuart, 2016 ).

Strategi :

Seluruh pilihan jawaban merupakan tindakan untuk mengatasi ansietas. Pilihan

a tidak tepat karena pasien telah dikaji tanda dan gejala ansietas. Pilihan b, d

dan e merupakan tindakan keperawatan pasien setalah dilatih tarik nafas

dalam. Sehingga pilihan yang paling tepat adalah b ( tarik nafas dalam ).

Jawaban : C

16. Perawat puskesmas melakukan kunjungan rumah pada seorang perempuan

berusia 28 tahun yang post dirawat di RSJ 2 minggu lalu. Hasil pengkajian: klien

sudah mampu berinteraksi dengan keluarga dan menyatakan keinginan bekerja


kembali, tetapi takut melakukan kesalahan. Pasien mengatakan suka membuat

kerajinan tangan.

Apakah tindakan keperawatan selanjutnya pada kasus tersebut?

F. mendiskusikan tentang kegiatan harian pasien

G. melatih kemampuan positif yang dimiliki pasien

H. mendiskusikan kemampuan dan aspek positif pasien

I. melibatkan pasien pada kegiatan rehabilitasi di masyarakat

J. melibatkan pasien dalam kegiatan kelompok di masyarakat

Pembahasan :

Tindakan keperawatan pada pasien harga diri rendah adalah identifikasi

kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien. Bantu pasien menilai

kemampuan yang dapat digunakan. Bantu pasien memilih/menetapkan

kemampuan yang akan dilatih. Latih kemampuan yang dipilih pasien.

Strategi :

Seluruh pilihan jawaban merupakan tindakan untuk mengatasi harga diri

rendah. Pilihan c tidak tepat karena pasien telah dikaji tentang kemampuan

positif yang dimiliki. Pilihan a, d, dan e merupakan tindakan keperawatan

pasien setalah melatih kemampuan positif yang dimiliki. Pilihan yang paling

tepat adalah b karena perawat sudah mengidentifikasi kemampuan positif


pasien yaitu membuat kerajinan tangan, sehingga tindakan selanjutnya adalah

melatih kemampuan posiif yang dimiliki pasien.

Jawaban : B

17. Seorang laki – laki berusia 35 tahun dirawat di RSJ ketiga kalinya, karena sering

marah – marah dirumah. Keluarga mengatakan pasien malas minum obat

karena merasa mengantuk setelah minum obat . Hasil pengkajian pasien masih

menolak minum obat karena menurut pasien tidak membawa perbaikan pada

dirinya.

Apakah tindakan keperawatan pada kasus tersebut ?

F. menjelaskan fungsi minum obat

G. memotivasi pasien agar mau minum obat

H. mendiskusikan dengan keluarga fungsi minum obat

I. melakukan kolaborasi untuk pemberian terapi injeksi

J. menunda pemberian obat sampai pasien mau meminum

Pembahasan :

Perilaku kekerasan adalah marah yang ekstrim atau ketakutan sebagai respon

terhadap perasaan terancam berupa ancaman fisik atau ancaman terhadap

konsep diri yang diekspresikan dengan mengancam, mencederai orang lain dan

atau merusak lingkungan. Tindakan keperawatan pada pasien risiko perilaku


kekerasan adalah : mengidentifikasi penyebab, tanda dan gejala perilaku

kekerasan, perilaku kekerasan yang dilakukan , menjelaskan cara mengontrol

perilaku kekerasan, mempraktekan latihan cara mengontrol dengan cara fisik I,

fisik II. cara verbal, cara spiritual dan minum obat.

Strategi :

Pada kasus diatas, pilihan b, c, d, dan e tidak tepat karena pasien belum

menyadari manfaat obat dengan ungkapan “ obat tidak membawa perbaikan

pada dirinya “. Oleh karena itu perlu dilakukan penyadaran tentang manfaat

dan fungsi minum obat lebih dulu sehingga jawaban yang paling tepat adalah a.

Pemahaman terhadap pasien dan keluarga mengenai 8 benar yaitu obat benar

orang, dosis, waktu, cara, dokumentasi, kadaluarsa.

Jawaban : B

18. Seorang laki – laki berusia 34 tahun, dikunjungi oleh perawat puskesmas

karena mengurung diri dikamar sejak 1 bulan, menolak mandi dan suka

bicara sendiri. Hasil pengkajian : kontak mata kurang, hanya mengangguk

dan menggelengkan kepala saat ditanya. Keluarga mengatakan klien

diberhentikan dari pekerjaannya.

Apakah tujuan tindakan keperawatan pada kasus tersebut ?

F. pasien mampu melakukan interaksi


G. pasien mampu menjaga kebersihan diri

H. pasien mampu mengontrol halusinasinya

I. pasien tetap mampu berorientasi pada realita

J. pasien menunjukkan perilaku meningkatnya harga diri

Pembahasan :

Isolasi sosial adalah kondisi dimana seseorang mengalami gangguan hubungan

interpersonal yang mengganggu fungsi individu tersebut dalam meningkatkan

keterlibatan atau hubungan ( sosialisasi ) dengan orang lain. Adanya tujuan dari

diagnosis keperawatan isolasi sosial adalah pasien mampu interaksi

Strategi :

Pada kasus diatas, pasien dengan masalah isolasi sosial karena data saat

ini/here and now kontak mata tidak ada, hanya mengangguk dan

menggelengkan kepalanya saat ditanya. Sehingga tujuan tindakan keperawatan

adalah pasien mampu melaksanakan interaksi.

Jawaban : A

19. Perawat melakukan kunjungan rumah pada anak perempuan usia 25 tahun

yang melakukan percobaan bunuh diri. Hasil pengkajian pasien tidak mau

keluar rumah, mengatakan malu telah gagal menjaga kehormatannya dan


meminta perawat tidak menceritakan masalahnya pada orang tua. Keluarga

bertanya tentang kondisi anaknya pada perawat.

Apakah komunikasi perawat pada kasus tersebut ?

F. “saya tidak boleh menyampaikan anak bapak”

G. “saat ini keluarga belum perlu tahu kondisi anak Bapak”

H. “sepertinya anak bapak belum mampu menceritakan masalahnya pada

keluarga”

I. “untuk saat ini, mohon keluarga mempercayakan kondisi anak bapak

pada saya”

J. “saya harus berbuat adil pada anak bapak, yang tidak ingin kondisinya

diketahui keluarga”

Pembahasan :

Pasien gangguan jiwa merupakan salah satu kelompok yang rentan

mengalami pelanggaran hak asasi manusia. Untuk melindunginya maka

perawat harus memperhatikan prinsip etik seperti Non Malaficience( tidak

melakukan tindakan yang merugikan ), Beneficence ( setiap tindakan

bermanfaat bagi pasien dan keluarga ), Confidentiality ( menjaga kerahasiaan

pasien ), Veracity ( mengatakan sejujurnya tentang apa yang dialami pasien ),

Justice ( harus mampu berlaku adil pada pasien ).

Strategi :
Pada kasus diatas, perawat menerapkan prinsip etik Confidentiality sesuai

dengan permintaan klien yang sudah berusia dewasa. Komunikasi yang paling

tepat dan tidak menyinggung keluarga serta tetap menjaga confidentiality

adalah d, sedangkan pilihan yang lain berpotensi menimbulkan konflik.

Jawaban : D

18. Seorang perempuan berusia 25 tahun dirawat di RSJ sejak 4 hari yang lalu.

Keluarga mengatakan bahwa dirumah pasien sering melamun, berbicara

sendiri dan menangis. Hasil pengkajian : pasien mengungkapkan bahwa

dirinya membebani keluarga, dan keluarga akan bahagia jika dirinya tidak ada

lagi.

Apakah teknik komunikasi yang tepat digunakan untuk kasus diatas ?

F. identifikasi tema

G. berbagi persepsi

H. klarifikasi

I. fokuskan

J. refleksi

Pembahasan :

Terdapat beberapa teknik komunikasi terapeutik. Identifikasi tema adalah

bersama pasien mengidentifikasi isu dasar atau masalah yang dialami oleh
klien yang muncul secara berulang selama hubungan perawat-klien. Berbagi

persepsi dilakukan melalui pertanyaan yang bertujuan untuk memverifikasi

pemahaman perawat yang sedang dipikirkan atau dirasakan oleh klien.

Klarifikasi mencoba merangkai kedalam kata – kata kedalam idea tau pikiran

klien yang tidak jelas untuk meningkatkan pemahaman perawat atau meminta

klien untuk menjelaskan apa yang dimaksudkan. Fokus adalah pernyataan

atau pertanyaan yang membantu klien melebarkan topic yang penting.

Refleksi mengarahkan klien ke belakang ide, perasaan, pertanyaan atau isi.

Strategi :

Kasus diatas merupakan kasus dengan masalah utama risiko bunuh diri

dikategori isyarat bunuh diri. Sehingga teknik komunikasi yang paling tepat

adalah mengklasifikasi tentang ungkapan ide bunuh diri yang dikatakan oleh

klien ( jika dirinya tidak ada lagi )

Jawaban : C

19. Perawat puskesmas melakukan kunjungan rumah kepada seorang perempuan

berusia 16 tahun. Keluarga mengatakan pasien tidak mau melakukan kegiatan

apapun. Hasil pengkajian : klien mengatakan malu dengan bekas luka bakar

pada wajah, dan tampak sering menutupi wajah. Pasien tampak murung dan

banyak menunduk. Perawat merancang asuhan keperawatan pada pasien.


Apakah kriteria evaluasi pada kasus tersebut?

F. Pasien menerima realita

G. Pasien menemukan makna hidup

H. Pasien mampu mengontrol keadaan

I. Pasien mengenal aspek positif yang dimiliki

J. Pasien mampu memulai interaksi dengan orang lain

Pembahasan :

Perubahan pada citra tubuh dapat menyebabkan terjadinya harga diri rendah

situasional ditandai dengan data subjektif : menilai diri negative, merasa malu

atau bersalah, melebih – lebihkan penilaian negative tentang diri sendiri,

menolak penilaian positif terhadap diri, dan sulit konsentrasi. Data objektif :

bicara pelan dan lirih, menolak interaksi dengan orang lain, jalan dengan

menunduk, postur tubuh menunduk, kontak mata kurang, lesu, pasif, dan

tidak mampu membuat keputusan.

Strategi :

Pada kasus diatas, tanda dan gejala mayor dari harga diri rendah situasional

adalah pasien menyatakan malu dengan keadaan tubuhnya saat ini. Pasien

tidak mau melakukan kegiatan apapun, menunduk dan murung. Tindakan

keperawatan berfokus pada kriteria hasil untuk meningkatkan harga diri

pasien yaitu mengenal aspek positif yang dimiliki. Pilihan a kurang tepat
karena tidak spesifik mengatasi harga diri rendah. Pilihan b tepatnya untuk

masalah keputusan. Pilihan c untuk mengatasi ketidak berdayaan dan pilihan

e untuk mengatasi masalah isolasi sosial.

Jawaban : D

110. Seorang laki – laki berusia 34 tahun, di rawat di RSJ karena

mengurung diri dikamar sejak 1 bulan lalu dan kadang marah tanpa sebab.

Hasil pengkajian: pasien sering menyendiri, tertawa dan bicara sendiri, efek

labil, dan penampilan tidak rapi. Keluarga mengatakan pasien di PHK setahun

yang lalu.

Apakah tujuan tindakan keperawatan pada kasus tersebut?

F. Pasien mampu melakukan interaksi dengan lingkungannya

G. Pasien menunjukan perilaku meningkatkan harga diri

H. Pasien mampu mengontrol perilaku marahnya.

I. Pasien mampu mengontrol halusinasinya.

J. Pasien mampu melakukan kebersihan diri.

Pembahasan :

Tindakan keperawatan pada pasien halusinasi adalah mengindentifikasi jenis,

frekuensi, isi, waktu, frekuensi, situasi dan respon terhadap halusinasi.

Melatih pasien mengendalikan halusinasi dengan cara bercakap – cakap


dengan orang lain. Melatih pasien mengendalikan halusinasi dengan

melakukan kegiatan ( kegiatan yang biasa dilakukan pasien ). Memberikan

pendidikan kesehatan tentang penggunaan obat secara teratur. Pasien

mampu minum obat dengan prinsip 8 lembar.

Strategi :

Pada kasus diatas tentukan terlebih dahulu masalah utamanya yaitu halusinasi

karena kondisi saat ini/ here and now ( sering menyendiri, tertawa dan

berbicara sendiri, efek labil )adalah halusinasi sehingga tujuan mengacu

kepada masalah utama ( halusinasi ) mampu mengontrol halusinasinya.

Pilihan a,b,c dan e bukan intervensi pada masalah keperawatan halusinasi.

Jawaban : D

4.4.3.4. Contoh Soal Evaluasi dan Pembahasan

21. Seorang perempuan berusia 20 tahun di rawat di RSJ dua minggu yang lalu

karena marah – marah, bicara dan tertawa sendiri, serta tidak mau merawat

diri. Hasil pengkajian pasien mengatakan “ Saya tidak lulus pramugari karena

pendek dan kulit hitam, saya malu”, ekspresi murung, dan tidak mampu

memulai percakapan.

Apakah evaluasi tindakan keperawatan pada kasus tersebut?

F. mandi, keramas, dan gosok gigi secara mandiri


G. bercakap – cakap dengan pasien lain

H. melakukan kemampuan positif

I. halusinasi terkontrol

J. Marah terkontrol

22. Seorang perempuan berusia 30 tahun di rawat di RSJ karena marah – marah

bicara sendiri, menolak mandi. Hasil pengkajian: kotak mata tidak ada,

menyendiri dan menolak interaksi. Pasien sudah diajarkan cara mengontrol

marah, mengontrol halusinasi , cara berkenalan dan cara merawat diri.

Apakah kemampuan yang harus ditunjukan pasien pada kasus tersebut?

F. baju bersih dan rapih

G. tanda – tanda marah berkurang

H. mempunyai teman, kontak mata ( + )

I. berorientasi pada realita

J. harga diri meningkat

Pembahasan :

Isolasi sosial adalah kondisi dimana seseorang mengalami gangguan hubungan

interpersonal yang menganggu fungsi individu tersebut dalam meningkatkan

ketertiban atau hubungan ( sosialisasi ) dengan orang lain, merasa sendiri,

merasa tidak diterima, mengungkapkan tujuan hidup yang tidak adekuat dan

tidak ada dukungan orang yang dianggap penting, dan tidak mampu
memenuhi harapan orang lain. Evaluasi kemampuan pada pasien isolasi sosial

meliputi kemampuan pasien berinteraksi dengan orang lain ditandai dengan

ada kontak saat berbicara, menatap lawan jenis, memulai pembicaraan,

mengikuti kegiatan kelompok.

Strategi :

Pada kasus ini diatas tentukan dahulu masalah keperawatan utama, masalah

utamanya adalah isolasi sosial karena data yang dominan: kontak mata tidak

ada, hanya mengangguk dan menggelengkan kepala saat ditanya. Untuk

evaluasi adanya perubahan / berkurang dari tanda dan gejala pasien tersebut.

Pilihan a,b,d dan e tidak menunjukan sebagai kemampuan akhir untuk

masalah keperawatan isolasi sosial.

Jawaban : C

23. Seorang perempuan berusia 40 tahun dikunjungi oleh perawat puskesmas

karena tidak control ulang selama 1 bulan. Hasil pengkajian : rambut rontok,

acak – acakan, gigi kotor, kulit berdaki dan bau, kuku hitam, panjang dan

kotor. Perawat menjelaskan tentang pentingnya menjaga kebersihan diri.

Apakah kemampuan yang ditunjukkan pasien pada situasi tersebut ?

F. pasien dapat menyediakan fasilitas kebersihan diri yang dibutuhkan

G. pasien mandi, mencuci rambut, menggosok gigi dengan benar


H. pasien mengenal masalah deficit perawatan dini

I. pasien mengenal tanda kekambuhan dan rujukan

J. pasien control teraturke Puskesmas

Pembahasan :

Defisit perawatan diri terdiri dari mandi, berdandan/berhias, makan/minum,

BAP/BAK. Intervensi keperwatan meliputi menjelaskan pentingnya kebersihan

diri ( menjelaskan cara menjaga kebersihan diri. Membantu pasien

mempraktekkan cara menjaga kebersihan diri ). Menjelaskan cara makan yang

baik dan membantu pasien mempraktekkan cara makan yang baik.

Menjelaskan cara eliminasi yang baik dan membantu pasien mempraktekkan

cara eliminasi yang baik. Menjelaskan cara berdandan dan membantu pasien

mempraktekkan cara berdandan.

Strategi :

Pada kasus diatas, perawat hanya menjelaskan tentang kebersihan diri. Hasil

dari tindakan perawat tersebut, pasien mampu memahami dan mengenal

masalah deficit perawatan diri. Option yang lain tercapai setelah pasien

mengenal masalahnya.

Jawaban : C
24. Seorang perempuan berusia 35 tahun dirawat di RSJ dengan marah – marah.

Hasil pengkajian pasien mengatakan : “ ibu saya mau meracuni saya karena

dia tidak suka dengan calon suami saya, pokoknya saya tidak mau makan

makanan yang diberikan oleh ibu saya “. Afek labil, mondar – mandir dan

gelisah.

Pembahasan :

Intervensi keperawatan pada pasien waham antara lain membantu orentasi

realita, mendiskusikan kebutuhan yang tidak terpenuhi, membantu

memenuhi kebutuhannya, mendiskusikan tentang kemampuan yang dimiliki,

dan melatih kemampuan yang dimiliki.

Strategi :

Pada kasus diatas, pasien mengalami waham curiga, sehingga tujuan dari

intervensi yang dilakukan perawat adalah mengorentasikan pasien kepada

realita secara bertahap. Untuk pilihan a, d, c, dan tidak sesuai dengan masalah

keperawatan waham.

Jawaban : C
Buku Rujukan Utama :

4. Potter & Perry ( 2013 ). Fundamental of Nursing. Mosby Elsevier

5. Stuart G. W ( 2009 ). Principles and Practice of Psychiatric Nursing. St.

Louis : Mosby

6. Stuart, Keliat & Pasaribu ( 2016 ). Keperawatan Kesehatan Jiwa Stuart. Jakarta

: Elsevier

Anda mungkin juga menyukai