Anda di halaman 1dari 16

PENGARUH PENGETAHUAN IBU HAMIL UNTUK

MELAKUKAN INISIASI MENYUSUI DINI DI


KECAMATAN KERANGGAN KOTA TANGERANG SELATAN
BANTEN
BAB I PENDAHULUAN

1. 1 Latar belakang

ASI (Air Susu Ibu) adalah makanan alami pertama untuk bayi dan
menyediakan semua vitamin, nutrisi dan mineral yang diperlukan bayi untuk
pertumbuhan enam bulan pertama, tidak ada cairan atau makanan lain yang
diperlukan. ASI terus tersedia hingga setengah atau lebih dari kebutuhan gizi anak
pada tahun pertama, dan sampai tahun kedua kehidupan. Selain itu, ASI mengandung
antibodi dari ibu yang membantu memerangi penyakit.(KHRIST, 2011).

ASI yang keluar pada pasca persalinan atau yang biasa disebut kolostrum
mengandung 2,9% lemak, 1,195% protein, 6,5% karbohidrat dan 0,3% mineral.
Sedangkan, ASI yang keluar pada hari ke-15 sampai dengan 15 bulan setelah
melahirkan atau ASI matur mengandung 3% - 5% lemak, 0,8% - 0,9% protein, 6,9% -
7,2% karbohidrat (dihitung sebagai laktosa), dan mineral 0,2%. protein utama susu
manusia adalah imunoglobulin IgA. Imunoglobulin A ini penting bagi imunitas bayi.
Sementara, laktosanya dapat berfungsi untuk mengontrol flora usus karena
kemampuannya untuk meningkatkan pertumbuhan strain tertentu laktobasilus.
Bahkan semua vitamin, kecuali vitamin K juga ditemukan dalam ASI dengan
konsentrasi gizi yang signifikan.(Weni, 2009). Selanjutnya, untuk memenuhi
kebutuhan berkembang, bayi harus menerima makanan pendamping yang bergizi
cukup dan aman saat menyusui terus sampai dua tahun.(WHO, 2011).

World Health Organization (WHO) dan United Nation Childrens Fund


(UNICEF) pada tahun 2007 mengeluarkan protokol baru tentang ”ASI segera”
sebagai tindakan ”life saving” atau untuk menyelamatkan kehidupan bayi baru lahir
yang harus diketahui setiap tenaga kesehatan. Protokol tersebut adalah melakukan
Inisiasi Menyusui Dini (IMD). (Departemen Kesehatan, 2007).
Inisiasi Menyusui Dini (IMD) merupakan proses bayi menyusui segera setelah
dilahirkan. Penelitian membuktikan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) pada satu jam
kelahirannya meningkatkan keselamatan nyawa bayi baru lahir usia dibawah 28 hari
dan mendorong keberhasilan pemberian ASI eksklusif. (Roesli, 2010).

Menurut Roeli Utami (2008) baahwa, Inisiasi Menyusui Dini, adalah proses
membiarkan bayi dengan nalurinya sendiri dapat menyusu segera dalam satu jam
pertama setelah lahir, bersamaan dengan kontak kulit anntara bayi dengan kulit ibu.
Bayi dibiarka setidaknya selama satu jam di dada ibu, sampai dia menyusu sendiri.
Karena inisiatif untuk menyusu diserahkan pada bayi, maka istilah yang
digunakanadalah inisiasi menyusui dini, bukan menyusui. Istilah Menyusu lebih tepat
digunakan pada ibu yang melakukan kegiatan memberi ASI.
Praktek IMD dapat menurunkan angka kematian bayi baru lahir. Menurut
enelitian yang dilakukan di Ghana dan diterbitkan dalam jurnal ilmiah " Pediatrics",
22 persen kematian bayi yang baru lahir-yaitu kematian bayi yang terjadi dalam satu
bulan oertama-dapat dicegah bila bayi menyusu pada ibunya dalam satu jam pertama
kelahiran. Mengacu pada hasil penelitian itu, maka diperkirakan program "Inisiasi
Menyusui Dini" dapat menyelamatkan sekurangnya 30.000 bayi Indonesia yang
meninggal dalam bulan pertama kelahirannya. Selain itu, juga sangat bermanfaat bagi
ibu, karena dapat merangsang kontraksi otot rahim sehingga pendarahan paska-
melahrkan dapat lebih cepat berhenti. Rahim-pun akan lebih cepat kembali seppertui
semula (Roesli Utami, 2008).
Penelitian yang terkait dengan topik Inisiasi Menyusui Dini banyak dilakukan
oleh para mahasiswa jurusan kesehatan maupun praktisi kesehatan. Dalam Penelitian
yang dilakukan oleh Florence (2013) menghasilkan Pengetahuan ibu hamil tentang
Inisiasi Menyusui Dini adalah pengetahuan yang baik tentang inisiasi menyusu dini
menurut kelompok umur ada pada kelompok umur <20 tahun (100%), menurut
pendidikan terakhir ada pada tingkat perguruan tinggi (100%) dan menurut jumlah
anak ada pada ibu hamil yang memiliki satu anak (100%). Dalam secara keseluruhan
memiliki tingkat pengetahuan yang baik.

Hartatik (2012) dalam penelitiannya mengemukakan bahwa tingkat


pengetahuan ibu hamil tentang Inisiasi Menyusu Dini yaitu memlikiki pengetahuan
yang baik. Dengan jumlah responden sebanyak 35 orang.

Penelitian selanjutnya mengemukakan terkait Hubungan Tingkat Pengetahuan


Ibu Tentang Inisiasi Menyusu Dini Dan Status Pekerjaan Ibu Dengan Status
Pemberian Asi Di Kecamatan Jatipuro Kabupaten Karanganyar dengan julah
responden sebanyak 70 ibu. Menunjukan hasil Ibu dengan tingkat pengetahuan IMD
baik 68,9% memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya dan ibu dengan tingkat
pengetahuan kurang 64% tidak memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya. Ibu yang
bekerja 65,4% tidak memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya dan Ibu yang tidak
bekerja atau ibu rumah tangga 70,5% memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya.
Menurut peneliti menunjukan adanya hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang IMD
dengan status pemberian ASI (pvalue=0.008;CC=0.303. Ratna (2013)
Hasil RISKESDAS 2013 menyatakan persentase IMD didaerah BANTEN
sebesar 33,8%, angka tersebut masih dibawah angka rerataan nasional sebesar
34,5%.
Berdasarkan pengamatan yang penulis lakukan di Kecamatan Keranggan
Kota Tangerang Selatan didapatkan masyarakat sekitar yang masih belum
mengetahui tentang inisiasi menyusui dini.
Berdasarkan data diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul tersebut. Penelitian ini berlangsung di Kecamatan Keranggan.

1. 2 Tujuan Penelitian
1.2.1 Tujuan Umum

Meneliti pengaruh pengetahuan ibu hamil untuk melakukan inisiasi menyusui


dini di Kecamatan Keranggan, Kota Tangerang Selatan, Banten.

1.2.2Tujuan Khusus

a. Untuk memberikan penyuluhan inisiasi menyusui dini pada ibu hamil

b. Untuk mengetahui pengaruh pemberian penyuluhan inisiasi menyusui dini


pada ibu hamil

1. 3 Manfaat Hasil Penelitian


1.3.1 Manfaat Teoritik

a. Sebagai tambahan referensi

b. Untuk penelitian selanjutnya


1.3.2 Manfaat Aplikatif

a. Bagi ibu Mengetahui manfaat dari Inisiasi Menyusui Dini (IMD),


Diharapkan Ibu yang baru saja melahirkan memberikan ASI kepada bayinya secara
eksklusif.

b. Bagi Bidan Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi


pada bidan tentang peran atau dukungan bidan dengan Inisiasi Menyusui Dini (IMD)
sehingga bidan mau memberikan dukungan pada ibu agar melakukan IMD.

c. Bagi Peneliti Lain Dapat dijadikan sebagai data dasar dan acuan untuk
penelitian selanjutnya.

1. 4 Justifikasi Penelitian
(belum)

BAB III LANDASAN TEORI

2.1 Kerangka Konsep


1. Pengetahuan
1.1 Definisi Pengetahuan
Pengetahuan adalah sesuatu atau semua yang diketahui atau dipahami
atas dasar kemampuan kita berpikir, merasa, maupun mengindera, baik
diperoleh secara sengaja maupun tidak sengaja (Maufur, 2008). Seperti
dijelaskan dalam penelitian oleh Kristiandy 2012 bahwa sebelum orang
mengadopsi perilaku (berperilaku baru), ia harus tahu terlebih dahulu tahu
apa arti atau manfaat perilaku tersebut bagi dirinya dan keluarganya.
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang
melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi
melalui panca indra manusia, yaitu indra penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa dan raba. Dimana sebagian besar pengetahuan manusia
diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo 2011).

1.2 Tingkat Pengetahuan


Menurut Notoatmodjo (2011) tingkat pengetahuan dibagi menjadi 6, yaitu
:

a. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik
dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.
Oleh sebab itu, tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.
b. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara
benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi
tersebut secara benar. Seseorang yang telah paham terhadap objek atau
materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan,
meramalkan dan sebagainya terhadap objek atau materi yang telah
dipelajari.
c. Aplikasi (Aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya. Aplikasi disini dapat
diartikan sebagai penggunaan hukum – hukum, rumus, metode, prinsip
dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
d. Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu
objek ke dalam komponen – komponen, tetapi masih di dalam satu
struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan
analisis dilihat dari kemampuan seseorang dapat menggambarkan
(membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan
lainnya.
e. Sintesis (Synthesis)
Sintesis adalah kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan
bagian – bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dapat juga
diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari
formulasi – formulasi yang ada.
f. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau
penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian didasarkan pada
suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria yang
ada.

1.3 Pengukuran Pengetahuan


Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau
angket yang menanyakan tentang isi dari materi yang akan diukur dari subjek
penelitian atau responden. Pemahaman pengetahuan yang ingin kita ketahui
atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan – tingkatan diatas
(Notoatmodjo, 2007).

1.4 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan


Menurut Lukman yang dikutip oleh Hendra (2008), beberapa faktor yang
mempengaruhi pengetahuan, yaitu:
a. Umur
Singgih (1998), mengemukakan bahwa semakin tua umur seseorang
maka proses perkembangan mentalnya akan bertambah baik, tetapi pada
umur tertentu, bertambahnya proses perkembangan mental ini tidak
secepat ketika berumur belasan tahun.
b. Intelegensi
Intelegensi merupakan suatu kemampuan untuk belajar dan berpikir
abstrak guna menyesuaikan diri secara mental dalam situasi baru.
Intelegensi bagi seseorang merupakan salah satu modal untuk berfikir dan
mengolah berbagai informasi secara terarah sehingga seseorang dapat
menguasai lingkungan. Dengan begitu dapat disimpulkan bahwa
perbedaan intelegensi dari seseorang akan berpengaruh pula terhadap
tingkat pengetahuan.
c. Lingkungan
Lingkungan dapat memberikan pengaruh pertama bagi seseorang, dimana
seseorang dapat mempelajari hal – hal yang baik dan juga yang buruk
tergantung pada sifat kelompoknya. Dalam lingkungan seseorang akan
memperoleh pengalaman yang akan berpengaruh pada cara berpikir
seseorang.
d. Sosial Budaya
Seseorang memperoleh suatu kebudayaan dalam hubungannya dengan
orang lain, karena hubungan ini seseorang mengalami suatu proses belajar
dan memperoleh suatu pengetahuan.
e. Pendidikan
Menurut Notoatmodjo (1997), pendidikan adalah suatu kegiatan atau
proses pembelajaran untuk mengembangkan atau meningkatkan
kemampuan tertentu sehingga sasaran pendidikan itu dapat berdiri
sendiri. Pendidikan turut pula menentukan mudah atau tidaknya
seseorang menyerap dan memahami pengetahuan yang mereka peroleh,
pada umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang makin baik pula
pengetahuannya (Wied Hary A., 1996). Pendidikan kesehatan sebagai
upaya dalam meningkatkan perilaku hidup sehat di masyarakat
merupakan suatu upaya penting agar masyarakat menyadari untuk
mencegah penyakit dan meningkatkan derajat kesehatan (Sartika, 2011).
f. Informasi
Informasi tidak terlepas dari sumber informasinya. Menurut Notoatmodjo
(2003) dalam Rahmahayani (2010), sumber informasi adalah asal dari
suatu informasi atau data yang diperoleh. Sumber informasi ini
dikelompokkan menjadi tiga golongan, yaitu sumber informasi
dokumenter, sumber kepustakaan dan sumber informasi lapangan.
g. Pengalaman
Pengalaman merupakan sesuatu yang pernah dialami seseorang mungkin
akan menambah sesuatu yang bersifat formal. Dalam hal ini, umur dan
pekerjaan merupakan wujud dari pengalaman yang nantinya akan
menambah wawasan pengetahuan menjadi lebih banyak (Wahid Iqbal M.,
2007).
h. Sosial Ekonomi
Tingkat kemampuan ekonomi seseorang untuk memenuhi kebutuhan juga
ikut mempengaruhi bagaimana seseorang memperoleh pengetahuan.

Pengetahuan mencuci tangan merupakan suatu kemampuan seseorang


mengetahui pengertian mencuci tangan, manfaat mencuci tangan, dan cara mencuci
tangan dengan benar. Pengetahuan anak sekolah dasar mencuci tangan pakai sabun
dipengaruhi factor umur, pendidikan, paparan media massa, social ekonomi
(pendapatan), hubungan social, dan pengalaman. (Notoatmodjo, 2003)

Sebelum anak berperilaku mencuci tangan, ia harus tahu terlebih dahulu apa
arti atau manfaat perilaku dan apa resikonya apabila tidak mencuci tangan dengan
sabun bagi dirinya atau orang lain. Melalui promosi kesehatan mencuci tangan, anak
mendapatkan pengetahuan tentang pentingnya mencuci tangan sehingga diharapkan
anak tahu, bisa menilai, bersikap yang didukung adanya fasilitas mencuci tangan
sehingga tercipta perilaku mencuci tangan yang baik.

2. Ibu Hamil
2.1 Definisi
2.2 Karakteristik

3. Penyuluhan
a. Definisi
Penyuluhan adalah suatu kegiatan pendidikan yang bersifat non
formal yang ditujukan untuk mengubah perilaku baik pengetahuan,
sikap dan keterampilan manusia (Arsury, 2009).
Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan yang
dilakukan dengan cara menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan,
sehingga masyarakat tidak saja sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga
mau dan bisa melakukan suatu anjuran yang ada hubungannya dengan
kesehatan (Septalia, 2010).

b. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Penyuluhan

Menurut Septalia (2010), ada beberapa faktor yang perlu


diperhatikan dalam menentukan keberhasilan penyuluhan kesehatan,
yaitu:
a. Tingkat Pendidikan
Pendidikan dapat mempengaruhi cara pandang seseorang
terhadap informasi baru yang diterimanya. Dengan begitu dapat
disimpulkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang,
maka semakin mudah orang tersebut menerima informasi yang
didapat.
b. Tingkat Sosial Ekonomi
Semakin tinggi tingkat sosial ekonomi seseorang, maka akan
semakin mudah pula dalam menerima informasi baru.
c. Adat Istiadat
Pengaruh dari adat istiadat dalam penerimaan informasi baru
merupakan hal yang tidak dapat dilepaskan dari masyarakat.
d. Kepercayaan Masyarakat
Masyarakat lebih memperhatikan informasi yang disampaikan
oleh orang – orang yang sudah mereka kenal, karena sudah timbul
rasa percaya masyarakat dengan informasi yang disampaikan.
e. Ketersediaan Waktu di Masyarakat
Waktu penyampaian informasi harus memperhatikan tingkat
aktifitas masyarakat untuk menjamin tingkat kehadiran masyarakat
dalam penyuluhan.

Penyuluhan cuci tangan pakai sabun pada anak sekolah dasar sangat
penting diberikan karena dari usia sedini mungkin mereka harus tau manfaat
mencuci tangan pakai sabun secara higenis adalah untuk menghalangi
transmisi pathogen-pathogen kuman dengan cepat secara efektif. (Carl, 2008)

Inisiasi Menyusu Dini (IMD)


2.1.1 Pengertian IMD IMD adalah proses bayi menyusu segera setelah dilahirkan dimana
bayi dibiarkan menyusu sendiri tanpa dibantu orang lain. Bayi dipotong tali pusarnya,
diletakkan di dada ibu dan kemudian dibiarkan mencari puting susu ibunya sendiri dalam
waktu satu jam pertama kehidupan.5,6 Inti dari proses ini adalah kontak kulit secara langsung
antara bayi dan ibu dan proses menyusu sendiri yang dilakukan oleh bayi, tanpa dipaksakan
ke puting susu.11,15 Pada dasarnya semua bayi yang baru lahir memiliki kemampuan untuk
mencari puting susu ibunya. Namun hal ini dipengaruhi oleh ada tidaknya kontak kulit antara
ibu dan bayi. Jika terjadi kontak kulit antara ibu dan bayi maka bayi akan mulai mencari
puting susu ibunya sendiri sehingga IMD dapat dilaksanakan. 5 Alasan utama dilaksanakannya
IMD adalah untuk mengurangi kematian neonatal. Hal ini sesuai dengan Millenium
Development Goals (MDGs) yang keempat yaitu mengurangi kematian neonatal. Hal ini juga
didukung dengan rekomendasi WHO dan UNICEF yang menyatakan agar pada setiap bayi
sebaiknya dilakukan IMD dan pemberian ASI Eksklusif sampai 6 bulan kehidupannya. IMD
dijadikan pilihan utama dalam mengurangi kematian neonatal karena intervensi yang
dilakukan setelah bayi berusia 4 minggu terbukti tidak efektif. 4 Selain itu, IMD juga dapat
membantu tercapainya MDGs yang lain yaitu 10 mengurangi kemiskinan. Hal ini karena
pelaksanaan IMD berarti akan mengurangi penggunaan susu formula. 15 Pelaksanaan IMD
juga tercantum dalam 10 Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui (LMKM) dan Asuhan
Persalinan Normal (APN).5,9
2.1.2 Manfaat IMD Penelitian tentang manfaat dari pelaksanaan IMD sudah banyak
dilakukan. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Edmond et al, promosi pemberian ASI
dini memberikan kontribusi besar dalam mengurangi jumlah kematian neonatal. Penelitian ini
juga menunjukkan bahwa waktu pelaksanaan IMD sangat berpengaruh dengan jumlah
kematian bayi yang terjadi.2
Tabel 2.Hubungan antara waktu pelaksanaan inisiasi menyusu dini dengan jumlah kematian
bayi.2 Waktu Pemberian ASI Jumlah neonatus (%) Jumlah kematian (%) Dalam 1 jam 4763
(43) 34 (0,7) Dari 1 jam sampai 1 hari 3105 (28) 36 (1,2) 2 hari 2138 (20) 48 (2,3) 3 hari 797
(7,3) 21 (2,6) Lebih dari 3 hari 144 (1,3) 6 (4,2) Total 10947 (100) 145 (1,3) Penelitian
mengenai IMD juga dilakukan oleh Yuko et al dan menunjukkan hasil bahwa pemberian ASI
pada 2 jam pertama setelah melahirkan menyebabkan kontinuitas pemberian ASI eksklusif
selama 4 bulan. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa waktu pelaksanaan IMD akan
memberikan hasil yang bervariasi terhadap kontinuitas ASI eksklusif yang akan dilakukan. 16
11
Gambar 1. Hubungan antara waktu pelaksanaan inisiasi menyusu dini dengan kontinuitas ASI
eksklusif.15 Penelitian diatas menunjukkan IMD memberikan banyak manfaat bagi ibu
maupun bagi bayi. Manfaat ini didapatkan baik melalui kontak kulit antara bayi dengan ibu
atau dari proses menyusui bayi. Manfaat ini antara lain adalah: 1) Mencegah kematian yang
disebabkan oleh berbagai macam penyakit Bayi yang tidak melakukan IMD akan lebih rentan
terkena penyakit seperti sepsis, pneumonia dan diare. Hal ini karena pada bayi yang tidak
melakukan IMD, jumlah kolustrum yang mereka dapatkan pada saat menyusu akan jauh lebih
sedikit dibandingkan dengan bayi yang melakukan IMD. Padahal kolustrum mengandung
banyak antibodi yang dibutuhkan tubuh untuk melawan berbagai macam penyakit. Selain itu
pada bayi yang tidak melakukan IMD akan terjadi peningkatan stress hormonal yang dapat
menurunkan imunitas tubuh bayi. Pelaksanaan IMD 12 juga diyakini dapat menurunkan
kematian neonatal secara signifikan jika dilakukan secara luas dan menyeluruh terutama di
negara yang penduduknya mengalami kekurangan gizi. Hal ini dibuktikan dengan penelitian
WHO yang menunjukkan bahwa salah satu faktor resiko terbesar kematian bayi terutama
neonatus adalah kurangnya pemberian ASI. 2-4,6,17,18 2) Membantu maturasi traktus
gastrointestinal Kolustrum yang dikeluarkan saat pelaksanaan IMD mengandung nutrisi yang
akan membantu maturasi usus dan lambung. Penggunaan susu formula justru akan
menggangu perkembangan dan menyebabkan kerusakan traktus gastrointestinal. Hal ini
karena biasanya air yang digunakan untuk membuat susu formula tercampur bakteri patogen
yang dapat merusak usus.2,4 3) Bayi akan lebih pandai dalam menyusu Bayi yang diletakkan
di perut atau dada ibu dan dibiarkan selama kurang lebih satu jam, akan merangkak ke
payudara ibunya dan mulai menyusu ibunya. Setelah selesai menyusu, walaupun dipisahkan
selama beberapa waktu, bayi tersebut akan tetap pandai menyusu. Jika bayi dipisahkan dari
ibunya untuk ditimbang atau dimandikan maka 50% bayi tidak akan berhasil menyusu
sendiri. Hal ini disebabkan karena berkurangnya refleks bayi tersebut untuk menyusu ibunya.
Oleh karena itu, Prosedur seperti pemandian, penimbangan, pemberian vit.K dan tetes mata
harus ditunda karena akan menyebabkan tertundanya kontak antara ibu dan bayi 13 sehingga
proses IMD tidak dapat dilaksanakan. Selain itu, bayi juga akan lebih pandai dalam
koordinasi dalam hisap, telan, dan nafas yang dilakukan saat bayi menyusu. 5,9,15 4) Memberi
kemungkinan delapan kali lebih besar dalam kesuksesan pemberian ASI eksklusif
Pelaksanaan IMD akan meningkatkan keberhasilan pemberian ASI eksklusif jika didukung
dengan kemampuan ibu yang baik dalam menyusui bayi. Selain itu, Pelaksanaan IMD juga
akan meningkatkan lama waktu menyusui dan meningkatkan produksinya menjadi dua kali
lipat dari biasanya. Hal ini karena isapan bayi akan meningkatkan produksi hormon prolaktin
yang akan merangsang kelenjar susu di payudara untuk membentuk ASI. Pelaksanaan IMD
juga diyakini dapat meningkatkan kecerdasaan bayi. Hal ini didukung dengan penelitian yang
menunjukkan bahwa pelaksanaan IMD dapat mengurangi angka kejadian anak autisme.
5-8,15,16,19 5) Mencegah kematian karena hypothermia Kontak kulit yang terjadi pada IMD
akan membuat ibu menyesuaikan suhu tubuhnya dengan suhu yang dibutuhkan bayi. Hal ini
karena pada dada ibu yang baru saja melahirkan, terjadi kenaikan suhu 1 oC. Apabila bayi
merasa kepanasan, maka secara otomatis suhu dada ibu akan turun 1 oC sehingga bayi tidak
kepanasan. Begitu pula jika bayi merasa kedinginan, suhu dada ibu akan meningkat 2 oC
sehingga dapat mencegah kematian bayi karena
hypothermia. 6,15 14 6) Menstabilkan parameter biokimia tubuh bayi dan menurunkan
kejadian ikterus Pada bayi yang melaksanakan IMD akan terjadi stabilisasi parameter
biokimia tubuh bayi tersebut. Penelitian menunjukkan bahwa bayi yang melakukan IMD akan
terjadi stabilisasi kadar gula darah bayi tersebut dan mengoptimalkan berat badan bayi
tersebut. Bahkan IMD dapat menstabilkan gula darah bayi pada ibu yang menderita diabetes
gestasional. Selain itu, pelaksanaan IMD juga diyakini dapat menurunkan resiko obesitas
setelah bayi tersebut dewasa. Pelaksanaan IMD dapat menurunkan jadian ikterus karena
kontak kulit yang terjadi pada saat IMD akan menormalkan kadar bilirubin dalam tubuh bayi
dan akan lebih cepat dalam pengeluaran mekonium. 15,20,21 7) Meningkatkan kasih sayang dan
rasa aman Pada saat melakukan IMD, kontak kulit langsung antara ibu dan bayi akan
meningkatkan rasa kasih sayang dan aman diantara keduanya. Bayi juga akan bernafas lebih
stabil, merasa lebih tenang, jarang menangis, dan memiliki pola tidur yang lebih baik. Hal ini
karena pada saat pelaksanaan IMD, bayi akan mengalami penurunan stress hormonal. Selain
itu, Pelaksanaan IMD diyakini dapat mengurangi kejadian depresi setelah melahirkan. 5,6,15,22
15 8) Menghentikan perdarahan dan mengembalikan ukuran rahim seperti semula Pada saat
melaksanakan IMD kadar oksitosin akan lebih meningkat secara signifikan dari pada
biasanya. Hal ini karena hubungan emosional, kontak kulit, rangsangan visual dan rangsangan
pada payudara ibu yang terjadi saat melakukan IMD akan menyebabkan pelepaskan hormon
oksitosin yang akan merangsang kontraksi pada rahim sehingga lebih cepat dalam
menghentikan perdarahan dan mengembalikan ukuran rahim seperti semula. Selain itu,
oksitosin juga dapat mengurangi rasa sakit setelah persalinan. 5,6,23
2.1.3 Tatalaksana IMD Penatalaksanaan IMD dapat dibagi menjadi tatalaksana secara umum
dan tatalaksana pada keadaan khusus seperti pada operasi caesar. Penatalaksanaan pada kedua
keadaan tersebut dibedakan karena pada operasi caesar biasanya dilakukan anestesi umum
sehingga ibu tidak sadar.11 Tatalaksana IMD secara umum terdiri dari beberapa tahap, antara
lain:5,11 1) Suami atau keluarga terdekat dianjurkan untuk menemani ibu saat persalinan 2)
Gunakan cara yang aman untuk membantu persalinan ibu seperti pijat, aromaterapi, atau
hypnobirthing. Hindari atau kurangi penggunaan bahan kimiawi karena obat-obatan ini bisa
masuk ke janin melalui ari-ari dan dapat menyebabkan kesulitan menyusui 16 3) Setelah bayi
dilahirkan, segera bersihkan bayi kecuali kedua tangannya. Lemak putih yang menempel pada
kulit bayi sebaiknya dibiarkan saja karena membuat nyaman bayi tersebut 4) Segera
tengkurapkan bayi tersebut di dada atau perut ibu. Jika perlu selimutilah ibu dan bayi tersebut
5) Hindari pemberian minum pre-laktal (pemberian cairan sebelum bayi mendapatkan ASI) 6)
Bayi ditimbang, diukur dan dicap setidaknya 1 jam setelahnya atau setelah bayi selesai
melakukan IMD. Setelah itu, lakukan prosedur pemberian vit.K dan tetes mata yang tertunda
7) Pelaksanaan rawat gabung, selama 24 jam sebaiknya bayi dan ibu tidak dipisahkan agar
bayi selalu dalam jangkauan ibu Pada pelaksanaan IMD, saat bayi diletakkan di dada ibu,
bayi akan mulai beristirahat di dada ibu dan mulai melihat-lihat lingkungan sekitar. Beberapa
saat kemudian, bayi akan mulai mendesakkan bibirnya dan mulai menjilat-jilat jarinya.
Setelah itu, bayi mulai mengeluarkan air liurnya dan mulai mengerakkan kaki, badan,
lengannya untuk bergerak menuju ke payudara ibu dengan mengandalkan indra
penciumannya. Dan akhirnya bayi akan menuju ke puting susu ibu, kemudian melekatkan
mulutnya di puting susu dan memulai proses menyusu. 15 Pada operasi cesar, pelaksanaan
IMD standar biasanya tidak dapat dilaksanakan. Hal ini disebabkan karena pada operasi cesar
biasanya ibu diberi anestesi umum sehingga ibu berada dalam keadaan tidak sadar dan tidak
memungkinkan dilakukan IMD karena ibu tidak merespons tindakan yang 17 dilakukan bayi.
Oleh karena itu pada operasi seperti ini sebaiknya diberikan anestesi spinal atau epidural jika
memungkinkan. Jika ibu diberi anestesi umum maka biarkan bayi melakukan proses skin to
skin contact pada kamar bersalin. Sebaiknya ayah membantu menghangatkan bayi hingga ibu
sadar dan siap melakukan IMD.Jika ibu tetap belum sadar maka pindahkanlah ibu dan bayi ke
kamar rawat dengan tetap mempertahankan proses skin to skin contact. Setelah ibu sadar dan
siap melakukan IMD, segera lakukan IMD tersebut. 11
2.2 Pelaksanaan IMD Pelaksanaan IMD adalah hasil interaksi antara pengetahuan dan sikap
ibu hamil mengenai IMD dengan berbagai faktor lain, yang berupa respons/tindakan. Hal ini
terjadi akibat paparan informasi mengenai IMD yang diterima oleh ibu tersebut. Pengetahuan
dan sikap ibu mengenai IMD termasuk dalam faktor predisposisi, yaitu faktor yang berasal
dari dalam ibu tersebut. Agar pengetahuan dan sikap ibu dapat direalisasikan dalam bentuk
tindakan perlu adanya faktor pendukung dan faktor pendorong. Faktor pendukung adalah
faktor yang berupa lingkungan fisik yang memungkinkan terjadinya perilaku. Faktor ini
mencakup ketrampilan dan sumber daya seperti sarana kesehatan dan kebijakan pemerintah.
Sedangkan faktor pendorong adalah faktor yang dapat menguatkan kemungkinan terjadinya
perilaku. Faktor ini mencakup dukungan dari petugas kesehatan dan anggota keluarga
terdekat.15,24 Hingga saat ini sudah banyak penelitian yang dilakukan berkaitan dengan faktor
yang mempengaruhi pelaksanaan IMD. Penelitian tersebut menghasilkan kesimpulan yang
dapat digunakan sebagai acuan untuk penelitian selanjutnya. 18 Salah satunya adalah
penelitian yang dilakukan oleh Haider et al. Penelitian ini menunjukkan bahwa masih banyak
ibu yang belum melakukan IMD. Hal ini terutama disebabkan karena kurangnya pengetahuan
ibu tentang keuntungan pelaksanaan IMD, kerugian jika tidak melaksanakan IMD, dan
bagaimana cara melakukan IMD. Selain itu, juga disebabkan karena kurangnya penyuluhan
dan dukungan dari tenaga kesehatan. 25 Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Deswani
juga menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara usia ibu, pengetahuan ibu dan
dukungan petugas kesehatan dengan pengambilan keputusan ibu dalam melaksanakan IMD. 26
Penelitian yang lain adalah penelitian yang dilakukan Sheilla, Djaswadi, dan Sulchan.
Penelitian ini menunjukkan bahwa dukungan tenaga kesehatan mempunyai hubungan yang
signifikan dengan keberhasilan pelaksanaan IMD. Penelitian ini juga menyarankan agar setiap
rumah sakit diharapkan membuat standar operasional prosedur untuk IMD dan menyarankan
agar dinas kesehatan membuat regulasi yang menwajibkan rumah sakit memberikan fasilitasi
bagi ibu yang akan melakukan IMD. 5 Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Exsi dan
Faizah menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan petugas kesehatan yang baik akan
meningkatkan kemampuan petugas kesehatan dalam memberikan penyuluhan pada pasien. 27
Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Digirolamo AM et al menunjukkan peningkatan
pelaksanaan LMKM dapat meningkatkan pelaksanaan IMD dan pemberian ASI eksklusif
sehingga pemerintah harus menganjurkan setiap rumah sakit untuk mengimplementasikan
kebijakan ini.28 19 Penelitian yang dilakukan oleh Muhsen K et al menunjukkan bahwa
pelaksanaan IMD dapat ditingkatkan dengan pemberian informasi mengenai IMD yang
adekuat. Pemberian informasi ini sebaiknya juga diberikan kepada suami ibu tersebut. 29
Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Imran, Babatunde, dan Oladosu menunjukkan
bahwa ada hubungan signifikan antara dukungan sosial dari orang terdekat dengan
pelaksanaan IMD.30 Dan yang terakhir adalah penelitian yang dilakukan oleh Aamer,Yamer,
dan Zulfiqar. Penelitian ini menunjukkan bahwa promosi pemberian ASI dapat meningkatkan
IMD secara signifikan terutama pada negara yang sedang berkembang. Oleh karena itu
pemerintah harus gencar melakukan penyuluhan tentang IMD di masyarakat. 31 Menurut
penelitian diatas, dalam pelaksanaan IMD, terdapat faktor-faktor yang mendukung maupun
menghambat terlaksananya IMD. Faktor-faktor ini dapat berupa faktor internal dari ibu
sendiri yaitu faktor predisposisi, maupun faktor eksternal yaitu faktor pendukung dan
pendorong. Faktor-faktor ini antara lain adalah: 1) Pengetahuan ibu hamil mengenai IMD
Pengetahuan merupakan faktor utama terlaksananya IMD dengan benar. Dengan memiliki
pengetahuan yang adekuat tentang IMD maka ibu akan memiliki tambahan kepercayaan diri
dalam menyusui bayinya sehingga bayi akan mendapatkan perawatan yang optimal.
Sedangkan bila pengetahuan yang dimiliki ibu tidak adekuat maka ibu akan menjadi kurang
percaya diri dalam menyusui bayinya sehingga bayi tersebut kehilangan sumber makanan
yang vital bagi pertumbuhan dan 20 perkembangannya. Adekuat tidaknya pengetahuan ibu
dapat dilihat dengan penggunaan susu formula dan makanan tambahan secara dini pada
bayi.11,15,26

1. Hipotesis

Menurut trealese (1960) definisi hipotesis merupakan keterangan sementara


dari sebuah fakta yang dapat diamati. Definisi Hipotesis menurut Good dan Scates
(1954) menyatakan hipotesis adalah sebuah taksiran atau referensi yang dirumuskan
dan diterima untuk sementara dari fakta-fakta yang diamati sebagai petunjuk untuk
langkah selanjutnya. Menurut Kerlinger (1973) Menyatakan hipotesis adalah
pertanyaan yang merupakan dugaan dari hubungan antara dua atau lebih variabel
penelitian.

Maka berdasarkan kseimpulan-kesimpulan diatas, peneliti menggunakan


hiptesia sebagai berikut:

Ho: Tidak ada pengaruh penyuluhan cuci tangan pakai sabun terhadap
pengetahuan menuci tangan pada siswa kelas V.
Ha: Ada pengaruh penyuluhan cuci tangan pakai sabun terhadap pengetahuan
menuci tangan pada siswa kelas V.

2. Definisi operasional

Definisi operasional ditentukan berdasarkan parameter yang dijadikan ukuran dalam


penelitian (Hidayat, 2009).

Tabel 1. Definisi Operasional

No Variabel Definisi Parameter Alat Ukur Skala


Operasional Ukur
1 Pengetahuan Kemampuan IBU Skor > 80 Kuesioner
yaitu pengertian, Skor 60-79
manfaat tentang Skor < 59
IMD yang baik dan
benar

2 Penyuluhan Usaha Belum Metode, Nominal


menyebarluaskan dilakukan ceramah
informasi tentang penyuluhan dengan
IMD yang baik meedia
pada siswa SD leaflet
Sudah
dilakukan
penyuluhan
A. Umur

B. Pendidikan

C. Ketersediaan Waktu

D. Sosial Ekonomi

E. Dukungan Sarana dan Prasarana


F. Media Informasi Cuci Tangan Pakai Sabun

Anda mungkin juga menyukai