Anda di halaman 1dari 11

A.

Asuhan Keperawatan Pada Gangguan Citra Tubuh


1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses keperawatan dan
merupakan proses yang sistematis dalam pengumpulan data (Muhith, 2015). Menurut
Stuart dan Laraia dalam Prabowo (2014), data yang dikumpulkan pada tahap pengkajian
meliputi data biologis, psikologis, sosial dan spiritual. Cara pengkajian lain berfokus pada
lima dimensi yaitu fisik, emosional, intelektual, sosial dan spiritual. Isi dari pengkajian
meliputi :
1) Identitas Pasien Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, bahasa yang
dipakai, pendidikan, status perkawinan, tanggal masuk RS, asuransi, nomor rekam
medis, tanggal pengkajian dan diagnosa medis.
2) Identitas Penanggung Jawab Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan,
pekerjaan, alamat dan hubungan dengan pasien.
3) Alasan Masuk Yang menyebabkan pasien masuk Rumah Sakit dan dirawat Biasanya
pasien masuk karena kecelakaan, fraktur, luka bakar, mengalami penganiayaan fisik.
4) Riwayat Penyakit Sekarang dan Faktor Presipitasi Biasanya pasien mengalami
perubahan kondisi fisik, seperti adanya fraktur, amputasi, luka bakar yang dapat
menimbulkan masalah psikologis pada pasien.
5) Faktor Predisposisi Biasanya pasien mempunyai riwayat gangguan jiwa, pernah
melakukan atau mengalami penganiayaan fisik atau seksual, kekerasan dalam
keluarga.
6) Pemeriksaan Fisik Meliputi pemeriksaan tanda-tanda vital, tinggi badan, berat badan
dan keluhan fisik yang dirasakan pasien seperti adanya fraktur.
7) Pengkajian Psikososial
a) Genogram Genogram menggambarkan mengenai silsilah dan riwayat penyakit
pasien dan keluarga.
b) Konsep Diri
1. Citra tubuh Kaji mengenai persepsi pasien terhadap tubuhnya, bagian tubuh
yang disukai dan bagian tubuh yang tidak disukai. Persepsi pasien terhadap
citra tubuhnya dapat positif maupun negatif. Biasanya pasien yang
mengalami gangguan citra tubuh akan memiliki citra tubuh yang negatif.
2. Identitas diri Kaji mengenai status dan posisi pasien sebelum dirawat,
kepuasan pasien terhadap status dan posisinya serta keunikan yang
dimilikinya sesuai dengan jenis kelamin dan posisinya.
3. Harga diri Kaji mengenai hubungan pasien dengan orang lain sesuai dengan
kondisi, dampak pada pasien dalam berhubungan dengan orang lain, ideal diri
tidak sesuai harapan, dan penilaian pasien terhadap pandangan atau
penghargaan orang lain terhadap dirinya.
4. Ideal diri Kaji mengenai harapan pasien terhadap keadaan tubuh yang ideal,
tugas, pekerjaan, lingkungan serta peran pasien dalam keluarga. Dan harapan
pasien terhadap penyakitnya serta adanya kesesuaian antara harapan dan
kenyataan.
5. Peran diri Kaji mengenai tugas atau peran pasien dalam keluarga, pekerjaan,
kelompok masyarakat, kemampuan pasien dalam melaksanakan.
c) Hubungan Sosial
Kaji mengenai orang penting bagi pasien, upaya yang dilakukan pasien
dalam menghadapi masalah, adanya hambatan dalam berhubungan dengan orang
lain, keterlibatan pasien mengikuti dalam kegiatan kelompok atau masyarakat.
d) Spiritual
Kaji mengenai nilai dan keyakinan, kegiatan ibadah serta kepuasan pasien
dalam menjalankan ibadah.
8) Status Mental
a) Penampilan
Melihat penampilan pasien dan cara pasien menggunakan pakaian yang
sesuai dan seperti biasanya, nilai ketidakmampuan pasien dalam berpenampilan
terhadap status psikologis pasien.
b) Pembicaraan
Amati cara pasien dalam berbicara apakah cepat, keras, gagap, sering
terhenti, lambat, membisu, menghindar, tidak mampu memulai pembicaraaan.
c) Aktivitas motorik
Amati aktivitas motorik pasien apakah lesu, tegang, gelisah, agitasi atau
pun tremor.
d) Afek dan Emosi
1. Afek Kaji afek pasien meliputi :
1) Adekuat merupakan perubahan roman muka yang sesuai dengan stimulus
eksternal.
2) Datar merupakan tidak adanya perubahan roman muka saat ada stimulus
yang menyenangkan maupun menyedihkan.
3) Tumpul merupakan reaksi yang timbul ketika ada stimulus emosi yang
sangat kuat
4) Labil merupakan emosi pasien yang cepat berubah-rubah.
5) Tidak sesuai merupakan emosi yang bertentangan atau berlawanan
dengan stimulus.
2. Emosi
Kaji mengenai perasaan kesepian, apatis, marah, anhedonia, eforia,
depresi, sedih dan cemas yang dirasakan oleh pasien.
e) Interaksi selama wawancara
1) Kooperatif : pasien berespon dengan baik terhadap pewawancara
2) Tidak kooperatif : pasien tidak dapat menjawab pertanyaan pewawancara
dengan spontan
3) Mudah tersinggung
4) Bermusuhan : pasien berkata atau berpandangan yang tidak baik, tidak
bersahabat atau tidak ramah.
5) Kontak kurang : pasien tidak mau menatap lawan bicara.
6) Curiga : pasien menunjukkan sikap atau peran tidak percaya kepada
pewawancara atau orang lain.
f) Persepsi sensori
1) Halusinasi Kaji apakah pasien mengalami gangguan persepsi halusinasi
pendengaran, penglihatan, perabaan, pengecapan, dan penciuman.
2) Ilusi
3) Depersonalisasi
4) Derealisasi
g) Proses pikir
1) Bentuk pikir
1. Otistik : pasien hidup dalam dirinya sendiri dan cenderung tidak
memperdulikan lingkungannya.
2. Dereistik : proses mental pasien tidak diikuti dengan kenyataan, logika dan
pengalaman.
3. Non realistik : pikiran pasien tidak sesuai kenyataan.
2) Arus pikir
1. Sirkumstansial : pasien berbicara berbelit-belit tapi sampai pada tujuan
2. Tangensial : pasien berbicara berbelit-belit tapi tidak sampai pada tujuan
3. Kehilangan dan asosiasi : tidak ada hubungan antara satu kalimat dengan
kalimat lainnya dalam pembicaraan pasien.
4. Flight of ideas : cara bicara pasien meloncat dari satu topik ke topik
lainnya.
5. Bloking : cara bicara pasien terhenti tiba-tiba tanpa ada gangguan dari luar
kemudian dilanjutkan kembali
6. Perseferasi : dalam berbicara pasien menggunakan kata-kata yang diulang
berkali-kali
7. Perbigerasi : dalam berbicara pasien menggunakan kalimat yang diulang
berkali-kali.
3) Isi pikir
1. Obsesi merupakan pikiran yang selalu muncul walaupun pasien berusaha
menghilangkannya.
2. Phobia merupakan ketakutan yang patologis atau tidak logis terhadap
objek atau situasi tertentu.
3. Hipokondria merupakan keyakinan terhadap gangguan organ tubuh yang
sebenarnya tidak ada
4. Depersonalisasi merupakan perasaan pasien yang asing terhadap diri
sendiri, orang lain dan lingkungan
5. Ide yang terkait merupakan keyakinan pasien terhadap kejadian yang
terjadi dilingkungan yang bermakna dan terkait dengan diri pasien
6. Pikiran magis merupakan keyakinan pasien tentang kemampuannya dalam
melakukan hal yang mustahil atau diluar kemampuannya.
7. Waham
(a) Agama, keyakinan pasien terhadap suatu agama yang berlebihan dan
diucapkan berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan
(b) Somatik merupakan keyakinan pasien terhadap tubuhnya dan
diucapkan berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan keyakinan.
(c) Kebesaran merupakan keyakinan pasien yang berlebihan terhadap
kemampuannya dan diucapkan secara berulang-ulang tapi tidak sesuai
kenyataan
(d) Curiga merupakan keyakinan pasien bahwa ada orang yang berusaha
merugikan, mencederai dirinya yang diucapkan berulang-ulang tetapi
tidak sesuai dengan kenyataan.
h) Tingkat kesadaran
a) Bingung : pasien tampak bingung dan kacau atau perilaku pasien tidak
mengarah pada tujuan
b) Sedasi : pasien mengatakan merasa melayang-layang antara sadar dan tidak
sadar
c) Stupor : terjadinya gangguan motorik seperti ketakutan, ada gerakan yang
diulang-ulang tetapi pasien mengerti semua hal yang terjadi diligkungannya.
i) Orientasi
Meliputi orientasi terhadap waktu, tempat dan orang.
j) Memori
a) Gangguan mengingat jangka panjang yaitu tidak dapat mengingat kejadian
lebih dari satu bulan.
b) Gangguan mengingat jangka pendek yaitu tidak dapat mengingat kejadian
dalam minggu terakhir.
c) Gangguan mengingat saat ini yaitu tidak dapat mengingat kejadian yang baru
saja terjadi.
d) Konfabulasi yaitu hal yang dibicarakan pasien tidak sesuai dengan kenyataan
dengan memasukkan cerita yang tidak benar untuk menutupi gangguan daya
ingatnya.
k) Tingkat konsentrasi
a. Mudah beralih : perhatian pasien mudah berganti dari satu objek ke objek
lainnya
b. Tidak mampu berkonsentrasi : pasien selalu meminta agar pertanyaan yang
diajukan diulang karena tidak dapat menangkap apa yang ditanyakan.
c. Tidak mampu berhitung : pasien tidak dapat melakukan penambahan atau
pengurangan pada benda yang nyata.
l) Kemampuan penilaian
Kaji mengenai kemampuan pasien dalam menilai situasi, kemudian
bandingkan dengan yang seharusnya
m) Daya tilik diri
a. Pasien mengingkari penyakit yang dideritanya, yaitu pasien tidak menyadari
gejala penyakit serta perubahan fisik dan emosi pada dirinya dan merasa tidak
butuh bantuan orang lain.
b. Pasien menyalahkan hal-hal diluar dirinya dengan menyalahkan orang lain
atau lingkungan yang menyebabkan timbulnya penyakit atau masalah.
9) Kebutuhan Persiapan Pulang
Kaji mengenai pola makan, pola eliminasi, mandi, berpakaian, istirahat dan tidur,
penggunaan obat, pemeliharaan kesehatan, aktivitas di dalam rumah serta aktivitas di
luar rumah.
10) Mekanisme Koping
Data didapatkan melalui wawancara dengan pasien dan keluarganya. Mekanisme
koping terbagi dua yaitu :
a. Mekanisme koping jangka pendek
a) Memberikan pelarian sementara dari krisis identitas
b) Memberikan identitas pengganti sementara
c) ) Sementara memperkuat atau meningkatkan rasa membaur dengan diri
b. Mekanisme koping jangka panjang
a) Menutup identitas
b) Identitas negatif, yaitu asumsi yang bertentangan dengan nilai dan harapan
masyarakat.
11) Masalah Psikososial dan Lingkungan
Kaji mengenai masalah yang berhubungan dengan pendidikan, pekerjaan,
ekonomi, pelayanan kesehatan dan lingkungan.
12) Tingkat Pengetahuan
Kaji mengenai masalah yang berkaitan dengan tingkat pendidikan pasien
misalnya tentang penyakit fisik, gangguan jiwa, faktor predisposisi dan faktor
presipitasi, mekanisme koping serta obat-obatan. m. Aspek Medis Merupakan
diagnosa medis yang menyangkut masalah psikososial, obat-obatan pasien saat ini
baik obat fisik, psikofarmaka dan terapi lainnya.

2. Diagnosa
Diagnosa keperawatan gangguan citra tubuh dapat ditegakkan karena terjadinya
penurunan atau perubahan bentuk, fungsi, penampilan tubuh serta kehilangan struktur
tubuh tertentu pada pasien. Jika masalah psikososial gangguan citra tubuh tidak diatasi
dengan benar, maka akan mengakibatkan pasien mengalami harga diri rendah. Berikut
pohon masalah dari gangguan citra tubuh yaitu sebagai berikut:
Pohon Masalah
Harga Diri Rendah

Gangguan Citra
Tubuh

Kehilangan atau penurunan


bentuk dan fungsi tubuh
Berdasarkan pohon masalah gangguan citra tubuh diatas, dapat ditegakkan diagnosa
keperawatan sebagai berikut :
a) Gangguan citra tubuh
b) Risiko harga diri rendah situasional
c) Isolasi sosial

3. Intervensi
1) Ganggun Citra Tubuh
Strategi Pelaksanaan Pasien
a. SP 1
a) Membina hubungan saling percaya antara perawat dan pasien
b) Mendiskusikan tentang gangguan citra tubuh
c) Mendiskusikan penerimaan terhadap gangguan citra tubuh
d) Mendiskusikan tentang aspek positif pada diri pasien
e) Mendiskusikan cara meningkatkan citra tubuh
b. SP 2
a) Mengevaluasi kegiatan yang sudah dilakukan
b) Mengidentifikasi dan melakukan cara meningkatkan citra tubuh
c) Melatih pasien berinteraksi secara bertahap
Strategi Pelaksanaan Keluarga
a. SP 1
a) Mendiskusikan masalah yang dihadapi keluarga
b) Menjelaskan mengenai gangguan citra tubuh
c) Menjelaskan cara mengatasi gangguan citra tubuh
b. SP 2
a) Mengevaluasi mengenai kegiatan sebelumnya
b) Menyusun rencana keperawatan bersama keluarga pasien yang mengalami
gangguan citra tubuh
c) Melatih keluarga cara merawat pasien gangguan citra tubuh

2) Risiko harga diri rendah situsional


a. Sp I:
a) Identifikasi kemampuan melakukan kegiatan dan aspek positif pasien (buat
daftar kegiatan)
b) Bantu pasien menilai kegiatan yang dapat dilakukan saat ini (pilih dari daftar
kegiatan) : buat daftar kegiatan yang dapat dilakukan saat ini
c) Bantu pasien memilih salah satu kegiatan yang dapat dilakukan saat ini untuk
dilatih
d) Latih kegiatan yang dipilih (alat dan cara melakukannya)
e) Masukan pada jadual kegiatan untuk latihan dua kali per hari
b. Sp II:
a) Evaluasi kegiatan pertama yang telah dilatih dan berikan pujian
b) Bantu pasien memilih kegiatan kedua yang akan dilatih
c) Latih kegiatan kedua kedua (alat dan cara)
d) Masukkan pada jadual kegiatan untuk latihan: dua kegiatan masing2 dua kali
per hari
c. Sp III:
a) Evaluasi kegiatan pertama dan kedua yang telah dilatih dan berikan pujian
b) Bantu pasien memilih kegiatan ketiga yang akan dilatih
c) Latih kegiatan ketiga (alat dan cara)
d) Masukkan pada jadual kegiatan untuk latihan: tiga kegiatan, masing-masing
dua kali per hari
d. Sp IV:
a) Evaluasi kegiatan pertama, kedua, dan ketiga yang telah dilatih dan berikan
pujian
b) Bantu pasien memilih kegiatan keempat yang akan dilatih
c) Latih kegiatan keempat (alat dan cara)
d) Masukkan pada jadual kegiatan untuk latihan: empat kegiatan masing-masing
dua kali per hari

3) Isolasi sosial
a. Sp I:
a) Identifikasi penyebab isolasi sosial: siapa yang serumah, siapa yang dekat,
yang tidak dekat, dan apa sebabnya
b) Keuntungan punya teman dan bercakap-cakap
c) Kerugian tidak punya teman dan tidak bercakap-cakap
d) Latih cara berkenalan dengan pasien dan perawat atau tamu
e) Masukan pada jadual kegiatan untuk latihan berkenalan
b. Sp II:
a) Evaluasi kegiatan berkenalan (berapa orang). Beri pujian
b) Latih cara berbicara saat melakukan kegiatan harian (latih 2 kegiatan)
c) Masukkan pada jadual kegiatan untuk latihan berkenalan 2- 3 orang pasien,
perawat dan tamu, berbicara saat melakukan kegiatan harian
c. Sp III:
a) Evaluasi kegiatan latihan berkenalan (berapa orang) & bicara saat melakukan
dua kegiatan harian. Beri pujian
b) Latih cara berbicara saat melakukan kegiatan harian (2 kegiatan baru)
c) Masukkan pada jadual kegiatan untuk latihan berkenalan 4-5 orang, berbicara
saat melakukan 4 kegiatan harian
d. Sp IV:
a. Evaluasi kegiatan latihan berkenalan, bicara saat melakukan empat kegiatan
harian. Beri pujian
b. Latih cara bicara sosial: meminta sesuatu, menjawab pertanyan
b. Masukkan pada jadual kegiatan untuk latihan berkenalan >5 orang, orang
baru, berbicara saat melakukan kegiatan harian dan sosialisasi.

. Implementasi
Implementasi keperawatan disesuaikan dengan intervensi keperawatan. Sebelum
melaksanakan tindakan yang sudah direncanakan, perawat perlu memvalidasi kembali
apakah rencana tindakan masih sesuai dan dibutuhkan pasien saat ini.

5. Eveluasi
Evaluasi keperawatan mengharuskan perawat melakukan pemeriksaan secara kritikal dan
menyatakan respon pasien terhadap intervensi yang telah diberikan. Evaluasi dapat
dilakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP yaitu sebagai berikut :
1) S : Respon subjektif pasien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan
dan dapat diukur misalnya dengan menanyakan “bagaimana perasaan ibu setelah kita
mendiskusikan aspek positif dalam diri ibu?”
2) O : respon objektif pasien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan
dan dapat diukur dengan mengobservasi perilaku pasien pada saat komunikasi dan
tindakan dilakukan.
3) A : Analisis ulang atas data subjektif dan objektif untuk menyimpulkan masalah
tersebut masih muncul atau muncul masalah baru atau ada data yang kontradiksi
dengan masalah yang ada.
4) P : Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisis pada respons pasien
yang terdiri dari tindakan lanjut pasien dan tindakan lanjut oleh perawat.

Anda mungkin juga menyukai