Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pemberian ASI sangat penting bagi tumbuh kembang yang optimal baik fisik
maupun mental dan kecerdasan bayi. Oleh karena itu pemberian ASI perlu mendapat
perhatian para ibu dan tenaga kesehatan agar proses menyusui dapat terlaksana dengan
benar. Di Indonesia pada saat ini terdapat 80% bayi tidak lagi menyusui sejak 24 jam
pertama sejak mereka lahir .
Hasil Riskesdas (2010), menunjukan bahwa terjadi penurunan persentase bayi
yang mendapatkan ASI Ekslusif sampai dengan 6 bulan. Pada tahun 2010 yang
mendapatkan ASI ekslusif hanya 15%. Inisiasi menyusu dini kurang dari 1 jam setelah
bayi lahir adalah 29,3%. Provinsi Sulawesi Selatan menunjukan inisiasi dini menyusui
kurang dari 1 jam adalah 30,1% dan pada kisaran 1-6 jam yaitu 34,9%. Sedangkan
jumlah bayi yang diberi ASI ekslusif di Sulawesi Selatan tahun 2008 yaitu 48,64%,
terjadi penurunan dari tahun 2006 yaitu 57,48% dan tahun 2007 yaitu 57,05% .
Ibu hamil adalah pihak sangat strategis dalam konteks ini. Mereka adalah pelaku
pemberi ASI ekselusif, pelaku IMD sekaligus penerima manfaat (beneficiary) dan
pemangku kepentingan (stakeholder) yang wajib terlibat dalam proses pembuatan
kebijakan tentang ASI eskelusif. Namun, pengetahuan mereka sendiri tentang hal ini
relative masih rendah. Akses dari partisipasi mereka terhadap proses politik bahkan
lebih jauh lagi.
Riset formatif PSP (pengetahuan, sikap, dan perilaku) ini bertujuan sebagai
baseline data yang akan digunakan dalam memberdayakan ibu hamil sebagai kelompok
pembelajar melalui kelas ibu hamil dan kelompok advokasi kebijakan ASI Eksklusif.
Kelas ibu hamil merupakan program unggulan penanggulangan AKI dan AKB di lokasi
penelitian.

1.2 Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini selain untuk memenuhi tugas mata kuliah
“Kesehatan Masyarakat” juga agar dapat mengetahui Surfei ASI ekslusif di suku
Makassar

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 BAHAN DAN METODE


2.1.1 Lokasi dan Informan
Penelitian ini dilaksanakan di 3 kabupaten yang memiliki jumlah penduduk lebih
banyak berasal dari suku Makassar, yakni Kota Makassar, Kabupaten Gowa, dan
Kabupaten Takalar. Sebelum melakukan riset formatif telah terdapat data yang diperoleh
berdasarkan survey awal dalam bentuk kuantitatif. Sehingga berdasarkan hasil survei
tersebutlah kemudian dipilih beberapa informan yang memenuhi kriteria penelitian untuk
menggali informasi mereka lebih mendalam. Dengan kriteria: ibu yang memberikan ASI
Ekslusif dan IMD, Ibu yang tidak memberikan ASI Ekslusif dan IMD, serta petugas
kesehatan dalam hal ini bidan, karena merekalah yang bersentuhan langsung pada ibu
hamil dan menyusui.

2.1.2 Pengumpulan Data


Pengumpulan data dilakukan melalui indepth interview (wawancara mendalam).
Data yang dikumpulkan meliputi pemahaman ibu hamil terhadap ASI Ekslusif dan IMD,
makanan pendamping ASI, Pantangan dan anjuran bagi ibu menyusui, serta peranan
suami dalam mendukung pemberian ASI Ekslusif dan IMD. Wawancara dilakukan
melalui peggunaan pedoman wawancara yang telah diuji coba sebelumnya.

2.1.3 Analisis Data


Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian mengikuti petunjuk Miles dan
Huberman (1992), yakni dilakukan melalui tiga alur yaitu reduksi data, penyajian data
dan penarikan kesimpulan. Data yang telah dikumpulkan kemudian dianalisis sesuai
dengan pengkategorian tema dan reduksi data. Sebelum dilakukan analisis
pengkategorian tema, data tersebut di narasikan dalam bentuk transkip hasil wawancara.
Setelah dilakukan reduksi, data kemudian disajikan dalam bentuk naratif untuk
selanjutnya di verifikasi sebagai kesimpulan yang kredibel.

2
2.2 HASIL DAN PEMBAHASAN
2.2.1 Pemahaman Terhadap ASI Ekslusif dan IMD
Pada ibu yang memberikan ASI Ekslusif, menurut mereka ASI merupakan Air
susu yang tidak memiliki campuran lain berbeda dengan susu formula yang telah
tercampur dengan gula dan zat lainnya. Selain itu juga dipahami ASI Ekslusif sebagai
ASI yang pertama kali keluar dan berwarna kuning, serta diberikan sementara untuk
bayi. Sedangkan pada ibu yang tidak memberikan ASI Ekslusif, mereka memahaminya
sebagai ASI yang diberikan untuk anak yang baru lahir sampai berusia 2 tahun. Pada
umumnya informan banyak memahami ASI Ekslusif sebagai suatu hal yang sama
dengan Inisiasi Menyusu Dini (IMD), sebab memiliki manfaat yang sama diantara
keduanya. IMD yang dipahami sebagai makanan tambahan pada bayi, sama halnya
dengan ASI memiliki manfaat untuk merangsang perkembangan sistem otak bayi
sehingga pintar dan tentunya tidak mudah sakit. Pemahaman terhadap IMD banyak
diutarakan informan berdasarkan langkah-langkah IMD. Meletakkan bayi diatas perut
dan diatas dada sebagai upaya yang dilakukan untuk merangsang penghentian
perdarahan saat persalinan juga diungkapkan informan. Terdapat juga informan yang
memahami IMD sebagai salah satu jenis makanan tambahan.

Selain itu ASI Ekslusif juga dianggap dapat mempererat hubungan kedekatan
antara bayi dan ibu, sebab ASI Ekslusif dipahami sebagai kolostrum yakni ASI yang
pertama kali keluar dan bermanfaat dalam aspek emosional antara bayi dan Ibu. Di
beberapa masyarakat tradisional, kolostrum ini dianggap sebagai susu yang sudah rusak
dan tak baik diberikan pada bayi karena warnanya yang kekuningkuningan. Selain itu,
ada yang menganggap bahwa kolostrum dapat menyebabkan diare, muntah dan masuk
angin pada bayi. Sementara, kolostrum sangat berperan dalam menambah daya
kekebalan tubuh bayi. Kolostrum tidak selalu dipandang positif, pemahaman akan
kolostrum sebagai kotoran dipayudara yang harus dibuang juga diungkapkan ibu hamil.
Kolostrum adalah cairan pra-susu yang dihasilkan oleh induk mamalia dalam 24-36 jam
pertama setelah melahirkan (pasca-persalinan). Kolostrum mensuplai berbagai faktor
kekebalan (faktor imun) dan faktor pertumbuhan pendukung kehidupan dengan
kombinasi zat gizi (nutrien) yang sempurna untuk menjamin kelangsungan hidup,
pertumbuhan, dan kesehatan bagi bayi yang baru lahir (Yesie, 2010). Ahli filsafat, Keraf
dan Dua (2001) mengatakan bahwa pengetahuan dibagi menjadi 3 macam, yaitu tahu
bahwa, tahu bagaimana, dan tahu akan. Pada riset ini pengetahuan yang dimiliki oleh

3
informan yang tidak memberikan ASI Ekslusif masih sebatas pada tingkat ”tahu bahwa”
sehingga tidak begitu mendalam dan tidak memiliki keterampilan untuk
mempraktekkannya. Jika pengatahuan informan lebih luas dan mempunyai pengalaman
tentang ASI Eksklusif baik yang dialami sendiri maupun dilihat dari teman, tetangga
atau keluarga, maka subjek akan lebih terinspirasi untuk mempraktekkannya.

Pengalaman dan pendidikan wanita semenjak kecil akan mempengaruhi sikap dan
penampilan mereka dalam kaitannya dengan menyusui di kemudian hari (Pinem, 2010).
Seorang wanita yang dalam keluarga atau lingkungan sosialnya secara teratur
mempunyai kebiasaan menyusui atau sering melihat wanita yang menyusui bayinya
secara teratur, akan mempunyai pandangan yang positif tentang pemberian ASI. Di
daerah penelitian yang mempunyai ”budaya susu formula / botol”, gadis dan wanita
muda di daerah tersebut tidak mempunyai sikap positif terhadap menyusui, sesuai
dengan pengalaman sehari-hari. Tidak mengherankan bila wanita dewasa dalam
lingkungan ini hanya memiliki sedikit bahkan tidak memiliki sama sekali informasi,
pengalaman cara menyusui, dan keyakinan akan kemampuannya menyusui.

Demikian hal-nya pemahaman terkait dengan IMD. Pada umumnya informan


banyak memahami ASI Ekslusif sebagai suatu hal yang sama dengan Inisiasi Menyusu
Dini (IMD), sebab memiliki manfaat yang sama diantara keduanya. IMD yang dipahami
sebagai makanan tambahan pada bayi, sama halnya dengan ASI memiliki manfaat untuk
merangsang perkembangan sistem otak bayi sehingga pintar dan tentunya tidak mudah
sakit. Pemahaman terhadap IMD hanya sebatas langkah-langkah IMD. Meletakkan bayi
diatas perut dan diatas dada sebagai upaya yang dilakukan untuk merangsang
penghentian pendarahan saat persalinan. Sebagaimana hasil wawancara dengan informan
penelitian sebgaai berikut :

“Di taruh dada untuk merangsang ibu untuk pendarahan berhenti”


(Renata, 22 thn, )

Segera setelah bayi dilahirkan, secara normal refleks mencari dan mengisap pada
bayi sangat kuat, dan ibunya pun biasanya ingin sekali untuk segera melihat dan
memegang bayinya. Sentuhan kulit ke kulit antara ibu dengan bayinya segera setelah
bayi itu dilahirkan dan membiarkan bayi itu mengisap puting susu ibunya, akan sangat

4
bermanfaat dan membantu dimulainya hubungan lekat antara ibu dan bayi disamping
juga akan merangsang pengeluaran ASI. Isapan bayi pada puting susu ibu akan
merangsang keluarnya oksitosin, yang akan mempercepat lepasnya plasenta dan
kontraksi rahim dalam kala tiga (Depkes RI, 2005)

Kepercayaan ibu menyusui terhadap hal-hal yang dianggap sebagai pantangan atau
larangan saat menyusui juga dipercaya sebagai suatu hal yang harus dilakukan untuk
menjaga kesehatan bayi, sebab makanan yang dikonsumsi oleh ibu menyusui akan
berdampak pada bayi, bahkan sayuran berupa daun-daunan seperti daun kelor dianggap
sebagai makanan pantangan sebab dipercaya dapat mengakibatkan kotoran bayi
berwarna hijau. Tidak hanya itu, terdapat juga larangan mengkonsumsi makanan yang
mengandung cabe/lombok (pedis) karena akan menyebabkan bayi diare. Adanya
pantangan makanan juga dipengaruhi oleh kepercayaan secara turun temurun orang tua
dalam memberikan wejangan atau nasehat serta kebiasaan yang dilakukan untuk ditiru.
Makanan yang sebenarnya dibutuhkan oleh ibu menyusui untuk memenuhi kebutuhan
protein misalnya telur, juga dianggap sebagai pantangan yang tidak boleh dikonsumsi
sejak dulu bahkan saat ibu hamil, sebab dapat menimbulkan efek alergi pada bayi.
Pantangan ini bahkan telah dianjurkan saat ibu hamil. Menurut Afifah, (2007) Salah satu
factor tingginya gizi buruk adalah pola makanan dan konsumsi nutrisi tingkat keluarga
yang rendah terkait pemahaman dan kebiasaan yang dilakukan sejak dulu, pada
dasarnya telur merupakan sumber kolin, nutrisi penting untuk perkembangan janin dan
bayi. Ibu hamil yang mendapatkan cukup kolin dalam makanannya bisa membantu
mengurangi risiko cacat lahir tertentu pada bayi, dan mendukung perkembangan otak dan
memorinya.

Kehadiran makanan pantangan yang tidak boleh dikonsumsi sejak masa kehamilan
sampai persiapan menyusui, dilakukan dengan alasan untuk membantu kelancaran
persalinan agar bayi dapat lahir sehat serta prosuksi ASI lancar. Pemahaman jika
mengkonsumsi seafood yang bergizi tinggi seperti udang dan cumi-cumi merupakan hal
yang dilarang dan tidak boleh dikonsumsi karena dipercaya dapat mempersulit ibu dan
bayi saat proses persalinan.

Adanya pemahaman terkait makanan pantangan yang bertolak belakang dengan


konsep gizi ibu hamil, menjadi fokus petugas kesehatan yakni bidan. Pemberian

5
informasi dilakukan dengan aktif sebagai fasilitator di kelas ibu hamil. persepsi yang
bertolak belakang dengan prinsip kesehatan disosialisasikan oleh bidan secara
persuasive.

2.2.2 Sikap Terhadap ASI Ekslusif dan IMD


Pemberian ASI Ekslusif dan IMD dilakukan dengan alasan utama dipengaruhi oleh
manfaat yang diperoleh dengan melakukan kedua hal tersebut. Manfaat pemberian ASI
tidak hanya menguntungkan bagi bayi, tetapi juga menguntungkan dalam membantu
perekonomian rumah tangga karena pengeluaran untuk makanan bayi tidak memerlukan
biaya sehingga ibu dapat berhemat. Manfaat lain ASI Ekslusif juga dianggap dapat
mempererat hubungan antara bayi dan ibu, sebab memahami ASI Ekslusif sebagai
kolostrum yakni ASI yang pertama kali keluar dan bermanfaat dalam aspek emosional
antara bayi dan Ibu. Adanya persepsi ini menimbulkan sikap positif pada ibu untuk
memberikan ASI pada bayi mereka.

Namun, terdapat juga ibu yang tetap melakukan IMD meskipun tidak mengetahui
secara pasti manfaat dari tindakan tersebut. Perilaku ini merupakan perilaku positif yang
didasarkan pada keyakinan budaya “pamali” yang lekat dengan kehidupan social
masyarakat setempat. Informan meyakini ASI yang pertama kali keluar tidak boleh
dibuang dianggap sebagai perilaku pamali yakni pantangan yang berasal dari mitos
(kepercayaan yang diwariskan secara turun temurun).

Informan lain, menganggap kolostrum sebagai susu yang sudah rusak dan tidak
baik diberikan pada bayi karena warnanya yang kekuning -kuningan. Selain itu, ada yang
menganggap bahwa kolostrum dapat menyebabkan diare, muntah dan masuk angin pada
bayi. Sementara, kolostrum sangat berperan dalam menambah daya kekebalan tubuh bayi
( Afifah, 2007).

Menurut Cox (2006), dalam 48 jam kehidupannya, bayi tidak membutuhkan air
susu terlalu banyak, hanya setengah sendok teh kolostrum saat pertama menyusu dan 1-2
sendok teh di hari kedua. Cairan kental yang sangat sedikit seperti seulas cat itu akan
melapisi saluran pencernaan bayi dan menghentikan masuknya bakteri ke dalam darah
yang menimbulkan infeksi pada bayi. Pemberian kolostrum dapat dilakukan dengan baik
jika early initiation dilakukan oleh bidan atau perawat. Ibu yang berhasil menyusui pada

6
jam pertama dan minggu pertama setelah persalinan maka ia akan berhasil memberikan
ASI Eksklusif pada bayinya.

Salah satu faktor tidak berhasilnya pemberian ASI Ekslusif pada bayi bukan karena
kesengajaan dari ibu-nya. Namun, disebabkan oleh produksi ASI Ekslusif yang kurang
sehingga perlu pemberian susu formula. Sebagaimana hasil wawancara dengan informan
penelitian sebagai berikut :

”Karena waktu lahir ini 3 hari ASInya nda ada. Terus dibelikan mi dot. Dikasi dot”
(Bunga, 38 thn)

Pemberian susu formula diberikan biasanya dengan alasan utama karena ASI
belum keluar dan bayi masih kesulitan menyusu sehingga bayi akan menangis bila
dibiarkan saja. Biasanya bidan akan langsung memberikan nasihat untuk memberikan
susu formula terlebih dahulu. Bahkan pembuatan susu formula dilakukan sendiri oleh
bidan atau perawat, dan mereka menyediakan jasa sterilisasi botol. Hal ini akan memberi
pengaruh negatif terhadap keyakinan ibu bahwa pemberian susu formula adalah obat
paling ampuh untuk menghentikan tangis bayi. Kurangnya keyakinan terhadap
kemampuan memproduksi ASI untuk memuaskan bayinya mendorong ibu untuk
memberikan susu tambahan melalui botol (Hasrimayana, 2009).

Namun, pada beberapa masyarakat didaerah penelitian yang persalinannya


ditolong oleh dukun bayi kadang memberikan prelaktal berupa madu, kelapa muda, dan
kurma yang merupakan anjuran dari dukun bayi. Akan tetapi informan yang ditolong
oleh dukun terlatih dan bidan tidak memberikan madu sebagai prelaktal karena tidak
dianjurkan oleh bidan. Anjuran ini sesuai dengan WHO yang melarang pemberian madu
kepada bayi dibawah 1 tahun karena terdapat kandungan Clostridium botulinum, spora
yang membahayakan dan mematikan.

2.2.3 Tindakan Terhadap ASI Ekslusif dan IMD


Pada penerapan pemberian ASI Ekslusif belum bisa tercapai secara maksimal
karena dipengaruhi oleh berbagai faktor termasuk didalamnya faktor pekerjaan dan
faktor budaya. Factor pekerjaan yakni Ibu yang aktif dan bekerja di luar rumah sebagai
pegawai misalnya yang memiliki aktifitas rutin sangat sulit melakukan ASI Ekslusif, hal

7
ini banyak ditemui didaerah perkotaan. Sedangkan faktor budaya sangat erat berkaitan
dengan kepercayaan masyarakat yang didasarkan pada pengalaman orang tua atau
mertua. Adanya pemahaman jika memberikan ASI saja tanpa makanan tambahan lain
seperti pisang akan membuat bayi lapar, sebab ASI saja tidak dapat mengeyangkan dan
dianggap sebagai minuman saja. Namun beberapa hambatan tersebut dapat diatasi
dengan adanya kelas ibu hamil yang dilakukan rutin untuk memberikan informasi dan
membantu ibu hamil menghadapi stress yang kadang timbul saat menjelang partus.

Kelas Ibu hamil (KIH) untuk Kabupaten Takalar merupakan salah satu program
unggulan penanggulangan AKI dan AKB di daerah tersebut. KIH ini rutin diadakan
setiap bulan dengan konsep informasi edukasi melalui belajar kelompok dengan seorang
fasilitator yang merupakan petugas kesehatan, dalam prakteknya lebih sering oleh bidan
desa yang dilakukan dengan mengunjungi tiap desa/kelurahan. Dalam KIH berbagai
informasi diberikan khususnya mengenai gizi, persiapan sebelum melahirkan, resiko dan
tanda bahaya pada ibu hamil, dll. Beberapa infoman merasa keberadaan KIH sangat
bermanfaat dalam menambah wawasan mereka.

Pemberian PASI pada bayi dapat memberikan manfaat yang besar karena menurut
informan dengan memberikan makanan tambahan pada bayi maka bayi akan cepat
kenyang. Berbeda jika hanya mengutamakan ASI saja terkadang tidak cukup untuk
memenuhi kebutuhan bayi. Sebagaimana hasil wawancara dengan informan sebagai
berikut :

‘’Manfaatnya, dapat membantu bayi kenyang, tidak cepat lapar, kalau anu
biasa (ASI) nda cukup to’ nda kenyangi’
(Musdalifah, 22 thn)

Pemberian PASI yang terlalu dini pada bayi biasanya karena anjuran keluarga
dekat terutama nenek (ibu informan). Alasan umumnya karena bayi menangis terus
meskipun telah disusui dan diberi susu formula. Pada beberapa masyarakat tradisional di
Indonesia kita bisa melihat konsepsi budaya yang terwujud dalam perilaku berkaitan
dengan pola pemberian makan pada bayi yang berbeda dengan konsepsi kesehatan
modern. Sebagai contoh, pemberian ASI menurut konsep kesehatan modern ataupun

8
medis dianjurkan selama 2 (dua) tahun dan pemberian makanan tambahan berupa
makanan padat sebaiknya dimulai sesudah bayi berumur 4 bulan.

Sesuai disertasi Maas (2004), bahwa pada suku Sasak di Lombok, ibu yang baru
bersalin memberikan nasi pakpak (nasi yang telah dikunyah oleh ibunya lebih dahulu dan
didiamkan selama satu malam) kepada bayinya agar bayinya tumbuh sehat dan kuat.
Mereka percaya bahwa apa yang keluar dari mulut ibu merupakan yang terbaik untuk
bayi. Sementara ada masyarakat Kerinci di Sumatera Barat, pada usia sebulan bayi sudah
diberi bubur tepung, bubur nasi nasi, pisang dan lain-lain. Ada pula kebiasaan memberi
roti, pisang, nasi yang sudah dilumatkan ataupun madu, teh manis kepada bayi baru lahir
sebelum ASI keluar.

Pemberian MP-ASI yang terlalu dini tidak tepat karena akan menyebabkan bayi
kenyang dan akan mengurangi keluarnya ASI. Selain itu bayi menjadi malas menyusu
karena sudah mendapatkan makanan atau minuman terlebih dahulu. Pemberian MP-ASI
terlalu dini seperti nasi dan pisang justru akan menyebabkan penyumbatan saluran cerna
karena liat dan tidak bisa dicerna atau yang disebut phyto bezoar sehingga dapat
menyebabkan kematian dan menimbulkan risiko jangka panjang seperti obesitas,
hipertensi, atherosklerosis, dan alergi makanan (Afifah, 2007).

9
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pemahaman Ibu nifas terkait pemberian ASI Ekslusif dan IMD masih kurang,
sehingga dalam pemberian ASI Ekslusif dan IMD masih dipengaruhi oleh adanya
beberapa kepercayaan seperti pemberian ASI Ekslusif pada bayi tidak cukup untuk
membuat bayi kenyang maka perlu makanan tambahan lainnya, pemberian madu saat
pertama lahir yang dipercayai dapat mencerdaskan bayi. Hal inilah yang menjadi
penyebab tidak berhasilnya pemberian ASI Ekslusif bagi bayi.

3.2 Saran
- Agar ibu menyusui lebih memahami pentingnya ASI ekslusif dan IMD, dan manfaat
ASI serta menjauhi kepercayaan-kepercayaan yang dapat merugikan ibu ataupun
bayi.
- Agar bidan dapat memberikan informasi kesehatan atau KIE dalam bentuk
komonikasi berantai terhadap ibu yang sedang menyusui dan menjalin kemitraan
dengan dukun yang bernilai positif untuk memberikan informasi yang terkait dengan
kepercayaan dalam pemberian ASI ekslusif dan IMD.

10
DAFTAR PUSTAKA

1. Kamalia. 2005. Faktor berpengaruh dalam ASI Ekslusif. Artikel. http://


http://pmi.rejanglebongkab.go.id/faktor-berpengaruh-ASI-penting-/
2. Aprilia, Yesie. 2010. Analisis Sosialisasi Program Inisiasi Menyusu Dini Dan Asi
Eksklusif Kepada Bidan Di Kabupaten
Klaten.http://eprints.undip.ac.id/23900/1/Yesie_Aprillia.pdf
Diakses pada tanggal 30 mei 2012.
3. Dinkes Sulawesi Selatan. 2010. Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan.
4. Hasrimayana. 2009. Hubungan Antara Sikap Ibu Dengan Pemberian Asi Eksklusif Di
Wilayah Kerja Puskesmas Kedawung II Sragen. http://etd.eprints.ums.ac.id/4934/1/
J210070116.pdf. Diakses pada tanggal 30 mei 2012.
5. Josefa, Khrist Gafriela. 2011. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Pemberian
Asi Eksklusif Pada Ibu (Studi Kasus Di Wilayah Kerja Puskesmas Manyaran,
Kecamatan Semarang Barat). http://eprints.undip.ac.id/33391/1/Khrist_Gafriela.pdf.
Diakses pada tanggal 31 Mei 2012
6. Pinem, Susanti Eriva Sari. 2010. Faktor-Faktor Penghambat Ibu Dalam Pemberian ASI
Eksklusif Di Kelurahan Tanjung Selamat Kecamatan Medan Tuntungan.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20264/8/pdf. Diakses pada tanggal 30
Mei 2012

11
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan rahmat-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah ini dengan
judul ‘’Survei ASI Ekslusif di Suku Makassar”.
Sebagai makluk ciptaan Tuhan, penyusun menyadari masih banyak kekurangan
dalam penyusunan makalah ini. Oleh karena itu, penyusun sangat mengharapkan saran dan
kritik yang bersifat membangun agar dalam penyusunan makalah berikutnya akan lebih
baik.
Besar harapan penyusun, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua
dan pada mahasiswa bidan khususnya agar lebih meningkatkan upaya promosi kesehatan
pada bayi dan bisa mengurangi angka kematian pada bayi.

Poso, 24 Februari 2014

Penulis

12
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ………………………………………………….. ii


Daftar Isi ………………………………………………….. iii

BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………….. 1


A. Latar Belakang ………………………………………………….. 1
B. Tujuan ………………………………………………….. 1

BAB II PEMBAHASAN ………………………………………………….. 2


A. Bahan dan Metode ….......................……………………………….. 2
B. Hasil dan Pembahasan …………………………………......................... 3

BAB III PENUTUP ………………………………………………….. 10


A. Kesimpulan ………………………………………………….. 10
B. Saran ………………………………………………….. 10

DAFTAR PUSTAKA

13
MAKALAH KESEHATAN MASYARAKAT

Survei dalam Praktik Kebidanan

“ASI Ekslusif di Suku Makassar”

DISUSUN OLEH :

NUR ANNISA 12 02 0070

JURUSAN DIII KEBIDANAN


TINGKAT : 2B

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


YAYASAN HUSADA MANDIRI POSO
TAHUN AKADEMIK 2012/2013

14

Anda mungkin juga menyukai