Anda di halaman 1dari 19

DIFTERI

NAMA KELOMPOK

1. RAHMALA DINDA NAFILA


2. MAHNUSA ULFA
3. MONICA AGRITASARI
Pengertian :
Difteri adalah infeksi saluran pernafasan yang disebabkan oleh Corynebacterium
diphteriae dengan bentuk basil batang gram positif (Jauhari,nurudin. 2008).
Etiologi :
Penyebabnya adalah Corynebacterium diphteriae. Bakteri ini ditularkan melalui
percikan ludah yang berasal dari batuk penderita atau benda maupun makanan
yang telah terkontaminasi  oleh bakteri. Biasanya bakteri ini berkembangbiak pada
atau disekitar selaput lender mulut atau tenggorokan dan menyebabkan
peradangan.
Manifestasi klinis :
a. Gejala umum
Demam tidak terlalu tinggi, lesu, pucat, nyeri kepala dan anoreksia sehingga
pasien tampak lemah.
b. Gejala lokal
Nyeri menelan, bengkak pada leher karena pembengkakan pada area regional,
sesa nafas, serak sampai dengan stridor jika penyakit sudah stadium lanjut.  Gejala
akibat eksotoksin tergantung bagian yang terkena missal mengenaiotot jantung
terjadi miokarditis, dan bila mengenai syaraf mnyebabkan kelumpuhan.
Penatalaksanaan

Pengobatan umum dengan perawatan yang baik, isolasi dan pengawasan EKG
yang dilakukan pada permulan dirawat satu minggu kemudian dan minggu
berikutnya sampai keadaan EKG 2 kali berturut-turut normal dan pengobatan
spesifik.
Pengobatan spesifik untuk difteri :
1.      ADS (Antidifteri serum), 20.000 U/hari selama 2 hari berturut-turut dengan
sebelumnya harus dilakukan uji kulit dan mata.
a.       TEST ADS
ADS 0,05 CC murni dioplos dengan aquades 1 CC.
Diberikan 0,05 CC à intracutan Tunggu 15 menit  à  indurasi dengan garis
tengah 1 cm  à  (+)
b.      CARA PEMBERIAN
1. Test Positif  à  BESREDKA
2. Test Negatif  à  secara DRIP/IV
c.       Drip/IV
200 CC cairan D5% 0,225 salin. Ditambah ADS sesuai kebutuhan. Diberikan
selama 4 sampai 6 jam  à  observasi gejala cardinal.
2.     Antibiotik, diberikan penisillin prokain 5000U/kgBB/hari sampai 3 hari
bebas demam. Pada pasien yang dilakukan trakeostomi ditambahkan
kloramfenikol 75mg/kgBB/hari dibagi 4 dosis.
3.     Kortikosteroid, untuk mencegah timbulnya komplikasi miokarditis yang
sangat membahayakan, dengan memberikan predison 2mg/kgBB/hari
selama 3-4 minggu. Bila terjadi sumbatan jalan nafas yang berat
dipertimbangkan untuk tindakan trakeostomi. Bila pada pasien difteri
terjadi komplikasi paralisis atau paresis otot, dapat diberikan strikin ¼ mg
dan vitamin B1 100 mg tiap hari selama 10 hari.
Komplikasi :
a. Miokarditis (minggu ke 2)
b. Neuritis
c. Bronkopneumonia
d. Nefritis
e. Paralisis
Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium: Apusan tenggorok terdapat kuman
Corynebakterium difteri
b. Pada pemeriksaan darah terdapat penurunan kadar hemoglobin dan
leukositosis polimorfonukleus, penurunan jumlah eritrosit, dan kadar
albumin. Pada urin terdapat albuminuria ringan
c. Pemeriksaan bakteriologis mengambil bahan dari membrane atau bahnan di
bawah membrane, dibiak dalam Loffler, Tellurite dan media blood.
Pencegahan
1.      Imunisasi
a. Imunisasi Primer
a) Anak usia 6 minggu - 6 tahun Diberikan dosis Td secara IM/ SC
dengan interval 4-6 minggu dimulai ketika anak usia 6 minggu - 2
bulan dan dilanjutkan dengan pemberian ke-4 selama 1 tahun sesudah
pemberian ke-3 preparat yang digunakan adalah Pediatric Taksoid
Dipteria
b)Anak usia 7 tahun / lebih Diberikan Td dengan pemberian ke-2
berselang waktu 4-8 minggu diberikan dengan pemberian 1 dan
pemberian 3 berselang 1 tahun dengan pemberian ke-2, preparat yang
digunakan adalah Adult Taksoid Dipteria
b. Imunisasi Boster
a) Anak usia 6 minggu- 6 bulan apabila pemberian dosis ke-4
imunisasi primer anak belum berumur 4 tahun maka diberikan
boster ketika anak tersebut mulai masuk TK
b) Anak usia 7 tahun atau lebih diberikan boster setiap 10 tahun 1.9.2
Isolasi pasien
c) Pencarian orang carier difteria dengan uji shick dan kemudian
diobati.
d) Dengan tujuan : Untuk mengetahui apakah tubuh mengandung anti
toksin terhadap kuman difteri.
e) Cara : Dengan menyuntikan IC 1/50 Minimal Lethal Dose (MLD)
sebanyak 0,02 ml, jika positif akan terlihat merah kecoklatan
selama 24 jam 
Pengkajian
a. Identitas klien
Biasanya menyerang pada individu yang berusia kurang dari 15 tahun
(yang tidak dapat imunisasi lengkap).
b. Keluhan utama
Pada biasanya klien akan mengeluh batuk dan demam.
c. Riwayat penyakit sekarang
Demam, sakit kepala, batuk, lesu/lemah, sianosis, sesak nafas dan pilek
a. Difteri nasal : Sakit jantung serosa inguinosa, epistaksis, ada
membrane putih pada septum nadi.
b. Difteri tonsil dan faring : Panas tidak tinggi, nyeri telan ringan, mual,
muntah, nafas berbau, dan Bullneck.
c. Difteri laring dan trachea : Sesak nafas hebat, stridor inspirator,
terdapat retraksi otot supra sternal dan epigastrium, laring tampak
kemerahan, sembab, banyak secret, permukaan tertutup oleh
pseudomembran.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Dimungkinkan ada keluarga/ lingkungan yang menderita penyakit Difteria.
e. Riwayat imunisasi
Imunisasi DPT 1, 2, 3 pada usia 2 bulan, 4 bulan, 6 bulan yang kurang
memadai.
f. ADL
a. Nutrisi : kesulitan menelan, anoreksia, sakit
tenggorokan.
b. Eliminasi : terjadi konstipasi.
c. Istirahat tidur : sukar tidur.
G. Pemeriksaan
1.Pemeriksaan umum
a. Kesadaran : compos mentis sampai dengan coma
b. TD: turun
c. RR: cepat dan dangkal
d. Nadi: cepat
e. Suhu : peningkatan suhu tubuh
2. Pemeriksan fisik
a. Wajah: sianosis
b. Hidung : terdapat secret berbau busuk sedikit bercampur
darah, ada membran putih pada septum nasi
c. Mulut: bibir kering, mulut terbuka, ada membran putih pada tonsil
dan faring
d. Leher:pembesaran getah bening pada leher, edema pada laring
dan trachea (Bullneck), permukaan laring dan trachea tertutup oleh
pseudomembran
2. Pemeriksaan penunjang
a. Laboratorium
1. Bakteriologi: Hapusan tenggorokan di temukan kuman
corinebakterium difteria
2. Darah : Penurunan kadar HB dan leukosit polimorfonukleus,
penurunan jumlah eritrosit dan kadar albumin.
3. Skin test :  Test kulit untuk menentukan status imunitas
Penatalaksanaan dan Therapy

Therapi atau penatalaksanaan dilakukan sesuai dengan konsep dasar:


1. Pengobatan umum
a. Isolasi
b. Pengawasan EKG
2.Pengobatan spesifik
c. ADS
d. Anti biotik
e. Kortikosteroid
f. Pada pasien yang di lakukan trakheostomi ditambahkan
kloramphenikol 75 mg/kgBB/hari dibagi 4 dosis.
Diagnosa keperawatan

Menurut (Hidayat, 2006) :


a. Jalan nafas tidak efektif
b. Kurang nutrisi
c. Nyeri
d. Risiko terjadi komplikasi
Aplikasi nanda nic noc
Dx 1 : ketidakefektifan jalan nafas
 Noc
Respiratory status : ventilation, airway suction
 Kriteria hasil :
 Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih,
tidak ada sianosis dan dyspneu
 Menunjukkan jalan nafas yang paten
 Nic
 Pastikan kebutuhan oral / tracheal suctioning
 Berikan o2 dengan menggunakan nasal untuk memfasilitasi
suction nasotrakeal
 Gunakan alat yang steril untuk melakukan tindakan
 Anjurkan pasien untuk istirahat dan nafas dalam setelah kateter
dikeluarkan dari nasotrakeal.
Intervensi

1.      Tidak efektif bersihan jalan nafas berhubungan dengan


obstruksi pada jalan nafas
Tujuan :
Perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan dengan GDA dalam
rentang normal dan tidak ada distres pernafasan.
Hasil yang diharapkan :
a.       Menunjukkan adanya perbaikan ventilasi dan oksigenasi
jaringan
1. Intervensi
Kaji frekuensi atau kedalaman pernafasan dan gerakan dada
Rasional
 Takypnea, pernafasan dangkal, dan gerakan dada tidak simetris sering
terjadi karena ketidaknyamanan gerakan dinding dada dan atau cairan paru
2. Intervensi
Auskultasi area paru, satat area penurunan atau tidak ada aliran udara dan
bunyi nafas adventisius, mis. Crackles, mengi.
Rasional
 Penurunan aliran udara terjadi pada area konsolidasi dengan cairan. Bunyi
nafas bronchial dapat juga terjadi pada area konsolidasi. Crackles, ronchi
dan mengi terdengar pada inspirasi dan atau ekspirasi pada respon teradap
pengupulan cairan , secret kental dan spasme jalan nafas atau obstruksi.
3. Intervensi
Bantu pasien latian nafas sering. Tunjukan atau bantu pasien mempelajari
melakukan batuk, misalnya menekan dada dan batuk efektif sementara
posisi duduk tinggi.
Rasional
 Nafas dalam memudakan ekspansi maksimum paru-paru atau jalan nafas
lebih kecil. Batuk adalah mekanisme pembersiaan jalan nafas alami,
membantu silia untuk mempertaankan jalan nafas paten. Penenkanan
menurunkan ketidaknyamanan dada dan posisi duduk memungkinan upaya
nafas lebih dalam dan lebih kuat.
4. Intervensi
Berikan cairan sedikitnay 2500 ml perhari(kecuali kontraindikasi).
Tawrakan air hangat daripada dingin
Rasional
 Cairan (khususnya yang hangat)memobilisasi dan mengluarkan secret.
Memudahkan pengenceran dan pembuangan secret.
Kolaborasi
5. Intervensi
Bantu mengawasi efek pengobatan nebulizer dan fisioterapi lain,
mis. Spirometer insentif, IPPB, tiupan botol, perkusi, postural
drainage. Lakukan tindakan diantara waktu makan dan batasi cairan
bila mungkin.
Berikan obat sesuai indikasi mukolitik, ekspektoran,
bronchodilator, analgesic.
Rasional
 Alat untuk menurunkan spasme bronkus dengan mobilisasi secret.
Analgesic diberikan untuk memperbaiki batuk dengan menurunkan
ketidaknyamanan tetapi harus digunakan secara hati-hati, karena
dapat menurunkan upaya batuk atau menekan pernafasan.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai