Anda di halaman 1dari 7

AIRWAY MANAGEMENT

(PENATALAKSANAAN JALAN NAFAS)

Apa yang dimaksud Jalan Napas?


Rongga yang menghubungkan antara udara luar dengan paru.

Organ apa saja yang termasuk jalan napas?

Jalan nafas atas :


- Mulut
- Hidung
- Pharing (oro,naso,laringo)

Jalan nafas bawah :


- Laring
- Trakhea
- Bronkhus
- Bronkheolus
- Alveoli

Untuk menjamin oksigenasi yang adekuat maka JALAN NAPAS HARUS PATEN, YAITU
TERBEBAS DARI SUMBATAN. Sumbatan jalan napas bisa parsial atau total, bisa berasal
dari luar/benda asing atau dari pasien sendiri, misal lidah/terjadi penyempitan jalan napas.
Hubungan jalan napas dan dunia luar didapatkan melalui dua jalan:
• Hidung  menuju nasofaring
• Mulut  menuju orofaring

Apabila ada masalah terkait jalan napas, langkah apa yang musti dilakukan?
1. Mengenali adanya sumbatan jalan napas
2. Menentukan penyebabnya untuk dapat mengambil tindakan yang diperlukan
Untuk mengenali adanya sumbatan pada jalan napas, maka kita harus mengerti CIRI
PERNAPASAN YANG NORMAL, YAITU: napas teratur, frekuensi dalam batas normal,
gerakan dada dan abdomen sinkron, tidak disertai bunyi napas tambahan, otot-otot tambahan
pernapasan tidak ikut serta (retraksi sela iga, supraklavikula, dan cuping hidung). Disamping
itu, kita juga harus mengetahui ciri dari adanya gawat napas dan gagal napas.
Gawat Nafas (Respiratory Distress)
a. Frekuensi nafas cepat
b. Otot-otot tambahan ikut bekerja
c. Nadi cepat pada dewasa, lambat pada bayi dan anak.
d. Gelisah, disorientasi
e. Berkeringat
f. Sianosis
Gagal nafas (Respiratory Failure)
Gambaran klinik gawat nafas ditambah:
a. PaO2 < 60 mmHg (udara biasa)
b. PaCO2 > 50 mmHg (udara biasa)
c. pH < 7,35
Obstruksi jalan nafas sering terjadi di jalan nafas atas / hipofaring  partial / total yang dapat
disebabkan oleh:
1. Otot lidah dan leher yang lemas tidak dapat mengangkat dasar lidah dari dinding
belakang pharing sehingga lidah jatuh menutup jalan nafas. Ini sering terjadi pada
pasien tidak sadar dengan posisi kepala fleksi atau mid posisi
2. Benda asing : cairan, darah,sekret, benda padat.
3. Laringospasme
4. Infeksi
5. Udem laring
6. Neoplasma
7. Trauma
8. Luka bakar.

Suara napas tambahan:


 Snoring (dengkur)  lidah jatuh
 Crowing (lengking)  laringospasme
 Wheezing (bengek)  sumbatan bronkhus
 Gurgling (bunyi kumur-kumur) yang disebabkan adanya cairan pada jalan napas
(misalnya partikel makanan, muntah, bekuan darah )
 Stridor (bunyi napas saat inspirasi bertambah) disebabkan karena sumbatan secara
anatomis (misalnya trauma maksilofasial, trauma leher, trauma laring).

Penatalaksanaan jalan napas:


1. Membebaskan jalan napas
2. Memberikan tambahan oksigen
3. Menunjang ventilasi
4. Mencegah aspirasi

MEMBEBASKAN/ MEMBUKA JALAN NAPAS


a. TANPA ALAT
 Anjurkan untuk BATUK KUAT
Pada Obstruksi total biasanya penyebabnya adalah benda asing padat, yang kita
lakukan adalah membuat batuk buatan sehingga benda asing terlempar keluar.
Kalau tidak berhasil, bisa dilakukan krikotiroidotomi.
Bayi/anak
Lakukan TEHNIK BACK BLOW : pemukulan antara 2 skapula, kepala lebih
rendah, 5 pukulan atau CHEST THRUST : pemijatan pada area midsternal diatas
Px menggunakan 2 jari)
Dewasa
 Bila Pasien Sadar  lakukan BACK BLOW : sedikit bungkukkan, pukul antara
2 skapula 5 pukulan  Tidak berhasil  HEIMLICH MANUVER atau
ABDOMINAL THRUST : Berdiri dibelakang pasien, rangkul pasien, kepalkan
satu tangan pada perut korban antara Px dan umbilicus, tarik tangan ke dalam dan
ke atas secara menghentak  5 kali.
Sebelum melakukan pertolongan pada korban, lakukan inisiasi awal dengan
memberi pertanyaan “Apakah Anda tersedak?”
1) Jika korban masih dapat menjawab maka kemungkinan besar obstruksinya
bersifat partial. Beberapa sumber mengatakan tindakan backblow pada
obstruksi partial malah membuat obstruksi tersebut makin masuk ke dalam.
2) Jika korban tidak mampu menjawab, maka obstruksi bersifat total.
 Bila Pasien Tidak Sadar  miringkan pasien menghadap penolong  lakukan
back blow  kemudian telentangkan.
 Lakukan AIRWAY POSITIONING
No Manuver Kriteria Pasien Teknik
1. Head Tilt  Korban Sadar  Duduk: korban yang duduk kepala
 Tanpa cedera cenderung fleksi ke arah dada. Lakukan
kepala, leher atau reposisi agar kepala tidak menunduk
spinal  Berbaring : Letakkan salah satu tangan
penolong pada dahi korban, lalu dengan hati-
hati dan mantap tekan ke belakang
menggunakan telapak tangan
2. Head Tilt-  Korban sadar / tidak
Chin Lift sadar
 Tanpa cedera
kepala, leher atau
spinal


3. Head Tilt  Korban sadar / tidak Penolong berlutut di sebelah kepala korban,
- Neck sadar letakkan tangan penolong yang paling dekat
Lift  Tanpa cedera dengan kepala korban pada dahi dan tangan
kepala, leher atau yang lain di bawah leher. Angkat leher korban
spinal sambil menekan dahi korban dengan lembut.
Gerakan ini akan menggeser lidah korban dari
belakang tenggorok dan membantu
membukanya jalan nafas yang adekuat.
4. Modified  Korban Tidak Sadar
Jaw  Dengan Cedera,
Thrust kepala, leher dan
spinal

Komplikasi
• Jika jalan napas tetap terobstruksi  suction perlu dilakukan, dan kemudian lakukan
pemasangan OPA (oropharyngeal airway, misal: gudel/mayo) atau NPA
(nasopharyngeal airway).
• Cedera pada spinal dapat terjadi jika dilakukan pergerakan pada kepala dan/atau leher
pada pasien dengan cedera servical.
• Pasien trauma yg tidak sadar atau pasien yang diketahui atau dicurigai mengalami
cedera/trauma leher, maka kepala dan leher harus dipertahankan dalam posisi netral
tanpa hiperekstensi leher. Gunakan jaw thrust untuk membuka jalan napas pada situasi
tersebut. Perhatian: Jika jari-jari menekan terlalu dalam jaringan lunak di bawah dagu,
maka jalan napas akan terobstruksi.

b. DENGAN ALAT
1. Oropharyngeal Airway (OPA)
ADALAH : bentuk pipa gepeng lengkung seperti huruf C berlubang di tengahnya
dengan salah satu ujungnya bertangkai dengan dinding lebih keras.
- Tujuan :
• Mencegah/menahan lidah melekat pada dinding posterior faring
• Mempermudah penghisapan lender (suction)
• Mencegah pasien mengigit pipa endotrakheal (ETT)
No Jenis Alat Kriteria Pasien Teknik Ukuran
1. Orofaringeal  Bernafas  Bersihkan mulut dan faring 00 = neonatus
airway (OPA) spontan dari segala kotoran 0 = bayi
 Saat ventilasi  Masukkan alat dengan 1 = usia 1-3 th
dengan bagian yang cekung 2 = usia 3-8 th
sungkup atau menghadap ke langit-langit 3 = usia >8 th
bagging, (mengarah ke atas) sampai 4 & 5 = dewasa
penolong didorong mendekati dinding
secara tidak belakang faring, alat diputar
sadar menekan 180o
dagu ke bawah  Fiksasi dengan plester jangan
sehingga jalan menutupi bagian yang
nafas terbuka di jalan nafas.
tersumbat.  Ukuran alat dan penempatan
 Jangan dipakai yang tepat menghasilkan
jika reflex bunyi nafas yang nyaring
muntah masih pada auskultasi paru saat
(+) dilakukan ventilasi
 GCS > 10  Pertahankan posisikepala
yang tepat setelah alat yang
terpasang.
Komplikasi :
- Cara pemasangan yang tidak tepat dapat mendorong lidah ke belakang atau apabila
ukuran terlampau panjang epiglotis akan tertekan menutup rimaglotis sehingga jalan
napas tersumbat
- Terjepitnya lidah dan bibir antara gigi dan alat
- Muntah dan spasme laring. Jangan gunakan alat ini pada pasien dimana refleks faring
masih ada karena dapat menyebabkan muntah dan spasme laring.

2. Nasofaringeal Airway (NPA)


Adalah : bentuk seperti pipa bulat berlubang tengahnya dibuat dari karet lateks atau
plastic yang lembut.
Tujuan :
- Mempertahankan jalan napas adekuat
No Jenis Alat Kriteria Pasien Teknik Ukuran

2. Nasofaringea  Pasien menolak  Pilih alat dengan ukuran yang Panjang = ±15cm
l Airway menggunakan tepat.Tentukan diameter alat Diameter = 6 – 8
orofaring (Sesuai dg Diameter lubang mm
 Secara teknis hidung luar)
orofaring tidak  Lumasi alat dengan jelly dan
dapat dipakai masukkan menyusuri bagian
karena adanya tengah dan dasar rongga hidung
trismus,rahang hingga mencapai daerah
menutup kuat belakang lidah
atau trauma/  Apabila ada tahanan dengan
cedera berat dorongan ringan alat diputar
daerah mulut) sedikit
Komplikasi :
– Alat ini dapat merangsang muntah dan spasme laring
– Dapat menyebabkan perdarahan akibat kerusakan mukosa akibat pernasangan, oleh
sebab itu alat penghisap harus selalu siap saat pernasangan.

Anda mungkin juga menyukai