I. WAHAM
A. DEFINISI
Waham adalah keyakinan yang salah yang didasarkan oleh kesimpulan yang salah
terdistorsi dan tidak dapat membedakan yang nyata dan yang tidak nyata
(Victoryna, 2020).
Waham adalah suatu keyakinan yang salah yang dipertahankan secara kuat/terus
untuk melindungi diri dari mengenal impuls yang tidak dapat diterima dari dirinya
Menurut Herman (2011 dalam Prakasa, 2020) bahwa tanda dan gejala gangguan
proses pikir waham terbagi menjadi 8 gejala yaitu, menolak makan, perawatan
diri, emosi, gerakan tidak terkontrol, pembicaraan tidak sesuai, menghindar,
1. Waham Kebesaran
dengan yang lain tidak logis), tidak berhubungan, secara keseluruhan tidak
2. Waham Curiga
tampak seperti isi wahamnya ,Inkoheren (gagasan satu dengan yang lain tidak
3. Waham Agama
dimengerti)
4. Waham Somatik
DS : Pasien mengatakan merasa yakin menderita penyakit fisik ,Pasien
dengan yang lain tidak logis, tidak berhubungan, secara keseluruhan tidak
5. Waham Nihilistik
dengan yang lain tidak logis, tidak berhubungan, secara keseluruhan tidak
6. Waham Bizzare
a. Sisip Pikir :
DS : Pasien mengatakan ada ide pikir orang lain yang disisipkan dalam
Inkoheren (gagasan satu dengan yang lain tidak logis, tidak berhubungan,
pola tidur
b. Siar Pikir
DS :Pasien mengatakan bahwa orang lain mengetahui apa yang dia pikirkan
keputusan
c. Kontrol Pikir
marah ,Pasien tampak tidak bisa mengontrol diri sendiri ,Pasien mengalami
perubahan pola tidur ,Inkoheren (gagasan satu dengan yang lain tidak logis,
C. TINGKATAN
Menurut Eriawan (2019) Proses terjadinya waham dibagi menjadi enam yaitu :
a. Fase Lack of Human need
Waham diawali dengan terbatasnya kebutuhan-kebutuhan pasien baik secara
fisik maupun psikis. Secara fisik pasien dengan waham dapat terjadi pada
pasien yang secara sosial dan ekonomi terpenuhi tetapi kesenjangan antara
dipengaruhi juga oleh rendahnya penghargaan saat tumbuh kembang (life span
history).
Tidak ada tanda pengakuan dari lingkungan dan tingginya kesenjangan antara
self ideal dengan self reality (kenyataan dengan harapan) serta dorongan
serta memiliki kekuasaan yang luas, seseorang tetap memasang self ideal yang
melebihi lingkungan tersebut. Padahal self reality-nya sangat jauh. Dari aspek
sangat rendah.
Pasien mencoba berfikir rasional bahwa apa yang ia yakini atau apa- apa yang
pasien itu tidak benar, tetapi hal ini tidak dilakukan secara adekuat karena
tidakberfungsinya norma ( Super Ego ) yang ditandai dengan tidak ada lagi
e. Fase comforting
f. Fase improving
keyakinan yang salah pada pasien akan meningkat. Tema waham yang muncul
tidak terpenuhi (rantai yang hilang). Waham bersifat menetap dan sulit untuk
dikoreksi. Isi waham dapat menimbulkan ancaman diri dan orang lain. Penting
D. KLASIFIKASI
Menurut Stuart (2005, dalam Prakasa, 2020) jenis waham yaitu :
a. Waham kebesaran:
diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai kenyataan. Misalnya, “Saya ini
b. Waham curiga:
c. Waham agama:
berlebihan dan diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai kenyataan. Contoh,
“Kalau saya mau masuk surga, saya harus menggunakan pakaian putih setiap
hari.”
d. Waham somatic:
terserang penyakit dan diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai dengan
e. Waham nihilistik:
Individu meyakini bahwa dirinya sudah tidak ada di dunia/meninggal dan
diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai kenyataan. Misalnya, ”Ini kan
keyakinan pasien bahwa ada pikiran orang lain yang disisipkan ke dalam
pikirannya.
keyakinan pasien bahwa orang lain mengetahui apa yang dia pikirkan
E. RENTANG RESPON
Menurut Keliat (2016), rentang respon waham sebagai berikut :
Menurut Stuart Laraia (2005), Respons individu terhadap penyakit fisik, berkaitan
dengan pengalaman masa lalu, persepsi terhadap penyakit, keyakinan terhadap penyembuhan
dan sistem pelayanan kesehatan. Rentang respon individu berfluktuasi dari respon adaptif
1) Respons adaptif
Respon adaptif adalah respon individu dalam menyelesaikan masalah yang
masih dapat diterima atau norma-norma sosial budaya yang masih umum yang
berlaku dengan kata lain individu tersebut masih dalam batas-batas norma
2) Respons maladaptive
Respon mal adaptif adalah respon individu dalam penyelesaian masalah yang
F. FAKTOR PREDISPOSISI
a. Genetis : diturunkan, adanya abnormalitas perkembangan sistem saraf yang
b. Neurobiologis : adanya gangguan pada korteks pre frontal dan korteks limbic
G. FAKTOR PRESIPITASI
a. Proses pengolahan informasi yang berlebihan
episode baru suatu penyakit. Pemicu yang biasa terdapat pada respon
H. MEKANISME KOPING
Koping yang berfokus pada emosi dan koping yang berfokus pada masalah Stuart
and Laraia ( 2005), Koping yang berfokus pada emosi merupakan koping yang
penghilang atau paling tidak mengendalikan tekanan. Koping yang berfokus pada
Menurut Stuart and Laraia (2005), perilaku yang mewakili upaya untuk
mengatasi ansietas.
c. Penyangkalan.
Laraia ( 2005), Koping yang berfokus pada emosi merupakan koping yang dilakukan untuk
mengatasi masalah dengan berfokus pada emosi sebagai penghilang atau paling tidak
mengendalikan tekanan. Koping yang berfokus pada masalah merupakan upaya untuk
langsung. Ada beberapa sumber koping individu yang harus dikaji yang dapat berpengaruh
terhadap gangguan otak dan prilaku kekuatan dalam sumber koping dapat meliputi seperti :
modal intelegensi atau kreativitas yang tinggi. Orang tua harus secara aktif mendidik anak-
anaknya, dewasa muda tentang keterampilan koping karena mereka biasanya tidak hanya
belajar dan pengamatan. Sumber keluarga dapat berupa pengetahuan tentang penyakit
finansial yang cukup, ketersediaan waktu dan tenaga dan kemampuan untuk memberikan
Koping individu dalam pelaksanaan tentu saja akan dipengaruhi atau bahkan
ditentukan oleh berbagai hal. Beberapa ahli menunjukkan ketertarikan untuk meneliti
berbagai macam faktor yang dapat mempengaruhi koping. Brehm & Kassin (1990)
a. Faktor-faktor internal seperti pikiran, perasaan, genetik, fisiologis, dan/atau tipe kepribadian.
b. Faktor-faktor eksternal seperti peristiwa-peristiwa atau fenomena alam yang terjadi dalam
hidup individu, konteks budaya dimana individu berada, dan/atau hubungan-hubungan sosial
yang dihadapinya.
Pervin & John (1997) menyebutkan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi
individu dalam melakukan koping adalah waham. Cara individu dengan kepribadian introver
atau ekstrover misalnya, jelas akan berbeda. Pada individu introver, dia akan lebih
memfokuskan pada koping yang mendukung kepribadiannya yang lebih melihat ke dalam
dirinya. Sedangkan individu yang ekstrover akan memilih koping yang lebih banyak melihat
Menurut Sment, (1984) berpendapat bahwa ada banyak faktor yang mempengaruhi
a. Kondisi individu yang bersangkutan, seperti berapa umurnya, apa jenis kelaminnya,
b. Karakteristik kepribadian seperti tipe keribadian A atau B, individu yang optimis atau
c. Kondisi sosial kognitif seperti dukungan sosial, jaringan sosial, dan/atau kontrol pribadi atas
d. Hubungan yang terjadi antara individu tersebut dengan lingkunga sosial atau jaringan
sosialnya, dan/atau penyatuan diri masing-masing individu dalam sebuah kelompok pada
e. Strategi mengatasi tekanan yang lebih banyak diambil setiap menghadapi situasi yang
membutuhkan pengentasan masalah, seperti berfokus pada emosi, pada masalah, menghindar
kekuatan khusus dan diucapkan berulang kali, tapi tidak sesuai kenyataan.
Misalnya, “ Saya ini pejabat didepartemen kesehatan lho! “ atau, “ Saya punya
tambang emas.”
2. Waham curiga : individu meyakini bahwa ada seorang atau kelompok yang
sesuai kenyataan. Contoh, “Saya tehu seluruh saudara saya ingin menghancurkan
berlebihan dan diucapkan berulanh kali, tetapi tidak sesuai kenyataan. Contoh,
“Kalau saya mau masuk surga, saya harus menggunakan pakaian putih setiap
hari.”
4. Waham somatik : Individu meyakini bahwa tubuh atau bagian tubuhnya terganggu
atau terserang penyakit dan diucaokan berulang kali, tetapi tidak sesuai kenyataan.
kanker.
5. Waham nihilistik : Individu meyakini bahwa dirinya sudah sudah tidak ada
Misalnya, “Ini kan alam kubur ya, semua yang ada di sini adalah roh-roh.”
V. ANALISA DATA