Anda di halaman 1dari 75

Pengelolaan Jalan Napas

(Airway Management)
Oleh
1. FELICIA KURNIA 193307020061
2. FATIMA AZZAHRA 193307020064
3. RULLYN SUZANNA MANDAR 193307020078
4. WINLY FELICIA 193307020063
5. YUANNA HARTANTY 193307020050

KOAS STASE ANASTESI


PEMBIMBING dr. FADLI Sp.A
 Pengertian : tindakan yang dilakukan
untuk membebaskan jalan napas dengan
tetap memperhatikan kontrol servikal

 Tujuan : membebaskan jalan napas untuk


menjamin jalan masuknya udara ke paru
secara normal sehingga menjamin
kecukupan oksigenisasi tubuh
PENGELOLAAN JALAN
NAPAS :
1. Pemeriksaan jalan napas
2. Memahami tanda-tanda kegawatan
napas
3. Pembebasan jalan napas
4. Pemberian oksigen tambahan/terapi
oksigen
5. Memberikan bantuan napas
Pemeriksaan jalan napas
 L = Look/Lihat gerakan nafas atau pengembangan dada, adanya retraksi sela iga,
warna kulit dan kesadaran
 L = Listen/Dengar aliran udara pernafasan
 F = Feel/Rasakan adanya aliran udara pernafasan dengan menggunakan pipi
penolong
II. Tanda-tanda kegawatan napas

Kegawatan napas dipengaruhi :


1. Parahnya sumbatan jalan napas
2. Ada atau tidaknya upaya napas
Tanda-tanda adanya sumbatan (ditandai adanya suara nafas tambahan) ,Pada pasien
tidak sadar:
 Mendengkur(snoring), berasal dari sumbatan pangkal lidah. Cara mengatasi : chin
lift, jaw thrust, pemasangan pipa orofaring/nasofaring, pemasangan pipa
endotrakeal.
 Berkumur (gargling), penyebab : ada cairan di daerah hipofaring. Cara mengatasi :
finger sweep, pengisapan/suction.
 Stridor (crowing), sumbatan di plika vokalis. Cara mengatasi : cricotirotomi,
trakeostomi.
 Jika sumbatan tidak teratasi, maka penderita akan :
 Gelisah oleh karena hipoksia
 Gerak otot nafas tambahan (retraksi sela iga)
 Gerak dada dan perut paradoksal
 Sianosis
 Kelelahan dan meninggal
III. Pembebasan jalan napas

Mempertahankan jalan napas


1) Tanpa alat
Membuka jalan nafas dengan proteksi cervikal
 Chin Lift maneuver (tindakan mengangkat dagu)
 Head Tilt maneuver (tindakan menekan dahi)
 Jaw thrust maneuver (tindakan mengangkat sudut rahang bawah)
Chin Lift

Head Tilt Jaw thrust

dorong sudut
rahang kiri dan
kanan ke arah
depan sehingga
barisan gigi
bawah berada di
depan barisan
gigi atas
10
Airway adjunct

1. Oropharyngeal air way


2. Nasopharingeal airway
3. Laringeal mask Airway

4. Endotracheal intubation
5. Crycothyrotomy
6. Tracheostomy
Oropharyngeal
11 airway
Nama lain : - Mayo
- Guedel
 Memberikan fasilitas untuk suctioning

 Mencegah endotrakheal tergigit pasien


12

Oropharingeal airway

 Sekret, darah, muntahan dibersihkan dulu ( Suction )


 Hanya untuk pasien-pasien tak sadar
Komplikasi : - menimbulkan obstruksi
- dapat menstimulasi muntah
dan spasme laring
13

Ukuran Oropharyngeal airway

Orang dewasa :
Besar ukuran : 5
Medium ukuran : 4
Small ukuran : 3
Cara insersi : - dengan bantuan “tounge“ spatel
- disimpan terbalik lalu diputar perlahan-lahan
Nasopharyngeal airway
14

 tube  tanpa cuff


dari plastik atau karet yang lunak
 dipilih bila insersi oropharingeal  sulit.
 oleh karena :
- trimus,
- trauma masif di mulut,
- interdental wiring
 Alat ini juga berguna :
 pasien-pasien yang napas
spontan dan masih semiconscious
Nasopharyngeal
15 airway

 Ukuran : dewasa : large 8-9


medium 7-8
Small 6-7
 Teknik insersi :
 Lubrikasi
 Masukan lewat lubang hidung dst

 Komplikasi :  masuk oesophagus  distensi gaster


 laryngospasm dan muntah
 perdarahan hidung
16 Laryngeal Mask Airway (LMA)

 LMA bukan merupakan airway definitif seperti halnya


endotracheal tube (ETT)
 Pemasangan alat ini cukup sulit dan membutuhkan banyak latihan
Endotracheal intubasi
17

Keuntungan :
 perlindungan airway > adekuat airway lebih paten, risiko aspirasi lebih rendah
memungkinkan “ clearing airway “ > adekuat
 memungkinkan pemberian O2 dengan konsentrasi tinggi
 bantuan ventilasi lebih adekuat ( volume tidak terkontrol )
 dapat sebagai salahsatu pilihan rute pemberian obat-obatan
Waktu
18
memasang ETT :
lakukan penekanan pd krikoid ( oleh orang yg
membantu intubasi )

Tujuan : mencegah regurgitasi

Aspirasi
Tekanan dipertahankan sampai setelah
“ tube “ masuk dan cuff dikembangkan
Indikasi pemasangan ETT
19

 Henti jantung dan sedang dilakukan


kompresi jantung luar
 Pasien-pasien dengan ventilasi yang tidak
adekkuat ( walaupun o.s. sadar )
 Melindungi airway ( koma, areflexia,
henti jantung )
 Tidak dapat diventilasi dengan adekuat
dengan cara-cara yang konvensional pada
pasien-pasien yang tidak sadar
20

Hindari intubasi bronchial 


Paru-paru kanan saja
 periksa suara nafas
21
Komplikasi Intubasi

 gigi patah
 bibir laserasi
 perdarahan
 Hematom
 Ruptur trachea
ALAT-ALAT
22
YANG DIPERLUKAN
1. Laringoskop  - periksa - lampu
- cara memasang blade
2 jenis Blade :
- Lengkung : macintosh
- Lurus ( Straight) :
(Miller, Wisconsin, Magil)
23
Laringoskop Blade
Lengkung

Laringoskop Blade
Lurus
2. Endotracheal tube :
24
 pipa terbuka dikedua ujungnya
 bagian proximal  konektor
 bagian distal cuff yg dapat
dikembangkan

Sesuai dengan ID ( Internal Diameter )


Saat sudah intubasi  tempat yg tepat : 20-22 cm
( tanda ETT)
25
Stylet :
 Membantu agar ETT dapat dibentuk sesuai kebutuhan
 Jangan lupa  lubrikasi

Alat-alat lain :
– Spuit 10 cc ( untuk mengembangkan cuff )
– Forceps Magill
– Lubrikant
– Suction unit
ALAT INTUBASI
26
27

TEKNIK INTUBASI :

 Siapkan dan periksa kembali alat-alat yang tersedia


 Siapkan posisi kepala penderita
3 aksis : mulut, pharynx, trachea
Dalam 1 garis lurus agar visualisasi > mudah
 kepala ektensi dan leher flexi
28

Buka mulut dengan tangan kanan, mulai


masukkan blade dari kanan digeser ketengah
sisihkan lidah kekiri.
Cari epiglotis, insersikan tip  blade
di Vallecula  angkat ke anterior
Jangan gunakan gigi depan sebagai fulcrum
( tumpuan )
Setelah rimaglotis  terlihat insersikan ETT
29

Proses intubasi 
jangan lebih dari 30 detik
( > baik < 15 detik )
SUMBATAN JALAN NAPAS
Mengatasi sumbatan nafas parsial

Dapat digunakan teknik manual thrust

 Abdominal thrust
 Chest thrust
 Back blow
1. Abdominal Thrust (Manuver Heimlich)

Hentakan mendadak pada ulu hati (daerah


subdiafragma – abdomen).

Caranya : penolong harus berdiri di belakang


korban, lingkari pinggang korban dengan
kedua lengan penolong, kemudian kepalkan
satu tangan dan letakkan sisi jempol tangan
kepalan pada perut korban, sedikit di atas
pusar dan di bawah ujung tulang sternum.
Pegang erat kepalan tangan dengan tangan
lainnya. Tekan kepalan tangan ke perut
dengan hentakan yang cepat ke atas. Setiap
hentakan harus terpisah dan gerakan yang
jelas.
 Abdominal Thrust (Manuver Heimlich) pada
posisi tergeletak (tidak sadar)

 Caranya : korban harus diletakkan pada posisi


terlentang dengan muka ke atas. Penolong
berlutut di sisi paha korban. Letakkan salah satu
tangan pada perut korban di garis tengah sedikit
di atas pusar dan jauh di bawah ujung tulang
sternum, tangan kedua diletakkan di atas tangan
pertama. Penolong menekan ke arah perut
dengan hentakan yang cepat ke arah atas.
Chest Thrust (untuk bayi, anak yang gemuk dan wanita hamil)

 Bila penderita sadar, lakukan chest thrust 5 kali (tekan tulang dada
dengan jari telunjuk atau jari tengah kira-kira satu jari di bawah garis
imajinasi antara kedua putting susu pasien). Bila penderita sadar,
tidurkan terlentang, lakukan chest thrust, tarik lidah apakah ada benda
asing, beri nafas buatan
 Back Blow (untuk bayi)

 Bila penderita sadar dapat batuk keras, observasi ketat. Bila nafas tidak efektif atau
berhenti, lakukan back blow 5 kali (hentakan keras pada punggung korban di titik
silang garis antar belikat dengan tulang punggung/vertebrae)

Back blow pada bayi


36
TERAPI OKSIGEN
37 Pendahuluan

 Terapi oksigen  memberikan aliran udara dengan kadar oksigen


>21% pada tekanan 1 atmosfer  meningkatkan konsentrasi
oksigen di dalam darah
 Tujuan
 Mempertahankan oksigenisasi jaringan yang adekuat
 Menurunkan kerja organ pernapasan
 Menurunkan kerja jantung
38 Indikasi

 Pada kondisi penurunan PaO2 dengan gejala dan tanda hipoksia:


dispnea (sesak napas), takipnea, disorientasi, gelisah, apatis &
penurunan kesadaran
 Kondisi lain
 Gagal napas
 Syok
 Keracunan karbonmonoksida (CO), dll
39 Sungkup Muka Sederhana

 Sistem aliran rendah dengan aliran udara berkisar 5-8 l/menit


40 Daftar Pustaka

 Comitte on Trauma, American College of Surgeon. ATLS Student


Course Manual, 7th Edition. Chicag0: American College of
Surgeon, 2004.
 European Resuscitation Council. Guidelines for Resuscitation
2005: Section 2. Adult basic life support and use of automated
external defibrillators. Resuscitation (2005) 67S1, S7—S23.
TERIMA
KASIH
TRIAGE
PENDAHULUAN
 Penderita gawat darurat
Penderita yang oleh suatu penyebab (penyakit, trauma,
kecelakaan, tindakan anestesi) jika tidak segera ditolong
akan
mengalami cacat, kehilangan organ tubuh atau meninggal
 Time saving is life saving = Waktu adalah Nyawa
 Tindakan pada menit-menit pertama menentukan
hidup atau mati penderita
 Tindakan yang harus tepat, cepat dan cermat
DEFINISI
 Triage berasal dari kata bahasa Perancis, trier yang secara literatur berarti
memisahkan, memilah atau memilih.
 Triage adalah tindakan untuk memilih/ mengelompokkan korban berdasarkan
beratnya cidera, kemungkinan untuk hidup, dan keberhasilan tindakan berdasarkan
sumber daya (SDM dan sarana) yang tersedia.
TUJUAN TRIAGE

 Untuk memastikan bahwa korban ditolong sesuai


dengan urutan skala prioritas berdasarkan urutan
kegawat daruratannya.
 Untuk memastikan pengobatan terhadap korban tepat
guna dan tepat waktu
 Untuk memindahkan pasien ke lokasi yang lebih aman
dan ke lokasi pengobatan (Rumah Sakit)
 Untuk mengumpulkan informasi dalam
penanggulangan pasien multi kasus
SISTEM TRIAGE
 Triase pasien tunggal
 Triase korban multi sehari-hari
 Triage dalam insiden dengan korban masa yang berlebihan (bencana)

Pada dasarnya menggunakan metode dan penilaian kasus yang sama


Kondisi yang mempengaruhi TRIAGE
1. Multiple Casualties
adl : musibah masal dengan jumlah penderita dan beratnya
perlukaan tidak melampaui kemampuan petugas dan peralatan.
Dalam keadaan ini penderita dengan masalah yang mengancam
jiwa dan multiple trauma akan dilayani terlebih dahulu
2. Mass Casualties
adl : musibah masal dengan jumlah penderita dan beratnya luka
melampaui kemampuan petugas dan peralatan. Dalam keadaan
ini yang akan dilayani terlebih dahulu adalah penderita dengan
kemungkinan hidup/survival terbesar, serta membutuhkan
waktu perlengkapan dan tenaga paling sedikit
NORMAL BENCANA
 Korban paling berat  Korban paling mudah
ditolong lebih dulu dengan diselamatkan, ditolong dulu
semua sarana yang ada dengan sarana minimal
 yang ada
Korban paling ringan
ditolong belakangan/  Korban paling berat
ditunda ditolong
belakangan/ditunda
Metode Triage Pasien Tunggal
Sistem klasifikasi menggunakan nomor, huruf atau tanda, adapun
klasifikasinya ;
 Prioritas 1 (emergency / immediate)
 Prioritas 2 (urgent)
 Prioritas 3 (non urgent)
 Prioritas 0 atau 4 kasus kematian
Kode International dalam Triage

PRIORITAS
PRIORITAS
1 PRIORITAS 3 PRIORITAS 4
2 DELAYED/
IMMEDIAT MINIMAL EXPEXTANT
TUNDA
E/ SEGERA
PERIORITAS I - MERAH
 Pasien dengan kondisi mengancam nyawa, memerlukan evaluasi dan
intervensi segera
 Pasien dibawa ke ruang resusitasi
 Waktu Respon 0 – 10 menit

 Sumbatan jalan nafas atau distress nafas


 IMA
 Luka tusuk dada
 Shock
 Perdarahan pembuluh nadi
 Problem kejiwaan serius
 Tangan/kaki yang terpotong dengan perdarahan
 Luka bakar derajat II – III > 30%
 Anaphylaxis
PRIORITAS II - KUNING

 Pasien dengan penyakit yang akut, pasein – pasien yang harus dirawat dalam
jangka waktu beberapa jam
 Pasien – pasien yang secara fisiologis stabil pada saat tiba, tetapi berisiko
mengalami penurunan jika tidak dirawat dalam beberapa jam.
 Waktu Respon 30 menit

 Luka Bakar < 30%


 Patah tulang besar
 Trauma dada/ perut
 Luka robek yang luas
 Trauma bola mata
PRIORITAS III - HIJAU
 Pasien-pasien dengan fungsi haemodinamik yang stabil tetapi menderita luka
yang jelas
 Pasien yang biasanya dapat berjalan dengan masalah medis yang minimal
 Luka lama, kondisi yang timbul sudah lama
 Waktu Respon 60 menit

 Luka memar dan luka robek otot ringan


 Luka bakar ringan (kecuali daerah muka dan tangan)
 Demam
 ISPA
PRIORITAS IV - HITAM
 Pasien dengan kondisi yang tidak berespon dengan segala rangsangan
 Tidak ada respirasi spontan
 Tidak ada aktivitas jantung
 Hilangnya respon pupil terhadap cahaya
 Kasus kematian DOA (Death on Arrival)
 Waktu Respon 120 menit
TINGKAT KEAKUTAN KETERANGAN
Kelas I Pemeriksaan fisik rutin (misalnya memar
minor) dapat menunggu lama tanpa bahaya
Kelas II Nonurgen / tidak mendesak (misalnya
ruam, gejala flu) dapat menunggu lama
tanpa bahaya
Kelas III Semi-urgen / semi mendesak (misalnya
otitis media) dapat menunggu sampai 2
jam sebelum pengobatan
Kelas IV Urgen / mendesak (misalnya fraktur
panggul, laserasi berat, asma); dapat
menunggu selama 1 jam
Kelas V Gawat darurat (misalnya henti jantung,
syok); tidak boleh ada keterlambatan
pengobatan ; situasi yang mengancam
hidup
Triage Lapangan 1. Memilah, kategori-kan
S TAR T 2. Terapi cepat dengan sarana minimal
(Simple Triage And Rapid Treatment) 3. Rujuk tepat

Puskesmas

RS kecil

RS Kabupaten

Jenis FASILITAS RS
cedera JARAK
TEAM LEADER
RESCUER KEAMANAN
KESEHATAN PUSKODAL
RAMED

DAERAH
MERAH

daerah M +
+
KUNING
RSDS
daerah
HIJAU

K +
RSI
+
H +
PKM
TRIAGE LAPANGAN +
M: KORBAN LABEL, MERAH – BERAT – TERANCAM JIWANYA
K: KORBAN LABEL KUNING – SEDANG
H: KORBAN LABEL HIJAU – RINGAN

MEDAN KEJADIAN
DAERAH MERAH – BAHAYA
DAERAH KUNING – KEGIATAN PENGAMANAN
DAERAH HIJAU - AMAN
Forensik/
Hitam
Km Jenazah
TRIAGE DI UGD RUMAH SAKIT
Ambulan Terminal Care
Triase Standard
Pra-RS Gadar HCU

R. Resus.
Merah ICU
Orange
ICCU

PICU/ Perina

Admini- ReTriase / R. OK
Pasien UGD
strasi Triase RS

R. Tindak / Monitor
IW

Kuning Kebidanan

Ambulan lain/ R.Rawat


Datang sendiri/ Dewasa
diantar
R. Rawat
anak

Hijau Pulang

R. Tunggu
Keperluan standar TRIAGE

 Alat – alat P3K standar


 Alat – alat pelindung diri/UP seperti sarung tangan, google,
masker
 Alat – alat komunikasi yang adequat
 Sarana informasi seperti Triase tag, bendera segitiga berwarna,
atau pita berwarna
 Lokasi evakuasi korban yang aman
Pita atau gelang yang digunakan sebagai identifikasi pasien di triage :
Gelang Identitas : nama lengkap, umur, nomer rekam medis
 Warna gelang identitas :
 Merah muda : Perempuan
 Biru muda : Laki-laki
Gelang Resiko :
 Kuning : Jatuh
 Merah : Alergi
 Ungu : DNR (Do Not Resusitate)
SKEMA START

Vent + Respirasi >30x/mnt Merah


- Hitam < 30x/mnt

Perfusi >2dtk/rad+ Merah


< 2dtk/rad-
Status Mental + Kuning
- Merah
 Langkah 0
STAR T
Panggil korban yang masih bisa berjalan untuk mendekat ke arah petugas yang
(Simple
berada dilokasi Triage
aman (collecting AndyangRapid
area). Korban bisa berjalan mendekat
diberikan label HIJAU

Treatment)
Langkah 1 (Airway – Breathing)
- cek pernafasan, apabila tidak bernafas buka jalan nafasnya, jika tetap
tidak bernafas berikan label HITAM
- pernafasan < 10 – 30 x/mnt atau > 30 kali/mnt berikan label MERAH
- pernafasan 10 – 30 x/mnt kelangkah berikutnya
 Langkah 2 (circulation)
- cek CRT (capilary refill time), tekan kuku tangan
penderita kemudian lepas apabila kembali merah lebih dari 2
detik berikan label MERAH
- jika CRT tdk bisa dilakukan, cek nadi radialis, apabila
tidak teraba atau lemah berikan label MERAH
- apabila nadi radialis teraba kuat kelangkah berikutnya.
 Langkah 3 (Mental Status)
- berikan perintah sederhana kepada penderita, apabila
mengikuti perintah berikan label KUNING
- Apabila tidak mengikuti perintah berikan label MERAH
 Setelah melakukan langkah triase dan memberikan label pada
penderita, segera untuk menuju kependerita lain yang belum di
triase
 START memerlukan waktu tidak boleh lebih dari 60 detik per
pasien
Pemeriksaan Primer

 Adalah deteksi cepat dan koreksi segera terhadap kondisi yang


mengancam jiwa
Cara Pelaksanaannya :

 Jalan Nafas
Lihat, dengar Raba
Atasi segera, bebaskan jalan nafas
Penghisapan
 Pernafasan
Apakah pertukaran hawa panas adekuat ?
a. Tidak ada, lakukan bantuan nafas
b. Frekuansi
c. Kualitas
d. Teratur
e. Ujung kuku biru atau tidak
-----
 Perdarahan
Diluar :
- Hentikan segera :
* Dengan bebat tekan pada luka
* Bagian yang luka ditinggikan
* Kompres es
* Tourniquet (hanya pada luka
khusus)
- Didalam
* Kirim segera
 Tulang belakang
Apakah sadar ?
Adakah trauma kepala?
Stabilisasi leher dan tulang belakang sebelum dikirim

 Shock
Tanda-tanda shock
Stabilitas segera kirim
Pemeriksaan Sekunder

 Adalah mencari perubahan-perubahan yang dapat berkembang


menjadi lebih gawat dan dapat mengancam jiwa apabila tidak
segera diatasi
Cara Pelaksanaan

 Periksa Kondisi Menyeluruh


1. Posisi saat ditemukan
2. Tingkat kesadaran
3. Sikap umum dan keluhan
4. Ruda paksa, kelainan
5. Keadaan kulit
 Periksa kepala dan leher
Rambut, kulit kepala, telinga, mata, hidung, mulut, ada kejang otot leher/ tidak

 Periksa dada dan perut


ada luka di dada, kelainan bentuk, perut tegang

 Periksa anggota gerak atas dan bawah


luka, bengkak, nyeri untuk gerak
DOKUMENTASI TRIAGE

Proses dokumentasi triage menggunakan sistem SOAPIE, sebagai berikut :


 S : Data subjektif
Identitas korban ; nama, jenis kelamin, alamat, kewarganegaraan
 O : Data objektif
Waktu kejadian, waktu dilakukan triage
 A : Asessment Awal
Status lokalis pasien (area cidera/keluhan)
 P : Planning terapi
 I : Implementasi
 E : Evaluasi
Dokumentasi TRIAGE

 Identitas korban ; nama, jenis kelamin, alamat, kewarganegaraan,


 Waktu kejadian, waktu dilakukan triage
 Status lokalis pasien (area cidera/keluhan)
 Jumlah korban di setiap area merah, kuning, hijau, hitam
 Jumlah korban yang dirujuk ke RS
KESIMPULAN

 Triage adalah memilih atau menggolongkan semua pasien yang


datang ke IGD dan menetapkan prioritas penanganannya.
 Triage dilakukan berdasarkan pada ABCDE (Airway / jalan nafas,
Breathing / pernafasan, Circulation / sirkulasi, Disability /
Kecacatan, Exposure / Keterpaparan ), beratnya cedera, jumlah
pasien yang datang, sarana kesehatan yang tersdia serta
kemungkinan hidup pasien.

Anda mungkin juga menyukai