Disusun oleh :
Asrina Enggarela
22010117220186
Pembimbing :
dr. Ilham Anggito Aji
Pembimbing
PENDAHULUAN
Pada contoh laporan kasus ini, pasien seorang pria 53 tahun dengan diagnosis
syok septik, impending gagal napas dan ileus obstruktif dengan tindakan penanganan
kegawatdaruratan di Instalasi Gawat Darurat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Napas buatan
Head tilt chin lift/jaw thrust:
Jika ada gargling suction
jika ada benda asing/material yg
terlihat double finger sweep
Intubasi trakea
Pada pasien kritis atau pasien
teranestesi mutlak jalan napas harus bebas.
Untuk menilai hambatan jalan napsharus
menggunakan indra yang kita miliki, yaitu
look, listen and feel
a. LIHAT – LOOK
1. Gerak dada & perut
2. Tanda distres nafas
3. Warna mukosa, kulit
4. Kesadaran dengan GCS atau
AVPU
b. DENGAR – LISTEN
1. Dengarkan gerak udara nafas dengan telinga
c. RABA – FEEL
1. Gerak udara nafas dengan pipi
Pada semua usia, cairan dapat dibersihkan dengan suction. Jika suction tidak
ada dapat dilakukan penyapuan jari manual. Jika tidak ada suction dan jumlah
penolong terbatas maka tubuh korban dapat dimiringkan yaitu posisi
stabil/mantap.
Sumbatan jalan napas terdiri dari 2 jenis, yaitu sumbatan total dan parsial
a. Sumbatan total
Korban sudah tidak dapat batuk efektif, napas ataupun berbicara
Korban akan berusaha keras untuk bernapas
Sering memegang leher dengan kedua tangannya (tanda universal
tersedak)
b. Sumbatan parsial
Suara napas tambahan merupakan tanda adanya obstruksi parsial,
contohnya:
mendengkur : pangkal lidah (snoring)
suara berkumur : cairan (gargling)
stridor : kejang / edema pita suara (crowing)
Penderita dengan tanda-tanda obstruksi jalan napas harus segera ditolong, hal
itu dilakukan dengan
Kontraindikasi
Trauma servikal
2) Jaw thrust
Indikasi:
Tidak sadar, tidak respon
Dapat dilakukan pada pasien curiga trauma servikal
Tidak dapat mempertahankan jalan nafas
Kontraindikasi:
Mulut sulit dibuka
b. Dengan alat
Apabila chin lift atau jaw thrust belum dapat membebaskan jalan nafas,
maka dapat dibantu dengan alat. Tindakan yang dilakukan adalah
memasang oropharyngeal airway, nasopharyngeal airway, laryngeal mask
airway atau pemasangan endotracheal tube.
1) Nasophaingeal airway
Nasophaingeal airway adalah salah satu airway adjunct yang
dapat diakai. Ukuran NPA orang dewasa yaitu 6-7 atau jari kelingking
kanan pasien.
Indikasi:
Perhatian:
Kontraindikasi
Gag reflex +
Allert or Verbal or GCS>10
3) Pemasangan endotracheal tube (ET)
Pemasangan ET dilakukan apabila:
Cara-cara lain untuk airway gagal
Sukar memberikan nafas buatan
Risiko aspirasi ke paru besar
Mencegah pCO2 meningkat (cedera kepala)
GCS<8
Kontraindikasi:
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. Sarmin
Umur : 53 tahun
Jenis kelamin : laki-laki
Pekerjaan : PNS
Agama : Islam
Alamat : Bongsari, Semarang Barat
No. CM : C166886
Tgl masuk : 29 Agustus 2018
SpO2 : 88%
BB : 60 kg
Kepala : Mesosefal
Mata : Pupil isokor (+) sklera ikterik (+/+), konjungtiva
anemis (+/+) Reflek Cahaya (+)/(+), Reflek Kornea
(+)/(+)
Telinga : Discharge (-)
Hidung : Epistaksis (-), Discharge (-), Deviasi septum (-)
Mulut : Bibir kering (-), Bibir sianosis (-)
Tenggorok : T1-1, faring hiperemis (-)
Leher :Trakhea deviasi (-), pembesaran nnll (-/-),
nyeri tekan (-), kaku kuduk (-)
Dada :
Pulmo : Inspeksi :Simetris statis dinamis
Palpasi :Stem fremitus kanan = kiri
Perkusi :Sonor seluruh lapangan paru
Auskultasi : SD vesikuler (+/+), ST (-)
Cor :Inspeksi :Ictus cordis tak tampak
Palpasi :IC teraba di SIC V 2 cm medial LMCS
Perkusi :Konfigurasi jantung dbn
Auskultasi : Suara jantung I-II murni, bising (-)
Abdomen : Inspeksi : cembung, venektasi (-)
Auskultasi :Bising usus (+) Normal
Palpasi :Dalam batas normal, defans
muscular(-)
Perkusi :Timpani (+), Pekak sisi (+) N,
pekak alih (-)
Ekstremitas : Superior Inferior
Oedem -/- -/-
Akral dingin +/+ +/+
Sianosis -/- -/-
Capp. Refill <2”/<2” <2”/<2”
Imunoserologi
Negative<0,13
HBsAg 0.00
Positif ≥0,13
Koagulasi
PPT 22,3 Detik 9,4-11,3
PTTK 60,5 Detik 27,7-40,2
4. DIAGNOSIS
a. penurunan kesadaran
b. syok septik
c. impending gagal napas
d. ileus obstruktif parsial
e. suspek limfoma
f. anemia normositik normokromik
g. leukositosis
h. trombositopenia
i. azotemia
j. hipokloremia
k. hiponatremia
l. azotemia
m. hiperkalemia
n. hipoalbuminemia
o. hiperbilirubinemia
p. studi koagulasi memanjang
5. TINDAKAN ANESTESI
a. Intubasi ET ukuran 7,5 dengan kedalaman 19 cm
b. Injeksi ketamin 100 mg
c. Pasang IV line untuk infus 2 jalur
d. Terapi cairan: RL 30cc/kg x 60 kg= 1800 cc
e. Vascon syring pump Dosis titrasi (jika setelah terapi cairan MAP<65)
f. Koreksi hiponatremi dengan NaCl 2% 250 cc 12 tpm
g. Injeksi Ca glukonase 1 amp
h. Transfusi PRC 2 kolf
i. Pengawasan dengan monitor
j. Pemeriksaan laboratorium darah
k. Konsul TS bedah
l. Konsul TS interna
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada kasus ini, pasien pria 53 tahun dengan syok sepsis, impending gagal
nafas dan ileus obstruktif. Saat pasien datang dilakukan penilaian triage dan pasien
kemudian dirujuk ke label kuning bagian bedah. Saat datang jalan napas dan
pernapasan pasien baik, terdapat gangguan hemodinamik ringan-sedang, kesadaran
komposmentis tetapi keeadaan umum pasien tampak lemah. Selama di label kuning,
pasien dilakukan resusitasi cairan, pengambilan sampel darah, dan pemberian
antibiotik serta monitoring tanda tanda vital. Kedasaran pasien menurun setelah 1 jam
di label kuning. Kesadaran pasien menjadi somnolen, hipotensi, desaturasi, takikardia
dan takipneu sehingga segerea dirujuk ke label merah. Dilakukan penilaian ABC dan
didapatkan bahwa pasien mengalami gangguan nafas sehingga dibantu dengan
pemasangan endotracheal tube ukuran 7,5, sedalam 19 cm dengan injeksi ketamine
100 mg. Pasien juga dipasang orofaringeal airway untuk mencegah lidah jatuh dan
bantuan ventilasi tekanan positif. Resusitasi awal dilakukan dengan pemberian
loading cairan RL intravena 30cc/kg. Apabila setelah loading cairan hemodinamik
pasien tidak membaik maka diberikan vascon syring pump dengan dosis titrasi.
DAFTAR PUSTAKA
The American National Red Cross. 2015. American Red Cross Basic Life Support for
Healthcare Providers Handbook. USA: Staywell publisher
Levy M, Evans L, Rhodes A. 2018. The Surviving Sepsis Campaign Bundle: 2018
Update. the Society of Critical Care Medicine and the European Society of Intensive
Medicine. DOI: 10.1097/CCM.0000000000003119
Makic MB, Bridges E. Managing Sepsis and Septic Shock: Current Guidelines and
Definitions. AJN. 2018. 118 (2): 34-39