Anda di halaman 1dari 25

TATALAKSANA JALAN NAPAS

Disusun Oleh :
Dwi Pertiwi Ningsih - 110201479
 
Pembimbing :
dr. Uus Rustandi, Sp. An-KIC
dr. Ruby Satria Nugraha, Sp. An, M.Kes
dr. Rizki, Sp, An
ANATOMI
OBSTRUKSI JALAN NAPAS
Pembukaan jalan napas manual Pembukaan jalan napas dengan alat bantu
PEMBUKAAN JALAN NAPAS MANUAL
Head Tilt – Chin Lift Jaw Thrust
PEMBUKAAN JALAN NAPAS DENGAN ALAT BANTU
• Orapharyngeal and Nasopharingeal • Laryngoscope
Airway • Video laringoskopi
• Face Mask
• Laryngeal Mask Airway (LMA)
• Esophageal – Tracheal Combitube
(ETC)
• Pipa Trakea (Endotracheal Tube)
• King Laryngeal Tube
Oropharyngeal and Nasopharingeal Airway
Oropharyngeal Airway

Dipasang pipa bentuk gepeng


lengkung seperti huruf C berlubang
ditengah dengan salah satu ujungnya
bertangkai dengan dinding lebih
keras untuk mencegah jika pasien
menggigit alat sehingga aliran udara
tetap terjamin.
Nasopharingeal Airway

Pada Nasopharingeal Airway dapat digunakan pada pasien sadar atau


setengah sadar. Dipasangkan pipa bulat berlubang ditengah yang
dibuat dari bahan karet lateks lembut.
Face Mask
Memfasilitasi pengaliran oksigen atau gas anestesi dari alat resusitasi ke
sistem pernafasan pasien dengan pemasangan face mask yang rapat.
Bentuk lingkaran face mask disesuaikan dengan bentuk muka pasien
sehingga ketika digunkaan untuk bernapas spontan atau dengan tekanan
positif tidak bocor dan gas masuk ke semua trakea melalui mulut atau
hidung.
Laryngeal Mask Airway (LMA)
Alat jalan napas berbentuk sendok
terdiri dari pipa besar berlubang
dengan ujung menyerupai sendok
yang pinggirnya dapat dikembang-
kempiskan seperti balon pipa
trakea.
Esophageal – Tracheal Combitube (ETC)
Pipa kombinasi esophagus – tracheal (ETC) terbuat dari gabungan 2
pipa. ETC dimasukkan sampai 2 lingkaran hitam pada batang batas
antara gigi atas dan bawah. ETC mempunyai 2 balon untuk
digembungkan, 100 ml untuk balon proksimal dan 15 ml untuk balon
distal.
Pipa Trakea (Endotracheal Tube)
Mengantarkan gas anestetik langsung ke dalam trakea dan
mengijinkan untuk kontrol ventilasi dan oksigenasi yang biasanya
dibuat dari bahan standar polivinil-klorida. Pipa trakea dapat
dimasukkan melalui mulut (orotracheal tube) atau melalui hidung
(nasotracheal tube).
King Laryngeal Tube
King laryngeal tube terdiri dari sebuah tabung dengan balon esofagus
kecil dan balon yang lebih besar yang diletakkan di hipofaring.  Kedua
balon dapat mengembang melalui satu kali pompaan udara.
Laryngoscope
Instrumen untuk pemeriksaan laring dan untuk fasilitas intubasi trakea
VIDEO LARINGOSKOPI
Video atau laringoskop berbasik optik memiliki chip video atau lensa atau
cermin pada ujung blade intubasinya untuk mengirimkan pandangan glottis ke
operator. Video atau laringoskopi indirek dapat digunakan pada pasien yang
tidak memiliki kelaian jalan napas sehingga dapat membantu para tenaga
kesehatan yang ingin berlatih. Atau juga dapat digunakan pada pasien yang
memiliki kelainan jalan napas sehingga tidak menggunakan mungkin
menggunakan laringoskopi biasa.
LARINGOSKOPI DAN INTUBASI
INDIKASI INTUBASI
• Untuk pasien yang memiliki resiko aspirasi dan untuk prosedur
operasi meliputi rongga perut atau kepala dan leher.
• Ventilasi tekanan positif dengan kantong napas-sungkup muka yang
tidak memungkinkan atau tidak efektif pada henti jantung.
• Pasien gagal napas, hipoksia hipoksemia yang memerlukan oksigen
aliran tinggi yang gagal dengan alat-alat ventilasi yang tidak invasif.
• Pasien yang tidak bisa mempertahankan jalan napas sendiri,
misalnya pasien koma/ berada di bawah pengaruh obat anestesi.
PERSIAPAN LARINGOSKOPI
Memeriksa perlengkapan
• S : Scope
• T : Tube
• A : Airway
• T : Tape
• I : Introducer
• C : Connector
• S : Suction
Melakukan inspeksi untuk melihat keadaan anatomi atau penyulit
dilakukannya intubasi :
• Melihat bentuk leher dan rongga mulut
• Rongga mulut : dapat membuka ≥ 3 cm pada orang dewasa
• Jarak tyromental (mentum – tiroid) : 3 jari
• Lingkar leher : ≤ 17 inchi, jika ≥ 17 inchi, akan sulit untuk melihat epiglottis
• Klasifikasi Mallampati : untuk melihat perbandingan besar lidah dan rongga
mulut. Jika obstruksi pada lidah hingga menutupi faring, uvula, atau
pallatum molle, maka akan sulit dilakukan intubasi.
• Leher fleksibel
• Kepala pasien harus sejajar atau lebih tinggi dengan pinggang dokter
anestesi
• Elevasi kepala sedang (sekitar 5-10 cm diatas meja operasi) dan ekstensi
dari atlantoocipito joint menempatkan pasien pada posisi sniffing yang
diinginkan.
• Bagian bawah dari tulang leher adalah fleksi dengan menempatkan kepala
diatas bantal.
• Preoksigenasi
• Induksi anestesi umum
• Mata direkat dengan plester
INTUBASI ENDOTRAKEAL
• Laringoskop dipegang oleh tangan kiri
• Mulut pasien terbuka lebar
• Blade dimasukan pada sisi kanan dari orofaring
• Geserkan lidah ke kiri dan masuk menuju dasar dari faring dengan pinggir
blade
• Ujung dari blade melengkung dimasukkan ke valekula, dan ujung blade lurus
menutupi epiglotis
• Handle diangkat menjauhi pasien secara tegak lurus dari mandibula pasien
untuk melihat pita suara
• Endotracheal Tube diambil dengan tangan kanan, dan ujungnya dilewatkan
melalui pita suara yang terbuka (abduksi)
• Balon Endotracheal Tube harus berada dalam trakea bagian atas tapi
dibawah laring
• Laringoskop ditarik dengan hati-hati untuk menghindari kerusakan gigi
• Balon dikembungkan dengan sedikit udara yang dibutuhkan
• Setelah intubasi segera auskultasi
• Pipa dapat diplester atau diikat untuk mengamankan posisi
INTUBASI NASOTRAKEAL
• Pilih lubang hidung yang pasien bernafas lebih gampang
• Tetes hidung phenylephrine (0,5 – 0,25%) menyebabkan
pembuluh vasokonstriksi dan menyusutkan membran
mukosa
• Jika pasien sadar, lokal anestesi secara tetes dan blok
saraf dapat digunakan
• Endotracheal Tube yang telah dilubrikasi dengan jeli yang
larut dalam air, dimasukkan dipergunakan didasar hidung,
dibawah turbin inferior
• Untuk memastikan pipa lewat di dasar rongga hidung,
ujung proksimal dari Endotracheal Tube harus ditarik ke
arah kepala
• Pipa secara berangsur-angsur dimasukan hingga ujungnya
terlihat di orofaring, dengan laringoskop, digunakan untuk
adduksi pita suara.
TEKNIK EKSTUBASI
• Ekstubasi terbaik dilakukan ketika pasien sedang teranestesi dalam atau bangun
• Pasien juga harus pulih sepenuhnya dari pengaruh obat pelemas otot pada saat
sebelum ekstubasi
• Ekstubasi selama anestesi ringan (masa antara anestesi dalam dan bangun) harus
dihindari karena meningkatnya risiko laringospasme
• Sebaiknya disuction terlebih dahulu
• Pasien membuka mata atau bergerak yang bertujuan menandakan pasien sudah bangun
• Reaksi batuk sehingga meningkatkan denyut nadi, tekanan vena sentral, tekanan darah
arteri, tekanan intrakranial, dan tekanan intraokular
• Sesaat sebelum ekstubasi, ETT dilepas dari plester dan balon dikempiskan
• ETT dicabut dengan satu gerakan yang halus, dan sungkup wajah biasanya digunakan
untuk menghantarkan oksigen 100% sampai pasien menjadi cukup stabil untuk diantar
ke ruang pemulihan
KOMPLIKASI LARINGOSKOPI DAN INTUBASI
SELAMA INTUBASI SETELAH EKSTUBASI
• Truma gigi geligi • Spasme laring
• Laserasi bibir, gusi, dan laring • Aspirasi
• Dapat merangsang saraf simpatis • Gangguan fonasi
(hipertensi-takikardi) • Edema glotis-subglotis
• Intubasi bronkus • Infeksi laring, faring serta trakea.
• Intubasi esofagus
• Aspirasi
• Spasme bronkus

Anda mungkin juga menyukai